Anda di halaman 1dari 15

,Nama : Idris Sardiro Pakpahan

Iin Anjelita Br Barus

Salomo B. Julius Matondang

Ting/Jurusan : I.A/Theologi

Mata Kuliah : Sejarah Gereja Umum I

Dosen Pengampu : Berthalyna Br. Tarigan M.Th

SKISMA BARAT

(Mahasiswa dapat menjelaskan Skisma dalam Gereja Katolik Roma serta Dampaknya
dalam Berbagai Bidang Kehidupan).

I. PENDAHULUAN

Dalam rana sejarah gereja khususnya pada abad pertengahan, banyak terjadi
permasalahan baik dari dalam maupun dari luar gereja itu sendiri. Kedua hal ini yang
menyebabkan adanya suatu perpecahan yang besar yang disebut dengan Skisma
Barat. Karena perpaduan antara iman yaitu dari dalam gereja dan hal politik yaitu dari
luar gereja, dimana pada dasarnya kedua hal ini tidak dapat dipersatukan. Hal inilah
yang membuat pada akhirnya gereja terpecah menjadi dua kubu yang besar, yakni
gereja Katolik di Barat dan Gereja Ortodoks di Timur. Permasalahan-permasalahan
semakin lama semakin banyak terjadi bahkan pemimpin (paus) di masa ini pun ada
tiga. Maka dari itu untuk mengembalikan kesatuan gereja akan diadakan konsili, yaitu
konsili Konstanz (1414-1418) dan akhirnya perpecahan atau skisma besar ini selesai.

II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Skisma

Skisma berasal dari kata “ Schism” dalambahasa Yunani yang berarti


pemisahan menjadi kelompok yang bermusuhan.1 Menurut Henk ten Napel,
“Schism” adalah perpecahan, skisma besar suatu perpecahan yang
menghasilkan gereja katolik Roma dan gereja ortodoks.2Skisma juga berati

1
A. Heuken S.J, Ensiklopedia Gereja (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1994), 300.
2
Henk ten Napel, Kamus Teologi ( jakarta: BPK-GM, 2012), 282.
koyak, dan pecah. Istilah ini untuk menggambarkan keberadaan gereja dalam
sejarah yang pernah mengalami perpecahan.3

II.2. Latar Belakang Skisma Barat


Sejarah gereja selalu berhubungan erat dengan sejarah dunia, karena
gereja selalu berada di dalam konteksnya. Khususnya pada abad
Pertengahan hubungan antara gereja dan masyarakat begitu erat sehingga
apa yang terjadi dalam gereja langsung berpengaruh pada seluruh
kehidupan masyarakat dan apa yang terjadi di bidang politik mempunyai
dampak besar juga bagi gereja. Sejarah gereja awal abad pertengahan
dikaitkan dengan kepausan Gregorius Agung (590-604) yang meletakkan
pada “Strategi pekabaran Injil” yang dipergunakannya mengandung
beberapa unsur. Pertama ia memakai rahib-rahib, bukan imam-imam biasa.
Setelah injil mulai berhasil, ia mengangkat pekabar injil sebagai uskup
untuk daerah yang sedang di Kristenkan. Hal ini merupakan baru, sebab
sebelumnya uskup-uskup diangkat oleh gereja setempat dan peranan Paus
di luar keuskupan Roma terbatas. Ia dihormati sebagai pengganti Petrus
dan oleh sebab itu dicari pendapatnya kalau ada perbedaan pendapat antara
uskup-uskup, tetapi ia belum menjadi “kepala gereja”.4
Hal lain yang menentukan corak pengkristenan suku-suku German
adalah peranan yang dimainkan oleh raja-raja. Setelah raja menerima
Kristus, seluruh bangsanya ikut masuk keanggotaan gereja. Perlindungan
untuk kesejahteraan seluruh bangsa dan keputusan mengenai agama pun
diambil oleh rapat rakyat di bawah pimpinan raja. Raja-raja yang masuk
Kristen mulai mengurus gereja seakan-akan mempunyai gereja. Para imam
dan uskup di angkat oleh raja, gedung-gedung gereja dibangun dengan
biaya raja, Biara-biara dibangun dan berfungsi sebagai pusat rohani untuk
daerah pedesaan sekitarnya. Perkembangan ini bertentangan dengan
keinginan Paus, yang justru ingin memusatkan seluruh organisasi di Roma.
Maka hal ini menyebabkan menjadi saingan dan lawan yang besar di
antara keduanya5

3
Jonar S, Kamus Alkitab dan Teologi (Yogyakarta: Andi,2016), 412.
4
Christiaan De Jonge, Gereja Mencari Jawab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 13
5
Ibid, 14-15
Setelah tahun 1000 kaisar German mempunyai hak-hak tertentu dalam
“Negara Gereja”, yaitu bagian Italia tengah dan sekitar kota Roma yang di
pimpin oleh Paus. Akibatnya kaisar dapat mempengaruhi pemilihan Paus
dan mengontrol kelakuannya. Pemilihan uskup-uskup, yang menurut
kebiasaan gereja harus terjadi oleh imam-iman gereja katedral, diambil
kaisar. Kaisar German juga melibatkan uskup-uskup di negaranya dalam
pemerintahan.6
Perselisihan antara paus dan kaisar, gereja dan negara, meledak bukan
karena negara semakin campur tangan dengan gereja dan menganggap
gereja milik mereka. Namun ini muncul karena upaya Paus untuk
membebaskan gereja dari negara yang berkaitan erat dengan Reformasi
Cluny. Suatu gerakan pembaruan kebiaraan pada abad ke-10 memberi
dorongan kepada paus untuk membebaskan dirinya dan gereja dari kuasa
negara. Pembaruan ini dimulai dari Perancis dalam biara Cluny yang
didirikan tahun 910. Program pembaharuan mengandung beberapa pokok-
pokok, pertama-tama ditegaskan bahwa uskup Roma, yaitu Paus adalah
kepala Kekristenan. Sedangkan uskup adalah uskup seluruh gereja yang
dinobatkan oleh kaisar. Karena hal inilah paus tidak dapat dihukum oleh
siapapun di dunia ini atau dengan perkataan yang berada di atas undang-
undang duniawi dan berkuasa penuh. Yang kedua, pemilihan paus harus
bebas dari pengaruh kaisar. Dan yang ketiga adalah pembebasan gereja
dari “Nikolaitisme” (perkawinan imam-imam, jadi jelaslah reformasi
moral) dan “simoni” yaitu pembelian jabatan gereja, dan “investitur” yaitu
pengangkatan dalam jabatan awam. Sekitar tahun 1200, Paus menjadi
begitu berkuasa sehingga dianggap sebagai pemimpin masyarakat Eropa.
Akan tetapi sekitar tahun 1300, para penguasa politik telah berhasil untuk
memperkuat kedudukan mereka. Sejak itu lama-kelamaan Paus kehilangan
kekuasaan di bidang politik, tetapi kedudukannya sebagai pemimpin gereja
katolik Roma tidak dapat digoyahkan.7 Puncak kejayaan kepausan dicapai
waktu Paus Innocentius III (± 1200) menduduki tahta yang disebut kursi
Petrus (sebab Petrus dianggap sebagai paus pertama). Tetapi kemudian

6
Ibid, 15
7
Ibid, 16
kekuasaan Paus mulai berkurang sampai akhirnya Paus Bonifatius VIII
(±1300) gagal mempertahankan kuasa kepausan terhadap raja Perancis.8

II.3. Peristiwa Skisma Barat

Suatu Konkordat (persetujuan antara Paus dan Negara) Worns 1122.


Menyatakan program pembaharuan kepausan mulai mendapat
keberhasilan, namun para Paus tidak puas dengan hasil ini. Dalam dua
abad berikutnya, mereka berusaha untuk merealisasikan pokok program
pembaharuan yang menuntut kuasa Paus atas seluruh Kekristenan,
termasuk pemerintahan Kristen. Dalam upaya menguasai dunia Paus
dibantu oleh hukum gereja yang semakin diperkembangkan sejak awal
pertengahan yang membenarkan kuasa Paus atas kaisar dan Raja-raja.
Teori ini dikenal dengan teori dua pedang, yaitu teori yang terkenal dalam
perebutan kuasa antara gereja dan negara pada abad pertengahan. Teori ini
muncul pertama kali pada zaman gereja kuno. Kedua pedang ini yang
menurut Kristus cukup, ditafsirkan sebagai kuasa rohani dan kuasa
duniawi atau politik dalam dunuia Kristen. Yang pertama dilaksanakan
oleh gereja dan yang kedua oleh negara. Teori ini dipegang oleh kepausan
yang diberikan oleh Kristus kepada Paus. Yang kemudian memberi pedang
duniawi kaisar untuk dipakai demi gereja. Oleh karena itu, Paus berhak
mencabut kuasa kaisar dan raja-raja kalau mereka tidak taat kepada Paus.
Namun mereka tidak setuju karena menurut kaisar, Kristus memberi
hanya pedang rohani kepada Paus sedangkan duniawi langsung kepada
kaisar. 9

Perluasan kuasa Paus berpuncak dalam Paus Innocentius III (1198-


1216) yang juga turut campur dalam mengatur politik internasional. Ia
memaksa raja Perancis dan Inggris untuk menuruti kehendaknya dan
campur tangan dalam pemeliharaan kaisar Jerman. Keterlibatan politik
Innocentius III menyatakan juga batas kuasa Paus, menjadi nampak bahwa
Paus hanya berperan dibidang politik dan mengurusi negara-negara, kalau
wewenangnya diakui oleh negara-negara dan kalau penguasa-penguasa

8
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 66
9
Christian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, 17-18
politik rela menuruti kehendaknya. Kaisar dan para raja mengerti bahwa
dukungan Raja yang begitu berpengaruh dalam masyarakat penting untuk
stabilitas negara. Oleh kerena itu mereka rela mengakui Paus sebagai
kepala Kekristenan supaya mendapat dukungan gereja. Masalah timbul
pada saatwewenang paus tidak diakui dan penguasa politik tidak
melakukan kehendaknya. Dalam keadaan ini menjadi nampak Paus tidak
mempunyai kuasa untuk memaksakan kehendaknya. Sebab sebagai kepala
negara gereja di Italia tengah ia tidak memiliki kekuatan politik yang
cukup. Campur tangan Innoocentius III dalam pemilihan kaisar Jerman
dikemudian hari menyebabkan keruntuhan keluarga kekaisaran dan
pauskehilangan alat penting untuk mengatur Jerman. Sekaligus kemuduran
Jerman mengakibatkan bahwa Perancis dan Inggirs menjadi lebih kuat,
sedangkan Raja Inggris dan Prancis tidak dapat di atur seperti kaisar
German dahulu.10

Setelah kejadian tersebut, kira-kira tahun 1300 timbulah pertentangan


antara Paus Bonifatius VIII dan Raja Philips dari Perancis. Pertentangan-
pertentangan semacam itu mengenai batas kedua kekuasaan yang dahulu
telah banyak terjadi. Namun ada satu hal yang tidak pernah terjadi, yaitu
kesatuan gereja dan negara yang tetap tak dapat dipecahkan meskipun
dibawah kekuasaan yang berkepala dua yakni Paus dan Raja. Pertentangan
keduanya ini, bukanlah persoalan mana yang lebih tinggi, melainkan
mengenai kekuasaan yang dipegang oleh dua orang itu sendiri.11 Atas hal
tersebut paus Bonifatius mengeluarkan pernyataan paling keras, yaitu
dalam “Bulam Unnam Sanctam” yang menyerukan semua pihak untuk
taat kepada kekuasaan Paus, dan Paus mau melarang negara untuk
memungut pajak dari gereja, sedangkan Raja mau melarang gereja untuk
memberikan uang kepada paus. Kesimpulan Paus mengenai hal ini adalah
semua orang yang mau memperoleh keselamatan harus takhluk kepada
Paus. Akan tetapi raja Perancis tidak takluk dan ia mengirim pasukannya
ke Roma dan memenjarakan Paus, yang tidak lama kemudian meninggal
pada tahun 1303.12Kemudian para kardinal mengadakan sidang di Perugia

10
Ibid, 18
11
W.L Helwig, Sejarah Gereja Kristus (Yogyakarta: Yayasan Kansius, 1974), 126
12
Michael Collins, The Story Of Chrystianity (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 118
untuk memilih pengganti Bonifatius, dimana para kardinal berdebat
selama lebih dari setahun untuk memutuskan pilihan siapakah paus
pengganti Bonifatius. Akhirnya mereka memilih uskup agung Bordeaux,
yang dinobatkan dengan nama Paus Clemen V (1305-1314).13

Kepausan mengalami krisis besar yang sangat mempengaruhi


kehidupan gereja dan masyarakat. Pada tahun 1309, Paus berpindah ke
Kota Avignon di perancis dan demikian mulailah apa yang disebut
“pembuangan kepausan ke Babylon” yang telah merusak martabat
Kepausan. Karena Paus-paus di Avignon harus menari menurut nada-nada
tyang dimainkan oleh raja-raja Perancis, rakyat di negara-negara lain tidak
lagi menghormati mereka. Hal ini berlangsung sampai tahun 1377, pada
saat inilah Paus Gregorius XI kembali ke Roma.14 Pada tahun 1378, para
kardinal melakukan konklaf utnuk memilih Paus pengganti Gregorius XI,
yaitu Urbanus VI. Namun sikap otokratis Urbanus dalam
kepemimpinannya memalukan para kardinal Perancis, sehingga
dinobatkanlah lagi seorang paus yang baru yaitu Paus Clemens VII (1378-
1394). Namun Raja Perancis tidak menyetujui pemilihan seorang Paus
dari Italia, demikianlah mulai perpecahan Gereja Katolik- Roma yang
biasanya disebut Skisma Barat (1378-1415).15

Sejalan dengan pertentangan politik pada waktu itu, maka Eropa yang
beragama Kristen terpecah menjadi dua kubu, yaitu Inggris, German,
Skandinavia dan Italia menganggap Paus di Roma sebagai yang benar.
Sedangkan Perancis, Skotlandia, Spanyol dan Napoli mendukung Paus di
Avignon.16 Para Teolog mengatakan bahwa hanya suatu konsili gereja
yang bisa menentukan Paus yang sah. Sungguh suatu mimpi buruk bagi
Gereja Barat utnuk mempertahankan kesatuan gereja barat. Suatu konsili
gereja pun di panggil untuk mengadakan pertemuan di Pisa dalam upaya
menetukan nasib dua uskup yang saling bersebrangan itu, yaitu Urbanus di
Roma dan Clemens di Avignon. Namun sebelum pertemuan konsili itu
dimulai keduanya meninggal dunia. Urbanus diganti Bonifatius IX dan
13
Ibid, 119
14
Jonar S, Sejarah Gereja umum (Yogyakarta: Andi, 2014), 293.
15
C. De Jonge, Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja,68
16
W.L. Helwig, Sejarah Gereja Kristus, 122
Clemens diganti Benedictus XIII. Tahun 1409, konsili yang bertemu di
Pisa untuk menyelesaikan sengketa itu memilih kardinal Pietro Philargi
sebagai paus Aleksander V (1409-1410) serta meminta agar dua Paus yang
lain mundur. Seruan tersebut tentu saja ditolak. Dengan demikian, saat ada
tiga Paus : satu sah dua tidak. Sebaliknya baik Paus di Roma maupun di
Avignon tidak membina kembali kesatuan. Hal itu menunjukkan
ketidakmampuan Paus untuk memerintah Gereja. Ketika Paus Aleksander
di Bologna meninggal, dan digantikan oleh seorang anti Paus, yaitu
Yohanes XXIII (1410-1415). Kaisar Signismund akhirnya turun tangan
dengan mengundang konsili lain di Konstans Swiss. Dewan itu bertemu
tahun 1414 dan dilanjutkan selama 4 tahun berturut-turut. Hasilnya adalah
menyerukan kepada semua Paus untuk mundur demi kesatuan Gereja. Atas
seruan itu, Paus yang sah yaitu Gregorius XII yang dipilih tahun 1406
menggantikan Innocentius VII (1410-1415) meletakkan jabatan.
Kemudian di suatu sidang kardinal memilih Paus Martinus V. Dengan
demikian berakhirlah skisma barat.17

II.4. Perdamaian Skisma Barat


II.4.1. Konsili di Pisa (Italia Utara) 1409
Konsili ini dipanggil oleh dewan kardianal tahun 1409
untuk menghadiri skisma besar yang telah memisahakan
kekristenan Barat sejak tahun 1378. Meskipun kedua Paus
masing-masing mengadakan konsili sendiri-sendiri sebagai
konsili tandingan, konsili ini dipandang sebagai konsili yang
sah. Paus Benedictus XIII mengadakan konsili di Perpignan
dan Paus Gregorius XIII mengadakan konsili di Cividale, dekat
Aquileia.18
Konsili ini di hadiri oleh utusan dari kedua belah pihak.
Hadir tidak kurang dari 24 kardinal, para uskup, doktor teologia
dan ahli hukum gereja, para duta besar dari hampir semua
negara Barat termasuk utusan dari raja Bohemia, Winceslaus.
Sidang ternyata di kuasai para pendukung teori konsiliarisme
yang pada tahun terakhir ini disebarluaskan dan di pertahankan
17
Michael Collins, The Story Of Chrystianity,119-120
18
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012),243
melalui karya-karya para mahagaru di Universitas Paris. Para
konsili menegaskan bahwa konsili ini kanonik dan ekumenis.
Konsili menegaskan bahwa kedua Paus dinyatakan skismatik
dan bidah. Konsili ini tidak dapat membubarkan diri tanpa lebih
dahulu melakukan pembenahan Gereja in capite et membris
dan akhirnya di putuskan pula akan di adakan konklaf untuk
memilih Paus baru. Maka pada tanggal 26 Juni 1409 Petrus
Filargi, Uskup Agung Milano, yang bergelar Aleksander V
(1409-1410). Dengan kata lain, konsili ini memecat Paus
Gregorius XII dan Benediktus XIII.19
Skisma ini tidak dapat di akhiri malah semakin
memperburuk, karena adanya tiga Paus sekaligus. Konsili ini
penting karena ia mempersiapkan jalan bagi Konsili Konstanz
yang berhasil mengakhiri skisma besar dalam tubuh Gereja
Barat.20
II.4.2. Konsili Constanz (Jerman) 1414
Konsili ini dipanggil oleh Paus Yohanes XXIII tahun
1414 atas golongan kaisar Sigismund. Tujuannya dalah untuk
mengakhiri skisma barat, yang telah mempenmgaruhi gerja dan
memerangi ibadah. Pada tahun 1414, terdapat tiga orang Paus
sekaligus, yaitu Paus Gregorius XII, Paus Benedictus XIII, Dan
Paus Yohanes XXIII. Konsili ini dihadiri oleh sejumlah uskup,
teutama dari Italia. Pada tahun 1415, Paus Yohanes XXIII
diam-diam meninggalkan konsili sehingga konsisli menjadi
kacau.21
Dengan demikian Ia wajib di adili secara hukum gereja.
Yang mana setelah dilakukan pencarian Yohanes pun
ditangkap dan kemudian dipenjarakan didekat kota Kontanz.
Setelah ia ditangkap konsisli dilanjutkan sesuai dengan sesi
yang telah dijadwalkan. Salah satu yang menjadi hasil
keputusan Kontanz ialah memecat Yohanes XXIII sebagai

19
Eddy Kristiyanto, Gagasan yang menjadi peristiwa (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 218
20
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 243
21
Ibid, 238
seorang Paus. Alasannya selain ia telah melarikan diri jalannya
konsili, ia juga dituduh melakukan simony dan hidup sarat
dengan skandal. Di lain pihak Paus Roma (Gregorius XII)
akhirnya melepaskan kedudukan secara sukarela. Tetapi
berbeda dengan Paus Benedictus XIII ia justru menolak untuk
melepaskan jabatannya. Akan tetapi pendukung Paus ini hanya
segelintir saja dan hanya empat kardinal. Selain karena
sedikitnya jumlah pendukung, Paus ini juga dituduh melakukan
sumpah palsu, heretic dan skismatik. Menanggapi tuduhan-
tuduhan itu, akhirnya para kardinal kembali melakukan sidang.
Hasil sidang ini yaitu, secara resmi mencabut Benedictus
sebagai Paus dan memustuskan untuk mengangkat Paus baru
yang bergelar Martinus V. Dengan demikian, stelah terpilihnya
Paus tersebut konsili sudah mencapai tujuan gereja saat itu,
yakni berakhirnya skisma barat.22
II.5. Tokoh Skisma Barat
II.5.1. Catharina dari Sienna

Catahrina di Giacomo di Benincasa lahir pada tahun 1347 yang


merupakan anak ke 24 dari 25 bersaudara. Ketika ia berumur 7 tahun,
ia mendapat penglihatan Yesus bersama Petrus, Paulus dan Yohanes.
Kerena penglihatan ini, ia memutuskan untuk hidup selibat. Bapa
pengakuannya yang pertama adalah Thomasso Della Fonte seorang
biarawan dominikan yang memberi pengaruh kepada Catharina untuk
menjadi biarawati dengan menjalani kehidupan religous di dunia.23
Pada tahun 1378, ia pergi ke Roma dengan berharap dapat
memperbaiki perpecahan (Skisma Barat). Ia mengumpulkan orang-
orang sekeliling Urbanus dan mengecamnya atas beberapa tindakannya
yang kurang bijaksana. Ia membuktikan bahwa seorang wanita
sederhana dapat mewujudkan sesuatu yang berbeda. Dialogue-nya
yang menekankan perlunya setiap orang merespon panggilan Tuhan
“dari dalam” sangat terkenal.24 Ia juga memulai pelayanan pastoral
melalui tulisan singkat. Sejak tahun 1375, pelayanan Catharina meluas
22
Eddy Kristiyanto, Gagasan yang menjadi peristiwa,218
23
Tony Lane, Runtut Pijar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 115
sampai keluar Sienna. Ia menyadari dirinya telah memainkan peranan
penting dalam masalah-masalah politik gereja yang lebih luas. Pada
tahun 1375, ia mengklaim telah menerima “Stigmata”, lima luka
khusus seperti yang dialami oleh Franciscus dari Asisi. Pada tahun
1377, ia mendapat poengalamn tentang Allah lebih jauh yang
menggrakkannya uttuk menulis dialogue (dialog), karya utamanya.
Catharina berulang-ulang mendesak Paus Gregorius XI untuk kembali
ke Roma yang akhirnya dilakukan pada tahun 1377. Namun, Paus ini
meninggal pada tahun berikutnya dan digantikan Urbanus VI.
Catharina berada dipihak Urbanus dan berjuang keras utnuk
mendukung Paus ini. Ia pergi ke Roma tempat kediaman Urbanus,
tetapi kesehatnnya memburuk dan ia meninggal disana pada tahun
1380.25

II.6. Dampak Skisma Barat


II.6.1. Dampak Positif
1. Revolusi yang mengemukakan teori yang menganjurkan
kekuasaan konsili yang pusatnya ada di universitas Paris
dimana para teologi seperti Piere d’ Aill dan Jean Gerson
bekerja untuk menghapuskan keburukan skisma dimana
yang terjadi ialah meskipun mereka menentang prinsip
dasar gereja yang tradisional sebagai syarat kesatuaannya,
namun mereka berbuat demikian karena terdorong oleh
harapan yang menyala-nyala untuk memulihkan kembali
kesatuan gereja. Karena dalam hal ini dengan sendirinya
mereka tidak hendak percaya lagi kepada kedua Paus yang
sedang berkuasa, maka mereka merasa kewajiban untuk
menyelamatkan gereja, meskipun harus melawan Paus.
2. Adanya dorongan dari segala pihak agar Sigismund dari
Luxenburg sebagai kaisar yang masih mempunyai gelar“

24
A. Kenneth Curtis, dkk., 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
20015),65-66
25
Tony Lane,Runtut Pijar, 115
Pelindung Gereja”, mengusahakan adanya kesatuan dalam
kehidupan masyarakat gereja.26
3. Orang-orang mulai memikirkan kemungkinan gereja-gereja
kebangsaan, yang tidak lagi tergantung kepada Paus. Yang
pada hakekatnya kuasa duniawi dan gerejawi Paus-paus
semakin lama semakin merosot, seperti di German Paus
masih berkuasa dan cita-cita kebangsaan mulai diwujudkan
juga disana, yaitu oleh Raja-raja yang menuntut bermacam
hak dari Paus untuk negerinya masing-masing.27
4. Dari satu pihak gereja ingin menguasai gereja atau menjadi
lembaga pembimbing dan mengatur dunia (kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan). Karena cita-cita gereja
barat abad pertengahan itu, yaitu untuk mencari lembaga
yang membimbing dan mengatur dunia, meskipun
menyebabkan adanya pergumulan yang hebat antara gereja
dengan dunia.28 Yang diperjuangkan adalah bahwa para
rohaniawan berhenti memikirkan status atau kedudukan dan
uang saja, dan dituntut kembali kepada kehidupan yang
terarah kepada Allah.29
II.6.2. Dampak Negatif
A. Bidang Politik : Dimana pada saat kepausan dipulihkan
raja-raja mempermainkan peranan penting dalam
mengakhiri perpecahan gereja. Walaupun krirs kepausan
diatasi, jelas bahwa peranan gereja tidak seperti dahulu lagi
sebagaimana telah dikatakan peranan penguasa-penguasa
duniawi semakin menonjol.30 Peranan Paus dalam politik
intenasional tidak lagi sepertio sebelumnya. Setelah skisma
selesai, masa politiknya terbatas pada gereja sehingga Paus
begitu sibuk mengurus negara mereka sendiri sehingga tidak

26
W.L. Helwig, Sejarah Gereja Kristus, 133.
27
H. Berkhof & I.H. Enklaar,Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 95
28
Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 119
29
C. De Jonge, Pembimbing Ke DalamSejarah Gereja,69
30
Christiaan De Jonge, Gereja Mencari Jawab,20
mampu untuk mengatasi krisis gereja yang memecah dalam
reformasi.31
B. Bidang Agama: Bahwa suku-suku German mencoba
mengkristenkan semakin banyak bidanng kehidupan.
Dengan demikian, bidang rohani yang emnjadi tugas
gereja akhirnya mencakup hampir seluruh kehidupan,
termasuk bidang poltik yang ditangani negara. Jelas
bahwa keadaan ini dapat menimbulkan konflik-konflik
besar seperti terjadi di abad pertengahan. Sebagai akibat
semakin rajin dipikirkan bagaimana peranan gereja
dapat dibatasi pada bidang agama. Negara hanya
membutuhkan gereja jika ditangani bidang yang tak
mungkin ditangani negara yaitu bidang kehidupan
rohani. Pemimpi gereja, terutama Paus semakin sibuk
dengan bidang politik sehingga dimensi rohani tugas
diabaikan dan menyebabkan krisis gereja.32
C. Bidang Ekonomi: bahwa kekrisisan yang dialami oleh
kepausan terasa diseluruh gereja, bahkan diseluruh
kehidupan masyarakatapun terpengaruh. Hal ini terjadi
karena unsur kuasa dan uang semakin dipentingkan.
Yang dicari oleh Paus untuk memperoleh kembali
kedudukan politiknya adalah kuasa serta pengaruh, dan
juga uang tidak membiayai kepausan dengan segala
usahanya. Pengaruh tersebut merupakan pengaruh yang
negatif.33

III. KESIMPULAN

31
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja,69
32
Christian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, 20-21
33
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja,68
Berdasarkan pemaparan diatas tentang Skisma Barat, kami para
penyaji memberi kesimpulan bahwa Skisma berasal dari kata “Schism”yang
dalam bahasa Yunani yang berarti pemisahan yang menjadi kelompok yang
bermusuhan, atau dengan kata lain Skisma itu berartikan pemecahan yang
terjadi dalam sebuah organisasi atau gerakan. Skisma Barat adalah perpecahan
yang terjadi di gereja bagian Barat, yang disebabkan karena adanya
pertentangan yang terjadi antara Paus Bonifatius VIII dengan raja Philip dari
Perancis. Dalam hal ini Paus Bonifatius melarang raja Philip untuk memungut
pajak dari gereja, sedangkan raja Philip melarang gereja untuk memberikan
uang kepada paus.
Setelah Paus Bonifatius VIII meninggal pada tahun 1303, kepausan
dikuasai oleh raja Perancis dan kepausan mengalami krisis besar yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat dan gereja.Pada tahun 1309, kepausan
berpindah ke Avignon di Perancis, dan demikian inilah yang disebut
“pembuangan ke Babylon” (1309-1377). Pada waktu berakhirnya Skisma
Barat, ada tiga orang secara bersama-sama mengkalim dirinya sebagai Paus
yang sah. Dan Skisma ini berakhir pada konsili Kontanz (1414) dengan
terpilinya Paus Martinus V sebagai Paus yang sah.

SKEMA SKISMA BARAT


Petikaian Paus dan Kaisar dimulai dari tahun 1309 – 1377

Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol,


Skandinavia, Italia Skotlandia

Roma Melarang Philip memungut pajak dari gereja Avignon (Prancis)


Paus Bonifatius VII Raja Philip
Biara Di Prancis

Philip menolak & Ekskomunikasi, lalu Terpilih


Paus Clement V yang Berpihak pada Prancis

Paus Clement V Kepausan Pindah Ke Avignon Paus Clement V

Atas ajakan Chatarina kepada Gregorius XI maka


Kepausan Kembali pindah Ke Roma (1377)
Paus Gregorius XI Paus Gregorius XI

Awal mula Skisma Barat (1378)


Kedua Paus Dianggap Skismatik Sehingga Dilakukan
Paus Dilakukan Konsili Pisa (1409) Paus
Urbanus VI Clement VII

Paus
Alexander V
Paus Paus
Benedictus XIII Gregorius XII
Paus
Yohanes XXII
(Menghilang)

Kosili Konstanz
(1414-1416)

Paus Martius V
IV. DAFTAR PUSTAKA
Berkhof, H.,& I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2014.
Collins, Michael,The Story Of Chrystianity, Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Curtis, A. Kenneth, dkk., 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
End, Th.Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Helwig, W.L, Sejarah Gereja Kristus, Yogyakarta: Yayasan Kansius, 1974.
J, A. Heuken S., Ensiklopedia Gereja, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1994.
Jonar S, Sejarah Gereja umum Yogyakarta: Andi, 2014.
Jonge, C. De, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2017.
Jonge, Christiaan De, Gereja Mencari Jawab, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013
Kritiyanto, Eddy, Gagasan yang menjadi peristiwa, Yogyakarta: Kanisius,
2002.
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
Napel, Henk ten, Kamus Teologi Jakarta: BPK-GM, 2012.
S, Jonar, Kamxus Alkitab dan Teologi, Yogyakarta: Andi, 2016.
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Anda mungkin juga menyukai