Anda di halaman 1dari 23

KEPEMIMPINAN KRISTEN DALAM PRESPEKTIF REFORMED

KEPEMIMPINAN KRISTEN DALAM PRESPEKTIF REFORMED


Oleh : Pdt. Purwandi. M.A.C.E

I.                   PENDAHULUAN
Bagaimana menyatakan pandangan para pemimpin di kalangan kekekristenan?
Supaya saya dapat memahami bagaimana keadan kepemimpinan yang ada sekarang ini,
karena banyak pemimpin Kristen yang berdasarkan pada nama Tuhan yang sama. Tapi pusat
atau fokus mereka berbeda-beda, misalnya kalangan karismatik bertumpu pada figur pendeta
yang dikagumi, untuk kalangan gereja-gereja yang sudah mapan kepemimpinan- nya
berupaya kepada kepemimpinan kolektif, kalangan gereja-gereja yang dikenal Injili.
Kepemimpinan di sini didukung oleh tim pengelola atau menejemen yang andal semakin
besar gerejanya semakin andal mereka mengoperasikan pelayanannya, bahkan mereka pandai
mendapat dukungan dana. Mereka juga cukup andal menerjemahkan wacana dan visi yang
sulit kedalam tindakan nyata. Namun kecenderungan individualisme juga amat besar diantara
para pemimpin mereka.[1]  Menurut schwartz, pada dasarnya tiap-tiap kelompok di atas
cenderung berat sebelah dalam mengaflikasikan penghayatan mereka tentang Allah Bapa,
dan Roh Kudus.[2]
       Ingatlah perkembangan kepemimpinan bukanlah merukapakan suatu “kejadian” tetapi
merupakan suatu “proses”. Saya tidak percaya saya siap menjadi seorang pemimimpin yang
benar dan besar dalam janka waktu sehari. Itulah sebabnya dalam makalah ini merupakan
bagian dari perjalanan pergumululan saya (penulis) dalam pelayanan selama 17 tahun di
Papua yaitu tentang pemimpin yang benar, dan kepemimpinan yang kembali kepada Amanat
Agung Tuhan sebagai pelayan. Saya dengan rendah hati dengan rasa hormat ikut serta dalam
usaha keras ini, dalam “proses” Kepemimpinan yang Reformed dengan cara mengisi diri dan
belajar kembali di STTA Lawang ini, dengan mengambil bagian dalam tantangan untuk
melengkapi diri memimpin dan melengkapi kebutuhan bagi gereja dari Yesus Kristus Sang
Pemimpin Agung.
       Dalam makalah ini saya (penulis) Akan berusaha membahas “Kepemimpinan Kristen
dalam Prespektif Reformed”, yang akan mefokuskan pada pembahasan mengenai
Karakteristik (sifat-sifat) kepemimpin kristen, karena karakteristik (sifat-sifat) akan
mendasari kepemimpinan Kristen sebagai Pelayan dalam perspektif Reformed. Itulah yang
penulis bahas dalam makalah ini.
II.                DEFINISI
Kepemimpinan Kristen harus berbeda dengan kepemimpinan yang lainnya apa lagi
Kepemimpinan Kristen yang prespektif Reformed. Mengapa demikian? Karena
Kepemimpinan Kristen adalah Kepemimpinan Pelayanan bukan karena jabatan, bukan karena
kedudukan dan bukan juga karena kekuasaan tepai karena kasih dan hati yang diberikan
Allah kepadanya.
       Perlu diperhatikan bahwa setiap pakar Kepemimpinan Kristen memberikan pemahaman
tersendiri mengenai defenisi Kepemimpinan. Secara umum kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Pemimpin adalah Orang yang mempunyai banyak kelebihan diobanding manusia lainnya,
dan kelebihan itulah justru yang menjadikan pemimpin mengatasi orang lain[3].
       J.Oswald Sanders Mendefinikan yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain. Orang hanya dapat memimpin orang sejauh ia dapat mempengarui mereka.[4]
       Lord Montgomery mendefinisikan Kepemimpinan sebagai berikut: “ Kepemimpinan
adalah kemampuan dan kehendak untuk mengarahkan orang laki-laki dan perempuan untuk
satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan”.[5]
       Dr. Jhon R.Mott, Seorang pemimpin kaliber dunia di kalangan mahasiswa. Memberikan
definisi sebagai berikut,”Seorang pemimpin adalah orang yang menenal jalan, yang dapat
terus maju dan yang dapat menarik orang lain mengikuti dia.[6]
Defenisi Presiden Trauman berbunyi. “Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai
kemampuan untuk orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka
melakukan.”[7]
Drs. Agus Lay, mendefenisikan  pemimpin ialah seorang yang mengetahui Tujuannya dengan
jelas ( dan mempunyai keyakinan pribadi tentang tujuan itu), serta mempengarui,
mengerakkan dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif.[8]
Joseph Tong, mendefiniskan, Seorang pemimpin adalah orang menujukan jalan, seperti untuk
melakukan, membimbing, mengarahkan tindakan orang lain dengan berada di depan dan
bersama dengan orang yang dipimpinnya.[9]
       Perlu penulis sampaikan dan tegaskan di dalam bagian ini. Bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam mendefinikan Kepemimpinan secara umum. Meskipun pembahasan
atau pengalimatannya berbeda , tetapi secara esensinya menujukan adanya kesamaan.
Sedangkan Kepemimpinan Kristen merupakan campuran antara karakeristik yang alamiah
dan yang karakteristik rohani, kepemimpinan Kristen yang dalam  prefestif Reformed,
alamiah pun bukanlah muncul dengan sendirinya melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh
karena itu karakeristik ini akan mencapai keefektivitasnya yang tertingi. Jika itu digunakan di
dalam melayani Allah dan untuk Kemulian-Nya. Jadi definisi-defenisi yang diberikan di atas
itu adalah mengenai kepemimpinan secara umum.[10] Meskipun.[11] Kepemimpinan Kristen
meliputi Karakteristik-karakteristik alamiah dan Karakteristik rohani,  maka masih ada unsur-
unsur yang melengkapi dan yang lebih utama dari pada Karakteristik- karakteristik itu. Yaitu
Kepribadian merupakan faktor  yang cukup penting dalam kepemimpinan alamiah.
       Tetapi Kepemimpinan Kristen dalam mempengaruhi orang lain bukan dengan kekuatan
kepribadiannya sendiri saja, melainkan Kepribadian yang diterangi, dihembusi dan dikuatkan
oleh Kuasa Roh Kudus,[12] Kepemimpinan Kristen adalah Pelayanan dan itu karena
Anugerah Allah.

III.             TUJUAN KEPEMIMPINAN KRISTEN  


       Tujuan Kepemimpinan Kristen adalah menjadikan yang utama dalam hidup.(Luk 19:10,
Mat 6:33)[13] “Sebab Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”,
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu”.
       Kita perlu perhatikan dalam (Yohanes 17: 4) “Aku telah mepermuliakan Engkau di bumi
dengan jalanb menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaku untuk melakukannya.
       Dalam banyak hal sebuah kehidupan dan pelayanan Yesus adalah tentang menyusun hal
yang utama olehnya. Ketika ia mengatakan, “Biarkan orang m ati menguburkan orang
mati,”Yesus berbicara kepada mereka yang mempunyai kebutuhan agar tidak teralihkan dari
sasaran yang benar dan yang paling penting, meskipun pada situasi-situasi yang darurat
menurut perhatian kita (Matius 8:22). Ketika temanNya Lazarus meninggal. Ia tetap
memusatkan perhatianNya pada apa yang sedang dilakukanNya, dan tidak pergi untuk
menjenguknya selama dua hari. Ia adalah seorang yang ada pada pelayanan. (Lukas 9:51).
[14]
       Tujuan akhir dari kepemimpinan kristen dalam Pengembangan dan membangun
kepemimpinan kita adalah agar kita menjadi lebih efektif dengan peran kita dalam
memajukan pertumbuhan Kerajaan-Nya di seluruh Dunia!.  Yaitu Allah adalah Pusat dari
segala sesuatu. “... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16). “ Sebab
memang sesuai dengan keadaan Allah yang bagiNya segala sesuatu dijadikan ...”( Ibrani
2:10). Kerinduan Allah ialah agar semua umat di Dunia mengenal Dia melalui Yesus Kristus.
[15]
       Sebagian besar gereja memiliki kepemimpinan, pengembalaan atau pelayanan, namun
berbeda satu sama lain dalam hal pemahaman mengenai kepemimpinan. Meskipun demikian
Alkitab pemahaman yang benar dan patut kita ikuti. Kisah para Rasul memberikan terang
mengenai Tujuan Kepemimpinan Kristen khususnya pada pasal 6 menenai penujukan 7
pemimpin Gereja ( 7 Diaken ) dan pada pasal 20, mengenai nasihat Paulus kepada Pemimpin
Gereja (para tua-tua gereja di Efesus). Hal ini mengambarkan kepemimpinan Kristen yang
benar (sejati) memiliki strategi dalam mencapai tujuan untuk Pembaharuan dan membangun
pertumbuhan hidup Spiritualitas reformed jemaat atau gereja yang sehat kearah Kristus,
Karena Allah sebagai sumber atau pusat kepemimpinan Krisnten yang benar (sejati).    
       Kepemimpinan Kristen Reformed harus dijalankan, bukan dengan pikiran, rencana   dan
kekuatan  manusia tetapi dengan maksud yang sesuai dengan Tujuan yang Tuhan telah 
berikan kepadanya. Oleh karena Yesus mengembangkan hal-hal yang utama berdasarkan
tujuan-Nya yaitu agar semua umat manusia di Dunia  dibangun, dibaharui, diselamatkan
bahkan manusia mampu mengenali dirinya sendiri sebagai ciptaannya dan Allah sebagai
pencpita  manusia sehingga manusia  menyembah Allah.

IV.             KEPEMIMPINAN KRISTEN DALAM PRESPEKTIF REFORMED


A.    Kepemimpinan Kristen yang Benar (sejati) berarti Pelayan.
Kepemimpinan Kristen berbeda dengan kepemimpinan Dunia, seperti yang kita lihat
Sekarang di dunia ini, pemimpin dunia biasanya mencari kedudukan yang lebih tinggi, agar
mendapatkan kekuasan untuk mengendalikan orang orang lain dan kalau perlu merugikan
orang lain atau menindas orang lain. Tetapi Yesus memperkenalkan kepemimpinan yang
berpusat pada perhatiannya adalah bagiamana melayani dan memberi keuntungan bagi orang
lain. Pemimpin yang besar adalah pelayan yang besar. tangga untuk menaiki jenjang
kepemimpinan adalah pelayanan, pengorbanan dan penderitaan.[16] Kita perhatikan
(Yohanes 16:33; Matius 16:24).
       Pemimpin-pemimpin Kristen yang benar dan sejati terpanggil untuk bertanggung jawab
dan membawa keuntung dan kehidupan kepada yang dipimpinnya,”Kamu tahu, bahwa
pemerintah bangsa-bangsa memerintah rayatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidakah demikian di antara
kamu ...”(Matius 20:25).
       Tuhan Yesus memimpin pada tingkat yang lebih tinggi dari yang lain, dan terpanggil
untuk bertanggung jawab lebih tinggi dari para pengikut-pengikutnya. Tuhan Yesus
mendemontrasikan kepemimpinannyang tidak pernah puas dengan keadaan-Nya. Pemimpin
Kristen tidak hanya bertahan, dan tetap pada apa yang sudah jadi. Tuhan Yesus mengetahui
bahwa kepercayaan datang dari menyelesaikan masalah. Kepemimpinan-Nya melalui dugaan
yang normal. Mekipun Ia memulai dari hidup-Nya dengan kehinaan, Ia mempimpin orang
kepada kehidupan yang tidak pernah mereka dapatkan.
B.     Karakteristik Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan Kristen selalu mempuyai pandangan pada Pelayanan, kepemimpinan yang
berpandangan kepada pelayanan, memiliki karakteristik yang berbeda dengan pemimpin-
pemimpin lain. Kita akan memikirkan dan mengembangkan karakteristik seorang pemimpin
Kristen dan harus terus-menerus dikembangkan oleh seorang pemimpin Kristen,
Karakteristik yang harus dikembangkan ialah:
1.      Displin.
Karakteristik ini dirauh di tempat yang pertama, karena tanpa Karakteristik ini maka karunia-
karunia yang lain, betapapun besarnya, tidak akan berkembang dengan sepenuhnya. Hanya
orang yang mendisiplin dirinya yang akan mencapai daya yang setinggi-tingginya. Seorang
pemimpin dapat memimpin orang lain karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri.[17]
Seorang pemimpin Kristen dalam Gereja adalah sama dengan seorang pelayan dan seorang
pelayan memegang jabatan Gembala. Yohanes Calvin membedakan antara gembala dan
pengajar Bukunya Institutio sebagai berikut:
Para gembala dan pengajar yang kapan pun tak bisa tidak ada di dalam gereja. Perbedaan
antara kedua jabatan ini menurut pengertian saya adalah sebagai berikut pengajar tidak
memegang pimpinan dalam disiplin Gereja ataupun pelayanan Sakramen atau dalam hal
peringatan dan teguran, tetapi hanya dalam hal tapsiran Alkitab, supaya ajaran yang murni 
dan sejati terpelihara diantara orang-orang percaya. Akan tetapi jabatan gembala mencakup
semua ini.[18]           
Jadi Pemimpin Kristen yang Sejati memiliki kedisiplinan rohani yang tinggi baik mendisiplin
didrinya sendiri dan mendisiplinkan ajarannya yang murni dan sejati sesuai dengan
kebenaran Alkitab, tetap menjadi tututan bagai setiap Pemimpin Kristen.
2.      Keakrapan
Keakrapan ini berkaitan dengan “Kebersamaan”. Bagaimana seorang pemimpin dapat
menuntun kelompok untuk menguasai perasaan mereka satu terhadap yang lain agar dapat
mencapai semangat kesatuan dan kerja sama saat mereka bekerja bersama.[19] Pemimpin
Kristen harus memiliki keakrapan atau kebersamaan dengan Pemimpinya atau atasannya
yairu Tuhan sendiri sebagai pemimpin Agungnya kebersamaan atau keakrapan dengan
sesama pemimpin Kristen dan kepada semua jemaatnya.
John C. Maxwell, mengatakan: Pemimpin sukses yang mentaati Hukum hubungan baik selalu
mengambil inisiatif. Mereka mengambil langkah pertama lalu berupaya untuk membangun
hubungan. Hal itu tidak terlalu mudah, namun penting bagi suksesnya organisasi. Seorang
Pemimpin harus melakukannya, seberapa beratpun hambatannya.[20]
        Jadi keakrapan atau hubungan kebersamaan yang baik harus diambil (dialakukan) oleh
seorang pemimpin Kristen terhadap jemaat yang dilayani agar mampu menuntun mereka
kepada Jalan kebenaran Tuhan Yesus sebagai Pemberi pimpinan.
3.      Kebranian
    Keberanian bukan berspekulasi melainkan dengan tenang memerhitungkan resiko
dan tidak takut mengambil resiko.[21]
Kebaranian yang paling sangat ditutut dari seorang pemimpin rohani, yaitu selalu
keberanaian moral dan seringkali juga kebranian fisik. Kebranian adalah “sifat
pikiran[22] yang memungkinkan orang untuk menghadapi bahaya atau kesukaran dengan
keteguhan, tanpa rasa takut atau kecil hati”.[23]
Keberanian ini bukan keberanian yang menyimpang dari kebenaran Firman Allah, melainkan
keberanian untuk melindunggi semua anggota jemaat yang dipimpin-nya dari ajaran sesat
dan  ketidak adilan. Pemimpin Kristen yang benar dan sejati perlu memiliki keberanian
seperti yang ditunjukan oleh Daud, si gembala muda untuk melawan para penyerang yang
lalim dan tak adil.       
4.      Kerendahan Hati
Di bidang Politik dan perdagangan, kerendahan hati bukanlah suatu Karakteristik yang
diinginkan atau diperlukan. Karena dibidang itu pemimpin mencari nama dan kedudukan.
Tetapi Menurut ukuran Allah, kerendahan hati mendapat tempat yang sanggat tinggi. Tidak
menonjolkan diri, tidak mengiklankan diri, adalah definisi yang diberikan Kristus untuk
kepemimpinan. Pada waktu melatih murid-murid-Nya untuk kedudukan kekuasaan pada
masa yang akan datang, Ia berkata kepada mereka, agar mereka tidak menjadi sombong dan
suka berkuasa seperti penguasa yang sewenang-wenang, melainkan kehendaknya mereka
rendah hati dan sederhana seperti Tuhan mereka (Mat 20:25-27).[24]
Begitu pula untuk mencapai kelembutan hati yang sejati, tiada jalan lain mempunyai hati
yang diresapi rasa rendah diri dan rasa hormat terhadap orang lain.[25] 
Kerendahan hati  seorang pemimpin,  sama seperti kerohaniannya, harus menjadi karakter
yang terus bertumbuh. Saya dapat mengabil pelajaran dari kerendahan hati  Rasul Paulus
yang semakain bertambah dengan berjalannya waktu.” Karena akulah yang paling hina dari
semua Rasul” (1 Kor 15: 9). Berapa waktu kemudian secara sukarela ia berkata, “Kepadaku,
yang paling hina diantara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini” (Ef
3:8).  
5.      Kesabaran
Seorang Pemimpin yang baik diperlukan sifat kesabaran. Kesabaran adalah keteguhan
Kristen, yaitu menerima dengan gagah dan berani segala sesuatu yang dapat menimpa kita
dalam hidup ini, dan mengubah keadaan yang paling buruk sekalipun menjadi ke arah yang
lebih tinggi. Kesabaran adalah kesangupan untuk bertahan dengan berani dan
berkemenangan, yaitu kesangupan yang memungkinkan seseorang melampaui keadaan krisis
dengan tabah, dan gembiraselalu menyambut yang tidak kelihatan.[26]
6.      Inisiatif
Pemimpin adalah orang yang melahirkan ide dan proyek yang baru, menanamkan konsep-
konsep yang akan telaksana kelak dengan saran-saran dari anggota kelompoknya.[27]
             Karena disaat menghadapi kesulitan dan kebuntuan dalam memimpin para
anggotanya, maka dengan memiliki inisiatif yang baik akan mampu membangun dan
mengembangkan kembali kepemimpinannya yang benar dan sejati juga kembali kepada
kebenaran Firman Allah.
Selain 6 (enam) karakteristik di atas maka, Ordway Tead, juga mengemukakan 10 sifat atau
karakter Kepemimpinanyang membuatnya lebih dari orang lain,[28] yang hambir memiliki
kesamaan dengan karakteristik di atas yaitu:
1.      Energi jasmaniah dan mental yang luar biasa ( yang membuatnya memiliki daya tahan,
keuletan yang tampaknya tak pernah habis; ditambah kekutan mental dalam arti semangat
juang, mutivasi kerja, disiplin, kesabaran, ketahan batin  dan kemauan yang luar biasa untuk
mengatasi semua permasalahan yang dihadapi),
2.      Kesadaran akan tujuan dan arah (yang membuatnya memiliki keyakinan yang teguh
akan kebenaran dan manfaat dar semua yang dikerjakan,
3.      Antusiasme (Semangat, kegairahan dan kegembiraan yang besar,
4.      Keramahan dan Kecintaan (kasih diiringi dengan keramah-tamahan yang mempunyai
pengaruh pemimpin yang menuju sasaran tertentu),
5.      Integritas (terbuka dan merasa utuh bersatu dengan yang dipimpinnya; ketulusan dan
kejujuran untuk memberi teladan agar yang dipatuhi oleh yang dipimpinnya),
6.      Penguasaan Teknis (kemahiran tertentu agar memiliki kewibawaan dan kekuasaan
dalam memimpin kelompoknya),
7.      Ketegasan dalam mengambil keputusan ( tepat, tegas, cepat sebagaihasil kearifan yang
diperoleh dari pengaqlaman),
8.      Kecerdasan (kemampuan untuk melihat dan memahami dengan dengan baik, mengerti
sebab akibat, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat mengambil penyelesaian disertai
daya imajinasi yang tinggi dan rasa humor),
9.      Ketrampilan mengajar (menutun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan mengerakan
anak buah, serta menilai gagal atau suksesnya suatu treatment),
10.  Kepercayaan (perasaan yang timbul dari anak buah dipimpin dengan baik, dipengaruhi
secara positif dan diarahkan pada sasaran yang benar).[29]
Dengan demikian, seperti yang telah jelaskan dalam definisi diatas seorang pemimpin adalah
seorang yang memiliki kelibihan lebih banyak dari pada orang yang lain, khususnya yang
dipimpinnya. Bagaimana dengan Kepemimpinan Kristen dalam prespektif Reformed,
meskipun di atas telah penulis singung sedikit mengenai hal tersebut namun disini penulis
ingin menekankan pada Kepemimpinan Kristen dalam prespektif Reformd. 
C.    Kepemimpinan Kristen Dalam Presfektif Reformed
Sekarang Banyak pemimpin Kristen yang telah menyimpang dari kebenaran Firman Allah,
yaitu mereka berfokus pada diri sendiri, dan untuk kepentingan pribadinya bahkan
mengabaikan panggilan sebagai pemimpin kristen, yang seharus sebagai pelayan namun
sekarang mereka menjadi bosnya.
Ketika berbicara tentang Kepemimpinan Kristen yang dalam Presfektif Reformed, maka hal
ini tidak dapat dipisahkan dengan Pelayan atau hamba. Pemimpin Kristen yang benar (sejati)
dan yang Reformd adalah mendeladani kepemimpinan dari Tuhan Yesus, yaitu sebagai
pelayan (hamba), sesuai dengan Alkitab. Terry Taylor, mengatakan: “Pemimpin Rohani sejati
adalah orang yang telah mengalihkan fokus dari diri sendiri untuk melayani orang lain, tanpa
pamprih, dan membuat mereka seperti pahlawan.[30]  Jelas bahwa pendapat taylor in telah
dipengaruhi oleh pemahaman Kepemimpinan Hamba yang terdapat dalam Alkitab.
Kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang melayani seperti yang ditegaskan oleh
Tuhan Yesus, “Barang siapa terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”
(matius 23:11).
Pada perjamuan terakhir, Yesus ingin membentuk pelayanan dengan mencuci kaki murid-
muridNya termasuk Yudas Iskariot, seorang mengkhianatiNya. Yesus menujukan pada kita
bahwa pelayanan dimulai dari seorang pemimpin yang sejati (benar) perhatikan dalam
(Yohanes 13:3).  Tuhan Yesus menempatkan Dirinya dan dengan rela dan tidak
memaerkannya. Ia mengerti panggilanNya, dan rela menyerahkan diriNya untuk pelayanan
tersebut. Ia tidak ada satupun orang yang dirugukan, tidak ada satupun bukti untuk
mengambil keuntungan dari orang lain, dan tidak ada satupun untuk disembunyikan dari
pelayananNya. Dari seluruh kehidupan dan kepemimpinan Pelayanan Yesus adalah tentang
rencana hal yang utama dan hidup oleh pelayanan Yesus, Yesus rela mengorbankan
hidupNya agar yang dipimpin mendapatkan hal utama dan hidup.
Kepemimpinan yang melayani adalah merupakan Pengabdian yang harus terus diupayakan
oleh seorang pemimpin. Bahwa Pemimpin/atau Raja pada dasarnya harus mengabdi kepada
rakyat,[31] hal ini terungkap dalam kesaksian Alkitab berikut ini :
 Mereka berkata” Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat mau mengabdi kepada
mereka dan menjawab mereka dengan kata yang baik, maka mereka akan menjadi hamba-
hambamu sepanjang waktu” ( I Raja-raja 12:7).
Namun sayang nasihat para tua-tua itu tidak di indahkan oleh Raja Rehabeam, hal seperti itu
harus penjadi perhatia para Pemimpin Kristen yang benar dansejati.
Seorang Pemimpin dapat menjadi pemimpin yang melayani apabila ia memiliki hati yang
terdorong untuk melayani dengan penuh kasih, “ melihat orang banyak itu, tergeraklah hati
Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba
yang tidak bergembala,” (Matius 9:36).
Serang pemimpin yang melayani hanya dapat melakukan pelayanan itu bila ia bisa
menghayati makna perannya sebagai orang yang melayani. Pemimpin yang melayani
melakukan pelayanan itu karena dengan melayani orang-orang, maka ia membuka
kesempatan agar orang yang ada di sekitarnya memiliki kebebasan lebih luas untuk
berkembang atau tranformasi. Dengan bahasa sederhana ia dapat menjadi pemimpin yang
melayani bila memiliki hati yang melayani.[32] 
Artinya seorang pemimpim mampu meletakan kebutuhan dan minat orang lain diatas minat
dan kebutuhanya sendiri. Sering kali seorang pemimpin melakukan hal seperti karena ia
merasa pernah dilayani oleh orang lain, mengalami pemulihan karena pernah ditolong oleh
seorang pemimpin atau mampu mengembangkan visi yang tajam karena dialog dengan
seorang pemimpin Kristen dan yang lainnya. Semua orang dapat menjadi pemimpin yang
melayani dengan benar (sejati) karena mampu menghayati Kasih dan Anugerah Tuhan
baginya.
Seorang pemimpin yang melayani sangat peduli pada pertumbuhan dan dinamika kehidupan
umat Tuhan yang dipimpinnya serta komunitasnya. Karena itu ia mendahulukan pelayanan
dari pada pencapaian ambisi pribadinya atau pola dan kesukaannya saja. Tetapi impiannya
ialah agar orang-orang yang mereka layani mendapatkan kehidupan, keuntungan dan lebih
dari itu yang dilayani akan menjadi pemimpin yang melayani orang lain juga seperti dirinya
bahkan dengan harapan lebih baik dari dirinya.
Kepemimpinan Kristen antara pelayanan terhadap Allah dan pelayanan terhadap sesama
manusia. Yang jelas: tugas pimpinan Kristen "bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani" dan menjadi gembala yang tidak "memerintah atas mereka yang dipercayakan"
kepadanya, melainkan yang "menjadi teladan" (bdk Mat 20:25-28, Mrk 10:45; Yoh 13:5-15
dll), dan tidak menggunakan paksaan melainkan kesukarelaan (bdk 1 Petr 5:2-4). Disini
gereja harus menjadi teladan untuk dunia tentang kepemimpinan yang sebenarnya, dan bukan
sebaliknya (menerapkan struktur-struktur kekuasaan dan penindasan duniawi dalam gereja).
Kepemimpinan dan administrasi adalah untuk melayani.
Tentu saja pelayanan seorang pemimpin gereja terutama dipahami sebagai pelayanan kepada
Tuhan. Namun dimensi vertikal ini tidak pernah terlepas dari dimensi horisontal, karena tidak
ada jalan lain untuk melayani Allah kecuali melalui melayani sesama manusia.  Kita selalu
harus mengingatkan diri dan para pemimpin kristen bahwa konsep pelayanan ini
memutarbalikkan struktur pikiran dan struktur hirarki masyarakat kita: seorang pemimpin
baru menjadi pemimpin kalau ia merendahkan diri menjadi seorang pelayan,(sulit!).
 Karena pelayanan seseorang pemimpin bukan hanya masalah antara dia dan Allah,
melainkan "masalah duniawi" (antar manusia), pelayanannya harus juga diukur dengan
kriteria-kriteria duniawi. Jangan sampai kata "melayani" hanya menjadi kata kosong untuk
menyelubungi kekurangan dalam melakukan kerja dan menggunakan kuasa kita secara
bertanggungjawab (ada yang sudah "alergi" dengan kata "pelayanan" dalam gereja).
Pendekatan Kepemimpinan Kristen  benar (sejati) adalah kepemimpinan pelayan
menciptakan semangat ikut memiliki, keterlibatan, dan kometmen di antara orang-orangnya.
[33] Jemaat atau yang dipimpin melakukan pekerjaan karena mereka memang
menghendakinya.  Jemaat akan mempunyai sikap, “jika hal itu baik untuk memimpin, itu
juga berarti baik untuk kita.” Jemaat tidak hanya menjadi jauh lebih mudah untuk ikut
memiliki nilai-nilai cita-cita pemimpinnya, tetapi merasa memiliki kepemimpinan juga akan
mengerakan kerterlibatan dan kometmen anggota jemaat sepenuhnya. Sebab kepemimpinan
pelayan yang terfokus pada Tuhan jauh lebih efektif untuk mendapatkan hasil tujuan jangka
panjang. Karena hal ini lebih condong kearah dialog atau bersifat dua arah, antara pemimpin
dan yang dipimpin.
Kepemimpinan kristen yang melayani memiliki visi yang jelas yaitu suatu kepercayaan didiri,
kesadaran diri, dan empati, pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang
baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama orang orang yang
dipimpinnya.[34] Pemimpin pelayan mengerti bahwa membagikan pengetahuan ialah rahasia
menuju keberhasilan kepemimpinannya, maka mereka membagikan visi dan pengetahuannya
secara terbuka, dan dengan murah hati.
Kepemimpinan Kristen yang Benar dan sejati sesuai dengan Firman Allah harus dapat
menjadi Teladan dengan sepenuh hati dan tanpa menyesali melakukan kepemimpinan sengai
pelayan yang menjadi teladan bagi mereka yang di layani. Teladan  dalam hal Ajarannya
yang benar sesuai Firman Allah (Kisah Para Rasul 20:25), Dapat mencapai Tujuan
kepemimpinan pelayanannya dalam merangkul semua Jemaatnya, baik tetap maupun
pengunjung yang baru dalam ibadah dan masyarakat yang ada di sekitarnya, Juga menjadi
Teladan dalam Tinkah lakunya. Ia mampu meberikan seluruh hati, jiwa dan pikiranya untuk
pelayanannya. Baik di gereja, dirumah dan di masyarakat.    
Bagaimana Pemimpin Kristen yang melayani mampu membangun kometmen dalam diri para
pengikutnya pada satu visi bersama? Berikut ini pernyataan Jerry C Wofford:
Membangun kometmen pada suatu visi lebih daripada sekedar menyampaikan informasi.
Komitmen yang dibutuhkan adalah didikasi para anggota pada tujuan yang lebih besar
daripada diri sendiri mereka sendiri. Memang sulit membayangkan ada organisasi yang
tujuannya lebih mengugugah  dari pada organisasi yang berusaha memajukan kehendak
Kristus. Saya tidak dapat membayangkan sebuah organisasi sekuler mempunyaio misi yang
sebanding dengan organisasi yang membawa orang kepada Kristus, menyiapkan mereka
untuk melayani, membangun pemahaman akan Sabda Tuhan, dan memuliakan Tuhan kita.
Tidak ada yang lebih mulia daripada itu.                                                                                               
Pemimpin harus mengorbankan hasrat yang membara untuk mencapai tujuan ini dan
mengubah fokus hidup para anggotanya pada pencapaian mereka. Tujuan ini membutuhkan
kometmen yang lebih daripada sekedar intelektualitas. Mereka juga harus melibatkan
perasaan mereka. Pemimpin harus mencurahkan diri seluruhnya pada visi dan harus
mendapatkan dukungan kometmen yang sama dari orang lain.                                                          
Antusiasme, kegairahan, inpirasi optimisme ini semua baru sebagian kecil dari ciri yang
membentuk kometmen. Bahkan para pemimpin yang biasanya tidak digambarkan seperti itu
akan menujukan ciri tersebut ketika berbicara tentang visi yang telah memikat hati mereka
sendiri.[35] 
Selaian hal-hal diatas tadi, Kehidupan seorang pemimpin harus terus menuntut untuk
mengisi diri dan belajar, bagaimana memimpin dengan benar dan mencapai tujuannya sesuai
dengan Tujuan Allah. Kehidupan pemimpin adalah kehidupan yang menutut penyelarasan
Visi dan misi Allah dengan penerapan sesuai Perkembangan zaman ini, dengan tetap
mempertahankan Prinsip-prinsip Alkitab. Karena Orang menuntut pemimpin. Sebagai
tambah untuk berhasil, tambah kita memimpin, dan tambah orang akan menuntut kita. Maka
mengisi diri sendiri harus menjadi perhatian kita sebagai pemimpin secara khusus.  Seringkali
Yesus meninggalkan kerumunan banyak orang, orang-orang yang kepada mereka yesus utus
untuk melayani dan pergi ke tempat yang sunyi. Ia mengetahui bahwa waktu menyendiri
bersama BapaNya di Sorga memampukanNya untuk mengembaliklan pandanganNya dan
mengisiNya untuk menghadapi apa yang akan datang. Jika Yesus perlu mengisi diriNya
sendiri, apalagi kita sebagai manusia yang banyak sekali kekurangan dan ketidak mampuan
kita.
Namun tidak cukup jika seorang pemimpin Kristen hanya percaya kepada karunia yang
diberikannya. Ia juga bertanggung jawab untuk mengembangkannya, untuk memperbaiki
kekurangannya dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan dan tantangan yang
dihadapinya. Sering kita merasa kalau kita sudah mencapai pososi tertentu tidak perlu lagi
kita belajar. Sebaliknya, semakin tinggi posisi kita dan  semakin besar tanggung jawab kita,
semakin banyak kita harus belajar. Misalnya sering diabaikan bahwa seorang pendeta yang
memimpin jemaat atau sebuah struktur gereja bersama dengan orang lain tidak hanya
membutuhkan dasar teologis yang cukup kuat, tetapi juga misalnya kepandaian menajemen
atau pengelolaan. Disini juga masih terletak salah satu kekurangan dalam pendidikan teologi.
Dari kompetensi yang seharusnya lebih dikembangkan saya ingin menekankan kompetensi
sosial atau kompetensi komunikasi, termasuk kompetensi untuk menangani konflik secara
konstruktif. Ia harus mampu untuk menjadi moderator atau mediator dalam konflik, dari pada
hanya menghindari atau menekankan konflik, atau bahkan menyebabkan konflik dan
melibatkan emosi pribadi. Ia berada dalam posisi yang paling berpengaruh untuk mendukung
atau menghindari perkembangan suatu kultur kritik dan konflik yang konstruktif dalam
gereja. Semua ini adalah kompetensi-kompetensi yang dapat dilatih, dan dalam dunia modern
dan semakin rumit tidaklah cukup kalau seorang pemimpin sudah puas dengan karunianya
dan pengalamannya.
Kekuatan terbesar seorang pemimpin ialah visi pribadinya, yang dikomunikasikan dalam
contoh kehidupannya sehari-hari.[36] Sebab kehidupan yang nyata dari seorang pemimpin itu
yang akan menjadi perhatian dan akan dijadikan figur atau teladan bagi para anggotanya.
            Jadi Seorang Pemimpin Kristen yang baik, benar, sejati dan yang Reformed adalah
seorang pemimpin hadir untuk melayani orang lain. Dan hidupnya seorang pelayan adalah
hanya untuk tuannya. Maka segala keperluannya adalah bukan keperluan/kepentingan dirinya
sendiri dalam hidupnya, melainkan untuk kepentingan tuannya.
Kepemimpinan Kristen antara teladan dan perubahan. Dalam bagian terakhir ini kita melihat
kepemimpinan Kristen dalam ketegangan yang harus menjadi teladani dan upaya untuk
menjamin kontinuitas dan tradisi gereja di satu sisi, dan menjadi motor perubahan dan
transformasi sosial di sisi lain.
 Di sini , seorang pemimpin Kristen  harus selalu sadar bahwa formalisme aturan,
kelembagaan yang statis dan sikap yang eksklusif adalah lawan gereja sebagai gerakan misi
Allah dan dinamika Roh Kudus. Injil Yesus Kristus selalu menantang kita sebagai
pemimpimpin kristen untuk menerobos dan mentransformasikan nilai-nilai dan kebiasaan-
kebiasaan kita sesuai dengan inti perintah kasih terhadap Allah dan sesama manusia. Disini
kepemimpinan gereja harus selalu siap untuk membaca tanda-tanda zaman, memiliki "krisis
indra" dari pada hanya sibuk dengan masalah-masalah intern gereja. Kepemimpinan Kristen
benar harus mendengar, mengangkat dan menyuarakan suara-suara kenabian dalam gereja
sehingga gereja dapat menjadi motor untuk perubahan atau transformasi masyarakat, dan
sekaligus berani untuk ditransformasikan atau mengalami perubahan sesuai dengan konteks
di mana kita berada.
Pemimpin Kristen yang benar (sejati) selalu siap dibaharui, sebagai prinsip dan pusatnya
adalah Allah dan firman-Nya dalam hal Kepemimpinan gereja Reformed sangat menekankan
pada kepemimpinan Kristen dalam membangun kerohanian diri yang siap selalu dibaharui
dengan Allah dan Firman-Nya sesuai dengan panggilan Roh Kudus. Karena kepemimpin
Kristen Reformed adalah kepemimpinan yang bersifat dinamis dan selalu membutuhkan
pembaharuan yang sejati, mampu mengitegrasikan pikiran, hati, intelek, dan emosi dalam
kenyataan hidup yang tanpa membeda-bedakan yang lainnya, melainkan tetap melayanani
semua yang dipercayakan dengan penuh tanggung jawab dan semua adalah yang utama dan
dihormati baik yang dilayani dan mentaati Allah dengan sempurna. 
V.                KESIMPULAN
Dari beberapa hal yang telah dibahas sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan yang akan
terus membangunan pemahaman yang benar tentang konsep dalam hal Kepemimpinan
Kristen dalam perspektif Reformed dan membangun serta menghargai pelayanan yang telah
di Anugerahkan Tuhan, dalam Kepemimpinan Kristen yang benar (sejati) Yaitu:
1.      Seroang pemimpin Kristen Yang benar (sejati) harus terus mengembangankan dan
membangun Krakteristik dan kepribadiana yang benar sesuai dengan Kebenaran Firman
Allah. Sehingga mampu membangun dan mengembangkan Pelayanan yang penuh
kerendahan hati untuk memimpin umuat Allah kejalan Kebenaran Allah.
2.      Seorang Pemimpin yang benar (sejati) pada akhirnya datang pada titik dimana mereka
melayani dan memberi otoritas orang lain pada keinginan dan semangat mereka. Kadangkala,
seorang pemimpin datang hanya mencari orang lain dan turut membagi keinginan yang sama.
Satu hal yang pasti Pemimpin yang benar (sejati) selalu berhubungan dengan orang lain.
Inilah yang membedakan pemimpin Kristen dengan pemimpin yang lainnya.
3.      Sangat penting bagi para pemimpin Kristen yang benar (sejati) mengembangakan
keahlianya agar dapat memimpin secara efektiv. Bagaimanapun juga, ada beberapa
karakteristik dan kualitas hati yang penting yang harus dibangun setiap pemimpin dalam
kehidupan pelayanan mereka lebih dahulu dan juga terus bersadar kepada Tuhan Yesus
sebagai Pemimpin Agungnya.
4.      Kepribadian yang baik dan ketulusan hati sangat diperlukan. Kerena kepribadian dapat
disebut juga kepemimpinan diri sendiri. Ketika kita dapat memimpin diri kita sendiri dengan
baik, orang lain mungkin ingin mengikuti. Hal tersebut merupakan dasar kehidupan untuk
membangun kehidupan seorang pemimpian Kristen yang melayni dengan benar (sejati). Ini
semua dimulai dengan Karakeristik  dan kepribadian, sebab kepemimpinan Kristen
dijalankan atas dasar kepercayaan baik kepercayan kepada Allah dan dari jemaatnya. Jika
seorang tidak percaya  kita, maka mereka tidak akan mengikuti kita. Keuntungan seorang
yang memiliki karakteristik dan kepribadian yang baik itu semua tidak terlepas dari Anugerah
Allah.
Pemimpin Kristen yang benar (sejati) harus belajar memimpin sebaigai pelayan seorang
gembala yang selalu diperbaharui dan membangun, seperti Tuhan Yesus mengenali semua
murid-muridNya satu persatu. Pemimpin Kristen benar (sejati) mampu mengenali setiap
anggota jemaatnya serta membangun rohaninya dengan baik.     
Daftar Kepustakaan
Abednego Benyamin, Liku-liku Kepemimpinan Kristen, Yakin Surabaya,
Calvin Yohanes, Institutio, BPK Gunung Mulia Jakarta, 2008
Chandra Robby, Landasan Pacu Kepemimpinan,Gloria Graffa, Yogjakarta, 2004
Gangel O. Kenneth, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Gandum Mas, 1999.
Goloeman Daniel,Richard Boyatzis,Annie Mckee, Kepemimpinan Berdasarkan
  Kecerdasan Emosi, Gramedia Jakarta, 2005.
Lowney Chris, Heroic Leadership, Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Maxwill C. John, The 21 Irrefutable Laws Of Leadership (21 Hukum Kepemimpinan
        Sejati), Interaksasa.
Maxwill C. Jhon, Million Leaders Mandte, Buku Catatan 6,
Octavianus P, Manajemen dan Kepemimpinan Me4nurut Wahyu Allah, Literatur YPPI
 Malang, 1997.
Reesor Lerry. Million Leaders Mandate, Buku Catatan 6.
Sibuarian Togardo, Sola Gratia dan Pergumulan Masa kini, STT, Bandung, 2007.
Sanders J. Oswalds, Kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979.
Souza D` Anthony, Proactive Visionary Leadership, PT. Trisewu Nagarawa Graha
 Indramas, 2007.
 Tong Joseph, Diktat Matakuliah Teori Kepemimpinan dalam Perspektif Pastoral,
 STT.Alethea, Lawang, 2011.
                  
[1] Robi Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan, (Gloria Graffa, Yogjakarta, 2004) hal 23-
24
[2] Ibid, landasan Pacu kepemimpinan, hal 26.
[3] B.Kreysen Purba, Sola Gratia dan Pergumulan Masa Kini,(STT Bandung, 2007), Hal 219.
[4] J.Oswald Sanders, Kepemimpin Rohani, (Yayasan Kalam Hidup ,1979) hal 20.
[5]  Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] DR. P. Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah,(Literatur
YPII, 1997) hal 65
[9] Joseph Tong, Diktat Matakuliah Teori Kepemimpinan dalam Perspektif Pastoral, STTA
Lawang 2011, hal 4
[10] Ibid,Kepemimpinan Rohani , hal 21  

[12] Ibid
[13] Dr. John C. Maxwell, Sepuluh Unggulan Prinsip dasar Kepemimpinan dari Yesus, Edisi
Buku perkenalan, (Mellion Leaders Mandate) hal 1
[14] Ibid, Sepuluh Unggulan Prinsip Dasar Kepemimpinan Dari Yesus, Hal 1-2
[15] Dr. Larry D. Reesor, Tujuan Puncak dari Kepemimpinan Mengenapi Amanat Agung,
(Buku Catatan 6), Million Leadrs Mandate , Hal 31
[16] B. Kreysen Purba, Kepemimpinan Hamba dan Anugrerah Allah, Dalam Buku(Sola
Gratia dan pergumulan Masa kini), STT. Bandung, 2007, Hal 228
[17] J.Oswald Sanders, kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979, hal 49.
[18]  Yohanes Calvin, Institutio,BPK Gunung Mulia Jakarta, 2008. Hal 243.
[19] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Yayasan Gandum Mas,
1998, hal  101.
[20] John C. Maxwill,  The 21 Irrefutable Laws Of Leadership,(21 Hukum kepemimpinan
Sejati), Interaksara, Batam centre, hal 191
[21] Dr. Anthony D`Souza, Proactive Visionary Leadership, PT. Trisewu Nagawarsa Graha
Indramas, 2007,h 94.
[22][22]
[23] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979, hal  60,
[24] Ibid, Kepemimpinan Rohani, hal 62.
[25] Yohanes Calvin, Institutio, BPK Gunung Mulia Jakarta, 2008, hal 152.
[26] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup,1979, hal  69
[27]  Kenneth O. Gangel,  Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Yayasan Gandum Mas,
1998, Hal 102
[28] B. Kreysen Purba, Kepemimpinan Hamba dan Anugerah Allah, Dalam Sola Gratia, STT
Bandung, 2007, hal 224-245.
[29] Ibid
[30] Ibid, B. Kreysen Purba, Sola Gratia, hal 226
[31] Benyamin Abednego, Liku-liku Kepemimpinan Kristen,  YAKIN, Surabaya,__ hal 66.
[32] Robby Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan, Gloria Grafa, Yogyakarta,2005, Hal 59
[33] Dr. Anthony D’ Souza, Proactve Visionary Leadership, PT Trisewu Nagawarsa
Jakarta,2007, hal  02.
[34] Daniel Golleman, Richard Boyatzis, Annie McKEE , Kepemimpinan berdasarkan
Kecerdasan Emosi, (Gramedia Jakarta), 2005 hal 69.
[35] Dr. Anthony D` Souza, Proactive Visionary Leadership, PT. Trisewu Nagawara Graha
Indramas, 2007 hal 93-94.
[36]  Chris Lowney, Heroic Leadership, Gramedia Pusta utama, Jakarta, 2005, hal 22.

SEMESTER VI (TUGAS MAKALAH PERANAN KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG


EFEKTIF TERHADAP KAUM PEMUDA)
TUGAS MAKALAH

PERANAN KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG EFEKTIF


TERHADAP KAUM PEMUDA
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kemurahan-Nya tugas
makalah ini dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini penulis serahkan kepada
pembina mata kuliah Kepemimpinan Kristen, Bapak Dr. Christian Johan Lasut, M.Th,
sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada seluruh
mahasiswa.

Penulis memohon kepada bapak dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila
menemukan kesalahan atau kekurangan dalam tugas makalah ini, baik dari segi bahasanya
maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih
baiknya karya tulis yang akan datang.

Batam, 25 Mei 2015

Hormat Saya
Roy Damanik
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam segala aspek, kepemimpinan dan pemimpin merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan suatu organisasi, baik dalam dunia usaha maupun dalam
dunia pendidikan, pemerintahan, politik, kesehatan, dan agama. Kepemimpinan merupakan
gagasan Allah dari kekekalan, demikian juga halnya ketika Ia menciptakan manusia
(Kejadian 1:26). Kepemimpinan sangat erat hubungannya dengan etika. Memimpin
merupakan tugas serta tanggung jawab etis, dan kemampuan tersebut akan menentukan
kualitas kepemimpinan tersebut. Bagi orang percaya, Yesus adalah model dari kepemimpinan
yang paling efektif dalam segala bidang kehidupan. Dan Alkitab merupakan sumber dari
semua ilmu kepemimpinan.
Dalam pembahasan makalah ini, penulis akan memaparkan tentang peranan kepemimpinan
Kristen terhadap kaum pemuda. Bagaimana cara yang efektif dalam memimpin kaum
pemuda? Memimpin bukan hanya sekedar sebuah teknik sosial, namun juga merupakan seni
yang bersifat dinamis. Dalam kepemimpinan kita harus menyadari bahwa orang yang kita
pimpin memiliki kehendak bebas dalam dirinya. Sehingga kita dapat memimpin dengan baik,
dan menjadi pemimpin yang baik. Makalah ini diberi judul “Peranan Kepemimpinan Kristen
Yang Efektif Terhadap Kaum Pemuda”, yang membahas tentang hakikat kepemimpinan,
karakter pemimpin Kristen, kepemimpinan yang efektif serta peranan kepemimpinan Kristen
terhadap kaum pemuda.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1.      Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan kepemimpinan Kristen?
2.      Apa yang menjadi dasar kepemimpinan Kristen?
3.      Apa saja yang menjadi ciri kepemimpinan Kristen yang efektif?
4.      Apa yang menjadi peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum pemuda?

C.    TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini, adalah:
1.      Mengerti dengan baik pengertian kepemimpinan secara umum serta pengertian
kepemimpinan Kristen.
2.      Memahami dengan baik dasar tujuan kepemimpinan Kristen.
3.      Memahami dengan baik ciri kepemimpinan Kristen yang efektif.
4.      Mengerti dengan baik peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum pemuda.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN

1.      DEFENISI KEPEMIMPINAN
Definisi paling sederhana mengenai pemimpin adalah seseorang yang memiliki para
pengikut. Seorang pemimpin harus berusaha untuk mempelajari apa yang harus mereka
lakukan untuk menarik para pengikutnya sehingga seorang pemimpin harus mempunyai
pengaruh yang sangat baik untuk dapat memimpin. Menurut Sondang siagian, kepemimpinan
adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok. Sedangkan kepemimpinan adalah
keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang akan dicapai bersama. Kepemimpinan juga merupakan kemampuan
mempengaruhi dan melakukan perintah. Jadi sebagai orang yang memiliki citra dalam
kepemimpinan haruslah orang yang memiliki daya tarik, baik lewat pengaruh serta daya
pengefektifan dalam pengambil keputusan yang dapat memberikan jalan keluar bagi anggota-
anggotanya.[1]

2.      DEFENISI KEPEMIMPINAN KRISTEN


Kepemimpinan Kristen adalah suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan
Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat, dan situasi khusus) yang didalamnya oleh
campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan kapasitas
penuh) untuk memimpin umatNya (dalam pengelompokan diri sebagai suatu
institusi/organisasi) guna mencapai tujuan Allah (yang membawa keuntungan bagi
pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup) bagi dan melalui umat-Nya, untuk kejayaan
Kerajaan-Nya.[2] Kepemimpinan Kristen juga merupakan seseorang yang dipilih oleh Allah,
ditetapkan oleh Allah, dipanggil oleh Allah, dicipta dan diproses oleh Allah, sehingga mampu
mengintegrasikan segala karunia yang dimilikinya, dalam menggerakkan orang-orang yang
dipimpinnya mencapai tujuan Allah dengan motif dan cara  Allah, dan bagi kemuliaan Allah,
melalui organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin adalah orang yang memimpin sedangkan
kepemimpinan adalah kemampuan memimpin. Pemimpin Kristen yang seutuhnya adalah
seseorang yang memimpin dan sekaligus memiliki kemampuan kepemimpinan secara
kristiani yang mewarnai segala bidang kepemimpinan, baik kepemimpinan bidang ilmiah,
bidang sosial, maupun bidang firman.[3]

B.     DASAR KEPEMIMPINAN KRISTEN


Ada dua dasar kepemimpinan Kristen. Pertama, kepercayaan bahwa kepemimpinan Kristen
sebagai opera ad intra Allah; Kedua, kepercayaan bahwa kepemimpinan Kristen sebagai
opera ad extra Allah. Opera ad intra berarti bahwa kepemimpinan merupakan karya Allah
dalam diri-Nya sejak kekekalan (inward). Sedangkan opera ad extra berarti bahwa
kepemimpinan merupakan karya Allah dalam kekekalan yang direalisasikan dalam konteks
waktu melalui orang/pemimpin pilihan-Nya (outward).[4]
Selain itu dalam kepemimpinan Kristen ada 2 dasar penting, yakni dasar teologis-filosofis
dan dasar etika-moral. Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada
seorang pemimpin Kristen, ialah:[5]
1)      Memahami bahwa ia terpanggil sebagai “pelayan/hamba” (Mrk. 10:42-45).
2)      Harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen, yakni: “membina hubungan”
dengan orang yang dipimpinnya (Mrk. 3:13-19; Mat. 10:1-4; Luk. 6:12-16); dan
“mengutamakan pengabdian” (Luk. 17:7-10).
3)      Harus memahami proses kepemimpinan serta keterampilan memimpin, antara lain:
a.       Ia harus mengetahui tujuan Allah dalam organisasi yang dipimpinnya.
b.      Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c.       Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja.
d.      Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya.
e.       Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya menciptakan hubungan  yang baik
dengan bawahannya.
Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas inkarnasi
Yesus Kristus (Yoh. 1:1-14, 18; Flp. 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen
yang dibangun diatas fakta inkarnasi Yesus Kristus, memiliki kisi kebenaran berikut:[6]
Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk:
kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya.
2)      Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang
berlaku dalam penerapan segala bidang hidup.
3)      Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup
yang dibuktikan dengan pertobatan, pembaharuan, pemulihan hidup dan semangat kerja.
4)      Perwujudan dasar etika-moral kepemimpinan Kristen diatas haruslah dinyatakan dalam
sikap dan bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a.       Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibr.
13:17).
b.      Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin bertumbuh (Kol. 2:6-7;
3:5-17).
c.       Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup (Ibr. 13:7-
8).
d.      Pemimpin Kristen harus memiliki motivasi dasar pelayan (hamba) (Mrk. 10:42-45).

C.    CIRI KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG EFEKTIF


Dalam kepemimpinan ada tujuan yang hendak dicapai, dalam pencapaian tersebut tentu
sekali sangat dibutuhkan standar khusus agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Leroy
Eims dalam bukunya menyampaikan 12 ciri kepemimpinan yang efektif dalam proses
kepemimpinan, adapun ciri kepemimpinan yang efektif tersebut, antara lain:[7]
1.      Menjadi Pemimpin Yang Bertanggung Jawab
Menjadi pemimpin yang bertanggung jawab berarti memiliki motivasi dan semangat juang.
Tidak membenarkan diri dan melempar tanggung jawab, salah satu awal kegagalan seorang
pemimpin adalah membenarkan diri serta melempar tanggung jawab. Seorang pemimpin
harus mengatasi kecenderungan untuk membenarkan diri dan harus menerima tanggung
jawab dengan baik.
2.      Menjadi Pemimpin Yang Bertumbuh
Menjadi pemimpin yang bertumbuh tidaklah mudah. Dalam kepemimpinan ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, dimana hal tersebut merupakan musuh pertumbuhan, yakni
kecongkakan dan kemalasan. Oleh karena itu seorang pemimpin yang bertumbuh haruslah
memiliki kerendahan hati (Ams. 15:33; 22:4), memiliki kesalehan (Mzm. 119:7-8), bijaksana
(Ams. 14:18).
3.      Menjadi Pemimpin Yang Membangkitkan Semangat
Untuk dapat menjadi pemimpin yang membangkitkan semangat, maka seorang pemimpin
harus memiliki visi, kesiapsediaan dan pengabdian.
4.      Menjadi Pemimpin Yang Efisien
Seorang pemimpin yang efisien harus memiliki komunikasi yang baik dengan rekan-rekan
kerja maupun rekan pelayanan (Neh. 2:17-18). Seorang pemimpin yang efisien juga harus
membagikan tanggung jawab (Kel. 18:21-22) serta melakukan penilaian secara teratur.
5.      Menjadi Teladan
6.      Menjadi Pemimpin Yang Memberi Perhatian
Dalam hal ini, seorang pemimpin harus menghindari beberapa hal yang dapat merusak
perhatian seorang pemimpin, baik itu gembala maupun pemimpin dalam organisasi tertentu,
yakni menghindai kebiasaan memperhatikan diri sendiri saja, menghindari kebodohan,
kemalasan, serta penyimpangan (menyalahgunakan perhatian).
7.      Memiliki Komunikasi Yang Baik
8.      Berorientasi Kepada Sasaran
Untuk dapat berorientasi kepada sasaran, seorang pemimpin harus terlebih dahulu
menentukan sasaran (melalui pengarahan, menilai kemajuan serta memperhatikan hasil yang
dicapai). Sasaran yang hendak dicapai dapat berupa sasaran jangka panjang maupun jangka
pendek. Sasaran haruslah dibarengi dengan ketekunan serta tindakan.
9.      Menjadi Pemimpin Yang Tegas
10.  Menjadi Pemimpin Yang Cakap
11.  Menjadi Pemimpin Yang Mempersatukan
12.  Menjadi Pemimpin Yang Bekerja
pengarahan, menilai kemajuan serta memperhatikan hasil yang dicapai). Sasaran yang hendak
dicapai dapat berupa sasaran jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran haruslah
dibarengi dengan ketekunan serta tindakan.
9.      Menjadi Pemimpin Yang Tegas
10.  Menjadi Pemimpin Yang Cakap
11.  Menjadi Pemimpin Yang Mempersatukan
12.  Menjadi Pemimpin Yang Bekerja

D.    PERANAN KEPEMIMPINAN KRISTEN TERHADAP PEMUDA


Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kaum berarti sanak kerabat, keluarga besar,
golongan orang yang sepaham, sedangkan muda artinya belum sampai setengah umur.
Sebuah pelayanan yang sehat dari kaum muda tidak dimulai dengan gagasan-gagasannya
melainkan dengan para pemimpin rohaninya. Kaum muda adalah orang-orang yang Tuhan
persiapkan untuk menggenapi nubuatan nabi Yoel di akhir zaman ini. Pelayan di kalangan
kaum muda memang tidak mudah. Pelayanan ini dipenuhi dengan berbagai konflik yang
berbeda. Masalah-masalah yang rumit selalu mengiringi pelayanan ini. Pelayanan kaum
muda tidak pernah berhenti, hal ini akan selalu berlanjut dalam semua aspek organisasi.
Setiap pelayanan kaum muda akan mampu bertumbuh kalau dibangun atas dasar tujuan Allah
bagi gereja. Membangun sebuah pelayanan kaum muda yang diarahkan pada tujuan akan
memerlukan sejumlah besar komitmen, ketekunan dan kepemimpinan.
Lalu bagaimana peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum muda? Untuk menemukan
jawaban tentang peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum muda. Terlebih dahulu harus
memperhatikan keadaan kaum muda dalam gereja. Peter Wongso dalam bukunya
menyampaikan beberapa keadaan pemuda dalam gereja saat ini, yakni:[8]
1.      Adanya pemisahan antara orang dewasa dan kaum muda, pandangan kaum muda sering
ditolak, pekerjaannya tidak dihargai bahkan usulnya ditentang oleh orang dewasa. Akhirnya
muncul saling menuduh, tidak mengerti antara satu dengan yang lainnya, saling menyerang,
sehingga kaum muda banyak yang meninggalkan gereja.
2.      Kebaktian dan kegiatan-kegiatan gereja tidak dapat menarik perhatian kaum muda.
Mimbar dan kebaktian belum dapat memenuhi kebutuhan mereka, bahkan tidak dapat
mengatasi masalah pemuda dengan kebenaran Alkitab. Akhirnya kaum muda menjadi orang
yang menentang Firman Tuhan.
3.      Biasanya seorang pemuda yang baru masuk gereja sangat berkobar-kobar, suka ikut
pelayanan. Maka, apabila kurang mendapat perhatian, petunjuk dan bimbingan atau kurang
memperoleh pengertian, mereka akan menjadi dingin, patah semangat dan meninggalkan
gereja.
4.      Cara persekutuan pemuda/i perlu dikoreksi. Perhatikan cara yang sesuai dengan watak
mereka yang suka kestatisan. Ingatlah, bahwa apabila tidak ada perubahan-perubahan, tidak
akan mungkin memperoleh potensi baru.
5.      Apabila gereja tidak mampu mencukupi kebutuhan rohani kaum muda, pasti akan
terjadi ketidakpuasan yang menimbulkan keinginan untuk meniggalkan gereja. Maka seorang
pemimpin gereja perlu terus-menerus menambah ilmu pengetahuan.

Dari beberapa keadaan pemuda dalam gereja diatas, peranan sesungguhya dari pemimpin
terhadap kaum muda, sangatlah jelas. Sesuai dengan pembahasan sebelumnya tentang ciri
kepemimpinan yang efektif, apabila dilakukan seorang pemimpin dengan baik, tentu sekali
masalah yang muncul dalam kaum pemuda akan dapat teratasi. Untuk menyikapi masalah
pemuda dalam gereja diatas, penulis akan menyajikan bagaimana seharusnya peranan
kepemimpinan Kristen terhadap permasalahan tersebut sesuai dengan ciri kepemimpinan
yang efektif.
1.      Menjadi Pemimpin Yang Mempersatukan, pemimpin yang mempersatukan tidak hanya
berbicara tentang mempersatukan secara organis. Namun, seorang pemimpin juga harus bisa
menerima pendapat dari kaum pemuda. Mengapa Peter Wongso menyampaikan masalah
pemuda diatas, tentu sekali karena banyak para pemimpin gereja yang tidak menghargai
pendapat pemuda, atau bahkan menganggap bahwa kaum muda belum memiliki kapasitas
untuk mengeluarkan pendapat. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memahami dengan
baik peranannya sebagai pemimpin, agar kaum muda merasa lebih dihargai dan mau terbeban
dalam pelayanan.
2.      Menjadi Pemimpin Yang Membangkitkan Semangat, seorang pemimpin dengan
kapasitas kepemimpinannya harus memiliki kreatifitas dan pengetahuan yang luas tentang
kehidupan pemuda. Apa yang ditawarkan oleh gereja, tentu itulah yang akan diterima oleh
pemuda. Jika tawaran yang disajikan tidak menarik, pemuda yang memiliki jiwa petualang
akan pergi mencari yang lebih menarik. Gereja melalui pemimpin harus berusaha memberi
kenyamanan terhadap kaum muda, agar kaum muda dapat berkarya dalam gereja. Namun
dalam hal ini, tentu sekali harus tetap memperhatikan kebenaran Firman Tuhan, jangan
sampai tidak sesuai dengan Alkitab.
3.      Menjadi Teladan Serta Memberikan Perhatian, pemuda butuh seorang teladan dalam
proses pertumbuhannya menuju kedewasaan, serta membutuhkan perhatian untuk
mendukung serta memotivasi hidupnya. Bimbingan serta motivasi dan perhatian khusus
harus diberikan kepada kaum pemuda, agar dalam proses pembentukannya seorang pemuda
bertumbuh sesuai dasar Firman Tuhan.
4.      Menjadi Pemimpin Yang Cakap, seorang pemimpin harus terus belajar dan menambah
ilmu pengetahuan, agar pemimpin mampu menjawab dan memenuhi keinginan pemuda.

Selain peranan yang penulis sampaikan diatas. Peter Wongso melalui bukunya juga
menyampaikan beberapa peranan yang seharusnya dilakukan pemimpin terhadap kaum
muda.[9]
1.      Mengarahkan dan memanfaatkan karunia kaum muda, serta memupuknya.
2.      Melatih serta memajukan bakat-bakat kepemimpinan dan pengerja dalam organisasi
kaum muda.
3.      Pelayanan kaum muda harus bersemangat, sistematis, berpandangan luas, kreatif, dan
ada ide-ide yang baru.
4.      Mengadakan pembimbingan kaum muda dengan cara mengumpulkan pemikiran-
pemikiran dan pendapat bagi perkembangan kaum muda.
5.      Gereja bekerja sama dengan sekolah Teologia dalam mendidik tenaga-tenaga khusus.
6.      Mendorong kaum muda untuk saling mengerti, saling percaya, dan saling menghargai.
7.      Mengadakan seminar-seminar khusus yang membicarakan pelayanan kaum muda
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan yang efektif bagi pelayanan kaum muda sangat dibutuhkan di dalam semua
aspek hidup, baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Pemuda memegang peranan yang
sangat penting dalam kelanjutan pelayanan. Kepemimpinan bukanlah milik sebagian orang
saja, tetapi kita semua diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin. Kepemipinan adalah
ide Allah, dan semua manusia ciptaannya memiliki itu. Untuk mengembangkan
kepemimpinan haruslah meningkatkan kualitas hidup kita, dan tidak berhenti untuk belajar.
            Kepemimpinan kaum muda yang efektif adalah pemimpin yang mampu memberi
teladan hidup, hidup dalam kerendahan hati, pemimpin yang visioner, tidak malas (mau
mengembangkan karunia), dapat membagi waktu dengan baik, dapat berorganisasi dengan
baik, mampu mendelegasikan tugas-tugasnya kepada rekan kerjanya dan yang tidak kalah
pentingya adalah seorang pemimpin yang mampu membuat tim kerja yang solid, sehingga
pelayananannya menjadi lebih efektif. Oleh karena itu gereja melalui pemimpin dan
kapasitasnya sebagai pemimpin harus lebih memperhatikan peranannya terhadap kaum muda,
agar pelayanan kaum muda semakin lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Eims, Leroy: 12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999).
Lasut, Christian J.: Bahan Ajar Kepemimpinan Kristen (Batam: STT Basom, 2015).
Siagian, Sondang P.: Teori Dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988).
Tomatala, Yakob: Kepemimpinan Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2002).
Tomatala, Yakob: Kepemimpinan yang Dinamis (Jakarta: Gandum Mas, 1997).
Wongso, Peter: Theologia Penggembalaan (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1995).
[1] Sondang P. Siagian, Teori Dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988)
hal. 08.
[2] Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis (Jakarta: Gandum Mas, 1997) hal. 43.
[3] Christian J. Lasut, Bahan Ajar Kepemimpinan Kristen (Batam: STT Basom, 2015).
[4] Ibid
[5] Yakob Tomatala, Kepemimpinan Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2002) hal.
16-18.
[6] Ibid, hal. 18-19
[7] Leroy Eims, 12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
1999).
[8] Peter Wongso, Theologia Penggembalaan (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,
1995) hal. 119-120.
[9] Ibid , hal. 120-121.

Anda mungkin juga menyukai