I. PENDAHULUAN
1
UU No 1 tahun 1974 pasal 7 menyebutkan bahwa minimum usia untuk dapat kawin bagi laki-laki
adalah 19 tahun dan bagi perempuan adalah 16 tahun.
UU Ketenagakerjaan adalah mereka yang berumur di bawah 14 tahun. Sedang yang berumur 14 – 18
tahun disebut sebagai usia muda.
3. Hukum Adat.
Hukum adat biasanya tidak menyebutkan usia sebagai batasan untuk pengertian nak, melainkan
berdasarkan faktor biologis anak, yaitu pada saat terlihat tanda-tanda sisik sistim reproduksi anak
telah berfungsi atau disebut akil balik.
Kesimpulan:
Allah membentuk anak-anak dalam kandungan.
Allah menolong mereka untuk keluar dan membawa masuk ke dalam dunia.
Allah memberi mereka untuk “dipinjamkan” kepada orang tua
Allah mengasihi mereka dan peduli dengan mereka.
2
Masa depan umat manusia bergantung pada keturunan yang akan lahir dari perempuan itu. Secara
implisit Alkitab berbicara tentang anak, walaupun secara seteriologis itu bicara tentang datangnya
seorang “Anak” yang khusus, yaitu Yesus Kristus. Ia adalah seorang anak, keturunan seorang
perempuan yang menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka (Yesaya 7:14; 9:5-6) dan digenapai
dalam diri Yesus Kristus (Matius 1:20-23; Galatia 4:4).
Anak ini bukan saja melepaskan keberadaan manusia yang berdosa, tetapi juga kutuk dan kuasa
dosa yang kini telah dan tengah menggerogoti keberadaan manusia. Dengan kata lain, setelah
peristiwa kejatuhan peranan anak secara soteriologis menjadi semakin menentukan, karena sejarah
keselamatan dan nasib umat manusia bergantung pada “sang anak” keturunan perempuan itu.
Yang terutama:
(1) Taat kepada perintah Tuhan dalam dirimu, dan
(2) Perintahkanlah hal yang sama terhadap anak-anakmu.
Ayat 1. Pada waktu itu Ayat 33. Kemudian tibalah Ayat 46. Maka timbullah
datanglah murid-murid itu Yesus dan murid-murid-Nya di pertengkaran di antara murid-
kepada Yesus dan bertanya: Kapernaum. Ketika Yesus murid Yesus tentang siapakah
“Siapakah yang terbesar dalam sudah di rumah, Ia bertanya yang terbesar di antara mereka.
Kerajaan Sorga?” kepada murid-murid-Nya: "Apa
yang kamu perbincangkan tadi Ayat 47. Tetapi Yesus
Ayat 2. Maka Yesus memanggil di tengah jalan?" mengetahui pikiran mereka.
seorang anak kecil dan Karena itu Ia mengambil
menempatkannya di tengah- Ayat 34. Tetapi mereka diam, seorang anak kecil dan
tengah mereka sebab di tengah jalan tadi menempatkannya di samping-
mereka mempertengkarkan Nya,
Ayat 3. lalu berkata: "Aku siapa yang terbesar di antara
berkata kepadamu, mereka. Ayat 48. dan berkata kepada
3
sesungguhnya jika kamu tidak mereka: "Barangsiapa
bertobat dan menjadi seperti Ayat 35. Lalu Yesus duduk dan menyambut anak ini dalam
anak kecil ini, kamu tidak akan memanggil kedua belas murid nama-Ku, ia menyambut Aku;
masuk ke dalam Kerajaan itu. Kata-Nya kepada mereka: dan barangsiapa menyambut
Sorga. "Jika seseorang ingin menjadi Aku, ia menyambut Dia, yang
yang terdahulu, hendaklah ia mengutus Aku. Karena yang
Ayat 4. Sedangkan barangsiapa menjadi yang terakhir dari terkecil di antara kamu sekalian,
merendahkan diri dan menjadi semuanya dan pelayan dari dialah yang terbesar."
seperti anak kecil ini, dialah semuanya."
yang terbesar dalam Kerajaan
Sorga Ayat 36. Maka Yesus
mengambil seorang anak kecil
Ayat 5. Dan barangsiapa dan menempatkannya di tengah-
menyambut seorang anak tengah mereka, kemudian Ia
seperti ini dalam nama-Ku, ia memeluk anak itu dan berkata
menyambut Aku." kepada mereka:
Ayat 6. "Tetapi barangsiapa Ayat 42. Barangsiapa Ayat 1. Yesus berkata kepada
menyesatkan salah satu dari menyesatkan salah satu dari murid-murid-Nya: "Tidak
anak-anak kecil ini yang anak-anak kecil yang percaya mungkin tidak akan ada
percaya kepada-Ku, lebih baik ini, lebih baik baginya jika penyesatan, tetapi celakalah
baginya jika sebuah batu sebuah batu kilangan diikatkan orang yang mengadakannya.
kilangan diikatkan pada pada lehernya lalu ia dibuang ke
lehernya lalu ia ditenggelamkan dalam laut. Ayat 2. Adalah lebih baik
ke dalam laut. baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada
Ayat 7. Celakalah dunia dengan lehernya, lalu ia dilemparkan ke
segala penyesatannya: memang dalam laut, dari pada
penyesatan harus ada, tetapi menyesatkan salah satu dari
celakalah orang yang orang-orang yang lemah ini.
mengadakannya.
Pasal 18:10, 14
4
menghendaki supaya
seorangpun dari anak-anak ini Pasal 10:13-16
hilang."
Ayat 13. Lalu orang membawa
Pasal 19:13-15 anak-anak kecil kepada Yesus,
supaya Ia menjamah mereka;
Ayat 13. Lalu orang membawa akan tetapi murid-murid-Nya
anak-anak kecil kepada Yesus, memarahi orang-orang itu. Pasal 18:15-17
supaya Ia meletakkan tangan-
Nya atas mereka dan Ayat15. Maka datanglah orang-
mendoakan mereka; akan tetapi orang membawa anak-anaknya
murid-murid-Nya memarahi Ayat 14. Ketika Yesus melihat yang kecil kepada Yesus,
orang-orang itu. hal itu, Ia marah dan berkata supaya Ia menjamah mereka.
kepada mereka: "Biarkan anak- Melihat itu murid-murid-Nya
Ayat 14. Tetapi Yesus berkata: anak itu datang kepada-Ku, memarahi orang-orang itu.
"Biarkanlah anak-anak itu, jangan menghalang-halangi
janganlah menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang
mereka datang kepada-Ku; seperti itulah yang empunya Ayat 16. Tetapi Yesus
sebab orang-orang yang seperti Kerajaan Allah. memanggil mereka dan berkata:
itulah yang empunya Kerajaan "Biarkanlah anak-anak itu
Sorga." Ayat 15. Aku berkata datang kepada-Ku, dan jangan
kepadamu: Sesungguhnya kamu menghalang-halangi
barangsiapa tidak menyambut mereka, sebab orang-orang yang
Kerajaan Allah seperti seorang seperti itulah yang empunya
Ayat 15. Lalu Ia meletakkan anak kecil, ia tidak akan masuk Kerajaan Allah.
tangan-Nya atas mereka dan ke dalamnya."
kemudian Ia berangkat dari situ. Ayat 17. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya
Ayat 16. Lalu Ia memeluk anak- barangsiapa tidak menyambut
anak itu dan sambil meletakkan Kerajaan Allah seperti seorang
tangan-Nya atas mereka Ia anak kecil, ia tidak akan masuk
memberkati mereka. ke dalamnya."
Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Yesus tidak pernah merasa
terlalu sibuk untuk memerhatikan anak-anak. Alkitab juga tidak pernah mencatat Yesus
merasa lelah menghadapi ulah anak-anak dan kemudian kehilangan kesabaran. Yesus selalu
punya waktu dan tidak pernah memarahi mereka kendatipun Ia sibuk dan lelah selama
pelayanan-Nya. Sebaliknya Yesus menegur murid-murid karena mereka menghalangi anak-
anak yang bermaksud datang kepada-Nya. Ia ingin memperlihatkan kepada murid-murid-Nya
bahwa dalam pandangan-Nya anak-anak itu berharga.
5
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan
ke dalam laut” (Matius 18:6)
Yesus berpihak kepada anak-anak: “ Barangsiapa menyambut seorang anak seperti
ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."
Roy B.Zuck dan Robert E.Clark dalam bukunya “Childhood Education in the
Church” menggambarkan bahwa apa yang dilakukan Yesus terhadap anak-anak untuk
memperlihatkan bahwa anak berharga di mata Yesus. Yesus memeluk anak-anak itu (Markus
10:16). Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah untuk
mengajar orang dewasa (Markus 9:3-37) dan akhirnya satu jenis permainan anak digunakan
sebagai analogi terhadap pelayanan Yesus yang kurang mendapat perhatian orang dewasa
(Matius 11:16-17). Peringatan keras diberikan Yesus terhadap mereka yang menyebabkan
seorang anak kecil keras kepala dan akhirnya tersesat (Matius 18:5-6). Yesus mengetahui apa
yang acap kali dilupakan orang percaya bahwa orang tua betapapun jahat dan duniawinya,
mereka mengasihi anak-anaknya dan ingin memberikan yang terbaik untuk mereka (Lukas
11:13).
Dawn Devries dalam bukunya “Toward a Theology of Childhood” menyatakan
bahwa “nilai” anak-anak bagi kalangan pebisnis bukan terletak pada hakekat keberadaan
mereka yang unik dan rentan, melainkan pada kemampuan mereka menyerap produk,
meningkatkan penjualan, yang berdampak kepada keuntungan perusahaan. Jika dibandingkan
dengan perkataan Yesus, maka terlihat bertolak belakang.
Yesus berkata, “"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-
halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti
seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (Markus 10:14-15). Di sini Yesus
bukan hanya menyambut anak-anak melainkan menjadikan mereka sebagai contoh yang patut
diteladani. Sesuai dengan pandangan Yesus, nilai anak-anak itu bukan terletak pada berbagai
hal, melainkan pada keberadaan anak itu sendiri yang sederhana dan tulus. Hakikat
kesederhanaan seorang anak sangat tinggi nilainya di hadapan Yesus.
Yudith Gundry-Volf dalam artikelnya “The Least and Greatest: Children in the New
Testament” melihat lima hal penting pada anak-anak yang perlu digarisbawahi dari
pengajaran Yesus, yaitu:
Yesus memberkati anak-anak, memeluk dan mengajarkan bahwa Kerajaan Allah
adalah milik mereka. Yesus menjadikan anak-anak sebagai model agar orang dapat masuk ke
dalam Kerajaan Allah. Yesus juga menjadikan anak-anak sebagai model dari kebesaran
Kerajaan Allah. Yesus meminta murid-murid-Nya untuk menyambut dan melayani anak-anak
sebagaimana dia lakukan sebagai tanda kebesaran Kerajaan Allah. Yesus memberi perhatian
khusus terhadap pelayanan anak.
Kitab Suci menyatakan bahwa orang dewasa harus belajar seperti anak-anak dalam hal
memercayai Tuhan untuk masuk dalam Kerajaan Allah (Matius 18:3). Ada sesuatu yang
mengagumkan pada seorang anak khususnya dalam hal memercayai sesuatu, dan ini sulit
dijumpai pada orang dewasa.
Keith White dalam bukunya, “Text Book of Theological Foundation of Child”
menyatakan bahwa anak-anak diciptakan untuk memuji Tuhan. Mereka memiliki peran
khusus dalam membungkam musuh-musuh Allah. Mereka adalah pusat dari Kerajaan Allah
(kekuasaannya, caranya melakukan segala sesuatu). Mereka adalah miniatur dari Kerajaan
Allah di masa yang akan datang. Mereka memberikan cara pandang yang unik dalam alam
Kerajaan Allah, sekarang ataupun yang akan datang.
Keith juga mengatakan bahwa pengajaran Yesus tentang Kerajaan Allah ialah bahwa
yang membuat orang besar dalam Kerajaan Allah bukanlah karena status, kekuasaan,
kekuatannya, pengaruhnya, kekayaannya, orang-orang biasa. Orang harus berubah sebelum
masuk Kerajaan Allah. Orang harus menjadi seperti anak kecil jika mereka ingin masuk
Kerajaan Allah.
Dr.J.Vernon McGee dalam bukunya “Thru the Bible”, mengomentari Markus 10:16
dan berkata bahwa Tuhan kita memeluk anak-anak, dan memberkati. Ia tidak pernah
6
melakukan hal itu kepada orang lain. Ia melakukan hal itu kepada anak-anak sebab mereka
adalah pribadi yang bakal menerima Dia. Bila mereka meninggal pada masa kanak-kanak
sebelum masa penghakiman tiba, mereka akan pergi bersama-Nya.
Stephen Tong dalam bukunya “Arsitek Jiwa” menjelaskan tentang pasal yang
menyatakan bahwa Yesus dikelilingi banyak orang sehingga keadaan menjadi begitu padat
manusia. Banyak di antara mereka membawa anak-anak mereka untuk diberkati Yesus.
Sayang sekali orang yang selalu hidup dan bekerja bersama-Nya tidak memahami hati Yesus
terhadap anak-anak.
Oleh sebab itu murid-murid-Nya memarahi orangtua yang membawa anak mereka
kepada Yesus. Tetapi Yesus memiliki pandangan berbeda. Ia balik memarahi murid-murid-
Nya dan berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalangi-halangi mereka datang
kepada-Ku…” Setelah Ia meletakkan tangan-Nya memberkati mereka, Ia pergi dari tempat
itu.
Lukas 2:12, “Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi
dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan”. Kelahiran Yesus merupakan
inkarnasi menjadi bayi. Kata “anak” diulang di seluruh Injil. Itu artinya Allah telah memilih
masuk ke dalam dunia, menampakkan diri secara fisik dalam bentuk seorang bayi. Ini
tantangan melihat Allah yang maha kuasa merendahkan diri menjadi seorang bayi. Ini penting
untuk memperlihatkan kemanusiaan Yesus sebagai bayi sehingga Ia mengerti kebutuhan
seorang anak.
Yesus tidak datang ke dunia sebagai laki-laki dewasa; Ia masuk ke dalam dunia
sebagai bayi di Betlehem (Lukas 2:7). Ia tahu seperti apa anak kecil itu. Oleh sebab itu
penulis Kitab Ibrani mengingatkan kita, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan
kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Ia pernah menjadi kanak-kanak.
Tuhan Yesus tahu dan memerhatikan berbagai perasaan yang kita alami seperti rasa takut,
memerlukan sesuatu, berharap dalam ketidakberdayaan dan mengerti keinginan seorang anak.
Dari beberapa perjumpaan Yesus dengan anak-anak, kendatipun anak kecil, Yesus
memeragakan sikap penghargaan-Nya terhadap anak dengan mengasihi, menghargai,
memberkati, berdoa, membuka tangan lebar-lebar dan melindungi mereka.
Walaupun hanya ada beberapa referensi ayat tentang anak-anak dalam Surat-Surat
Kiriman, hal itu jarang menunjuk kepada anak yang sebenarnya, dan biasanya itu ada
hubungan dengan orang tua (1 Korintus 7; Kolose 3:20-21; Efesus 6:1-4; 1 Timotius 3:4-
5; Titus 1:6). Semua teks itu menggunakan kata teknos untuk anak-anak, yang mana hal
itu menunjuk kepada suatu keturunan atau anak-cucu dan bukan kepada umur yang
spesifik. Itu bisa berarti anak-anak yang sudah dewasa, anak muda, anak kecil, tergantung
dari konteksnya.
Terminologi dari kata “cemar” (akathartos) dan “kudus” (hagios) berasal dari
kata pemujaan yang mana pada satu sisi itu menjelaskan tentang menurut atau milik
7
dunia dan pada sisi yang lain berarti sesuatu yang dipisahkan untuk Allah dan milik
Allah. “Cemar” bila dihubungkan dengan manusia menunjuk kepada bukan orang-
orang percaya (lihat 2 Korintus 6:17; Yesaya 52:11). “Kudus” menggambarkan orang
Israel atau gereja sebagai orang-orang yang telah dipisahkan atau dikhususkan bagi
Allah (lihat Keluaran 19:6; 1 Petrus 2:9), dan “satu-satunya yang kudus” (hagioi)
biasanya diterjemahkan orang-orang kudus, ini digunakan dalam Perjanjian Baru
yang menunjuk kepada orang-orang percaya.
Paulus percaya bahwa anak-anak orang percaya dikuduskan untuk Allah, hal
mana menunjuk kepada keselamatan mereka, dan Allah bekerja untuk pengudusan
dan keselamatan anak-anak ini melalui ikatan keluarga mereka, yaitu orang tua yang
percaya.
Orang-orang percaya tidak dipanggil untuk memelihara kemurnian tetapi untuk
tetap tinggal dan hidup dalam Injil. Orang percaya bukan saja harus peduli terhadap
kekudusan dirinya sendiri tetapi juga kekudusan anggota keluarganya yang belum
percaya. Bila orang percaya itu tetap tinggal, maka Allah akan bekerja melalui dia
untuk menguduskan dan menyelamatkan anggota-anggota keluarganya yang belum
percaya.
Baik Yesus maupun Paulus memberikan kepada orang percaya peran yang
penting untuk membawa anak-anak mereka masuk ke dalam berkat eskatologis.
Paulus mengimplikasikan bahwa anak-anak adalah “kudus” melalui hubungan
mereka dengan seorang percaya, dan Yesus memberkati anak-anak yang dibawa
kepadanya oleh anggota-anggota dari komunitas orang percaya.
Oleh sebab itu bila ada salah satu orang tua yang percaya dalam satu rumah
tangga, maka ia harus tetap tinggal dan hidup bagi Injil serta membawa anak-anaknya
menjadi orang percaya, karena anak-anaknya itu telah terhisab menjadi anggota orang
percaya.
8
1Tim 3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh
anak-anaknya.
1Tim 3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri,
bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
1Tim 3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-
anaknya dan keluarganya dengan baik.
1Titus 1:6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya
satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh
karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib.
9
D. Anak Adalah Ladang Misi Terbesar
1. 2 milyar manusia berumur 4-14 thn.
2. 1 milyar manusia berumur 15-25 thn.
3. Hampir separuh dari populasi bumi ini di bawah umur 25 tahun!
4. Penduduk Indonesia (210 juta) 65% berumur 18 tahun ke bawah.
5. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh orang Kristen percaya kepada
Kristus sebelum umur 15.
10