Anda di halaman 1dari 8

OIKUMENIKA

“GERAKAN OIKUMENE PADA ABAD


PERTENGAHAN”

DOSEN: PDT . EVI TUMIWA, M.TH

KELOMPOK 4:
CHRISTIANI JUNITA MASOH SARAH KOWAAS
RESITA RONDONUWU SOLIDEIGLORY ASSA
ALESSANDRO ROHONGI CLAUDYA LASUT
EUNIKE MAMARIMBING NARALATASYA NELWAN

Yayasan GMIM Ds. A.Z.R Wenas


Universitas Kristen Indonesia Tomohon
Fakultas Teologi
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada awal abad pertengahan 590-910 agama Kristen mulai disebar ke batas-batas Utara
dan Timur Laut benua Eropa, sedangkan di Timur Tengah dan Afrika Utara gereja di ancam oleh
serbuan dari pihak Islam. Mulai dari periode ini gereja di Barat dan gereja Timur menjalankan
sejarahnya masing-masing secara tersendiri.Pada zaman gereja kuno gereja telah mulai
menyebarkan Injil kepada suku-suku yang dikalahkan oleh kekaisaran Romawi lenyap di Eropa
Barat, usaha mengkristenkan suku-suku di Eropa di teruskan. Paus Gregorius Agung sendiri
yang memajukan pekabaran Injil ke Ingris sampai sekitar tahun 1000 proses pengkristenan
seluruh Eropa samapai di Rusia selesai.
Namun pada permulaan abad ke-7 Islam mulai menyerang daerah-daerah di luar Arabiah.
Ancaman dari pihak Islam sangat terasa oleh gereja terutama gereja di kekaisaran Romawi
Timur yang mengakibatkan daerah timur mendapatkan ancaman dari Islam secara terus menerus.
Pada awal abad pertengahan perkembangan dogma melalui konsili-konsili oikumenis
diselesaikan. Di Eropa Barat gereja di namakan Gereja Katolik-Roma, yang dipimpin oleh uskup
kota Roma, pusat gereja yang sudah lama di sebut paus. Dalam hal ini paus tidak hanya
berfungsi sebagai kepala gereja, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat. Di Timur, dimana
kekaisaran Romawi tidak hilang peranan gereja lebih terbatas pada bidang rohani saja. Ibu kota
kekaisaran Konstantinopel, adalah pusat gereja Timur, tetapi uskup Konstantinopel (yang disenut
patriarkh) tidak dapat menentukan segalaa sesuatu di gereja seperti Paus. Kuasanya di
kendalikan pada satu pihak oleh kaisar kekaisaran Romawi Timur, pada pihak lain oleh uskup di
kota-kota penting lainnya, terutama Alexandri dan Anthiokia. Gereja Timur di namakan gereja
Ortodoks. Di Eropa Barat perkembangan Gereja Katolik Roma pada awal abad pertengahan
mula-mula sangat di tentukan oleh ketidak stabilan politik sesudah kuasa kekaisaran Romawi
hilang. Paus menjadi pemimpin juga di bidang politik. Di bidang teologi di pelihara dan di
pertahankan tradisi gereja kuno, sedangkan usaha untuk samapai akhir akhir abad ke-8.
Sekitar tahun 800, pada zaman kaisar Karel Agung, keadaan politik menjadi dan
menyebabkan perkembangan pada bidang kebudayaan, pendidikan politik dan juga teologi.1

1
De Jonge, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 60

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Penghambatan dan Perdamaian


Perkembangan kira-kira terjadi pada tahun 180 jemaat Kristen sudah terdapat di mana-
mana sekitar Laut Tengah. Pada waktu Injil mulai berkembang di Germania, Britania, Spanyol
dan Armenia. Gereja Kristen yang makin besar menjadi suatu masalah politik yang sulit bagi
Negara. Kekaisaran Romawi bukanlah suatu kesatuan secara bangsa dan Budaya sehingga dapat
menyatukan sekalian penduduk dengan keyakinan: satu Ilah, satu Negara, dan satu Kaisar.
Tetapi Gereja tidak mau mengakuinya karena hanyalah Allah Bapa dari Yesus Kristus, itulah
Allah yang benar, yang harus di sembah. Sebab itu kaisar-kaisar mulai menganiaya orang
Kristen dan penghambatan ini di mulai oleh Decius (249-251) yang bertujuan untuk
mendapatkan kembali anugrah dewa-dewa dan untuk menjamin ketentraman Negara untuk
waktu yang akan datang.
Segala orang yang bukan pejabat di wajibkan membawa korban kepada dewa-dewa
Negara, diantaranya juga kepada kaisar. Sehingga dalam hal ini banyak orang-orang Kristen
menjadi murtad. Tetapi adapulah saundara-saudara yang tetap setia walaupun mendapat siksaan
da mereka disebut “Confessores” (pengakuan-pengakuan). Dan penghambatan terbesar dalam
sejarah gereja dilakukan oleh kaisar Diolectianus dan penggantinnya Galerius, dari tahun 303
sampai tahun 311. Untuk mencapai kesatuan Agama dan Politik maka kaisar-kaisar mengambil
tindakan yang keras. Perwira-perwira dan pegawai Kristen dipecat, semua penduduk Kristen
haknya, budak-budak Kristen tidak diberi kemungkinan lagi untuk mendapatkan
kemerdekaannya kembali. Banyak gedung gereja dirusakkan, milik dan harta jemaat disita,
buku-buku gereja dan alkitab banyak dibakar. Akhirnya tak terhitung banyaknya orang Kristen
yang ditanggkap, disiksa dan dibunuh.

Constantinus Agung
Akhinya tibalah masa yang baik bagi gereja, ketika constantinus merebut takta sesudah
mengalahkan Maxentius dekat roma pada tahun 312, sehingga ia memerintahkan kekaisaran
romahi bagian barat. Masyurlah cerita bahwa sebelum ia memulai pertempurannya, Constantinus
mendapat suatu penglihatan yakni sebuah salib yang gemilang diudara dengan tulisan ini:

2
“Menanglah dengan perantaraan tanda ini “. Walaupun hikayat ini barangkali tak benar, tetapi
ada banyak bukti bahwa Constantinus telah masuk Kristen kira-kira pada tahun 312 (Dia baru
dibaptis menjelang hari ajalnya tahun 337). Tidak lama kemudian iparnya Licinius merebut
kuasa di sebelah timur kekaisaran itu.
Mulai saat itu ada perdamaian antara gereja dan Negara bahkan kaisar-kaisar
mengharapkan bantuan dan berkat dari pihak gereja untuk keamanan dan kemajuan Negara, hal
ini dimulai ketika Constantinus mengalahkan Licinius pada tahun 324 dan seluruh kuasa ada
dalam tangannya, tetapi barulah pada tahun 380 gereja diresmikan menjadi gereja Negara oleh
kaisar Theodosius.

Dunia Dimasehikan
Maksud Constantinus ialah supaya gereja dan Negara diperhubungkan dengan erat-erat
sebab itu ia berusaha membasmi semua gereja sekta diluar gereja katholik, seperti sekta marcion,
montanus, novatianus, dan lain-lain. Sebab ia yakin bahwa agama itu akan lenyap dengan
sendirinya oleh pengaruh agama Kristen. Kaisar Julianus yang murtat (Julianus Apostata, 361–
363) mau menggembangkan ajaran filsafat kafir dari Plato (NeoPlatonisme). Meskipun sejak
kecil Julianus dididik secara Kristen tetapi rajin mempelajari kesusastraan filsafat kafir sewaktu
remaja, maka ia membuang iman Kristen, lalu ingin memperbarui dan memperbaiki kebudayaan
dan agama kafir. Usaha gereja dirintangi oleh orang Kristen dipecat dari jabatan pegawai negeri
dan tentara, dan sekolah Kristen dilarang.
Akan tetapi semua usaha Julianus untuk membentuk gereja kafir yang dapat
menggantikan gereja Kristen sama sekali tidak berhasil Karena ia tewas dalam perang melawan
orang Persia. Theodosius agung meneruskan dan menyempurnakan politik Konstantinus. Pada
tahun 380 ia membuat peraturan bahwa segala penduduk kekaisarannya harus mengikrarkan
iman katholik dari gereja resmi, sesuai dengan ajaran uskup-uskup dan Alexandria. Pengakuan
iman Kristen yang benar (Ortodox) diperintahkan selaku kewajiban Negara, dan menganut
agama kafir dipandang sebagai suatu pelanggaran politik, yang harus dihukum.
Sesudah Theodosius mangkat (395), kekaisaran itu terbagi atas dua bagian, barat dan
timur. Bagian barat menjadi sasaran serangan suku bangsa jerman, sampai akhirnya (486)
Negara romawi runtuh dan pecah sama sekali.

3
Gereja di Duniawikan
Akibat campur tangan kaisar dalam urusan gereja sehingga gereja diduniawikan. Rumah
berhala dirombak dan agama kafir dilarang, akan tetapi agama itu masih mempengaruhi dibawah
lapisan hidup kekristenan yang tipis. Bahwa gereja dilindungi oleh kaisar menjadi suatu
pencobaan yang mengandung bahaya besar baginya. Pemimpin-pemimpin gereja suka takluk
kepada urusan dan perintah kaisar, karena hal itu membawa untung besar. Dunia kodrati yang
alamiah masuk ke dalam gereja yang sekularisasi.
Sehingga secara lahiriah gereja masih gereja Kristen akan tetapi kesalehan anggota-
anggota jemaat bercorak kafir. Dalam hal ini orang kafir yang masuk Kristen kehilangan dewa-
dewinya yang dapat memberi pertolongan dalam rupa-rupa kesulitan tetapi digantikan dengan
orang-orang kudus. Ibadat pada dewi-dewi dijadikan ibadat kepada Maria selaku bunda Allah
yang memelihara dan melindungi segala orang percaya.2

B. Hubungan Gereja dan Negara Abad Pertengahan

Sepanjang abad ini gereja terbagi kedalam dua bagian yaitu Gereja Timur dan Gereja
Barat. Gereja Timur berbahasa Yunani mempertahankan tradisi gereja pada abad Perjanjian
Baru, dan Gereja Barat berbahasa Latin berpusat di Eropa Barat. Pada masa ini yang menjadi
pusat perhatian adalah Gereja Barat. Yang sangat menyedihkan pada  periode ini para
pemimpinnya, gereja bersama organisasinya yang besar dikuasai oleh  pemerintah sipil. Hal ini
banyak mengakibatkan terjadinya pertentangan antara  pemerintah dan gereja, dan berakibat
tragis bagi kubu yang terkalahkan.3
Selama abad pertengahan hubungan gereja barat dan dunia sekitarnya terdapat dua sikap
yang bertentangan, yaitu pada satu pihak gereja ingin menguasai dunia atau menjadi lembaga
pembimbing dan pengatur dunia. Dan pada lain pihak, banyak orang Kristen menarik diri dari
dunia. Cita-cita gereja barat abad pertengahan itu yaitu untuk menjadi lembaga pembimbing dan
mengatur dunia menyebabkan pergumulan yang hebat antara gereja itu dengan dunia yakni
dengan Negara dan masyarakat. Mula-mula gereja dikuasai Negara (500-1000). Tetapi gereja
melepaskan diri dari ikatan itu (1000-1150).

2
H. Bekhof dan I.H Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: Bpk-Gunung Mulia, 2015), 47
3
http://www.academia.edu/33474256/Gereja_Pada_Abad_Pertengahan_Hingga_Masa_pertikaian_dengan_Pemer
intah. Diakses pada (Selasa, 9 Oktober 2018. 14:54 WITA).

4
Setelah runtuhnya kekaisaran romawi barat timbullah beberapa Negara baru, antara lain
kekaisaran Jerman dan kerajaan-kerajaan perancis dan inggris. Raja-raja baru itu menganggap
dirinya sebagai kepala gereja di wilayahnya. Raja-rajalah yang mengangkat uskup-uskup,
merekalah yang memanggil sinode berkumpul. Bahkan, selama beberapa waktu paus-paus pun
diangkat oleh kaisar-kaisar jerman. Gereja dikuasai Negara, tepatnya seolah-olah menjadi salah
satu lembaga Negara. Sesudah tahun 1000 paus-paus mulai melawan kekuasaan kaisar dan raja-
raja. Mereka menentukan bahwa paus selanjutnya akan dipilih oleh majelis kardinal dan bahwa
uskup-uskup akan dipilih oleh rohaniawan dan umat setempat (1050). Begitulah pada asasnya
penguasa-penguasa duniawi kehilangan pengaruhnya dalam gereja. Hal itu tidak di terima baik
oleh mereka sehingga terjadi pergumulan yang hebat. Pergumulan itu memuncak pada masa paus
Gregorius VII dan kaisar Heinrich IV (1056-1106).
Gregorius melarang orang-orang awam termasuk kaisar, mengangkat seorang rohaniwan.
Lalu kaisar memecat Sri paus, akan tetapi paus mengucilkan Heinrich dari gereja dan mengajak
rakyat untuk memberontak. Pergumulan itu berlangsung selama setengah abad. Akhirnya kaisar
kehilangan hak untuk mengangkat uskup-uskup di wilayah kekuasaannya (1122). Untuk
sementara uskup-uskup dipilih oleh kaum rohaniwan dan bangsawan didaerah yang
bersangkutan. Setelah berhasil lepas dari kekuasaan Negara, gereja berusaha sendiri menjadi
pembimbing dan pengatur Negara itu (1200-1300). Gereja belum puas kalau hanya bebas dari
kekuasaan Negara. Gereja mau supaya Negara dan hidup masyarakat mengikuti bimbingan
gereja. Hal ini sementara terwujud di bawah pemerintahan paus Innocentius (1198-1216).
Menurut pendapatnya “Paus kurang besar dari pada Allah, tetapi lebih besar dari pada manusia:
Semua raja dieropa terpaksa taat pada titah Innocentius.
Innocentius mempraktikan ajarannya. Raja Perancis dilarang menyerang Inggris. Di
Negara-negara lain, dimana takhta di perebutkan, Innocentius ikut campur tangan. Dalam semua
pertikaian ini ia tidak memandang bulu dan hanya memperhatikan kepentingan gereja dan agama
Kristen.4

4
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 119

5
BAB 3
KESIMPULAN

Jadi kesimpulannya adalah Pengakuan agama Kristen oleh Negara (sebagai agama resmi)
menyebabkan terjadinya pertobatan masal terhadap orang kafir. Pertobatan seperti itu biasanya
bersifat dangkal. Ini berimplikasi pada merosotnya moral dan masuknya praktek-praktek kafir
seperti penyembahan berhala. Dan gereja yang tadinya teraniaya hanya terjadi selang beberapa
waktu berubah menjadi resmi dan muncul kecendrungan menganiaya golongan lain, terutama
golongan Kristen yang menyimpang dari gereja Katolik. Disini, Gereja sebagai pelayan yang
tadinya menderita, terancam atau tergoda untuk cepat berubah menjadi gereja yang menindas.
Karena Eropa (wilayah kekaisaran Romawi) menjadi Kristen maka dengan agama Kristen
cenderung menjadi agama suku orang-orang Eropa itu.

6
DAFTAR PUSTAKA

 Bekhof. H dan Enklaar. H, 2015 Sejarah Gereja Jakarta: Bpk-Gunung Mulia


 Jonge De, 2015, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia
 Van Den End Thomas, 2015, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, Jakarta:
BPK Gunung Mulia
 http://www.academia.edu/33474256/Gereja_Pada_Abad_Pertengahan_Hingga_Masa_per
tikaian_dengan_Pemerintah. Diakses pada (Kamis 21 Maret 2019, 14:54).

Anda mungkin juga menyukai