Anda di halaman 1dari 40

BAB II

PENDEKATAN EKSEGETIS TERHADAP MATIUS 24:45-51

Pada bab ini, penulis akan membahas secara khusus upaya menemukan kerygma teologis

dari teks yang hendak dikaji, yaitu teks Injil Matius 24:45-51. Karena itu, penulis akan

memperhatikan tempat teks dalam konteks, kritik teks, kritik sumber, kajian eksegetis dan

tafsiran ayat per ayat.

A. Tempat Teks Dalam Konteks

Dalam bagian ini, penulis akan membahas konteks umum dan konteks khusus dalam Injil

Matius 24:45-51.

1. Konteks Umum

Konteks umum merupakan suatu keseluruhan karangan teologis, secara sistematis dari

kitab yang hendak dikaji.1 Dengan dasar inilah maka penulis merasa penting untuk melihat

kesatuan teks secara utuh. Penulis injil Matius menulis injilnya dalam sebuah kesatuan yang

teratur dan sistematis, di mana bagian yang satu tidak dapat dipisahkan dari bagian lainnya.

Demikian pula dengan teks yang hendak dikaji (Matius 24: 45-51), tidak dapat dipisahkan

dari keseluruhan injil Matius. Dengan demikian maka struktur Injil Matius bisa dilihat dalam

susunan menurut Norman Perrin,2 yang terbagi dalam 5 bagian yakni:

1) 1:1-4:17 (menerangkan Yesus sebagai pernyataan Allah).

 1:1-17 : Garis keturunan Anak Daud

 1:18-2:23 : Kelahiran Yesus sebagai nubuat para Nabi

 3:1-4:17 : Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus dan

pelayanan awal Yesus di Galilea

1
A. A. Sitompul dan U. Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2010, hlm. 226.
2
Norman Perrin, The New Testament An Introduction, New York: Hatcourt Bracet Javanovich, 1971, hlm. 177-
190.

1
2) Pelayanan Yesus kepada orang Yahudi (Matius 4:18-13:8) sebagai

penggenapan penyataan Allah. pertama-tama Yesus datang kepada umat Allah

walaupun mereka menolaknya

 4:18-22 : Pemanggilan murid-murid yang pertama

 4:23-25 :Pengajaran dan penyembuhan di Galilea

 5:1-7:29 : Khotbah di Bukit

 8:1-9:38 : Sifat dan aktifitas pelayan

 10:1-11:1 : Khotbah pengutusan

 11:2-12:50 : Pertentangan dengan Farisi

 13:1-52 : Penekanan tentang Kerajaan Allah

 13:53-58 : Penolakan

3) Pelayanan Yesus kepada Murid-murid untuk mempersiapkan mereka bagi

pekerjaan di dunia (Matius 14:1-20:34).

 14:1-12 :Kematian Yohanes Pembaptis

 14:13-36 : Rangkaian mujizat, sakit-penyakit dan kesembuhan

 15:1-20 : Perselisihan dengan ahli Taurat dan orang-orang Farisi

tentang Hukum Taurat

 15:21-28 : Iman seorang perempuan Kanaan

 16:1-4 : Tanda Yunus

 16:5-12 : Peringatan kepada kaum Farisi dan Saduki

 16:13-20:34 : Pemberitaan tentang penderitaan dan kebangkitan

Yesus, serta petunjuk kehidupan komunitas Kristen

4) Yesus di Yerusalem (Matius 21:1-25:46) yang menceritakan tentang pekerjaan

Yesus di Yerusalem menjelang penderitaan-Nya

 21:1-25:46 : Pertentangan Antara Yesus dan para pemimpin Yahudi

2
 24:1-25:46 : Khotbah tentang akhir zaman

5) Penderitaan, Jumat Agung, kebangkitan dan pengutusan murid-murid (Matius

26:1-28:20) yang merupakan klimaks dari penderitaan

 26: 1-27:66 :Penderitaan dan kematian Yesus

 28:1-20 :Kebangkitan dan Amanat Agung

Melihat akan struktur pembagian di atas, maka perikop yang akan dikaji secara

mendalam yaitu Matius 24: 45-51 (Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang

jahat). Hal ini termasuk dalam bagian ke empat tentang pekerjaan Yesus di Yerusalem

menjelang penderitaan-Nya, dengan sub bagian Khotbah tentang akhir zaman.

2. Konteks Khusus

Konteks khusus merupakan hubungan antara teks sebelumnya (hubungan ke depan) dan

teks sesudahnya (hubungan ke belakang), secara keseluruhan. Dengan konteks khusus ini,

maka perlu melihat nats yang mengikuti perikop dengan memperhatikan pokok-pokok

teologis.3 Hubungan teks ke belakang adalah Matius 24: 37-44 dengan judul “Nasihat supaya

berjaga-jaga”, dan hubungan ke depan adalah Matius 25:1-13 dengan judul “Gadis-gadis

yang yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh”.

a. Hubungan dengan Teks sebelumnya (Mat. 24:37-44)

Mat. 24:37-44 masih mempunyai hubungan dengan ayat-ayat sebelumnya, bahkan

keseluruhan pasal 24 saling berkaitan, sebab berbicara mengenai waktu kedatangan-Nya yang

kedua tidak dapat diketahui. Pembicaraan itu terjadi ketika Yesus dan murid-murid-Nya

berada dibukit Zaitun menjelang penderitaan-Nya di Yerusalem.4 Teks ini termasuk salah

satu dari pasal 24 yang mendahului teks yang hendak dikaji (Matius 24:45-51), dengan

perikop Nasihat supaya Berjaga-jaga. Nasihat Yesus ini bertujuan agar murid-murid-Nya

3
A. A. Sitompul dan U. Beyer, Op. Cit., hlm. 226
4
Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 29.

3
berjaga-jaga dalam menantikan waktu kedatangan-Nya yang kedua tidak dapat dipastikan.5

Dengan ketidakpastian itu, Yesus menasihatkan murid-murid-Nya dengan memakai acuan

pada zaman Nuh dengan maksud untuk memperingatkan mereka agar terus berjaga-jaga (ayat

37-39).6 Pada acuan ini, Yesus mengumpamakan kedatangan-Nya yang kedua seperti
7
ketidaksadaran atau ketidaktahuan orang-orang zaman Nuh kecuali Nuh sendiri. Hal itu

dikarenakan mereka tidak berjaga-jaga tetapi menghabiskan waktu dengan makan dan

minum, kawin dan mengawinkan.8

Yesus meneruskan pembicaraan-Nya mengenai Gambaran dua orang di ladang (ayat

40) dan dua orang perempuan yang memutar batu kilangan (ayat 41). Dengan maksud untuk

menekankan tiba-tiba kedatangan-Nya yang membawa pemisahan baik yang siap sedia

maupun yang tidak siap sedia.9 Pemisahan di antara dua orang itu menggambarkan bahwa

Yesus akan mengumpulkan orang-orang milik-Nya, dan meninggalkan orang-orang yang

bukan milik-Nya untuk di hukum.10 Pada ayat 42 hingga ayat 44 merupakan penegasan

ulang,11 untuk berjaga-jaga.12 Dengan melakukan persiapan dalam menanti kedatangan Yesus

yang kedua kali.13

Mencermati Matius 24: 37-44, nampak bahwa ada hubungan yang erat dengan

Matius 24:45-51, karena berbicara mengenai sikap menanti kedatangan Yesus yang

membawa pemisahan itu tidak dapat diketahui, dengan demikian maka yang perlu

dilakukan hanyalah berjaga-jaga dan mempersiapkan diri menanti kedatangan-Nya

dengan setia melakukan tugas.

5
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,Yogyakarta: Kanisius, 2002,
hlm 70.
6
D.A. Carson, R.T France, J.A. Motyer, G.J. Wenham dkk, Op. Cit., hlm. 90.
7
J. T. Nielsen, Kitab Injil Matius 23-28, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2015, hlm. 53-54
8
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1262-1265.
9
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, Op. Cit., hlm. 70.
10
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1266-1268.
11
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1269-1273.
12
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM, Op. Cit., hlm. 70.
13
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1266-1268.

4
b. Hubungan dengan Teks sesudahnya (Matius 25: 1-13).

Teks ini menyambung dari teks yang hendak dikaji (Mat. 25:1-13), di mana termasuk

dalam khotbah terakhir Yesus. Yesus meneruskan pembicaraan-Nya, mengenai

kedatangan Yesus yang kedua kali tidak dapat diketahui.14 Yesus memakai gambaran

Sepuluh gadis dengan tujuan untuk mengingatkan para murid-murid-Nya, agar

berjaga-jaga terhadap saat yang genting atau krisis yang mengancam.15 Yesus

mengumpamakan hal kerajaan sorga, seperti sepuluh gadis yang ditugaskan untuk

membawa pelita menyongsong kedatangan mempelai.16

Gambaran yang Yesus pakai ini, seperti kebiasaan di Palestina, di mana

menceritakan kepergian pengantin pria ke rumah pengantin wanita, untuk melakukan

perjanjian perkawinan dengan ayah mertuannya. Pesta perkawinan ini dimulai oleh para

pengiring untuk menyongsong pengantin pria dan pengantin wanita, ketika mereka

mendekati rumah. Pengiring yang bodoh digambarkan bahwa, mereka tidak yakin

pengantin pria akan datang pada waktu malam, sedangkan pengiring yang bijak

digambarkan bahwa mereka yakin akan kedatangan pengantin pria itu bisa saja datang

sewaktu-waktu (ayat 2-3).17 Ketidakyakinan gadis-gadis bodoh ini terbukti ketika mereka

membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak cadangan untuk berjaga-jaga, sedangkan

lima gadis yang disebut bijaksana diumpamakan Yesus bahwa mereka membawa pelita

beserta dengan minyak cadangan (ayat 4).18 Kedatangan mempelai tidak dapat dipastikan

oleh gadis-gadis itu sebab mempelai menunda kedatangan-Nya, sehingga mereka tidak

berjaga-jaga (tertidur).19 Pada saat tengah malam mereka dikejutkan oleh kedatangan

mempelai yang tiba-tiba saja datang tanpa mereka duga, sehingga ketika mereka

14
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1287
15
A. M. Hunter, Menafirkan Perumpamaan-Perumpamaan Yesus, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2001, hlm.
136.
16
Ibid., hlm. 1290-1291.
17
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM, Op. Cit., hlm. 70
18
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1291-1293.
19
Ibid., hlm. 1294-1297.

5
membereskan pelita untuk menyongsong mempelai, ternyata kedapatan pelita gadis-

gadis yang bodoh hampir padam dan yang paling membuat mereka lebih terkejut adalah

mereka tidak membawa minyak cadangan untuk mengisi pelita mereka (ayat 6-9).20

Yesus terus melanjutkan pembicaraan-Nya bahwa kedatangan-Nya yang tiba-tiba, tidak

akan ada lagi waktu untuk mempersiapkan diri menyongsong kedatangan mempelai. 21

Gadis-gadis yang disebut bodoh karena ketidaksiapan mereka membuat mereka ditolak,22

untuk masuk mengikuti pesta perkawinan (ayat 8-12),23 sedangkan gadis-gadis yang

disebut bijaksana mempunyai kesiapan, sehingga mereka dapat masuk dalam pesta

perkawinan. 24

Berdasarkan Matius 25: 1-13 meneruskan Matius 24:45-51, dimana terdapat

makna yang berhubungan dengan teks yang hendak dikaji yaitu, Yesus menekankan

kepada murid-murid-Nya mengenai kesiapsediaan akan kedatangan-Nya kembali, agar

tidak terjadi penolakan karena ketidaksiapan.

B. Kritik Bentuk

Pada bagian ini, penulis akan memusatkan perhatian lebih pada nats atau perikop

yang akan dibahas dan mencari ciri-ciri khusus pengadaan dari suatu nats pada

bentuknya dalam Perjanjian Baru.25 Di satu sisi, kritik bentuk juga menaruh perhatian

pada usaha untuk menentukan dan menetapkan kedudukan dalam kehidupan yang di

dalamnya jenis-jenis sastra tertentu dihasilkan, dibentuk dan dipakai.26 Kritik bentuk ini,

akan membahas pada bagian-bagian yang berkaitan dengan perbandingan sinoptik, kritik

sumber, jenis sastra dan bidang kehidupan (Sitz im Leben).

20
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1298-1302
21
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM, Op. Cit., hlm. 70
22
A.M. Hunter, Op. Cit., hlm. 136.
23
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM, Op. Cit., hlm. 70
24
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1298-1302
25
A. A. Sitompul dan U. Beyer, Op. Cit., hlm. 238.
26
John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hlm. 99-
100.

6
1. Perbandingan Sinoptik

Perbandingan sinoptik dimaksudkan membandingkan nats yang dikaji (Matius

24:45-51), atau memiliki hubungan paralel dengan nats yang terdapat dalam Kitab

Injil lainnya. Perbandingan atau hubungan paralel tersebut dapat dilihat pada konteks

teks Matius 24:45-51 dengan Lukas 12:41-48. Penulis akan membatasi pada

kesamaan dan perbedaan Injil Matius dan Lukas dengan memakai terjemahan LAI-

TB.

Perbandingan Matius 24:45-51 dan Lukas 12:41-48 sebagai berikut:

Ayat Matius 24:45-51 Ayat Lukas 12:41-48

45 "Siapakah hamba yang setia dan 41 Kata Petrus: ”Tuhan, kamikah

bijaksana, yang diangkat oleh tuannya yang Engkau maksudkan dengan

atas orang-orangnya untuk perumpamaan itu atau juga semua

memberikan mereka makanan pada orang?”

waktunya? 42 Jawab Tuhan: ”Jadi, siapakah

pengurus rumah yang setia dan

bijaksana yang akan diangkat oleh

tuannya menjadi kepala atas

semua hambanya untuk

memberikan makanan kepada

mereka pada waktunya?

Pada perbandingan di atas, terdapat perbedaan : Matius 24:45 nampaknya ayat 45

melanjutkan perumpamaan sebelumnya sehingga langsung mempertanyakan hamba yang

setia dan bijaksana yang akan diangkat tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan

mereka makanan pada waktunya. Sedangkan Lukas 12: 41 dan 42 menyambung dari ayat-

ayat sebelumnya yang masih menjadi bagian dari satu perikop, di mana Petrus

7
mempertanyakan maksud perumpamaan itu ditujukan pada mereka sebagai murid-murid

ataukah ditujukan kepada semua orang. Hal ini membuat Yesus menjawab Petrus dengan

mempertanyakan “siapakah hamba yang setia dan bijaksana yang akan diangkat tuannya

untuk memberikan makanan pada waktunya”. Berdasarkan perbedaan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa jawaban Yesus ditujukan pada hamba yang setia dan bijaksana yang akan

diangkat untuk mengurus orang-orang-Nya.

46 Berbahagialah hamba, yang didapati 43 Berbahagialah hamba yang

tuannya melakukan tugasnya itu, didapati tuannya melakukan

ketika tuannya itu datang. tugasnya itu, ketika tuannya itu

datang.

Pada perbandingan di atas, yaitu Matius 24: 46 dan Lukas 12:43, terdapat kesamaan.

47 Aku berkata kepadamu: 44 Sesungguhnya Aku berkata

Sesungguhnya tuannya itu akan kepadamu: Tuannya itu akan

mengangkat dia menjadi pengawas mengangkat dia menjadi

segala miliknya. pengawas segala miliknya.

Pada kesejajaran perbandingan di atas, terdapat perbedaan yaitu: Matius 24:47

memakai kalimat Aku berkata kepadamu: sesungguhnya, sedangkan Lukas 12: 44 memakai

kalimat sesungguhnya Aku berkata kepadamu. Perbedaan ini tidak begitu mencolok karena

tidak mempengaruhi maknanya.

48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat 45 Akan tetapi, jikalau hamba itu

dan berkata di dalam hatinya: jahat dan berkata di dalam

49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia hatinya, ’Tuanku tidak datang-

mulai memukul hamba-hamba lain, datang,’ lalu ia mulai memukul

dan makan minum bersama-sama hamba-hamba laki-laki dan

pemabuk-pemabuk, hamba-hamba perempuan, dan

8
makan minum dan mabuk,

Pada perbandingan di atas, terdapat perbedaan, Matius 24: 48-49 memakai apabila,

hamba-hamba lain dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk sedangkan Lukas

12: 45 memakai kalimat jikalau, hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan serta

hanya memakai kalimat makan minum dan mabuk. Berdasarkan perbandingan di atas maka

tidak terdapat perbedaan yang menonjol dari kedua Injil Sinoptik tersebut.

50 maka tuan hamba itu akan datang pada 46 Maka tuan hamba itu akan datang

hari yang tidak disangkakannya, dan pada hari yang tidak disangkanya,

pada saat yang tidak diketahuinya, dan pada saat yang tidak

51 dan akan membunuh dia dan membuat diketahuinya, dan akan

dia senasib dengan orang-orang memenggalnya dan membuatnya

munafik. Di sanalah akan terdapat senasib dengan orang-orang yang

ratapan dan kertakan gigi.” tidak setia.

Pada perbandingan di atas terdapat perbedaan pada Matius 24: 50-5I yaitu memakai

kalimat membunuh dan senasib dengan orang-orang munafik lalu ditambah lagi dengan di

sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi. Sedangkan Lukas 12:46 memakai kalimat

memenggal dan hanya memakai kalimat senasib dengan orang-orang tidak setia.

Berdasarkan perbedaan di atas, maka Matius lebih lengkap dari Lukas sebab ditambah

dengan kalimat “ratapan dan kertak gigi” yang tidak terdapat pada Lukas.

47 Tetapi siapa saja yang tidak tahu

akan kehendak tuannya dan

melakukan apa yang harus

mendatangkan pukulan, ia akan

menerima sedikit pukulan. Setiap

orang yang kepadanya banyak

9
48 diberi, akan banyak dituntut dari

dirinya, dan kepada siapa yang

banyak dipercayakan, akan lebih

banyak lagi dituntut dari dirinya.”

Pada paparan di atas yaitu Lukas 12: 47-48, tidak terdapat pada Matius, sehingga

kemungkinan besar Lukas menambahkan kalimat-kalimat tertentu atau ayat-ayat tertentu

dengan maksud untuk lebih memperjelas teks aslinya. Dengan demikian, kedua Injil Sinoptik

mempunyai perbandingan yang hampir sama, tetapi dengan cara yang berbeda-beda sesuai

dengan ciri khasnya masing-masing. Pengambilalihan cerita ini, baik perbedaan maupun

kesamaan serta tambahan-tambahan dari kedua Injil merupakan ciri khas dari masing-masing

penulis injil dalam menulis injilnya.

2. Kritik Sumber

Matius menggunakan beberapa sumber, untuk menyusun Injilnya. Ia menggunakan

“Q”,27 serta sumber yang hanya muncul dalam Injil Matius (sumber “M”). 28 Hal ini

didukung oleh bahan yang tidak diambil dari Q dan dari Markus tetapi bahan tradisi yang

hanya ditemui dalam Matius. Bahan yang hanya ada pada Matius tidak dapat dipastikan

asalnya dari mana, bisa saja diterima melalui tradisi lisan.29 Dengan ketidakpastian ini

maka lebih tepat memakai istilah bahan “M”. 30

Di samping itu sumber Matius melakukan penggabungan Markus, Q, 31 M dan yang

disebut oleh Streeter sebagai “Tradisi Antiokhia”.32 Dengan demikian, maka berdasarkan

anggapan bahwa Injil Markus adalah Injil pertama yang ditulis dan digunakan secara

27
Di Jerman, Yulius Welhousen menyebutnya Q, huruf awal dari “Quelle” artinya “sumber” bahan Q ini, biasa
disebut juga sebagai kumpulan ucapan-ucapan Yesus dalam bahasa Aram, (F.F, Bruce, Dokumen-dokumen
Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hlm, 34.
28
B. F. Drewes, Op. Cit., hlm 31.
29
Ibid., hlm. 31
30
B. F. Drewes, Op. Cit., hlm 31.
31
Q adalah huruf pertama dari kata bahasa Jerman Quelle yang berarti “sumber”. W. R. F. Browning, Kamus
Alkitab; A Dictionary of the Bible, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015, hlm. 373.
32
Sumber Markus ditulis pada tahun 66 M di Roma. A.A.A. Sitompul & Ulrich Beyer, Op. Cit., hlm 254.

10
terpisah oleh mereka yang menyusun Injil Matius dan Injil Lukas, maka Injil Matius

dikatakan sebagai hasil penyuntingan Injil Markus, “Q” dan “M”.33

Teks yang menjadi inti dari kajian ini, yaitu: Matius 24:45-51 memilki kesamaan

dengan Lukas 12: 41-48, maka teks tersebut diambil dari sumber “Q”, karena teks tersebut

tidak terdapat pada Injil Markus. Dalam cerita kedua injil tersebut, Lukas dengan jelas, lebih

lengkap daripada cerita Matius. Kemungkinan Lukas memakai sumber Q dan diperluas

ceritanya, Sedangkan Matius mungkin tidak begitu memperluas ceritanya dari sumber Q.

Lantas nats yang dikaji, bukan saja berasal dari “Q” tetapi sumber “M” yaitu materi

khusus dalam Injil Matius sendiri. Oleh karena Matius dan Lukas menghadirkan berita

yang sama tetapi dengan tujuan yang berbeda-beda dan memilki kebebasan masing-

masing untuk menulis Injilnya.

3. Jenis Sastra

Jenis sastra bukan sekadar mempelajari sumber-sumber atau lapisan-lapisan teks

saja tetapi juga menyangkut susunan, gaya bahasa, struktur, nada, kosakata, gagasan,

kaitan teologi dan kekhususan atau ciri-ciri teks dan konteks pendengar atau pembacanya.

Jenis sastra disebut sebagai genre suatu kitab atau bagian dari bentuknya. Penulis

menemukan bahwa Matius 24:45-51 merupakan jenis sastra kecil (sub-genre), yakni

tentang perumpamaan (Parabola).34 Perumpamaan dalam istilah Ibrani disebut “Masyal”

yang berarti amsal, kiasan perbandingan, perumpamaan, teka-teki dan sebagainya.

perumpamaan yang dimaksud bukan sekedar perumpamaan, tetapi justru terkandung

khotbah nubuat Yesus yang termasuk dalam perumpamaan35 . Hal ini didukung oleh

khotbah nubuat Yesus di bukit Zaitun,36 di mana penulis Matius sepenuhnya membahas

33
Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 42.
34
A. A. Sitompul & Ulrich Beyer, Op. Cit., hlm. 227.
35
Grant R. Osborne, Spriral Hermeneutika, Surabaya: Momentum, 2012, hlm. 348.
36
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab Matius sampai dengan Kisah Para Rasul, Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2012, hlm 111.

11
peristiwa yang masih akan datang, yang dinubuatkan lewat perumpamaan.37 Mengingat

akan latar belakang perumpamaan mengenai nubuat sangat penting, sehingga Yesus

memperhatikan pengembangan bentuk perumpamaan dengan mengajarkan hikmat

eskatologis dengan tujuan mempersiapkan warga-warga kerajaan sorga.38 Dengan

demikian maka teks yang hendak dikaji, termasuk perumpamaan yang dipakai Yesus

untuk menubuatkan kedatangan-Nya yang kedua.

4. Bidang Kehidupan (Sitz Im Leben)

Bidang kehidupan hendak menunjukkan pada keadaan hidup (life setting), pada

zaman ketika berbagai ungkapan tertentu dihasilkan dan dipakai.39 Keadaan jemaat Matius

terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi. Mereka mengalami

penganiayaan dan ketidakadilan dari para penguasa sehingga mengakibatkan banyak orang

menderita. Keadaan mereka semakin berat karena terbagi pembagian status yang

menambah penderitaan, khususnya bagi mereka yang terkecil. Semua ini terjadi pada

kekaisaran Romawi, di mana para penguasa dengan kekuasaan dan kedudukan mereka

menjalankan tugasnnya dengan kehendak mereka masing-masing. Jemaat Matius ini,

begitu tertekan sebab bukan saja berlaku dalam bidang politik, tetapi juga bidang

keagamaan. Hal itu disebabkan oleh ketidakpercayaan para ahli Yahudi terhadap

kedatangan Mesias sebagai hamba bukan sebagai raja. Hal ini membuat kondisi jemaat

Matius mengalami tekanan,40 sebab mereka mencoba menyakinkan bahwa Yesus adalah

Mesias yang datang sebagai hamba bukan sebagai raja. Dengan keadaan jemaat yang

seperti ini, penulis Matius memperhatikan secara khusus perkataan dan ajaran Yesus untuk

37
Charles F Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary, Bandung: Gandum Mas, 2008,
hlm. 105.
38
Grant R. Osborne, Op. Cit., hlm. 348.
39
John Hayes dari Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hlm. 99-
100.
40
Groenen, hlm. 89.

12
membuat jemaat Matius tetap setia menanti kedatangan Yesus yang kedua.41 Salah satu

perumpamaan dalam bentuk pengajaran Yesus adalah khotbah nubuat yang termasuk

dalam perumpamaan mengenai hamba yang setia dan hamba yang jahat, yang termasuk

dalam teks yang hendak dikaji (Mat. 24:45-51).42

Khotbah nubuat yang terkandung dalam perumpamaan ini, diberikan atau

ditujukan kepada murid-murid-Nya, menjelang penderitaan-Nya hingga meninggalkan

murid-murid-Nya yakni naik ke sorga.43 Dengan demikian sebelum hal itu terjadi, Yesus

menubuatkan kepada murid-murid-Nya lewat perumpamaan mengenai peristiwa-peristiwa

yang akan terjadi (psl 24 dan 25).44 Perumpamaan ini terjadi mulai dari perjalanan Yesus

yang terakhir yaitu menuju Yerusalem, di manaYesus mengakhiri pekerjaan pelayanan-

Nya di Yerusalem menjelang penderitaan-Nya. Hal ini bukanlah sekedar pekerjaan

pelayanan yang biasa-biasa saja, melainkan pekerjaan pelayanan yang penuh dengan

hambatan dan rintangan. Mulai dari pertentangan Yesus dengan pemimpin-pemimpin

Yahudi (Mat. 21:23-27), hingga Yesus menarik diri dari kehidupan umum Yahudi, dan

pergi ke seberang Bukit Zaitun (Mat 24:3). Nubuat Yesus yang di sampaikan melalui

perumpamaan ini menggambarkan bahwa kedatangan Yesus pada akhir zaman tidak

diketahui oleh siapapun kecuali Bapa (Mat. 24:36). Dengan demikian maka kesiapan

untuk menanti masa kedatangan-Nya itu sangatlah penting. Kesiapan bukanlah

menghitung dan menduga hari kedatangan itu namun kesiapan adalah dengan setia

memikul tanggung jawab dengan setia dalam menanti kedatangan-Nya kembali .

Kesetiaan akan tugas tanggung jawab itu ditujukan langsung pada para murid Tuhan

Yesus, yang akan melanjutkan pemberitaan Injil. Lewat perumpamaan ini, Yesus

mengharapkan agar para pengikut Yesus khususnya para murid harus setia akan tugas

41
Bnd, F.F. Bruce, Ucapan-Ucapan Yesus Yang Sulit, Malang: SAAT, 2001, hlm. 240.
42
J. Sidlow Baxter, Op. Cit., hlm 111.
43
B. F. Drewes, Op. Cit., hlm. 70.
44
J. Sidlow Baxter, Op. Cit., hlm. 112-113.

13
pelayannya, sesuai dengan pola hidup Yesus yang setia kepada Bapa-Nya, untuk melayani

umat-Nya. Di samping itu perumpamaan ini adalah peringatan untuk para pengikut-Nya,

bahkan lebih khusus lagi untuk para hamba Tuhan agar setia memikul tanggung jawab

pelayanan dari awal hingga mendapati dalam keadaan setia.45 Sedangkan bagi mereka

yang diberi tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan atau memikul suatu jabatan harus

dengan setia melakukan pekerjaan itu dan tidak salah memakai jabatan untuk menindas

orang lain, sebab bagi mereka yang tidak setia melakukan tanggung jawab akan terkena

tindakan hukuman Allah karena didapati dalam keadaan ketidaksetiaan. 46

3. Kritik Teks

Dalam kerangka tafsir, diperlukan naskah Yunani asli untuk menafsirkan teks

Perjanjian Baru.

1. Naskah GNT (Greak New Testament) Injil Matius 24:45-51

45 Ti,j a;ra evsti.n o` pisto.j dou/loj kai. fro,nimoj

o]n kate,sthsen o` ku,rioj evpi. th/j oivketei,aj

auvtou/ tou/ dou/nai auvtoi/j th.n trofh.n evn

kairw/|È

46 maka,rioj o` dou/loj evkei/noj o]n evlqw.n o`

ku,rioj auvtou/ eu`rh,sei ou[twj poiou/nta\

47 avmh.n le,gw u`mi/n o[ti evpi. pa/sin toi/j

u`pa,rcousin auvtou/ katasth,sei auvto,nÅ

48 eva.n de. ei;ph| o` kako.j dou/loj evkei/noj evn

th/| kardi,a| auvtou/( Croni,zei mou o` ku,rioj(

49 kai. a;rxhtai tu,ptein tou.j sundou,louj auvtou/(

evsqi,h| de. kai. pi,nh| meta. tw/n mequo,ntwn(

45
Ibid., hlm. 109.
46
Ulrich Beyer, Garis-Garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982, 25.

14
50 h[xei o` ku,rioj tou/ dou,lou evkei,nou evn h`me,ra|

h-| ouv prosdoka/| kai. evn w[ra| h-| ouv ginw,skei(

51 kai. dicotomh,sei auvto.n kai. to. me,roj auvtou/

meta. tw/n u`pokritw/n qh,sei\ evkei/ e;stai o`

klauqmo.j kai. o` brugmo.j tw/n ovdo,ntwnÅ

2. Tekstus Aparatus

Dalam teks yang dikaji ini, tidak ditemukan kritik apparatus, karena itu

penulis tidak menyinggung soal kritikus apparatus dalam penulisan ini.

3. Kritik Terjemahan

Penulis pada bagian ini berupaya untuk menerjemahkan secara baik dengan

menggunakan The Analytical Lexicon To The Greek New Testament, 47Kamus

Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru,48 Buku Panduan Bahasa Yunani

Koine,49 Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris.50 Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Pedoman Penafsiran Alkitab,Theological Dictionary of the New

Testament (TDNT).51 Dalam membantu penafsirannya, maka penulis berupaya

menerjemahkan Injil Matius 24:45-51 dengan menggunakan Teks Yunani (GNT),

New International Version (NIV), New Revised Standart Version (NRSV), 52dan

LAI-TB.

Ayat 45

GNT Ti,j a;ra evsti.n o` pisto.j dou/loj kai.

47
W. D. Mounce, The Analytical Lexicon To The Greek New Testament, Michigan: Grand Rapids, 1993.
48
B. M. Newman, Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru (terj. J. Miller G. Van Klinken), Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2012.
49
J. W. Wenham (terj. Lynne Newell), Bahasa Yunani Koine, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997.
50
Ar. Adi Candra & Pius Abdillah, Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, Surabaya: Arkola, 2000.
51
Theological Dictionary of the New Testament, (editor) Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, Microsoft:
HTML, 2011.
52
New Revised Standart Version, The Holy Bible, Toronto: WM. Collins & Co. Ltd, 1989.

15
fro,nimoj o]n kate,sthsen o` ku,rioj evpi.

th/j oivketei,aj auvtou/ tou/ dou/nai

auvtoi/j th.n trofh.n evn kairw/|È

NIV "Who then is the faithful and wise servant, whom the master has

put in charge of the servants in his household to give them their

food at the proper time?

NRSV "Who then is the faithful and wise slave, whom his master has

put in charge of his household, to give the other slaves their

allowance of food at the proper time?

LAI-TB "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh

tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka

makanan pada waktunya?

Terjemahan Penulis Siapakah dia hamba yang setia dan bijaksana, yang ditetapkan

tuannya atas hamba-hamba didalam rumahnya untuk

memberikan mereka makanan pada waktunya?

Penulis melihat beberapa perbedaan pada ayat 45 yaitu: pertama, kata “hamba” yakni

(dou/loj), diterjemahkan oleh LAI-TB dengan “hamba”, NIV memakai servant (pelayan)

sedangkan NRSV memakai slave (hamba atau budak). Berdasarkan hasil terjemahan penulis

dari GNT, penulis lebih setuju menggunakan kata “hamba” karena mempunyai arti yang

lebih tepat sesuai dengan teks Yunaninya (dou/loj). Kata “hamba” lebih mengandung

makna mengabdi, sedangkan kata “pelayan” dalam teks Yunani adalah diakonoj53 artinya

alat.54

53
J. W. Wenham (terj. Lynne Newell), Bahasa Yunani Koine, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997,
hlm. 10.
54
Arti kata hamba dan pelayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

16
Kedua, terdapat perbedaan pada terjemahan kalimat kate,sthsen o` ku,rioj

evpi. th/j oivketei,aj, NIV dan NRSV memakai master has put in charge of the

servants in his household (tuannya menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya

atas rumah tangganya ), sedangkan LAI-TB memakai (diangkat oleh tuannya atas orang-

orangnya). Penulis lebih setuju dengan LAI-TB karena LAI-TB mendekati teks aslinya

(GNT), yaitu kata “diangkat oleh tuannya”. Kata kate,sthsen (ditetapkan) berasal dari

kate,sthsa aorist dari kaqi,sthmi artinya menjadikan tetap atau mengambil

keputusan.55 Di samping itu dapat berarti “yang diberi tanggung jawab oleh majikannya”.

Kata kerja Yunaninya berbentuk aktif yang secara harafiah berarti “yang tuannya tetapkan

atas orang-orangnya.56

Ketiga, kata oivketei,aj diterjemahkan NIV dan NRSV memakai household

(rumah tangga), sedangkan LAI TB memakai kata “orang-orangnya”. Penulis lebih setuju

dengan NIV dan NRSV karena mendekati teks aslinya (GNT), yaitu sama-sama

menggunakan kata “rumah”. Kata oivketei,aj berasal dari kata dasar οἰκέω dan οἰκία

yang berarti rumah “rumah milik tuannya”,57 atau hamba-hamba yang tinggal dalam

rumahnya.58

Dengan demikian maka berdasarkan arti perkata maka penulis menyimpulkan di

antara NIV, GNT, NRSV dan LAI-TB sama-sama mempunyai maksud dan tujuan yang

sama hanya cara penyampaiannya berbeda-beda. Dengan memakai terjemahan: “Siapakah

hamba yang setia dan bijaksana, yang ditetapkan tuannya atas hamba-hamba didalam

rumahnya untuk memberikan makanan pada waktunya?”.

Ayat 46

55
kata “di tetapkan” berarti menjadi tetap atau mengambil keputusan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
56
Kata “kate,sthsen” berbentuk aorist active indikatif 3 singular dari kata dasar katevsthsa secara
harfiah berarti menetapkan sebagai pimpinan , (Barclay M. Newman JR, Op. Cit., hlm. 90).
57
Theological Dictionary of the New Testament, kata oivketei,aj (Program Komputer).
58
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm.770

17
GNT maka,rioj o` dou/loj evkei/noj o]n evlqw.n
o` ku,rioj auvtou/ eu`rh,sei

ou[twj poiou/nta\
NIV It will be good for that servant whose master finds him doing so

when he returns.

NRSV Blessed is that slave whom his master will find at work when he

arrives.
LAI-TB Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan

tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Terjemahan Penulis Berbahagialah hamba yang didapati tuanya, melakukan tugasnya

dengan kreatif, ketika tuannya datang.

Pada ayat 46 terdapat beberapa perbedaan Pertama, kata maka,rioj, diterjemahkan

NIV kata good (baik), NRSV memakai blessed (diberkati) sedangkan LAI-TB dengan

memakai kata “berbahagialah”. Semuanya mempunyai maksud yang sama, hanya cara

penyampaiannya berbeda-beda. Karena itu terjemahan yang paling tepat adalah LAI-TB yang

sesuai dengan kata Yunaninya (GNT) adalah kata berbahagia (maka,rioj). Kata

berbahagia ini menunjukan keadaan atau perasaan senang. 59

Kedua, kata evlqw.n berasal dari evlqein dari ercomai yang berarti

“datang”, NIV memakai kata returns “kembali”, NRSV memakai arrives “tiba”, sedangkan

LAI-TB memakai kata “datang”. Penulis lebih setuju dengan LAI-TB karena sama dengan

teks aslinya (GNT) yaitu kata evlqw.n,60 yang berasal dari kata dasar elqeiv yang

berarti (datang). Kata evlqw.n dari bentuk aorist. participle menunjukan pada waktu

kedatangannya kembali.61

Ketiga, kata eu`rh,sei dari kata eu`riskw “mendapati”, diterjemahkan NIV

dan NRSV dengan kata find (menemukan) sedangkan LAI-TB memakai kata “mendapati”.

59
Ibid., hlm. 770.
60
Kata “evlqw.n” berbentuk aorist active participle genitif singular feminin, (W. D. Mounce).
61
B.F.Drewes dkk, Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, hlm. 81.

18
Dengan demikian maka penulis setuju dengan semua terjemahan karena sama maknanya

dengan teks aslinya. Kata mendapati berasal dari kata imperfek dari bentuk future active

indikatif 3 singular yang dapat berarti menjumpai atau tertangkap dalam keadaannya. Pada

bagian yang lain, terdapat perbedaan pada kata ou[twj (demikian), NIV dan NRSV

memakai kata when (bilamana), sedangkan LAI-TB memakai (ketika). Kata yang mendekati

teks asli adalah kata “ketika” yang menunjuk pada (keterangan waktu atau saat), sehingga

kata yang lebih tepat adalah ketika. 62

Keempat, kata poiou/nta berasal dari kata dasar poiew yang berarti

“membuat”,63 tetapi kata poiou/nta sendiri berarti “kreatif” 64 NIV memakai kata doing

(sedang melakukan), NRSV memakai work (bekerja), sedangkan LAI-TB memakai kata

“tugas”. Semua terjemahan di atas saling berkaitan karena menunjuk pada bentuk kata kerja.

Penulis lebih setuju memakai kata “melakukan tugas dengan kreatif”. Kata melakukan tugas

sama artinya dengan perbuatan yang menunjuk pada tindakan yang sedang dijalankan atau

tugas yang sedang dikembangkan. Dalam arti bahwa melakukan tugas dengan kreatif. Kata

kreatif memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan, sedangkan kata

pekerjaan memang mempunyai arti yang sama hanya kurang cocok dalam

menghubungkannya dengan terjemahan ini, sebab kata pekerjaan lebih mengacu pada jenis

pekerjaan.65

Dengan demikian maka penulis memakai terjemahan “berbahagialah hamba yang

didapati tuannya, melakukan tugasnya dengan kreatif, ketika tuannya datang”

Ayat 47

GNT avmh.n le,gw u`mi/n o[ti evpi. pa/sin toi/j

62
Arti kata “ketika”, yang menunjuk pada keterangan waktu atau saat, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
63
Barcklay M, Newman dan Philip, Op, Cit., hlm. 136.
64
Theological Dictionary of the New Testament, kata poiou/nta (Program Komputer).
65
Arti Kata “kreatif dan pekerjaan”, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

19
u`pa,rcousin auvtou/ katasth,sei auvto,Nå

NIV I tell you the truth, he will put him in charge of all his

possessions.

NRSV Truly I tell you, he will put that one in charge of all his ,//.

possessions.
LAI-TB Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan

mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.

Terjemahan Penulis Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: bahwa tuanya akan

menetapkan dia atas segala milik kepunyaannya.

Pada ayat 47, terdapat beberapa perbedaan. Pertama, kalimat avmh.n le,gw

u`mi/n, diterjemahkan NIV dengan kalimat I tell you the truth (Aku berkata kepadamu),

NRSV memakai kalimat truly I tell you (sungguh aku berkata kepadamu), sedangkan LAI-TB

memakai “Aku berkata kepadamu”. Kalimat yang mendekati GNT adalah NRSV yaitu truly I

tell you (sungguh aku berkata kepadamu). Penulis lebih setuju dengan NRSV yang hampir

sama dengan GNT. Dengan demikian maka kata yang tepat adalah “sesungguhnya Aku

berkata kepadamu”, sebab perkataan ini lebih tepat untuk digunakan dan menunjuk pada

perkataan yang tidak main-main, yang pasti akan terjadi. Kata avmh.n adalah kata yang

pasti atau valid (syah) kata ini biasa dipakai diakhir dari doa, sedangkan le,gw adalah kata

(kata-kata), jika dicermati lebih mendalam maka bisa berarti λόγος (sabda atau firman

Allah).66

Kedua, kata katasth,sei dari kata dasar katasth,sw yang berarti

(menetapkan), diterjemahkan NRSV dan NIV dengan kata put (menempatkan), sedangkan

LAI-TB memakai kata “mengangkat”. Dengan demikian maka terjemahan yang mendekati

teks aslinya adalah NIV dan NRSV. Kata menetapkan dalam arti menjadikan tetap atau

keputusan meneguhkan.

66
Theological Dictionary of the New Testament, pengertian kata avmh.n dan le,gw (Program Komputer).

20
Ketiga, kata evpi pa/sin toi/j u`pa,rcousin auvtou (atas segala

milik kepunyaannya), NIV dan NRSV memakai kata Charge of all his possessions (tanggung

jawab atas semua miliknya ), LAI-TB memakai kalimat “pengawas segala miliknya”. Dengan

demikian, maka penulis memakai GNT dengan terjemahan “Sesungguhnya Aku berkata

kepadamu: bahwa tuanya akan menetapkan dia atas segala milik kepunyaannya”

Ayat 48

GNT eva.n de. ei;ph| o` kako.j dou/loj evkei/noj

evn th/| kardi,a| auvtou/( Croni,zei mou o`

ku,rioj(

NIV But suppose that servant is wicked and says to himself, 'My

master is staying away a long time,'


NRSV But if that wicked slave says to himself, 'My master is delayed,'

LAI-TB Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:

Terjemahan Penulis Jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: tuanku

menunda kedatangannya

Pada ayat 48 terdapat beberapa perbedaan Pertama, kata eva.n (jikalau),

diterjemahkan NIV dan NRSV dengan kata but (tetapi), LAI-TB memakai kata “akan tetapi”.

Penulis memakai terjemahan dari kata “jikalau” adalah kata penghubung untuk menandai

syarat atau janji.67 Kedua, kalimat “ei;ph evn th/| kardi,a” (berkata di dalam

hatinya). Kata ei;ph berasal dari kata ei;pon dari legw.... NIV dan NRSV memakai

kalimat “ says to himself” (berkata pada dirinya sendiri), sedangkan LAI-TB memakai “

berkata di dalam hatinya”. Dengan demikian maka terjemahan yang sama dengan teks

Yunani adalah terjemahan LAI-TB. Kata hati adalah pusat perasaan manusia dan tempat

penyimpanan pengertian, selain itu merupakan sifat (tabiat) batin manusia.68

67
Kata “jikalau”, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
68
Kata “hati”, Kamus Besar Indonesia (KBBI).

21
Ketiga, kata “Croni,zei” (menunda atau lama tidak datang), NIV memakai 'My

master is staying away a long time' (tuanku tinggal lama), NRSV memakai 'My master is

delayed' (tuanku terlambat), sedangkan LAI-TB menempatkan kata demikian di ayat 49.

Dengan demikian maka NIV mendekati GNT. Kata menunda adalah mengulur-ulur waktu

atau datang lain waktu, sedangkan kata terlambat adalah lewat dari waktu yang ditentukan.69

Berdasarkan terjemahan di atas maka penulis memakai terjemahan “ Jikalau hamba itu jahat

dan berkata di dalam hatinya: tuanku menunda kedatangannya”

Ayat 49

GNT kai. a;rxhtai tu,ptein tou.j sundou,louj

auvtou/( evsqi,h| de. kai. pi,nh| meta. tw/n

mequo,ntwn(

NIV and he then begins to beat his fellow servants and to eat and drink

with drunkardqs.

NRSV and he begins to beat his fellow slaves, and eats and drinks with

drunkards,
LAI-TB Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-

hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,

Terjemahan Penulis Dan dia mulai memukul sesama hambanya dan makan dan

minum dengan pemabuk-pemabuk.

Pada ayat 49 ini, LAI-TB memakai kalimat “tuanku tidak datang-datang”, kalimat ini

kelanjutan dari ayat 48 dengan kata “Croni,zei”. Kata ini tidak terdapat pada NIV,

NRSV, dan GNT. Kata yang digunakan LAI-TB ini sesungguhnya salah penempatan sebab

kata tersebut tidak terdapat pada teks aslinya sehingga penulis tidak setuju memakai kata

demikian. Meskipun demikian namun tidak mengurangi makna dan tujuannya. Pada

terjemahan lain ada perbedaan pada NIV dan NRSV memakai kai (dan), sedangkan LAI-

69
Kata “menunda” Kamus Besar Indonesia (KBBI).

22
TB memakai kata “Lalu”. Terjemahan yang tepat adalah NIV dan NRSV karena sesuai

dengan GNT. Kata kai dapat dipahami sebagai kata penghubung dengan ayat sebelumnya.

Pada terjemahan lain, terdapat perbedaan kata a;rxhtai dari kata dasar arch

(permulaan) sedangkan NIV NRSV memakai begins (mulai/ mulanya) sedangkan LAI-TB

memakai “mulai”. Dengan demikian penulis setuju dengan semua terjemahan karena

mendekati teks aslinya (GNT). Kata permulaan berasal dari kata dasar mula yang berarti asal

mula atau awal.70 Selanjutnya pada terjemahan berikut terdapat perbedaan pada terjemahan

kata sundou,louj,71 NIV dan NRSV memakai fellow (teman sekerja) sedangkan LAI-TB

memakai “hamba-hamba lain”. Dengan demikian penulis setuju dengan semua terjemahan

karena mendekati GNT. Dengan memakai kata “sesama hamba” artinya, pelayan-pelayan lain

yang menjadi rekan kerjanya atau pelayan-pelayan lain dalam rumah itu.72

Pada perbedaan yang lain terdapat pada kalimat memakai meta. tw/n

mequo,ntwn( (dengan pemabuk-pemabuk), NIV dan NRSV memakai “with drunkards”

(dengan pemabuk-pemabuk), sedangkan LAI-TB memakai “bersama-sama pemabuk-

pemabuk”. Dengan demikian maka semua terjemahan sama artinya dengan GNT. Dengan

memakai kata “ dengan pemabuk-pemabuk”. Dalam arti bahwa hamba yang jahat itu suka

dengan orang yang biasa mabuk.73

Dengan demikian maka terjemahan pada ayat ini adalah “Dan dia mulai

memukul sesama hambanya dan makan dan minum dengan pemabuk-pemabuk”

Ayat 50

GNT h[xei o` ku,rioj tou/ dou,lou evkei,nou evn

h`me,ra| h-| ouv prosdoka/| kai. evn w[ra|

70
Kata permulaan berasal dari kata dasar mula yang berarti asal mula atau awal, Kamus Besar Indonesia
(KBBI).
71
B. M. Newman, Op. Cit, hlm. 163
72
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm. 771
73
Kata :pemabuk” Kamus Besar Indonesia (KBBI).

23
h-| ouv ginw,skei(

NIV The master of that servant will come on a day when he does not

expect him and at an hour he is not aware of.

NRSV The master of that slave will come on a day when he does not

expect him and at an hour that he does not know.

LAI-TB maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak

disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,

Terjemahan Penulis Dan tuannya itu akan datang di hari yang tidak dinantikannya dan

di saat yang tidak dia diketahuinya.

Pada ayat 50 terdapat perbedaan terjemahan kata h[xei, dari kata h[kw artinya

(datang atau tiba), sedangkan NIV, NRSV dan LAI-TB memakai will come (akan datang).

Semua terjemahan mendekati teks aslinya. Kata “akan datang” menunjuk pada sesuatu yang

hendak terjadi.74

Ada perbedaan lain terdapat pada terjemahan kata ou, prosdoka (tidak menanti-

nantikan), LAI-TB memakai kata “tidak disangkakannya”, lantas NIV dan NRSV memakai

kata not expect (tidak disangkakannya atau diharapkannya”. Dengan demikian penulis

memakai GNT. Kata ou, prosdoka (tidak menanti-nantikan) sama dengan tidak

menunggu atau berjaga dalam keadaannya akan kedatangan tuannya.75

Pada perbedaaan lain terdapat pada kalimat evn w[ra| h-| ouv

ginw,skei( (di saat yang tidak diketahuinya), NIV memakai at an hour he is not aware of

(Pada jam yang dia tidak akan tahu), NRSV memakai at an hour that he does not know

(Pada jam yang tidak dia tahu kerjakan), sedangkan LAI-TB memakai kata (pada saat yang

tidak diketahuinya). Dengan demikian, maka LAI-TB yang lebih tepat untuk dipakai karena

74
Kata “datang atau tiba” artinya tiba di tempat yang dituju atau muncul dengan tiba-tiba, Kamus Besar
Indonesia (KBBI).
75
Kata “menanti-nantikan”artinya menunggu atau berjaga dalam keadaannya akan kedatangan tuannya, Kamus
Besar Indonesia (KBBI).

24
sesuai dengan GNT. Kata tidak diketahui dapat berarti tidak dapat dideteksi atau tidak dapat

dikenali dan tidak disadari.76 Berdasarkan terjemahan di atas maka penulis memakai

terjemahan, “dan tuannya itu datang di hari yang tidak dinantikannya dan di saat yang tidak

dia ketahui”.

Ayat 51

GNT kai. dicotomh,sei auvto.n kai. to. me,roj

auvtou/ meta. tw/n u`pokritw/n qh,sei\

evkei/ e;stai o` klauqmo.j kai. o` brugmo.j

tw/n ovdo,ntwnÅ

NIV He will cut him to pieces and assign him a place with the

hypocrites, where there will be weeping and gnashing of teeth

NRSV He will cut him in pieces and put him with the hypocrites, where

there will be weeping and gnashing of teeth.

LAI-TB dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-
orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan
gigi."
Terjemahan Penulis Dan memotong-motong dia dan menempatkan dia menjadi bagian

dari orang-orang munafik di situlah terdapat ratapan dan kertak

gigi

Pada ayat 51 terdapat perbedaan pada terjemahan kata dicotomh,sei “memotong-

motong atau memenggal”, LAI-TB memakai akan membunuh,sedangkan NIV dan NRSV

memakai cut him to pieces (memotong-motongnya jadi beberapa bagian). Penulis setuju

dengan terjemahan NIV dan NRSV karena sama dengan GNT. Kata memotong atau

memenggal dalam arti harfiah “dibelah menjadi dua”.77 Pada terjemahan lain, terdapat

perbedaan pada terjemahan kata evkei/ “disitu”, NIV dan NRSV memakai kata where

76
Theological Dictionary of the New Testament, pengertian kata ouv ginw,skei (Program Komputer).
77
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Op. Cit., hlm. 110.

25
there “dimana disana”, sedangkan LAI-TB memakai “disanalah”. Penulis setuju dengan

semua terjemahan karena sama artinnya dengan GNT. Kata evkei/ “disitu” merupakan

penunjuk yang menyatakan tempat. Pada perbedaan yang lain terdapat pada terjemahan kata

qh,sei dari kata qh,sw fut dari tivqhmi yang berarti (meletakkan atau menempatkan),

NIV memakai assign (menugaskan), NRSV memakai put (menempatkan), sedangkan LAI-

TB memakai kata “senasib”. Dengan demikian penulis setuju dengan terjemahan NRSV

karena mendekati teks aslinya. Dengan memakai kata qh,sw (meletakkan atau

menempatkan) dapat berarti memberikan tempat atau menentukan tempat.78

Pada bagian yang lain, terdapat pada terjemahan kata “me,roj” (bagian), NIV

memakai place (tempat), LAI-TB memakai “senasib”, lantas NRSV memakai kata with

(dengan). Dengan demikian maka penulis memakai teks aslinya dibanding dengan

terjemahan yang ada karena lebih tepat. Kata bagian “me,roj” dapat berarti hasil membagi.

Pada terjemahan lain terdapat perbedaan pada kalimat klauqmo.j kai. o`

brugmo.j tw/n ovdo,ntwn (ratapan dan kertak gigi), diterjemahkan NIV dan NRSV

dengan kata weeping and gnashing of teeth (tangisan dan kertak gigi), sedangkan LAI-TB

memakai kata “tangisan dan kertakan gigi”. Dengan demikian maka penulis setuju dengan

GNT. Kata klauqmo.j kai. o` brugmo.j tw/n ovdo,ntwn (ratapan dan

kertak gigi) dapat berarti “bagian dari orang-orang munafik dan tangisan ratapan serta kertak

gigi” dapat dipahami sebagai sifat abadi dari hukuman tuannya. 79


Berdasarkan terjemahan

kata perkata, maka penulis memakai terjemahan: “Dan memotong-motong dia dan

menempatkan dia menjadi bagian dari orang-orang munafik di situlah terdapat ratapan dan

kertak gigi”

4. Tafsiran Ayat-Perayat

78
Kata “meletakkan atau menempatkan” dapat berarti memberikan tempat atau menentukan tempat, Kamus
Besar Indonesia (KBBI).
79
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Op. Cit., hlm. 110.

26
Penulis pada bagian ini akan menafsirkan Injil Matius 24:45-51 berdasarkan hasil

terjemahan.

Ayat 45

Ti,j a;ra evsti.n o` pisto.j dou/loj kai. fro,nimoj o]n

kate,sthsen o` ku,rioj evpi. th/j oivketei,aj auvtou/ tou/

dou/nai auvtoi/j th.n trofh.n evn kairw/|È

"Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang ditetapkan tuannya atas hamba-

hamba dalam rumahnya untuk memberikan makanan pada waktunya?

Bila kalimat ini dicermati, nampak adanya percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya

diakhir perkunjungan-Nya di Yerusalem. Di mana masih berhubungan erat dengan ( pasal 24:

3 dan seterusnya). Saat itu Yesus berada di Bukit Zaitun. Dan datanglah murid-murid-Nya,

bercakap-cakap sendirian dengan Dia dengan mengajukan pertanyaan mengenai kedatangan-

Nya dan tanda kesudahan dunia. Dengan pertanyaan inilah maka Yesus mulai menubuatkan

kedatangan-Nya kembali dengan memakai perumpamaan-perumpamaan. Salah satunya

adalah perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat.80

Yesus menggambarkan kedatangan-Nya kembali dengan memakai perumpamaan dengan

maksud untuk memperingatkan mereka dan mendorong murid-murid-Nya agar segera giat

mempersiapkan diri dalam menantikan kedatangan-Nya yang tidak dapat diketahui (ayat 32-

51).81 Hal itu diperkuat lagi oleh cerita Lukas 12: 41 dan 42, di mana Yesus

mengumpamakan diri-Nya sebagai “tuan”,82 sedangkan hamba-hamba adalah murid-murid-

Nya.83 Yesus memakai perumpamaan untuk membandingkan hamba yang setia dan hamba

yang jahat, mulai dari pertanyaan-Nya tentang siapa yang setia dan bijaksana. Hal ini seakan-

akan kesetian dan kebijaksanaan menjadi patokan bagi seorang hamba agar dapat ditetapkan

80
J. Sidlow Baxter, Op. Cit., hlm. 113-114
81
Matthew Henry, Tafsiran Injil Matius 15-28, Surabaya: Momentum, 2008, hlm.1205-1206.
82
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1274.
83
B. F. Drewes, Op.Cit., hlm. 251

27
menjadi pengurus atas orang-orang milik tuannya.84 Teks Yunani yang dipakai adalah

kate,sthsen o` ku,rioj evpi. th/j oivketei,aj (ditetapkan tuannya atas

seisi rumahnya). Dalam arti bahwa hamba yang setia dan bijaksana diberi “tanggung jawab

oleh tuannya”. Kata kerja Yunaninya berbentuk aktif yang secara harafiah berarti “yang

tuannya tetapkan atas orang-orangnya,85 yang tinggal serumah atau keluarga milik tuannya.86

Selain dia ditetapkan tuannya atas orang-orang, ia juga ditetapkan untuk mengatur makanan

yang sudah ditentukan oleh tuannya bagi orang-orang milik tuannya (para pengikut atau seisi

rumah).87

Dengan demikian maka ungkapan tentang hamba yang setia dan bijaksana dapat

dimengerti dalam beberapa hal: Pertama, sebagai seorang hamba maka ia berfungsi

melakukan kehendak tuannya baik suka maupun tidak suka. Ia bergantung pada tuannya

dengan tidak bisa menghindari tugas-tugas tuannya bahkan tidak memiliki hak akan

kepribadiannya.88 Kedua, Sifat hamba yang setia (pisto.j) adalah mematuhi dan setia

akan kehendak tuannya.89 Ketiga, hamba yang setia selalu bijaksana (fro,nimoj) memakai

akal budinya dengan cermat dan berhati-hati dalam tugas yang diberikan tuannya.90 Dalam

arti bahwa, hamba itu menunjukkan dirinya sebagai hamba yang baik hingga telah

membuktikan bahwa ia dapat dipercaya. Kebijaksanaannya membuat dia mampu menilai

dengan baik, sehingga mempertimbangkan dengan hati-hati apa yang dikerjakannya.91

Ayat 46

maka,rioj o` dou/loj evkei/noj o]n evlqw.n o` ku,rioj auvtou/


eu`rh,sei ou[twj poiou/nta\

84
A. M. Hunter, Op. Cit., hlm. 123.
85
Kata “kate,sthsen” berbentuk aor act ind 3 sg dari kata dasar katevsthsa secara harfiah berarti
menetapkan sebagai pimpinan , (Barclay M. Newman JR, Op. Cit., hlm. 90).
86
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm.770
87
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1274.
88
Theological Dictionary of the New Testament (TDNT), pengertian kata pisto.j (Program Komputer).
89
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1277.
90
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm 784.
91
Ibid., hlm. 785

28
“Berbahagialah hamba yang didapati tuannya, melakukan tugasnya dengan kreatif,

ketika tuannya datang”.

Hamba yang setia dan bijaksana bukan saja diangkat dan mengurus makanan bagi orang-

orang milik tuannya (ayat 45), tetapi hamba yang setia dan bijaksana mendapat kebahagiaan

yang sejati dari tuannya. Kata berbahagia (maka,rioj), bukan saja sekedar ucapan selamat

atau kata pujian melainkan mendapat kebahagiaan yang sejati dari tuannya. Nasibnya sangat

beruntung, karena tuannya telah memberkati dia. Dalam arti bahwa tuannya telah melakukan

sesuatu yang baik bagi dia, sehingga dia benar-benar berbahagia.92 Dalam mendapat

kebahagiaan tuannya, maka sudah tentu membutuhkan pengorbanan,93 kesetiaan, kejujuran

dan kebijaksanaan dalam bertindak.94 Dengan hal ini, maka ada tiga hal yang perlu
95
diperhatikan. Pertama, melakukan tugas tuannya dengan sangat kreatif. Kata kreatif

(poiou/nta) dapat berarti membuat,96 ketrampilan dengan kreatif sesuai dengan

kebijaksanaan yang dimiliki dalam mengembangkannya, sehingga ia dapat mengangkat

kehormatan tuannya dengan mengikuti segala ketetapan tuannya.97 Kedua, tuannya tidak

memberitahukan kedatangannya kembali, maka sebagai hamba harus menanti tuannya

dengan mengerjakan tugas-tugas tuannya dengan penuh kesetiaan bukan menunggu di depan

pintu atau menghitung-hitung hari kedatangan tuannya.98 Ketiga, melakukan tugas tuannya

sampai akhir kedatangan tuannya kembali. Dalam arti didapati (eu`rh,sei), atau

tertangkap dalam keadaannya,99 yang sedang menjalankan tugas kewajibannya.100 Ia sadar

dan memahami tugas-tugasnya sebab ia selalu siap sedia dalam keadaannya, ia berjaga-jaga

dan terus menerus sibuk mengurus orang-orang milik tuannya tanpa menelantarkan

92
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm. 97-98
93
Theological Dictionary of the New Testament (TDNT), pengertian kata pisto.j (Program Komputer).
94
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1276.
95
Theological Dictionary of the New Testament (TDNT), pengertian kata poiou/nta (Program Komputer).
96
Barcklay, hlm. 136.
97
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1275-1276.
98
D. A. Carson, R. T. France dkk, Op. Cit., hlm. 90.
99
Arti kata “mendapati”, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
100
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm. 770.

29
pekerjaan yang belum selesai atau dengan sembarangan menyerahkannya kepada orang lain

dan tidak membiarkan waktu terluang tetapi ia bekerja sesuai dengan tujuan dan kepentingan

jabatan yang telah dipercayakan baginya. Kesiapannya membuat dia didapati dalam keadaan

setia sampai akhir (1 Tim. 4:16; 6:14).101

Ayat 47

avmh.n le,gw u`mi/n o[ti evpi. pa/sin toi/j u`pa,rcousin

auvtou/ katasth,sei auvto,Nå

“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: bahwa tuannya akan menetapkan dia atas

segala milik kepunyaannya”.

Pada ayat ini terdapat peringatan yang pasti akan berlaku, ungkapan perkataan Yesus

ini merupakan bentuk baku, yang menekankan betapa pentingnya perhatian akan kesetiaan

seorang hamba (5:18).102 Jika dicermati, kata kerja “menetapkan” (katasth,sei), diulang

lagi untuk kedua kalinya pada ayat ini. dengan maksud bahwa bukan saja dipercayakan

kepadanya seisi rumah dan makanan kepunyaan tuannya tetapi diserahkan segala milik

tuannya (pa/sin toi/j u`pa,rcousin). Berdasarkan pernyataan di atas maka ada

beberapa hal: Pertama, tuannya menyerahkan“segala miliknya”, dalam arti diberi

kepercayaan bukan menjadi pemilik harta kekayaan tuannya namun hamba itu dituntut

pertanggung jawaban untuk menjaga dan memelihara harta kekayaan tuannya (19:21;

25:14).103 Kedua, sebagai pengawas haruslah dapat dipercaya atau diandalkan. Semakin besar

kepercayaan yang diberikan kepadanya maka semakin banyak yang diharapkan darinya.

Kesetiaannya terhadap tugas yang satu membuat dia dipercayakan untuk tugas yang lain.104

Ketiga, Ia mendapat kehormatan yang besar yang terbaik yaitu kemuliaan yang akan

diberikan tuannya ketika tuannya datang untuk kedua kalinya. Ibarat seperti Yusuf diberi

101
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1276-1277.
102
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm. 113
103
Ibid., hlm. 782.
104
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1275.

30
kuasa atas rumah dan segala harta milik Potifar (Kej. 39:4, 6). Hal ini sama dengan perkataan

dalam Injil Yohanes bahwa hamba yang setia itu akan dihormati (Yoh. 12:26).105

Ayat 48

eva.n de. ei;ph| o` kako.j dou/loj evkei/noj evn th/| kardi,a|

auvtou/( Croni,zei mou o` ku,rioj(

“ Jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: tuanku menunda

kedatangannya”.

Ayat ini menyambung dari ayat sesudahnya dengan menggunakan kata penghubung

eva.n (jikalau), untuk menandai syarat atau janji. Di situ, Yesus mengandaikan hamba itu

jahat (kako.j), karena disebabkan oleh tuannya menunda kedatangannya kembali sehingga

hamba itu lama menunggu kedatangan tuannya kembali.106 Kata Croni,zei “menunda

atau lama tidak datang”, adalah mengulur-ulur waktu atau datang lain waktu.107 Pengandaian

yang Yesus pakai ini, bisa saja terjadi bagi seorang hamba yang sedang ditugaskan tuannya.

Hal itu disebabkan oleh karena tuannya tidak mengawasinya atau tuannya sedang pergi

sehingga ia menyalahgunakan tugasnya dengan berpikir dalam hatinya (kardi,a). 108 Hati

adalah pusat perasaan manusia dan tempat penyimpanan pengertian, selain itu merupakan

sifat (tabiat) batin manusia.109

Dengan demikian maka, ada beberapa hal yang perlu diperjelas. Pertama, kejahatan

hamba yang jahat (kako.j) menunjukkan moral dan tujuan yang buruk, sehingga

menimbulkan provokasi. Kejahatannya lahir akibat adanya peluang bagi dia untuk berbuat

jahat. Peluang itu berasal dari sumber hatinya, sehingga menimbulkan kehilangan dirinya

sendiri dari kekuatan kepercayaan yang diberikan bagi dia, serta berakhir dengan buruk sebab

105
Ibid., hlm. 1278.
106
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., 771.
107
Kata “menunda”, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
108
J. T. Nielsen, Op. Cit., hlm. 56.
109
Kata “hati”, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

31
ada kebutuhan jahat. Hal ini seperti dua roh yang ada dalam hatinya yang berjuang untuk

menguasai, roh yang jahat begitu mempengaruhi sehingga tidak dapat membuat keputusan

yang tepat sebab roh jahat itu mengambil alih khayalan dan hati hamba itu sampai ia memilih

yang paling jahat.110

Kedua, Dengan khayalannya yang jahat karena roh jahat mengambil alih dalam

hatinya maka hamba itu tidak percaya akan kedatangan tuannya kembali dengan segera,

malahan berpikir dalam hatinya kedatangan tuannya sangat jauh.111 Hamba itu keliru

menggangap ketidakpastian soal kedatangan tuannya dengan berkata pada dirinya sendiri

bahwa kedatangan itu tidak akan terjadi segera. Hal ini mengakibatkan hamba itu tidak

menantikan tuannya dengan bekerja untuk memenuhi tugas yang dipercayakan kepadanya,

sehingga ia tidak setia akan tugas tanggung jawab yang telah diberikan tuannya. 112

Ayat 49

kai. a;rxhtai tu,ptein tou.j sundou,louj auvtou/( evsqi,h| de.

kai. pi,nh| meta. tw/n mequo,ntwn(

“Dan dia mulai memukul hamba-hamba lain dan makan dan minum bersama-sama

dengan pemabuk-pemabuk”

Hamba yang jahat itu bukan hanya berpikir dalam hatinya tetapi bertindak sesuai

dengan pikiran yang ada dalam hatinya. Dengan mulai memukul hamba-hamba lain dan

makan bersama-sama dengan pemabuk-pemabuk, maka hamba yang jahat tidak


110
Theological Dictionary of the New Testament (TDNT), kata kako.j (Program Komputer).
111
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1279.
112
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Op. Cit., hlm. 109-110.

32
menyelenggarakan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan setia tetapi ia

menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya.113 Pada ayat ini diperjelas dengan

beberapa catatan: Pertama, sebagai hamba yang diberi wewenang oleh majikannya,

seharusnya sebagai sesama yang diberi tugas haruslah saling bekerja sama dan mendukung

satu sama lain karena merekalah yang dibuat hidup untuk tuannya.114 Malah justru

sebaliknya, hamba yang jahat itu memperlakukan para pelayan lainnya dengan jahat.

Hal ini memperlihatkan bahwa hamba yang jahat hanya secara nama saja

(mengatasnamakan kekuasaan yang diberikan tuannya) sebab dia mengabaikan perintah-

perintah tuannya dan mengambil alih hak memimpin. Dengan memukul (tu,ptein)

hamba-hamba lain, maka membuat dia ingin menguasai115 dan membuat dia berkhianat atau

mengingkari kepercayaan tuannya dengan menunjukkan moral yang tidak pantas.116 Kedua,

sebagai pengawas rumah harus memandang semua hamba sebagai sesama saudara, bukan

untuk menjadi tuan atas hamba-hamba lain. Memang bukan sesuatu yang baru, melihat

seorang hamba yang jahat memukul hamba-hamba lain. Ia memukul karena ada sebabnya

seperti menegur atau karena hamba-hamba lain tidak mau membungkuk dan menghormati

dia, dan tidak mau melakukan apa yang diperintahkan. Boleh jadi, ia memukul bukan saja

dengan perbuatan tetapi juga dengan perkataan, karena ada kekuasaan di dalam genggaman

tangannya, maka ia dapat menekan mereka yang ada dalam lingkup layanannya. Dengan

memukul hamba-hamba lain dengan mengatasnamakan kekuasaan tuannya, membuat dia

tidak menunjukkan totalitas tugasnya terhadap tuannya.117

113
J.T. Nielsen, Op. Cit., hlm. 56.
114
Theological Dictionary of the New Testament (TDNT) , kata poiou/nta\ (Program Komputer).
115
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm. 771
116
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Op. Cit., hlm. 109-110.
117
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1279-1280.

33
Ketiga, (meta. tw/n mequo,ntwn), (dengan pemabuk-pemabuk). Dalam arti

bahwa hamba yang jahat itu suka dengan orang yang biasa mabuk.118 Ungkapan ini tentang

dosa yang bukan saja melukai hamba-hamba yang lain tetapi yang lebih lagi melukai diri

sendiri yaitu ketidaksadarannya membuat dia asyik makan dan minum bersama-sama dengan

pemabuk-pemabuk dan lupa untuk siap sedia menanti kedatangan tuannya kembali.119 Hal ini

menunjukkan sikap kesenangannya dengan para pemabuk, dalam arti bahwa ia mulai

menghabiskan waktunya dengan makan dan minum dengan orang-orang yang suka minum

minuman keras atau sering minum minuman keras.120 Ia berkawan dengan orang-orang yang

paling berdosa, menjalin persekutuan dan akrab dengan mereka. Hal ini bukanlah tidak

diperbolehkan, namun yang menjadi soalnya adalah melebihi batas persekutuan dengan para

pemabuk yakni minum minuman keras bersama mereka atau berbuat seperti mereka.

Kemabukan tergolong dalam kejahatan yang paling tinggi karena tidak akan pernah dapat

menguasai diri sendiri sebab kemabukan dapat merusak bukan hanya secara jasmaniah tetapi

juga merubah perilaku yang baik menjadi jahat.121 Makan dan minum menunjukkan ekspresi

subjektif dunia.122

Dengan perilakunya yang demikian maka ia memutarbalikkan tugas yang diberikan

kepadanya yakni tidak menyelenggarakan tugas tuannya malah berpaling dan mengambil

keuntungan dari ketidakhadiran tuannya.123 Gambaran mengenai nubuat Yesus ini dengan

maksud untuk dibangun di atas harapan bahwa hamba-hamba yang dipilih akan mencapai

keselamatan yang diberikan dalam Yesus Kristus dengan kemuliaan yang kekal. Semua ini

118
Kata “pemabuk-pemabuk” artinya suka dengan orang yang biasa mabuk, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI).
119
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1281
120
Barclay M. Newman dan Philip C Stine, Op. Cit., hlm. 771-772
121
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1279-1281.
122
Theological Dictionary of the New Testament, kata evsqi,h| de. kai. pi,nh (Program Komputer).
123
J.T. Nielsen, Op. Cit., hlm.56.

34
menggambarkan pemuridan di mana seperti para murid dipanggil untuk belajar dari Yesus

dan setia bersama Yesus.124

Ayat 50

h[xei o` ku,rioj tou/ dou,lou evkei,nou evn h`me,ra| h-| ouv

prosdoka/| kai. evn w[ra| h-| ouv ginw,skei(

“Dan tuannya itu datang di hari yang tidak dinantikannya dan di saat yang tidak dia

ketahui”.

Ketidaksetiaan kepada tuannya dengan bertindak memukul dan makan minum

bersama-sama pemabuk, membuat dia tidak sadar akan kedatangan tuannya. Kata h[xei

dari kata h[kw artinya (datang atau tiba), dalam arti tuannya tiba di tempat yang dituju atau

muncul dengan tiba-tiba.125 Hal ini bisa dicermati dalam beberapa hal: Pertama,

menggambarkan bahwa, hamba yang jahat tidak dapat mengetahui kedatangan tuannya

sehingga tuannya muncul dengan tiba-tiba.126 Kedua, Saat (w[ra) berkaitan erat dengan

peringatan ketetapan waktu atau titik tepatnya kedatangan tuannya. Hal ini di nubuatkan

Yesus, mengenai waktu kedatangan-Nya bahwa tidak ada yang mengetahuinya atau tidak

dapat dideteksi (ginw,skei),127 sehingga kesetiaan menjadi patokan bagi dia untuk

melakukan tugas dalam menanti kedatangan tuannya kembali.128

Ketiga, waktu kedatangan tuannya tidak ia nantikan (ou, prosdoka), membuat dia

khawatir dalam menunggu, sebab ia tidak setia akan tugasnya dalam menantikan kedatangan

tuannya kembali dengan segera.129 Hal ini menimbulkan ketegangan yang penuh dengan

124
Theological Dictionary of the New Testament, kata pisto.j (Program Komputer).
125
Kata “datang atau tiba”, artinya tiba di tempat yang dituju atau muncul dengan tiba-tiba, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI).
126
Theological Dictionary of the New Testament, kata prosdoka/ (Program Komputer).
127
Ibid., pengertian “w[ra” berkaitan erat dengan peringatan ketetapan waktu atau titik tepatnya kedatangan
tuannya. Hal ini di nubuatkan Yesus, mengenai waktu kedatangan-Nya bahwa tidak ada yang mengetahuinya
atau tidak dapat dideteksi “ginw,skei”
128
D. A. Carson, R. T. France dkk, Op. Cit., hlm. 90.
129
Theological Dictionary of the New Testament, kata prosdoka/ (Program Komputer).

35
ketakutan, sehingga menyebabkan hamba itu terdesak waktu. 130 Saat kedatangan tuannya ini

menjadi kejutan yang paling mengerikan bagi hamba yang jahat yang tidak sempat untuk

memperbaiki atau tidak sempat mempersiapkan diri menyambut kedatangan tuannya, maka

peringatan ini sudah dianggap cukup bagi dia untuk berlaku.131

Ayat 51

kai. dicotomh,sei auvto.n kai. to. me,roj auvtou/ meta. tw/n

u`pokritw/n qh,sei\ evkei/ e;stai o` klauqmo.j kai. o`

brugmo.j tw/n ovdo,ntwnÅ

“Dan memotong dia dan menempatkan dia menjadi bagian dari orang-orang munafik

di situlah terdapat tangisan ratapan dan kertak gigi”.

Hamba yang jahat itu tidak didapati setia dalam mengurus rumah tuannya, sehingga ia

mendapat hukuman yang tidak dapat dibatalkan.132 Hal ini bisa dilihat pada beberapa hal

mengenai hukuman : Pertama, memotong atau memenggal dia, dari kata dicotomh,sei

dalam arti harfiah “dibelah menjadi dua”, melukiskan hukuman jasmaniah (bdg. II Sam.
133
12:31; Ibr. 11:37). Hukuman ini merupakan hukuman yang berat, sebab hukuman ini

menunjukkan kematian yang dipisahkan dari orang-orang yang setia. Gambaran hukuman ini,

seperti memisahkan tubuh dan jiwanya, dan membawa jasadnya ke kubur agar dimangsa

cacing-cacing dan mengirim jiwanya ke neraka untuk dimangsa setan-setan. Di situlah hamba

jahat itu dibelah atau dicabik-cabik dan dibagi-bagi, sebab semasa hidupnya ia pun membagi

dirinya.134 sifat hamba yang jahat ini begitu berat karena tidak terdapat keringanan bagi

hamba itu dalam pengadilan tuannya, sekalipun dia adalah hamba yang dipercayakan.135

130
Ibid., “prosdoka” menimbulkan ketegangan karena terdesak waktu, (Program Komputer).
131
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1282
132
Theological Dictionary of the New Testament, kata klauqmo.j kai. o` brugmo.j tw/n
ovdo,ntwn (Program Komputer)
133
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Op. Cit., hlm. 110.
134
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1283-1284.
135
Ibid., hlm. 1281.

36
Kedua, orang-orang munafik “u`pokritw/n” disamakan dengan orang-orang

Farisi, di mana perbuatan mereka tidak sesuai dengan perbuatan mereka (Mat. 15:7;

23:13,15.).136 Hal ini menggambarkan keadaan terdakwa yang menerima konsekuensi dari

tuntutan pengadilan tuannya.137Ketiga, hukuman mengacu pada keadaan sengsara kekal yang

ada di dunia lain yaitu, tempat ratapan dan kertakan gigi. Kalimat klauqmo.j kai. o`

brugmo.j tw/n ovdo,ntwn (ratapan dan kertak gigi), dapat dipahami sebagai

hukuman abadi dari tuannya.138 Hal ini seperti kesengsaraan dan penderitaan di bawah

kejengkelan murka tuannya, sebab Hukuman tuannya menetapkan tempat dan keadaan ini,139

sebagai retribusi yang sesuai.140 Di samping itu ratapan dan kertak gigi merupakan perbuatan

hamba yang tidak lagi mendapat pengampunan dalam arti dia tidak ada kemungkinan

harapan, sudah terlambat bagi dia untuk masuk.141 Kalimat ἐκει̂ ἔσται ὁ κλαυθμὸς καὶ ὁ

βρυγµὸς τω̂ν ὀδόντων dilukiskan pada gagasan bahwa orang fasik pada waktu itu akan

menyanyikan lagu-lagu ratapan. Di mana sama seperti Ayub menganggap Tuhan menolaknya

sehingga ia mengekspresikan kesedihan batinnya saat melihat dirinya ditolak oleh Tuhan

(κλαυθµός). Kalimat βρυγµός mengacu pada kemurkaan tuannya terhadap hamba itu,

sehingga gambaran ini seperti suara guntur yang luar biasa, di mana dapat memusnahkan

(hampir tidak mungkin ada). Hal ini seperti dalam fenomena kitab Wahyu yang

menggambarkan kemurkaan Allah ketika Tuhan datang (Wahyu 4:5; 8:5: 11: 19; 16:18).

Kalimat βρυγµὸς τω̂ν ὀδόντων (kertakan gigi), menandakan bahwa penyesalan putus atas

hamba yang jahat bergetar seluruh tubuhnya.142143 Dengan demikian maka pengandaian

tentang hamba yang jahat yang dipakai Yesus merupakan peringatan yang tegas bagi mereka

136
J. T. Nielsen, Op. Cit., hlm. 56.
137
Theological Dictionary of the New Testament, kata u`pokritw/n (Program Komputer).
138
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Op. Cit., hlm. 110.
139
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1284.
140
Theological Dictionary of the New Testament, kata “u`pokritw/n” (Program Komputer)
141
J. T. Nielsen, Op. Cit., hlm. 57.
142
Theological Dictionary of the New Testament, kata βρυγµὸς τω̂ν ὀδόντων (Program Komputer).
143
Matthew Henry, Op. Cit., hlm. 1284.

37
yang dipercayakan untuk memberitakan Injil kepada orang lain agar mereka setia, karena

jangan-jangan mereka sendiri yang ditolak.144

C. Kerygma Teks

Berdasarkan penafisiran di atas, penulis perlu memberikan inti atau kerygma dari Matius

24: 45-51 Kerygma ini penting untuk menampilkan pesan teks kepada pembaca, yaitu:

1. Kesetiaan seorang hamba

Hamba yang setia adalah hamba yang berpegang teguh pada janji, pendirian, dan taat

dalam memakai tanggung jawab dengan bijaksana dalam mengembangkan tugasnya

dengan kreatif.

2. Setiap kepercayaan akan dituntut pertanggungjawaban.

Saat kedatangan tuan hamba itu tidak dapat diketahui oleh siapa pun karena itu yang

patut dilakukan hanyalah melakukan tugas yang telah dipercayakan sebab setiap

kepercayaan yang diberikan akan ada penuntutannya.

3. Konsekuensi dari hamba yang setia dan hamba yang jahat

Hamba yang setia akan menerima berkat dan akan diberikan kepercayaan yang lebih

besar, sedangkan hamba yang jahat akan menerima hukuman karena salah

menyalahgunakan kepercayaan dari tanggung jawab yang diberikan.

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang hal ini, maka akan dibahas dalam bab III.

144
Ibid., hlm. 1283-1286.

38
Rangkuman

Mencermati penjelasan sebagaimana yang sudah diketengahkan mengenai pendekatan

eksegetis terhadap Injil Matius (24:45-51), tentang perumpamaan hamba yang setia dan

hamba yang jahat. Kita perlu memahaminya secara ringkas, mulai dari tempat nats dalam

konteks sampai kepada kerygma teks. Tempat nats dalam konteks kita menemukan konteks

umum yang membahas secara garis besar Injil Matius dan menemukan nats yang dikaji pada

bagian keempat tentang Yesus di Yerusalem (Matius 21:1-25:46) yang menceritakan tentang

pekerjaan Yesus di Yerusalem menjelang penderitaan-Nya. Dengan bagian yang lebih khusus

lagi yakni Mat. 24:45-51 termasuk pada sub judul Khotbah tentang akhir Zaman. Demikian

juga, dengan konteks khusus kita menemukan hubungan dengan nats sebelumnya (Mat.

24:37-44), yang berbicara mengenai nasihat supaya berjaga-jaga. Serta hubungan dengan nats

sesudahnya (Mat. 25:1-13) yang berbicara mengenai Gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-

gadis yang bodoh.

Kritik bentuk yang telah dibahas dalam teks ini, berkaitan dengan perbandingan

sinoptik yang ditemukan dalam Luk. 12: 41-48 yang memiliki kesamaan atau paralel dengan

teks yang dikaji Mat. 24:45-51. Selain itu, terdapat juga kritik sumber yang ditemukan nats

yang dikaji, termasuk dalam sumber “Q”, sebab teks yang dikaji dan teks yang sama paralel

(Luk. 12:41-48) tidak ada pada sumber Markus. Selain sumber “Q” yang dipakai, Matius juga

memakai sumbernya sendiri yakni materi khususnya sendiri, sumber “M”. Tampaknya

Matius dan Lukas menghadirkan berita yang sama tetapi dengan tujuan yang berbeda-beda.

Kedua Injil ini, memilki kebebasan masing-masing untuk menulis Injilnya.Selanjutnya,

terdapat jenis sastra dalam nats yang dikaji, yaitu sastra kecil (sub-genre) mengenai

Perumpamaan (Parabola). Perumpamaan yang dimaksud bukan sekedar perumpamaan, tetapi

justru terkandung khotbah nubuat Yesus yang termasuk dalam perumpamaan . Hal ini

39
didukung oleh khotbah nubuat Yesus di bukit Zaitun, di mana penulis Matius sepenuhnya

membahas peristiwa yang masih akan datang, yang dinubuatkan lewat perumpamaan.

Mengingat akan latar belakang perumpamaan dalam sastra hikmat dan nubuat sangat penting,

sehingga Yesus memperhatikan pengembangan bentuk perumpamaan dengan mengajarkan

hikmat eskatologis. dengan tujuan mempersiapkan warga-warga kerajaan sorga.

Oleh karena itu, dari hal-hal ini barulah kita menemukan kedudukan teks dalam

kehidupan, yaitu mengenai pengambilan keputusan untuk setia menjalankan tugas pelayanan

yang dipercayakan. Kritik teks pada nats yang dikaji, tidak terdapat tekstus apparatus karena

teks ini memiliki tingkat keaslian dari teks aslinya. Kritik terjemahan dilakukan oleh penulis

dengan menafsirkan GNT, NIV, NRSV, dan LAI-TB untuk memperoleh terjemahan pribadi.

Dari kritik terjemahan ini kita mendapatkan perbedaan dan persamaan kata serta makna yang

terkandung di dalamnya untuk dijadikan kata kunci dalam penafsiran ayat perayat.

Selanjutnya, menghasilkan kerygma teks yang kemudian menampilkan pesan bagi

pendengar.

Yesus dalam menjalankan tugas pelayanannya di Yerusalem dengan penuh tantangan

dan halangan karena ditolak oleh para pemimpin Yahudi, namun Yesus tidak pernah berhenti

untuk menyampaikan kerajaan Allah. Hal ini terbukti ketika Yesus menarik diri dari

penolakan pemimpin Yahudi, Yesus pergi bersama dengan murid-murid-Nya ke Bukit

Zaitun. Di sana Yesus menyampaikan rahasia kerajaan sorga mengenai peristiwa yang akan

terjadi ketika Yesus naik ke sorga. Dengan khotbah nubuat itu, Yesus memperingatkan para

murid mengenai kedatangan Kristus kembali, sebab ketika Yesus naik ke sorga mereka akan

memberitakan Injil. Berdasarkan hal itu Yesus menyampaikan kedatangan-Nya yang kedua

kali tidak dapat dideteksi maka yang menjadi patokan untuk para murid adalah hanya dengan

setia akan tanggung jawab yang dipercayakan.

40

Anda mungkin juga menyukai