Anda di halaman 1dari 10

DASAR ALKITAB PELAYANAN ANAK

I. PENDAHULUAN

A. Fenomena Pelayanan Terhadap Anak


Pentingnya pengajaran terhadap anak mendapat perhatian penuh baik dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru. Para pemimpin gereja mula-mula, juga para pemimpin pendidikan modern
semua setuju bahwa pengajaran kepada anak-anak sejak dini membentuk karakter mereka yang akan
berpengaruh bagi mereka saat dewasa nanti.
Paul D. Meier, seorang ahli pendidikan modern juga mengatakan hal yang sama. Dia berkata,
“Karakter individu seorang anak dibentuk mulai usia 0 – 7 tahun. Pada saat itu mereka akan dibentuk
menjadi “siapa mereka” dan itu juga berlangsung sebagaimana mereka jadi dewasa kelak”.
Pada satu sisi pentingnya pelayanan kepada anak belum mendapat perhatian penuh dari semua
para pemimpin Kristen atau gereja di masa kini. Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor berikut ini:
Gereja kurang melengkapi para pelayan anak menjadi guru-guru yang berkualitas, seperti:
memiliki panggilan untuk melayani; mempunyai kehidupan rohani yang dapat diteladani; mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang Alkitab sebagaimana memiliki metode pengajaran yang kreatif.
Gereja lokal kurang memberi perhatian yang penuh kepada anak dan remaja. Gedung-gedung
gereja dibangun besar-besar dan megah untuk ruangan kebaktian umum sementara kelas-kelas khusus
untuk Sekolah Minggu tidak ada atau kurang memadai. Kadangkala para pelayan anak atau pembina
remaja harus mengeluarkan budget mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan materi atau program
buat pelayanan. Bantuan yang diberikan oleh gereja pun sangat sedikit.
Banyak para pemimpin gereja lebih bersemangat mengikuti seminar-seminar tentang
kepemimpinan atau yang lainnya dan enggan untuk mengikuti seminar atau lokakarya pelayanan
terhadap anak.
Gereja mulai kehilangan para remajanya karena perhatian kepada mereka sangat kurang dan tidak
memenuhi kebutuhan mereka sebagai seorang remaja.
Gereja kurang menyadari besarnya pengaruh negatif dari multi media. Ini bukan saja terjadi di
kota-kota tapi di daerah-daerah juga. Para pengajar yang tidak terlatih dan menggunakan materi
pengajaran seadanya pun kurang diperhatikan oleh para pemimpin gereja. Pelayanan anak hanya
dilirik “sebelah mata” saja oleh para pemimpin gereja.
Gereja juga lemah dalam pelayanan keluar. Multi krisis yang terjadi di Indonesia telah
mengakibatkan bertambahnya anak-anak yatim, anak-anak jalanan, tidak punya rumah, kurang
pendidikan formal, dan banyak yang menjadi buruh anak. Anak-anak telah menjadi korban narkoba
dan suka berkelahi telah menjadi “trend” atau karakteristik anak-anak Indonesia sekarang ini. Gereja
kurang merangkul dan menjangkau mereka .
Inilah fenomena yang terjadi di kalangan gereja. Gereja tidak menempatkan anak-anak
menjadi “jantung” dalam pelayanan mereka, dan masih menjadikan pelayanan kepada anak sebagai
“ban serep” saja.
Itu sebabnya mata kuliah ini ada untuk menolong para pelayan Kristen dan gereja supaya
memiliki pandangan yang benar tentang anak sebagaimana yang dikatakan oleh Alkitab. Selain itu
gereja dan para pelayan Kristen akan lebih terlibat secara mendalam lagi dalam melayani anak-anak
dan memperlakukan mereka sama pentingnya dengan pemuda dan orang dewasa, sehingga gereja
memiliki pelayanan yang berwawasan kepedulian kepada kehidupan anak.

B. Pengertian Tentang Anak


1. Konvensi Hak Anak (20 November 1989).
Siapa yang disebut anak dan batasan usia anak masih sangat rancu apalagi di Indonesia, tapi
Konvensi Hak Anak mengatakan bahwa yang disebut anak di sini adalah mereka yang berusia di
bawah 18 tahun.
2. Batasan Legal di Indonesia.
 KUH Perdata menyatakan bahwa seseorang disebut dewasa kalau sudah berumur 21 tahun,
 Hukum Pidana menyebutkan bahwa seorang anak adalah yang berumur di bawah 16 tahun.
 UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum
berumur 21 tahun dan belum pernah kawin berada di bawah kekuasaan orang tua atau walinya.

1
 UU No 1 tahun 1974 pasal 7 menyebutkan bahwa minimum usia untuk dapat kawin bagi laki-laki
adalah 19 tahun dan bagi perempuan adalah 16 tahun.
 UU Ketenagakerjaan adalah mereka yang berumur di bawah 14 tahun. Sedang yang berumur 14 – 18
tahun disebut sebagai usia muda.
3. Hukum Adat.
Hukum adat biasanya tidak menyebutkan usia sebagai batasan untuk pengertian nak, melainkan
berdasarkan faktor biologis anak, yaitu pada saat terlihat tanda-tanda sisik sistim reproduksi anak
telah berfungsi atau disebut akil balik.

II. PANDANGAN PERJANJIAN LAMA TERHADAP ANAK


Anak-anak secara fundamental memiliki arti yang positif dan mempunyai peranan dalam
Perjanjian Lama – Tradisi Yahudi.

A. Anak Dalam Penciptaan (Kejadian 1:27-28)


Penciptaan manusia dapat dilihat sebagai puncak dari seluruh karya Penciptaan Allah, namun juga
sebagai akhir dari karya penciptaan alam semesta. Namun ini tidak berarti bahwa kisah Penciptaan
sudah selesai – tidak akan berlangsung lagi. Allah kita adalah Allah yang berorientasi ke masa depan.
Penciptaan adalah suatu awal perjalanan untuk memenuhi tujuan kekal Allah, yaitu memuliakan Dia
(Yesaya 6:3; Kolose 1:16-17).
Itu sebabnya Allah memberi mandat kepada Adam dan Hawa dalam Kejadian 1:28 bunyinya,
“Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu…”. Kata “berkat” di
sini mengandung arti kuasa untuk bertambah dan bertumbuh. Rencana allah adalah agar manusia itu
berkembang “lebih baik” dari yang telah “sungguh amat baik” itu, yang pada akhirnya kelak akan
memuliakan Allah.
Mandat ini juga berarti bahwa anak-anak adalah anugerah Ilahi dan tanda berkat Allah. Anak-
anak adalah pemberian Allah, mereka berasal dari Allah – datang dari Allah. Karena anak berasal dari
Allah, maka itu bukan hanya “keputusan manusia” atau sesuatu yang “tidak direncanakan” (lihat
Yohanes 1:13).
Orang tua dalam zaman Alkitab “menginginkan” anak. Anak-anak membawa berkat dan sukacita
istimewa dari Allah kepada mereka. Misteri terbentuknya janin yang akhirnya bertumbuh lalu lahir
menjadi seorang bayi masuk ke dalam dunia pun adalah karya penciptaan Allah yang luar biasa
(Mazmur 139:13-15).
Oleh sebab itu sudah sepatutnya kita harus menghargai mereka sebagai pemberian yang berharga
(Kejadian 30:20). Tidak ada anak yang lahir secara “kebetulan” atau “kecelakaan” atau “tidak
diinginkan”. Anak-anak berasal dari Allah dan mereka adalah berkat Ilahi dan menjadi sumber
sukacita.

Kesimpulan:
 Allah membentuk anak-anak dalam kandungan.
 Allah menolong mereka untuk keluar dan membawa masuk ke dalam dunia.
 Allah memberi mereka untuk “dipinjamkan” kepada orang tua
 Allah mengasihi mereka dan peduli dengan mereka.

B. Anak Dalam Rencana Keselamatan (Kejadian 3:15)


Setelah manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak membiarkan mereka begitu saja. Allah
menjanjikan seorang Juruselamat yang akan menyelamatkan mereka dari dosa. Kejadian 3:15
mengatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya”.
Allah berbicara tentang keturunan perempuan itu. Bahkan dari keturunan itu harapan untuk
mengalami hidup yang lebih baik itu akan tumbuh lagi. Para ahli Perjanjian Lama melihat percakapan
Allah dengan perempuan itu sebagai “Injil Mini”, sebagai janji Awal Penyelamatan manusia dari dosa
mereka. Janji keselamatan itu bergantung pada “keturunan” perempuan itu. Dari keturunannyalah
kuasa dosa itu akan dikalahkan sampai tuntas untuk selamanya.

2
Masa depan umat manusia bergantung pada keturunan yang akan lahir dari perempuan itu. Secara
implisit Alkitab berbicara tentang anak, walaupun secara seteriologis itu bicara tentang datangnya
seorang “Anak” yang khusus, yaitu Yesus Kristus. Ia adalah seorang anak, keturunan seorang
perempuan yang menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka (Yesaya 7:14; 9:5-6) dan digenapai
dalam diri Yesus Kristus (Matius 1:20-23; Galatia 4:4).
Anak ini bukan saja melepaskan keberadaan manusia yang berdosa, tetapi juga kutuk dan kuasa
dosa yang kini telah dan tengah menggerogoti keberadaan manusia. Dengan kata lain, setelah
peristiwa kejatuhan peranan anak secara soteriologis menjadi semakin menentukan, karena sejarah
keselamatan dan nasib umat manusia bergantung pada “sang anak” keturunan perempuan itu.

A. Anak Dalam Perjanjian Abraham (Kejadian 12, 15 dan 17)


*Anak sebagai sentral perjanjian Allah dengan Abraham (12:2; 13:16; 15:3).
*Anak sebagai berkat untuk menjadi bangsa yang besar (12:2; 13:16; 15:3).
*Anak adalah bagian dari Perjanjian Allah dengan Abraham (17:10-14)
*Anak adalah bagian dari Perjanjian Allah kepada Israel, sekalipun masih dalam kandungan.

A. Anak Dalam Hukum Musa (Taurat)


“…Sebab perkataan ini bukanlah perkataan hampa bagimu, tetapi itulah hidupmu, dan
dengan perkataan ini akan lanjut umurmu di tanah, ke mana kamu pergi, menyeberang sungai
Yordan untuk mendudukinya.” Ulangan 32:44-47

Yang terutama:
(1) Taat kepada perintah Tuhan dalam dirimu, dan
(2) Perintahkanlah hal yang sama terhadap anak-anakmu.

Dua pernyataan yang bernilai:


(1) Itu bukanlah hal yang sia-sia – dengan kata lain, itu sangat berharga, dan
(2) Itu adalah hidupmu.

III. PANDANGAN INJIL (YESUS) TERHADAP ANAK


Anak-anak berharga di mata Yesus. Ini dapat dilihat dalam perkataan Yesus kepada murid-murid-
Nya dan sikapnya ketika menyambut mereka.

Perkataan Yesus dan Sikap-Nya Terhadap Anak-Anak Menurut Injil Sinopsis


MATIUS MARKUS LUKAS
Pasal 18:1-5 Pasal 9:33-37 Pasal 9:46-48

Ayat 1. Pada waktu itu Ayat 33. Kemudian tibalah Ayat 46. Maka timbullah
datanglah murid-murid itu Yesus dan murid-murid-Nya di pertengkaran di antara murid-
kepada Yesus dan bertanya: Kapernaum. Ketika Yesus murid Yesus tentang siapakah
“Siapakah yang terbesar dalam sudah di rumah, Ia bertanya yang terbesar di antara mereka.
Kerajaan Sorga?” kepada murid-murid-Nya: "Apa
yang kamu perbincangkan tadi Ayat 47. Tetapi Yesus
Ayat 2. Maka Yesus memanggil di tengah jalan?" mengetahui pikiran mereka.
seorang anak kecil dan Karena itu Ia mengambil
menempatkannya di tengah- Ayat 34. Tetapi mereka diam, seorang anak kecil dan
tengah mereka sebab di tengah jalan tadi menempatkannya di samping-
mereka mempertengkarkan Nya,
Ayat 3. lalu berkata: "Aku siapa yang terbesar di antara
berkata kepadamu, mereka. Ayat 48. dan berkata kepada

3
sesungguhnya jika kamu tidak mereka: "Barangsiapa
bertobat dan menjadi seperti Ayat 35. Lalu Yesus duduk dan menyambut anak ini dalam
anak kecil ini, kamu tidak akan memanggil kedua belas murid nama-Ku, ia menyambut Aku;
masuk ke dalam Kerajaan itu. Kata-Nya kepada mereka: dan barangsiapa menyambut
Sorga. "Jika seseorang ingin menjadi Aku, ia menyambut Dia, yang
yang terdahulu, hendaklah ia mengutus Aku. Karena yang
Ayat 4. Sedangkan barangsiapa menjadi yang terakhir dari terkecil di antara kamu sekalian,
merendahkan diri dan menjadi semuanya dan pelayan dari dialah yang terbesar."
seperti anak kecil ini, dialah semuanya."
yang terbesar dalam Kerajaan
Sorga Ayat 36. Maka Yesus
mengambil seorang anak kecil
Ayat 5. Dan barangsiapa dan menempatkannya di tengah-
menyambut seorang anak tengah mereka, kemudian Ia
seperti ini dalam nama-Ku, ia memeluk anak itu dan berkata
menyambut Aku." kepada mereka:

Ayat 37. "Barangsiapa


menyambut seorang anak
seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku. Dan
barangsiapa menyambut Aku,
bukan Aku yang disambutnya,
tetapi Dia yang mengutus Aku."

Pasal 18:6-7 Pasal 9:42 Pasal 17:1-2

Ayat 6. "Tetapi barangsiapa Ayat 42. Barangsiapa Ayat 1. Yesus berkata kepada
menyesatkan salah satu dari menyesatkan salah satu dari murid-murid-Nya: "Tidak
anak-anak kecil ini yang anak-anak kecil yang percaya mungkin tidak akan ada
percaya kepada-Ku, lebih baik ini, lebih baik baginya jika penyesatan, tetapi celakalah
baginya jika sebuah batu sebuah batu kilangan diikatkan orang yang mengadakannya.
kilangan diikatkan pada pada lehernya lalu ia dibuang ke
lehernya lalu ia ditenggelamkan dalam laut. Ayat 2. Adalah lebih baik
ke dalam laut. baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada
Ayat 7. Celakalah dunia dengan lehernya, lalu ia dilemparkan ke
segala penyesatannya: memang dalam laut, dari pada
penyesatan harus ada, tetapi menyesatkan salah satu dari
celakalah orang yang orang-orang yang lemah ini.
mengadakannya.

Pasal 18:10, 14

Ayat 10. Ingatlah, jangan


menganggap rendah seorang
dari anak-anak kecil ini. Karena
Aku berkata kepadamu: Ada
malaikat mereka di sorga yang
selalu memandang wajah Bapa-
Ku yang di sorga.

Ayat 14. Demikian juga


Bapamu yang di sorga tidak

4
menghendaki supaya
seorangpun dari anak-anak ini Pasal 10:13-16
hilang."
Ayat 13. Lalu orang membawa
Pasal 19:13-15 anak-anak kecil kepada Yesus,
supaya Ia menjamah mereka;
Ayat 13. Lalu orang membawa akan tetapi murid-murid-Nya
anak-anak kecil kepada Yesus, memarahi orang-orang itu. Pasal 18:15-17
supaya Ia meletakkan tangan-
Nya atas mereka dan Ayat15. Maka datanglah orang-
mendoakan mereka; akan tetapi orang membawa anak-anaknya
murid-murid-Nya memarahi Ayat 14. Ketika Yesus melihat yang kecil kepada Yesus,
orang-orang itu. hal itu, Ia marah dan berkata supaya Ia menjamah mereka.
kepada mereka: "Biarkan anak- Melihat itu murid-murid-Nya
Ayat 14. Tetapi Yesus berkata: anak itu datang kepada-Ku, memarahi orang-orang itu.
"Biarkanlah anak-anak itu, jangan menghalang-halangi
janganlah menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang
mereka datang kepada-Ku; seperti itulah yang empunya Ayat 16. Tetapi Yesus
sebab orang-orang yang seperti Kerajaan Allah. memanggil mereka dan berkata:
itulah yang empunya Kerajaan "Biarkanlah anak-anak itu
Sorga." Ayat 15. Aku berkata datang kepada-Ku, dan jangan
kepadamu: Sesungguhnya kamu menghalang-halangi
barangsiapa tidak menyambut mereka, sebab orang-orang yang
Kerajaan Allah seperti seorang seperti itulah yang empunya
Ayat 15. Lalu Ia meletakkan anak kecil, ia tidak akan masuk Kerajaan Allah.
tangan-Nya atas mereka dan ke dalamnya."
kemudian Ia berangkat dari situ. Ayat 17. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya
Ayat 16. Lalu Ia memeluk anak- barangsiapa tidak menyambut
anak itu dan sambil meletakkan Kerajaan Allah seperti seorang
tangan-Nya atas mereka Ia anak kecil, ia tidak akan masuk
memberkati mereka. ke dalamnya."

Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Yesus tidak pernah merasa
terlalu sibuk untuk memerhatikan anak-anak. Alkitab juga tidak pernah mencatat Yesus
merasa lelah menghadapi ulah anak-anak dan kemudian kehilangan kesabaran. Yesus selalu
punya waktu dan tidak pernah memarahi mereka kendatipun Ia sibuk dan lelah selama
pelayanan-Nya. Sebaliknya Yesus menegur murid-murid karena mereka menghalangi anak-
anak yang bermaksud datang kepada-Nya. Ia ingin memperlihatkan kepada murid-murid-Nya
bahwa dalam pandangan-Nya anak-anak itu berharga.

Beberapa Pandangan Pemikir Kristen Mengenai Perkataan Yesus tersebut:


Phyllis Kilbourn dalam bukunya “Children in Crisis: A New Commitment”
menjelaskan reaksi Yesus ketika melihat murid-murid-Nya memarahi dan meremehkan anak-
anak:
Yesus punya waktu untuk anak-anak: “Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil
meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka (Markus 10:16).
Yesus tampak terganggu ketika melihat murid-murid-Nya menghalau anak-anak yang
ingin mendekati-Nya: “Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka:
"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-
orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah (Markus 10:14)
Yesus memberi peringatan keras terhadap mereka yang menyesatkan anak-anak:
"Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku,

5
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan
ke dalam laut” (Matius 18:6)
Yesus berpihak kepada anak-anak: “ Barangsiapa menyambut seorang anak seperti
ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."
Roy B.Zuck dan Robert E.Clark dalam bukunya “Childhood Education in the
Church” menggambarkan bahwa apa yang dilakukan Yesus terhadap anak-anak untuk
memperlihatkan bahwa anak berharga di mata Yesus. Yesus memeluk anak-anak itu (Markus
10:16). Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah untuk
mengajar orang dewasa (Markus 9:3-37) dan akhirnya satu jenis permainan anak digunakan
sebagai analogi terhadap pelayanan Yesus yang kurang mendapat perhatian orang dewasa
(Matius 11:16-17). Peringatan keras diberikan Yesus terhadap mereka yang menyebabkan
seorang anak kecil keras kepala dan akhirnya tersesat (Matius 18:5-6). Yesus mengetahui apa
yang acap kali dilupakan orang percaya bahwa orang tua betapapun jahat dan duniawinya,
mereka mengasihi anak-anaknya dan ingin memberikan yang terbaik untuk mereka (Lukas
11:13).
Dawn Devries dalam bukunya “Toward a Theology of Childhood” menyatakan
bahwa “nilai” anak-anak bagi kalangan pebisnis bukan terletak pada hakekat keberadaan
mereka yang unik dan rentan, melainkan pada kemampuan mereka menyerap produk,
meningkatkan penjualan, yang berdampak kepada keuntungan perusahaan. Jika dibandingkan
dengan perkataan Yesus, maka terlihat bertolak belakang.
Yesus berkata, “"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-
halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti
seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (Markus 10:14-15). Di sini Yesus
bukan hanya menyambut anak-anak melainkan menjadikan mereka sebagai contoh yang patut
diteladani. Sesuai dengan pandangan Yesus, nilai anak-anak itu bukan terletak pada berbagai
hal, melainkan pada keberadaan anak itu sendiri yang sederhana dan tulus. Hakikat
kesederhanaan seorang anak sangat tinggi nilainya di hadapan Yesus.
Yudith Gundry-Volf dalam artikelnya “The Least and Greatest: Children in the New
Testament” melihat lima hal penting pada anak-anak yang perlu digarisbawahi dari
pengajaran Yesus, yaitu:
Yesus memberkati anak-anak, memeluk dan mengajarkan bahwa Kerajaan Allah
adalah milik mereka. Yesus menjadikan anak-anak sebagai model agar orang dapat masuk ke
dalam Kerajaan Allah. Yesus juga menjadikan anak-anak sebagai model dari kebesaran
Kerajaan Allah. Yesus meminta murid-murid-Nya untuk menyambut dan melayani anak-anak
sebagaimana dia lakukan sebagai tanda kebesaran Kerajaan Allah. Yesus memberi perhatian
khusus terhadap pelayanan anak.
Kitab Suci menyatakan bahwa orang dewasa harus belajar seperti anak-anak dalam hal
memercayai Tuhan untuk masuk dalam Kerajaan Allah (Matius 18:3). Ada sesuatu yang
mengagumkan pada seorang anak khususnya dalam hal memercayai sesuatu, dan ini sulit
dijumpai pada orang dewasa.
Keith White dalam bukunya, “Text Book of Theological Foundation of Child”
menyatakan bahwa anak-anak diciptakan untuk memuji Tuhan. Mereka memiliki peran
khusus dalam membungkam musuh-musuh Allah. Mereka adalah pusat dari Kerajaan Allah
(kekuasaannya, caranya melakukan segala sesuatu). Mereka adalah miniatur dari Kerajaan
Allah di masa yang akan datang. Mereka memberikan cara pandang yang unik dalam alam
Kerajaan Allah, sekarang ataupun yang akan datang.
Keith juga mengatakan bahwa pengajaran Yesus tentang Kerajaan Allah ialah bahwa
yang membuat orang besar dalam Kerajaan Allah bukanlah karena status, kekuasaan,
kekuatannya, pengaruhnya, kekayaannya, orang-orang biasa. Orang harus berubah sebelum
masuk Kerajaan Allah. Orang harus menjadi seperti anak kecil jika mereka ingin masuk
Kerajaan Allah.
Dr.J.Vernon McGee dalam bukunya “Thru the Bible”, mengomentari Markus 10:16
dan berkata bahwa Tuhan kita memeluk anak-anak, dan memberkati. Ia tidak pernah

6
melakukan hal itu kepada orang lain. Ia melakukan hal itu kepada anak-anak sebab mereka
adalah pribadi yang bakal menerima Dia. Bila mereka meninggal pada masa kanak-kanak
sebelum masa penghakiman tiba, mereka akan pergi bersama-Nya.
Stephen Tong dalam bukunya “Arsitek Jiwa” menjelaskan tentang pasal yang
menyatakan bahwa Yesus dikelilingi banyak orang sehingga keadaan menjadi begitu padat
manusia. Banyak di antara mereka membawa anak-anak mereka untuk diberkati Yesus.
Sayang sekali orang yang selalu hidup dan bekerja bersama-Nya tidak memahami hati Yesus
terhadap anak-anak.
Oleh sebab itu murid-murid-Nya memarahi orangtua yang membawa anak mereka
kepada Yesus. Tetapi Yesus memiliki pandangan berbeda. Ia balik memarahi murid-murid-
Nya dan berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalangi-halangi mereka datang
kepada-Ku…” Setelah Ia meletakkan tangan-Nya memberkati mereka, Ia pergi dari tempat
itu.
Lukas 2:12, “Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi
dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan”. Kelahiran Yesus merupakan
inkarnasi menjadi bayi. Kata “anak” diulang di seluruh Injil. Itu artinya Allah telah memilih
masuk ke dalam dunia, menampakkan diri secara fisik dalam bentuk seorang bayi. Ini
tantangan melihat Allah yang maha kuasa merendahkan diri menjadi seorang bayi. Ini penting
untuk memperlihatkan kemanusiaan Yesus sebagai bayi sehingga Ia mengerti kebutuhan
seorang anak.
Yesus tidak datang ke dunia sebagai laki-laki dewasa; Ia masuk ke dalam dunia
sebagai bayi di Betlehem (Lukas 2:7). Ia tahu seperti apa anak kecil itu. Oleh sebab itu
penulis Kitab Ibrani mengingatkan kita, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan
kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Ia pernah menjadi kanak-kanak.
Tuhan Yesus tahu dan memerhatikan berbagai perasaan yang kita alami seperti rasa takut,
memerlukan sesuatu, berharap dalam ketidakberdayaan dan mengerti keinginan seorang anak.
Dari beberapa perjumpaan Yesus dengan anak-anak, kendatipun anak kecil, Yesus
memeragakan sikap penghargaan-Nya terhadap anak dengan mengasihi, menghargai,
memberkati, berdoa, membuka tangan lebar-lebar dan melindungi mereka.

IV. PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN TERHADAP ANAK

Walaupun hanya ada beberapa referensi ayat tentang anak-anak dalam Surat-Surat
Kiriman, hal itu jarang menunjuk kepada anak yang sebenarnya, dan biasanya itu ada
hubungan dengan orang tua (1 Korintus 7; Kolose 3:20-21; Efesus 6:1-4; 1 Timotius 3:4-
5; Titus 1:6). Semua teks itu menggunakan kata teknos untuk anak-anak, yang mana hal
itu menunjuk kepada suatu keturunan atau anak-cucu dan bukan kepada umur yang
spesifik. Itu bisa berarti anak-anak yang sudah dewasa, anak muda, anak kecil, tergantung
dari konteksnya.

A. Anak-Anakmu Adalah Kudus (1 Korintus 7:12-14)


12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang
saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau
hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman
dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia
menceraikan laki-laki itu.
14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri
yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian,
niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah
anak-anak kudus.

Terminologi dari kata “cemar” (akathartos) dan “kudus” (hagios) berasal dari
kata pemujaan yang mana pada satu sisi itu menjelaskan tentang menurut atau milik

7
dunia dan pada sisi yang lain berarti sesuatu yang dipisahkan untuk Allah dan milik
Allah. “Cemar” bila dihubungkan dengan manusia menunjuk kepada bukan orang-
orang percaya (lihat 2 Korintus 6:17; Yesaya 52:11). “Kudus” menggambarkan orang
Israel atau gereja sebagai orang-orang yang telah dipisahkan atau dikhususkan bagi
Allah (lihat Keluaran 19:6; 1 Petrus 2:9), dan “satu-satunya yang kudus” (hagioi)
biasanya diterjemahkan orang-orang kudus, ini digunakan dalam Perjanjian Baru
yang menunjuk kepada orang-orang percaya.
Paulus percaya bahwa anak-anak orang percaya dikuduskan untuk Allah, hal
mana menunjuk kepada keselamatan mereka, dan Allah bekerja untuk pengudusan
dan keselamatan anak-anak ini melalui ikatan keluarga mereka, yaitu orang tua yang
percaya.
Orang-orang percaya tidak dipanggil untuk memelihara kemurnian tetapi untuk
tetap tinggal dan hidup dalam Injil. Orang percaya bukan saja harus peduli terhadap
kekudusan dirinya sendiri tetapi juga kekudusan anggota keluarganya yang belum
percaya. Bila orang percaya itu tetap tinggal, maka Allah akan bekerja melalui dia
untuk menguduskan dan menyelamatkan anggota-anggota keluarganya yang belum
percaya.
Baik Yesus maupun Paulus memberikan kepada orang percaya peran yang
penting untuk membawa anak-anak mereka masuk ke dalam berkat eskatologis.
Paulus mengimplikasikan bahwa anak-anak adalah “kudus” melalui hubungan
mereka dengan seorang percaya, dan Yesus memberkati anak-anak yang dibawa
kepadanya oleh anggota-anggota dari komunitas orang percaya.
Oleh sebab itu bila ada salah satu orang tua yang percaya dalam satu rumah
tangga, maka ia harus tetap tinggal dan hidup bagi Injil serta membawa anak-anaknya
menjadi orang percaya, karena anak-anaknya itu telah terhisab menjadi anggota orang
percaya.

B. Tanggung Jawab Anak dan Orang Tua (Efesus 6:1-4)


6:1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah
demikian.
6:2 Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini:
6:3 supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati
anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

1. Peraturan Rumah Tangga pertama, memerintahkan anak-anak menaati orang


tua mereka (‘dalam segala hal” menurut Kolose 3:20).
2. Peraturan Rumah Tangga kedua, menyerukan untuk adanya kuasa ilahi yang
dapat menyokong anak-anak menaati orang tua mereka. Dengan kata lain orang
tua menjadi model untuk ditiru oleh anak-anak.
3. Peraturan Rumah Tangga ketiga, menunjuk secara langsung kepada anak-anak,
menjalankan kewajiban etika sebagai seorang anak.
4. Peraturan Rumah Tangga keempat, melarang para ayah membuat gusar anak-
anak mereka, kurang menunjukkan kasih dan melayani anak-anak. Dalam kitab
Kolose menunjukkan bahwa para ayah harus memanifestasikan kasih dan belas
kasihan Yesus. Para ayah memperlakukan anak-anak mereka dengan kebaikan
dan penghargaan.
5. Peraturan Rumah Tangga kelima, anak-anak memerlukan pendidikan dan peran
ayah dalam melakukan kewajiban itu. Para ayah mengajar anak-anak mereka
tentang tradisi apostolik tentang Yesus dan menolong mereka untuk hidup
menurut ajaran tersebut.

C. Mengatur Rumah Tangga dan Mengatur Gereja

8
1Tim 3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh
anak-anaknya.
1Tim 3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri,
bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
1Tim 3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-
anaknya dan keluarganya dengan baik.
1Titus 1:6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya
satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh
karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib.

Para pelayan Tuhan (gereja) dikaitkan dengan hubungan anak-anak kepada


orang tua sebagai model hubungan antara para anggota gereja dengan pemimpin
gereja. Kualifikasi gembala, penatua dan pelayan dalam gereja, haruslah orang yang
dapat mengatur rumah tangganya sendiri dengan baik, menjaga anak-anaknya tetap
patuh dan menghormati dalam berbagai cara (1 Timotius 3:4; 12). Sebagai tambahan
pula seseorang yang anak-anaknya patut dicontoh (Titus 1:6).
Para pelayan Tuhan merefleksikan teladan bagi anak-anak dan para orang tua
yang terlihat dalam peraturan rumah tangga dan berhubungan dengan teladan
kepemimpinan gereja.
Jadi para pelayan Tuhan harus juga menunjukkan seorang pengurus rumah
tangga yang baik. Atau dengan kata lain pengurus (pelayan) gereja adalah pengurus
(pelayan) rumah tangga yang baik dan patut dicontoh.

V. PENTINGNYA PELAYANAN KEPADA ANAK-ANAK


Orang percaya atau gereja harus memelihara atau melayani anak-anak bukan hanya
karena mereka rentan sehingga memerlukan pemeliharaan khusus dan perlindungan,
melainkan lebih dari pada itu. Anak-anak adalah bagian dari Kerajaan Allah yang
memperoleh perhatian khusus.
Berikut ini beberapa hal yang menyatakan mengapa kita perlu melayani anak:

A. Mengajar Anak Adalah Perintah Allah


Kekristenan selalu akan menjadi satu generasi dari kepunahan, jika kita tidak
mengajar anak-anak kita, Kekristenan akan mati.
1. Ajarlah (Ulangan 6:4-7a)
2. Taruhlah Dalam Hati (Ulangan 11:18-19)
3. Didiklah (Amsal 22;6)
4. Muridkanlah (Matius 28:19-20)
1. Ceritakanlah Dari Generasi ke Generasi (2 Timotius 1:5)

B. Masa Kanak-Kanak Penting dan Istimewa


1. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling banyak diingat
2. Masa kanak-kanak adalah masa paling banyak belajar
3. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling mudah dibentuk
4. Masa Penting untuk membina mereka dalam kebenaran Firman Tuhan:
a) Umur 5: Masa terbaik untuk belajar
b) Umur 6: Nilai moral dibentuk untuk seumur hidup
c) Umur 9: Pandangan hidup dibuat untuk seumur hidup
d) Umur 12: Merayakan memasuki masa pubertas
e) Umur 13: Agama dipilih untuk seumur hidup

C. Anak Membutuhkan Juruselamat


1. Anak Dapat Terhilang (Matius 18:14; Kejadian 8:21; Wahyu 20:11-12)
2. Anak Dapat Percaya (Matius 18:3; Markus 10:15; 2 Timotius 3:15)
3. Anak Sangat Berharga di Mata Tuhan (Matius 18:6)

9
D. Anak Adalah Ladang Misi Terbesar
1. 2 milyar manusia berumur 4-14 thn.
2. 1 milyar manusia berumur 15-25 thn.
3. Hampir separuh dari populasi bumi ini di bawah umur 25 tahun!
4. Penduduk Indonesia (210 juta) 65% berumur 18 tahun ke bawah.
5. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh orang Kristen percaya kepada
Kristus sebelum umur 15.

E. Mengajar Anak Berakibat Besar


1. Anak dapat memuliakan Allah (Mazmur 8:3; Matius 27:15-16)
2. Anak tidak akan mundur (Amsal 22:6)
3. Anak adalah tiang gereja
 75% dari anggota gereja berbagai denominasi berasal dari Sekolah Minggu
 85% mereka yang melayani dalam gereja berasal dari Sekolah Minggu
 95 mereka yang menjadi gembala, penginjil atau misionari berasal dari
Sekolah Minggu.
4. Anak adalah harapan bangsa
 Melalui Musa bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.
 Melalui Daniel raja dan bangsa kafir mengenal Allah.
 Melalui Yusuf bangsa kafir diselamatkan.

5. Anak adalah agen Kerajaan Allah (lihat artikel yang diberikan)

10

Anda mungkin juga menyukai