Anda di halaman 1dari 61

Mata Kuliah

Pendidikan Agama Kristen Remaja

Dosen Pengampu

EMELIANA, M.Pd

Program Sarjan Pendidikan Agama Kristen

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KADESI YOGYAKARTA

Januari 2021
SILABUS
MATA KULIAH PAK REMAJA
STT KADESI YOGYAKARTA
IDENTITAS
Program Studi : S1
Nama Mata Kuliah : PAK Remaja
Kode : MPB-P-20-45
Bobot : 2 sks
Semester /TA : II / 2020-2021
Alokasi waktu : 16 x pertemuan
Dosen pengampu : Emeliana, M.Pd

I. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Remaja merupakan


proses pembelajaran yang berdasarkan pengetahuan Alkitab,
berpusat pada Kristus, dan Firman Tuhan sebagai dasarnya guna
mempersiapkan manusia, sehingga menjadi Bait Allah.
Pendidikan Agama Kristen Remaja dalam Alkitab merupakan
dasar alkitabiah yang perlu dijabarkan dan dikembangkan menjadi
pusat proses pendidikan Alkitab menjadi, visi, nilai, dan gerakan
dalam kerangka pendidikan Remaja.
Pendidikan Agama Kristen Remaja merupakan usaha sadar
dan terencana untuk meletakkan dasar Yesus Kristus (2 Korintus
2:14)
Pendidikan Agama Kristen Remaja merupakan pengajaran
tentang pokok-pokok kebenaran iman Kristen, Pendidikan Agama
Kristen Remaja tidak hanya diberikan oleh gereja dalam lingkungan
tertentu, tetapi juga sejumlah sekolah.
Pendidikan Agama Kristen Remaja diharapkan dapat membina
persekutuan pribadi para murid dengan Tuhan Yesus.

II. Mata Kuliah Prasyarat :


Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan wajib di ampu oleh mahasiswa
STT KADESI Yogyakarta, baik Prodi PAK maupun prodi Teologi.

III. Capaian Pembelajaran Prodi


1. Sikap
Mahasiswa mampu mempraktekkan mata kuliah Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Kristen yang sudah didapatkan di STT
KADESI Yogyakarta di tempat mengajar, pelayanan, dan
dimana pun berada

2. Pengetahuan
Setelah mendapat mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Agama
Kristen mahasiswa diharapkan memperoleh pengetahuan di
bidang PAK

3. Keterampilan Umum
Setelah belajar mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan
mengajar dan keterampilan dalam bidang pelayanan yang
tinggi sesuai dengan ilmu yang di dapatkan dari mata kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kriten.

4. Keterampilan Khusus
Setelah belajar mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan
mengajar dan keterampilan dalam bidang pelayanan yang
tinggi sesuai dengan ilmu yang di dapatkan dari mata kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kriten.

IV. Capaian pembelajaran Mata Kuliah


1. Mahasiswa mampu bersikap yang baik ditengah-tengah
pelayanannya
2. Mahasiswa memiliki pengetahuan yang tinggi tentang proese
mengajar dan tentang pelayanan.
3. Mahasiswa memiliki keterampilan secara umum, baik dalam bidang
pendidikan sekolah formal, non formal, dan informal, dan bidang
pelayanan di gereja, dan lainnya.
4. Mahasiswa memiliki keterampilan secara khusus, baik dalam
bidang pendidikan di sekolah dan bidang pelayanan di gereja
Tugas :
1. Buat makalah dengan judul :
“Cara PAK mengatasi kenakalan Remaja
masa kini”
2. Makalah diketik 1,5 spasi, arial 12, minimal 8
halaman maksimal 15 halaman.
3. Tugas dikumpul 1 minggu sebelum Ujian Tengah Semester
semester (paling lambat tgl. 13 Maret 2021).
Bagi yan terlambat akan dikurangi nilai.
Pendahuluan
Pendidikan Agama Kristen merupakan proses pembelajaran yang
berdasarkan pengetahuan Alkitab, berpusat pada Kristus dan Firman Tuhan
sebagai dasarnya guna mempersiapkan manusia sehingga menjadi Bait
Allah.
Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab merupakan dasar alkitabiah
yang perlu dijabarkan dan dikembangkan menjadi pusat proses pendidikan.
Alkitab menjadi, visi, nilai, dan gerakan dalam kerangka pendidikan.
Pendidikan Agama Kristen adalah usaha sadar dan terencana untuk
meletakkan dasar Yesus Kristus (2 Korintus 2:14).
Pendidikn Agama Kristen adalah pengajaran tentang pokok-pokok
kebenaran iman Kristen. PAK tidak hanya diberikan oleh gereja dalam
lingkungan tertentu, tetapi juga disejumlah sekolah.
Pelayanan kepada remaja di dalam gereja maupun di sekolah dalam
konteks masyarakat Indonesia adalah suatu bidang pelayanan yang
strategis bagi gereja.
Masa remaja adalah masa transisi dengan berbagai gejolak yang
muncul. Masa remaja adalah masa dimana mereka mempertanyakan
berbagai hal yang selama ini diajarkan kepada mereka baik dibidan iman
maupun maoralitas. Masa remaja adalah juga masa penuh keterbukaan dan
masa di mana mereka mengambil keputusan penting yang mempunyai
konsekuensi bagi masa depan mereka.
Pendidikan Agama Kristen diharapkan dapat membina persekutuan
pribadi para remaja dengan Tuhan Yesus.

BAB I
Pengertian Pendidikan Agama Kristen
Untuk memahami materi lebih dalam yang harus dipahami terlebih
dahulu adalah artinya dari materi tersebut. Ada beberapa definisi istilah
pendidikan dan Pendidikan Agama Kristen menurut beberapa tokoh yaitu;

A. Pengertian Pendidikakan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan


kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara
otodidak.

Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin


yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan
awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke
luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang
berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan
umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah
menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

Frederick J. Mc Donald mengemukakan pendapatnya bahwa


pendidikan ialah suatu proses yang arah tujuanya adalah merubah tabiat
manusia atau peserta didik

Plato mengatakan Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membantu


perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang dapat
memungkinkan tercapainya sebuah kesempurnaan.

Prof. dr. Dedi Supriadi mengatakan pendidikan adalah suatu fungsi


yang harus dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga dan
masyarakat secara terpadu dengan berbagai institusi yang diadakan dengan
sengaja untuk mengembangkan fungsi pendidikan.

Pendidikan adalah hal yang sangat penting didalam sejarah kehidupan


manusia karena seseorang yang menerima didikan dengan tulus akan
membuat kehidupannya lebih baik. Pendidikan tidak hanya berbicara formal
di bangku sekolah atau kuliah saja, tetapi pendidikan yang utama adalah dari
orang tua, keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendidikan adalah proses
belajar yang dilakukan untuk mengerti, memahami dan melakukan hal yang
di pelajari, ini yang membuat pendidikan itu berhasil bukan hanya sebagai
penampung pengetahuan tetapi mampu memyelesaikan masalah yang
terjadi dan memilki ide untuk menciptakan sesuatu yang baru.

B. Arti Pendidikan Agama Kristen


Untuk memahami materi lebih dalam, ada beberapa definisi istilah
pendidikan agama Kristen menurut beberapa tokoh yaitu;
E.G. Homrighausen mengatakan: “Pendidikan Agama Kristen
berpangkal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam perjanjian lama pada
hakekatnya dasar-dasar terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa
Pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak terpanggilnya Abraham menjadi
nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri
karena Allah menjadi peserta didik bagi umat-Nya” 1

Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah “Proses pengajaran dan


pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan
bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada
semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah

1
E.G.Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), Hal. 12
pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus
dalam setiap aspek kehidupan..2

Pengertian PAK menurut para ahli yang dirangkum oleh Paulus Lilik
Kristianto dalam bukunya yang berjudul “Prinsip & Praktek Pendidikan
Agama Kristen:

 Hieronimus (345-420) PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik


jiwa sehingga menjadi bait Tuhan. (Mat.5:48).
 Agustinus (345-430) PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar
orang supaya “melihat Allah” dan “hidup bahagia.”
 Martin Luther (1483-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan
warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari
dosa mereka serta bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang
memerdekakan.
 John Calvin (1509-1664) PAK adalah pendidikan yang bertujuan
mendidik semua putra-putri gereja agar mereka:
 Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana
dengan bimbingan Roh kudus.
 Mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja.
 mengabdikan diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam
pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab. 3

BAB II
Proses Pelayanan Remaja Dalam Gereja
2
Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK,
Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, (Yogyakarta : Andi Offset ), Hal. 4
3
Kristanto, Paulus Lilik. Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK,
Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, Yogyakarta : Andi Offset.
Sebelum membahas pentingnya pelayanan gereja bagi remaja. Kita
perlu memberi batasan batasan tentang pengertian “remaja”. Secara umum
usia remaja terbagi menjadi 3 kelompok yaitu; remaja awal “SMP” (usia 12-
15 tahun), remaja madya “SMA” (usia 15-18 tahun), dan remaja akhir “Kuliah”
(usia 18-24 tahun).
Dalam perkuliahan ini pengertian remaja dibatasi dari usia 12-15
tahun.
Menurut Wayner Rice, ada 4 alasan mengapa gereja perlu
memberikan pelayanan kepada remaja?

1. Masa Remaja Adalah Masa Transisi


Masa remaja adalah masa yang amat meresahkan di dalam
kehidupan seseorang. Pada masa remaja mengalami pubertas seseorang
mengalamiperubahan, baik secara fisik maupun perubahan-perubahan yang
lain dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Seorang remaja
begitu mudahnya berubah dalam waktu yang singkat, tiba-tiba senang atau
susah. Dan lain sebagainya.
Menurut Erik Erikson, pada masa remajalah seorang individu mulai
melihat/menyadari diri sendiri, mempunyai masa lalu dan masa depan yang
secara sksklusif merupakan dirinya sendiri
Masa remaja addalah masa seseorang membuat kenangan dan
antisipasi tentang masa depan. Masa remaja adalah masa mencari identitas
yang khusus. Pada masa remaja seorang mencoba meninggalkan hal-hal
yang kanak-kanak dan memperoleh identitas yang unik. Orang tua dan
gereja harus banyak memberikan perhatian kepada para remaja.
2. Masa Remaja Adalah Masa Bertanya
Pada masa ini remaja mengalami perkembangan dalam kognitifnya.
Mereka mulai mempertanyakan banyak hal yang sudah diajarkan kepada
mereka. Mereka mulai menolak mitos yang didengar masa kanak-kanak
dan ingin mengerti bagi diri mereka sendiri.
Dengan memahami pola pikir dalam diri remaja ke arah yang lebih
rasional sangat berbahaya jika gereja tidak memberikan pengajaran dan
perhatian kepada apara remaja. Gereja harus bisa memberikan jawaban
yang benar dan jujur kepada remaja agar mereka tidak terhilang.

3. Masa Remaja Adalah Masa Keterbukaan


Salah satu keuntungan melayani remaja adalah karena pada masa ini
remaja sangat terbuka terhadap hal-hal serta bimbingan. Untuk
mendapatkan identitas remaja masih coba-coba. Mereka menerima apa
yang masuk akal, tetapi menolak apa yang tidak masuk akal bagi mereka.
Bagi kebanyakan remaja, hidup dapat diumpamakan dengan
permainan ’jigsaw puzzle’ di mana banyak dari potongannya masih hilang.

4. Masa Remaja Adalah Masa Mengambil Keputusan


Erik Erikson berpendapat bahwa remaja awal (usia 12-15 tahun) ada
yang belum siap berpegang pada pembimbing untuk suatu identitas akhir
mereka. Yang harus disadari oleh pemimpin remaja adalah bahwa
kecenderungan untuk memaksa remaja mengambil keputusan sendiri adalah
tindakan yang sangat berbahaya. Tetapi pemimpin remaja juga perlu
memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengambil keputusan
dengan mendapat dukungan dari pemimpin remaja.
Inilah keempat alasan mengapa pelayanan kepada remaja itu sangat
penting.

B. Ciri-Ciri Masa Remaja


 Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan
Masa ini adalah, masa dimana ia berada dari masa anak-anak menuju
masa orang dewasa. Pada masa anak-anak bersifat egosentris.
Semua berpusat pada diri sendiri. Seorang remaja diharapkan bisa
meninggalkan kecenderungan, keinginan untuk menang sendiri.

 Masa Remaja sebagai masa mencari identitas


Perubahan yang terjadi pada masa remaja , pada dasarnya menuju
pada masa pembentukan identitas diri. Dalam masa emaja
menemukan identitas sendiri amatlah penting. Untuk mencapai
penemuan identitas diri diperlukan konsep diri yang benar, yaitu
remaja melihat dirinya sendiri.

 Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah


Menurut Elizabeth B. Hurlock (208:1980), masalah yang dihadapi
remaja:
 Ketika kanak-kanak, masalah sebagian diselesaikan oleh
orang tua, guru, dan gembala.
 Remaja merasa diri mandiri, sehingga ingin mengatasi masalah
sendiri, menolak bantuan orang lain.

 Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa


Usaha pendewasaan diri terungkap dari sikap menentang dan
menantang yang sering menghambat tercapainya hubungan baik
dengan keluarga, orangtua dan remaja.

BAB III
PERKEMBANGAN REMAJA
Ada beberapa ciri yang membedakan remaja dengan kelompok lain.
Yang dibagi dalam Lima bidang perkembangan, yaitu;

A. Perkembangan fisik Remaja


Perkembangan ini memiliki beberapa ciri khas:

1. Masa Remaja Adalah Masa Pubertas


Ciri fisik yang penting dari remaja adalah bahwa mereka sedang
mengalami pubertas. Tubuh mereka sedang mengalami perubahan yang
besar dan hanya terjadi sekali dalam hidup seseorang. Pada anak
perempuan hal ini terjadi saat mengalami mensturasi pertama usia 12 tahun,
membesarnya payudara, tumbuh rambut-rambut ditempat tertentu,
sedangkan pada remaja laki-laki perubahan suara, tumbuh jakun, mimpi
basah, tumbuh rambut-rambut ditempat tertentu pada usia 15 tahun.

2.Adanya Kesadaran yang Baru Terhadap Tubuh


Dengan terjadinya pubertas, maka datanglah pula suatu kesadaran
baru akan tubuhnya. Kebanyakan remaja begitu merisaukan bagaimana
akhir pertumbuhannya, karena mereka sadar bahwa pada akhirnya mereka
akan bertumbuh dan tidak mungkin berbuat apa pun terhadap hal itu.
Kehidupan sosial remaja sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisik
yang dramatis ini..
Pada umumnya pembagian kelompok dalam dunia remaja ini berkaian
dengan ciri fisik, yakni seberapa cantik/gantengnya seseorang atau
bagaimana perkembangannya secara fisik membuat meeka cenderung lebih
pupuler. Remaja sangat memberikan penekanan yang kuat pada
penampilan fisik.
3. Pencampuradukan Hal-hal yang Bersifat Biologis-Spiritual.
Masa remaja adalah masa di mana secara kuat dirasakan dorongan
dan perasaan seksual yang baru selama pubertas. Di usia seperti ini remaja
mulai tertarik pada lawan jenis, sehingga mereka mencari informasi melalui
majalah, situs, dan gambar-gambar porno.

4. Mengacaukan Hal yang Fisik Dengan yang Spritual


Masa remaja dapat menjadi suatu masa di mana secara spiritual
terjadi kemerosotan, karena banyak remaja menganggap bahwa masalah
fisik merupakan masalah spiritual. Misalnya, remaja malas mengatur tempat
tidurnya, tidak rapi, malas ikut kegiatan di gereja, dan sebagainya.
Dengan mengetahui pergumulan dan pergolakan yang menjadi ciri
pada masa remaja, maka diharapkan pemimpin remaja dapat
mempertimbangkan berbagai alternatif untuk merancang program yang dapat
menjawab kebutuhan remaja masa ini, diantaranya;
Tolong mereka untuk memahami perkembangan-perkembangan di atas.
 Hindarilah mempermalukan mereka
 Tolonglah mereka memperoleh pengakuan dalam bidang-bidang lain.
 Bagilah kelompok menurut usia dan jenis kelamin
 Ajarlah mereka untuk merawat tubuh.

B. Perkembangan sosial Remaja


Pada masa remaja (awal) terjadilah perkembangan dalam kesadaran
dan kedewasaan sosial yang sejajar dengan apa yang terjadi dalam
perubahan-perubahan fisik. Hubungan di usia ini, teman sebaya merupakan
hal yang sangat penting. Remaja akan melakukan apa saja untuk
menciptakan serta mempertahankan persahabatan.
Beberapa ciri dari perkembangan sosial remaja, diantaranya;

1. Dorongan Untuk Mandiri (independence)


Remaja dikuasai oleh dorongan untuk mandiri. Mereka ingin memiliki
identitas miliknya sendiri, menjadi pribadi sendiri dan membuat pilhan serta
komitmennya. Mereka ingin dibebaskan dan diperlakukan sebagai orang
dewasa.

2. Belum Siap Mengorbankan Sahabat Demi Iman


Pelayanan kepada remaja dapat menjadi pengalaman yang sangat
menarik. Tidak seperti pemuda atau oarang dewasa, remaja masih belum
terlalukaku, mengeras terhadap hal-hal rohani. Hal ini membuat remaja
mudah dijangkau. Walaupun demikian remaja jika diperhadapkan antara
iman dan persahabatan, mereka lebih memilih persahabatan dari pada iman.
Sebagai pemimpin remaja, kita lebih baik mengajar mereka tentang
arti iman ketimbang memaksa mereka membuat keputusan yang tidak
mungkin. Disamping lain remaja dapat didorong untuk menyaksikan Kristus
kepada teman-temannya dengan cara yang sederhana, seperti mengundang
ke gereja, dan sebagainnya
Sebagai pemimpin remaja, kita perlu untuk peka terhadap kebutuhan
setiap orang dan tingkat kedewasaannya, dan menghindari pemberian tugas
yang bersifat mengancam atau memaksa para remaja.

C. Perkembangan Mental Remaja


Wayne Rice dalam bukunya JuniorHigh Ministry,
mengemukakan,bahwa kunci untuk memahami remaja adalah menyadari
bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju pada
kedewasaan dalam berbagai hal. Secara fisik, tubuh mengalami perubahan
agar dapat berfungsi sebagai seorang dewasa. Secara sosial timbul
dorongan alamiah dari remaja untuk menuju kemandirian untuk tetap hidup
dalam dunia orang dewasa. Secara mental, remaja mengalami perubahan
dalam bidang intelektualnya yang menarik sekaligus mengganggu.
Remaja mulai mengembangkan kemampuan bernalar secara lebih
logis, berpikir secara konseptual/abstrak.

D. Perkembangan Emosional Remaja


Remaja sangatlah emosional bila dibandingkan dengan orang
dewasa. Beberapa usulan untuk menghadapi perkembangan emosi remaja.
1. Sabar; dibutuhkan pada waktu tingkah laku remaja lebih bersifat negatif
daripada positif.
2.Disiplin, untuk mengontrol ketertiban emosi remaja dengan tidak
merendahkan dan menyakitkan remaja. Dalam disiplin dibutuhkan
konsisten dengan dasar yang pasti, adil dan dimengerti oleh setiap remaja
sejak awal.
3. Jangan mempermainkan emosi mereka,
4. Meyakinkan remaja, bahwa iman tidak bergantung pada perasaan.

Menurut Sarlito, emosi merupakan setiap keadaan pada diri


seseorang yang diwarnai afektif baik tingkat lemah (dangkal) maupun tingkat
luas (mendalam). Contohnya gembira, bahagia,putus asa, terkejut.
Beberapa pengaruh tentang emosi terhadap perilaku individu al:
 Memperkuat semangat, apabila seseorang berhasil
 Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa
 Menghemat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila orang
mengalami ketegangan emosi.
 Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu

E. Perkembangan Spiritual Remaja


Iman seseorang menyentuh semua aspek dalam kehidupannya, baik
fisik, sosial, mental, emosi dan lain-lain. Injil uga mempengaruhi seluruh
kehidupan seseorang, bukan hanya jiwanya. Pada saat seseorang
berkembang secara fisik, sosial, dan mental, maka perubahan ini akan
mempengaruhi juga kehidupan spiritualnya.

BAB IV
Pendidikan Agama Kristen Bagi Remaja

A. Pengertian PAK Remaja


Dari pembahasan sebelumya telah dijelaskan tentang pengertian
Pendididikan secara umum dan Pendidikan Agama Kristen dalam bab ini
akan dibahasa tentang Pendidikan Agama Kristen khususnya untuk remaja.
Amsal 22: 6 Mengatakan “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
bagi-nya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan
itu.” Hal ini menegaskan bahwa anak remaja harus mendapatkan pendidikan
rohani yang bisa membuat mereka mengenal Tuhan dan hidup sesuai
dengan kehendak Tuhan. Apapun situasi yang mereka hadapi akan tetap
mempertahankan imannya kepada Kristus dan tidak mudah terjerumus dalam
dosa dan pengaruh pergaulan dunia remaja.
PAK Remaja adalah pengajaran yang bedasarkan Firman Tuhan atau
Alkitab untuk membawa remaja mengenal Tuhan dan mengalami
pembaharuan karakter menjadi serupa dengan Kristus.
Tanpa mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus seseorang akan
menjadi manusia yang egois tanpa menghargai perasaan orang lain bahkan
nyawa sesamanya. Tuhan yang merupakan sumber kasih akan
memampukan remaja Kristen untuk hidup dengan memuliakan Tuhan dalam
setiap pergaulan-pergaulan hidup remaja pada zaman milenial ini.

Robert L. Browning mendefenisikan upaya PAK Remaja sebagai suatu


upaya menolong para remaja "menjelajahi seluruh medan hubungan-
hubungan", mengalami selaku remaja "dalam terang Injil", menemukan
kepribadian yang tepat, dan menerima tanggung jawab bagi makna dan nilai
yang menjadi jelas bagi mereka ketika mereka mengidentifikasikan diri
mereka sendiri dengan tujuan dan misi gereja dalam dunia.
Di mata Browning tujuan PAK Remaja seharusnya sama dengan
tujuan total gereja. Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa tujuan PAK
Remaja adalah mengasuh para remaja dalam paguyuban (perkumpulan yang
bersifat kekeluargaan) Kristen sehingga mereka dapat mendengar Injil dan
mengalami maknanya, menyadari kasih Allah hidup mereka, dan
meresponnya dalam iman dan kasih

Pendidikan Agama Kristen Remaja adalah pendidikan yang berupaya


menolong para remaja untuk hidup dalam terang Injil, menemukan
kepribadian yang tepat, menerima tanggung jawab bagi makna dan nilai yang
menjadi jelas bagi mereka ketika mereka mengidentifikasikan diri mereka
sendiri dengan tujuan dan misi gereja dalam dunia. Para remaja dibentuk
dalam paguyuban Kristen sehingga mereka dapat mendengar Injil,
mengalami maknanya, menyadari kasih Allah atas hidup mereka, dan
meresponsnya dalam iman dan kasih.

Pendidikan Agama Kristen untuk remaja merupakan pendidikan yang


menyadarkan setiap remaja akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus,
agar mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya.

Pendidikan ini bertujuan untuk menjadikan remaja bertumbuh sebagai


anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama
sebagai murid Yesus di dunia dan tetap pada pengharapan Kristen. Kaum
remaja harus mengenal Yesus Kristus dan jika sudah mengenal Dia, harus
rela memutuskan segala ikatan lain untuk mengikut dan melayani Yesus. Jika
remaja mau dipakai Tuhan bagi pekerjaan-Nya dan ikut ambil bagian dalam
melayani Tuhan, justru merekalah yang dapat menjadi alat yang sangat
berguna untuk membangun kerajaan-Nya di antara umat manusia.
Menurut E.G. Homrighousen, PAK Remaja adalah usaha sadar gereja dalam
mendidik anak didik (remaja) dalam rangka pewarisan iman Kristen dengan
segala kebenaranya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab dan
melatih mereka untuk hidup harmonis sesuai dengan iman Kristen supaya
mereka dapat menjadi anggota gereja yang dewasa yang menyadari dan
menyakini imannya dan menyatakannya dalam praktek kehidupan sehari-
hari.

B. Fase Kehidupan Remaja

1. Masa remaja adalah masa Transisi

Masa remaja adalah yang meresahkan (Unsettling) di dalam


kehidupan seseorang. Pada masa pubertas, seseorang mengalami
perubahan, secara fisik dan secara tingkah laku, dari kanak-kanak menuju ke
dewasa. Dan pada saat remaja suasana hati (mood) sangatlah mudah
berubah dalam waktu singkat, tiba-tiba senang, tiba-tiba sedih, tiba-tiba
bersemangat dan tiba-tiba loyo atau tak bergairah.

Masa remaja adalah saat dimana individu mengalami perubahan-


perubahan drastis, tak sedikit remaja yang depresi mengalami tekanan-
tekanan dan tuntutan menjadi seorang dewasa. Menurut Erik Erikson, masa
remajalah seorang individu mulai melihat atau menyadari diri sendiri, memiliki
rasa malu dan masa depan secara eksklusif merupakan dirinya sendiri.

Pada masa remaja, cenderung mulai mencari kebebasan, tak suka di


kekang dan merasa sudah besar, sehingga itu menimbulkan kesulitan dan
kerumitan dalam dirinya sendiri seperti pergaulan bebas, hamil di luar nikah,
bunuh diri dan lain sebaginya. Semuanya itu perlu adanya perhatian dari
gereja untuk melayani mereka.
2. Masa Remaja Adalah Masa Bertanya
Dengan perlunya memahami perubahan pola pikir dalam diri remaja
yang penuh pembrontakan, rasa keingintauan yang besar, pemikiran yang
lebih rasional inilah yang perlu di perhatikan dalam pengajaran di gereja.
Dalam pengajaran gereja, remaja perlu di berikan jwaban yang jujur terhadap
pertanyaanpertanyaan yang muncul akibat dari pertumbuhan iman mereka.
Karena sangat berbahaya jika gereja kehilangan mereka untuk melayani.

3. Masa Remaja Adalah Masa Keterbukaan


Salah satu keuntungan dari melayani remaja adalah pada saat remaja
sangat terbuka terhadap hal-hal dan bimbingan. Bagi kebanyakan remaja,
usaha untuk mencari atau mendapatkan identitas baru dan di situlah para
pekerja yang khusus mengkonseling remaja memberikan masukan dan
pengokohan iman mereka.

4. Masa Remaja Adalah Masa Mengambil Keputusan


Erik Erikson berpendapat bahwa remaja awal yang berkisar antara
usia 12-15 tahun belum benar-benar siap untuk berpegang pada idola akhir
yang menjadi pembimbing untuk suatu identitas akhir mereka. Remaja akan
membuat sejumlahkeputusan-keputusan dan komitmen. Dan keputusannya
akibat dari proses pemahaman dan pengujiannya sendiri. Dan perlu di sadari
oleh pemimpin remaja adalah jangan memaksakan remaja mengambil
keputusan. Seharusnya kita memberi kesempatan bagi remaja untuk
menggumuli keputusan-keputusannya, memberi waktu untuk berfikir,
merenung dsb. Biarlah anak remaja membangun diri sendiri sebagai individu
yang layak untuk menerima kasih Allah.

C. Masalah-Masalah yang Dihadapi Remaja


Sehubungan dengan perubahan yang radikal pada remaja, muncul
juga berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut muncul pada semua
remaja, namun tidak semua remaja yang mengalami peyimpangan tingkah
laku, Hal ini tergantung pada banyak factor, antara lain kematangan psikis,
moral dan pendidikan. Masalah yang dihadapi remaja sebagai berikut:
1. Masalah yang berkaitan dengan fisik dan psikis
dengan adanya perubahan fisik cepat dan hampir menyeluruh, maka
pada diri remaja muncul perasaa canggung terhadap keadaan
fisiknya. Remaja merasa kesulitan untuk menguasai fungsi-fungsi
fisiknya. Hal ini mau tidak mau akan menimbulkan kegoncangan
psikisnya juga. Muncul perasaan bingung, cemas, asing, pada diri
sendiri, tidak puas dengan keadaan diri dan perasaan-perasaan lain
yang tidak menentu.

2. Masalah sex
Masalah ini muncul seiring dengan masaknya organ-organ sexual.
Pada masa ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis dan mulai
jatuh cinta. Secara bilogis mereka sudah mampu memproduksi.
Disamping itu, juga muncul dorongan sexual yang cukup kuat, bahkan
dorongan tersebut makin kuat pada masa remaja akhir (19-21 tahun)
Tingkah laku sexual sebagai penyaluran dorongan sexual
tersebut belum dapat dilakukan bila belum memasuki pernikahan.
Norma social, masyarakat dan agama melarang mereka melakukan
coitus di luar pernikahan. Keadaan ini sering menimbulkan konflik
yang mendalam. Bila konflik ini tidak terselesaikan makan akan terjadi
penyimpangan-peyimpangan tingkah laku sexual, seperti homosex,
manturbasi, feticisme dan lain-lain. Namun bila penyelesain konflik
tidak tepat, besar kemungkinan akan terjadi kecelakaan. Dalam hal ini
pihak wanitalah yang sangat dirugikan.
Dengan demikian, untuk mereduksi dorongan sex yang meluap-
luap, beberapa cara dapat dilakukan, antara lain: dengan keaktifan
fisik dan psikis, seperti olahraga, kegiatan kesenian, dan melakukan
hobi lain. Disamping hal tersebut di atas sering juga terjadi remaja
putus cinta. Masalah ini begitu serius sebab sering mengakibatkan
ganguan jiwa berat yaitu gila.

3. Masalah Sosial
Pada masa remaja muncul dua dorongan yang sama kuat, yaitu
dorongan untuk lepas dari orang tua dan dorongan untuk bergabung
dengan teman sebayanya. Bila dorongan pertama tidak diikuti oleh
dorongan kedua, maka anak akan merasa terganggu hubungan
sosialnya. Dan jika dorongan kedua terwujud dan orang tua lepas
tangan, maka remaja akan larut dalam kelompoknyadan kemungkinan
akan mnegabaikan oran tua dan dan keluarganya. Hal ini akan lebih
berbahaya jika terjadi pertentangan atau perbedaan norma antara
norma keluarga dan norma kelompok. Bila hal ini terjadi dirasakan
berat bagi remaja sebab pada dasarnya remaja lebih mementingkan
solidaritas dengan temanya, namun dipihak lain mereka juga masih
tergantung dengan orang tuanya.
Pada masa remaja masalah social pada individu berbeda-beda.
Ada remaja yang pandai bergaul tetapi ada juga remaja yang sulit
untuk bergaul. Pribadi seseorang yang suka bergaul dengan orang lain
dengan mencari teman sebanyak-banyaknya serta ingin selalu hidup
berkelompok disebut hiper social. Begitu juga sebaliknya, jika
seseorang yang tidak suka bergaul atau suka menyendiri dan tidak
perlu banyak teman lebih senang hidup sendiri bukan hidup
berkelompok disebut hupo social.

4. Masalah ekonomi
Masalah ekonomi akan lebih dirasakan oleh remaja yang mulai
pacaran dan remaja sangat aktif. Disatu pihak mereka membutuhkan
uang lebih banyak dalam rangka kegiatannya, sementara orang tua
tidak peduli pada kebutuhan yang meningkat. Bila hal ini terjadi tanpa
diimbangi dengan bertambahnya income maka akan menimbulkan
tingkah laku kriminal antara lain pencurian, penipuan dan pemerasan
dll.
5. Masalah masa depan
Beberapa yang menyangkut masa depan adalah antara lain : sekolah,
pekerjaan dan teman hidup. Bagi remaja, ketiga hal tersebut serba
kabur dan belum menentu. Remaja selalu berfikir ke mana
melanjutkan sekolah setelah lulus SLTP/SLTA?. Sekolah atau bekerja,
jika bekerja, kerja apa dan dimana? Siapa teman hidup saja dan
bisakah saya mendapatkan teman hidup yang cocok? Bila sampai
akhir masa remaja belum mendapatkan gambaran yang jelas maka
akan membebani remaja. Bila hal ini berlangsung lama akan membuat
tekanan batin untuk itu perlu ada penerangan dan pemberian informasi
yang cukup baik tentang sekolah, pekerjaan atau pun pernikahan.
6. Perubahan cara berfikir
Di samping perubahan fisik dan emosi yang menyolok, pada
remaja terjadi juga perubahan cara berfikir, yaitu dari abstrak dan
penuh fantasi, berubah kearah berfikir secara konkrit, rasional dan
kritis. Remaja ingin segala sesuatu ada bukti. Bila merasa tertipu,
mereka akan protes dan minta pertanggungjawaban dari pihak yang
member janji. Cara berfikir kritis yang ekstrem dapat menimbulkan
bahaya-bahaya seperti demontrasi, mogok dan unjuk rasa.

7. Masalah Identitas dan originalitas


Kedudukan remaja dalam masa transisi memberikan
konsekuensi bahwa remaja dalam keadaan “tidak mempunyai status”.
Remaja dikatakan anak-anak tidak pantas lagi, karena badannya
hampir sama dengan orang dewasa. Namun sebaliknya disebut orang
dewasa belum memenuhi syarat, karena dianggap masih terlalu muda
dalam banyak segi, baik cara berpikir, emosi, dan pengambilan
keputusan masih bersifat labil. Hal ini menunjukan bahwa remaja ada
dalam status “ekstrem” yaitu sebagian statusnya diperoleh dari orang
tuanya dan sebagian didapatnya sendiri. Remaja mengalami krisis
originalitas. Hal ini sering menimbulkan tingkah laku ekstrem, nyetrik,
dan lain-lain. Dalam rangka mencari pengakuan terhadap dirinya dan
ingin menunjukan identitas diri yang sebenarnya. Dalam hal ini, sangat
diperlukan adanya tokoh panutan yang dapat dipertanggungjwabkan.

Pada masa remaja terjadi konflik dalam diri individu itu sendiri,
sehingga mereka berusaha untuk mengatasinya. Masa yang penuh problema
atau sering dikatakan masa kritis. Jangan hendaknya gereja mengabaikan
tugasnya terhadap golongan ini, melainkan sebaiknya gereja banyak-banyak
mencurahkan perhatian dan pekerjaan kepada para remaja supaya jangan
sampai mereka membelakangi gereja. Baik kita sadar bahwa kebanyakan
anggota gereja yang telah menjauhkan diri dari hidup jemaat, mulai
merenggangkan pertalianya dengan gereja justru pada umur remaja itu.
Banyak orang Kristen yang namanya masih terdaftar anggota jemaat sudah
lama menjadi suam dan melalaikan kebaktian umum dan pribadi, oleh karena
mereka merasa tidak menerima apa-apa ketika masih berdiri pada ambang
pintu umur dewasa, atau oleh sebab gereja belum mencari jalan dan metode
baru untuk menyampaikan beritanya kepada kaum remaja dengan cara
yang sungguh-sungguh menarik hati mereka dan yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Sebab itu perlulah kita mempelajari kembali sifat dan keadaan kaum
muda itu, serta mempertimbangkan kembali suasana dan metode PAK
kepada golongan ini yang begitu penting bagi seluruh hidup jemaat Kristen.
Setiap gereja harus berusaha menerapkan Amanat Agung Tuhan Yesus yang berisi
penginjilan, baptisan, dan pengajaran (Matius 28:18-20) melalui program remaja di
gerejanya. Fungsi dan bentuk program pengajaran remaja mencerminkan apa yang
dilakukan gereja lokal. Apa pun program gereja yang direncanakan dan diterapkan
harus diarahkan pada sasaran yang tepat karena gereja merupakan tubuh Kristus.
Tujuannya adalah supaya para remaja memaknai Amanat Agung.
Tugas gereja lokal adalah menggerakkan remaja untuk menginjil atau
membawa jiwa-jiwa kepada Kristus Yesus dan mengajar sesuai perintah dan
pengajaran dalam firman-Nya. Secara tidak langsung, Amanat Agung bagi
gereja lokal adalah melatih dan memperlengkapi remaja supaya dapat
menginjil dan menumbuhkan iman sehingga menjadi dewasa. Bagaimana
mereka dapat pergi untuk memuridkan jika tidak diperlengkapi dengan
berbagai cara untuk melakukannya? Bandingkan dengan Efesus 4:12-13.

Setiap remaja harus diterima dengan baik dalam gereja lokal. Kemudian,
mereka diajar tentang keselamatan, pertumbuhan iman Kristen, dan
pelayanan. Mereka harus diajar kebenaran Alkitab supaya terus berjalan dan
bertumbuh di dalam Kristus. Mereka harus dilatih untuk membagikan iman
dan saling menumbuhkan iman melalui pelayanan dan perbuatan.

Dalam mengembangkan program, gereja lokal harus melibatkan dan


melayani setiap pribadi secara utuh. Sisi intelektual, sikap, perasaan,
kehendak, dan kapasitas yang berhubungan dengan Allah dan sesama harus
mencakup lima hal utama, yaitu pengajaran, penyembahan atau ibadah,
persekutuan, pelayanan, dan penginjilan. Kelima hal itu dilakukan gereja
mula-mula sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47.
Tercatat bahwa petobat baru bertekun dalam pengajaran para rasul
(pengajaran), bertekun pada persekutuan yaitu memecah roti dan berdoa
(persekutuan), dilanjutkan di dalam bait Allah yaitu menyembah Allah
(penyembahan), dan membagi-bagikan apa yang mereka miliki kepada yang
lain sesuai kebutuhan (pemberian). Kemudian, mereka disukai oleh semua
orang yang ada di kota itu, dan Allah menambahkan jumlah orang hari lepas
hari (penginjilan).

D. PAK dalam Mengatasi Kenakalan Remaja

Remaja sering dipengaruhi oleh orang-orang di sekelilingnya. Mereka


bukan hanya dipengaruhi suasana rumah tangganya, mereka juga
dipengaruhi oleh zaman, masyarakat umum, tempat mereka hidup dan
bertumbuh. Mereka sering kurang puas dengan keadaan masyarakat yang
ditinggalkan kepada mereka oleh generasi tua dan mengkritik segala yang
kolot. Karena remaja sedang meninggalkan masa kanak-kanak dan beralih
kepada masa dewasa, rasa antusiasme mereka begitu menggebu. Mereka
ingin mencoba segala pilihan dan kemungkinan yang diperhadapkan kepada
mereka. Banyak remaja sulit mengendalikan diri atau memilih mana yang
baik sehingga banyak terjadi kenakalan remaja.

Dalam menghadapi masalah kenakalan remaja, yang terpenting ialah


hubungan kreatif dengan Allah dalam Yesus. Roh Kudus hidup di dalam
setiap orang yang percaya (Roma 8:9-11) dan peran serta Roh Kudus
merupakan sumber kemampuan yang tidak terbatas. Di antara semua hal
yang dikerjakan Roh itu, yang luar biasa adalah pembaruan sifat dan sikap
seseorang. Buah karya Roh Kudus tidak lain adalah pembaruan watak
menuju kesehatan mental. Sifat-sifat baru itu tidak melahirkan masalah, tetapi
menyelesaikannya. Remaja perlu belajar untuk memiliki sebuah hati yang
bertobat, bangkit berdiri, dan menjauhkan diri dari dosa. Biarkan darah
Kristus menguduskan mereka (1 Yohanes 1:5-9), berkarya bersama Allah
untuk menghindari dosa yang sama, dan terus berusaha untuk hidup kudus
di hadapan-Nya.
Paulus amat memperhatikan perbuatan dan tingkah laku. Ia berkata
kepada orang-orang di Korintus, "Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah
bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1 Korintus 3:16)
Paulus menulis kepada umat Tuhan di Korintus dengan berkata, "Tidak
tahukah kamu," yang mempunyai pengertian bahwa mereka seharusnya
sudah tahu bahwa tubuh mereka adalah bait Allah, yang hidup di mana Roh
Kudus diam di dalam mereka.
Rasul Paulus membandingkan sifat orang duniawi dan rohani dalam
surat Galatia pasal 5, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percederaan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pesta pora. Daftar tersebut tidak berbeda jauh dari sifat-sifat
yang dibahas dalam surat Roma pasal satu. Dalam pasal itu, Paulus
memperkenalkan sebuah hukum sebab akibat, yaitu bahwa penindasan
kebenaran dapat merusak relasi seseorang dengan orang lain (Roma 1:18-
21, 32).
Sebagai kontras, surat Galatia 5:22-23 mengutarakan sifat-sifat yang
dapat diharapkan kalau seseorang diinjili dan dibina untuk hidup beriman.
Sifat-sifat itu merupakan hasil atau buah dari karya Roh Kudus dalam
batinnya. Daftar ini terdiri dari sifat-sifat terpuji, yaitu kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan,
penguasaan diri.

Ray Mossholder dalam bukunya "Cara Mendidik Anak di Tengah


Lingkungan yang Makin Sekular" menjelaskan beberapa ajaran dasar untuk
remaja.
 Pertama, ajarlah remaja untuk mempercayai Alkitab (Yohanes 8:31-
32). Allah tidak pernah berbohong karena firman Tuhan tetap teguh
untuk selama-lamanya (Mazmur 119:89). Mereka dapat mempercayai
firman Tuhan karena firman Tuhan tidak pernah berubah.
 Kedua, ajarlah mereka tentang baptisan air (Roma 6:4-6). Tuntutan
Allah kepada setiap orang Kristen baru adalah baptisan air.
 Ketiga, ajarlah mereka untuk melayani Tuhan (Efesus 2:8-10).
Sebagai orang tua, adalah hal yang menggetarkan ketika melihat anak
remajanya bersukacita melayani Kristus.
 Keempat, ajarlah mereka tentang kuasa doa. Kristus pun menjadi
teladan bagi semua orang bahwa di dalam doa ada kuasa yang
berasal dari Allah.

Pendidikan Agama Kristen berperan membentuk remaja yang


memuliakan Kristus yang adalah Tuhan dan Juru Selamat. Dengan
Pendidikan Agama Kristen yang berlandaskan iman kepada Kristus, para
remaja dapat melihat terang dan iman kepada Yesus sebagai Allah yang
benar. Pendidikan Agama Kristen tidak harus menjadi pendidikan yang
eksklusif di tengah duni remaja, tetapi mengakar di setiap segi kehidupan
remaja.

Secara umum dapat diungkapkan di sini beberapa cara pengatasan


antara lain:
1. Ada komunikasi timbal balik antara remaja dan orang tua (guru dan
orang dewasa lain)
2. Pemahaman remaja terhadap dirinya sendiri mengenai proses
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada dirinya sendiri.
3. Pendidikan sex yang tepat
4. Pemahaman masalah remaja, baik pada orang tua, guru, maupun
masyarakat pada umumnya.
5. Adanya tokoh-tokoh panutan dan tokoh-tokoh identifikasi yang positif
6. Pedidikan dalam remaja mengenali norma-norma agama, norma-
norma masyarakat dan hokum yang memadai.
7. Adanya kegiatan positif sebagai penyaluran energy fisik dan psikis
yang berlebihan.

E. PAK Remaja dalam Keluarga


Lembaga masyarakat yang terkecil, tetapi paling penting, adalah
keluarga. Di dalamnya terdapat anak remaja yang dipersiapkan untuk
bertumbuh. Keluarga pertama yang diciptakan Allah adalah keluarga Adam
dan Hawa (Kejadian 1:27-28). Allah menghendaki Pendidikan Agama Kristen
dalam keluarga (Ulangan 6:4-9).
Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, meliputi tubuh, akal budi,
hubungan sosial, kasih, dan rohani. Keluarga juga merupakan pusat
pengembangan semua aktivitas. Keluarga merupakan tempat untuk
mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga, dan
saling belajar hal baik.
Orang tua mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja dalam
keluarga. Tuhan Yesus menunjukkan perhatian terhadap peran orang tua di
rumah "Jadi jika kamu yang jahat tahu bagaimana memberikan kepada anak-
anakmu apa yang baik, terlebih lagi, Bapamu yang di surga" (Matius 7:11).
Orang tua berperan memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, mendidik,
memberi perlindungan dan perhatian kepada anak remajanya.

Orang tua perlu memberi peraturan untuk kehidupan anak remajanya


dengan hikmat dan perlu dikomunikasikan dengan kasih. Menanamkan
disiplin pada anak remaja merupakan suatu proses mengajar bagi orang tua
dan suatu proses belajar bagi anak remaja. Kata disiplin mempunyai arti
bukan saja membentuk perilaku dan sikap remaja, melainkan juga
memberikan kepadanya suatu ukuran dalam pengendalian diri dan
kemampuan untuk menunda kepuasan.

Supaya efektif, disiplin harus memenuhi tiga syarat. Pertama, disiplin


harus menghasilkan dan menimbulkan suatu keinginan perubahan atau
pertumbuhan pada remaja. Kedua, dalam menerapkan disiplin harus tetap
menjaga harga diri anak remaja. Ketiga, dalam menerapkan disiplin harus
tetap memelihara suatu hubungan yang erat antara orang tua dan anak
remaja.

Remaja memerlukan cinta dan kasih sayang dari orang tua, cinta dan
kasih perlu diungkapkan dan didemonstrasikan. Bagi beberapa orang tua,
pengungkapan kasih sayang kepada anaknya tidak begitu mudah. Banyak
orang tua menemukan kesulitan untuk mengungkapkan atau menunjukkan
kasihnya secara emosional. Orang tua perlu memahami perasaan anak
remajanya. Kadang-kadang, mereka mengalami luka hati, marah, merasa
kesepian atau sedih. Orang tua juga perlu menyadari dan mengakui
kesalahan di hadapan anak remajanya. Pengakuan itu tidak akan
mengurangi cinta dan hormat anak remajanya, justru pengakuan itu akan
mendorong anak remajanya menjadi lebih dekat dan lebih berani
berkomunikasi dengan orang tuanya.

F. Perkembangan Kepribadian
Psikologi remaja. Isu sentral pada remaja adalah masa
berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa
dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who
am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola
dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor
penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja)
adalah :
1) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk
berperilaku dewasa pula
2) Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
3) Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan
cita-citanya
4) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis
dan lawan jenis
5) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak
menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami,
mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri

Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:


1) Bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2) Mengkaji tujuan & keputusan untuk menjadi model manusia yg diidamkan
3) Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, sikap temannya
4) Mengembangkan sikap-sikap pribadinya

Bab V
Moral dan Kehidupan Remaja
Dalam dunia modren yang kita jalani, banyak terdapat isu-isu moral
dalam berbagai wajah telah terjadi secara variatif pada hampir semua
kalangan manusia. Berbagai wajah moral yang terjadi menghiasi kehidupan
keduniawian manusia, sudah menjadi masalah sosial yang sulit diatasi
secara tuntas, Berbagai wujud negatif moral agaknya sudah terlalu serus,
bahkan menurus kepada tindakan kriminliltas. kondisi ini telah
memprihatinkan banyak orang, terutama orang tua dan pendidik, karena
justru pelaku dan korban adalah kaum remaja dan anak-anak, dan
mahasiswa, bahkan tidak jarang terjadi bagi anak prasekolah.

Kondisi ini secara umum diungkapkan bahwa situasi penyimpangan


moral sebagai akibat dari keterbatasan pendidikan, mulai dari:

1. pendidilan keluarga
2. pendidikan lingkungan sekitar
3. pendidikan sekolah
4. pendidikan gereja
Indikator pendidikan pembentuk kondisi moral tersebut kurang memililki
kemampuan mengelola konflik dan kekacauan, sehingga anak remaja yang
menjadi korban. Keadaan ini bukanlah hanya tanggung jawab pendidik
agama tetapi seluruh pendidik dari berbagai disiplin ilmu. Pendidikan agama
yang melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah umum selama ini belum
maksimal sebagai landasan moral bagi para pemeluknya, antara lain terbukti
dengan adanya berbagai konfilk di beberapa wilayah Indonesia, munculnya
gejolak primor-dialisme dan egosentrik yang destruktif. Jika hanya
dibebankan kepada pendidik agama, Hal ini diyakini tidak menjamin
tumbuhnya moralitas yang dapat diandalkan.

Masalah-masalah moral yang terjadi dalam kehidupan anak remaja,


jauh lebih kompleks dibanding masalah-masalah moral yang terjadi pada
masa sebelumnya. Berbagai pihak telah banyak yang bertenak tentang
moral, yang umumnya dalam konteks yang kurang menyenangkan. Oleh
karena itu, studi pembinaan moral diasumsikan dapat memberi kontribusi,
meskipun tidak dapat dijamin terjadinya perilaku moral yang tepat, karena
umumnya bersifat reflektif unsur-unsur yang terkait dengan perilaku anak
remaja. Memang moral dapat dikaji secara:

1. kognitif refleksi moral


2. penghayatan sikap moral
3. perilaku atau tindakan moral
Pola pengkajian ini terintegrasi dalam diri seseorang dan membentuk
kematangan moralitas. Sesungguhnya kajian moral berkaitan dengan praktik
kehidupan manusia.

Paul Suparno, mengemukakan 4 (empat) penyimpangan pembelajaran


moral, yaitu:.

1. model bagi pelajaran sendiri


2. model terintegrasi dalam semua bidang studi
3. model di luar pelajaran dan
4. dan model gabungan

Memang masing-masing model memiliki keunggulan sendiri. Secara


khusus model ini membenarkan peluang kepada guru mengembangkan
kreativitasnya dengan ketentuan bahwa moral tidak hanya sebagai
pengetahuan kognitit. Pengetahuan kognitif dan pengalaman terdapat suatu
jarak antara mengetahui suatu nilai (termasuk nilai moral). Dalam
mengamalkan moral terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. kognisi (cogtitio)
2. afeksi (afectio)
3. volisi (uolitio)
4. konasi (conatio)
5. imotivasi (motiuatio)
6. dan pengalaman (praxis).

Moral tidak bisa hanya dengan verbalisme karena hanya menambah


pengetahuan, tetapi sesungguhnya yang dituntut adalah melahirkan
pengalaman.4 Untuk operasionalisasi upaya perwujudan pendidikan
dalam perspektif moral, diperlukan formula perajut fenomena kehidupan,
yang diasumsikan mampu menekan penyimpangan nilai moral. Hal ini
penting karena keragaman yang ada, baik dipahami sebagai kekayaan
dan dinamika kehidupan maupun sebagai hal yang potensial menjadi
sumber konflik, namun semuanya tergantung kepada manusia yang
hidup dan menghidupi kehidupannya dengan nilai-nilai moralitas.
Kupperman (1983) mengatakan: Nilai moral adalah patokan nommatif
yang merpengaruhi manusia dalam menentukan pililhannya di antara cara
tindakan altematif baik atau buruk.

A. Memahami Moral Dalam Kehidupan Remaja

Sokrates, memberikan pandangan tentang moral yang di


oprerasionalkan dengan moralitas adalah “bagaimana seharusnya kita
hidup”. Namun akan sangat berguna sebenarnya jika dimulai dari sebuah
4
Lok Cit
definisi sederhana dan tidak kontroversional. Namun sokrates tidak ingin
menciptakan pesaing yang masing-masing mengutarakan konsep yang
berbeda mengenai apa arti hidup secara moral itu. 5

Istilah moral kadang digunakan sebagai kata yang sama dengan etika.
Moral berasal dari Bahasa latin, yaitu “mos” (adat istiadat, kebiasaan, cara,
tingkah laku dan kelakukan),”mores” (adat istiadat, tabiat, watak, akhlak, cara
hidup)6

Dalam Bahasa inggris termasuk kamus Bahasa Indonesia, kata mores


masih dipakai dalam arti yang sama. Secara etimologi kata etika sama
dengan etimologi kata kata moral karena keduanya berasal dari kata yang
berarti kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa latin, yang jika perlu
memandang arti kata moral, maka dapat disimpulkan bahwa artinya sama
dengan etika, yaitu: nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam pengetaturan tingkah lakunya. 7

Dalam pemakaian kata “etika” sering kali di pertukarkan dengan kata “


moral” atau “moralitas”. Kedua kata “etika” dan “mora” sesungguhnya telah
menjadi searti dan menjadi tanda dari kebingugan yang secara khusus
menyusupi pandangan etis modern. Dari penelusuran sejarah kedua kata itu
memiliki arti yang sungguh berbeda. Etika berasal dari kata Yunani “ethos”
yang akar katanya “kandang kuda” kata itu mengandung arti suatu tempat
tinggal yang stabil dan tetap. Sebaliknya, moralitas berasal dari kata “mores”
yang mengambarkan pola-pola tingkah laku suatu masyarakat tertentu 8

5
James Rachel, filsafat Moral (Kanasius: 2014) hal. 17
6
Loren Bagus “ kamus filsafat” ( Jakarta : PT Gramedia, 1996) hal 672
7
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian anak, peran, moral, intelektual, Emosional dan Sosial sebagai
wujud
integritas pembangunan jati diri (Jakarta: Bumi Aksara. 2006) hal 27
8
R.C. Sproul, Etika Sikap Orang Kristen, (Malang: Gandum Mas 1996) hal 7
Moral adalah sikap dan perlakukan manusia yang dipandang sebagai
baik dan buruk, benar dan salah, tepat dan tidak tepat. Penilaian atau dasar
pandangan ini adalah kaidah-kaidah yang diterima masyarakat menyangkut
apa yang dianggap benar, baik, adil, dan pantas. Kondisi ini bisa terjadi jika
seseorang memiliki:

1. Kemampuan untuk diarahkan/dipengaruhi oleh keinsyafan akan benar


dan salah
2. Kemampuan untuk mengarahkan atau mempengaruhi orang lain
sesuai kaidah perilaku yang dinilai benar atau salah.
Hal ini terjadi dalam hubungan dengan sesama manusia.

Jika kita mencoba menelusuri pemahaman moral dari sudut adat istiadat,
dapat dipahami sebagai konsep yang mencerminkan perilaku aktual dari
anggota kelompok sosial yang besar atau kecil. Konsep yang berkembang
dalam adat istiadat merupakan ketentuan tentang apa yang boleh dizinkan
atau dilarang diperbuat atau dilakukan. Konsep ini dipahami sebagai model
dan patokan kelakuan yang dianut masyarakat. Dengan demikian adat
istiadat secara keseluruhan mengandung moralitas dan suatu komunitas
sosial. Adat istiadat berbeda karena kelas dan lapisan sosial menyangkut
tempat dalam sistem social dan tingkat kebudayaannya.

Selanjutnya istilah moral lebih sering digunakan untuk menunjukkan


kode, tingkah laku, adat atau kebiasaan, dari individu atau kelompok seperti
kalau seseorang membicarakan moral orang lain. Maka moral adalah
mendorong manusia untuk melaukan tindakan yang baik sebagai kewajiban
atau norma. Moral juga dapat dartikan sebagal sarana untuk mengukur
benar tidaknya, atau bailk tidaknya tindakan manusia.
Heyden merumuskan pengertian moral sebagai suatu kepekaan dalam
pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang
tidak hanya berupa kepekan terhadap prinsip dan aturan. Selanjutnya Akitson
(1969) mengemukakan moral atau moralitas merupaan pandangan tentang
baik buruk, benar salah, apa yang dapat dan tidak dilakukan. Selain itu moral
merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu masyarakat yang berkenaan
dengan karakter atau kelakuan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia.

Moralitas adalah ilmu deskriptif yang menyangkut "hal-hal yang berlaku


sekarang" dan hal-hal indikatif Moral melukiskan apa yang dilakukan
manusia, etika menetapkan apa yang harus dilakukan oleh manusia.
Perbedaan antara moral dan etika antara hal-hal yang normal dan hal-hal
yang merupakan norma.9

Etika Moral
Normatif Deskriptif
Imperatif Indikatif
Keharusan Yang berlaku sekarang
Mutlak Relatif

Bila normalitas disamakan dengan etika, maka hal-hal nomal menjadi


norma. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang dilayani menurut prinsip-
prinsip sifat Allah dalam Alkitab. pengetahuan yang dberikan oleh etika hanya
senjata separuh pergumulan moral yang dihadapi, tentang mana yang baik

9
Heyden, The irgudt y Moral Dacuclowa on Chbens Leel g Monul leanning loamol of Morl Eaclon. 10,
131-134. Hal 35
dan menggerakkan keberanian moral untuk melakukan mana yang baik itu.
Mungkin saja seseorang mengetahui mana yang benar, tetapi kurang memilik
kekuatan moral untuk melakukan. Dengan menguasai prinsip-prinsip alkitab
yang berkaitan dengan kebenaran, kita mula melepaskan diri dari zona yang
bersifat abu-abu yang membingungkan. Moralitas yang juga sering disebut
ethos adalah silkap manusia berkenaan dengan hukum moral yang
didasarkan atas keputusan bebasnva. Ethos terkadang diartikan untuk
menunjukkan karakter tertentu. hal didasarkan pada unggulnya satu nilai
khusus, unggulnya nilai moral dari suatu nilai khusus, atau sikap moral dari
seluruh kelompok social. Sebuah tindakan yang baik secara moral ialah
tindakan bebas manusia yang mengafirmasilkan nilai etika obyektif dan yang
mengafirmasilkan hukum moral. Buruk secara moral ialah suatu pertentangan
dengan nilai etis dan hokum moral. Suatu tindakan bebas dikatakan tidak
peduli /indiferen secara moral. Sumber dari suatu kepatutan dan
ketidakpatutan moral, adalah:

1. keputusan bebas kehendak;


2. sikap bijak yang timbul dar keputusan kehendak dan
3. Pribadi atau obyek moral

Perasaan moral lebih kepada kesadaran hal-hal yang baik dan tidak baik.
Perasaan mencintai kebaikan dan sikap empati terhadap orang lain
merupakan ekspresi dari perasaan moral. Perasaan moral sangat
mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik. Karena itu perasaan moral
perlu dikembangkan dengan memupuk perkembangan hati nurani dan
empati.

Tindakan moral yaitu kemampuan untuk melakukan keputusan dan


perasaan moral ke dalam prilaku-prilaku yang nyata. Tindakan moral ini perlu
dilfasilitasi agar muncul dan berkembang dalam pergaulan sehari-hari.
Lingkungan sosial yang kondusif untuk memuncukan tindakan-tindakan
moral, tidak hanya diperlukan dalam pembelajaran moral. Ketiga unsur moral,
yaitu: penalaran, perasaan, dan tindakan moral sangat diperlukan dalam
pembelajaran moral. Bersamaan dengan itu masyarakat pada umumya
menekankan pada pentingnya peranan iman atau kepercayaan
eksistensialnya.

Dalam penelusuran lebih dalam, disamping pengembangan ketiga unsur


moral, yaitu: penalaran, perasaan, dan tindakan moral, juga perlu
mengembangkan iman atau kepercayaan eksistensial. Jadi lengkapnya unsur
moral perlu dilengkapi dengan unsur kepercayaan eksistensialme yang
dipandang sebagai gejala yang berpangkal pada eksitensi dan sistem budaya
masyarakat. Jadi moral yang berpijak pada karakteristik budaya, sangat
penting ditumbuhkembangkan. Eksistensialisme atau eksistensi memang
bukanlah obyek berfikir abstrak atau pengalaman kognitif (akal pikiran) tetapi
merupakan eksitensi atau pengalaman langsung, bersifat pribadi, dan dalam
batin individu.

Pandangan beberapa filosof tentang moral yang sering disinonimkan


dengan istilah moral dan moralitas, adalah:

1. Shaftesbury memandang moralitas sebagai alamiah, dan tidak


tergantikan pada aksi-aksi adikodrati:
2. Fichte menegaskan bahwa kesadaran moral sedemikian rupa,
sehingga menguraikan metafisika dalam kerangka moral;
3. Kropotkin menyatakan bahwa moralitas berasal dari suatu aktor kerja
sama timbal balik;
4. Neitzsche membagi sistem moral kedalam tipe moralitas tuan dan
moralitas hamba
5. Santayana mengangap moralitas terpisah dari etika yang dianggap
sebagai displin nasional.
Perihal etika berkaitan erat dengan adat istiadat atau kebiasaan. Ia
membedakan moralitas prarasional dan pascarasional. 10

Dari berbagai kajian darl pemahaman tentang moral dapat disimpulkan,


bahwa moral adalah suatu pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang
dalam mengatur tingkah lakunya. Moral dipahami dan digunakan untuk
menunjulkan kode, tingkah laku, adat atau kebiasaan, dari individu atau
kelompok, dan mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik
sebagal kewajiban atau norma. Dengan demikian, moral dapat diartikan
sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya, atau bailk tidaknya -
tindakan manusia.

Kesadaran moral, adalah kesadaran tentang diri kita sendiri, di dalam


mana kita melihat diri kita sendiri sebagai berhadapan dengan baik buruk. 11
Di situ manusia membedakan antara yang halal dan yang haram, yang boleh
dan yang tidak boleh dilakukan, meskipun dapat dilakukan. Bila manusia
sudah dapat berpikir dan berkehendak sendiri, baru dalam taraf
perkembangan itulah, yang bersangkutan memasuki dunia moral. Artinya
barulah ia dapat membedakan mana yang bailk dan mana yang buruk. 12

Pengakuan manusia tentang yang baik dan yang buruk adalah kesadaran
moral atau moralitas. kalau diterima bahwa manusia dapat memilih, haruslah
ada kesadaran moral, sebab sebelum ia memilih seharus nya ia tahu apa
yang akan dipilihnya. Kapan dan bagaimana kesadaran moral timbul,
terutama menyangkut bidang psilkologi. Karena ini kesadaran, timbul dan
berkembangnya tidak teralu beda dengan kesadaran lain, yaitu pengetahuan

10
Loren Bagus, Op Cit 174
11
Poedjawijatna, Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia), (Jakarta: Bina Aksara, 1987, Hal 31
12
Drijakara, Percikan Filsafat, (Jakarta: Bina Aksara, 1966) Hal 13
manusia. Makin besar kesadaran manusia tentang baik dan buruk itu, makin
besar moralitasnya. Moralitas tidak statis, ia berkembang, dan manusia dari
kecil dapat dipengaruhi untuk perkembangan moralitasnya.

Pendidikan besar sekali pengaruhnya atas perkembangan moralitas.


Sebaliknya lingkungan dapat mengaburkan moralitas seseorang serta hampir
tak dapat ia membedakan baik dan buruk. Dalam bidang filsafat moral makin
jelas pengetahuan mana baik, mana buruk, makin mudah: juga mengadakan
pilihan. Tidak tentu pilihan itu pasti baik dalam arti sesuai dengan nilai yang
dihadapi dalam bidang moral itu, yang terang pilihan mudah diadakan.
Setelah ada pilihan itu, maka manusia dapatlah menghakimi diri sendiri.
Manusia tahu dalam tindakannya sesuai dengan norma kesusilaan yang
dlketahui atau tidak.

Dengan kepastian lebih besar tentang apa yang diharuskan Allah,


manusia tidak lagi begitu mudah kena kompromi moral. Pemahaman yang
jelas memperkuat kemauan karena pikiran menjadi terang. Namun
pemahaman kita membantu dan menopang kemauan kita dengan cara
memperkuat suara hati nurani yang ilahi. Tujuan kita adalah melakukan
kehendak Allah, dan menurut Alkitab "inilah kehendak Allah: Kekudusan
manusia".

B. Makna Moral Dalam Kehidupan Remaja

Pengetahuan pribadi tentang nilai moral tidak dihasillan oleh suatu


rasa moral irasional. Bagaimanapun kesadaran moral berkembang karena
ada pengertian yang sangat dalam tentang perasaan-perasaan moral,
seperti: hormat, kejujuran, dan kesetiaan.
Dari segi obyektif, moral mempunyai nilai dalam arti tertentu, tidak
bersyarat dan mutlak meskipun ia tidak terbatas. Nilai ini bersama dengan
tujuan tertinggi manusia dan hukum ilahi merupakan dasar kekuatan hukum.
moral kodrat yang mengikat dan tak bersyarat. Tujuan tertinggi manusia
adalah kebahagiaan. Inilah yang akan dicapai di dunia lain karena manusia
menjadi milik Allah. Keburukan, kejahatan moral ditandai dengan
ketidakpatutan mutlak yang tidak dapat dibandingi nilai lain manapun, betapa
pun tingginya. Nilai mutlak dari tataran moral adalah melakukan kepatuhan
kehendak manusia sambil ingat dan sadar diri.

Jika dilihat dari pemahaman moral di atas, moral adalah pegangan


bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya,
dan digunakan untuk menunjukkan kode, tingkah laku, adat atau kebiasaan,
seseorang atau kelompok, sekaligus mendorong remaja untuk melakukan
tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Dengan demikian
sesungguhnya moral sangat berhubungan dengan sikap hidup dan
kepribadian remaja.

Kehidupan moral dapat dibagi dalam dua unsur: standar dan perilaku
moral. Standar moral mencakup keyakinan tentang benar-salah dan baik-
buruk sedangkan perilaku moral mengacu kepada perbuatan konkret dari
kehidupan remaja tentang moral. Kesamaan atau kesesuaian antara standar
dan perilaku moral, saya disebut memiliki 'integritas jika mengaku remaja
Kristen tetapi kalau “suka marah-marah”, “hidup dalam pergaulan bebas”
adalah orang yang tidak memiliki integritas, karena Integritas adalah
kekonsistenan antara apa yang diucapkan dan yang dilalukan, antara apa
yang diyakini dan yang diperbuat. Remaja Kristen harus memiliki integritas
yang dibuktikan dengan kehidupan moral yang baik dan bisa menjadi teladan
bagi orang lain. ( 1Timotius 4: 12)
Bila kita ingin meningkatkan kualitas hubungan antar sesama, tidak
bisa tidak, kita mesti memelihara integritas yang tinggi Standar moral harus
sepadan dengan yang telah Tuhan tetapkan. Firman Tuhan memacu kita
untuk memiliki standar yang tinggi, sebagaimana dapat kita lihat di Filipi. 4:8,
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mula,
semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap
didengar, semua yang disebut kebajlkan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu".

Cara yang baik untuk menolong anak remaja agar dapat memiliki
watak yang baik sesuai dengan harapan kita, antara lain adalah:

1. sadarilah bahwa nilal-nillai merupakan dasar dari semua tingkah laku


yang etis:
2. temukan nilai-nilai yang sangat penting bagi kita dan ciptakan suatu
pengalaman bagi remaja untuk dapat menila bahwa nilai-nilai yang
ada itu baik dan bermakna dengan memberikan penguatan dan
peneguhan jika mereka melakukannya,
3. selalu berikan ganjaran dan dukungan secara positif kepada remaja
jika mereka melakukan sesuatu berdasar nilai-nilai yang kita ajarkan;
4. berikan kepada anak remaja waktu, perhatian, dan tuntunan yang
dapat dilihat untuk melaksanakan nilai-nilai yang kita ajarkan:
5. ciptakan suatu kesempatan agar anak remaja dapat melakukan
pilihan atau keputusan yang bermakna bagi diri mereka sendiri: dan
6. hayatilah hidup kita sebagai orang dewasa seperti yang kita harapkan
akan dihayati oleh anak-anak remaja kita.
Salah satu SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda (young
generation) sebagai estafet pembaharu merupakan kader pembangunan.
yang silatnya masih potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah
dan berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi
pentingnya pendidikan sekolah antara lain, untuk:

1. perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian,


2. transmisi kultural,
3. integrasi sosial,
4. inovasi,
5. praseleksi dan praalokasi tenaga kerja

Dalam hal ini jelas bahwa tugas pendidikan sekolah adalah untuk.
mengembangkan segi-segi kognitif, apektif, dan psikomotorik yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan moral.

Dengan memperhatikan fungsi pendidikan sekolah di atas, maka


setidaknya terdapat 3 alasan penting yang melandasi pelaksanaan
pendidlikan moral di sekolah, antara lain:

1. Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam
diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati, dan kemauan yang
berkualitas, seperti: memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri,
ketekunan. dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan
rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia.
2. Sekolah merupakan tempat yang lebih baik dan lebih kondusif untuk
melaksanakan proses belajar-mengajar
3. Pendidikan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan membangun masyarakat yang
bermoral.13

13
Lewa Karma Merancang Pendidikan Moral & Budi Pekerti. (Bali: IKIFN Singaraja, 2004). p. 2.
Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir
seluruh masyarakat di dunia, khususnya diIndonesia, kini sedang
mengalami patologi sosial yang amat kronis. Bahkan sebagian besar
pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban easternisasi
(ketimuran) yang beradab, santun. dan beragama. Akan tetapi hal ini
kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan sosial di
Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang
matang. Di samping itu sistem pendidikan Indonesia lebih berorientasi
pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ
(Intelligence Quotient) yang walaupun juga l di dalamnya terintegrasi
pendidikan EQ (Emotional Quotient). Sedangkan warisan terbaik bangsa
kita adalah tradisi spiritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih
banyak digemar oleh orang lain di luar negeri kita, yaitu. SQ (Spiritual
Quotient). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam pengembangan penerapan
moral dan eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target pe-ningkatan IQ
dan EQ siswa.

Akibat dari hanyutnya SQ pada pribadi masyarakat dan siswa pada


umumnya menimbulkan efek-efek sosial yang buruk. Bermacam-macam
masalah sosial dan masalah-masalah moral yang timbul di Indonesia
seperti:

1. meningkatnya pemberontakan remaja atau dekadensi etika/sopan.


santun pelajar,
2. meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, tawuran
di sekolah, dan suka mencuri,
3. berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan terhadap.
figur-figur yang berwenang.
4. meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan
bengis,
5. munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh ke.
bencian,
6. berbahasa tidak sopan,
7. merosotnya etika kerja,
8. meningkatnya sifat-sifat mementingan diri sendiri dan kurangnya
rasa tanggung jawab sebagai warga negara,
9. timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti
perilaku seksual premature, penyalahgunaan mirasantika/narkoba,
dan perilaku . bunuh diri
10. timbulnya ketidaktahuan sopan santun termasuk mengabaikan
pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti adanya
kecenderungan untuk memeras tidak menghormati peraturan-
peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri
atau orang lain, tanpa berpikir bahwa hal itu salah. 14
Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan
pembentukan karakter siswa secara optimal, maka dalam penyajian setiap
materi pelajaran sekaligus juga berfungsi sebagai sarana penerapan moral
kepada para siswa. Hal ini hendaknva dilaksanakan secara terpadu kepada
semua pelajaran dan dengan mengunakan strategi dan model pembelajaran
secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur, kepala sekolah,
orang tua murid, dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Dengan demikian
timbul pertanyaan, bahan kajian apa sajakah yang diperlukan. untuk
merancang model pembelajaran untuk mengimplementasikan moral dan
dengan menggunakan pendekatan terpadu?

Untuk merespon gejala kemerosotan moral tersebut, maka


peningkatan dan intensitas pelaksanaan penerapan moral di sekolah adalah
tugas yang sangat penting dan sangat mendesak bagi kita, serta perlu
14
Kohlberg 1. & Turrier. Moral Deuelopment and Moral Education. Dalam: G Leser (ed), Pychology
and Educational Practice. (Cicago: Scolt, Foresman. 1977. Hal 74
dilaksanakan secara komprehensif dan dengan menggunakan strategi serta
model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur
yang terkait dalam proses pembelajaran atau pendidikan seperti: guru-guru,
kepala sekolah, orang tua murid, dan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuan
pendidikan moral tidak semata-mata untuk menyiapkan peserta didik untuk
menelan mentah konsep-konsep penerapan moral, tetapi yang lebih penting
adalah terbentuknya karakter yang baik, yaitu pribadi yang memillki
pengetahuan moral, peranan perasaan moral, dan tindakan atau perilaku
moral. Oleh karena itu, diharapkan para pendidik di sekolah meningkatkan
pemahamannya mengenal hakikat pengembangan dan penerapan moral,
serta memahami metode-metode komunikasi moral.

Frankena menyatakan, bahwa penerapan moral adalah upaya


menyampaikan dan mempertahankan moral sosial, meningkatkan moralitas
manusia, menjadi agen pengembangan yang mampu meningkatkan
kemampuan bepikir moral secara maksimal. Lebih khusus Maritai (dalam.
Frankena, 1971) menegaskan bahwa tujuan penerapan moral adalah
terbentuknya kejujuran dan kebebasan moral spiritual. 15

Lebih lanjut Frankena mengemukakan bahwa ada 5 makna penerapan


dan pendidikan moral, sebagai berikut:

1. Mengusahakan pemahaman "pandangan moral" maupun cara-cara


moral dalam mempertimbangkan tindakan-tindakan dan penetapan
keputusan apa yang harus dikerjakan, seperti membedakan hal
estetika, legalitas, dan pandangan tentang kebiiaksanaan;

15
Frankena, WK Moral Meduocation, Phylosophic Vew of. Dalam Lre C. Daighton (Editor in Chien.
The t Enydopedio of Ethocutionat, Volume 6,(The McMilan: Company & The Pres, 1971). pp. 195-198.
Hal 42
2. Membantu mengembangkan kepercayaan dan mengadopsi satu atau
beberapa prinsip umum yang fundamental, ide, atau nilai sebagai satu
pijakan atau landasan untuk pertimbangan moral, dan menetapkarn
suatu keputusan sikap dan tindakan;
3. Membantu mengernbangkan kepercayaan pada dan atau mengadopsi
norma-norma konkret, nilai-nilal, kebaikan-kebaikan, seperti pada
pembinaan moral tradisional yang mungkin selama ini dipraktekkan;
4. Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu
yang secara moral yang baik dan benar;
5. Meningkatkan pencapaian refleksi otonom, pengendalian diri, dan
kebebasan mental spiritual, meskipun itu disadari dapat membuat
seseorang menjadi pengkritik terhadap ide-ide dan prinsip-prinsip, dan
aturan-aturan umum yang sedang berlaku.

Tugas pendidikan sekolah pada dasarnya adalah mengembangkan


5egi- segi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat dikembangkan
melalui pendidikan moral. Memperhatikan fungsi pendidikan sekolah, maka
setidaknya terdapat 3 alasan penting yang melandasi pelaksanaan
penerapan. dan pendidikan moral di sekolah, antara lain:

1. Perlunya karakter yang bailk untuk menjadi bagian yang utuh dalam
diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati, dan kemauan yang
berkualitas, seperti: memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri,
ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan
rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia.
2. Sekolah merupakan tempat yang lebih baik dan lebih kondusif untuk
melaksanakan proses belajar-mengajar.
3. Penerapan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan membangun masyarakat yang
bermoral.16

Penilaian-penilaian moral tidak ada hubungannya dengan akal budi


melainkan cerminan reaksi emosional manusia terhadap realitas. Nilai-nilai
moral seseorang atau tindakan (baik atau jahat) tidak melekat pada orang itu
atau tindakannya, melainkan semata-mata reaksi emosional si pengamat.

Moralitas menurut Hume, adalah hal perasaan semata-mata. Seluruh.


moralitas hanyalah satu sistem dengannya manusia mengatur pengalaman
yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan dengan cara yang
berguna bagi kehidupan bersama. Moralitas mesti berdasarkan suatu
perasaan atau emosi hati manusia yang tidak lagi egois (meskipun
memberikan nikmat). Perasaan itu adalah cinta kemanusiaan. Cinta
kemanusiaan dimiliki segenap orang. Rasa cinta kemanusiaan itulah dasar
moralitas manusia.17

Moral baik terkait dengan moralitas. Moralitas adalah segala hal yang
berurusan dengan sopan santun. Moralitas berasal dari sumber tradisi atau
adat, agama atau sebuah ideologi, atau gambaran dari beberapa sumber.
Dengan demikian kepribadian yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi oleh
cara berpikir moral seseorang. Moral yang baik berasal dari cara berpikir
moral yang tinggi berdasarkan pertimbangan moral yang bersumber dari
perkembangan moral kognitifnya. Moral baik yang dimiliki oleh seseorang
akan menghasilkan kepribadian yang bailk pula. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan moral yang dilakukan pendidik akan membantu peserta didik
dalam pembentukan kepribadian dan moralitasnya.
16
Lewa Karma, Op. Cit., P. 9.
17
Franz Magnis-Suseno, Model Pendekatan Etika. ( Yogyakarta: Kanasius, 1998), p 126.
BAB VI
“POLA HIDUP REMAJA KRISTEN”

A. Pokok Pembahasan
Dalam Alkitab dinyatakan dengan jelas : “Anak-anak pada masa
mudanya seperti anak-anak panah di tangan pahlawan” (Mzm
127:4). Dalam pencarian serta penemuan diri, seorang remaja tidak
terlepas dari situasi masyarakat sekitarnya. Setiap orang lahir dan
dibesarkan dalam suatu komunitas, dan tidak terlepas dari
komunitas tersebut. Baik buruknya sikap atau pola perilaku
seseorang tidak terlepas dari baik buruknya komunitas masyarakat
tempat tinggalnya. Dengan kata lain, masyarakat remaja mencapai
atau tidak mencapai “sasaran” hidup yang tepat. Pada era modern
saat ini yang ditandai dengan kemajuan teknologi, sering kali anak-
anak remaja alam “petualangan”nya, menjadi seseorang yang
kehilangan identitas. Kemampuan yang lemah dan kekurangsiapan
dalam mengikuti dan memanfaatkan perkembangan zaman
mengakibatkan seseorang remaja menjadi “korban teknologi”.
Misalnya : teknologi informatika komputer yang diwarnai dengan
meluasnya sarana “internet” dapat berakibat fatal apabila
disalahgunakan dengan pengaksesan situs porno yang dapat
merusak moral remaja dan menuntunnya ke arah yang lebih amoral
dengan menggemari free-sex (seks bebas).
Akan tetapi faktor kemiskinan keluarga dan ketidakharmoniasan orang
tua dapat dijadikan sebagai salah satu penyebab boborknya moral remaja,
misalnya mengedar dan konsumsi narkoba sebagai alat ‘penyegar” pikiran
dan pelarian, serta sebagai sararana agar diterima dalam peer group (teman
sebaya). Pola hidup remaja seperti demikian adalah pola hidup yang
bertentangan dengan ajaran Tuhan (Alkitab). Secara nyata Alkitab memang
mencatat agar setiap anak menikmati masa mudanya, akan tetapi bukan
berarti mengabaikan perintah Tuhan. Sebab jika masa muda dilalui tanpa
korelasi yang baik dengan Tuhan maka itu adalah sia-sia (bnd Pkh 11:9-10).
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah : “Bagaimana sebaiknya sikap
seorang remaja Kristen dalam menyikapi perkembangan zaman di tengah-
tengah pergaulan hidup?”

Menyikapi pola kehidupan remaja Kristen sekarang ini, alangkah


baiknya bila back to the Bible (kembali kepada Alkitab). Rasul Paulus
menegaskan kepada jemaat di Korintus bahwa tubuh itu merupakan bait Roh
Kudus, tempat berdiamnya Roh Allah yang telah lunas dibayar harganya.
Sebagai bait Allah yang adalah gambaran rupa Allah (imago Dei), setiap
manusia (khususnya remaja) harus memiliki dan menyatakan sifat Allah itu,
yakni : hidup dalam persekutuan yang kudus dengan Dia, hidup dalam Kasih,
hidup kudus, pembawa damai, dan sebagainya.

Menurut John Wesley (Bapak Pendiri Gereja Methodist), setiap orang


harus hidup dalam persekutuan dengan Allah untuk menemukan diri dalam
diri Allah dengan kekudusan. Kekudusan yang dimaksud Wesley bukanlah
kekudusan dalam arti asketis (bertapa untuk menghindari kehidupan
masyarakat), kekudusan itu tidak hanya tampak pada self-holiness
(kekudusan pribadi), misalnya : doa, puasa, tidak merokok, percaya kepada
Tuhan Yesus, dan sebagainya. Melainkan bahwa kekudusan itu hendaknya
tampak dalam kehidupan sosial masyarakat (social holiness). Seseorang
disebut kudus bila keimanannya kepada Yesus dinyatakan dalam perbuatan
baik dan membawa perubahan hidup dalam masyarakat (bnd Yak 2:17)
untuk kemudian menuju kepada kesempurnaan Kirsten, yaitu ke dalam hidup
yang terus menerus bertumbuh dan dibaharui dalam “Anugerah Allah” yang
diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang. Dalam menjawab
tantangan zaman, seorang remaja Kristen dituntut untuk menjadi teladan,
baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dengan kata lain seorang remaja
Kristen harus “tampil beda” dari yang non Kristen untuk mencapai “sasaran”
hidup yang sesuai kehendak Yesus di tengah-tengah perkembangan zaman
yang ditopang dengan adanya komitmen untuk hidup dalam pimpinan Tuhan.

B. Membangun Identitas Diri Remaja Berdasarkan Alkitab

Dalam perkembangan seorang remaja, salah satu tahapan


perkembangan yang harus dilalui oleh para remaja adalah Pembentukan
Identitas Diri. Memasuki masa remaja awal, ditemukan banyak remaja yang
sering kali mengutarakan bahwa dirinya sedang mencari jati diri. Apabila
seorang remaja mengalami hambatan ataupun kegagalan dalam tahapan ini,
timbullah masalah krisis identitas diri. Remaja dapat mengalami kebingungan
dalam batin nya mengenai siapa dirinya, nilai-nilai ataupun kepercayaan yang
dianutnya, dan seperti apa masa depannya.

Krisis pencarian identitas juga di alami oleh remaja Kristen. Begitu


banyak pergumulan dan gejolak yang dialami oleh remaja Kristen berkaitan
dengan iman kepercayaannya, etika dan moral remaja Kristen, dan
keterlibatan pelayanan dalam gereja. Karena hal inilah, orang tua dan
Pembina remaja harus mampu menolong remaja untuk membangun identitas
diri mereka berdasar Alkitab. Mengapa identitas diri remaja harus
berdasar Alkitab?

1. Alkitab adalah standar kebenaran.


Alkitab adalah standar bahkan sumber kebenaran, sebagaimana yang
dituliskan dalam Yohanes 17:17, "... firman-Mu adalah kebenaran."
Kebenaran mencakup firman Allah yang hidup (Yohanes 1:1)
maupunfirman Allah yang tertulis. Apabila Alkitab adalah pernyataan
kebenaran Allah, pribadi kita harus dibangun di atas kebenaran firman
Allah sehingga hidup kita dapat bertumbuh, berakar, dan berbuah dalam
kebenaran firman Allah.
2. Alkitab merupakan petunjuk untuk hidup sesuai dengan rencana
Allah.
Remaja memiliki banyak pergumulan dan pertanyaan mengenai kehidupan.
Alkitab telah memiliki jawaban bagaimana kita harus hidup sesuai dengan
rencana Allah. Dituliskan oleh Paulus bahwa "Segalatulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran" (2 Timotius 3:16). Paulus berbicara tentang Alkitab (Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru) yang adalah firman Allah dan berguna dalam
empat hal:
 Pengajaran: sarana yang digunakan untuk memberikan
pengetahuan. Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
Alkitab digunakan untuk mengajar. Taurat Tuhan dalam
Perjanjian Lama digunakan untuk mendidik bangsa Israel,
sementara kitab-kitab dalam Perjanjian digunakan untuk
mengajar jemaat Kristen mula-mula. Alkitab merupakan sumber
dari semua pengetahuan (Mazmur 19:7; Amsal 2:6).
 Teguran: dalam firman Allah, orang Kristen yang bersalah ditegur
atas dosa-dosa mereka. Mereka dinyatakan bersalah. Mazmur
19:11 dan Ibrani 4:12 menegaskan fungsi Alkitab ini.
 Koreksi: sarana yang digunakan untuk "meluruskan kembali"
orang Kristen. Alkitab pertama-tama menegur pembaca atas dosa
mereka, lalu Alkitab menunjukkan bagaimana menghadapi dosa
supaya mereka dapat kembali berjalan bersama Allah.
 Berlatih dalam kebenaran (righteousness): sarana yang
digunakan untuk orang percaya dibentuk di jalan yang benar
dalam hidupnya. Alkitab mengajar orang kudus bagaimana
berjalan dalam jalan kebenaran (Mazmur 23:3). Alkitab menjadi
sumber kekuatannya (Matius 4:4; Kisah Para Rasul 20:32).

Allah menghendaki supaya kita hidup dalam kebenaran firman-Nya


karena Alkitab menyatakan kesalahan, Alkitab memperbaiki kelakuan, dan
mendidik kita dalam kebenaran firman Allah. Oleh karena itu, identitas diri
remaja dan pemuda Kristen haruslah benar-benar berdasar pada Alkitab.

3. Alkitab menjawab pergumulan hidup.

Membaca dan mempelajari Alkitab akan menolong kita untuk menjawab


pergumulan-pergumulan hidup, terlebih bagi remaja yang tengah mencari jati
dirinya. Alkitab menjadi pintu yang terbuka untuk menemukan jawaban atas
pergumulan remaja. Berulang kali, Alkitab menuliskan beberapa ayat yang
memotivasi para remaja untuk membangun identitas dirinya berdasar Alkitab.
Simaklah beberapa ayat berikut ini:

 "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak


pada masa muda." (Mazmur 127:4)
 "Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hati mu
bersuka pada masa muda mu, dan turutilah keinginan hati mu dan
pandangan mata mu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah
akan membawa engkau kepengadilan!" (Pengkhotbah 11:9)
 "Dia yang memuaskan hasrat mu dengan kebaikan, sehingga masa
muda mu menjadi baru seperti pada burung rajawali." (Mazmur 103:5)
 "Aku akan mengangkat pemuda-pemuda menjadi pemimpin mereka,
dan anak-anak akan memerintah atas mereka." (Yesaya 3:4)

Ayat-ayat di atas menjawab bahwa hal yang dipergumulkan remaja dan


pemuda mampu di jawab oleh Alkitab. Remaja dan pemuda memiliki
semangat, motivasi, ide, dan kreativitas yang sungguh besar. Karena itu, gali
dan bangunlah identitas diri Anda berdasarkan Alkitab sehingga Anda dapat
tumbuh menjadi pemuda bahkan sebagai calon yang memiliki identitas
sebagai murid Kristus, dan Kristus tinggal di dalam hati Anda.

C. Identitas Remaja Dan Dunianya

Masa remaja adalah masa persiapan menuju arah kematangan, baik


dalam segi fisik maupun karakter. Masa ini juga sering disebut sebagai "masa
penuh gejolak dan masalah". Remaja mulai mengidentifikasi dirinya, seperti
menanyakan tentang siapa dirinya, mengapa ia ada di dunia ini, dan
sebagainya. Hal-hal semacam ini, sadar atau tidak, membuat remaja
mencoba mencari jawaban dari lingkungan sekitar mereka, yang sebenarnya
justru dapat membuat mereka memperoleh pengertian yang salah tentang
identitas diri mereka di hadapanTuhan. Selain itu, perkembangan teknologi
dan informasi (IT) saat ini juga sangat memengaruhi pola pikir dan hidup
remaja. Semakin berkembangnya IT membuat remaja yang sedang mencari
jati dirinya biasanya sangat senang mencoba hal-hal baru dengan
mengarungi dunia cyber, akan tetapi, apa yang sedang mereka cari belum
tentu benar. Jika hal ini terus dibiarkan, berarti kita sedang membiarkan
remaja dan generasi seterusnya terjerumus dan menjadi "korban teknologi".
Oleh karena itu, sebagai Pembina remaja dan kaum muda, kita harus
menjadi contoh bagi remaja dengan memiliki prinsip kebenaran Alkitab yang
kokoh dalam menyikapi kemajuan IT tersebut.
Namun, bukan hanya kemajuan IT atau zaman yang dapat membuat
remaja kehilangan identitas diri. Hal tersebut juga bisa datang dari
keluarganya, misalnya ketidak harmonisan atau keterbatasan ekonomi di
dalam keluarga. Tingkat konsumerisme yang semakin meningkat membuat
remaja seolah dituntut untuk mempunyai segala sesuatu supaya mereka
dapat diterima oleh teman-teman sebayanya. Dalam hal ini, kondisi keluarga
yang tidak harmonis juga membuat mereka tidak mendapat dukungan. Pada
masa remaja, seseorang memerlukan pengakuan dari lingkungannya supaya
mereka dianggap "ada" dan mampu. Jadi, tidak heran jika banyak remaja
mencoba mengaktualisasikan dirinya secara positif dengan bergabung
kedalam komunitas-komunitas seperti: olahraga (basket, sepak bola, dll.),
grup band/musik, atau pecinta alam/lingkungan. Sayangnya, tidak sedikit
remaja yang terjebak kedalam hal-hal negative sekadar demi diterima di
suatu komunitas. Bergabung dengan geng motor, miras, narkoba, dan seks
bebas misalnya. Tidaklah mengherankan jika remaja yang tidak dibimbing
dengan baik oleh orang tua, akan mencoba hal-hal baru yang ingin mereka
ketahui meskipun itu sangat membahayakan ataupun bertentangan dengan
hukum, seperti melakukan seks bebas atau aborsi. Oleh karena itu,
sebenarnya, remaja membutuhkan seorang pembina yang berkomitmen
menjaga hidup mereka, terutama pertumbuhan rohaninya, untuk menolong
mereka menyadari apa sebenarnya identitas kita yang benar menurut
kebenaran Alkitab dan sebagai anak-anak Allah yang dikasihi-Nya.

Apa yang Alkitab katakana tentang identitas diri kita? Kita harus berkaca
pada kebenaran firman Tuhan sehingga kita mampu mengetahui identitas diri
kita dengan benar. Dengan begitu, kita mampu memuliakan Allah dalam
setiap masa kehidupan kita.
1. Kejadian 1:26 “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan
dilaut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh
bumi dan atas segala binatang melata yang mereyap di bumi.”

Kita di ciptakan sesuai dengan gambar Allah. Dari situ, kita menyadari
bahwa Allah telah menganugerahkan pikiran, kasih, dan moral kepada
kita. Keberadaan kita di tengah-tengah orang yang berada di sekitar kita
seharusnya dapat membuat mereka untuk turut merasakan kehadiran,
kasih, dan sukacita Allah, karena kita membawa dan memiliki karakter
Allah yang kita pancarkan setiap hari. Di samping itu, kita juga harus
membenci dosa karena Allah itu kudus dan juga membenci dosa.

2. Kejadian 2:18, 23. “Tuhan Allah berfirman: “ Tidak baik, kalau manusia
itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginy, yang
sepadan dengan dia.” 23 “ lalu berkatalah manusia itu: “inilah dia, tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,
sebab ia diambil dari laki-laki.”

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang harus berinteraksi


dengan yang lain. Pada saat Adam masih seorang diri di Taman Eden,
firman Allah sendiri mengatakan bahwa tidak baik jika manusia itu
seorang diri saja. Allah berinisiatif untuk memberikan manusia lain yang
sepadan dengan dia. Begitu juga dalam kehidupan kita, kita tidak bisa
hidup seorang diri. Kita memerlukan orang lain untuk berelasi dengan
kita. Di dunia remaja, teman atau sahabat menjadi hal yang sangat
penting. Pada masa remaja, solidaritas adalah hal yang utama. Hal
inilah yang membuat mereka mampu melakukan hal apa pun untuk
teman-teman dan sahabat di komunitas mereka. Solidaritas adalah hal
yang baik selama itu sesuai dengan firman Tuhan. Sayangnya, ada
banyak hal yang membuat remaja terjatuh karena alasan solidaritas ini,
contohnya, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, adalah geng
motor. Kumpulan remaja itu menggunakan alasan kesetiaan dan
solidaritas untuk mengganggu ketertiban masyarakat, padahal yang
mereka lakukan banyak merugikan orang lain. Memahami identitas kita
sebagai makhluk sosial yang merupakan gambar Allah adalah hal
mendasar yang harus diketahui oleh setiap orang Kristen, termasuk
remaja.

3. Kejadian 1:28. “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada


mereka: “ Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukanlah semua itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut dan burung-
burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

Manusia adalah wakil Allah di dunia. Manusia adalah satu-satunya


ciptaan Allah yang mempunyai keistimewaan. Apakah keistimewaan
manusia itu? Keistimewaan itu adalah mandat untuk memelihara,
mengelola, dan menguasai segala ciptaan Allah di bumi ini. Sesuai
dengan mandat yang telah Tuhan berikan itu, manusia mempunyai
tanggung jawab yang besar untuk melaksanakannya. Segala ciptaan
yang telah diciptakan Allah telah Ia taruh di bawah pengelolaan manusia
dan Tuhan memberikan wewenang kepada manusia untuk menguasai
dan memeliharanya, bukan sebaliknya. Nah, jika hidup kita atau remaja
kita mulai dikendalikan oleh ciptaan yang ada di dalam dunia ini,
termasuk teknologi, bagaimana pendapat Anda?

Bagaimana kita akan mempertahankan, mendidik, serta membimbing


remaja dan kaum muda untuk mengenal Tuhan dengan benar? Mari kita
tanamkan tiga poin penting tersebut sehingga remaja kita mampu mengerti
jati diri mereka di hadapan Allah. Doronglah mereka untuk merenungkan
hidup dengan benar sehingga mereka dapat menemukan jati diri mereka
sebagai anak Tuhan. Sebenarnya, keluarga adalah pintu gerbang utama agar
para remaja mengerti jati diri mereka. Sebab, anggota keluarga adalah
lingkungan yang paling dekat dengan remaja, yang berdampak besar bagi
pertumbuhan iman mereka. Namun, gereja juga bertanggung jawab untuk
memberikan pengajaran yang benar dan menolong jemaatnya bertumbuh,
termasuk para remaja dan kaum muda.

Kesimpulan

1. Pendidikan Agama Kristen merupakan proses pembelajaran yang


berdasarkan pengetahuan Alkitab, berpusat pada Kristus dan Firman
Tuhan sebagai dasarnya guna mempersiapkan manusia sehingga menjadi
Bait Allah.
2. Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab merupakan dasar alkitabiah yang
perlu dijabarkan dan dikembangkan menjadi pusat proses pendidikan.
Alkitab menjadi, visi, nilai, dan gerakan dalam kerangka pendidikan.
3. Pendidikan Agama Kristen adalah usaha sadar dan terencana untuk
meletakkan dasar Yesus Kristus (2 Korintus 2:14).
4. Pendidikn Agama Kristen adalah pengajaran tentang pokok-pokok
kebenaran iman Kristen. PAK tidak hanya diberikan oleh gereja dalam
lingkungan tertentu, tetapi juga disejumlah sekolah.
5. Pendidikan Agama Kristen diharapkan dapat membina persekutuan
pribadi para murid dengan Tuhan Yesus. Pendidikan Agama Kristen
merupakan salah satu bidang theologia yang lain, antara lain; Teologia
Sistematik, Teologia Alkitab, sejarah, Teologia Misi, Praktika, Pendidikan
Agama Kristen.
6.Mengenai Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, perlu memperhatikan
beberapa hal yang menyangkut Pendidikan Agama Kristen. Baik Istilah-
istilah PAK, manfaat PAK, Dasar Teologi PAK, Bentuk-bentuk PAK, Tujuan
PAK, Metode Pengajaran PAK
Daftar Pustaka
1] Robert L. Browning, "The Church's Youth Ministry", Marvin J. Taylor,
Penyunting, An Introduction to Christian Education (New York: Abingdon
Press,1966),181.
[2]Ibid.
[2]Ibid.,182.
[3] Elizabeth Hurlock,
[3] Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1997), 209-11.
[4] F. J. Monks, et al.,
[4] F. J. Monks, et al., Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1998), 265.
[5] William Crain,
[5] William Crain, Theories of Development (New Jersey: Prentice Hall,
1992), 119-21.
[6] Erik H. Erikson,
[6] Erik H. Erikson, Identitas dan Siklus Hidup Manusia (Jakarta: PT.
Gramedia, 1989), 212; Calvin S. Hall & Gardner Linzey, Teori-teori Psikodinamik
(Klinis) (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 151.
[7] Lawrence Kohlberg,
[7] Lawrence Kohlberg, Tahap-tahap Perkembangan Moral

[2]Ibid.

[3] Elizabeth Hurlock,

[4] F. J. Monks, et al.,

[5] William Crain,

[6] Erik H. Erikson,

[7] Lawrence Kohlberg,


(Yogyakarta: Kanisius, 1995), 232.
[8] A. Supratiknya,
[8] A. Supratiknya, Teori-teori Perkembangan Kepercayaan
(Yogyakarta: Kanisius,

118995), 30-32; bnd. Charles M. Shelton, SJ., Spiritualitas Kaum Muda (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), 57-59.
[9]
[9] op. cit. Robert L. Browning, 184.
Hardi Budiyanan Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI Offset,
2011) 151-158
(10). Prof. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th, PAK Remaja, Jurnal Info
Media, 2008
(11). Dame Taruli Simamora dan Rida Gultom, PAK Kepada
Remaja dan Pemuda, Penerbit MITRA,2011i
(12). Julinda Asap Suluh, M.Pd.K, Diktat kuliah PAK Remaja STT KADESI Yogyakarta,

[8] A. Supratiknya,

18

[9]
i

Anda mungkin juga menyukai