Ting/Jurusan : I.A/Theologi
SKISMA BARAT
(Mahasiswa dapat menjelaskan Skisma dalam Gereja Katolik Roma serta Dampaknya
dalam Berbagai Bidang Kehidupan).
I. PENDAHULUAN
Dalam rana sejarah gereja khususnya pada abad pertengahan, banyak terjadi
permasalahan baik dari dalam maupun dari luar gereja itu sendiri. Kedua hal ini yang
menyebabkan adanya suatu perpecahan yang besar yang disebut dengan Skisma
Barat. Karena perpaduan antara iman yaitu dari dalam gereja dan hal politik yaitu dari
luar gereja, dimana pada dasarnya kedua hal ini tidak dapat dipersatukan. Hal inilah
yang membuat pada akhirnya gereja terpecah menjadi dua kubu yang besar, yakni
gereja Katolik di Barat dan Gereja Ortodoks di Timur. Permasalahan-permasalahan
semakin lama semakin banyak terjadi bahkan pemimpin (paus) di masa ini pun ada
tiga. Maka dari itu untuk mengembalikan kesatuan gereja akan diadakan konsili, yaitu
konsili Konstanz (1414-1418) dan akhirnya perpecahan atau skisma besar ini selesai.
II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Skisma
1
A. Heuken S.J, Ensiklopedia Gereja (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1994), 300.
2
Henk ten Napel, Kamus Teologi ( jakarta: BPK-GM, 2012), 282.
koyak, dan pecah. Istilah ini untuk menggambarkan keberadaan gereja dalam
sejarah yang pernah mengalami perpecahan.3
3
Jonar S, Kamus Alkitab dan Teologi (Yogyakarta: Andi,2016), 412.
4
Christiaan De Jonge, Gereja Mencari Jawab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 13
5
Ibid, 14-15
Setelah tahun 1000 kaisar German mempunyai hak-hak tertentu dalam
“Negara Gereja”, yaitu bagian Italia tengah dan sekitar kota Roma yang di
pimpin oleh Paus. Akibatnya kaisar dapat mempengaruhi pemilihan Paus
dan mengontrol kelakuannya. Pemilihan uskup-uskup, yang menurut
kebiasaan gereja harus terjadi oleh imam-iman gereja katedral, diambil
kaisar. Kaisar German juga melibatkan uskup-uskup di negaranya dalam
pemerintahan.6
Perselisihan antara paus dan kaisar, gereja dan negara, meledak bukan
karena negara semakin campur tangan dengan gereja dan menganggap
gereja milik mereka. Namun ini muncul karena upaya Paus untuk
membebaskan gereja dari negara yang berkaitan erat dengan Reformasi
Cluny. Suatu gerakan pembaruan kebiaraan pada abad ke-10 memberi
dorongan kepada paus untuk membebaskan dirinya dan gereja dari kuasa
negara. Pembaruan ini dimulai dari Perancis dalam biara Cluny yang
didirikan tahun 910. Program pembaharuan mengandung beberapa pokok-
pokok, pertama-tama ditegaskan bahwa uskup Roma, yaitu Paus adalah
kepala Kekristenan. Sedangkan uskup adalah uskup seluruh gereja yang
dinobatkan oleh kaisar. Karena hal inilah paus tidak dapat dihukum oleh
siapapun di dunia ini atau dengan perkataan yang berada di atas undang-
undang duniawi dan berkuasa penuh. Yang kedua, pemilihan paus harus
bebas dari pengaruh kaisar. Dan yang ketiga adalah pembebasan gereja
dari “Nikolaitisme” (perkawinan imam-imam, jadi jelaslah reformasi
moral) dan “simoni” yaitu pembelian jabatan gereja, dan “investitur” yaitu
pengangkatan dalam jabatan awam. Sekitar tahun 1200, Paus menjadi
begitu berkuasa sehingga dianggap sebagai pemimpin masyarakat Eropa.
Akan tetapi sekitar tahun 1300, para penguasa politik telah berhasil untuk
memperkuat kedudukan mereka. Sejak itu lama-kelamaan Paus kehilangan
kekuasaan di bidang politik, tetapi kedudukannya sebagai pemimpin gereja
katolik Roma tidak dapat digoyahkan.7 Puncak kejayaan kepausan dicapai
waktu Paus Innocentius III (± 1200) menduduki tahta yang disebut kursi
Petrus (sebab Petrus dianggap sebagai paus pertama). Tetapi kemudian
6
Ibid, 15
7
Ibid, 16
kekuasaan Paus mulai berkurang sampai akhirnya Paus Bonifatius VIII
(±1300) gagal mempertahankan kuasa kepausan terhadap raja Perancis.8
8
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 66
9
Christian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, 17-18
politik rela menuruti kehendaknya. Kaisar dan para raja mengerti bahwa
dukungan Raja yang begitu berpengaruh dalam masyarakat penting untuk
stabilitas negara. Oleh kerena itu mereka rela mengakui Paus sebagai
kepala Kekristenan supaya mendapat dukungan gereja. Masalah timbul
pada saatwewenang paus tidak diakui dan penguasa politik tidak
melakukan kehendaknya. Dalam keadaan ini menjadi nampak Paus tidak
mempunyai kuasa untuk memaksakan kehendaknya. Sebab sebagai kepala
negara gereja di Italia tengah ia tidak memiliki kekuatan politik yang
cukup. Campur tangan Innoocentius III dalam pemilihan kaisar Jerman
dikemudian hari menyebabkan keruntuhan keluarga kekaisaran dan
pauskehilangan alat penting untuk mengatur Jerman. Sekaligus kemuduran
Jerman mengakibatkan bahwa Perancis dan Inggirs menjadi lebih kuat,
sedangkan Raja Inggris dan Prancis tidak dapat di atur seperti kaisar
German dahulu.10
10
Ibid, 18
11
W.L Helwig, Sejarah Gereja Kristus (Yogyakarta: Yayasan Kansius, 1974), 126
12
Michael Collins, The Story Of Chrystianity (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 118
untuk memilih pengganti Bonifatius, dimana para kardinal berdebat
selama lebih dari setahun untuk memutuskan pilihan siapakah paus
pengganti Bonifatius. Akhirnya mereka memilih uskup agung Bordeaux,
yang dinobatkan dengan nama Paus Clemen V (1305-1314).13
Sejalan dengan pertentangan politik pada waktu itu, maka Eropa yang
beragama Kristen terpecah menjadi dua kubu, yaitu Inggris, German,
Skandinavia dan Italia menganggap Paus di Roma sebagai yang benar.
Sedangkan Perancis, Skotlandia, Spanyol dan Napoli mendukung Paus di
Avignon.16 Para Teolog mengatakan bahwa hanya suatu konsili gereja
yang bisa menentukan Paus yang sah. Sungguh suatu mimpi buruk bagi
Gereja Barat utnuk mempertahankan kesatuan gereja barat. Suatu konsili
gereja pun di panggil untuk mengadakan pertemuan di Pisa dalam upaya
menetukan nasib dua uskup yang saling bersebrangan itu, yaitu Urbanus di
Roma dan Clemens di Avignon. Namun sebelum pertemuan konsili itu
dimulai keduanya meninggal dunia. Urbanus diganti Bonifatius IX dan
13
Ibid, 119
14
Jonar S, Sejarah Gereja umum (Yogyakarta: Andi, 2014), 293.
15
C. De Jonge, Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja,68
16
W.L. Helwig, Sejarah Gereja Kristus, 122
Clemens diganti Benedictus XIII. Tahun 1409, konsili yang bertemu di
Pisa untuk menyelesaikan sengketa itu memilih kardinal Pietro Philargi
sebagai paus Aleksander V (1409-1410) serta meminta agar dua Paus yang
lain mundur. Seruan tersebut tentu saja ditolak. Dengan demikian, saat ada
tiga Paus : satu sah dua tidak. Sebaliknya baik Paus di Roma maupun di
Avignon tidak membina kembali kesatuan. Hal itu menunjukkan
ketidakmampuan Paus untuk memerintah Gereja. Ketika Paus Aleksander
di Bologna meninggal, dan digantikan oleh seorang anti Paus, yaitu
Yohanes XXIII (1410-1415). Kaisar Signismund akhirnya turun tangan
dengan mengundang konsili lain di Konstans Swiss. Dewan itu bertemu
tahun 1414 dan dilanjutkan selama 4 tahun berturut-turut. Hasilnya adalah
menyerukan kepada semua Paus untuk mundur demi kesatuan Gereja. Atas
seruan itu, Paus yang sah yaitu Gregorius XII yang dipilih tahun 1406
menggantikan Innocentius VII (1410-1415) meletakkan jabatan.
Kemudian di suatu sidang kardinal memilih Paus Martinus V. Dengan
demikian berakhirlah skisma barat.17
19
Eddy Kristiyanto, Gagasan yang menjadi peristiwa (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 218
20
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 243
21
Ibid, 238
seorang Paus. Alasannya selain ia telah melarikan diri jalannya
konsili, ia juga dituduh melakukan simony dan hidup sarat
dengan skandal. Di lain pihak Paus Roma (Gregorius XII)
akhirnya melepaskan kedudukan secara sukarela. Tetapi
berbeda dengan Paus Benedictus XIII ia justru menolak untuk
melepaskan jabatannya. Akan tetapi pendukung Paus ini hanya
segelintir saja dan hanya empat kardinal. Selain karena
sedikitnya jumlah pendukung, Paus ini juga dituduh melakukan
sumpah palsu, heretic dan skismatik. Menanggapi tuduhan-
tuduhan itu, akhirnya para kardinal kembali melakukan sidang.
Hasil sidang ini yaitu, secara resmi mencabut Benedictus
sebagai Paus dan memustuskan untuk mengangkat Paus baru
yang bergelar Martinus V. Dengan demikian, stelah terpilihnya
Paus tersebut konsili sudah mencapai tujuan gereja saat itu,
yakni berakhirnya skisma barat.22
II.5. Tokoh Skisma Barat
II.5.1. Catharina dari Sienna
24
A. Kenneth Curtis, dkk., 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
20015),65-66
25
Tony Lane,Runtut Pijar, 115
Pelindung Gereja”, mengusahakan adanya kesatuan dalam
kehidupan masyarakat gereja.26
3. Orang-orang mulai memikirkan kemungkinan gereja-gereja
kebangsaan, yang tidak lagi tergantung kepada Paus. Yang
pada hakekatnya kuasa duniawi dan gerejawi Paus-paus
semakin lama semakin merosot, seperti di German Paus
masih berkuasa dan cita-cita kebangsaan mulai diwujudkan
juga disana, yaitu oleh Raja-raja yang menuntut bermacam
hak dari Paus untuk negerinya masing-masing.27
4. Dari satu pihak gereja ingin menguasai gereja atau menjadi
lembaga pembimbing dan mengatur dunia (kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan). Karena cita-cita gereja
barat abad pertengahan itu, yaitu untuk mencari lembaga
yang membimbing dan mengatur dunia, meskipun
menyebabkan adanya pergumulan yang hebat antara gereja
dengan dunia.28 Yang diperjuangkan adalah bahwa para
rohaniawan berhenti memikirkan status atau kedudukan dan
uang saja, dan dituntut kembali kepada kehidupan yang
terarah kepada Allah.29
II.6.2. Dampak Negatif
A. Bidang Politik : Dimana pada saat kepausan dipulihkan
raja-raja mempermainkan peranan penting dalam
mengakhiri perpecahan gereja. Walaupun krirs kepausan
diatasi, jelas bahwa peranan gereja tidak seperti dahulu lagi
sebagaimana telah dikatakan peranan penguasa-penguasa
duniawi semakin menonjol.30 Peranan Paus dalam politik
intenasional tidak lagi sepertio sebelumnya. Setelah skisma
selesai, masa politiknya terbatas pada gereja sehingga Paus
begitu sibuk mengurus negara mereka sendiri sehingga tidak
26
W.L. Helwig, Sejarah Gereja Kristus, 133.
27
H. Berkhof & I.H. Enklaar,Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 95
28
Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 119
29
C. De Jonge, Pembimbing Ke DalamSejarah Gereja,69
30
Christiaan De Jonge, Gereja Mencari Jawab,20
mampu untuk mengatasi krisis gereja yang memecah dalam
reformasi.31
B. Bidang Agama: Bahwa suku-suku German mencoba
mengkristenkan semakin banyak bidanng kehidupan.
Dengan demikian, bidang rohani yang emnjadi tugas
gereja akhirnya mencakup hampir seluruh kehidupan,
termasuk bidang poltik yang ditangani negara. Jelas
bahwa keadaan ini dapat menimbulkan konflik-konflik
besar seperti terjadi di abad pertengahan. Sebagai akibat
semakin rajin dipikirkan bagaimana peranan gereja
dapat dibatasi pada bidang agama. Negara hanya
membutuhkan gereja jika ditangani bidang yang tak
mungkin ditangani negara yaitu bidang kehidupan
rohani. Pemimpi gereja, terutama Paus semakin sibuk
dengan bidang politik sehingga dimensi rohani tugas
diabaikan dan menyebabkan krisis gereja.32
C. Bidang Ekonomi: bahwa kekrisisan yang dialami oleh
kepausan terasa diseluruh gereja, bahkan diseluruh
kehidupan masyarakatapun terpengaruh. Hal ini terjadi
karena unsur kuasa dan uang semakin dipentingkan.
Yang dicari oleh Paus untuk memperoleh kembali
kedudukan politiknya adalah kuasa serta pengaruh, dan
juga uang tidak membiayai kepausan dengan segala
usahanya. Pengaruh tersebut merupakan pengaruh yang
negatif.33
III. KESIMPULAN
31
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja,69
32
Christian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, 20-21
33
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja,68
Berdasarkan pemaparan diatas tentang Skisma Barat, kami para
penyaji memberi kesimpulan bahwa Skisma berasal dari kata “Schism”yang
dalam bahasa Yunani yang berarti pemisahan yang menjadi kelompok yang
bermusuhan, atau dengan kata lain Skisma itu berartikan pemecahan yang
terjadi dalam sebuah organisasi atau gerakan. Skisma Barat adalah perpecahan
yang terjadi di gereja bagian Barat, yang disebabkan karena adanya
pertentangan yang terjadi antara Paus Bonifatius VIII dengan raja Philip dari
Perancis. Dalam hal ini Paus Bonifatius melarang raja Philip untuk memungut
pajak dari gereja, sedangkan raja Philip melarang gereja untuk memberikan
uang kepada paus.
Setelah Paus Bonifatius VIII meninggal pada tahun 1303, kepausan
dikuasai oleh raja Perancis dan kepausan mengalami krisis besar yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat dan gereja.Pada tahun 1309, kepausan
berpindah ke Avignon di Perancis, dan demikian inilah yang disebut
“pembuangan ke Babylon” (1309-1377). Pada waktu berakhirnya Skisma
Barat, ada tiga orang secara bersama-sama mengkalim dirinya sebagai Paus
yang sah. Dan Skisma ini berakhir pada konsili Kontanz (1414) dengan
terpilinya Paus Martinus V sebagai Paus yang sah.
Paus
Alexander V
Paus Paus
Benedictus XIII Gregorius XII
Paus
Yohanes XXII
(Menghilang)
Kosili Konstanz
(1414-1416)
Paus Martius V
IV. DAFTAR PUSTAKA
Berkhof, H.,& I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2014.
Collins, Michael,The Story Of Chrystianity, Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Curtis, A. Kenneth, dkk., 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
End, Th.Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Helwig, W.L, Sejarah Gereja Kristus, Yogyakarta: Yayasan Kansius, 1974.
J, A. Heuken S., Ensiklopedia Gereja, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1994.
Jonar S, Sejarah Gereja umum Yogyakarta: Andi, 2014.
Jonge, C. De, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2017.
Jonge, Christiaan De, Gereja Mencari Jawab, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013
Kritiyanto, Eddy, Gagasan yang menjadi peristiwa, Yogyakarta: Kanisius,
2002.
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
Napel, Henk ten, Kamus Teologi Jakarta: BPK-GM, 2012.
S, Jonar, Kamxus Alkitab dan Teologi, Yogyakarta: Andi, 2016.
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.