Anda di halaman 1dari 16

1

Nama : Brima Suryono Purba

Kelas : V-C/Theologia

NIM : 16.01.1368

Mata Kuliah : Seminar Perjanjian Lama

Dosen : Dr. Jontor Situmorang

Pemimpin Pilihan Tuhan

(Tinjauan Biblika, Historika, Sistematika, Praktika, Ilmu Agama dan Sosial Politik)

I. Latar Belakang Masalah


Kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki para pengikut, peran
pemimpin adalah menciptakan para pengikut sehingga seorang pemimpin harus
mempunyai pengaruh yang sangat baik untuk dapat memimpin. Kepemimpinan
seseorang yang dapat mempengaruhi dan melakukan perintah. Jadi sebagai orang
yang memiliki citra dalam kepemimpinan haruslah orang yang memiliki daya
tarik yang baik lewat pengaruh dalam pengambil keputusan yang dapat
memberikan pandangan serta solusi yang tepat. Sangat penting bagi seorang
pemimpin memiliki pengaruh yang baik dan dapat menjadi teladan sehingga
menjadikannya pemimpin yang baik dan berotoritas. Kepemimpinan didasarkan
kepada Allah, oleh kehendakNya yang berdaulat menetapkan serta memilih setiap
pribadi dalam konteks pelayanan menjadi pemimpin. Tetapi konteks pada masa
kini pemimpin-pemimpin sudah banyak menyelewengkan kekuasaan yang ada
pada dirinya, beberapa pemimpin yang tidak bisa merangkul anggota-anggotanya
bisa dikatakan pemimpin yang gagal dalam tanggung jawabnya, sudah tidak
sesuai dengan pemimpin yang seturut dengan kehendak Allah.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Pemimpin secara umum
Pemimpin atau memimpin, dalam bahasa Inggris disebut Leader yang
akar katanya adalah “to lead” dan maknanya mengandung pengertian;
bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat
paling dulu, mempelopori, menuntun, dan menggerakkan orang lain. 1 John

1
Midian K.H. Sirait, Panggilan Melayani, (Jakarta: Surya Judika Ray, 2000), 54.

1
2

Mac Arthur mengatakan bahwa kepemimpinan berkaitan dengan pengaruh.


Ada banyak orang yang sederhana, lemah lembut, memiliki belas kasih, dan
berjiwa melayani, namun tidak cocok berperan sebagai pemimpin. Seorang
pemimpin sejati selalu menjadi sumber inspirasi bagi para pengikutnya.
Memang benar kepemimpinan menuntut hati seorang pelayan , itu tidak
berarti seseorang yang berhati melayani pasti bagus dalam memimpin orang
lain. Ringkasnya, pemimpin yang ideal adalah seorang yang memiliki hidup
dan karakter yang berwibawa dan memiliki cara hidup yang benar dan layak
untuk diteladani, bukan karena ia berkuasa dan punya gengsi atau jabatan
tertentu.2
II.2. Pandangan Pemimpin Menurut Alkitab
Para pemimpin dunia hanya memberi definisi kepemimpinan sebatas
pencapian visi, misi, sukses, keuntungan, dan target. Sedangkan pemimpin
kristen memberi definisi tentang kepemimpinan lebih kepada transformasi
kehidupan orang-orang yang dipimpin kearah keserupaan dengan gambar
KhalikNya. Maksudnya membawa manusia mengerjakan visi dan misi Tuhan
bagi apapun dalam bidang kehidupan dan pekerjaannya. Pemimpin adalah
seorang yang dianugerahkan kemampuan dari Tuhan untuk mengerjakan tugas
dan tanggungjawab kepemimpinan sesuai dengan kehendakNya, yakni
membawa umat Allah sampai pada tujuan yang telah ditetapkan-Nya.3 Jadi,
Allah sendiri yang akan memilih siapa orang yang akan dipakai untuk
memimpin umatNya. Pemimpin kristen adalah orang yang telah dipanggil, dan
mendapat karunia serta tanggungjawab dari Allah untuk memimpin suatu
kelompok tertentu.
II.3. Pandangan Perjanjian Lama Tentang Pemimpin
Kata pemimpin berasal dari kata pimpin (‫ ) ֣ילַך‬yang adalah bentuk
umumyang digunakan untuk “berjalan”, “datang”. Namun dibeberapa tempat
yalak juga dapat diartikan sebagai “memimpin”, Yahweh ia menjadi tokoh
utama dari tindakan memimpin tersebut.4 Dalam perjanjian lama kata
‫(נׇ ׅגיך‬nagid) berarti seorang pangeran, raja dan pemimpin. Kata ini sebagai

2
John Mac Arthur, Kitab Kepemimpinan:26 karakter pemimpin sejati, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008), ix.
3
Yosafat Bangun, Integritas Pemimpin Pastoral, (Yogyakarta: ANDI, 2010), 130.
4
Stepen D.Renn (ed), Ekspositori Dictionary Of Bible Words, (USA: Hendrickson Publishing Marketing,
2005), 582.

2
3

istilah umum untuk seorang pemimpin dan sebagai sebutan kerajaan. 5 Kata ‫נחה‬
(nnh) dalam bentuk kata benda maskulin tunggal ‫(נ ׅ ֽׅׄׄשיַאי‬the leader of) juga
dapat berarti memimpin, orang yang memberi petunjuk jalan atau arah.6
Dalam perjanjian lama, Allah bertindak dalam sejarah dengan maksud dan
rencana untuk mendirikan kerajaan Allah. Ini berarti bahwa Tuhanlah raja
mereka, dan inilah yang disebut dengan Teokrasi yaitu pemerintahan Allah
yang sesungguhnya dan benar atas umatNya. Namun, Israel secara terang-
terangan tidak mengkhendaki Teokrasi. Dengan demikian, Israel menolak
Allah atau Israel ingin melihat raja dari Allah diganti oleh raja dari manusia
sebagaimana dikatakan oleh umat israel, “angkatlah seorang raja atas kami
untuk memerintah kami, seperti pada bangsa lain(1 Sam 8:5).” 7 Di israel,
Tuhan berprakarsa memilih orang yang diangkat menjadi pemimpin dan raja.
Dalam bahasa Ibrani “mengangkat raja” adalah bentuk Kausatif, yakni
Himilik, dari kerja Malak (memerintah sebagai raja; bnd 1 Sam 15:11,35, 1Raj
3:7, 2Taw 1:8,9,11) dalam bahasa ibrani, gelar “raja” biasanya disebut Melek.
Dalam cerita kuno dipakai nagid, “pemimpin”, karena istilah raja dianggap
tidak sesuai dengan kepercayaan israel (bnd 1Sam 9:16, 1Sam 13:14, Yes
55:4).8 Pemimpin dalam perjanjian lama merupakan alat Allah untuk melayani
Dia dan UmatNya guna menghadirkan “syalom” Allah ditengah-tengah dunia
ini dibawah otoritas Allah. Pemimpin dalam perjanjian lama dipanggil dan
dipilih oleh Allah sendiri (Kel 6:25-29, Bil 26:2). Allah yang memiliki peran
untuk memilih dan menyertai umatNya di padang gurun dan membawa
umatNya ke kanaan. Kata memimpin tidak hanya memiliki pengertian sekedar
memimpin tetapi mengarah kepada seseorang pandu yang menunjukm jalan,
akan tetapi pemimpin disini mempunyai pengertian memelihara, membawa ke
tujuan, berbuat apa yang perlu sehingga umat itu sampai masuk ke tempat
yang dituju.9
II.4. Pandangan Perjanjian Baru Tentang Pemimpin

5
William A. Van Gemeren (ed), New International Dictionary of Old Testement Teology & Eksegesis Vol
3, (USA: Paternoster Press, 1997), 20.
6
Ernest Jenni, Theological Lexicon Of the Word Testement Vol 2, (USA: Hendrickson Publishers, 1997),
729.
7
V.M Siringo-ringo, Teologi Perjanjian Lama, (Yogyakarta: ANDI, 2013), 84.
8
Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 197.
9
C. Barth, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 197.

3
4

Dalam perjanjian baru dan memiliki arti


pemimpin atau petunjuk jalan. Kata ini muncul 101 kali dalam perjanjian baru
dengan sangat penting dalam tulisan-tulisan naratif, terutama dalam lukas-
kisah para rasul. Dalam pengertian dasarnya, kata ini merujuk pada jalan,
berjalan atau perjalanan sebagai suatu tindakan.10 Kata yang juga sering
digunakan untuk ungkapan pemimpin dalam perjanjian baru adalah
yang artinya gembala, pastor, pendeta. Sebagian dalam bentuk kata
kerja yang artinya menggembalakan (1Pet 5:2; Kis 20:28; Yoh
21:6).11 Kata ini digunakan sebanyak 17 kali. Selain kata poimen, ada kata
lainnya yang mempunyai makna yang sama. Pertama, (poimanio),
yang berarti memelihara sebagai seorang gembala atau penggembalaan (bdn
Mat 2:6; Luk 17:7; Yoh 21:6; 1Kor 9:7; Wah 7:17). Kedua,
(poimnion) yang berarti sekumpulan orang percaya (Luk 13:32; Kis
20:28; 1Pet 5:2-3).12 Dalam perjanjian baru ditemukan fakta-fakta
kepemimpinan dan prinsip-prinsip kepemimpinan yang terdapat dalam ajaran
Yesus. Tuhan Yesus merujuk kepada dirinya sebagai pemimpin mesias (Mat
23:18) yang memberi indikasi kuat akan peranNya sebagai pemimpin (bnd, Ibr
13:8, 20-21). Sebagai pemimpin, Tuhan Yesus membuktikan bahwa diriNya
adalah pemimpin lengkap dengan karakter tangguh, pengetahuan yang
komperhensip dan lebih khas, serta kecakapan sosial dan teknis yang sangat
handal dalam kepemimpinanNya (bnd, Luk 4:32, Mat 7:28,29, Mark 1:22
yang berisi pengakuan atas kehendak Tuhan Yesus sebagai pemimpin). Yesus
secara mental sanggup menerima dan memadukan ketidakadilan sebagai
bagian dari suatu rencana cinta kasih yang lebih besar.13

II.5. Sifat-sifat Kepemimpinan


Dalam mempersiapkan untuk kepemimpinan, Allah selalu
mempunyai pandangan atas bidang pelayanan, kemana Ia bermaksud
untuk memanggil orang itu. Oleh sebab itu Ia mampu menyesuaikan

10
A. Horstmann, Exegetical Dictionary Of The New Testament 2, (Michigan: William B. Eerdmans
Publishing Company Grand Rapids, 1991), 495.
11
Pensilwally, Kamus Yunani-Indonesia,(Tarutung: Tp, 2005), 130.
12
Jonar S, Kamus Alkitab dan Teologi, (Yogyakarta: ANDI, 2016), 160.
13
Lauric Beth Jones, Yesus Chief Executive Officer, (Jakarta: Mitra Usaha, 1997), 55.

4
5

cara-cara untuk mencapai tujuan dan memberikan kepadanya karunia


alamiah dan kasih karunia yang akan sesuai baginya untuk
melaksanakan tugasnya. Tanpa perlengkapan yang istimewa dan
latihan yang unik yang diberikan kepadanya, Paulus tidak akan dapat
mencapai hasil yang dicapainya dalam jangku waktu hidupnya yang
singkat. Sifat-sifat kepemimpinan:
1. Disiplin
Sifat ini ditaruh pada tempat yang pertama, karena tanpa sifat ini
maka karunia-karunia yang lain, betapapun besarnya, tidak akan
berkembang dengan sepenuh-penuhnya. Hanya orang yang
mendisplin dirinya yang akan mencapai daya yang setinggi-
tingginya. Seoramg pemimpin dapat memimpin orang lain, karena
ia telah mengalahkan dirinya sendiri. Dalam bahasa Inggris, kata-
kata Disciple (murid) dan Discipline (disiplin) berasal dari akar
kata yang sama. Seorang pemimpin adalah orang yang pertama-
tama telah menyerahkan dengan sukarela dan belajar untuk
mentaati disiplin yang bersala dari luar dirinya, tetapi yang
kemudian menaklukan dirinya sendiri pada disiplin yang lebih
keras dari dalam.
2. Penglihatan
Mereka yang paling kuat dan secara tetap mempengaruhi generasi
mereka biasanya adalah seorang “pelihat”, yaitu orang-orang yang
lebih banyak melihat dari pada orang lain. Mereka disebut orang-
orang beriman karena iman adalah penglihatan. Hal ini memang
benar-benar dialami oleh para nabi dan pelihat pada zaman
perjanjian lama. Musa salah seorang pemimpin yang terbesar
sepanjang zaman, “bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak
kelihatan”, imannya menghasilkan penglihatan.
3. Hikmat
Hikmat adalah kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan
dengan sebaik-baiknya, suatu kombinasi antara percakapan untuk
membedakan, kecapakan untuk menilai, kebijaksanaan dan
kecakapan-kecakapan yang serupa. Di dalam kitab suci, hikmat
adalah kemampuan menilai dengan benar kebenaran rohani dan

5
6

moral. Hikmat itu lebih dari pada pengetahuan, yang merupakan


kumpulan fakta. Hikmat mempunyai konotasi pribadi dan
didalamnya tersirat pengertian kebijaksanaan. Hikmat itu lebih dari
pada kecerdasan manusia, hikmat adalah ketajaman sorgawi.
Hikmat adalah pengetahuan dengan pengertian sedalam-dalamnya
terhadap inti persoalan, dan mengenalnya sebagaimana adanya.
4. Keputusan
Jika semua fakta telah ada, maka satu keputusan yang cepat dan
jelas merupakan ciri seorang pemimpin yang benar. Orang yang
mempunyai penglihatan harus mengambil tindakan terhadap
persoalan itu atau ia akan tetap sebagai seorang penonton, dan
bukan seorang pemimpin. Oleh karena itu harus cepat mengambil
keputusan, maka keputusan itu harus didasarkan atas pemikiran
yang benar.
5. Keberanian
Keberanian yang paling tinggi dituntut dari seorang pemimpin
rohani, yaitu selalu keberanian moral dan sering kali juga
keberanian fisik. Keberanian adalah “sifat pikiran yang
memungkinkan orang untuk menghadapi bahaya atau kesukaran
dengan keteguhan, tanpa rasa takut atau kecil hati”. Keberanian
seorang pemimpin dinyatakan dalam hal ia rela menghadapi
kenyataan yang tidak enak, bahkan kenyataan dan keadaan yang
menghancurkan, dengan ketenangan hati dan kemudian bertindak
teguh atas dasar hal tersebut, meskipun itu berarti mendatangkan
ketidakpopuleran bagi dirinya sendiri. Keadaan tidak berdaya dan
perlawanan manusia tidak menghalanginya. Keberaniannya bukan
hanya untuk sesaat, melainkan terus ada sampai tugasnya selesai
dilakukan.

6. Kerendahan hati
Dibidang politik dan perdagangan, kerendahan hati bukanlah suatu
sifat yang diinginkan atau diperlukan. Dibidang itu pemimpin
memerlukan dan mencari nama dan kedudukan. Tetapi menurut
ukuran Allah, kerendahan hati mendapat tempat yang sangat tinggi.

6
7

Tidak menonjolkan diri, tidak mengiklankan diri, ada definisinya


yang diberikan Kristus untuk kempemimpinan. Pada waktu melatih
murid-muridNya untuk kedudukan kekuasaan pada masa yang
akan datang, Ia berkata kepada mereka, agar mereka tidak menjadi
sombong dan suka berkuasa seperti berkuasa yang sewenang-
wenang, melainkan kehendaknya mereka rendah hati dan
sederhana seperti Tuhan mereka (Mat 20:25-27).14

II.6. Tinjauan Menurut Biblika - Historika


II.6.1. Menurut Perjanjian Lama
Dalam perjanjian lama dijelaskan bahwa Tuhan adalah sebagai
Pemimpin sebagai pendidik, pemimpin umat Israel (Yes. 40:11;
Mzm. 23; Yeh. 34; Yer. 23:13).Dipihak lain, bangsa Israel selalu
mengharapkan seorang pemimpin yang akan dating pada akhir
zaman untuk memimpin sebagai pendidikkan umatNya sebagai
pengganti pemimpin yang setia pada misi Allah.
Seseorang pemimpin sebagai pendidik dalam perjanjian lama
adalah raja Daud. Di dalam Alkitab 1 Samuel 16:11, dimana
nyata bahwa Daud, sebelum ia menjadi raja adalah sebagai seorang
pemimpin sebagai pendidik.15Baik kitab suci maupun sejarah Israel
dan sejarah gereja membuktikan, bahwa jika Allah mendapatkan
seseorang yang sesuai dengan persyaratan rohaniNya, yang rela
membayar seluruh biaya kemuridan, maka Ia akan memakai dia
sepenuhnya, Musa, Yosua, Daud dan banyak lagi yang lainnya
dipakai Allah menjadi pemimpin.16

II.6.2. Menurut Perjanjian Baru


Gambaran pemimpin dalam perjanjian lama telah digenapi
dalam perjanjian baru, karena dalam perjanjian baru Yesus yang
disebut sebagai pemimpin sebagai pendidik (Mat. 2:6, Yoh. 10:11-

14
J.Oswald Sandres, Kepemimpinan Rohani,(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006), 48-62.
15
M. Bons Storm, Apakah Pengembalaan Itu?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), 16.
16
J.Oswald Sandres, Kepemimpinan Rohani, 16.

7
8

16).Seperti yang dijelaskan oleh Abineno, bahwa: “Janji itu


digenapi oleh dan dalam Yesus Kristus ialah pemimpin sebagai
pendidik yang baiksatu-satunya.”17Yesus datang ke dalam dunia
untuk menggenapi nubuat ini dengan memberitakan injil dan
menolong orang-orang miskin, orang-orang tawanan, orang-orang
buta dll. Maksud kedatangan Yesus lebih dari sekedar menolong
orang-orang yang sengsara, ia datang untuk memberi kehidupan
yang berkelimpahan bagi mereka yang mau menerimaNya. Yesus
memiliki suatu visi kepemimpinan yang sangat dalam artinya dan
begitu luar biasa dampaknya sehingga semua maksud manusia
menjadi pucat tak berarti dibawah visiNya.18 Sama seperti
perjanjian lama, perjanjian baru pun tidak secara eksklusif
berbicara tentang kepemimpinan. Dari perjanjian baru ditemukan
fakta-fakta kepemimpinan dan prinsip-prinsip kepemimpinan yang
terdapat dalam ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus serta para rasul.
Berdasarkan apa yang dikatakan diatas, bagian ini akan
membincangkan tiga pokok penting, antara lain: pertama,
kepemimpinan dalam perspektif Tuhan Yesus Kristus, dan kedua,
falsafah kepemimpinan dari ajaran Tuhan Yesus Kristus, dan
ajaran tentang Yesus Kristus, serta ketiga, tema-tema
kepemimpinan populer dalam ajaran Tuhan Yesus Kristus.19

II.7. Tinjauan Menurut Sistematika


II.7.1. Nabi
Istilah utama untuk nabi adalah Navi ‫ נבִיא‬terdapat sebanyak
316 kali dalam PL. Sekalipun asal-usul kata ini tidak begitu jelas,
tetapi arti kata kerja bernubuat ialah mengeluarkan kata-kata
berlimpah-limpah dari pikiran Allah dan oleh roh Allah. Jadi,
seorang nabi adalah seorang juru bicara yang mencurahkan kata-
kata dibawah kuasa dorongan roh Allah. Kata Yunani Profetes
() berarti seorang yang berbicara atas nama orang lain.

17
JL. Ch. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1967), 15.
18
Jerry C.Woford, Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan, (Yogyakarta: ANDI, 2008), 14,16.
19
Tomatala, Yakob, Kepemimpinan Kristen, (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2002), 41.

8
9

Para nabi berbicara bagi Allah keapda umat perjanjian,


berlandaskan dengan apa yang sudah mereka dengar, lihat dan
terima dari Dia. Kata Ibrani yang lain ialah Roeh (‫)רָאה‬dan
֗ Khazeh
(‫)חזׇ ה‬
֗ diterjemahkan dengan pelihat, menunjuk kemampuan
khusus untuk melihat kenyataan rohani dan hal-hal masa depan.
Seorang nabi juga disebut kata Ish lohim (‫שָאלהים‬
ִ ‫)אי‬
‫ ׅ‬yang
diterjemahkan abdi Allah (2 Raj 4:21), hamba Allah (Yes 20:3,
Dan 6:20), orang yang memiliki roh Allah atasnya (Yes 61:1-3),
penjaga (Yeh 3:17), dan utusan Tuhan (Hag 1:13). Nabi-nabi juga
menafsirkan mimpi-mimpi yang bersifat nubuat (mis Yusuf dan
Daniel) dan memebrikan pengertian mengenai sejarah, baik yang
sekarang maupun yang akan datang dari pandangan kenabian. 20
Pada dasarnya nabi-nabi yang terdahulu adalah juru bicara Allah.
Para pendengar dari umat israel hanya mengingat bagian-bagian
tertentu dari nubuat-nubuat mereka yang ada kaitannya dengan
sejarah israel. Sedangkan ucapan-ucapan nabi yang terkemudian
dicatat oleh murid-muridnya dan dihimpun menjadi satu kumpulan.
Malah kadang-kadang nabi itu sendiri menulis nubuat-nubuatnya.
Walaupun demikian fungsi nabi-nabi ini ialah mempelajari
kehendak Allah bagi umatNya, dan memperingatkan atau
mendorong umat Allah sezamannya sesuai dengan situasi.21
II.7.2. Hakim
Pada mulanya Musa langsung mengadili bangsa Israel, tetapi
ternyata tugas itu menjadi terlalu berat untuk satu orang saja,
sehingga atas usulan mertuanya dia mengangkat hakim-hakim (Kel
18). Peranan hakim sangat menentukan pada zaman mula-mula
bangsa israel memasuki negeri Palestina, pada zaman itu tugas
mereka bukan hanya dalam bidang pengadilan, tetapi juga
mencakup kepemimpinan bangsa dalam bidang politik dan
perang.22 Kata “Hakim” (Ibr: Syofet), berasal dari kata kerja yang
berarti: a) menyelamatkan, membebaskan di medan perang; b)

20
V.M Siringo-ringo, Teologi Perjanjian Lama, 94.
21
David F. Hinson, Sejarah Isarel Pada Zaman Alkitab, 130.
22
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 46.

9
10

memerintah, mengatur di medan sipil; dan c) mengadili di medan


penghakiman. Pada intinya, Tuhan adalah “hakim” (Hak 11:27).
Hakim yang diangkat Tuhan dapat dilengkapi dengan rohNya
(demikianlah Otniel(Hak 3:9-10); Gideon (Hak 6:34), Yefta (Hak
11:29), dan Simson (Hak 13:25) atau dibangkitkan (Demikianlah
Ehud (Hak 3:15). Tuhan juga dapat memberikan jabatan nabi
kepada seorang hakim agar ia mendengar dan meneruskan
firmanNya seperti halnya Debora (Hak 4:4) dan Samuel (1 Sam
3:20).23 Jabatan hakim dalam periode sejarah umat israel ini tidak
mudah untuk didefinisikan. Para hakim ini tidaklah dipilih, mereka
juga tidak mewarisi jabatannya. Mereka tidak dianggap secara
resmi, juga tidak diurapi. Mereka disebut pemimpin-pemimpin
kharismatik, karena secara spontan mereka mengambil peran
kepemimpinan manakala kebutuhan muncul. Dengan demikian
dapat ditegaskan bahwa Allah yang mengangkat mereka untuk
membebaskan Israel. Tugas-tugas yang paling menonjol yang
dilakukan para hakim bersifat militer. Dalam pengertian ini, hakim
menegakkan keadilan bagi umat Israel yang di tindas bangsa-
bangsa lain. Tetapi, untuk soal kerohanian sangat sedikit informasi
bahkan dapat dikatakan bahwa hakim tidak dimaksudkan untuk
panutan rohani, demikian kerohanian mereka bukan patokan yang
diperlukan agar Allah membangkitkan mereka.24 Jadi, seorang
hakim adalah alat atau sarana Allah untuk menyediakan kelepasan
terkhusus untuk umat israel yang tertindas.
II.7.3. Raja
Raja-raja pertama di israel mempunyai tugas politis. Raja-raja
ini bekerja untuk mempersatukan kedua belas suku israel menajdi
satu bangsa, dan memperkuat mereka dalam melawan musuh-
musuh israel. Akan tetapi pekerjaan mereka ini mempunyai
maksud keagamaan juga. Orang-orang israel percaya bahwa Allah
telat memberikan kepada mereka tanah Palestina, dan ia

23
Chrishtop Barth, Teologi Perjanjian Lama 2, 58.
24
Andrew E. Hill dan Jhon H.Newton Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2013),
285-286.

10
11

bermaksud agar ia dapat hidup dengan bebas dan tentram di negeri


tersebut, para hakim tidak berhasil mempertahankan secara tetap
keamanan israel dari gangguan musuh-musuh. Karena itu mereka
berkeinginan untuk memilih seorang raja dengan harapan raja
tersebut akan lebih berhasil mempertahankan keamanan mereka
dan mengalahkan musuh-musuh mereka. Dengan demikian tugas
raja berhubungan erat dengan maksud Allah. Karena itu pemilihan
dan pengangkatan seorang raja harus mendapat persetujuan dari
Allah. Semua bertindak sebagai seorang penunjuk dan pelantik
raja, karna orang-orang israel mengakuinya sebagai seorang yang
selalu berbicara atas nama Allah. Karena itu mereka menerima raja
yang dipilihnya. Raja-raja diurapi sebagai tanda bahwa mereka
adalah hamba Allah. Keberhasilan mereka dalam peperangan
dipandang sebagai bukti bahwa raja itu benar-benar dipilih dan
ditunjuk oleh Allah.25 Tugas seorang raja ialah membaca firman
Allah supaya ia dapat memimpin umat israel untuk menaati
perintah-perintah Allah (Ul 17:18- 19). Seorang raja dilarang
mengandalkan kekuatan militer, mempunyai banyak isteri dan
mengumpulkan kekayaan. Sebaliknya dia harus hidup sederhana
dan rendah hati. Tetapi pada umumnya, raja israel tidak hidup
sesuai hukum tersebut, sebagaimana yang diramalkan Samuel pada
mulanya (1 Sam 8:11-18).26

II.8. Tinjauan Menurut Praktika


Kesan pertama yang kita peroleh pada waktu membaca kisah yang
sederhana mengenai Nehemia ialah bahwa ia adalah orang yang suka berdoa.
Reaksinya yang pertama pada waktu ia mendengar tentang nasip Yerusalem
yang menyedihkan ialah berpaling kepada Allah didalam doa, yang
membuktikan bahwa ia tidak asing lagi didepan tahta kasih karunia. Secara
keseluruhan, catatan kehidupannya dipenuhi dengan doa. Baginya doa bukan
saja merupakan sesuatu yang dilakukan pada waktu-waktu yang tertentu saja,
melainkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan

25
David F. Hinson, Sejarah Isarel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 127.
26
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 47.

11
12

pekerjaan sehari-hari. Ia menunjukkan keberanian dalam menghadapi bahaya


besar. “Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang
manakah seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku
tidak pergi” (6:11). Pernyataan keteguhan hati dan keberanian banyak artinya
untuk menambah moral suatu bangsa yang sudah patah semangat. Nehemia
pada dasarnya adalah orang yang tegas. Ia tidak akan menunda-nunda jika ia
harus memutuskan sesuatu. Sifatnya yang penuh semangat tidak mengenal
penundaan. Yang mempunyai kemampuan memikul beban orang lain secara
istimewa. Ia bersedia memahami dan mendengarkan masalah-masalah dan
keluhan bangsanya dan mengambil tindakan untuk menanggulanginya (4:10-
12; 5:1-5). Keputusan dan tindakan Nehemia ditandai oleh sifatnya yang sama
sekali tidak memihak. Ia tidak memandang muka orang. Kaum bangsawan dan
para pemimpin dikecamnya, jika memang mereka patut dikecam, sama saja
seperti orang-orang biasa. Nehemia muncul sebagai orang yang kuat dalam
pemerintahan, tenang dalam keadaan krisi, tidak takut menghadapi bahaya,
berani mengambil keputusan, saksama dalam organisasi, tidak memihak dalam
kepemimpinan, gigih menghadapi perlawanan, bersikap tegas menghadapi
ancaman, waspada terhadap intrik.
Ia adalah seorang pemimpin yang memenangkan dan mendapat
kepercayaan sepenuhnya dari para pengikutnya. Ia membangkitkan semangat
rekan-rekannya. Ini merupakan fungsi yang penting dari pada seorang
pemimpin yang bertanggung jawab. Ia mencapai tujuan ini dengan
memberikan dorongan iman dan memalingkan pikiran mereka dari besarnya
masalah mereka pada waktu itu kepada kebesaran Allah dan sifatNya yang
dapat dipercaya. Keyakinan seperti ini banyak terdapat dalam kitab Nehemia
ia pandai menghargai orang dan memberi dorongan. Tanggung jawab utama
seorang pemimpin rohani adalah membina iman rekan-rekannya. Nehemia
datang kepada orang-orang yang merasa kecewa dan merosot semangatnya.
Tujuan utamanya ialah membangkitkan harapan dan kemudian memperoleh
kerjasama mereka. Hal ini sebagian dilakukannya dengan mengingat kembali
kemurahan tangan Allah, yang telah menyertainya dan menyampaikan kepada
mereka pengelihatan dan keyakinanya kepada Allah (2:18).27

27
J.Oswald Sandres, Kepemimpinan Rohani, 168-171.

12
13

II.9. Tinjauan Menurut Ilmu Agama


Menurut agama islam, dalam islam konsep kepemimpinan adalah
perwujudan iman dan amal shalih berupa interaksi, relasi, kegiatan
mengkoordinasi, mempengaruhi dan mengarahkan baik secara vertical
ataupun horizontal. Pemimpin baik dalam organisasi yang terstruktur maupun
tidak, jika hanya mementingkan urusannya sendiri, keluarganya,
kelompoknya, atau kedudukannya, dan juga memiliki tujuan untuk urusan
duniawi saja seperti memperkaya diri bahkan dengan jalan yang tidak benar,
maka pemimpin seperti ini bukanlah pemimpin dan kepemimpinan islam yang
sebenarnya, walaupun pemimpin tersebut beragama islam dan dalam
organisasi yang ber-background islam. Kepemimpinan dalam ajaran islam
didefinisikan sebagai suatu tugas yang dipercayakan (amanah) dari Allah
SWT yang pertanggung jawabannya bukan hanya kepada pengikut atau
anggotanya, namun juga di pertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Tanggung jawab yang diemban pemimpin bersifat horizontal dan vertical,
horizontal maksudnya tanggung jawab kepada sesama manusia dan vertical
yaitu tanggung jawab kepada Allah SWT di dunia serta akhirat. Pemimpin
berupaya sebaik-baiknya dalam mengarahkan dan memperlakukan pengikut
atau anggotanya dengan adil. Sama halnya dengan pengertian kepemimpinan
dalam Islam, bahwa inti dari kepemimpinan islam adalah melaksanakan
kebaikan dalam proses kepemimpinan yang dilaksanakan dengan bawahannya.
Selanjutnya, tanggungjawab yang dipukul oleh pemimpin islam berbeda
dengan pemimpin pada umumnya. Pemimpin islam tak hanya bertanggung
jawab atas kepemimpinannya kepada bawahannya di dunia semata, namun
juga bertanggung jawab kepada Allah SWT.28
Menurut ajaran Buddha kepemimpinan yang ditunjukkan Buddha
adalah bagaimana membuat orang yang dipimpin meningkatkan kualitas
dirinya, yakni menjadikan Buddha sebagai pemabawa inspirasi, penuntun
hidup, dan tujuan hidup. Manusia memiliki hakikat (ataubenih) Buddha
sebagai Little Budha (Bernardo Bertolucci dalam filmnya).Budha mengajarkan
agar manusia menaklukkan diri sendiri dengan kemuliaan untuk memenangi
tingkat kesucian. Menurut budha pemimpin harus memenuhi sepuluh

28
Indah Kusuma Dewi, Ali Mashar, Nilai-nilai Profetik Dalam Kepemimpinan Modern Pada
Management Kinerja, (Yogyakarta: Gre Publishing, 2019), 14-15.

13
14

kewajiban karena etika kekuasaan menyentuh semua kewajiban ini. 10


Kewajiban: Dana (Bermurah hati), sila (bermoral), paricagga (berkorban),
Ajjava (tulus hati dan bersih), maddava (ramah tamah dan sopan santun), tapa
(sederhana), akkodha (tidak berniat jahat), avihimsa (tanpa kekerasan), khanti
(sabar dan rendah hati), avirodhana (tidak mencari pertentangan).29

II.10. Tinjauan Menurut Sosial Politik


Proses kepemimpinan, yang dalam batas tertentu merupakan pola
untuk memprakarsai dan mempengaruhi antara kita, merupakan suatu
ungkapan kekuasaan. Pola-pola kepemimpinan dalam suatu kelompok
mencerminkan cara kelompok itu memahami kekuasaan yang harus dibagikan
di dalam kelompok. Prose-proses kepemimpinan dalam setiap kelompok
merupakan untuk sebagian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Praktik kepemimpinan menggambarkan bagaimana sumber-sumber kekuasaan
ini sungguh-sungguh diterapkan dalam kenyataan. Pola-pola kepemimpinan
mencerminkan kesadaran kelompok tentang perbedaan-perbedaan yang ada
dalam kekuasaan dan arti dari perbedaan-perbedaan itu. Kita secara merata
tidak memiliki bermacam-macam “kekuatan” yang penting dalam kelompok,
entah berupa kegagahan fisik, keterampilan, uang, atau kesucian.
Kepemimpinan, sebagaimana telah kita lihat, merupakan suatu proses interaksi
kelompok yang berhubungan dengan kekuasaan. Dalam ilmu-ilmu sosial,
muncul kesadaran bahwa mendekati kepemimpinan pertama-tama sebagai
pembawaan pribadi adalah salah. Dengan memusatkan pada tingkah laku
individual, kita terlalu cepat mempersulit perhatian kita. Pemusatan perhatian
kita terhadap tingkah laku salah seorang dari kelompok, yang defaktop
ditunjuk sebagai pemimpin, telah menjauhkan kita dari apa yang sedang
berlangsung dalam kelompok sebagai satu keseluruhan. Kepemimpinan bukan
sekedar apa yang dimiliki satu orang dalam kelompok; kepemimpinan adalah
sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu kelompok secara
bersama-sama. Jadi, dalam ilmu-ilmu sosial, kita dapat melihat adanya
pergeseran dari pandangan bahwa kepemimpinan merupakan suatu sifat,
sesuatu yang dimiliki satu pribadi. Penafsiran kembali tentang kepemimpinan

29
Frans Bararuallo, Pengantar Bisnis, Prinsip, Konsep, Teori Dan Strategi, (Jakarta: Universitas Khatolik
Indonesia Atma Jaya, 2019), 110-111.

14
15

merupakan bagian dari pemahaman terhadap kelompok sebagai satu keutuhan,


sebagai suatu sistem sosial yang mencakup lebih sekedar sejumlah anggotanya
yang dilihat secara individual.30

III. Analisa Penulis


Kepemimpinan adalah hal yang sangat krusial. Maju mundurnya sebuah
bangsa ditentukan oleh orang-orang yang duduk dalam kursi kepemimpinan.
Sebuah bangsa bisa melewati krisis jikalau dipimpin oleh orang yang tepat.
Sebuah bangsa bisa bertambah sejahtera jika pemimpinnya bekerja dengan
sepenuh hati. Pemimpin memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah
bangsa. Dalam berdoa dan meminta hikmat kepada Tuhan akan siapa yang paling
tepat menjadi pemimpin sesuai kehendak Allah. Karena pemimpin adalah jabatan
yang dipilih Tuhan sendiri untuk mewakili Allah di dunia. Oleh sebab itu
sebaiknya berdoa dengan tekun hingga Tuhan berikan jawaban yang terbaik di
dalam memilih pemimpin yang tepat. Baik di dalam lingkungan maupun gereja.
Allah menitipkan umatNya kepada pemimpin yang dipilihNya sendiri agar umat
gembalaanNya tetap bersatu dan menjadi kuat dengan satu tujuan yaitu kemuliaan
bagi namaNya. Menurut penulis, Allah memilih pemimpin secara mutlak dan
tidak sembarangan, Allah mempertimbangkan orang-orang pilihanNya.

IV. Kesimpulan
Pemimpin bertanggung jawab, kuat, tangguh, tegas, pemberani dan
mempunyai karakter pemimpin yang mutlak menjadi pemimpin yang dipilih
Allah untuk mengatur bangsaNya ke arah yang lebih baik lagi, dengan segala
kuasa dan jiwa pemimpin bisa menyelamatkan suatu bangsa yang sedang dalam
pergumulan. Gereja pada saat ini membutuhkan pemimpin yang sesuai dengan
kriteria pemimpin pilihan Allah, tetapi beberapa pemimpin pada saat ini sudah
menyeleweng dengan perintah-perintah Allah dan tidak sesuai dengan
kehendakNya.

V. Daftar pustaka

A Michael Cowan, Kepemimpinan Dalam Jemaah, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

30
Michael A Cowan, Kepemimpinan Dalam Jemaah, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 62-65.

15
16

Abineno, J.L. Ch. Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1967.
Arthur, John Mac, Kitab Kepemimpinan:26 karakter pemimpin sejati, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008.
Baker, David L, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008.
Bangun, Yosafat, Integritas Pemimpin Pastoral, Yogyakarta: ANDI, 2010.
Bararuallo, Frans, Pengantar Bisnis, Prinsip, Konsep, Teori Dan Strategi,
Jakarta: Universitas Khatolik Indonesia Atma Jaya, 2019.
Barth, C, Teologi Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Barth, Christoph, Teologi Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Beth Lauric Jones, Yesus Chief Executive Officer, Jakarta: Mitra Usaha, 1997.
dan Andrew E. Hill Jhon H.Newton Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas, 2013.
Gemeren William A. Van (ed), New International Dictionary of Old Testement
Teology & Eksegesis Vol 3, USA: Paternoster Press, 1997.
Hinson, David F, Sejarah Isarel Pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004.
Horstmann, A, Exegetical Dictionary Of The New Testament 2, Michigan:
William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, 1991.
Jenni, Ernest, Theological Lexicon Of the Word Testement Vol 2, USA:
Hendrickson Publishers, 1997.
K.H, , Midian Sirait, Panggilan Melayani, Jakarta: Surya Judika Ray, 2000.
Kusuma Indah Dewi, Ali Mashar, Nilai-nilai Profetik Dalam Kepemimpinan
Modern Pada Management Kinerja, Yogyakarta: Gre Publishing, 2019.
Pensilwally, Kamus Yunani-Indonesia, Tarutung: Tp, 2005.
Renn Stepen D. (ed), Ekspositori Dictionary Of Bible Words, USA: Hendrickson
Publishing Marketing, 2005.
S, Jonar, Kamus Alkitab dan Teologi, Yogyakarta: ANDI, 2016.
Sandres, J.Oswald, Kepemimpinan Rohani, Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
2006.
Siringo-ringo, V.M, Teologi Perjanjian Lama, Yogyakarta: ANDI, 2013.
Storm, M. Bons, Apakah Pengembalaan Itu?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976.
Woford, Jerry C, Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan, Yogyakarta:
ANDI, 2008.
Yakob, Tomatala, Kepemimpinan Kristen, Jakarta: YT Leadership Foundation,
2002.

16

Anda mungkin juga menyukai