net/publication/282855064
CITATIONS READS
0 20,247
1 author:
Hengki Wijaya
Sekolah Tinggi Filsafat Jaffray Makassar
145 PUBLICATIONS 74 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hengki Wijaya on 15 October 2015.
Oleh
0
Sebagian orang memahami Perjanjian Lama secara eksklusif hanya terfokus pada
bangsa Israel. Mereka tidak melihat bahwa Allah juga berhubungan dengan bangsa-bangsa
lain di luar Israel (bdg. Amos 9:7). Beberapa ayat-ayat di bawah ini akan menjelaskannya
sebagai berikut:1
Pertama, Allah memulai sejarah umat manusia secara universal. Allah memulai dengan
Adam, bukan Abraham. Beberapa tokoh Perjanjian Lama bukanlah orang Israel (karena
bangsa Israel baru dimulai dari Abraham), misalnya Habel, Set, Henokh, Nuh, Melkisedek.
Kedua, misi bersumber dari natur Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Allah
mengambil inisiatif untuk mencari mereka (Kej 3:9). Allah memberikan janji keselamatan,
walaupun mereka tidak layak dan tidak tahu bahwa mereka membutuhkan hal itu (Kej 3:15).
Allah yang berinisiatif menutupi rasa malu manusia akibat dosa dengan mengorbankan
Ketiga, tujuan akhir perjanjian dengan Abraham (Kej 12:1-3). Perjanjian Allah dengan
Abraham, sebagai bapa bangsa Israel, sebenarnya bersifat inklusif. Abaraham hanyalah alat,
bukan tujuan. Melalui Abraham dan keturunannya Allah ingin memberkati bangsa-bangsa
(ayat 3). Selain itu, pemanggilan Abraham harus dimengerti dalam konteks pemberontakan
dan penghukuman Allah atas segala bangsa di Kejadian 10-11. Abraham dibangkitkan untuk
Keempat, tujuan pembebasan dari Mesir. Pemberian tulah kepada bangsa Mesir bukan
hanya untuk memberi kebebasan bagi bangsa Israel. Alkitab berkali-kali menyatakan bahwa
tujuan pemberian tulah adalah “supaya bangsa Mesir tahu bahwa Akulah TUHAN” (Kel 7:5,
17; 8:22; 9:14, 16; 14:4, 18). Jenis tulah yang diberikan pun bertujuan untuk membuktikan
1
Yakub Tri Handoko, Bagian 2: Misi dalam Alkitab; diakses tanggal 12 Februari 2013;
tersedia di http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=172478927&url=709e9b1dcc5fbac10b9935a6e5457eeb
1
Kelima, tujuan perjanjian Sinai (Kel 19-20). Pemilihan Israel tidak berarti penolakan
terhadap bangsa-bangsa lain. Pemilihan tersebut justru merupakan sarana untuk keselamatan
seluruh bangsa. Israel dibangkitkan untuk menjadi imam bagi bangsa lain (Kel 19:5-6).
Allah, misalnya Melkisedek (Kej 14:18), imam Yitro (Kel 18:1, 10-11), nabi Bileam (Bil
22:5), Rahab (Yos 2:9-11), Ruth (Ruth 2:12), Naaman (1Raj 5:1-19).
perlindungan dan hak khusus bagi bangsa-bangsa non Israel (Kel 22:21; Im 19:33). Contoh
yang paling terkenal adalah kemurahan Allah yang besar atas bangsa Niniwe yang begitu
jahat (Yun 4:11). Yunus sendiri pun tidak bisa menerima “keajaiban” kemurahan ini (Yunus
4:2-3).
Penjelasan diatas menyatakan bahwa Allah adalah seorang misioner tidak hanya bagi
bangsa Israel melainkan juga bagi bangsa-bangsa yang lain yang percaya kepada-Nya seperti
Rahab, bangsa Niniwe dan kaun bangsa lain dimana Allah menyatakan keselamatan dan
Antara pelayanan nabi Maleakhi dan Yohanes Pembaptis terbentang 400 tahun. Masa
ini biasanya disebut sebagai masa intertestamental (masa antar perjanjian). Selama periode ini
ada beberapa hal yang perlu dicermati. Pertama, tidak semua bangsa Yahudi ikut serta dalam
kepulangan dari Babel/Persia. Menurut Ezra 2:64 dan Neh 7:66 hanya 42 ribu Yahudi yang
pulang dari pembuangan. Hal ini berarti bahwa jumlah orang Yahudi yang tetap tinggal jauh
lebih banyak. Peristiwa ini merupakan titik awal dari eksistensi bangsa Yahudi di diaspora.
Terlepas dari bahaya sekularisasi yang dihadapi oleh kaum diaspora, sejarah mencatat bahwa
mereka telah berhasil mendapatkan respek dari bangsa lain karena tingkat moralitas yang
tinggi dan ikatan komunitas yang kuat dari bangsa Yahudi. Tidak sedikit bangsa lain yang
2
mengikuti ajaran Yahudi (Yudaisme), baik sebagai proselit maupun orang yang takut akan
Tuhan. Hal ini diperkuat melalui hadirnya banyak sinagoge (rumah ibadat orang Yahudi). Hal
lain yang perlu dicermati adalah aktivitas misi golongan Farisi. Mereka tergolong sangat giat
dalam memberitakan ajaran Yahudi (Mat 23:15). Josefus, sejarahwan Yahudi abad I M,
mencatat bahwa sebagian orang Yahudi menarik bangsa lain untuk memeluk agama dan
Mengingat bahwa umat Israel pada jaman perjanjian lama merupakan umat perjanjian
Allah, umat pilihan Allah yang dipilih oleh Allah sendiri untuk menjadikan umat-Nya yang
mengemban Perjanjian Kekal yang menyatakan kasih setia Tuhan terhadap semua orang yang
percaya; sehubungan dengan itu agar Israel menjadi berkat bagi semua Bangsa dimuka bumi,
seperti dalam pemanggilan Abraham yang pertama dalam Kejadian 12:2-3 yang berbunyi
sebagai berikut: “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati
engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan
mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat.”
bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar, Allah akan membuat namanya
masyhur, dan sebagainya. Artinya, Tuhan akan memberkati Abram dan keturunannya. Oleh
karena Abram diberkati Tuhan, Abram memunyai kewajiban terhadap bangsa-bangsa yang
lain. Apa kewajiban itu? Di dalam ayat ke-3 tertulis, "Olehmu semua kaum di muka bumi
akan mendapat berkat. Pengertian perkataan "semua kaum" disini, jika diterjemahkan dari
bahasa Ibrani (yang asli), adalah "setiap suku." Tuhan berjanji memberkati Abram dan
keturunannya supaya atau sehingga, melalui mereka, setiap suku di seluruh dunia ini
diberkati. Janji dan perintah Tuhan yang diberikan kepada Abram dan keturunannya terjadi
sesudah peristiwa Menara Babel (Kej 11). Keadaan manusia digambarkan sebelum Menara
3
Babel sebagai berikut: umat manusia hidup di dalam satu kesatuan dengan satu bahasa.
Namun, mereka kemudian menjadi sombong sehingga Tuhan menceraiberaikan mereka, yaitu
dengan mengacaukan bahasa mereka. Akibatnya, mereka tidak dapat berkomunikasi lagi.
Orang-orang yang menggunakan bahasa yang sama lalu berkumpul dan mengelompokkan diri
menjadi suku-suku bangsa sesuai dengan bahasa mereka masing-masing. Tetapi di dalam Kej
itu. Dia merencanakan menjangkau manusia suku demi suku. Untuk itu Tuhan memilih salah
satu suku, yaitu Abram dan keturunannya. Tuhan memperkenalkan diri kepadanya dan
memberkatinya. Rencana Tuhan memberkati Abram dan keturunannya bukan hanya supaya
mereka menikmati berkat-berkat-Nya, tetapi supaya mereka menjadi berkat untuk suku-suku
yang lain. Maksudnya, mereka membagikan kabar baik tentang Allah bagi suku-suku yang
lain. Kalau tema ini bahwa salah satu suku diberkati supaya menjadi berkat bagi suku-suku
yang lain begitu penting, maka pasti tema itu ditulis di dalam Alkitab berulang-ulang.
Memang, dari zaman Abram kemudian diulang lagi di zaman Ishak, anak Abraham. Di
dalam Kej 26:2-5, Tuhan menyampaikan janji janji kepada Ishak, sama dengan janji yang
telah diterima Abraham. Tema itu berulang lagi di dalam panggilan Yakub, anak Ishak.
Dalam Kej 28:12-15 Tuhan berjanji akan memberkati Yakub dan keturunannya. Oleh karena
Yakub diberkati Tuhan, mereka juga memunyai tanggung jawab terhadap bangsa-bangsa yang
lain.2
Panggilan atas Abram (Kej 12:1-4). Allah membuat sebuah janji (yang terdiri dari tiga
unsur, seperti akan kita lihat) kepada Abraham. Pengertian akan janji itu sangat penting untuk
mengerti Alkitab dan misi Kristen. Sebagai pengantar, kita perlu memerhatikan latar janji
Allah dan konteksnya. Kita membagi menjadi dua bagian. Pertama, janji (tepatnya, apa yang
2
Misi Menurut Perjanjian Lama Abraham; diakses tanggal 8 Februari 2013; tersedia di
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=657&res=jpz
4
dikatakan Allah akan dilakukan-Nya) dan kedua yang lebih panjang-penggenapannya
sebuah pasal baru, firman itu kedengarannya mendadak. Kita terdorong bertanya: “Siapakah
‘TUHAN’ ini yang berfirman kepada Abraham?” dan “Siapakah ‘Abram’ ini yang kepadanya
Ia berfirman?” Dalam cerita ini, mereka tidak diperkenalkan dari kekosongan. Lalu apakah
latar belakang teks ini? Ini: “TUHAN” yang memilih dan memanggil Abraham adalah
TUHAN yang sama yang permulaan menciptakan langit dan bumi, dan yang puncak karya
kreatifnya adalah membuat laki-laki dan perempuan sebagai ciptaan yang unik menurut
gambar-Nya. Kitab Kejadian mencatat pergerakan dari penciptaan segala sesuatu oleh Allah
Yang Esa dan manusia menurut gambar-Nya ke pemberontakan kita melawan Sang Pencipta
kita, hingga penghakiman Allah atas ciptaan-Nya yang memberontak itu. Itu adalah
penghakiman yang diringankan melalui janji Injil-Nya yang pertama bahwa suatu hari benih
Janji apakah yang diberikan Allah kepada Abraham? Sebuah janji yang terdiri dari
Pertama, janji tentang keturunan. Ia harus meninggalkan sanak saudaranya dan rumah
bapaknya, dan sebagai pengganti kehilangan keluarganya itu, Allah akan membuatnya
menjadi “bangsa yang besar.” Kemudian untuk menandakan hal ini, Allah mengganti
namanya dari “Abram” (“bapak yang agung”) jadi “Abraham” (“bapak orang banyak”)
karena, demikian Ia berkata kepadanya, “engkau telah ditetapkan menjadi bapa sejumlah
3
John R. W. Stott, “Allah yang Hidup Adalah Allah Misioner” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 22.
4
John R. W. Stott, “Allah yang Hidup Adalah Allah Misioner” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 23-24.
5
Ibid., 24-25.
5
Kedua, janji tentang negeri. Panggilan Allah ternyata datang dalam dua tahap, pertama
di Ur-Kasdim, ketika bapaknya masih hidup (Kej 11:31; 12:1). Jelas bahwa ia harus
meninggalkan negerinya, dan sebagai gantinya, Allah akan menunjukkan kepadanya negeri
lain.
Ketiga, janji tentang berkat. Lima kali kata-kata memberkati dan berkat muncul dalam
12:2-3. Berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham akan melimpah ke atas semua umat
manusia.
Keturunan, negeri, dan berkat. Tiap janji ini dibahas dalam pasal-pasal setelah
panggilan Abraham. Pertama, negeri. Setelah dengan murah hati Abraham mempersilahkan
keponakannya, Lot, memilih di mana ia mau berdiam (ia memilih Lembah Yordan yang
subur), berfirmanlah Allah kepada Abraham: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari
tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang
kulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya” (Kej
13:14-15). Kedua, keturunan. Beberapa waktu kemudian, Allah memberi Abraham satu
bantuan visual yang lain, dengan memintanya melihat bukan ke bumi tapi langit. Pada malam
gelap tak berawan, hitunglah bintang-bintang” (Kej 15:5). Sungguh perintah yang aneh! Itu
pekerjaan yang tak mungkin. Kemudian Allah berfirman kepadanya: “Lalu percayalah Abram
kepada TUHAN.” Meskipun ia sudah berusia delapan puluh tahun saat itu, dan walaupun ia
dan Sarah belum punya anak, namun ia mempercayai janji Allah dan Allah memperhitungkan
itu sebagai kebenaran (lihat Rm 4:5). Karena ia mempercayai Allah maka Allah menerimanya
sebagai kebenaran dalam pandangan-Nya. Ketiga, berkat. “Aku akan memberkati engkau.”
Allah telah menerima Abraham sebagai kebenaran atau (meminjam ungkapan PB) telah
“membenarkannya karena iman” (lihat Rm 3:22;Gal 2:16). Itulah berkat yang menjadi dasar
perjanjian anugerah, yang beberapa tahun kemudian dijelaskan Allah kepada Abraham: “Aku
akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun
6
menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu … dan
Aku akan menjadi Allah mereka” (Kej 17:7-8). Dan Ia memberi mereka sunat sebagai tanda
fisik yang kelihatan dari perjanjian anugerah-Nya atau janji setia untuk menjadi Allah mereka.
Inilah pertama kali dalam Kitab Suci kita mendengar formula perjanjian yang sering diulangi
kemudian: “Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”6
Penggenapan masa lalu adalah penggenapan historis atau yang bersifat segera dalam
kehidupan bangsa Israel. Penggenapan masa kini adalah penggenapan Injili atau perantara
dalam Kristus dan gereja-Nya. Penggenapan masa depan adalah penggenapan terakhir atau
eskatologis dalam langit dan bumi baru. Janji Allah kepada Abraham memperoleh
penggenapan historis langsung dalam keturunan jasmaninya, yakni umat Israel. Janji Allah
kepada Abraham tentang keturunan yang tidak terhitung banyaknya ditegaskan kepada
anaknya Ishak (Kej 26:4, “seperti bintang di langit”) dan cucunya Yakub (Kej 32:12, “sebagai
pasir di laut”). Perlahan janji itu menjadi kenyataan. Kita bisa menyoroti beberapa tahap
dalam penggenapan janji itu yaitu: Pertama, menyangkut tahun-tahun perbudakan di Mesir,
dan tentang hal ini tertulis, “Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya;
mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi
mereka” (Kel 1:7;bandingkan Kis 7:17). Kedua, terjadi beberapa ratus tahun kemudian waktu
Raja Salomo menyebut Israel “suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira
banyaknya” (1 Raj 3:8). Ketiga, sekitar tiga ratus lima puluh tahun sesudah Salomo; Yeremia
memperingatkan Israel mengenai penghakiman dan pembuangan yang akan datang, dan
menambahkan janji Ilahi tentang pemulihan: “Seperti tentara langit tidak terbilang dan seperti
pasir laut tidak berakar, demikianlah Aku akan membuat banyak keturunan hamba-Ku Daud
dan orang-orang Lewi yang melayani Aku” (Yeremia 33:22). Dan sepanjang sisa ayat
6
John R. W. Stott, “Allah yang Hidup Adalah Allah Misioner” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 25-26.
7
Perjanjian Lama selanjutnya, Allah terus memberkati yang taat, sementara yang tidak taat
dihukum-Nya.7
Dalam peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir, apakah ada tema misi atau tidak?
Umumnya, khotbah tentang peristiwa ini menekankan tema keselamatan. Memang tema
keselamatan itu penting, tetapi apabila diselidiki lebih dalam lagi, akan ditemukan tema misi
juga. Kel 7:1-5, khususnya ayat 5 yang berbunyi: "Dan orang Mesir itu akan mengetahui,
bahwa Akulah Tuhan." Jelas bahwa salah satu tujuan bangsa Israel keluar dari Mesir adalah
karena ada misi Tuhan bagi orang Mesir. Oleh sebab Firaun tidak percaya kepada Tuhan,
maka bangsa Mesir dihakimi Tuhan. Di samping itu juga ada orang Mesir yang percaya
kepada Tuhan. Di dalam 9:20-21 tertulis tentang tulah hujan es. Jadi ada juga orang Mesir
yang dijangkau melalui peristiwa bangsa Israel keluar dari Mesir. Setelah meninjau tema misi
dalam peristiwa, timbul pertanyaan, apakah juga ditemukan tema misi dalam hukum Tuhan?
Jarang sekali ada khotbah tentang tema misi dalam hukum Tuhan. Keluaran 19:3-6 adalah
firman Tuhan sebelum Dia menurunkan Sepuluh Perintah di dalam pasal 20. Menurut ayat 6,
bangsa Israel akan menjadi kerajaan imam. Imam adalah orang yang melayani sebagai
perantara. Imam agung Israel melayani sebagai perantara antara Tuhan dan bangsa Israel.
Dikatakan “bangsa Israel akan menjadi kerajaan Imam,” berarti setiap orang Israel akan
menjadi perantara. Perantara antara Tuhan dan siapa? Jawabnya adalah suku bangsa yang
lain. Selain dipanggil untuk bertugas sebagai Imam, mereka juga harus menjadi bangsa yang
kudus. Tetapi karena kehidupan mereka tidak kudus, bangsa Israel jarang melayani sebagai
perantara antara Tuhan dan suku bangsa yang lain. Padahal salah satu tujuan hukum Tuhan
adalah supaya bangsa Israel sebagai utusan Allah melayani suku bangsa yang lain.8
7
John R. W. Stott, “Allah yang Hidup Adalah Allah Misioner” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 26-27.
8
Misi Menurut Perjanjian Lama Musa; diakses tanggal 8 Februari 2013; tersedia di
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=658&res=jpz
8
Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati
Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa
kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN
dua kali lipat karena segala dosanya.
kepada terang-Mu, dan Raja-raja kepada cahaya yang terbit bagi-Mu. Angkatlah mata-Mu dan
bangsa akan melihat kebenaranMu, dan semua raja akan melihat kemuliaan-Mu, dan orang
akan menyebut dengan nama baru yang akan ditentukan oleh Tuhan sendiri” (Yesaya 62:2).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diambil pelajaran dan pemahaman penting bahwa:9
a. Orang yang diutus untuk mengabarkan kebenaran Firman Tuhan dalam perjanjian Lama
b. Israel dipilih oleh Allah, atas dasar kemurahan dan kasih karunia Allah, dalam rangka
c. Umat Israel dalam Perjanjian Lama dipanggil keluar dalam memenuhi utusan Allah ke
bangsa-bangsa lain (non Kristen), dalam era zaman baru Israel berfungsi sebagai saksi
d. Allah mengutus Israel di dalam Perjanjian Lama secara propetis menjadiberkat dan
kesukaan besar bagi bangsa-bangsa lain. Agar mereka secara berduyun-duyun datang
kepada Tuhan untuk menyembah dan memuji-muji Tuhan di dunia yang baru, dimana
e. Pengutusan Israel dalam Perjanjian Lama merupakan landasan dasar dan gambaran
perspektif misioner di dalam perjanjian baru yang luas sampai ke ujung bumi dan
kedatangan kerajaan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus (Yesaya 60:3; 62:2).
9
Alpian Palar, Dasar Teologi Misi; Diakses 12 Februari 2013; tersedia di
http://alfianpalarministries.wordpress.com/2009/10/02/misiologi-menurut-perspektif-biblical-part-ii/
9
Di balik penghakiman yang akan datang itu akan ada pemulihan, yang diungkapkan
dalam kata-kata yang sekali lagi menggemakan janji kepada Abraham: “Tetapi kelak, jumlah
orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung” (Hos
1:10). Kemudian pengadilan yang tersirat dalam nama anak-anak Hosea akan dibalik. Akan
ada pengumpulan dan bukan penceraiberaian (nama “Yisreel” dapat berarti pengumpulan atau
penceraiberaian), “tidak disayangi” akan disayangi, dan “bukan umat-Ku” akan jadi “anak-
anak Allah yang hidup” (1:10-12). Yang sangat menarik adalah bahwa Rasul Paulus dan
Petrus sama-sama mengutip ayat dari Hosea ini. Mereka melihat bahwa penggenapan janji itu
bukan hanya dalam pelipatgandaan jumlah orang Israel tapi juga dalam penyertaan orang-
orang bukan Yahudi ke dalam persekutuan Yesus: “kamu, yang dahulu bukan umat Allah,
tetapi sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi sekarang telah
Umumnya bangsa Israel gagal menjalankan panggilannya untuk menjadi berkat bagi
suku bangsa. Meskipun mereka tidak memerhatikan suku bangsa yang lain, bangsa Israel
tetap bersikap bahwa Tuhan bertanggung jawab untuk memberkati mereka. Sikap bangsa
Israel digambarkan di dalam Kitab Yunus. Nabi Yunus, seperti bangsa Israel umumnya,
dipanggil menjadi berkat bagi suku-suku yang lain. Demikian firman TUHAN kepada Yunus
di dalam Yun 1:2. Apakah tanggapan Yunus? Yunus menolak melakukan kehendak Tuhan
dan melarikan diri dari hadirat Tuhan. Alasannya seperti yang tertulis dalam Yunus 4:2,3
Ya, TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya,
maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang
pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal
kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup. Yunus melarikan diri karena dia
10
John R. W. Stott, “Allah yang Hidup Adalah Allah Misioner” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 28.
10
tidak mau Tuhan menyelamatkan orang-orang Niniwe. Menurut Yunus, umat Tuhan berhak
menimbun berkat-berkat Tuhan dengan tidak membagikannya kepada orang lain. Tuhan
memberkati umat-Nya supaya mereka dapat menikmati berkat itu, tidak supaya berkat itu
dapat dibagikan kepada orang lain. Keyakinan demikian sangat keliru. Tuhan berusaha untuk
membetulkan keyakinan Yunus melalui sebatang pohon jarak. Tuhan memberkati Yunus
dengan pohon teduh, lalu Ia mengambil berkat itu. Bagaimana tanggapan Yunus? Jawabnya:
pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau
tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana
tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari
seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tidak tahu membedakan tangan kanan dan
tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak? (Yun 4:10-11). Maksud firman Tuhan ini adalah,
sangat keliru sifat Yunus dan bangsa Israel, bahwa mereka berhak menikmati berkat Allah
dengan tidak bertanggung jawab bagi suku-suku yang lain. Mereka dihimbau untuk
mementingkan apa yang Tuhan pentingkan. Dan misi menjangkau suku-suku lain adalah hal
yang Tuhan pentingkan. Inti pelajaran ini adalah Tuhan memilih salah satu suku, yaitu Israel,
dan Dia memberkati mereka supaya mereka menjadi berkat bagi suku-suku yang lain. Pokok
ini diulang kembali dalam panggilan Abraham, panggilan Ishak, dan panggilan Yakub, dalam
Bangsa Israel keluar dari Mesir dan hukum Tuhan, dalam Mazmur dan juga dalam narasi
tentang gua singa dan cerita-cerita lainnya. Tema misi ini terjalin di dalam keseluruhan
Perjanjian Lama. Tema itu berulang-ulang disampaikan supaya kita menyadari dan
Merupakan sebuah keajaiban bahwa Kitab Yunus, dengan peringatan kerasnya melawan
etnosentrisme, masuk kanon Kitab Suci. Kitab ini secara cepat dan jujur mengungkapkan
11
Misi Menurut Perjanjian Lama Yunus; diakses 8 Februari 2013; tersedia di
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=662&res=jpz
11
usaha memenuhi untuk menyabot rencana Allah terhadap dunia ini supaya para pembacanya
Israel, gereja Perjanjian Baru dan kita dapat mendengar apa yang hendak disampaikan oleh
Roh Kudus melalui kitab kecil ini. Berikut ini tinjauan singkat atas delapan adegan dalam
Kitab Yunus:12
Adegan pertama, mulai dari Yunus yang menerima perintah untuk pergi ke Niniwe.
Sementara Perjanjian Lama biasanya berseru kepada bangsa-bangsa lain untuk datang ke
Zion, Gunung Allah, Yunus seperti para murid Perjanjian Baru (bandingkan Matius 28:18-
20), diperintahkan untuk pergi! Terjemahkan Septaguinta (LXX) KItab Yunus menggunakan
kata porettomai dalam Yunus 1:2-3 dan 3:2-3, kata kerja yang persis sama dengan yang
digunakan Yesus dalam Amanat Agung dalam Matius 28. Allah meninginkan hamba-Nya
memperingatkan Niniwe tentang penghakiman yang akan datang dan memanggilnya untuk
bertobat. Allah mau menyelamatkan Niniwe! Tetapi Yunus menolak dan melarikan diri dari
Allah.
Adegan kedua, Allah menanggapi pelarian Yunus itu dengan mengirim badai besar
(1:14-16). Angin itu menuruti perintah Yahweh tapi Yunus pembangkang itu tidur di ruang
kapal paling bawah, tidak menyadari bahwa badai itu ditujukan kepadanya. Sering gereja juga
tertidur ketika badai penghakiman Allah menyapu dunia, dan meyakinkan dirinya bahwa
badai itu tidak berkaitan sama sekali dengan dia. Sementara awak kapal dengan sia-sia
mencari sebab-musabab badai itu, Yunus mengaku bahwa ia menyembah dan takut akan
Allah yang menjadikan baik lautan maupun daratan, Allah yang Esa di atas semua bangsa.
Allah ini, demikian ia mengklaim, sedang menuntutnya dan satu-satunya jalan untuk
meredakan badai itu adalah dengan mencampakkannya ke dalam laut. Dalam adegan ini,
awak kapal mewakili orang bukan Yahudi, orang yang sama sekali dipedulikan Yunus,
namun mereka sendiri peduli untuk menyelamatkan nyawa Yunus. Setelah Yunus
12
Johannes Verkuyl, “Dasar Alkitabiah untuk Penginjilan Seantero Dunia” dalam Misi Menurut
Perspektif Alkitab (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 60-64.
12
memerintahkannya dua kali, mereka mencampakkannya ke laut dan badai itu reda. Hampir
tidak memercayai penglihatan mereka, para pelaut itu bersorak memuji Allah Yunus.
Ketaatan mereka melampaui ketaatan Yunus sang penyabot: mereka lebih terbuka kepada
Adegan ketiga (1:17) menggambarkan seekor ikan besar yang atas perintah Allah
membuka mulutnya dan menelan Yunus serta memuntahkannya ke darat pada waktu yang
tepat. Yunus benar-benartidak dapat melepaskan diri dari mandat misioner Allah. Allah yang
memandu seekor ikan besar sebagai bagian dari rencana-Nya untuk menyelamatkan Niniwe.
Adegan keempat (2:1-10) Yunus memohon dengan sangat kepada Allah untuk
menyelamatkannya dari perut ikan itu. Yunus yang tidak memunyai belas kasihan pada
oprang bukan Yahudi dan yang menolak mengakui bahwa janji Allah juga mencakup mereka,
sekarang memohon belas kasihan Ilahi dengan mengutip sejumlah mazmur mengharap-
harapkan janji-janji yang diklaim oleh para penyembah di Bait Allah. Allah berfirman kepada
ikan besar itu dan Yunus mendarat di pantai dalam keadaan aman dan sehat. Melalui
penyelamatan ini, tanpa disadari Yunus menjadi saksi kasih karunia penyelamatan Allah.
Adegan kelima (3:1-4) Allah mengulangi perintah-Nya kepada orang yang hidupnya
justru menegaskan kebenaran dari apa yang diakuinya dalam perut ikan: “Keselamatan adalah
dari Tuhan” (2:9). Septuaginta menggunakan kerygma dalam 3:1-2. Kata ini merangkum misi
Yunus: ia harus menyatakan bahwa Niniwe, betapa pun kota itu tak bertuhan, masih tetap
dipedulikan Allah, dan kecuali kalau ia tidak bertobat, maka ia akan dihancurkan. Pesan-Nya
menjadi ancaman dan janji, penghakiman dan Injil. Adegan keenam (3:5-10) Niniwe
menanggapi seruan Yunus untuk bertobat. Raja angkuh dan lalim itu turun dari singgasananya
menanggalkan jubahnya, lalu mengenakan kain perkabungan serta duduk di atas abu, dan
memerintahkan semua orang dan ternak melakukan seperti yang dilakukannya. Apa yang
13
terus menerus ditolak Israel untuk dilakukan justru dilakukan oleh orang bukan Yahudi yang
kafir: Raja Niniwe yang kejam itu muncul sebagai kebalikan dari raja-raja Yehuda yang
membangkang. Tirai tertutup pada adegan ini dengan kata-kata menanjubkan: “Allah melihat
perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat,
maka menyesallah Allah karena malapetaka yang dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia
Adegan ketujuh (4:1-4) menceritakan kenyataan bahwa rintangan terbesar untuk diatasi
dalam menunaikan mandat misioner bukanlah para pelaut, bukan ikan, bukan raja, dan
penduduk Niniwe, melainkan Yunus sendiri gereja yang keras kepala dan picik. Yunus sangat
marah karena Allah telah memperluas kasih karunia-Nya melampaui batas-batas Israel kepada
orang bukan Yahudi. Ia menginginkan tindakan Allah sesuai dengan polanya sendiri: Tuhan
yang kejam, dingin, keras dan dengan keinginan yangv teguh melawan orang kafir. Yunus
tidak bisa menerima orang bukan Yahudi sebagai bagian sejarah keselamatan. Adegan
kedelapan dan terakhir (4:5-11) kita melihat bahwa Allah masih berusaha untuk memberikan
pelajaran kepada misionaris-Nya yang bebal itu. Ia tidak dapat menangkap arti badai, para
pelaut, ikan besar dan pertobatan Niniwe karena ia tidak mau mengerti. Allah menyelamatkan
dan menolong dan menjadi Allah Niniwe juga. Dan sekalipun Ia tidak pernah memaksa
seorang pun dari kita, Ia meminta kita dengan lembut untuk memberikan seluruh hati dan jiwa
untuk pekerjaan misi. Allah masih tetap menaruh perhatian kepada Yunus unuk
Kenyataan di dalam Kitab Yunus bahwa misi Allah harus mengjangkau bangsa-bangsa lain di
luar bangsa Yahudi. Allah memakai Yunus akhirnya berdoa dalam Yunus 4:2, “Ya TUHAN,
bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku
dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan
penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena
14
malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.” Allah memproklamasikan diri-Nya sebagai Allah
yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia yang menyesal
Misi dalam Perjanjian Baru tidak bisa dilepaskan dari topik tentang kerajaan Allah.
Yohanes Pembaptis memberitakan “kerajaan Allah sudah dekat” (Markus 1:15), begitu juga
para murid (Luk 10:9, 11). Yesus memberitakan “kerajaan Allah ada di tengah-tengah kamu”
(Luk 17:21). Kerajaan ini bukanlah masalah geografis (daerah) maupun politis (bdg. Kis 1:6).
Kerajaan Allah menyangkut realitas dan orang-orang. Selain itu, kerajaan Allah tidak hanya
terbatas pada bangsa Israel, tetapi seluruh bumi (Kis 1:6-8). Yesus memang pernah melarang
murid-murid memberitakan Injil di daerah non Israel (Mat 10:5-6), tetapi hal ini merupakan
bagian dari strategi misi. Dalam Matius 28:20 Yesus memberikan perintah agar mereka
menjangkau semua bangsa. Pelayanan Yesus di dunia juga memerhatikan orang-orang non
Yahudi, misalnya perwira Romawi (Mat 8:5-13), perempuan Kanaan (Mat 15:21-28),
perempuan Samaria (Yoh 4), orang-orang Yunani di Yerusalem (Yoh 12:20-32). Ketika
Yesus hendak naik ke surga, Ia memberikan perintah yang terfokus pada penyelesaian misi
Allah. Sebagai Bapa mengutus Yesus, sekarang Yesus mengutus para murid (Yoh 20:21). Ia
memerintahkan para murid untuk pergi menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat 28:19 21).
Ia menjanjikan Roh Kudus bagi orang percaya agar mereka mampu menjadi saksi (Kis 1:8).
Sejarah perkembangan gereja di Kisah Rasul juga merupakan sejarah perkembangan misi.
Jelas tak ada keraguan bahwa Alkitab menampilkan Allah, mengutus banyak orang
“menjalani misi dari Allah”, dan gerakan misioner di Kitab Kisah Para Rasul diawali oleh
13
Yakub Tri Handoko, Bagian 2: Misi dalam Alkitab; diakses tanggal 12 Februari 2013;
tersedia di http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=172478927&url=709e9b1dcc5fbac10b9935a6e5457eeb
15
sebuah jemaat yang merespons dorongan ilahiah dengan mengutus Paulus dan Barnabas ke
dalam perjalanan misi pertama mereka. Bahasa “pengutusan” digunakan dalam kisah-kisah
berikut. Yusuf diutus (awalnya tanpa disadari) untuk menempati posisi yang bisa
menyelamatkan nyawa di tengah sebuah bencana kelaparan (Kejadian 45:7). Musa diutus
(awalnya tanpa disadari) untuk membebaskan sebuah bangsa dari penindasan dan eksploitasi
(Keluaran 3:10). Yesus memproklamasikan kata-kata Yesaya bahwa diri-Nya diutus untuk
orang buta, dan menawarkan kelepasan bagi mereka yang tertindas (Lukas 4:16-19;bdg.
Yesaya 61:1).14
Dalam Perjanjian Baru, para murid diutus untuk memberitakan dan mendemonstrasikan
kuasa pemerintahan Allah yang membebaskan dan menyembuhkan (Matius 10:5-8). Sebagai
rasul, mereka diutus untuk memuridkan, membaptis, dan mengajar (Matius 28:18-20). Yesus
mengutus merka ke dunia dalam cara yang sama seperti Bapa telah mengutus-Nya, dan ini
memunculkan berbagai pertanyaan dan tantangan yang menarik (Yohanes 17:18; 20:21).
Paulus dan Barnabas diutus untuk membawa bantuan bencana kelaparan (Kisah Para Rasul
11:27-30). Kemudian mereka diutus untuk melakukan penginjilan dan perintisan jemaat
Kitab Kisah Para Rasul menceritakan bahwa para rasul pergi untuk memenuhi misi ini
Dalam Kis 8:12, dikatakan bahwa Filipus pergi ke Samaria memberitakan Injil. Misinya itu
Perjanjian Baru bahasa Yunani memunyai akar kata yang sama untuk kata benda “Injil” dan
kata kerja “menginjil” atau “memberitakan Injil.” Matius 24:14 berbicara tentang “Injil
Kerajaan”, dan Kis 8:12 tentang “memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah.” Injil Kerajaan
14
Christopher J. H. Wright, Misi Umat Allah:Sebuah Teologi Biblika Tentang Misi Gereja (Jakarta,
Literatur Perkantas, 2011), 26.
15
Christopher J. H. Wright, Misi Umat Allah:Sebuah Teologi Biblika Tentang Misi Gereja (Jakarta,
Literatur Perkantas, 2011), 26-27.
16
ini harus diberitakan di seluruh dunia. Filipus pergi ke Samaria, menginjili tentang Kerajaan
Allah, yakni memberitakan Injil Kerajaan. Terdapat ungkapan yang sama dalam Kisah Para
Rasul 8:12 dan Matius 24:14, kecuali bahwa ada kata kerja dan bukan kata benda dengan kata
depan “tentang” diselipkan ke dalam frase tersebut dalam Kisah Para Rasul.16
Secara khusus penulis juga membahas dalam Perjanjian Baru tentang amanat agung.
Konsep yang benar terhadap Amanat Agung (Matius 28:19-20). Mayoritas orang memahami
inti amanat agung terletak pada penginjilan (bandingkan kata “pergilah” yang diletakkan di
awal kalimat) dan langkah selanjutnya adalah pemuridan, baptisan dan pengajaran.
Bagaimanapun, menurut struktur kalimat Yunani di ayat 19-20, inti Amanat Agung justru
terletak pada pemuridan.17 Hal ini didasarkan pada mood imperatif untuk kata kerja
“jadikanlah murid” (lihat: “muridkanlah”) yang diikuti oleh tiga participle (anak kalimat),
menempatkan penginjilan dalam konteks mempelajari hukum (ajaran) Yesus.18 Yesus juga
mengubah kata benda mathetes menjadi kata kerja. Bentuk kata kerja dari kata ini muncul
empat kali dalam Perjanjian Baru (dalam Matius 13:52;27:57;Kisah Para Rasul 14:21 dan
Matius 28:20). Menjadi seorang murid Yesus berarti ikut terlibat dalam kematian dan
Nya.19
“Maksud Allah” adalah hal-hal yang hendak dilakukan Allah di dunia ini. Orang yang
berkomitmen yang realitas Allah mencari pemahaman tentang keterlibatan-Nya agar mereka
16
George Eldon Ladd, “Injil Kerajaan” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab (Jakarta:Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2007), 91.
17
D. A. Carson, “Matthew” dalam Expositor’s Bible Commentary on the New Testament (Frank E.
Gaebelein. Zondervan Reference Software).
18
Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Handbook for a Mixed Church under Persecution
(Grand Rapids:Eedrmans Publishing Company, 1994), 596.
19
Johannes Verkuyl, “Dasar Alkitabiah untuk Mandat Penginjilan Seantero Dunia” dalam Misi Menurut
Perspektif Alkitab (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 75.
17
dapat sepenuhnya terlibat dalam keprihatinan-keprihatinan-Nya.20 Allah punya sebuah
maksud dan sasaran bagi seluruh ciptaan-Nya. Paulus menyebut ini “seluruh maksud Allah”
(Kisah Para Rasul 20:27;bdg. Efesus 1:9-10). Dan sebagai bagian dari misi ilahiah itu, Allah
telah menjadikan sebuah umat yang berpartisipasi bersama Allah di dalam penggenapan misi
tersebut. Semua misi kita mengalir dari misi Allah yang ada sebelumnya.21 John R.W. Stott
berkata, “Misi muncul dari hati Allah itu sendiri, dan dikomunikasikan dari hati-Nya kepada
hati kita. Misi adalah pengjangkauan global sebuah umat yang bersifat global milik Allah
Di dalam Kejadian 3:15, tersirat janji Allah mengenai rencana Allah bagi penebusan
dunia ini. Ini merupakan misi Allah bagi umat manusia dalam mematahkan perlawanan si
iblis di antara keturunan wanita (Tuhan Yesus Kristus), terhadap keturunan ular (iblis dan
seterusnya) dan janji bahwa akan lahir Juruselamat melalui seorang wanita (bdg. Yesaya 7:14)
serta kemenangan atas maut demi keselamatan umat manusia (bdg. Yesaya 53:5; Matius 1:20-
23; Yohanes 12:31; Kisah Para Rasul 26:18; Roma 5:18-19; 16:20; I Yoh. 3:8; Wahyu 20:10).
John R. W. Stott mengemukakan empat alasan mengapa Alkitab tidak terpisahkan dari
Pertama, Alkitab memberi kita mandat untuk penginjilan dunia. Hanya ada satu Allah
yang hidup dan sejati, Pencipta alam semesta, Tuhan bangsa-bangsa dan Allah dari jiwa
semua manusia. Sekitar 4.000 tahun lalu Ia memanggil Abraham dan membuat perjanjian
dengannya, dengan menjanjikan bukan hanya akan memberkatinya tetapi juga, melalui
20
J. Andrew Kirk, APA ITU MISI? Suatu Penelurusan Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 23.
21
Wright, Misi Umat Allah:Sebuah Teologi Biblika Tentang Misi Gereja, 26-27.
22
John R. W. Stott, The Contemporary Christian: An Urgent Plea for Double Listening (Leicester:IVP,
1992), 335. Dikutip oleh Christopher J. H. Wright, Misi Umat Allah:Sebuah Teologi Biblika Tentang Misi
Gereja (Jakarta, Literatur Perkantas, 2011), 27.
23
John R. W. Stott, “Alkitab Dalam Penginjilan Dunia” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 9-17.
18
keturunannya, memberkati semua kaum di muka bumi (Kej 12:1-4). Teks inilah salah satru
batu fondasi misi Kristen. Karena keturunan Abraham (yang melaluinya semua bangsa
diberkati) adalah Kristus dan umat Kristus. Jika dengan aman kita jadi milik Kristus, maka
kita adalah anak-anak rohani Abraham dan memikul tanggung jawab untuk semua umat
manusia. Para nabi Perjanjian Lama juga telah mengatakan bagaimanana Allah akan
menjadikan Sang Kristus ahli waris dan terang untuk bangsa-bangsa (Mazmur 2:8; Yesaya
42:6; 49:6). Ketika Yesus datang, Ia mengesahkan janji-janji ini. Betul, selama pelayanan-
Nya di bumi Ia terbatas “kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 10:6;
15:24), tapi Ia bernubuat bahwa banyak orang “akan datang dari Timur dan Barat dan dari
Utara dan Selatan,” dan akan “duduk makan bersama-sama Abraham, Ishak, dan Yakub di
dalam Kerajaan Surga” (Matius 8:11; Lukas 13:29). Selanjutnya, setelah kebangkitan-Nya
dan dalam mengantisipasi kenaikan-Nya Ia menyatakan klaim maha hebat bahwa “segala
kuasa di surga dan di bumi” telah diberikan kepada-Nya (Matius 28:18). Dalam konsekuensi
suku bangsa murid-Nya, membaptis mereka ke dalam umat baru-Nya, dan mengajarkan
Kedua, Alkitab memberi kita berita untuk penginjilan dunia. Kovenan Lausane
berarti menyebarkan kabar baik bahwa Yesus Kristus telah mati untuk dosa kita dan
dibangkitkan dari antara orang mati sesuai dengan Kitab Suci, dan bahwa sebagai Tuhan yang
memerintah. Ia sekarang menawarkan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus yang
Ketiga, Alkitab memberi kita model untuk penginjilan dunia. Melalui Alkitab, Allah
sendiri sesungguhnya menginjili, yaitu mengkomunikasikan kabar baik kepada dunia. Kita
teringat pernyataan Paulus tentang Kejadian 12:3 bahwa “Kitab Suci … telah terlebih dahulu
19
memberitakan Injil kepada Abraham” (Galatia 3:8). Singkatnya, ketika Allah berkata kepada
kita dalam Kitab Suci, Ia menggunakan bahasa manusia, dan ketika berkata kepada kita dalam
Kristus, Ia mengambil rupa manusia. Untuk menyatakan dirinya, Ia mengosongkan dan juga
merendahkan diri-Nya (Filipi 2:7-8). Inilah model penginjilan yang diberikan oleh Alkitab.
Dalam semua penginjilan yang autentik, terdapat pengosongan diri dan perendahan diri; tanpa
itu kita menyangkal Injil dan menggambarkan Kristus yang kita beritakan secara keliru.
Keempat, Alkitab memberi kita kuasa untuk penginjilan dunia. Pertobatan dan
pembaharuan orang Kristen tetap merupakan keajaiban kasih karunia Allah. Itu adalah puncak
pertarungan kekuasaan antara Kristus dan iblis, atau (dalam perumpamaan apokoliptik yang
gambling) antara Anak Domba dan Naga. Perampasan istana orang kuat hanya mungki
karena dia telah diikat oleh Ia yang masih lebih kuat, dan Ia yang melalui kematian dan
Pandangan Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menegaskan tentang
misi. Ada tiga perikop dasar yang memperlihatkan bahwa Allah justru melakukan hal itu,
yakni Kej 12:1-3;Kel 19:5-6; Mzm 67. Ketiga perikop ini begitu penting bagi pemahaman
kita mengenai mandat missioner yang dirancang Allah untuk seluruh bangsa Israel sehingga
tidak mungkin memahami PL dengan tepat tanpa melihat ketiga perikop ini dalam konteka
misi. Dalam rencana dan maksud Allah, Israel selalu bertanggung jawab untuk
menyampaikan kabar tentang kasih karunia Allah kepada bangsa-bangsa lain. Israel
dimaksudkan sebagai bangsa yang menyampaikan Firman. Secara singkat, pesan perikop ini
adalah panggilan Allah kepada kita untuk: 1) Menyatakan rencana-Nya untuk memberkati
20
berkat itu (Keluaran 19:4-60); dan 3) membuktikan Maksud-Nya untuk memberkati semua
Kita harus merespon seperti yang dilakukan Abraham terhadap janji dan perintah Allah.
Bagi Abraham, hal itu berarti meninggalkan dan berangkat, percaya dan menaati. Misi Allah
menuntut meninggalkan dan berangkat, dan hal itu masih berlaku sekarang. Ada suatu debat
kuno di kalangan para teolog biblika tentang apa perjanjian dengan Abraham itu tidak
bersyarat atau bersyarat. Namun sebenarnya, itu terlalu menyederhanakan, karena dalam
berbagai hal, yang terjadi adalah keduanya. Di satu sisi, perjanjian itu tidak bersyarat dalam
arti tidak bergantung pada apa pun kondisi sebelumnya yang telah dipenuhi oleh Abraham.
pun untuk layak menerima atau memicu tindakan dari pihak Allah itu. Namun di sisi lain,
perkataan pertama Allah menyiratkan suatu syarat. Segala sesuatu bergantung pada perintah
awalnya (Kejadian 12:1-4). Semua yang Allah janjikan berikutnya tergantung pada hal itu.
Tidak pergi meninggalkan, tidak ada berkat. Jika Abraham tidak bangkit dan pergi ke Kanaan,
jika ia tidak cukup memercayai Allah untuk menaatinya, kisahnya akan berakhir disana.25
Penulis menegaskan bahwa misi Allah dalam Perjanjian Lama membutuhkan syarat ketaatan
untuk mendapat berkat artinya dibahasakan seperti: “Apa yang dapat diterima Abraham
apabila menaati perintah Allah”? dan Perjanjian Baru memiliki paradigma yang bergeser
sesuai dengan keselamatan dalam Yesus Kristus, kita hanya dapat berkata, “Aku ini milikmu
jadilah kehendak-Mu dan jadikan aku murid dan saksi-Mu”? Karena kita telah menjadi hamba
yang ditebus dan harganya lunas dibayar. Yesus telah menyelesaikan semuanya dengan mati
di atas kayu salib dengan taat sampai mati mengikuti kehendak Bapa. Hamba dalam
24
Walter C. Kaiser,Jr, “Panggilan Misioner Israel” dalam Misi Menurut Perspektif Alkitab
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 38.
25
Christopher J. H. Wright, Misi Umat Allah:Sebuah Teologi Biblika Tentang Misi Gereja (Jakarta,
Literatur Perkantas, 2011), 96.
21
Perjanjian Lama sama artinya dengan budak. Bedanya budak yang telah dimerdekakan di
dalam Kristus. Kini kita tidak ada pilihan lagi untuk menjauhi Bapa karena kita milik-Nya dan
KEPUSTAKAAN
Buku-buku
22
Gundry, Robert H. Matthew: A Commentary on His Handbook for a Mixed Church under
Persecution. Grand Rapids:Eedrmans Publishing Company, 1994.
Kirk, J. Andrew. APA ITU MISI? Suatu Penelurusan Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2012.
Stott, John R. W. et al. Misi Menurut Perspektif Alkitab. Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2007.
Stott, John R. W. The Contemporary Christian: An Urgent Plea for Double Listening.
Leicester:IVP, 1992.
Wright, Christopher J. H. Misi Umat Allah:Sebuah Teologi Biblika Tentang Misi Gereja.
Jakarta, Literatur Perkantas, 2011.
Internet
Misi Menurut Perjanjian Lama Abraham; diakses tanggal 8 Februari 2013; tersedia di
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=657&res=jpz
Yakub Tri Handoko, Bagian 2: Misi dalam Alkitab; diakses tanggal 12 Februari 2013;
tersedia di
http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=172478927&url=709e9b1dcc5fbac10b9935a6e54
57eeb
23