Anda di halaman 1dari 14

Seminar PAK |1

SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


D

Oleh:

Presenter : Indri Lolyta Natalia Br Pinem


Nim : 19.02.697
Tingkat/Jurusan : IV/ PAK (Pendidikan Agama Kristen)
Dosen Pengampu : Dr. Setia Ulina Tarigan

STT ABDI SABDA MEDAN, T.A. 2021/2022


Seminar PAK |2

RABU, 09 NOVEMBER 2022

Dosen Pengampu Presenter

(Dr. Setia Ulina Tarigan) (Indri Lolyta Natalia Br Pinem)

Pembanding Moderator

(Natalia Rehulina Ginting) (Selvi Saina Ansita Br


Kaban)
Seminar PAK |3

MERDEKA BELAJAR UNTUK MEMANDIRIKAN NARADIDIK LITERASI BACA


TULIS DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

I. Latar Belakang Masalah


Merdeka Belajar ini konon dilahirkan dari banyaknya keluhan orangtua pada
sistem pendidikan nasional yang berlaku selama ini. Salah satunya ialah keluhan soal
banyaknya siswa yang dipatok nilai-nilai tertentu. Jadi ini yang menjadi sangat
penting. Kita dari Kemendikbud ingin menciptakan suasana belajar di sekolah yang
happy. Merdeka Belajar itu bahwa pendidikan harus menciptakan suasana yang
membahagiakan. Merdeka Belajar merupakan slogan pendidikan yang saat ini sedang
digegerkan oleh Mendikbud. Prinsip merdeka belajar diharapkan dapat mempercepat
proses perubahan pendidikan di Indonesia yang selama ini dianggap perlahan layu.
Menurut penelitian bahwa ciri-ciri sekolah yang terbaik adalah dilihat dari culture
sekolah itu bukan dari individu nya yaitu culture of learning, culture of innovation itu
adalah culture dimana banyak bertanya, banyak mencoba, banyak berkarya, ini yang
sebenarnya sangat relevan dengan orang-orang yang punya grow mindset itu
sebenarnya objektif daripada sistem pendidikan Indonesia untuk menciptakan
naradidik yang punya grow mindset ini sedikit berbeda tidak bisa dilakukan dengan
administrasi pendidikan ini harus melakukan transformation culure change maka dari
itu ini harus diserang dari berbagai penjuru baik itu Guru-guru baru masuk, guru-guru
yang lebih awal, perubahan dari sisi administrasi dan regulasi untuk melepaskan dari
berbagai macam kendala-kendala.
Jadi kesimpulanya Merdeka belajar adalah seluruh solusi ini yang akan
memerdekakan unit pendidikan untuk melakukan inovasi dan merubah mindset nya
menjadi learning culture jadi yang lebih sering terjadi sekarang adalah administrasi
Seminar PAK |4

pendidikan bukan pembelajaran. Perlu kita ketahui pembelajaran terjadi kalau


naradidik merasa gagal ketika mencoba hal-hal baru, naradidik lebih aktif
berpartisipasi mengikuti proses pembelajaran bukan pasif.
Banyak orang mengatakan bahwa kita harus mengajarkan naradidik menggunakan
Teknologi tetapi kenyataan nya tidak benar, karena semua anak sudah lebih paham
dalam dunia teknologi, yang harus dikawatirkan adalah ketika mereka tidak dapat
menangani dampak-dampak negatif dari teknologi pada saat usia mereka yang masih
muda. Dunia yang akan datang kalau mengandalkan inovasi, kreativitas, dan
adaptibilitas maka sistem pendidikan nya pun harus mengasah kompetensi-
kompetensi kreativitas, kolaborasi, berfikir kritis, berkomunikasi dengan baik,
problem solving, jadi ketika kami Kemendikbud merumuskan mau ke mana ini arah
pendidikan maka di situlah tercipta konsep merdeka belajar.
Karena situasi nyata akan menciptakan kemerdekaan, kemandirian yang sangat
besar, jadi kalau anak-anak tidak dapat beradaptasi maka akan tenggelam, jadi sejak
muda sudah dilatih untuk mandiri, beradaptasi sehingga Guru-guru pun sudah
berpikir dengan cara yang berbeda, untuk pertama kali nya pendidikan di Indonesia
melihat naradidik itu menjadi mitra nya atau setara, kalau kita tidak mengubah
paradigma naradidik itu maka kita tidak akan memulai perubahan-perubahan yang
dibutuhkan masa depan kita, dalam hal apapun kita lakukan baik itu dalam dunia
pendidikan kita harus menanyakan suatu pertanyaan ketika kita sedang mengajar Apa
dampak positif mengajar bagi naradidik di masa depan nya? Ketika kita selalu
mengingat dan menanyakan pertanyaan ini maka kita akan menjadi unggul di dunia.
Medikbud bahkan menggagas istilah deregulasi pendidikan karena regulasi
pendidikan selama ini dinilai menghambat proses pencapaian reformasi pendidikan
bermuara pada kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam situasi seperti saat
ini yaitu adanya Pandemi COVID-19 yang berimbas pada kegiatan pembelajaran di
sekolah menjadi pembelajaran secara mandiri oleh siswa yang dilakukan di rumah
saja. Situasi saat ini mengalami peningkatan dalam perkembangan industri karena
Seminar PAK |5

dengan kondisi siswa belajar di rumah maka tranformasi pendidikan menjadi


berkembang melalui peningkatan teknologi.
II. Pembahasan
II.1. Sejarah Merdeka Belajar

Merdeka Belajar merupakan kebijakan baru dari Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Indonesia Nadiem Makarim sejak awal tahun 2020 terinspirasi dari
pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara yaitu Beliau memperkenalkan sistem
persekolahan yang bertumpu pada Tiga gagasan utama yaitu taman siswa, Pamong,
dan Among dalam proses pembelajaran naradidik. Taman identik dengan bermain
dan keindahan untuk pengunjung jadi taman siswa adalah sistem persekolahan yang
menjadi tempat bermain untuk naradidik. Dimana naradidik diberikan kemerdekaan
untuk tumbuh dan berkembang, belajar sesuai kemampuan dan keinginan mereka,
dan dilengkapi dengan dukungan dan proses belajar naradidik oleh Guru. Among
menitikberatkan naradidik sebagai target utama serta prioritas utama yang harus
dilayani dan Guru yang berfungsi sebagai fasilitator menyediakan tuntunan,
kepedulian, dan kasih sayang selain itu prinsip Among yang didasari Dua hal yaitu
pertama kemerdekaan siswa untuk belajar, kedua belajar sesuai dengan keinginan dan
kemampuan siswa secara alamiah.

Pamong dianalogikan sebagai petani yang menanam padi dimana petani tidak
dapat menentukan ke arah mana padi akan tumbuh dalam hal ini tugas Guru baik
dalam prinsip Among dan Pamong lebih memperhatikan minat bakat kemampuan
naradidik serta memberikan dukungan yang diperlukan terhadap perkembangan
naradidik. Guru harus berperan aktif ketika naradidik kesulitas dalam proses belajar.
Perlu kita ketahui pada tanggal 17 Agustus 1917 kerajaan Belanda memulangkan Ki
Hajar Dewantara ke Indonesia pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan
pengajaran dibentuk dari

Tiga tokoh yaitu Froebel, Montessori, dan Tagore. Yang di mana Froebel
berpendapat bahwa pendidikan yang efektif untuk anak-anak dan remaja dilakukan
Seminar PAK |6

secara alamiah melalui kebebasan mengutarakan pendapat serta menggunakan lagu


dan media sebagai medianya, tanpa adanya tekanan dari Guru dan orang tua lebih
dikenal dengan istilah friends of children. Pendapat Montessori pada
pengembangan Psikologis anak yaitu rasa ingin tahu, motivasi dan semangat belajar,
serta belajar tanpa takut disalahkan sebagai hal yang sangat penting dalam proses
belajar Beliau juga percara bahwa Guru dan orang tua tidak memaksakan keinginan
naradidik. Pendapat Tagore menitikberatkan pendidikan pada kebebasan
kemerdekaan naradidik untuk membentuk dan menyatakan pendapat mereka sendiri
dalam bentuk apapun. Jadi dapat disimpulkan dari pemikiran ketiga tokoh tersebut
bahwa Ki Hajar Dewantara berusaha membentuk sistem pendidikan di Indonesia
berdasarkan pengembangan ide-ide dari Froebel, Montessori, dan Tagore dalam
pemikiran Ki Hajar Dewantara pendidikan dan pengajaran untuk anak-anak dan
remaja, seharus dibentuk berdasarkan keinginan dan kemampuan naradidik.

Dalam mendidik naradidik harus memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk


berkembang dengan dukungan Guru dan orang tua. Poin terakhir yang membedakan
pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan pemikiran ketiga tokoh adalah “Tut Wuri
Handayani” ini adalah prinsip Beliau. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang
pendidikan sangat berkontrubusi terhadap kemerdekaan Indonesia. Dalam
implementasi nya Ki Hajar Dewantara membentuk Taman Siswa dimana tidak ada
perbedaan antara priyayi dan pribumi. Merdeka Belajar adalah langkah transformasi
pendidikan yang disebutkan sebagai arah kebijakan dan strategi yang diusung oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan tertuang dalam Rencana Strategis
2020-2024. Melalui kebijakan ini, pemerintah bercita-cita menghadirkan pendidikan
bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, yang dicirikan oleh angka partisipasi
yang tinggi diseluruh jenjang pendidikan, hasil pembelajaran berkualitas, dan mutu
pendidikan yang merata baik secara geografis maupun status sosial ekonomi.

II.2. Pengertian Merdeka Belajar


Seminar PAK |7

II.2.1. Pengertian Merdeka Belajar Menurut Para Tokoh


II.3. Prinsip-Prinsip Merdeka Belajar

II.4. Hakekat Merdeka Belajar


II.5. Asas-asas Merdeka Belajar
II.6. Pengertian Memandirikan
II.6.1. Pengertian Memandirikan menurut Para Tokoh
II.7. Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi, peserta didik atau siswa berasal dari Arab yaitu ‫سيسوا‬
(sisuu) yang berarti seseorang yang mempunyai komitmen atau keinginan yang
kuat dari dalam diri untuk mengetahui banyak hal. Seiring dengan perkembangan
zaman, pemerintah menggunakan kata peserta didik. Cakupan dari kata peserta
didik cukup luas yaitu bagi siapapun persona yang belajar dimana pun dan kapan
pun.1 Siswa atau yang biasa disebut dengan peserta didik merupakan salah satu
dari komponen pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, karena tanpa adanya
peserta didik tidak akan mungkin proses pembelajaran dapat berjalan. Peserta
didik merupakan komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam
proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, peserta didik sebagai
pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin
mencapainya secara optimal. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan
sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang
masih perlu di kembangkan. Potensi yang dimaksud umumnya terdiri dari tiga
kategori yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.2
II.8. Pengertian Literasi

1
kemdikbud.go.id/public/post/detail/memahami-makna-siswa-murid-pelajar-dan-mahasiswa, diakses pada
tanggal 13-10-2021 pukul 20:01 WIB.
2
https://www.silabus.web.id/pengertian-peserta-didik/ diakses pada tanggal 13/10/2021 pukul 18:58 WIB.
Seminar PAK |8

Secara etimologis, literasi berasal dari bahasa latin litera yang memiliki
pengertian sistem tulisan yang menyertainya. Literasi adalah hak asasi manusia
yang fundamental dan pondasi untuk belajar sepanjang hayat. Berdasarakan
pengertian tersebut, literasi merupakan keahlian yang dimiliki oleh individu untuk
membaca, menulis, menghitung, selain itu kemampuan individu yang lain yaitu
memiliki keterampilan untuk memcahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
dengan kemampuan yang dimiliki sepanjang hayat.

Literasi baca-tulis bisa disebut sebagai moyang segala jenis literasi karena
memiliki sejarah amat panjang. Literasi ini bahkan dapat dikatakan sebagai makna
awal literasi, meskipun kemudian dari waktu ke waktu makna tersebut mengalami
perubahan. Tidak mengherankan jika pengertian literasi baca-tulis mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Pada mulanya literasi baca-tulis sering
dipahami sebagai melek aksara, dalam arti tidak buta huruf. Kemudian melek
aksara dipahami sebagai pemahaman atas informasi yang tertuang dalam media
tulis. Tidak mengherankan jika kegiatan literasi baca-tulis selama ini identik dengan
aktivitas membaca dan menulis.

Literasi baca-tulis dipahami sebagai kemampuan berkomunikasi sosial di


dalam masyarakat. Di sinilah literasi baca-tulis sering dianggap sebagai kemahiran
berwacana. Dalam konteks inilah Deklarasi Praha pada 2003 mengartikan literasi
baca-tulis juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.
Literasi baca-tulis juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan
pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003). Deklarasi UNESCO tersebut
juga menyebutkan bahwa literasi baca-tulis terkait pula dengan kemampuan untuk
mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara
efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk
mengatasi bermacam-macam persoalan. Kemampuan-kemampuan tersebut perlu
dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat
informasi, dan hal tersebut merupakan bagian dari hak dasar manusia yang
menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.

II.8.1. Pengertian Literasi menurut Para Tokoh


II.8.2. Jenis-jenis Literasi
a. Literasi baca dan tulis
Seminar PAK |9

Literasi baca dan tulis menurut Ibrahim, dkk (dalam Astuti,


2018:16) dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan dalam hal
mencari, membaca, menelusuri, memahami, menulis, dan mengolah
informasi untuk menanggapi, menganalisis dan menggunakan teks tertulis
untuk mencapai tujuan, berpartisipasi di lingkungan social serta
mengembangkan potensi dan pemahaman

b. Literasi Numerasi

Literasi numerasi menurut pendapat Ibrahim adalah pengetahuan


dan kecakapan untuk dapat memperoleh, menggunakan
menginterpretasikan dan mengomunikasikan angka dan simbol
matematika untuk memecahkan masalah praktis yang ada dalam konteks
kehidupan sehari-hari dapat menganalisis berbagai informasi yang
ditampilkan dalam bentuk menentukan keputusan.

c. Literasi Sains

Literasi sains menurut Ibrahim diartikan sebagai pengetahuan dan


kecakapan yang ilmiah agar memperoleh pengetahuan baru, mampu
mengidentifikasi pertanyaan, dapat menjelaskan fenomena ilmiah,
intelektual dan budaya, dapat memberikan kesimpulan berdasarkan fakta,
kesadaran tentang ilmu sains dan teknologi yang membentuk lingkungan
alam, memahami karakteristik sains, serta kemauan untuk peduli dan
terlibat dalam isu yang berhubungan dengan sains.

d. Literasi Digital

Literasi digital berdasarkan pengertian Ibrahim adalah pengetahuan


serta kecakapan dalam menggunakan berbagai media digital, jaringan
dalam menemukan informasi, menggunakan alat-alat komunikasi,
kemampuan dalam menggunakan, mengevaluasi, membuat informasi dan
S e m i n a r P A K | 10

memanfaatkan media dengan cerdas, sehat, cermat, bijak, tepat dan patuh
terhadap hukum yang berlaku dalam rangka membina interaksi dan
komunikasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

e. Literasi Finansial

Literasi finansial menurut Ibrahim adalah pengetahuan serta


kecakapan dalam mengaplikasikan pemahaman terkait dengan risiko
dan konsep, keterampilan dan motivasi serta pemahaman yang
diperlukan membuat keputusan yang efektif sesuai dengan konteks
agar dapat meningkatkan kesejahteraan finansial bagi individu maupun
sosial dan dapat berpartisipasi aktif di lingkungan masyarakat.

f. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan

Literasi Budaya dan Kewargaan Literasi budaya memiliki


pengertian sebagai pengetahuan serta kecakapan untuk memahami dan
memiliki sikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas
bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan merupakan pengetahuan dan
kecakapan agar dapat memahami hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat. Pernyataan tersebut berdasarkan pendapat Ibrahim.
(Manfaat literasi menurut Jariah dan Marjani adalah Menambah kosa-
kata, mengoptimalkan kerja otak, menambah wawasan dan informasi
baru, meningkatkan kemampuan interpersonal, mempertajam diri
dalam menangkap makna dari suatu informasi yang sedang dibaca.3

II.9. Prinsip-Prinsip Literasi


II.10. Pengertian Pendidikan Agama Kristen
Dalam bahasa Inggris pendidikan merupakan “education”. Kata “education”
berasal dari Bahasa Latin: ducere yang berarti membimbing (to lead),
ditambahkan awalan “e” yang artinya keluar (out). Jadi pendidikan adalah suatu
3
http://eprints.umm.ac.id/59947/3/BAB%20II.pdf
S e m i n a r P A K | 11

kegiatan untuk membimbing keluar.4 Pendidikan Agama Kristen adalah dorongan


untuk mempersiapkan dan memberi paham manusia untuk mengenal Agama
Kristen itu sendiri. Fungsi pendidikan agama Kristen untuk mengembangkap sifat
dan perilaku manusia agar memiliki iman Kristen dalam hidupnya sehari-hari,
serta mengetahui apa yang baik dilakukan dan yang tidak baik dilakukan.5

Menurut Thomas H. Groome, di dalam bukunya “Christian Religious


Education”, Istilah Pendidikan Kristen berasal dari bahasa Inggris yaitu
“Christian Education”. Dalam bahasa Indonesia sebagai “Pendidikan Agama
Kristen” yang artinya pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus
Kristus di dalam Alkitab sebagai dasar atau sumber acuan. Pendidikan Agama
Kristen adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk membimbing, membina,
mendidik dan meyakinkan tentang kebenaran Allah dan takut akan Tuhan.
Pendidikan Agama Kristen merupakan proses pengajaran dan pembelajaran
berdasarkan Alkitab, berpusatkan Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus.
Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan politis bersama peziarah dalam waktu
yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di
masa kini, pada cerita komunitas iman Kristen, dan visi kerajaan Allah, benih-
benih yang telah hadir diantara kita.6

Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dikatakan bahwa Pengertian


Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja dan
terencana dalam mendidik seseorang atau sekelompok orang tentang kebenaran
Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus berdasarkan Alkitab dan di bawah
bimbingan kuasa Roh Kudus. Pendidikan agama Kristen adalah pemupukan akal
orang-orang percaya dan anak-anak dengan Firman Allah di bawah bimbingan

4
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 8.
5
Weinata Sairin, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia Antara Konseptual dan
Operasional (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 153.
6
Thomas H. Groome, Christian Religious Education (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), 37.
S e m i n a r P A K | 12

Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan oleh gereja.7
Pendidikan Kristen merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja dan
sistematis yang ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk
mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan-
keterampilan, dan tingkah laku yang bersesuaian atau konsisten dengan iman

Kristen8 Artinya bahwa pendidikan itu sendiri harus diupayakan.

II.10.1. Pengertian Pendidikan Agama Kristen Menurut Tokoh


1. Menurut Calvin
Pendidikan Agama Kristen adalah pemupukan akal orang-orang percaya
dan anak-anak mereka dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus
melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja.9
2. Menurut Prof. Robert W. Pazmino
Pendidikan Agama Kristen adalah usaha bersengaja dan sistematis, ditopang
oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai,
sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan tingkah laku yang bersesuaian atau
konsisten dengan iman Kristen.10
3. Menurut E.G Homrighausen
Homrighausen menjelaskan arti yang sedalam-dalamnya dari pendidikan
agama kristen yaitu bahwa dengan menerima pendidikan itu segala pelajar, muda
dan tua memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri dan dalam
Dia terhisap pula persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan
nama-Nya disegala waktu dan tempat. 11
4. Menurut Warner C. Garedorf
7
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta:
Gunung Mulia, 2009), 413.
8
Junihot Simanjuntak, Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Andi, 2013), 115.
9
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembagan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 1994), 413.
10
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pembelajaran PAK (Yogyakarta: Andi, 1995), 27.
11
E.G. Homrighausen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2001), 124.
S e m i n a r P A K | 13

Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang


berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada Roh Kudus, yang
membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran
masa kini.
5. Menurut Horace Bushnell
Pengertian Pendidikan Agama Kristen adalah pelayanan pedagogis dari
pihak orangtua dan gereja secara khusus melibatkan kaum muda dengan cara yang
wajar dalam pengalaman keluarga Kristen dan kehidupan jemaat.12
Dari beberapa pemaparan tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
Pendidikan Agama Kristen adalah usaha bersengaja dan sistematis memupuk akal
orang-orang percaya dan anak-anak dengan Firman Tuhan dan bimbingan Roh
Kudus untuk menunjukan nilai-nilai, sikap, keterampilan yang sesuai dengan iman
Kristen.
II.10.2. Dasar-Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Beberapa kutipan ayat Alkitab yang dapat memberi pemahaman betapa pentingnya
pembelajaran PAK, sebagai berikut:

(1). Ulangan 6:4-9 “… haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-


anakmu

…”. (2). Efesus 6:4 “… didiklah mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan”.

(3). Amsal 22:6 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya

maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu”. (4). 2

Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat

untuk mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan

untuk mendidik orang dalam kebenaran”.

Dari beberapa penjelasan tersebut di atas, memberikan pemahaman yang


12
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembagan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 2003), 501.
S e m i n a r P A K | 14

jelas bahwa ajaran firman Tuhan adalah perintah untuk mengajarkannya kepada

generasi berikutnya “secara berulang-ulang”. Maka implikasi pembelajaran PAK,

ialah: Imperatif mendidik atau membesarkan (Am. 13:13), Mendasarkan

pengajaran atau asuhan pada Kitab Suci, Pendidikan kristiani bersifat terus

menerus (life long education), Pendidik terdiri dari: orangtua, guru, fungsionaris

pendidikan dan hendaknya menggunakan Pendekatan yang multi metode, Isi

berupa nasihat ajaran Tuhan (Am. 2:6; 3:13-15).69 Dengan demikian dapat

dipahami bahwa pembelajaran pendidikan agama Kristen memiliki prinsip dasar

Alkitabiah dalam impelemntasinya terhadap peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai