Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : Liturgika

Dosen : Pdt. Parsaulian Simorangkir, M.Th


Tugas : “Ibadah Jemaat dalam Abad Pertengahan” dan “Ibadah Jemaat
dalam Abad Reformasi”
Nama/NIM : Darius Rajagukguk/171097, Mardiana Siahaan/1810035, Devi
Indah Hutagaol/1810021, Andre Gultom/1810014, Tangkas Purba/1910108

I. Pendahuluan
Perkembangan liturgi dalam sejarah gereja memberikan pelajaran penting bagi
orang percaya atau gereja di masa sekarang ini. Perkembangan liturgi dalam sejarah
gereja memberikan kita pelajaran melihat bagaimana gereja-gereja dari tahun ke
tahun menata ibadah mereka. Tidak dapat dipungikiri bahwa perkembangan-
perkembangan liturgi dalam sejarah ini memberikan referensi maupun rujukan bagi
gereja-gereja lainnya. Melalui kesempatan saat ini, kami mengajak para pembaca
untuk flashback melihat bagaimana tata ibadah atau liturgi pada abad-abad
pertengahan dan reformasi.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian “Ibadah”
Ibadah dalam Perjanjian Lama berasal dari kata “Sher’et” dan “Abh’ad”. Arti dari
kedua kata ini ialah peribadatan. 1 Dalam Perjanjian Baru ibadah berasal dari kata
Latreia yang berarti pelayanan. Riemer G. dalam bukunya “Cermin Injil” mengutip
pandangan Albineno mengenai ibadah. Albineno berpendapat bahwa kata ibadah
yang digunakan dalam Perjanjian Baru, yaitu:
a. Leiturgia (Kis 13:2) beribadah kepada Allah
b. Letreia (Roma 12:1) mempersembahkan seluruh tubuh
c. Thereskeia (Yak 1:27) pelayanan kepada orang yang dalam kesusahan.2
Melalui uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian ibadah adalah
mempersembahkan seluruh kehidupan sebagai pengabdian kepada Tuhan.
2.2. Ibadah Jemaat dalam Abad Pertengahan [600-1500 M]
Abad pertengahan ini dibagi menjadi tiga periode. Pertama, Awal Abad
Pertengahan. Awal abad pertengahan ini dimulai pada masa Gregorius I (590-604)
dan Gregorius VII (1073-1085). Gregorius adalah seorang Paus, ia juga merupakan

1
Cunha Bosco Da O. Carm, Teologi Liturgi Dalam Hidup Gereja (Malang: Dioma, 2004), 16.
2
Riemer G, Cermin Injil (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, 1995), 52.

1|Page
seorang rahib Benekdiktin. Gregorius pada abad pertengahan ini cukup memberikan
pengaruh dalam bidang liturgi, selain di bidang liturgi ia juga memberikan pengaruh
dalam bidang pastoral, bahkan ia juga memberikan pengaruh dalam musik gereja
sehingga ia mendapat panggilan “musik gregorian”. Itulah sebabnya para pakar
sejarah menjadikan masa pemerintahan Paus Gregorius tersebut sebagai tonggak
sejarah gereja dalam memasuki abad-abad pertengahan. 3 Abad pertengahan adalah
abad keruntuhan kekuasaan Romawi Barat (476 M). 4 Keruntuhan kekaisaran
tersebut mengakibatkan pemerintahan Romawi terpecah menjadi dua, Romawi Barat
dan Romawi Timur. Perpecahan tersebut ternyata membentuk sejumlah negara baru,
Perancis, Inggris, Jerman, dan Negeri-Negeri Skandinavia. Negara-negara tersebut
membuka peluang bagi gereja untuk melakukan penginjilan. 5 Keruntuhan kekuasaan
tersebut ternyata dimanfaatkan dengan baik oleh Uskup Roma. 6 Uskup Roma mulai
memegang kuasa di Bizantium, opini masyarakat pada waktu itu “karena Kaisar tidak
lagi berkuasa, maka gereja dan uskup Roma menggantikan jabatan kaisar tersebut”.
Dengan kekuasaan Paus tersebut, terjadilah perkembangan gereja yang pesat hingga
ke luar Roma. Pekabaran Injil telah menjadi usaha yang teratur dan terencana
dilakukan oleh gereja Roma, terlihat dari sejumlah imam yang dikirim ke berbagai
gereja. Penyebaran penginjil tersebut ternyata menyebabkan penyebaran liturgi 7 dan
tradisinya ke gereja-gereja baru. 8 Pada abad ini berkembang dua rumpun tradisi
besar dalam liturgi; [1] Liturgi Roma, [2] Liturgi Gallia. Kedua Liturgi ini tersebar ke
berbagai wilayah, seperti Liturgi Roma pemakaiannya menyebar ke luar Roma dan
bahkan ke luar ke Italia arah selatan, sedangkan Liturgi Galia pemakaiannya
menyebar ke wilayah barat.9
Kedua, Abad pertengahan yang jaya (910-1300). Pada abad ini gereja mencapai
puncaknya, dimana kekuatan dan posisi kebiaraan mendapat posisi yang tinggi
dalam kehidupan Gereja. Pada periode abad pertengahan jaya ini, paus memainkan
peranan penting dimana paus memperoleh kedudukan sebagai pemimpin
masyarakat.

3
Rasid Rachman, Pengantar Sejarah Liturgi (Tanggerang: Bintang Fajar, 1999), 51.
4
J. Sumardianta Dkk., Sejarah (Jakarta: PT. Grasindo, 2013), 131.
5
Rasid Rachman, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Liturgi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 78–79.
6
Sumardianta Dkk., Sejarah, n. mempertegas bahwa keruntuhan kekuasaan Romawi tersebut
ternyata digantikan oleh gereja Kristen.
7
Liturgi yang digunakan oleh gereja Timur (gereja Ortodoks) adalah liturgi ortodoks
8
Rachman, Pengantar Sejarah Liturgi, 51.
9
Ibid., 52.

2|Page
Ketiga, Akhir abad pertengahan (1300-1492). Periode abad ini merupakan masa
peralihan dari abad pertengahan ke abad reformasi. Pada abad ini kepausan
mengalami krisis, dan penguasa-penguasa duniawi berkuasa menentukan kehidupan
di wilayah mereka bahkan berkuasa dalam menentukan kehidupan rohani. Pada
Abad ini kepausan sudah mulai dikuasai oleh Raja Prancis, kepausan mengalami
krisis yang besar dalam mempengaruhi kehidupan Gereja dan masyarakat. Namun
banyak orang pada saat itu berusaha melakukan perbaikan (mereformasi) gereja.
Usaha mereformasi gereja tersebut berhasil pada tahun 1415 dimana Khisma
Kepausan dipulihkan. Walaupun krisis Kepausan sudah diatasi jelas peranan gereja
tidak seperti dulu lagi.10
2.2.1. Liturgi Abad Pertengahan
Abad pertengahan ini merupakan abad dimana munculnya buku-buku Liturgi.
Adapun buku-buku liturgi yang muncul tersebut terdiri atas dua rumpun, pertama
liturgi Roma dan liturgi Galia. Buku-buku yang termasuk dalam liturgi Roma, yaitu:
Sacramentarium Gregorius, yang diperkirakan berasal dari zaman Karel Agung
(742-814). Buku ibadah ini dikirim oleh Paus Adrianus ke Perancis agar digunakan
menjadi dasar pelayanan liturgi di Perancis. Isi dari Sacramentarium Gregorius itu
adalah ordinarium misa, doa-doa, prefasi, unsur-unsur misa, nyanyian resitasi untuk
uskup, berbagai hari raya dan tahun liturgi yang dimulai dari malam Natal 24
Desember, doa-doa penahbisan, diakon, imam atau presbiter dan uskup.
Sacramentarium Gelasium, yang berisi perayaan-perayaan penahbisan, berkat bagi
perawan dan janda, konsekrasi altar. Sacramentarium Leonia, yang berisi tentang
dua belas seksi hari raya yang berhubungan dengan dua belas bulan yang
bersakutan. Setiap seksi bulanan membentuk tema istimewa bulan yang
bersangkutan. Naskah Revenna, yang berisi empat puluh doa persiapan Natal.
Ordines Romani, yang berisi liturgi ekaristi, baptisan dan doa penahbisan.
Sedangkan buku-buku yang termasuk dalam Liturgi Gallia, yaitu: Missale
Gothicum, buku liturgi ini berisi banyak unsur Roma, antara lain; Misa malam Natal,
Misa para kudus setelah Epifania, Minggu-minggu Pra-paskah, Paskah, Perayaan-
perayaan penemuan Salib Kudus, hari raya penginjilan Yohanes dan sebagainya.
Missale Gollicanum Vetus, berisi Misa untuk Santo Germanus dari Auxerre, doa-doa
bagi perawan dan janda, Misa in advenum Domini, Malam Natal, malam setelah Natal,

10
De Jong, Pembimbingan Ke Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: STT Jakarta, 1985), 60–68.

3|Page
ritus-ritus katekumenat, Traditio symboly dan minggu-minggu sebelum paskah.
Luxeuceil, berisi pengajaran-pengajaran misa. Surat-surat St Germanus Episcopus
Parisius Sripsit Demissa, berisi tata misa, unsur-unsur liturgi secara detail,
perayaan untuk peristiwa istimewa dan tata busana liturgi. Misa Bobbio, berisi 3
misa in Adventum Domini, Malam Natal, hari raya para kudus.11
Pada abad pertengahan kesatuan liturgi mulai dibakukan. Pemimpin-
pemimpin ibadah dipandu oleh buku-buku yang diterbitkan untuk menyusun liturgi
menurut pola tertentu seperti Sacramentarium, Leksionaria, Missale Plenum
serta Brevaria.12 Demikian juga dengan nyanyian dalam liturgi. Paus Gregorius
Agung adalah orang yang sangat berjasa dalam mengumpulkan dan mengatur
nyanyian, himne, serta menentukan tempat dan ragamnya dalam liturgi sehingga
terjadi penyeragaman.13
Terkait dengan pola liturgi dalam Gereja Barat, Charles Agung memiliki andil
dalam mewujudkan kesatuan pola liturgi menurut struktur Romawi-Frank. Pola
liturgi tersebut sebagai berikut:14
I. Persiapan
- Prosesi ke gereja (beriringan pergi ke gereja)
- Mazmur “introitus” (nyanyian masuk dengan Gloria mini)
- Masuknya pemimpin kebaktian
- “Kirie” eleison (doa litany)
- Gloria akbar (diangkat pemimpin, dijawab jemaat)
II. Bagian Pelayan Firman
- Salam dan doa rangkuman (doa collecta ini menyimpulkan doa-doa yang
sudah diucapkan sebelumnya)
- Pembacaan surat (oleh diaken, disebelah bagian selatan)
- Nyanyian Mazmur
- Haleluya
- Pembacaan Injil dengan pujian (disebelah utara)
- Homoli (khotbah)
III. Kredo (pengakuan iman)

11
Rachman, Pengantar Sejarah Liturgi, 52.
12
Riemer G, Cermin Injil, 155.
13
Ibid., 157.
14
Ibid., 158.

4|Page
IV. Ekaristi
- Persembahan dibawa, persiapan meja doa syukur akbar dengan prefasi,
sanktus, benediktus, anamneses
- Doa Bapa Kami, salam dan ciuman damai
- Pemecahan roti sementara dinyanyikan Agnus Dei komuni, ite, missa ets!
(Suruhan untuk pergi).
2.2.2. Musik Dalam Ibadah Jemaat Abad Pertengahan
Musik pada abad pertengahan biasanya dikaitkan dengan kejatuhan Romawi
(476) sebagai pembukaannya. Bentuk-bentuk musik pada Abad pertengahan yaitu:
Drama Liturgi, Gregorian, tipe Litany (berbalasan dilakukan dalam ibadah), tipe
sekuensi, Kanzone, dan Rondo.15 Pada abad pertengahan ini juga, Paus Gregorius I (±
600) juga memasukan cara menyanyi Gregorian ke dalam ibadah jemaat. Salah
satunya yaitu paduan Suara.
1. Paduan Suara yang dipakai dalam ibadah jemaat adalah paduan suara gereja
bukan perhimpunan penyanyi.
2. Didalam ibadah Paduan suara berdiri di pihak jemaat
3. Didalam ibadah paduan suara tidak mempunyai tempat tersendiri.
4. Didalam ibadah paduan suara bertugas melayani.
5. Didalam ibadah paduan suara tidak boleh menyanyikan nyanyiannya
sendiri.16
2.3. Ibadah Jemaat dalam Abad Reformasi
Reformasi bermula dari konflik yang terjadi antara pimpinan Gereja Katolik
Roma dengan orang-orang yang disebut sebagai reformator Protestan pada abad ke
16 (1517-1650).17 Adanya gerakan reformasi ini pada akhirnya melahirkan reformasi
dari liturgi yang telah ada (Liturgi Roma Katolik). Ada pun orang-orang yang disebut
sebagai reformator Protestan tersebut adalah:
1. Marthin Luther.
Marthin Luhter adalah orang yang mengadakan gerakan reformasi. Ia
mengkritik pandangan gereja Katolik, ia menuangkan kritikannya tersebut ke
dalam 95 dalil. Marthin Luther adalah seorang pastur Jerman dan merupakan
15
“No Title,” l. Pukul 23.00 WIB, accessed February 17, 2021,
https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_gereja, .
16
J.L.Ch Abineno, Unsur-Unsur Liturgika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 107–108.
17
James F. White, Protestant Worship: Traditions in Transition (Lousville: Westminster John Knox
Press, 1989).

5|Page
ahli teologi kristen, serta pendiri gereja Lutheran, Protestan yang merupakan
hasil gerakan reformasi tersebut.18 Marthin Luhter menolak transubtansiasi,
dimana transubtansiani merupakan ajaran orang Katolik yang berpandangan
bahwa, “tubuh dan darah Kristus benar-benar ada dalam bentuk roti dan
anggur”.
2. Zwingli.
Zwingli adalah gerakan reformasi yang berada di kota Zurich, Swiss. Baginya,
Kristus hadir bukan dalam elemen-elemen Perjamuan Kudus, melainkan
melalui FirmanNya.19
3. Jhon Calvin
Jhon Calvin adalah seorang teolog kristen Prancis yang terkemuka pada masa
refomasi protestan. Jhon Calvin memiliki semangat untu menyesuaikan liturgi
purba dalam usahanya mereformasi. Ia berpendapat bahwa Firman Allah
dapat dinyanyikan. Ia mengarang sejumlah lagu yang mengandung ayat
Firman Tuhan serta mendorong penggunaan melodi yang bagus, baik, dan
gampang dinyanyikan. Usaha yang dilakukannya itu bertujuan untuk
memobilisasi jemaat agar gemar bernyanyi yang diwujudkan melalui
pelatihan-pelatihan pada waktu katekisasi, di mana anak-anak diajar
menyanyikan semua Mazmur. Ia juga berusaha memulihkan pelayanan
Firman sampai kepada keindahannya yang penuh. Calvin juga meniadakan
kolekkta, yaitu doa untuk umat, dan menggantinya dengan epiklese, yaitu doa
yang memohon kedatangan Roh kudus terkait dengan pemberitaan Firman
agar dapat didengar dengan baik sebelum khotbah.20
2.3.1. Liturgi dalam Abad Reformasi
Liturgi Protestan adalah sebuah liturgi yang lahir dari gerakan reformasi.
Liturgi Protestan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah umat
Kristen Protestan. Liturgi Protestan memiliki beberapa perbedaan dengan liturgi
Katolik, perbedaan itu terjadi terkait dengan gerakan Reformasi yang terjadi pada
abad ke-16. Liturgi Protestan ini disusun oleh para tokoh reformasi gereja dengan
pemahaman teologis mereka terhadap ibadah itu sendiri.21

18
Suparman, Liturgika, 2019, 28–29.
19
Ibid., 29–30.
20
Ibid.
21
J.L.Ch Abineno, Unsur-Unsur Liturgika, 44.

6|Page
2.3.2. Ciri-Ciri Liturgi Reformasi Protestan
Berikut adalah ciri-ciri liturgi Protestan yang membedakannya dengan liturgi
Katolik Roma:
1. Liturgi dilaksanakan dengan bahasa umat.
2. Pengajaran atau khotbah adalah unsur utama dari liturgi.
3. Umat berhak dan wajib menerima komuni, kecuali jemaat yang bersangkutan
dilarang untuk ikut karena alasan pastoral.
4. Umat berhak menerima roti dan anggur, bukan hanya roti saja.
5. Umat perlu terlibat secara aktif dalam liturgi dengan menyanyikan nyanyian
jemaat.
6. Doa dilayankan dengan suara yang jelas dan khidmat.
7. Pelayan liturgis tidak mengenakan pakaian liturgis yang membedakannya dari
umat. ia boleh mengenakan jubah yang menunjukkan dirinya sebagai seorang
sarjana, tetapi bukan jubah imamat.22
2.3.3. Liturgi atau Tata Ibadah Protestan
TATA IBADAH MINGGU TATA IBADAH PERJAMUAN
KUDUS
1. Votum 1. Kata Permulaan
2. Salam 2. Pemberitahuan Pengakuan
3. Introitus/Nats Pembimbing Dosa
4. Pengakuan Dosa 3. Nyanyian Mazmur
5. Pemberitaan Anugerah 4. Lyrie atau Gloria
6. Hukum 5. Doa
7. Gloria 6. Nyanyian Mazmur
8. Kyrie Eleison 7. Doa Syafaat
9. Nyanyian Pujian 8. Pembacaan Surat
10. Doa 9. Nyanyian Mazmur
11. Pembacaan Alkitab 10. Injil Minggu
12. Doa Syafaat 11. Kredo: Apostolikum
13. Pemberian Jemaat 12. Salam
14. Pengakuan Iman 13. Pembacaan formulir untuk
15. Nyanyian Pujian Perjamuan Kudus
16. Homilia/Khotbah 14. Kata-kata peringatan akan
17. Nyanyian Jemaat kematian Tuhan Yesus
Berkat 15. Doa agar diterima
16. Doa Bapa Kami
17. Kata-kata penetapan Perjamuan

22
Ibid., 45.

7|Page
Kudus
18. Pembagian Roti dan Anggur
19. Pengucapan Syukur
20. Berkat
21. Suruhan untuk pulang dengan
damai sejahtera

2.3.4. Musik Dalam Ibadah Jemaat Abad Reformasi


Musik sangat penting dalam ibadah gereja, sebab sebagian besar porsi ibadah
gereja memiliki unsur music, baik vocal maupun instrumental. 23 Begitu pentingnya
musik di dalam gereja, sehingga Martin Luther, tokoh gereja Protestan era reformasi
menyatakan bahwa gereja yang baik adalah gereja yang bernyanyi. 24 Alat musik
seperti gambus, kecapi, seruling, ceracap juga terdapat dalam Alkitab. Alat musik
tiup, petik, pukul digunakan dalam musik gereja. Masa reformasi ini pembaharuan
musik gereja yang menandakan musik religious.25 Musiknya koral yang sangat
terkenal dari tradisi gereja juga muncul, dikarang oleh Martin Luther sebagai tokoh
terkenal dalam reformasi.
2.4. Relevansinya dalam Konteks Sekarang

Ibadah Katolik Masa Kini Ibadah Protestan Masa Kini


I. DOA PEMBUKA -berdiri- 1. NYANYIAN PEMBUKAAN
II. LITURGI SABDA 2. INTROITUS
III. BAIT PENGANTAR INJIL -berdiri- 3. NYANYIAN PUJIAN
IV. HOMILI -duduk- 4. PEMBACAAN MAZMUR MINGGU
V. DOA UMAT -berdiri- 5. DOA PENGAKUAN DOSA
VI. LITURGI EKARISTI 6. NYANYIAN PUJIAN
VII. PERSIAPAN PERSEMBAHAN 7. BERITA ANUGERAH
VIII. DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN 8. NYANYIAN PUJIAN
IX. DOA SYUKUR AGUNG 9. PEMBERITAAN FIRMAN
X. AKLAMASI ANAMNESIS 10. DOA UNTUK PEMBACAAN FIRMAN
XII. BAPA KAMI 11. PEMBACAAN FIRMAN
XIII. DOA DAMAI 12. RENUNGAN
23
Sinode Gereja Kristen, Panduan Musik Dalam Ibadah (Jakarta: Sinode, n.d.).
24
Mawene, Gereja Yang Bernyanyi (Yogyakarta: ANDI, 2004).
25
Karl Edmund, Sejarah Musik Jilid 1 (Jakarta: Pusat Musik Liturgi, 1991).

8|Page
XIV. PERSIAPAN KOMUNI 13. DOA SYAFAAT
XV. KOMUNI 14. PERSEMBAHAN
XVI. LAGU KOMUNI - berlutut – 15. NYANYIAN PUJIAN
XVII. SAAT HENING -duduk- 16. DOA PERSEMBAHAN DAN BERKAT
XVIII. DOA SESUDAH KOMUNI
XIX. RITUS PENUTUP
XX. PENGUMUMAN
XXI. BERKAT -berdiri-
XXII. PENGUTUSAN
XXIII. PERARAKAN KELUAR

Dari table ini kita dapat melihat bahwa adanya perbedaan tata ibadah antara
zaman pertengahan dengan sekarang pada jemaat Katolik yaitu pada saat ini ibadah
persiapan dalam ibadah sudah dipersingkat. Adanya perubahan susunan acara ibadah.
Adanya perbedaan dalam penyebutan namun memiliki makna yang sama seperti : Kreo
dan Doa Umat. Pada bagian Ekaristi adanya perbedaan susunan tata ibadah. Pada waktu
zaman pertengahan ibadah ditutup dengan istilah suruhan pergi, namun pada saat ini
disebut dengan pengutusan dan perarakan keluar.
Begitu juga dengan ibadah masa reformasi dengan ibadah protestan sekarang
dimana votum berada pada urutan pertama, dan pada saat ini yang pertama kali
dilakukan saat ibadah biasanya bernyanyi dan bersaat teduh. Pada ibadah saat ini lagu
yang digunakan lebih banyak dari pada zaman pertengahan. Ada beberapa penyebutan
dalam tata ibadah namun memiliki makna yang sama seperti : Homilia menjadi
pemberitaan Firman. Susunan dalam doa syafaat berbeda.
Ibadah Jemaat dalam Abad Pertengahan dan Ibadah Jemaat dalam Abad Reformasi
memberikan kita pengetahuan bahwa sesungguhnya ibadah/liturgy gereja-gereja pada
saat ini bukanlah sesuatu yang instan bisa terjadi. Semua liturgi yang digunakan oleh
gereja ada karena telah melewati beberapa proses yang panjang dimana banyak tokoh-
tokoh agama yang berusaha untuk membuat perubahan demi perubahan untuk
membuat susunan ibadah yang lebih benar dan tepat.

III. Penutup

9|Page
Ada berbagai perubahan liturgi yang terjadi dalam sepanjang sejarah, perubahan
itu tentunya berawal dari gerakan reformasi. Dalam abad pertengahan kita dapat
melihat bagaimana liturgi gereja Katolik sangat mengutamakan misa, berbeda
dengan Protestan [yang lahir dari gerakan reformasi]. Protestan dalam liturginya
menempatkan Alkitab menjadi utama dalam suatu ibadah. Oleh sebab itulah
mengapa “khotbah” atau “Pemberitaan Firman Tuhan“ menjadi puncak klimaks
dalam kebaktian. Melalui sejarah panjang ini juga kita dapat melihat bagaimana
liturgi tersebut mengalami proses perubahan dan pemaknaan

10 | P a g e
Daftar Pustaka

Edmund, Karl. Sejarah Musik Jilid 1. Jakarta: Pusat Musik Liturgi, 1991.
J.L.Ch Abineno. Unsur-Unsur Liturgika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Jong, De. Pembimbingan Ke Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: STT Jakarta, 1985.
Kristen, Sinode Gereja. Panduan Musik Dalam Ibadah. Jakarta: Sinode, n.d.
Mawene. Gereja Yang Bernyanyi. Yogyakarta: ANDI, 2004.
O. Carm, Cunha Bosco Da. Teologi Liturgi Dalam Hidup Gereja. Malang: Dioma, 2004.
Rachman, Rasid. Pembimbing Ke Dalam Sejarah Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010.
———. Pengantar Sejarah Liturgi. Tanggerang: Bintang Fajar, 1999.
Riemer G. Cermin Injil. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, 1995.
Sumardianta Dkk., J. Sejarah. Jakarta: PT. Grasindo, 2013.
Suparman. Liturgika, 2019.
White, James F. Protestant Worship: Traditions in Transition. Lousville: Westminster
John Knox Press, 1989.
“No Title.” Accessed February 17, 2021.
https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_gereja, .

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai