Anda di halaman 1dari 34

Nama : Arnon Romalis Sitepu

NIM : 16.01.1360
MKB : Seminar Dogmatika
Dosen : Pardomuan Munthe, M.Th Catatan Perkuliahan

Gerbang Pemelihara/ Pelindung (Yulia Damanik)

(Suatu Kajian Dogmatis-Theologis Tentang Pemahaman Jemaat GKPS Mariah Raya


Mengenai Gerbang sebagai Pemelihara/Pelindung Kampung Diperhadapkan dengan
Ajaran Providentia Dei dan Refleksinya Bagi GKPS Mariah Raya)

Providensial atau pemeliharaan adalah kepercayaan bahwa di atas segala


perubahan kehidupan manusia dan perkembangan jagat ada tujuan kebaikan dari
Allah. Allah tidak hanya bertanggungjawab menciptakan, tetapi juga memelihara tata
ciptaan itu. Tindakan pemeliharaan diarahkan untuk menyatakan sifat-sifat kekudusan
dan keadilan Allah dalam kebencian dan perlawananNya terhadap dosa, kuasaNya
tampak dari karya penciptaan, pemeliharaan, pelestarian dan penebusanNya.
KasihNya nampak dalam penyediaan kebutuhan ciptaanNya dan kebenaranNya untuk
memenuhi semua janjiNya. Jadi tujuan utama pemerintahanNya yang berdaulat
adalah pernyataan kemuliaanNya. Defenisi ini memberikan petunjuk akan adanya tiga
elemen dalam providensi, yaitu perlindungan (conservatio, sustentatio), ada bersama-
sama, bekerja-sama (concursus, co-operatio), dan pemerintahan (gubernatio).
Mempercayakan hidup atau berporoskan hidup terhadap objek apapun di luar pribadi
Tuhan kita adalah keliru. Sebab hanya Tuhan yang satu-satunya mampu memelihara
dan melindungi kita di manapun berada. Bahkan alam serta semua isinya adalah
tunduk pada firmanNya.

Ajaran Providentia Dei memang mampu menerangi pemikiran yang salah.


Terkadang memang, manusia hanya percayakan hidupnya terhadap apa yang ia bisa
lihat dan apa yang bisa ia raba. Salah satu contoh nyata seperti jimat, susuk, dan hal
apapun yang berbau mistis, gaib dan okultisme terkadang memang bisa menawarkan
kenikmatan bahkan mampu menawarkan perlindungan diri kita sendiri. Sama halnya
saat kita mempercayakan kehidupan kita pada hal apapun di luar Tuhan adalah hal
yang salah besar. Seperti jemaat GKPS Mariah Raya yang mempercayai gerbang
mampu menjaga dan melindungi mereka dari kuasa jahata serta orang-orang yang
berniat membawa hal buruk. Menurut saya itu adalah hal yang sangat keliru dan
butuh pengubahan makna akan gerbang dan butuh perenungan akan refleksi
pemeliharaan Allah bagi ciptaanNya. Ajaran atau doktrin Providentia Dei belumlah
dimengerti oleh banyak orang. Memang mereka sudah Kristen, dibaptis, namun
masih percaya pada hal yang gaib. Padahal yang kita tahu penyediaan hidup oleh
Tuhan dan segala sesuatu yang ada dipelihara hanyalah oleh Tuhan kita.

LGBT (Brima Purba)

Tinjauan Dogmatika terhadap pandangan Jemaat GBKP Runggun Simpang Ujungaji


tentang LGBT diperhadapkan dengan pengajaran GBKP

Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan LGBT. Alkitab


memberitahu kita bahwa seseorang menjadi LGBT karena dosa (Roma 1:24-27) dan pada
akhirnya karena pilihan mereka sendiri mereka mendapat hukuman yang kekal. Seseorang
mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap orientasi seksual yang berbeda, sama seperti
orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini
bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka.
Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar”
dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan.
LGBT hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 6:9-10
yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut Alkitab, pengampunan Allah tersedia
bagi kaum LGBT, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh,
pencuri dan lain-lain. Allah juga menjanjikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk
homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan
mereka. Allah berinisiatif untuk memulihkan persekutuan Allah dengan manusia. Allah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia (Yohanes
3:16) dan di dalam kematian-Nya, Yesus menjadikan manusia yang ada dalam Kristus sebagai
ciptaan yang baru (2 Korintus 5:15,17). Untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan
Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10).
LGBT adalah sebuah penyakit masyarakat yang mewabah dalam seluruh lapisan
masyarakat. Jika diteliti dari segi sosial, kemungkinan besar pelaku LGBT adalah mereka yang
ingin mengasingkan dari pergaulan dengan lawan jenis. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
yakni mereka trauma berpacaran dengan lawan jenis atau mereka yang sering dikucilkan dalam
masyarakat, keluarga dan gereja. Oleh sebab itu mereka mencari kenyamanan di tempat lain dan
bahkan mencari kenyamanan bersama sesama jenis. LGBT merupakan penyakit yang menjadi
perbincangan di semua kalangan oleh karena di dalamnya terdapat penyakit sosial yang tentunya
memiliki dampak yang sangat buruk khususnya bagi generasi penerus bangsa. Telah banyak cara
dilakukan oleh pemerintah, gereja dan masyarakat untuk mencegah atau membasmi penyebaran
LGBT namun hingga detik ini belum ada cara yang tepat untuk mengurangi perkembangannya.
Gereja tidak boleh mendukung LGBT bahwa tindakan homoseksual adalah perilaku yang
wajar, akan tetapi gereja harus benar-benar berperan bahwa tindakan demikian sangat
bertentangan dengan Alkitab. Gereja dituntut untuk tegas kepada pelaku Homoseksual bahwa itu
sangat-sangat bertentangan dengan ajaran Alkitab dan Tuhan sangat membenci perilaku
demikian seperti halnya yang terjadi di Sodom dan Gomora yang pada akhirnya mendapatkan
hukuman dari Tuhan. Untuk itulah gereja dilarang keras memberkati pernikahan Kaum LGBT
karena Gereja harus berdiri kokoh dan teguh pada pendiriannya atas kebenaran Firman Tuhan
dengan segala konsekuensi yang akan dihadapi. Gereja sebagai yang terpanggil memiliki tugas
untuk mengarahkan jemaat dan pengurus intra gerejawi mengenai tanggung jawabnya terhadap
Gereja diberikan ruang yang cukup untuk melayani kaum LGBT (Homoseksual), namun gereja
sama sekali tidak diberikan ruang untuk mendirikan gereja khusus bagi orang-orang yang masuk
dalam kelompok LGBT dengan alasan apapun.

Pengakuan Iman Niceanum (Asiando Napitupulu)

( Suatu Tinjauan Dogmatika terhadap pemahaman jemaat GKPA Pangkalan Berandan


tentang Pengakuan Iman Niceanum diperhadapkan dengan Tata Gereja GKPA Bab VI
Pasal 9 )

Pengakuan Iman merupakan salah satu bukti dari setiap orang percaya memang
memiliki Iman yang diakuinya. Tugas untuk mengajarkan akan pengakuan iman itu
merupakn tugas dari para pelayan untuk mengajrkannya. Setiap gereja yang ikut sebagai
anggota PGI mengakui tiga pengakuan Iman. Akan tetapi tidak semua gereja yang
menjadi anggota PGI berani memasarkan atau mensosialisasikannya.
Pengajaran akan pengakuan Iman ini tidak boleh dianggap sepele atau dianggap biasa
saja. Karena ketika kita sudah berani menganggap ini hal yang sepele maka saat itu juga
gereja sudah siap untuk membiarkan jemaat dengan pemahaman yang terkungkng bahwa
hanya ada satu pengakuan iman, yang menyebabkan akan adanya pemahaman gereja lain
sesat ketika mereka mendengar pengakuan iman yang lain. Gereja bukan hanya sebagai
tempat untuk mendengarkan firman Tuhan tetapi juga sebagai tempat agar setiap jemaat
mengetahui apa yang tidak ia ketahui, dan mendapatkan pengajaran akan Iman Kristen
yang benar.
Pengakuan Iman Niceanum walaupun mungkin tabu di jemaat, tapi ini merupakan
pengakuan iman Oikumenis yang harus diketahi setiap jemaat Tuhan. Sehingga apa yang
suda tercantum disetiap tata gereja tidak menjadi tulisan semata melainkan juga menjadi
sebuah pelajaran dan juga menjadi aset kepercayaan yang ada. Dalam diri setiap jemaat
Dalam gereja GKPA doktrin itu sudah ada tetapi sampai saat ini yang menjadi
penghalang ataupun menjadi penghambat atau yang menyebabkan jemaat kurang
mengetahui akan pengakuan iman yang lain adalah Karena GKPA itu sendiri. GKPA
hanya menuliskan tetapi tidak berani untuk mencoba memasarkan bahkan
memperaktekkan apa yang ada tertulis dalam tata gereja tersebut. GKPA harus mulai
berani untuk menunjukkan ataupun mulai mau untuk mengajarkan sebenarnnya
bagaimana pengakuan iman yang diakui GKPA, sehingga tidak ada lagi jemaat GKPA
seperti halnya GKPA Pangkalan berandan yang hampir seluruh jemaatnya tidak
mengetahui apa itu pengakuan Iman yang diakui GKPA terkhusus pengakuan Iman
Niceanum. GKPA harus mau untuk mengajari dan mulai berani untuk mencoba
mempraktekan pengakuan iman itu agar jemaat mengetahui segala sesuatu yang ada di
GKPA. Sehingga Jemaat GKPA tidak lagi menganggap bahwa dalam gerejanya hanya
ada Pengakuan Iman Apostolicum (Iman Rasuli), tetapi juga ada 2 pengakuan iman lagi
yang esesnsinya sama.
Pembangunan Tuguh (Primadani Butar-Butar)

( Suatu Tinjauan Dogmatis Tentang Pemahaman Dan Aksi Jemaat GKPI Lau Pakam
Dalam Pembangunan Tugu di Perhadapkan Dengan Hukum Taurat ke V )

Peristiwa di Sinai, Tuhan Allah memberikan Dasa Titah kepada bangsa Israel
(Kel 20:2-17; Ul 5:6-21). Dasa Titah itu merupakan ringkasan yang sederhana tetapi
menyeluruh tentang ketentuan-ketentuan hakiki hubungan perjanjian dan membatasi
tingkah laku yang sesuai dengan keanggotaan umat Allah. Salah satu isi dari Dasa Titah
adalah tentang menghormati orang tua, bahkan dikatakan agar engkau beroleh
kebahagiaan dan lanjut umur di bumi yang diberikan Allah kepadamu. Penghormatan
kepada orang tua adalah pengakuan atas wibawa dan martabat yang tertinggi yang
diberikan Allah kepada orang tua. Allah telah mengangkat mereka menjadi orang tua,
oleh sebab itu patut untuk dihormati. Adanya motif pembangunan tugu untuk merakit
persekutuan semua keturunan dari satu marga sering dikaitkan dengan penghormatan
kepada leluhur (pasangaphon ompunta). Perlu ditegaskan di sini bahwa jika ditinjau dari
pemahaman iman Kristen, penggalian tulang-belulang dan pendirian tugu itu sendiri tidak
salah. Para leluhur Israel yang oleh Alkitab disebut sebagai teladan iman (Ibr. 11) juga
memperlakukan dengan baik kekasih mereka yang sudah mati. Abraham membangun
makam bagi sarah istrinya (Kej. 23:17-10) dia juga berpesan kepada Ishak agar kelak dia
dimakamkan disana. Yakub bukan hanya memankamkan Rahel secara baik. Ia bahkan
mendirikan tugu ditempat kuburan Rahel sebagai cinta kasih dan hormat untuk
mengenang keteladanan Iman Mereka (Kej 35:20). Musa membuat kedua belas tugu (satu
untuk setiap suku) di sekitar mezbah di padang belantara (Kel 24:4). Yosua menyuruh
membangun 12 tiang batu (obelisk) di sungai Yordan dan kemudian memindahkan ke
Gilgal (Yos 4:9, 20).Yang dikecam Alkitab, secarah Dogmatis adalah adanya
pemahaman jemaat GKPI Lau Pakam yang melatarbelakangi tindakan tersebut, seperti
mengumpulkan roh leluhur dan permohonan kepada roh leluhur dan penghormatan
kepada Roh leluhur seperti yang dikakan Hukum Taurat. Seperti yang sudah dipaparkan
di atas
Penghormatan Kepada Orangtua Menurut Hukum Taurat Ke-5 dalam konteks
pendirian Tugu. sepertinya ada dasar Alkitab yang mendukung aktivitas seperti latar
belakang di atas. Namun kalau ditinjau lebih seksama ternyata nas yang dikemukakan
oleh pendukung kegiatan ini hanya menjadikan Alkitab sebagai alat legalisasi tindakan
mereka, karena sebenarnya nas yang dimaksud tidak berkata demikian. Misalnya, titah
kelima dari dasatitah tidak mengindikasikan adanya penghormatan kepada orang mati
atau orang tua yang sudah wafat. Memang pendirian tugu dan penggalian tulang-belulang
pada dasarnya tidak salah, namun dalam pemahaman mereka telah mengganti Allah
dengan yang lain, memindahkan Allah dari posisi seharusnya yaitu sebagai pusat
kehidupan mereka. Allah diduakan dengan nenek moyang dan orang-orang mati yang
dihormati. Memang titah kelima mengatakan, “Hormatilah orang tuamu . . .” (Kel.
20:12). Tuhan memerintahkan orang percaya untuk mengasihi dan patuh kepada orang
tua mereka. Namun hormat dan taat kepada Tuhan tidak boleh dikalahkan oleh hormat
kepada orang mati. Hukum Taurat yang kelima tidak dapat dijadikan dasar untuk
melakukan hal yang demikian, sebab kata hormat pada orang tua adalah wujud dari
penghormatan kepada Allah dengan peduli, menghargai, memelihara, memperhatikan,
dalam wujud dan dalam artian yang konkret. Hukum titah yang kelima dilaksanakan
kepada orang tua dalam wujud yang nyata sebagai mereka wakil Allah yaitu pada masa
orang tua itu hidup bukan saat orang tua itu sudah meninggal. sebab menghormati orang
tua yang dimaksud dalam hukum taurat ke-V adalah orang tua yang masih hidup. Dan
jika ingin melakukan penghormatan kepada orang tua kita yang sudah meninggal dengan
cara membangun tugu/tambak baiklah dia hanya sekedar menghormati saja.

Bereken Kami Nakan Cukup (Arnon Romalis Sitepu)

Tinjauan Dogmatis Terhadap Nyanyian Kitab Ende-Enden GBKP 252 “Bereken


Kami Nakan Cukup” diperhadapkan dengan Teologi Sukses dan Refleksinya
Terhadap Hidup Ke Ugahari-an Pemuda GBKP Kandibata

Begitu banyak orang yang beranggapan bahwa tolak ukur kesuksesan adalah kekayaan.
Intinya, kesuksesan diukur oleh banyaknya uang. kekayaan bukanlah satu-satunya tolok ukur
kesuksesan. Ada banyak tolak ukur lainnya yang semua orang hampir lupa. Di kitab suci kita
yaitu Alkitab sudah jelas menerangkan tentang kesuksesan. 1 Timotius 6:7-9 Sebab kita tidak
membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. 1 Raja-raja 2:3 Lakukanlah kewajibanmu dengan
setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan
dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang
tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan
dalam segala yang kautuju, Mazmur 112:1-3 Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan
TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi;
angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya
tetap untuk selamanya. Amsal 23:4-5 Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan
niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu
terbang ke angkasa seperti rajawali. Inilah contoh ayat untuk kesuksesan yang sesungguhnya.

Pemahaman yang sering kita jumpai di dunia ini khususnya pemuda, yaitu mengenai
kesuksesan adalah jikalau seseorang itu memiliki karir yang bagus, jabatan yang tinggi,
sehingga mendapatkan kekayaan dunia ini dan memang lebih condong kepada (Teologi
sukses/teologi kemakmuran). Sehingga untuk mengejar ini semua segala cara dilakukan
untuk mendapatkan sesuatu yang akan ditinggalkan di dunia yang fana ini. Terkadang
mereka lupa apa yang sudah dikatakan Allah di dalam Alkitab, mengenai ini semua.

Orang kaya sebenarnya belum tentu sukses. Mengapa? Karena di dalam kehidupannya
banyak gejolak. Contohnya adalah kurangnya kebahagiaan yang bisa dia dapatkan, itu semua
dikarenakan tidak adanya waktu berkumpul bersama keluarga karena kesibukan yang begitu
padat. Bahkan atas kurangnya waktu ini juga dapat mengakibatkan masalah baru, misalnya
seorang suami yang sangat sibuk bekerja dan tidak bisa membagi waktu bersama-sama
dengan istrinya, istrinya bisa-bisa saja untuk melakukan perselingkuhan. Tetapi orang yang
sederhana bisa saja lebih bisa mendapatkan kesuksesan itu semua sebaliknya dari orang kaya
itu. Refleksinya buat PERMATA adalah dimana kekayaan kemewahan dan harta bukan
segala-galanya, ini hanya titipan sementara, dan juga harta kekayaan ini tidak dapat kita
patokkan menjadi namaya sebuah kesuksesan. Jikalau syaratnya adalah orang yang berharta
banyaklah yang sukses, bagaimana dengan yang hidupnya sederhana apakah mereka tidak
memiliki kesuksesan di dalam hidup?. Maka daripada itu PERMATA harus paham betul
dengan apa yang di ajarkan gereja kepada kita, jangan sampai terpengaruh dengan ajaran
yang lain, misalnya Teologi sukses/Teologi Kemakmuran, dimana penekanannya adalah
kaya sama dengan diberkati Tuhan. Kesuksesan bukan berbicara tentang harta tetapi
bagaimana kita itu dapat menjalanoi hidup sesuai denga apa yang tertulis di Alkitab.
PERMATA diminta untuk merenungkan bagaimana hidup Ke-ugaharian yaitu mengenai
kesederhanaan di dalam menjalani hidup, tidak perlu gengsi dan ragu.

Perkawinan Kawin Sumbang (Semarga) Risna Tarigan

(Suatu Tinjauan Dogmatis Terhadap Perkawinan Sumbang (Semarga) Di Jemaat GBKP


Majelis Runggun Kutambaru Diperhadapkan Dengan Tata Gereja GBKP BAB XI Pasal
42 no 6)

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam keyakinan atau
kepercayaan dan juga beragam budaya dan bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Dengan adanya keberagaman suku ini setiap budaya suku akan mempunyai suatu
aturan atau adatnya sendiri-sendiri, termasuk juga dalam hal hukum adat perkawinan. Hukum
adat perkawinan yang berbeda ini menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri bagi setiap
budaya suku yang ada. Hukum adat perkawinan adalah hukum masyarakat (hukum rakyat)
yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan negara, yang mengatur tata-tertib
perkawinan. Adat perkawinan itu ada juga di suku Karo, sebelum hendak melakukan
perkawinan maka ada beberapa hal yang diperhatikan yaitu melihat marga dari kedua belah
pihak. Perkawinan semarga ditolak di suku Karo karena dianggap melanggar adat dan
membawa malapetaka kepada keluarga dan masyarakat setempat. Dalam Tata Gereja GBKP
mengenai perkawinan, bahwa perkawinan yang dilarang adat tidak dapat diberkati di gereja.
Pada dewasa ini hal tersebut menjadi sebuah pergumulan diantara gereja dan adat.
Perkawinan semarga dilarang oleh adat namun ada juga gereja yang tetap melayankan
pemberkatan perkawinan bagi mereka. Apakah gereja salah? Kita tidak bisa menyalahkan
gereja atas hal itu karena gereja menjalankan tugasnya, dan semua perkawinan adalah
kehendak Allah. Dilihat dari Imamat 18:1-30 mengenai perkawinan bahwa yang dilarang
adalah perkawinan sedarah bukanlah semarga. Peraturan adat tetaplah aturan adat dan aturan
gereja tetap aturan gereja tidak ada yang menjadi kepala dan menjadi ekor, gereja dan adat
harus berjalan beriringan ditengah manusia. Gereja harus tetap memberkati semua
perkawinan yang sudah memenuhi syarat yang diakui gereja bukan yang diakui adat.

KEMATIAN JEMAAT PASIEN COVID 19 (Michael Barus)

(TINJAUAN DOGMATIKA TERHADAP PANDANGAN JEMAAT GBKP RG. MEDAN


TIMUR TENTANG KEMATIAN JEMAAT PASIEN COVID 19)

Kematian merupakan sebuah kenyataan hidup yang harus dialami oleh setiap manusia
siapapun dia. Menghadapi kenyataan ini sadar atau tidak, kita sering merasa takut akan
kenyataan akhir hidup kita di dunia ini. Kematian lalu dipandang sebagai suatu kenyataan yang
akan menghapus segala keberadaan hidup manusia. Tidak heran kalau kemudian ada begitu
banyak orang memuja kehidupan dan masa muda yang penuh vitalitas serta sedapat mungkin
menghindar dari ketuaan. Dalam pandangan kristiani kematian manusia bukanlah suatu kesia-
siaan. Dari perspektif iman kita percaya bahwa kematian kita terjadi dalam rahmat Kristus.
Kematian orang beriman kristiani berarti keikutsertaan dalam kematian Kristus. Kita mati dalam
Kristus. Kematian sebagai upah dosa diubah menjadi berkat, karena kita mati dalam Kristus.
Rasul Paulus menegaskan hal ini kepada umat di Filipi: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan” (Flp 1:21). Di sini relasi antara kematian manusia dinyatakan. Kematian kita
dilihat dalam cahaya keikutsertaan dalam peristiwa Yesus, kematian dan kebangkitanNya.
Mengambil bagian dalam kematian Kristus berarti kita juga mengambil bagian dalam
kebangkitanNya. Rasul Paulus menegaskannya bahwa “Bersama Kristus kamu dikuburkan
dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaan kepada kerja
kuasa Allah yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Kol 2: 12). Kita
mengetahui beberapa hal penting. Pertama, kematian merupakan kodrat manusia. Manusia
siapapun dia tidak dapat menghindar dari kenyataan alamia ini. Kedua, kematian merupakan
konsekuenasi dari dosa. Ketiga, walaupun kematian merupakan penderitaan bagi manusia
sebagai akibat dosa, tetapi lewat kematian manusia boleh mengalami penebusan. Dan keempat,
penebusan yang dimaksud tidak lain adalah kematian manusia yang disatukan dengan kematian
Kristus sendiri
Gereja dan Keselamatan (zetro Panggabean)

(Suatu Tinjauan Dogmatis tentang Pergumulan Jemaat terhadap Gereja sebagai


penyelenggara Keselamatan di PK GKPI Maranatha Sri Gunting)

Memahami Gereja tidak bisa dengan pemahaman yang sempit. Gereja memiliki 2
bentuk yaitu gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Melalui itu, kita
dapat memahami bahwa arti gereja tidak hanya sebatas gedung gereja saja. Namun
orang percaya yang mengandalkan Kristus dalam segenap hidupnya juga disebut
dengan Gereja. Gereja tidak akan pernah tutup, gereja selalu hidup menurut
pandangan orang percaya. Ada 2 bentuk pelayanan Gereja yaitu Apostolat dan ibadat,
dimana perilaku dari gereja itu dapat dilihat dari bentuk pelayanan yang ada.
Keselamatan hanya pada Yesus Kristus. Sehingga gereja tidak dapat memberikan
keselamatan, namun gereja diciptakan Allah untuk memisahkan umat-Nya. Gereja
harus menampilkan dirinya begitu rupa di masa kini sehingga ia dapat menjadi tanda
(sign) yang membawa manusia datang kepada keselamatan. Hans Kung mengatakan:
“Untuk dapat tetap ada sebagai tanda dari kemanusiaan baru, Gereja harus terus-
menerus membarui cara beradanya dalam dunia. Gereja mula-mula menyadari diri
sepenuhnya sebagai instrumen Roh Kudus dalam mewartakan keselamatan sampai ke
ujung bumi (Kis. 1:8).

Perjamuan Kudus (Roy Jeky)

(Suatu Tinjuan Dogmatis Terhadap Pemahaman Jemaat GKPS Bangun Baru Tentang
Perjamuan Kudus Kepada Orang Yang Sakit/Sekarat Akan Meninggal Yang
Diperhadapkan Dengan Tata Gereja GKPS BAB III Pasal 20 Serta Relevansinya Bagi
Jemaat GKPS Bangun Baru

Menurut analisa saya Perjamuan Kudus mengingat akan karya penyelamatan yang
dilakukan Yesus terhadap kita akan penebusan dikayu salib. Kita makan roti dan
mengingat bahwa Yesus menjadi manusia supaya tubuh manusiawi disalibkan. Ia
menderita dan mati untuk menciptakan tubuh baru. Darah Kristus ditumpahkan di Kayu
Salib untuk pengampunan segenap dosa kita. Darah-Nya yang adalah kehidupan,
ditumpahkan untuk memberi hidup kepada kita. Kita minum cawan itu dengan mengingat
bahwa Yesus sendiri telah minum cawan murka Allah bagi kita. Perjamuan Kudus
sebagai peringatan terhadap penderitaan dan juga kematian serta kebang-kitan- yang
Tuhan Yesus alami, Perjamuan Kudus menghadapkan kepada kematian Yesus dan
kebangkitan-Nya yang telah nyata, bahwa kematian-Nya itu telah menerbitkan
keselamatan bagi yang mempercayainya. Menurut saya Perjamuan Kudus yang dilakukan
terhadap orang yang sakit/ sekarat adalah salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan
gereja sebagai bentuk respons terhadap jemaat yang sakit, karena dari beberapa
pemahaman diatas menunjukkan bahwa perjamuan Kudus merupakan suatu bentuk karya
keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dan menurut Yohanes 6: 48 - 54 dengan
perjamuan Kudus ini akan mendapat hidup kekal yaitu sebuah keselamatan melalui
kesembuhan baik juga kematian. Perjamuan Tuhan adalah sarana kasih karunia yang
terpenting. Pembagian roti dan anggur yang menghadirkan kembali tubuh dan darah
Juruselamat kita menyampaikan pengampunan dosa, rekonsiliasi, dan penyembuhan yang
nyata dan perjamuan kudus bukan sebagai alat atau penghantar untuk mendapatkan
kematian. Tetapi perenungan atas karya Penyelamatan Yesus di dalam penebusan dosa
dosa yang manusia. serta menguatkan Iman Percaya kita. Menerima Perjamuan Kudus
artinya menerima roti dan anggur sebagai tanda tubuh dan darah kristus di dalam karya
penyelamatannya terhadap kita sehingga kita mengakui perilaku-perilaku kita yang tidak
baik dihadapanya.

Persepuluhan atau Persembahan (Argika)


(Suatu Tinjauan Dogmatis tentang Pemahaman Jemaat Mengenai Persepuluhan dan
Persembahan di GKPI Tanjung Medan)
Jika di perhatikan dalam kesaksian Kitab Suci tentang persembahan persepuluhan,
maka nampak bahwa pemahaman sekitar persembahan persepuluhan dalam
kehidupan umat Allah mengalami berbagai perubahan. Perubahan itu terjadi,
berkaitan dengan pemberian persembahan persepuluhan, misalnya pada awal berupa
“hasil pertama atau “buah sulung”, lalu hasil peternakan, kemudian dalam bentuk
yang sudah diuangkan. Begitu juga perubahan dalam penggunaan persembahan
persepuluhan itu sendiri. Semula sebagai sarana syukur, suka-cita dan kebahagiaan
bersama yang memberi persembahan persepuluhan dengan orang Lewi, orang miskin,
orang asing dan para janda, tetapi kemudian hanya untuk para imam dan orang Lewi.
Semua perubahan tersebut tentu tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat Israel
sebagai umat Allah. Isreal sebagai negara teokrasi membutuhkan dana juga untuk
membangun dan memelihara Bait Suci. Karena itu tidak heran, jika persembahan
persepuluhan ditatalayani oleh para raja seperti pajak, untuk kesejahtraan para pekerja
di bait suci dan orang-orang lemah yang sangat membutuhkan topangan. Tetapi
dalam perjalanan kehidupan umat Israel, rupanya penataan persembahan
persepuluhan sebagai bagian peribadahan kepada Tuhan Allah, sering mengalami
penyimpangan, sehingga menimbulkan kritik para nabi terhadap penyimpangan
tersebut. Bagi para nabi memberi persembahan persepuluhan sepatutnya tanpa
mengabaikan hak-hak orang lemah dalam hidup bersama. Dengan kata lain memberi
persembahan persepuluhan tak terpisahkan dengan menegakkan keadilan, belas
kasihandan kesetiaan. Itu berarti persembahan persepuluhan sebagai bagian dari
peribadahan kepada Tuhan Allah harus mempunyai dampak diakonis bagi mereka
yang tak berdaya di sekeliling umat Allah. Rupaya Tuhan Yesus, seiring-sejalan
dengan para nabi, ketika Ia mengkritik para ahli Taurat dan orang Farisi berkaitan
dengan persembahan persepuluhan pada zaman-Nya. Yesus tidak melarang orang-
orang memberikan persembahan persepuluhan, sebab hal itu merupakan kewajiban
umat Allah. Tetapi bagi Yesus pemberian persembahan persepuluhan itu tanpa
mengabaikan hal-hal yang hakiki dalam Taurat Tuhan, yakni keadilan, belas kasihan
dan kesetiaan, seperti yang ditekankan juga oleh para nabi. Dengan demikian,
memberi persembahan persepuluhan seharusnya berbarengan dengan upaya
melakukan yang dikehendaki Tuhan Allah kini dan di sini.
Pertua Diaken dan Perceraian (Silvia Depari)

Segala aspek dari kehidupan Hamba Tuhan selalu menjadi sorotan Jemaatnya. Kehidupan
Hamba Tuhan di tuntut harus dapat menjadi contoh dan teladan bagi jemaatnya, tidak terkecuali
kehidupan keluarganya. Hamba Tuhan harus mampu menjaga keluarganya. Hamba Tuhan harus
mampu menjaga keluarganya tetap harmonis sehingga keluarganya tetap harmonis sehingga
keluarganya dapat menjadi saksi, terang dan berkat bagi keluarga-keluarga jemaatnya, maupun
keluarga-keluarga di luar gereja. Pernikahan Hamba Tuhan harus dipelihara, dijaga dan
dipertahankan sedemikian rupa agar dapat dipertanggung-jawabkan dihadapan Tuhan dan
menjadi teladan bagi orang lain. Namun realita menunjukkan hal yang sangat memperhatinkan.
Hari ini kehancuran pernikahan bukan hanya terjadi pada keluarga-keluarga diluar gereja , akan
tetapi juga dialami oleh keluarga-keluarga yang mengaku sebagai keluarga Kristen, bahkan
keluarga dari orang-orang yang menyandang gelar Hamba Tuhan (Pertua atau Diaken).
Akibatnya nama Tuhan bukan dipermuliakan namun justru sebaliknya dipermalukan. Faktor
utama dari kegagalan sebuah keluarga diakibatkan kurang mengertinya pasangan suami istri
secara sungguh-sungguh tentang hakekat perkawinan Kristen. Ketidakmengertian tentang
hakekat sebuah pernikahan Kristen akan menyebabkan pasangan suami-istri kurang menghargai
pernikahan. Pernikahan dianggap sesuatu hal yang dapat dipermainkan. Akibatnya keluarga
menjadi rapuh dan mudah mengalami kehancuran. Mungkin banyak hamba Tuhan yang
memahami tentang hakekat dari pernikahan Kristen dan terlalu sering mengkotbahkannya,
namun mereka tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan keluarga mereka. Akibatnya keluarga
hamba Tuhan mengalami kegagalan yang pada gilirannya akan menjadi batu sandungan bagi
jemaatnya dan orang sekitarnya. Oleh karena itu hamba Tuhan harus mengerti dan melakukan
ajaran Firman Tuhan tentang hakekat sebuah pernikahan Kristen. Faktor penyebab perceraian
perkawinan juga dapat diakibatkan karena tidak dapat dilakukan substansi perkawinan yang ada
di dalam kitab suci Kejadian 2:24; Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan Ayah dan
Ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga mereka menjadi satu daging. Berdasarkan ayat ini
dapat ditarik satu kesimpulan, bahwa bagi Allah perkawinan itu adalah jika seorang laki-laki
memisahkan diri dari orang tuanya untuk menyatu dengan istrinya dan menjadi sedaging.

Dalam konfesi GBKP dikatakan bahwa karena apa yang telah dipersatukan oleh Allah
tidak bisa dipisahkan oleh manusia (Matius 19:6). Perceraian merupakan hal yang tidak
diinginkan oleh Allah. Perceraian menurut Allah tidak pernah dibenarkan, bahkan sekalipun oleh
karena perzinahan. Perzinahan adalah dosa dan Allah tidak menyutujui dosa dan terputusnya
pernikahan. Apa yang disatukan Allah tidak dapat dipisahkan manusia. Namun pengampunan
melalui pengakuan dosa dan pertobatan membatalkan status keadaan yang berdosa dari orang
yang bercerai. Satu-satunya alasan mereka masih hidup di dalam dosa setelah perceraian adalah
bahwa perceraian itu merupakan suatu dosa. Selama mereka tidak mengakui dosa perceraian,
mereka masih hidup dalam dosa. Tetapi jika mereka telah mengaku dosa mereka, Allah akan
mengampuni seperti dosa yang lainnya (bdn. 1 Yoh.1:9).Keluarga hamba Tuhan tidak secara
otomatis menjamini bahwa keluarga tersebut pasti harmonis dan tidak dapat mengalami
kehancuraan, sebagaimana keluarga-keluarga yang lain. Fakta menunjukkan bahwa banyak
keluarga hamba Tuhan yang mengalami kegagalan dan kehancuran. Untuk dapat menciptakan
keluarga yang bahagia dan diberkati Tuhan maka pasangan hamba-hamba Tuhan harus mau
belajar untuk mengerti dan menaati tentang hakekat pernikahan Kristen yang diajarkan oleh
alkitab (Matius 19:6).

Stigmata/ tanda luka Yesus (Dira Cyntia Siburian)

(Suatu Tinjuan Dogmatis terhadap pemahaman HKI Desa Gajah tentang Stigmata atau
tanda luka Yesus dikorelasikan dengan penderitaan jemaat karena Covid-19)

Perjalanan Hidup menuju penantian pengaharapan itu, kerap kali harus kita lalui
dengan banyaknya keluhan-keluhan yang terjadi. Dari banyak keluhan-keluhan yang
kita alami terkadang ada yang tidakj terucapkan ( Rom 8: 26). Sumber keluhan-
keluhan itu bisa datang dari dalam diri , keluarga dan lingkungan kita sendiri; juga
bisa datang dari tindakan orang lain; juga bisa datang dari alam sekitar dan alam
semesta kita. sebab memang dunia ini adalah panggung keluhan-keluhan bagi semua
orang (8:19-23).
Berdasarkan pernyataan diatas saya sebagai penulis menganalisa, di dalam
kehidupan ini semua orang pasti memiliki penderitaan dan keluhan dalam hidupnya.
Kita sebagai orang yang percaya , harus mengalami penderitaan. Dalam Luk 9:23
dikatakan setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”. Jadi bagi orang percaya haruslah
kita mengalami penderitaan itu karena Allah sendiri terlebih dahulu menderita untuk
menebus dosa kita. terkadang Tuhan mengizinkan kita dicobai oleh Iblis dan
mengalami kesusahan agar kita dapat bertahan dan Iman mu mampu naik level ke
level yang lebih tinggi. Pada saat kita ditimpa oleh cobaan , ia akan memberikan jalan
kepadamu untuk menjadi kuat dan dapat bertahan. Sebab dalam 1 Korintus 10 : 13a
dikatakan “ Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan;pencobaan
yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Jika Tuhan membiarkan kita
menderita percayalah ada rencana besar yang Tuhan ingin lakukan dalam hidupmu.
Setialah dalam perkara-perkara mu yang kecil makaTuhan akan memberikan
Berkatnya. Seperti halnya tanda luka Yesus dan penderitaan jemaat karena Covid -19
ini, banyak orang percaya mengalami kesulitan tapi percayalah akan ada pelangi
sehabis hujan, akan ada sesuatu yang luar biasa yang akan Tuhan berikan diablik
penderitaan ini.

Kebangkitan Daging (Frengky Manihuruk)

(Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Jemaat HKI Huta Nauli Resort Dolok Masihul
Tentang Kebangkitan Daging Sebagai Suatu Keselamatan)

Bagi umat percaya, kebangkitan Kristus memiliki makna yang mendalam,


kebangkitan Kristus membangkitkan keyakinan dan pengharapan dibangkitkan.
Kebangkitan Kristus yang tidak diragukan telah mengimplikasikan kebangkitan umat-
Nya. Kebangkitan Kristus itu menjadi bukti dan jaminan kebangkitan bagi mereka
yang hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Umat percaya meyakini bahwa eksistensi
hidup mereka tidak dibatasi oleh kematian. Peristiwa kebangkitan menjelaskan bahwa
hidup umat percaya tidak dibatasi oleh kematian. Hidup umat percaya berjalan secara
teratur dan tidak berhenti pada titik kematian. Kematian sebagai pintu masuk dimana
umat percaya akan memasuki hidup baru dan dunia baru. Demikian halnya tubuh
yang dikenakan setelah kebangkitan, umat percaya akan mengenakan tubuh
kemuliaan yang serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, tubuh yang kekal.
Kebangkitan bukan lagi tersusun dari materi tubuh sekarang ini, tetapi apa yang
dibangkitkan tetap disebut tubuh. Maka tentang kebangkitan, dapat disimpulkan
bahwa pertama kebangkitan menunjuk pada restorasi hidup seseorang dari kematian
menuju kehidupan. Kedua, kebangkitan berarti adanya lagi kehidupan yang tadinya
ditelan oleh kematian menuju kekekalan, dengan perubahan yang sangat mendasar
pada tubuh kebangkitan tersebut. Ketiga, kebangkitan bukan hanya adanya kehidupan
lagi serta mengalami transformasi, kebangkitan menuntun manusia kepada titik
permuliaan, dimana manusia menjada sama seperti Dia menjadi baru.

Kebangkitan daging juga berhubungan dengan kehidupan yang kekal.


“kehidupan kekal” dalam pengakuan iman rasuli hanya ingin melenyapkan
pemahaman yang ambigu terhadap kondisi kita setelah meninggal sebab kata itu
menyatakan suatu transformasi bentuk eksistensi manusia, sementara cara
mencapainya ada dalam diri kita sendiri dengan terus mengarahkan perhatian kepada
sumber kehidupan itu sendiri yaitu TUHAN. Jadi, kebangkitan yang akan terjadi
nanti bagi orang-orang yang sudah mati juga bagi mereka yang masih hidup ketika Ia
datang kembali akan menjadi seperti kebangkitan Kristus yang kita percayai dan
imani. Tubuh yang akan dimiliki adalah tubuh yang dimuliakan dan sempurna seperti
tubuh Yesus Kristus. Dan kepastian juga jaminan akan kebangkitan itu sudah nyata
dalam diri Yesus.

Peti Jenazah dan Barang-barang yang Dimasukkan ke Dalam Peti (Mulianti Purba)

Suatu Tinjauan Dogmatis tentang Barang-barang yang Dimasukkan ke dalam Peti


Jenazah diperhadapkan dengan Pemahaman Jemaat di dalam Pelaksanaan Penguburan
serta Relevansinya bagi Jemaat GKPS Gunung Datas

Kematian merupakan sebuah kepastian bagi setiap manusia. Manusia yang hidup
pasti mati. Kematian badani itu sudah bersifat alami. Itulah akhir kehidupan duniawi,
artinya ketika manusia hidup dan pada suatu saat meninggal atau mati, entah dalam
usia berapa pun, maka dengan jelas bahwa manusia itu mengakhiri kehidupan
alaminya baik secara badani maupun rohnya. Seperti yang Luther paparkan bahwa
kematian itu seperti tidur, mereka yang mati masih berada dalam kubur tanpa
melakukan kegiatan selain tidur. Jika manusia mati, maka kematiannya adalah secara
totalitas, baik tubuhnya maupun rohnya, karena tidak bisa dipisahkan atau
terputuskan antara tubuh dan roh. Manusia tidak mungkin mengalami mati hanya
sebahagian dari keberadaannya, sedangkan yang sebahagian lagi kebal terhadap
kematian. Sebab hanya Allah sendirilah yang tidak tahkluk kepada maut atau
kematian itu (1 Tim. 6:16). Sehingga di dalam pembahasan ini, terlihat bahwa jemaat
memahami mengenai orang yang meninggal itu hanya secara badani, namun secara
rohnya masih hidup dan dekat dengan manusia yang masih hidup.
Sebenarnya ada yang memahami jika ketika kematian itu ada maka orang yang
meninggal itu tidak ada lagi hubungannya dengan yang masih hidup baik secara
badani maupun secara rohnya, namun yang paling memprihatinkan ialah bahwa lebih
dominan memiliki pemahaman bahwa manusia hanya mati secara badani, namun
masih hidup secara rohnya. Sehingga melalui pemahaman itu terjadi praktek
memasukkan barang-barang ke dalam peti jenazah. Karena jemaat memahami dan
bahkan ada yang mempercayai bahwa roh (tonduy) yang telah meninggal itu masih
bisa bekerja dan bahkan menjadi pengganggu bagi manusia yang hidup (terlebih-lebih
keluarga terdekat yang telah meninggal) sehingga terdorong untuk memasukkan
barang-barang berupa, pakaiannya, sepatunya, lidi, sirih, dll dengan tujuan supaya roh
yang telah meninggal itu tidak mencari-cari kembali barang-barang yang sangat
berharga atau yang sering dipergunakan yang telah meninggal tersebut. Jika kita
pahami ini secara iman kita, maka tidak ada kegunaan dari semuanya itu dan itu
hanya akan menjadi sia-sia.
kematian itu sudah hal yang pasti dan setiap manusia akan mengalaminya, hanya
saja waktu yang membedakannya. Namun di dalam memahami kematian ini, berbagai
pemahaman yang muncul dari setiap individu mengenai setelah kematian itu. Ada
pemahaman yang menyatakan bahwa orang yang telah meninggal itu pun masih dapat
melakukan kegiatan atau aktifitas di dunianya, sehingga di dalam pelaksanaan
penguburan masih ada yang melakukan praktek memasukkan barang-barang ke
dalam peti jenazah, dikarenakan pemahaman yang tadi mengenai yang meninggal
akan tetap melakukan kegiatan sama seperti di waktu ia hidup dan jika itu tidak di
masukkan maka suatu saat akan ada waktunya ia kembali untuk mempertanyakan dan
meminta barang-barang milik mereka itu kepada keluarga terdekatnya.

Ziarah Ke Kuburan (Noviyanti bukit)

(Tinjauan Dogmatika Tentang Pandangan Jemaat GBKP Bajem Gunung Kelawas


tentang Makna dan Tujuan Ziarah Ke Kuburan diperhadapkan dengan Pendeta
GBKP Klasis Medan-Namorambe dan Konfesi GBKP)

Dalam kita berziarah makna dan tujuan yang kita dapat ialah untuk mengenang atau
menghormati orang yang lebih dahulu meninggalkan kita. Masih dipahami bahwa makna dan
tujuan ziarah kekuburan ialah untuk menerima berkat dari orang yang sudah meninggal. Ini
merupakan bentuk penyimpangan Iman Kristen dari Keluaran 20:3-4 bahwasanya masih jelas
dalam pemahaman bahwa makna dan tujuan ziarah ke kuburan memberikan berkat dan
perlindungan. Orang Kristen tidak dilarang terlibat dalam budaya, melestarikan dan
mengembangkan budaya (adat istiadat) sebagaimana Yesus sendiri hidup di tengah-tengah
lingkungan budaya/adat istiadat orang Yahudi, sama halnya dengan jemaat Bajem Gunung
Kelawas yang berada ditengah lingkungan budaya sehari-hari akan tetapi harus bersikap kritis
akan bentuk praktek pelaksanaan budaya yang bertolak dari Iman Kristen dan tidak boleh
disembah sehingga hal inilah yang harus dihindari. Maka dengan itu analisa saya ialah bahwa
makna dan tujuan ziarah ke kuburan itu ialah mengenang, mengingat orang yang sudah
meninggalkan kita. Itu sebagai bentuk penghormatan kita kepada mereka yang sudah
meninggal. Tidak ada salahnya kita berziarah namun memiliki tujuan yang pasti. Artinya tidak
meminta hal-hal yang tidak baik. Maka dengan itu, ide atau gagasan dari penyeminar adalah
agar dalam berziarah ke kuburan diterangi dengan Firman Tuhan agar jemaat tidak sesat lagi
mau kemana arah yang ia lakukan. Agar tidak menyimpang dalam Iman Kristen.
Manusia tidak terlepas dari budaya/ adat tradisi yang berlaku disetiap daerah. Dalam
kesepuluh perintah Allah telah mengikat perjanjian dengan umat manusia dengan melarang
melakukan praktek penyembahan atau kepercayaan kepada allah-allah lain yang termasuk
menduakan Tuhan. Maka dengan itu, hanya Allah satu-satunya yang harus disembah oleh
orang percaya. Ketika manusia mati maka yang dahulu dari debu tanah kembali menjadi tanah
dan roh yang diberikan akan kembali kepada Allah (Pkh 12:7). Dengan itu orang yang sudah
mati tidak ada lagi komunikasnya dengan kita. Maka dengan itu, tetap setia kepada Allah
karena hanya dialah yang satu-satunya Allah kita di dunia ini.

Kesetiaan Dalam Beribadah (Vitasari Sembiring)

(Suatu Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Jemaat GBKP Sigarang-garang


Tentang Makna Kesetiaan Beribadah Di Masa Pandemi C. 19 dari Pandangan Teologi
Ibadah Calvinis)

Pada saat ini, semakin banyak warga jemaat yang berasal dari gereja tradisional di
kawasan megapolitan yangbtidak lagi (mau) beribadah di gerejanya sendiri. Banyak
jemaat (khususnya kaum muda) yang merasa tidak lagi cocok beribadah dalam corak
tradisional karena corak tradisional dirasa kurang memenuhi kebutuhan rohani dan batin
mereka serta dipandang tidak lagi mengandung unsur religiositas. Mereka mencari corak
ibadah yang sesuai dengan jiwa mereka. Mereka tidak lagi melihat bagaimana cara untuk
menjalankan ketaatan/kesetiaan mereka dalam beribadah dan memaknai apa sebenarnya
tujuan untuk beribadah itu sendiri. Tujuan ibadah itu bukan hanya untuk mencari
kesenangan jiwa pribadi lepas pribadi, tujuan ibadah juga untuk merasakan kekudusan
Allah. Saat manusia merasakan kekudusan Allah, maka hati nuraninya akan tersentuh,
digerakkan oleh kekudusan Allah untuk kembali hidup sesuai dengan kekudusan Allah.
Tujuan ibadah juga adalah untuk memandang, merasakan memahami kekududsanNya.
Agar hati nurani diperbaharui, bertobat, digerakkan untuk hidup kudus. Ibadah yang
berkenan kepada Allah lebih dari sekedar melakukan hal-hal yang benar, tetapi
mempersembahkannya “dalam iman” (Ibrani 11:4), “dalam roh” (Yoh. 4:24), dan “dalam
hormat dan gentar” (Ibrani 12:28). Dan pada intinya, ibadah adalah mempersembahkan
seluruh diri kita kepada Allah (Rom. 12:1), seluruh pikiran dan perasaan, sikap adalah
gambaran dari didekasi dalam diri kita agar kesetiaan/ketaatan kita dalam menjalankan
ibadah itu berbuah dari perbuatan yang baik.
Kesetiaan beribadah itu bukanlah melihat apa yang harus kita lakukan dalam arti
kata kesetiaan itu dijalankan/dijadikan sebagai kegiatan rutinitas kita sehari-hari. Tetapi
kesetiaan itu bisa kita laksanakan dalam perbuatan kita yang didasari oleh iman
kepercayaan/iman pengharapan kita kepada Tuhan. Dan pada masa Covid 19 ini banyak
jemaat GBKP Rg Sigarang-garang mengatakan bahwa kesetian beribadah itu melakukan
ibadah setiap hari minggu, mendekatkan diri kepada Tuhan, mengingat Tuhan dan
mendegarkan kotbah-kotbah saja dan didalam pelaksanaanya mereka rata-rata tidak
menjalankan ibadah tersebut dengan berbagai alasan yang berebeda. Calvin juga
menekankan bahwa ibadah yang berpusat pada Allah seharusnya adalah ibadah dimana
Allah dimulaikan, tanpa mengabaikan keimanan manusianya. Karena menurut teologi
Calvin mendengarkan Firman saja tidak cukup dalam menjalankan ibadah. Dan pada
masa Covid 19 saat ini tidak ada salahnya kita menjalankan ibadah di rumah masing-
masing. Namun, kesetian beribadah itu juga harus dijalankan dengan kesungguhan hati
yang paling dalam yang didasari oleh iman kepercayaan yang akan membuahkan hasil
yang baik melalui perbuatan dalam kehidupan kita. Dalam Ibrani 10:22 dikatakan “
Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan
iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan
tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.
Pemberkatan Pernikahan Tanpa Angkat Sidi (Riski Mutiara purba)

(Suatu Tinjauan Dogmatis tentang Pemberkatan Pernikahan tanpa Angkat Sidi di GKPS
Saran Padang di perhadapkan dengan Peraturan Perkawinan di GKPS)

pemberkatan pernikahan tanpa angkat sidi sangatlah tidak dibenarkan.


Sama seperti peraturan yang telah ditetapkan oleh Gkps bahwasanya penting
untuk seseorang memahami kepercayaanya dalam wujud pembelajaran sidi
sebelum ia membntuk bahtera pernikahan. Bukanlah sebuah ketaatan atau hanya
sebagai formalitas dalam peraturan untuk menaati semua syarat-syarat pernikahan
sama seperti yang telah ditetapkan oleh Gkps dalam tata Gereja Gkps. Namun,
adalah baik bagi seorang anak muda untuk memahami iman, menyaksikan
kepercayaanya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan dikatakanlah ia dewasa
dan mampu untuk membangun sebuah keluarga. Sebab sidi sangatlah penting, sidi
bermanfaat dan mendidik semua orang dalam pengenalanya akan Tuhan serta
mampu untuk memilah-milah apa yang dikehandaki Tuhan sehingga harus
dilakukan, dan apa yang tidak dikehendaki Tuhan sehingga tidak boleh untuk
dilakukan. Sidi sebagai hal yang digambarkan untuk mempersiapkan diri
seseorang untuk berlanjut ketahap berikutnya. Jadi sidi, bukanlah sebuah
formalitas ataupun hanya sebuah kegiatan Cuma-Cuma, namun sidi sangatlah
dibutuhkan bagi anak-anak muda.
Mengenai perkawinan, perkawinan adalah langkah awal bagi sepasang
kekasih untuk memulai kehidupan yang baru. Kristen memahami bahwa apa yang
disaksikan oleh Alkitab adalah benar. Perkawinan adalah inisiatif Allah untuk
mempersatukan dua manusia yang berbeda kelamin, dan untuk memenuhi firman
Allah yaitu beranak cucu. Jadi, karena perkawinan itu adalah sebuah inisiatif
Allah, artinya adalah bersumber dari Allah maka segala sesuatu yang
berhubungan dengan perkawinan haruslah juga sesuai dengan kehendak Allah.
seperti yang sudah dipaparkan oleh saya sebagai penyeminar bahwa bagi siapapun
orang yang belum menikah tidaklah boleh dinodai oleh kecemaran dosa seperti
percabulan, perzinahan sebab mereka belum sah atau belum diberkati oleh Tuhan
melalui perkawinan Kudus. maka perlu bagi sepasang kekasih yang belum
menikah menjaga kesucianya masing-masing.
Dalam kasus yang saya temui ini adalah kasus yang realitanya melanggar
peraturan gereja yang termaktup dalam tata gereja Gkps. Bukan itu saja, namun
kasus ini juga sudah melenceng dari kehendak Tuhan. Sedemikian pentingnyalah
persiapan atau pengejaran agama Kristen bagi semua orang sehingga sidi pun
ditetapkan menjadi salah satu syarat untuk melangkah kejenjang pernikahan
adalah wajib bagi seseorang untuk menyelesaikan ataupun sudah memahami
pelajaran agama Kristen melalui angkat sidi. Maka seharusnya orang yang belum
melakukan angkat sidi tidak boleh juga untuk melaksanakan pemberkatan
pernikahan sebab belum memenuhi syarat., apapun alsanya pemberkatan
pernikahan itu tidak boleh terjadi apabila seseorang itu belum angkat sidi. Jika
seseorang ingin menikah dan akan masuk kristen, sama seperti kasus yangs aya
temui yaitu orang islam yang ingin menikah demgan orang kristen maka ada
baiknya si perempuan islam tersebut lebih dahulu melaksankan atau mengikuti
pembelajaran sidi supaya ia memahami kepercayaan agama Kristemn yang ia
akan anut nanti barulah ia bisa diberkati digereja. Kita dapat lihat bahwa kasuss
ini sudah memiliki dua inti maslaah besar yaitu; hamil sebelum diberkati dan
melaksankan pemberkatan sebelum angkat sidi.

Tolu Banua (Joel Simanjuntak)

(Suatu Tinjauan Dogmatis terhadap pemahaman Jemaat HKI Wonosari tentang Tolu
Banua di Suku-Batak diperhadapkan dengan Pengajaran HKI)

Allah menciptakan segala sesuatu. “Oleh firman Allah langit dijadikan... Dia berfirman,
maka semuanya jadi. Dia memberi perintah maka semuanya ada” (Mzm. 33:6-9). Jadi
keberadaan alam semesta hanya bergantung pada kehendak Allah. “ Dan segala sesuatu ada di
dalam Dia”. (Kol. 1:17 Paulus menyatakan “Segala sesuatu adalah dari Dia dan Oleh Dia dan
Kepada Dia” (Rom 11:36, serupa dengan 1 Kor 8:6), penciptaan bumi dan segala isinya adalah
Milik Tuhan” (1kor 10:26). Bumi bukan hanya berasal dari tangan Tuhan, melainkan juga tetap
tinggal di tangan dalam tanganNya. Di-dalamNya tidak ada yang najis, semuanya halal (Rom
14:14,20 serupa dengan 1 Tim 4:4). Dalam pandangan Paulus, dunia tidak hanya mengusir
mengalami pengusiran setan-setan, tetapi juga pengusiran dewa-dewa aau alah-alah yang lain
(Rom 1:23; 1 Kor 8:5). Dunia tidak lagi tempat hal yang bersifat keramat dan perbedaan di
antara yang profan dan yang sakral tidak berlaku lagi. Dunia ini adalah dunia, bukan sesuatu
yang bersifat ilahi atau demonis. Dunia adalah Ciptaan Allah, dunia tidak menciptakan diri
sendiri dan bukan buatan seorang tukang (Demiurgos). Dunia keluar dari tangan Allah dan
Tinggal di dalam Nya juga sesudah kejatuhannya.

Tuhan menciptakan segala yang ada dari ketiadaan oleh Firman dan kehendakNya, maka
seluruh ciptaan adalah perwujudan kemahakuasaan-Nya. “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya,
Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatanMu yang besar dan dengan
lenganMu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untukMu.” (yer. 32:17).1
Penciptaan merupakan karya dari Allah Tritunggal. Sejumlah besar ayat dalam Perjanjian Lama
tentang penciptaan hanya mengaitkan dengan Allah. Paulus memakai penjelasan beberapa ayat,
Mazmur 96:5; Yesaya 37:16; Yeremia 10:11-12, Inti dari nats ini ialah bahwa Allah sejati telah
menciptakan segala sesuatu yang ada, sedangkan berhala-berhala tidak mampu menciptakan
apa-apa. Paulus mengatakan, “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang
daripadaNya bersal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup.” Demikian juga halnya dalam
Penciptaan, Dari dalam Alkitab tampak bahwa Allah Bapa yang menjadikan Alam Semesta dan
Roh Kudus dan Allah Anaklah yang membentuknya. 2 Tuhan Allah menciptakan alam semesta,
supaya alam semesesta dapat memberi tempat bagi perjanjian kasih Karunia Allah bukan untuk
menjadi tempat Allah-allah lain yang berkuasa atas bumi ini. Menurut Kol 1:16,17 di dalam
Kristus telah diciptakan segala sesuatu , yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan
dan yang tidak kelihatan , baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah atau penguasa. Di
Ef 1:10 disebutkan , bahwa kegenapan waktu Tuhan Allah akan mempersatukan di dalam Kristus
sebagai Kepala, segala sesuatu, baik di sorga maupun di bumi. Segala yang ada di bumi ini,
tidak ada pembagian allah-allah yang lain sebagai penghuninya selain dari pada Allah Tritunggal
yang empunya segalanya.

Fungsi Kuburan (fitri Purba)


(Suatu tinjauan dogmatis terhadap pertanyaan jemaat GKPS Raya Bosi tentang fungsi
kuburan yang tertulis dalam peraturan penguburan GKPS Bab V pasal 13)

1. Orang-orang dikuburkan ketika mereka mati. Karena orang percaya dan orang
tidak percaya pada akhir hidup mereka memasuki kematian. Kuburan hanyalah
sebuah tempat yang merupakan buah dari tradisi dan kebudayaan yang dibuat oleh
manusia untuk menguburkan mayat/jasad/tubuh orang yang sudah mati. Oleh
karena itu, segala bentuk pembangunan kuburan termasuk yang bercorak
kekristenan hanyalah salah satu contoh dari penghargaan kepada orang yang
meninggal.
1

2
2. Setiap orang yang hidup pasti akan mati. Kematian terjadi ketika roh sudah
berpisah dari tubuh. Sheol dan hades adalah keadaan orang sesudah mati yang
dipandang dari pihak orang yang masih hidup. Alkitab mengatakan bahwa arwah
orang yang sudah mati tidak dapat berhubungan dengan atau pergi mengunjungi
orang yang masih hidup (Luk.16:19-31). Arwah orang yang sudah mati tidak ada
yang gentayangan, tetapi akan kembali kepada Allah. Tubuh manusia akan
mengalami kematian, tetapi roh akan bersifat immortal. Di dalam Roma 8:10
dikatakan, “tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati
karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran”. 3 Kata sheol dan
hades tidak selalu menunjuk lokasi. Dalam Alkitab kadang-kadang kata itu
dipakai untuk menunjukkan satu pemikiran abstrak dari keadaan orang yang mati,
yaitu keadaan keterpisahan antara roh dan tubuh.
3. Dalam penggunaan Alkitab (dalam teks ibrani) roh itu merupakan nafas yang
memberikan kehidupan kepada tubuh manusia (Kej. 7:22), Ayb. 27:3). Roh
manusia akan memenuhi takdir yang benar ketika ia memiliki hubungan yang erat
dengan Allah sang pencipta. Dirinya sebagai Roh yang kekal, dan oleh firman-
Nya langit dan bumi dijadikan dan oleh nafas dari mulut-Nya. Manusia memiliki
nafas atau roh karena telah diberikan oleh Roh Allah (Ayb. 27:3), ketika
seseorang meninggal dunia maka rohnya akan dikembalikan kepada Allah (Peng.
12:7)
Soterologi (Frans Kaban)
(Tinjauan Dogmatika Terhadap Pengaruh Ajaran Semipelagianisme di jemaat
GBI KM 10,5 (Kharismatik) dan pemahaman Semipelagianisme di jemaat GBKP
Pangkalan Brandan)
pokok-pokok iman Kristen yang telah penulis bahas mengenai pengajaran keselamatan
menjadi fokus kita, dalam hal ini dijumpai setiap permasalahan yang ada dalam suatu gereja
yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar maupun pengajaran-pengajaran sesat dan yang
paling identik dalam paham keselamatan yang mungkin memiliki pengaruh besar bagi gereja
ialah ajaran semipelagianisme yang juga dianut pengajarannya yaitu Gereja Katolik dan menjadi
pengaruh besar bagi gereja-gereja dominasi yaitu yang menjadi tempat penelitian penulis di

3
gereja GBI KM 10,5 (Kharismatik) dan GBKP Pangkalan Brandan, bahwa paham
semipelagianisme mengenai keselamatan manusia dapat mengupayakan keselamatan tetapi
terlebih dahulu dosa itu dihapuskan oleh anugerah Allah. Maka anugerah Allah diperlukan untuk
menghapus dosa, dan kemudian kehendak bebas manusia mengikutinya untuk mengerjakan
keselamatannya.
Dalam hal ini dapat penulis berikan hasil temuan-temuan penulis melalui angket dan
memberikan penjelasan secara Dogmatis bahwa pengajaran keselamatan yang diutarakan melalui
pembahasan penulis mengenai soterologi memahami bagaimana Allah bekerja bagi manusia
untuk menyatakan karyaNya dan kemuliaanNya bagi umatNya yang dikasihiNya. Oleh karena
itu Allah sudah merancangkan keselamatan jauh sebelum manusia diciptakan. Baik kita yang
masih jatuh dalam dosa Allah tetap mengasihi kita dan bukan karena perbuatan baik manusia
Allah datang kepadanya, tetapi karena dosanyalah Allah berinisiatif untuk menyelamatkan
manusia. dan gereja-gereja seperti GBKP dan Kharismatik meyakini akan hal itu. Dalam hal ini
jemaat mengalami kebingungan dalam memahami keselamatannya, sebagian besar jemaat
memahami bahwa ada kerjasama anugerah Allah dengan perbuatan baik manusia untuk
mencapai keselamatannya dan itu dilihat bagaimana pemikiran yang dipengaruhi oleh pengajaran
semipelagianisme itu sendiri tapi tidak disadari jemaat saat ini dan membenarkan akan pengaruh
ajaran semipelagianisme yang masuk akal bagi jemaat. Maka keselamatan manusia tidak didasari
dengan kemampuan pribadi manusia atau perbuatan baik melainkan oleh karena anugerah Allah
sendiri tanpa turut campur tangan manusia. Hanya saja respon ucapan syukur manusia itu kepada
Allah bukan karena manusia itu dapat menghasilkan keselamatannya dalam melakukan
perbuatan baiknya maka diselamatkan melainkan respon kita terhadap keselamatan yang Allah
telah berikan bagi manusia yang Allah kasihi dengan cuma-cuma melalui Yesus Kristus. Namun
jemaat tidak menerima pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah Allah semata tanpa
usaha manusia untuk menerima keselamatan justru menjadi pengaruh besar terhadap ajaran
keselamatan semipelagianisme ditengah-tengah jemaat GBI KM 10,5 dan GBKP Pangkalan
Brandan tersebut.

Pemberkatan Pernikahan Tanpa Angkat Sidi (Robby Sinaga)


( Suatu Tinjauan Dogmatis tentang Pemberkatan Pernikahan tanpa Angkat Sidi di GKPS
Saran Padang di Perhadapkan dengan Peraturan Perkawinan di GKPS)

pemberkatan pernikahan tanpa angkat sidi sangatlah tidak dibenarkan.


Sama seperti peraturan yang telah ditetapkan oleh Gkps bahwasanya penting
untuk seseorang memahami kepercayaanya dalam wujud pembelajaran sidi
sebelum ia membentuk bahtera pernikahan. Bukanlah sebuah ketaatan atau
hanya sebagai formalitas dalam peraturan untuk menaati semua syarat-syarat
pernikahan sama seperti yang telah ditetapkan oleh Gkps dalam tata Gereja
Gkps. Namun, adalah baik bagi seorang anak muda untuk memahami iman,
menyaksikan kepercayaanya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan
dikatakanlah ia dewasa dan mampu untuk membangun sebuah keluarga.
Sebab sidi sangatlah penting, sidi bermanfaat dan mendidik semua orang
dalam pengenalanya akan Tuhan serta mampu untuk memilah-milah apa yang
dikehandaki Tuhan sehingga harus dilakukan, dan apa yang tidak dikehendaki
Tuhan sehingga tidak boleh untuk dilakukan. Sidi sebagai hal yang
digambarkan untuk mempersiapkan diri seseorang untuk berlanjut ketahap
berikutnya. Jadi sidi, bukanlah sebuah formalitas ataupun hanya sebuah
kegiatan Cuma-Cuma, namun sidi sangatlah dibutuhkan bagi anak-anak muda.
Mengenai perkawinan, perkawinan adalah langkah awal bagi sepasang
kekasih untuk memulai kehidupan yang baru. Kristen memahami bahwa apa
yang disaksikan oleh Alkitab adalah benar. Perkawinan adalah inisiatif Allah
untuk mempersatukan dua manusia yang berbeda kelamin, dan untuk
memenuhi firman Allah yaitu beranak cucu. Jadi, karena perkawinan itu
adalah sebuah inisiatif Allah, artinya adalah bersumber dari Allah maka segala
sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan haruslah juga sesuai dengan
kehendak Allah. seperti yang sudah dipaparkan oleh saya sebagai penyeminar
bahwa bagi siapapun orang yang belum menikah tidaklah boleh dinodai oleh
kecemaran dosa seperti percabulan, perzinahan sebab mereka belum sah atau
belum diberkati oleh Tuhan melalui perkawinan Kudus. maka perlu bagi
sepasang kekasih yang belum menikah menjaga kesucianya masing-masing.
Dalam kasus yang saya temui ini adalah kasus yang realitanya melanggar
peraturan gereja yang termaktup dalam tata gereja Gkps. Bukan itu saja,
namun kasus ini juga sudah melenceng dari kehendak Tuhan. Sedemikian
pentingnyalah persiapan atau pengejaran agama Kristen bagi semua orang
sehingga sidi pun ditetapkan menjadi salah satu syarat untuk melangkah
kejenjang pernikahan adalah wajib bagi seseorang untuk menyelesaikan
ataupun sudah memahami pelajaran agama Kristen melalui angkat sidi. Maka
seharusnya orang yang belum melakukan angkat sidi tidak boleh juga untuk
melaksanakan pemberkatan pernikahan sebab belum memenuhi syarat.,
apapun alsanya pemberkatan pernikahan itu tidak boleh terjadi apabila
seseorang itu belum angkat sidi. Jika seseorang ingin menikah dan akan
masuk kristen, sama seperti kasus yangs aya temui yaitu orang islam yang
ingin menikah demgan orang kristen maka ada baiknya si perempuan islam
tersebut lebih dahulu melaksankan atau mengikuti pembelajaran sidi supaya ia
memahami kepercayaan agama Kristemn yang ia akan anut nanti barulah ia
bisa diberkati digereja. Kita dapat lihat bahwa kasuss ini sudah memiliki dua
inti maslaah besar yaitu; hamil sebelum diberkati dan melaksankan
pemberkatan sebelum angkat sidi.

Orang Pintar dan Karunia Allah (Tumpak Derbin Silalahi)

(Tinjauan Dogmatis Terhadap Pandangan Jemaat di GKPI JK Percut Bahwa “Orang


Pintar” Adalah Karunia Dari Allah Diperhadapkan Dengan TP GKPI)

Karunia adalah pemberian, yang berarti berasal dari Allah diberikan dengan
kemurahan hatinya dengan cuma-cuma, dan dapat juga disebut dengan karunia
pengasihan. Dalam pembahasan bahan seminar ini, yaitu adanya pemahaman jemaat yang
mengatakan bahwa ‘orang pintar’ itu karunia dari Allah dan ada yang mengatakan itu
bukan karunia dari Allah tapi itu berasal dari si iblis. Yang menariknya lagi ada yang
berpendapat bahwa kemampuan ‘orang pintar’ itu adalah karunia dari Allah karena bisa
membantu, menolong, dan karna ada sebagian dalam melakukan prakteknya orang pintar
itu memakai ornamen-ornamen rohani, dll. Tetapi ketika kemampuannya itu digunakan
untuk menciderai (kita katakan saja semacam guna-guna), itu bukanlah karunia dari
Allah. Ragam jawaban yang saya temukan dalam wawancara ini.
Menurut saya, setelah melakukan penelitian, ternyata pemahaman jemaat tentang
karunia-karunia Allah itu masih minim. Bahkan mereka sedikit asing ketika
mendengarkan kata ‘Karunia’. Mungkin ini juga lah salah satu faktor dari jawaban-
jawaban yang berbeda itu dan ujungnya ada yang mengatakan bahwa kemampuan ‘orang
pintar’ itu adalah karunia dari Allah dan ada kalanya itu tidak karunia dari Allah karena
sifatnya mencelakakan. Terkait dengan hal ini, kita bisa mengetahui bahwa dalam dunia
perdukunan dikenal dua aliran, ilmu putih dan ilmu hitam. Istilah ilmu putih mengacu
pada aktivitas sang dukun yang lebih berorientasi menolong, menyembuhkan penyakit
seseorang. Bisa jadi orang itu menderita suatu penyakit secara wajar, tetapi bisa juga
akibat terkena serangan ilmu hitam seperti santet, guna-guna, dan lain-lain. Disebut ilmu
hitam, karena orientasinya mencelakakan orang lain. Kekuatan ilmu hitam tidak saja
sekadar menyakiti tapi juga bisa membunuh seseorang, tergantung situasi dan kebutuhan.
Namun oleh karena ada pemahaman bahwa jika itu menolong maka itu dikatakan
karunia dari Allah, akhirnya jemaat tidak merasa bersalah jika datang kepada ‘orang
pintar’ tersebut. Dari ulasan-ulasan diatas kita dapat melihat apa yang dikatakan Alkitab
tentang ‘orang pintar’. Jelas dikatakan dalam Ulangan 18:10-12 itu, bahwa hal itu adalah
kekejian bagi TUHAN.
Dalam sejarah gereja pada abad pertengahan ternyata yang tergabung dalam dunia
okultisme salah satunya sihir, sikap gereja adalah menolak bahkan membantai dengan
membunuh karna hal ini dianggap bidah. Jadi pada abad pertengahan gereja menolak
yang berbaur dengan perdukunan, jangankan menganggap itu karunia, bahkan itu
dibinasakan. Diperhadapkan dengan sikap GKPI tentang dunia perdukunan, jelas hal ini
tidaklah karunia dari Allah, tetapi masuk ke bagian dunia okultisme. Dan dalam TP-
GKPI, jelas diaturkan konsekuensi bagi orang yang berurusan dengan ‘orang pintar’. Jika
melanggar maka akan dilakukan penggembalaan.
Tentang karakteristik karunia-karunia Roh ini harus jelas, sebab dari beberapa
pendapat ahli menyatakan bahwa karunia-karunia Roh dapat ditiru dan dipalsukan.
Dalam hal ini Billy Graham memberikan peringatan-peringatan penting sebagai berikut:
“Bahaya yang terakhir yang dapat disebutkan ialah kemungkinan bahwa karunia itu
kadang-kadang palsu. Hal ini dapat disebabkan karena muslihat yang disengaja, atau
mungkin disebabkan “karunia” itu tidak bersumber dari Allah tetapi dari keadaan
psikologis seseorang. Atau mungkin juga disebabkan kegiatan setan” 4 Jadi terkadang
banyak hal yang kita pikir itu adalah karunia karena ada semacam kemampuan yang tidak
biasa, padahal itu belum tentu. Karena itu Roger Barrier menyarankan kepada para
pendeta dan pemimpin gereja hendaknya menggunakan kearifan lebih banyak dari yang
sebelumnya. Menurut Roger Barrier, “tidak semua penyembuhan bersifat ilahi, beberapa
di antaranya bersumber dari roh jahat.” 5 Tuhan Yesus sendiri dalam ajarannya
mengingatkan bahwa mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dengan
melakukan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat dengan maksud untuk
menyesatkan orang percaya (Mat.24:24). Tuhan Yesus juga menceriterakan, bahkan ada
orang orang yang bernubuat dan mengusir setan-setan dengan namaNya, namun mereka
dikatakan sebagai pembuat kejahatan (Mat.7:22-23).
Dari beberapa pendapat di atas bahwa karunia-karunia dapat dipalsukan, dan
mujizat-mujizat dapat ditiru dan dilakukan oleh setan. Dengan demikian, penting untuk
mencermati dan memahami sumber-sumber mujizat dengan menguji roh, sebagaimana
dalam 1 Yohanes 4:1 telah memberikan peringatan untuk tidak mudah percaya akan
setiap roh, pentingnya menguji roh, apakah itu berasal dari Allah atau bukan.
Kemampuan-kemampuan yang hebat yang diperlihatkan oleh orang-orang dengan
kekuatan-kekuatan setan, seperti yang telah dibuat oleh nabi-nabi palsu bukanlah karunia
Roh Kudus.

Hubungan Keselamatan dengan Liturgi Penguburan ( Justin Tarigan)


(Suatu Tinjauan Dogmatis terhadap pandangan jemaat GBKP Jeraya tentang hubungan
Keselamatan dengan Liturgi pada konteks pandemic covid-19)

1) Secara Alkitabiah, keselamatan itu mutlak adalah anugerah/pemberian Allah (Rom.


9:16). Dari pernyataan itu maka kita percaya bahwa hidup di dalam Kristus adalah
jaminan dan kepastian, seperti tertulis dalam Rom.5:9-10, “kita yang telah dibenarkan
oleh darah-Nya, pasti akan diselamatkan dari murka Allah. ..., pasti akan diselamatkan
oleh hidup-Nya!”. “Hidup dalam Kristus”, secara spritualitas selalu kita maknai sebagai
hidup yang bergereja. Secara lugas dapat dikatakan begini. Rahasia keselamatan itu
4
Billy Graham, Roh Kudus, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1985), 287
5
Roger Barrier, Kebutuhan Gereja Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2001), 281
adalah wewenang Allah. Dan Allah menyingkapkan rahasia-Nya itu kepada kita, bahwa
dengan menerima, percaya dan “hidup di dalam Kristus”, maka kita sudah masuk ke
dalam rumah kasih karunia Allah, dimana keselamatan bukan oleh diri dan kemampuan
kita, melainkan oleh penebusan Yesus Kristus (Rom.5:12).
2) Secara Dogmatis. Ada satu ajaran Calvin yang begitu indah tentang kewenangan Gereja,
yang ide-ide dasar ajaran ini diambil dari ajaran Cyprianus, uskup di Kartago (248-258),
yang mengatakan, extra eccesiam nulla salluss, tidak ada keselamatan di luar gereja,
Gereja adalah ibu orang percaya. Ajaran itu kemudian diformulasikan Calvin untuk
menjelaskan kewenangan Gereja. Dari penjelasan-penjelasannya, ada dua hal yang
menarik untuk bagian ini. Pertama, dalil “Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang
kudus dan Am...” tentulah berbeda makna kata “Aku percaya kepada Allah Bapa, Yesus
Kristus, Roh Kudus” dengan makna kata “Aku percaya kepada Gereja yang kudus dan
Am”. Kepada Bapa, Yesus dan Roh Kudus kita “menggantungkan dan menyadarkan diri
sepenuhnya”; tetapi kepada Gereja kita “mengiakan dan menyatakan ketundukan dan
kepatuhan”. Kepada Gereja kita percaya bahwa dialah lembaga yang diutus Kristus untuk
menggembalakan kawanan domba-Nya, membimbing dan menuntunnya kepada
kebenaran firman Kristus. Kedua, “Di luar Gereja, ibu kita, tidak ada keselamatan”.
Inilah implementasi dari pengakuan percaya kepada Gereja tadi. Bapa, Anak, Roh Kudus
adalah pribadi Allah yang tidak kelihatan, yang menggunakan alat-Nya yang kelihatan
yaitu Gereja, untuk menyatakan rahmat dan firman-Nya kepada dunia. Secara rohani
Gerejalah ibu yang mengandung jemaat dalam rahimnya, melahirkan, menyusui,
melindungi dan membimbing menjadi orang dewasa. Lagi pula di luar pangkuannya tidak
dapat diharapkan pengampunan dosa, ataupun keselamatan. Peran Gereja sebagai ibu
rohani yang mendidik, membesarkan, menuntun dan mendampingi mulai dari kanak-
kanak sampai ke liang lahat, ditunjukkan, dinyatakan, diterjemahkan dan
diimplementasikan melalui ibadah/liturgi, baik ibadah rutinitas/tahun gerejawi maupun
“kasualistik”. Lewat liturgi, kita penganut Lutheranis mengaminkan itu sebagai
“perantara” Tuhan untuk menyatakan panggilan-Nya, pengutusan dan maksudnya kepada
kita. Jadi dari kaca mata Lutheranis, baptisan, Perjamuan kudus, sidi, pernikahan,
pentahbisan dan pemakaman harus diyakini sebagai tindakan atau perbuatan Allah
menyatakan/memberikan anugerah-Nya. Itu bukan tanda (Calvin) saja, bukan simbol
(Zwingly), dan juga bukan saluran (GKR), melainkan peristiwa dimana Allah bertindak
menyatakan memberikan anugerah-Nya kepada kita. Jadi berdasarkan itu, agenda
pemakaman itu sangat diperlukan dan jangan pernah dianggap sepele.

Jika dihubungkan antara pemahaman dogmatis dengan pemahaman jemaat GBKP Rg. Jeraya
maka kita melihat bahwasannya keberadaan liturgi ditengah-tengah pelayanan upacara
pemakaman/penguburan sangatlah penting oleh karna itu sebagai jalan dan penghantar
jenazah dan penghiburan bagi keluarga untuk meyakinkan bahwasannya jenazah telah
bersatu dengan Tuhan dan memperoleh keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan. Namun
permasalahan saat ini adanya pandemi Covid-19 yang membuat jenazah pasien covid yang
langsung dikuburkan oleh tim gugus tugas depan membuat pelayanan liturgi tidak dapat
berjalan seperti biasanya. Namun hal ini bukan berarti pelayanan liturgi tidak dijalankan
melainkan diubah sistem dan cara kebiasaan yang lama. Dengan kata lain proses peliturgian
jenazah pasien covid-19 di liturgikan dengan jarak jauh karna liturgi penguburan diyakini
dan di imani sebagai jembatan atau peghantar jenazah untuk bersatu dengan Bapa dan
memperoleh keselamatan.

MALAS KE GEREJA (Ryan Am Tumanggor)

(Suatu Tinjauan Dokmatika Terhadap Jemaat GKPI Sari Rejo yang Malas ke Gereja
Diperhadapkan dengan Teologi Gereja Yang Tidak Kelihatan)

Sesuai dengan Pengakuan Iman bahwa Gereja adalah persekutuan yang kudus, gereja
adalah bagian-bagian tubuh Kristus yang diikat Roh Kudus. Persekutuan yang kudus
menginterpretasikan hal secara rohani, suci, dipulihkan, bahwasannya jemaat dikuduskan bukan
secara individual, rahmat Tuhan itu hendaknya dicurahkan di dalam suatu komunitas. Dalam hal
ini komusitas bukan berarti tetang banyaknya bilangannya, tetapi komunitas adalah satu, Am,
saling terhubung menjadi satu sama halnya seperti Allah Trinitatis, begitu juga kita hendak
dijadikan satu di dalam persekutuan. Maka, tentu hal ini menjadi dasar kita dalam melakukan
kebaktian setiap Minggu. Kebaktian di gereja setiap Minggu adalah sebuah sarana untuk
mempertemukan Allah dengan manusia (jemaat). Maka daripada itu jemaat memang harus ikut
dalam kebaktian setiap hari Minggu di gereja, agar terhubung dalam zona persekutuan dengan
Tuhan.

Jemaat terdiri dari orang-orang berdosa yang perlu disucikan serta dikuduskan. Tempat
pengkudusan ialah gereja, karena disanalah kita melihat Firman yang kelihatan melalui
sakramen. Gereja yang dapat membersihkan noda-noda dosa dengan khotbah-khotbah, sakramen
dan pengajaran, maka daripada itu jemaat jangan malas ke gereja, karena itu adalah duniawi.
Ketika terbiasa dengan hidup duniawi, maka jemaat cenderung menduniakan gereja.

Tuhan yang pada mulanya tidak terlihat, menampakkan dirinya seperti manusia.
Demikianlah juga Gereja pada mulanya. Pertama-tama “tidak terlihat” dalam wujud persekutuan
yang lama-kelamaan “kelihatan” menjadi sebuah komunitas yang besar dan Berjaya. Itulan yang
paling esensial yang perlu diketahui jemaat sebagai warga gereja. Maka, hendaknya jemaat tidak
boleh menjauh dari gereja, tetapi ikut di dalam gereja atau ikut di dalam komunitas.
MENITIK ARI (Charlie)

( Suatu Tinjauan Dogmatis Menitik Ari di Jemaat GKPPD Salak Pakpak Bharat di
Perhadapkan Dengan TG GKPPD dan Lutheranisme )

Sebagai seorang Kristen kita harus mempergunakan fungsi “inside” atau intuitif perlu terus
dipertajam dalam kepatuhan kepada Firman Allah agar fungsi nalar tidak membawa kita ke
dalam sikap hidup yang bertentangan dengan iman Kristen. Manusia modern seperti halnya pada
manusia pertama perlu bersandar kepada Allah karena orang yang mengandalkan Tuhan dalam
hidupnya tidak akan dipermalukan. Sebab kehidupannya akan menjadi kesaksian yang hidup
bagi Tuhan. Orang Kristen mungkin tidak menerima pemahaman magis tentang waktu. Semua
waktu dan hari-hari dalam kehidupan kita adalah karunia Allah dan sifatnya baik, dapat kita
pergunakan untuk hal-hal yang baik serta mempermuliakan Allah.

Jika semua waktu dibuat oleh Tuhan, maka setiap hari pasti adalah hari yang baik. Hari
yang baik bisa diartikan sebagai hari mujur, hari beruntung, dan hari selamat. Semua orang pasti
ingin hidupnya selalu selamat dan mengalami keberuntungan. Ketika Tuhan menciptakan dunia,
Dia menciptakan langit, Dia menciptakan perairan, Dia menciptakan malam, Dia menciptakan
siang. Setelah selesai dengan ciptaanNya, Dia memandang dan melihat bahwa semuanya baik
(Kej 1:21). Semua hari yang dijadikan Tuhan adalah baik. Manusialah yang menciptakan istilah
hari baik dan hari buruk. Apapun yang sedang terjadi dalam kehidupan kita, baik usaha lagi
lancar, jualan lagi laris, atau sebaliknya, seperti tubuh lagi sakit, pengeluaran banyak sementara
penghasilan tidak mencukupi, semuanya itu terjadi dalam naungan kedaulatan Tuhan.Selalu ada
alasan mengapa Tuhan izinkan semuanya itu terjadi.

Menitik Ari adalah sebuah tradisi religi Pak-pak dalam hal meramal hari baik. Dalam hal
ini ada pemahaman akan sebuah hari yang baik dalam melakukan pekerjaan dan ada hari yang
harus dihindari dan tidak boleh melakukan pekerjaan karena dianggap sial dan akan membawa
celaka. Untuk melakukan religi Menitik Ari ini harus melalui seorang guru (dukun) yang disebut
“Perkatika” ialah seorang ahli dalam perhitungan waktu melalui sebuah alat dapat juga disebut
sitengen ari telu puluh. Dalam masyarakat tradisional Pakpak, menitik Ari ini sangatlah
berpengaruh dalam setiap aspek kehidupan, dimana menitik ari   ini berfungsi sebagai tolak ukur
ataupun pedoman bagi masyarakat tradisional Pakpak dalam suatu keinginan untuk melakukan
sesuatu. Dalam kepercayaan Kristen, diajarkan bahwa pada hakekatnya semua hari-hari itu
adalah baik yang diberikan Tuhan. Ketika Tuhan menciptakan dunia, Dia menciptakan langit,
Dia menciptakan perairan, Dia menciptakan malam,Dia menciptakan siang. Setelah selesai
dengan ciptaanNya, Dia memandang dan melihat bahwa semuanya baik (Kej 1:21). Semua hari
yang dijadikan Tuhan adalah baik. Manusialah yang menciptakan istilah hari baik dan hari
buruk.

Berkat Bacir (Indri Liasna Smb)

(Suatu Kajian Dogmatis terhadap Pemahaman Jemaat dan pelayan GBKP Rg. Parit Bindu
tentang pelaksanaan Berkat Bacir diperhadapkan dengan pengajaran GBKP)

Karna suatu adat kebudayaan yang sudah mengakar dengan kuat dalam kepribadian
warga jemaat dan pelayan GBKP Rg. Parit Bindu, mengakibatkan mereka tidak bisa
menentukan pilihan yang tepat atas tindakan yang mereka lakukan. Mereka sadar bahwa
tindakan mereka dalam melaksanakan Berkat bacir adalah salah tapi dengan alasan karna ini
adalah sebuah kebiasan dan sudah menjadi penghormatan terakhir maka mereka akan tetap
melaksanakannya. Pemahaman mereka akan ritual berkat bacir bukan hanya sebatas adat
kebudayaan tetapi juga tentang penyerahan roh orang meningggal kepada penguasa kuburan.
Artinya baik jemaat dan juga pelayan mengakui adanya penguasa lain selain Tuhan Allah
yang diajarkan oleh Alkitab. Dalam ritual jelas terlihat bagimana mereka mempercaya alah-
alah lain yang berkuasa atas roh keluarga mereka yang sudah meinggal. Pemahaman lain
yang menganggap tanpa melakukan ritual berkat bacir orang meinggal masih bisa
beraktivitas seperti biasa dan memungkinkan mengganggu kehidupan adalah salah. Karna
didalam Alkitab jelas mengatakan, roh orang mati tidak bisa kaluar dari neraka atau surga
untuk pergi bergentayangan ke dunia atau memberikan pesan-pesan terakhir. Bapa Abraham
mengatakan kepada orang kaya yang ada di neraka, bahwa “Di antara kami (bapa Abraham
dan lazarus) dan engkau (orang kaya) terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya
mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ
kepada kami tidak dapat menyeberang.” (Lukas 16:25) Roh orang mati tidak bisa
meninggalkan tempatnya di surga atau di neraka untuk menemui orang hidup di dunia atas
keinginannya sendiri. Di sini ada satu penekanan yaitu: roh orang mati tidak bisa pergi ke
dunia “atas keinginan sendiri atau atas keinginan orang lain”. Jadi apa yang menjadi
pemahaman dari ritual ini adalah jelas salah dan tidak benar. Apalagi sampai menggatakan
roh orang meinggal itu harus diserahkan kepada penguasa kuburan.

Berkat Bacir adalah ritual yang mengandung pemahaman bahwa roh mereka yang
sudah mati, belum mengetahui mereka sudah mati dan bisa mengganggu kehidupan
karenanya harus diserahkan kepada penguasa kubur agar tidak mengganggu dan untuk
menghormati mereka yang sudah meinggal dengan menyembah dan memberikan sesajen
berupa makanan. Tentu ini adalah hal yang salah besar karna sudah bertentangan dengan
pengajaran Alkitab. Karenanya GBKP juga sudah menjelaskan dalam tata gereja bab II pasal
4 dan bab XII pasal 50 tentang apa yang menjadi dasar pengakuan iman dan juga sanksi bagi
pelanggar dan penyesat.

TUKUR (Rio Laoli)

(Suatu Tinjauan Dogmatis Tentang Adat Tukur di GBKP Rg. Regaji di perhadapkan
Dengan Teologi GBKP Mengenai Perempuan dan implikasinya di jemaat GBKP Regaji)

Dalam acara peradatan suku karo, tukur adalah prosesi yang sangat penting. Sebab peradatan
tidak akan berlangsung sebelum tukur dilakukan oleh pihak keluarga. Ketika tukur dijalankan
oleh seorang laki-laki maka perempuan yan ditukur akan menjadi hak milik laki-laki dan juga
laki-laki menjadi hak milik perempuan. Tanda perjanjan laki-laki dan perempuan adalah tukur.
Dari pemaparan bahan seminar diatas penyeminar ingin menunjukkan bahwasanya ada
pemahaman yang salah mengenai konsep tukur dalam budaya Karo, yang dimana ada yang
berpendapat bahwa perempuan sudah di perjual belikan dalam budaya Karo. Tetapi dapat dilihat
bahwasannya budaya tidak memperjual-belikan perempuan dalam konsep tukur tersebut. konsep
tukur lebih tepatnya untuk menunjukkan keseriusan dari seseorang laki-laki untuk meminang si
perempuan dan menunjukkan keseriusan untuk menjalin hubungan yang lebih serius antara laki-
laki dan perempuan. Dengan adanya tukur dalam budaya Karo menunjukkan bahwasanya
perempuan itu meherga ataupun berharga. Di dalam penciptaan perempuan juga terlihat bahwa
perempuan diciptakan Allah untuk menjadi penolong bagi laki-laki sehingga dari kisah
penciptaan ini teralihat jelas perempuan memiliki nilai yang berharga yaitu sebagai penolong
laki-laki. GBKP sudah menerapkan kalau perempuan juga menjadi penolong di dalam gereja
dengan membuat perkumpulan perempuan ataupun kaum ibu yang sering disebut dengan moria.
Dengan adanya perkumpulan moria di dalam GBKP meningkatkan kehadiran dan kualitas
jemaat semakin bertumbuh dan berkembang ke arag yang lebih baik.

Dari pemahaman di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya tukur adalah salah satu tradisi
dalam adat-istiadat pernikahan dalam suku karo. Tukur adalah salah satu bentuk penghargaan
yang di lakukan dalam suku karo yang dimana tukur merupakan sebuah tanda keseriusan seorang
laki-laki kepada perempuan dalam niat untuk memperistri perempuan tersebut. Dari sini kita
dapat melihat tukur bukan dalam artian memperjual-belikan perempuan melainkan sebuah rasa
hormat yang di berikan kepada perempuan karena mereka meherga atau berharga menurur adat
istiadat yang ada di dalam suku karo. GBKP juga memandang perempuan adalah seorang
penolong bagi kaum laki-laki sehingga antara laki-laki dan perempuan tidak di beda-bedakan
dalam hal melayani di dalam gereja. GBKP juga sudah membuat sebuah terobosan yaitu dengan
membuat sebuah wadah bagi kaum perempuan untuk membawa berkat bagi sesama yaitu moria.
Dan GBKP juga mengikutsertakan perempuan dalam dalam setiap aspek pelayanan yang ada di
dalam gereja.

Anda mungkin juga menyukai