Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KRITIK TERHADAP GEREJA RESMI


KELOMPOK 5

DOSEN:

Dr. Denny Najoan, M.si

NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

KEVIN SINADIA
SEICY MAHINO
JERICHO KAWULUR

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS TEOLOGI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
 Kritik adalah sebagai celaan atau kecaman atas suatu keadaan, perilaku, atau yang kita
anggap menyimpang dan tidak benar. Kritik juga dalah bentuk penilaian terhadap suatu karya
secara seimbang, baik kelemahan maupun kelebihannya. Kritik bisa juga disebut suatu ungkapan
atau tanggapan mengenai baik atau buruknya suatu tindakan yang akan atau sudah dibuat.
Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Yunani “Ekklesia” yang didefinisikan sebagai
“perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Akar kata ”Gereja” tidak
berhubungan dengan gedung, tetapi dengan orang. Gereja juga adalah sebuah persekutuan orang-
orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari
kegelapan menuju kepada Yesus Kristus yang adalah terang dunia (1 Petrus 2:9 – 10 dan
Yohanes 8 : 12). Persekutuan tersebut menjadi saksi dari kasih Allah yang nyata dalam Yesus
Kristus kepada dunia. Dengan demikian Gereja menjadi sebuah persekutuan dimana Kristus
yang menjadi dasar terbentuknya. Oleh karena itu, gereja dipanggil dan diutus untuk melayani
dunia ini. Bukan hanya sekedar melayani, namun juga gereja menjalankan misinya
menghadirkan damai sejahtera yang dari Kristus di tengah – tengah dunia ini. Alasan keberadaan
Gereja karena misi, misi yang menjadikan murid-murid bagi Kristus yang bersaksi mengenai
iman dalam hatinya, sesuai dengan hakikatnya Gereja terpanggil untuk memberitakan dan
menghadirkan kerajaan Allah, yaitu keselamatan melalui Yesus Kristus. Tugas panggilan inilah
yang merupakan pengutusan Gereja sampai saat ini.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian kritik
2. Pengertian gereja
3. Kritik dari pihak Marcion
4. Kritik dari pihak Montanisme

C. Tujuan

1. mengetahui kritik terhadap gereja dari pihak Marcion


2. mengetahui kritik yang di sampaikan dari pihak Montanisme
3. melihat dari sisi teologis
BAB II

ISI/KAJIAN TEORI

A. DARI PIHAK MARCION


Marcion ialah seorang kaya di Bandar Sinope di pesisir Laut Hitam, dan ada perusahaan
perkapalannya di daerah itu. Tetapi ia meninggalkan kota itu untuk menyebarkan ke mana-
mana di dalam Gereja pandangan-pandangannya yang baru tentang Injil. Akan tetapi Gereja
menolak ajarannya; pada tahun 144 ia dikucilkan oleh jemaat di Roma. Marcion sangat
bersemangat dan seorang organisator yang cakap. Ia membentuk sebuah Gereja baru
(Gerejanya sendiri, yanf berkembang dengan cepat, sehingga beberapa puluh tahun kemudiaan
hamper sama besarnya dengan Gereja “Katolik”. Barulah pada abad ke-V Gereja Marcion
berangsur-angsur lenyap, oleh karena perlawanan dari negara, yang menghendaki satu gereja
Kristen. Tokoh Marcion dengan ajarannya dan pengaruhnya yang sungguh-sungguh
mengancam Gereja Lama itu perlu kita bicarakan lagi dengan jelas.
Alasannya. Bahwa Marcion menginsafi dan menunjukkan dasar-dasar ajaran Paulus, ialah
jasanya yang sangat berharga bagi Gereja. Ia mengerti bahwa pembenaran manusia oleh iman,
seperti yang diajarkan oleh Paulus, adalah intisari Injil. Dengan kecewa dan penuh rasa kesal,
Marcion melihat bahwa Gereja pada zaman itu sudah melupakan satu-satunya jalan keselamatan
yang benar, sehingga terperosok ke dalam moralisme, yang menukarkan rahmat Allah dengan
amal dan usaha manusia. Sebab itu Marcion berniat menghidupkan pula ajaraan Paulus di dalam
Gereja. Selain dari penemuan ini theologinya pun ditentukan oleh pengalaman-pengalamannya
sendiri. Hatinya terharu, karena keadaan dunia ini, yang jahat dan kurang sempurna, dan yang
menampilkan rupa-rupa soal yang sukar dijawab. Masakan Allah yang Mahakuasa, Bapa yang
baik dari Yessus Kristus, telah menciptakan suatu dunia yang demikian?! Barangkali pencipta
dunia ini, yaitu Allah Perjanjian Lama, adalah Allah yang lain yang kurang mulia dan cakap.
Kesimpulannya: Allah perjanjian Lama yang kurang sempurna itu ialah khalik dunia yang tak
sempurna ini, tetapi Yesus telah menyatakan suatu Allah yang baru.
Agaknya Marcion dipengaruhi oleh gnostik (mereka yang memiliki pengetahuan yang lebih
tinggi,bukan dari Alkitab,tetapi diperoleh melalui alam mistsis lain yang lebih tinggi) yang juga
membedakan Perjanjian Lama dari Baru, Allah-Khalik dan Allah-Penyelamat. Sungguhpun
demikian, Marcion bukanlah seorang gnostik, karena ia tidak mencari hikmat rahasiawi selaku
jalan kebebasan; keselamatan manusia diperoleh manusia oleh iman kepada Yesus saja. Apalagi
ajaran dan Gerejanya teruntuk bagi segenap umat Kristen,bukan bagi segolongan kecil saja.
Marcion memikirkan dan merencanakan ajarannya sendiri. Maksudnya yang terutama ialah
untuk mengkritik tersesatnya jemaat Kristen di hadapan umum,supaya berpaling dari
moralismenya dan Kembali kepada Injil Yesus dan Theologia Paulus.
Dalam ajarannya. Menurut Marcion, dunia diciptakan oleh Allah yang menyatakan dirinya di
dalam Perjanjian Lama. Allah itu tidak jahat, tetapi rendah derajatnya. Ia mau berbuat baik,
tetapi tak sanggup melangsungkannya. Maksudnya ialah untuk memerintah dengan adil, tetapi
justru karena itu ia menjadi keras bengis, karena taurat yang telah diberikannya kepada manusia
itu terlalu berat, sehingga mustahillah manusia dapat melakukannya. Makhluk menjadi kurang
sempurna, sebab khaliknya sendiri kurang sempurna. Tetapi walaupun demikian, Allah
Perjanjian Lama ini menuntut kegenapan Turatnya serratus persen, sambil mengenakan
hukuman berat atas tiap-tiap pelanggaran, menurut aturan “mata ganti mata, gigi ganti gigi”.
Dengan itu Allah pertama ini tidak dapat tidak ia menjadi seorang hakim yang lainb dan
kuraang adil terhadap dunia.
Kemudian Yesus datang. Di dalam “khotbahNya-di bukit” Yesus memberitakan suatu
keadilan yang lebih indah, yang tidak berpokok pada pembalasan; melainkan pada kemurahan
dan keampunan. Oleh karena itu menjadi nyata, bahwa tentulah Yesus tidak diutus oleh Allah
Perjanjian Lama, tetapi oleh Allah yang lain, yang asing bagi dunia ini dan belum dikenal. Allah
itu ialah Allah yang benar, yang mahatinggi. Meskipun Allah yang kedua ini taka da
hubunganNya dengan dan tidak bertanggungjawab atas nasib manusia, namun ia menaruh belas
kasihab, sehingga ia mengutus anakNya untuk membebaskan manusia dari tindasan khaliknya.
Demikianlah Yesus turun ke bumi pada tahun 28 dengan memakai tubuh maya (dosetisme).
Allah Khalik merasa dirinya terancam; sebab itu Ia mengikhtiarkan pembunuhan Yesus di kayu
salib. Tetapi dengan demikian ia melanggar tauratnya sendiri, karena Yesus baik sama sekali.
Sekarang Ia dihukum menurut aturan pembalasannya sendiri: Ia harus menyerahkan kepada
Allah-pembebas tiap-tiap orang yang percaya akan Yesus. Segala orang itu dibenarkan oleh
karena imannya dan mewarisi keselamatan yang kekal.
Dengan demikian percayalah ialah: menyangkal Allah-Khalik dan menyerahkan diri kepada
kasih Allah yang mahatinggi. Penyerahan itu berarti,bahwa orang-orang Kristen patut
menjauhkan diri dari dunia yang cemar ini dengan jalan bertarak dan beraskese: menyiksa
diri,menahan diri dari daging,minuman keras,bersetubuh, dan sebagainya. Sudah barang tentu
bahwa Marcion menolak kedatangan Kristus Kembali dan kebangkitan segala daging/makhluk.
Kesimpulan kita sesudah memeriksa ajaran Marcion itu ialah: sungguhpun Marcion berjasa
kepada Gereja, sebab yang ditekankannya ialah pembenaran oleh iman, namun sebenarnya ia
kurang mengerti theologia Paulus,karena bagi Paulus, Allah Perjanjian Lama memberi taurat
adalah sam asaj dengan Allah Perjanjian Baru, yang mengaruniakan rahmatNya di dalam Yesus
Kristus. Siapa yang memisahkan keduanya, ia merusakkan Injil.
Kanon Marcion. Hal merusakkan itu nyata seterang-terangnya dari sikap Marcion terhadap
Alkitab. Perjanjian Lama ditolaknya mentah-mentah, dan sama seperti orang gnostic ia
membagi surat-surat tentang Yesus atas kitab—kitab yang sah dan kitab-kitab yang tidak sah,
dengan memakai kanon-nya (ukuranya) sendiri. Kebanyakan surat-surat itu pun tidak diakuinya,
karena tidak sesuai dengan ajarannya. Dari kitab-kitab Injil hanyalah Injil Lukas yang
dipilihnya, sebab kurang berbau Yahudi, tetapi Riwayat kelahiran Yesus dicoretnya, oleh sebab
dosetismenya. Dan dari surat-surat rasuli hanya surat-surat Paulus saja yang dipakainya (kecuali
Timotius dan Titus). Sudah barang tentu surat kepada orang ibrani ditolaknya juga.
Surat-surat yang sedikit, yang dipandang sah oleh Marcion itu, kemudian dirasa perlu
“dibersihkan” lagi dari segala cacat Perjanjian Lama. Akan tetapi sega;a usahanya itu tak
mungkin berhasil, sebab memang tak mungkin memisahkan Perjanjian Baru dari dasarnya.
Yakni Perjanjian Lama.
Marcion dan Gereja. Gereja katolik belajar dari Marcion mengenai beberapa hal yang penting.
Bukan saja Gereja mulai Menyusun kanonya sendiri tetapu terlebih-lebih ahli-ahli theologinya
memperlihatkan dalam karangannya bahwa mereka menginsafi lagi inti Injil, yakni bahwa
bukan kebijakan dan usaha manusia, melainkan rahmat dan keampunan dari Tuhan. Akan tetapi
biarpun demikian, Gereja terpaksa juga menolak pandangan-pandangan Marcion sama sekali.
Karena baik gnostik, maupun Marcion mengajarkan suatu jalan kebebasan yang salah. Menurut
Marcion, jiwa harus dibebaskan dari ciptaan yang rendah dan juga daripada kuasa khaliknya.
Menurut gnostik pula, api ilahi yang terdapat di dalam manusia, perlu dibebaskan dari dunia
jasmani yang jahat. Bertentangan dengan kedua ajaran yang sesat itu, Gereja mempertahankan
kesatuan Perjanjian Lama dan Bar, seraya mengajarkan bahwa dunia ini tak lain dari ciptaan
Tuhan sendiri, yang akan diluputkan dari dosa oleh Tuhan itu juga, baik bagian rohaninya
maupun bagian jasmaninya.

B. DARI PIHAK MONTANISME


Timbulnya Montanisme. Serangan yang ketiga, yang dialami Gereja pada abad ke-II, di
samping serangan-serangan gnostik dan Marcion, adalah serangan dari pihak Montanisme.
Gerakan pembangunan rohani timbul di pedalaman Asia kecil kira-kira tahun 160. Banyak
orang Kristen merasa kecewa, oleh karena kuasa Roh Kudus tidak menyatakan dirinya lagi
dengan hebat dan Ajaib di dalam Gereja seperti dahulu. Hal nubuat, ekstase dan glossolalia,
sudah hilang lenyap. Kaum Kristen hanya mementingkan jabatan yang tetap dan organisasinya.
Tambahan pula, jemaat tidak lagi merindukan kedatangan mempelai laki-laki itu. Gereja sudah
turun derajatnya bagi banyak anggotanya, karena merasa senang di dunia.
Ajaran dan riwayatnya. Lalu bangunlah Montanus Bersama-sama dengan dua orang nabiah:
Priscilla dan Maximilla. Mereka itu berkata-kata dengan bahsa roh (glossolalia) dan kadang-
kadang berekstase sampai tak sadar lagi bagaikan orang mati. Itulah tanda,katanya,bahwa Roh
penolong sekarang telah datang, dan berkata-kata dengan mulut mereka. Kedatangan Yesus
Kristus Kembali sudah hampir; semua orang percaaya yang sejati dianjurkan supaya
menaggalkan segala ikatan bumi ini dengan berkumpul di pepusa, sebuah desa di Asia kecil;
maksudnya ialah untuk menantikan Tuhan di sana. Wajiblah jemaat sejati itu memperhatikan
penyataan yang tertinggi dan akhir itu, yang disampaikan Roh kepada mereka dengan
perantaraan Montanus serta nabiahnya. Roh penolong itu menuntut kelakuan yang suci:
seorang janda (balu perempuan) dilarang menikah untuk kedua kalinya; jemaat disuruh
menahan nafsu tubuh seboleh-bolehnya; puasa harus dilakukan dengan aturan yang keras; mati
syahdid (martir) dipandang sebagai suatu keuntungan dan kehormatan: “darahmu menjadi anak
kunci Firdaus!”
Gerakan ini pun merambak dengan cepat. Kira-kira tahun 200 sudah terdapat perkumpulan
orang Montanis di Afrika Utara, yang di dalamnya termasuk juga bapa-gereja Tertullianus.
Barulah pada abad ke-IV, pengaruh Montaisne mulai surut sampai akhirnya lenyap.
Gereja dan bidat (sekta). Mula-mula Gereja merasa sukar menentukan pendiriannya
terhadap sekta Montanus. Pada waktu itu untuk pertama kali-nya diadakan siding uskup-uskup,
ysng disebut sinode, untuk merundingkan baik-buruknya Gerakan yang baru itu. Tak lama
kemudian, kebanyakan uskup menolak Montanisme, karena dianggap adalah ajaran yang sesat.
Montanisme itu hanyalah permulaan dari segala Gerakan pembinaan rohani yang banyak itu
di dalam sejarah Gereja. Anjurannya supaya hidup di dalam Roh dan Kritiknya terhadap
kesuaman kebanyakan anggota jemaat, tentulah penting sekali dan selalu perlu diperhatikan,
tetapi sungguhpun demikian, Gereja wajib melawan asas-asas sekta itu. Keberatannya ialah: 1.
Salah benar ajaran Montanus bahwa Roh Tuhan mengaruniakan penyataan baru lagi, yang
kebih tinggi dan sempurna daripada penyataan Tuhan dalam Akitab. Injil saja sudah cukup,
sehingga tak perlu ditambah lagi. 2. Jikalau jemaat Kristen mengasingkan diri supaya boleh
mengarahkan pikirannya kepada kedatangan Kristus saja, tak dapat tidak jemaat mengabaikan
tugasnya di dalam dan untuk dunia ini. Gereja tak boleh menjadi sekta, yang hanya
mengutamakan kesalehan dan keselamatannya sendiri saja, tetapu ia terpanggil untuk
memasyhurkan Injil kepada semua manusia di tengah-tengah masyarakat yang berdosa ini. 3.
Demi melihat moralisme yang memuncak di dalam Montanisme, maka mata Gereja terbuka
dan melihat moralismenya sendiri, sehingga mulai sadar bahwa Gereja bukanlah perkumpulan
orang yang suci ataub sempurna, melainkann adalah perkumpulan orang yang berdosa; jemaat
Kristen hidup dibawah rahmat, bukan lagi di bwah taurat.
BAB III

PENUTUP

REFLEKSI TEOLOGIS & LANDASAN ALKITAB

Kritikan yang diberikan kepada pihak marcion dan montanisme. ajaran Marcionisme,
sebenarnya pusat dari inti pandangan dan pengajaran adalah perbedaan yang dikemukakan antara
Allah di Perjanjian Lama dan Allah pada Perjanjian Baru. Dikatakan oleh ajaran tersebut bahwa
Alkitab mengisahkan dua Allah, yang mana Allah di Perjanjian Lama merupakan Allah yang
lebih kejam dan melupakan prinsip kasih tentang Alkitab. Digambarkan bahwa Allah pada masa
lalu ini kejam dan mudah menghukum umat. Dalam pandangan ajaran yang dikatakan tersebut di
atas, pastinya ajaran ini memiliki banyak pertentangan dari umat Kristen di masa tersebut.
Sehingga banyak jemaat yang berasal dari Filipi diingatkan oleh Polikarpus untuk tidak
mempercayai pandangan doktrin yang dikemukakan oleh Marcion. Tidak hanya itu saja, aliran
ini juga menggunakan Injil Lukas sebagai dasar, sehingga banyak umat yang tertipu oleh doktrin
yang disebarkan. Selain itu, aliran ini juga memiliki beberapa larangan bagi para pengikutnya.
Dikatakan bahwa para pengikut Marcionisme pantang untuk makan daging. Tidak hanya itu saja,
pengikut aliran ini juga tidak diperbolehkan menikah. Namun demikian bukan berarti menentang
prinsip dasar pernikahan Kristen itu sendiri. Bahkan pada prakteknya masih menerima pengikut
yang merupakan suami istri. Bahkan Allah pada masa lalu digambarkan sebagai Allah yang tidak
adil dan tidak sempurna. Berbeda dengan Allah pada Perjanjian Baru yang lebih penuh kasih dan
penyayang. Allah di Perjanjian Baru lebih pemurah dan tergambar dengan baik melalui diri
Yesus Kristus. sebenarnya ajaran yang satu ini merupakan ajaran yang berasal dari gerakan sekte
yang terjadi di awal abad ke-2 Masehi. Sehingga saat itu belum banyak yang memahami firman
Tuhan dan cenderung masih percaya pada rasionalisme nenek moyang mereka di daerah
tersebut. Hal ini memicu muncul beberapa penyelewengan dari firman yang tertulis dalam
Alkitab.

Ajaran Montanisme ini sendiri mampu merebak hingga ke wilayah kekaisaran Romawi,
sehingga tak heran jika kemudian banyak dikenal dan mulai menjadi besar. Bahkan sempat
disebut sebagai ajaran yang legal dan sesuai dengan prinsip kekristenan yang diajarkan.
Berdasarkan sejarah di masa lampau, rupanya aliran ini berawal juga dari pemukiman yang ada
di Asia Kecil yang telah mempercayai Yesus sejak awal. Namun karena ajaran yang cukup keras
dan radikal, maka doktrin serta ajaran tersebut lebih susah diterima oleh sebagian besar umat
Kristen pada umumnya. Sehingga dianggap tidak tepat dan menyesatkan.

Di kalangan orang Kristen, dengan alasan kasih, banyak yang menganggap kritik itu
sebagai hal yang jahat karena sering dianggap menghakimi atau merendahkan derajat orang lain.
Di beberapa gereja, anggota gereja yang berani mengkritik pimpinan akan dikucilkan. Kritik
mungkin hanya bisa disampaikan dalam bentuk pertanyaan, usul atau sindiran halus dan diselingi
dengan permintaan maaf. Sebenarnya, dalam konsep agama atau sosial apapun, jika dipikir
dalam-dalam, tidaklah ada orang yang sempurna. Semua orang bisa membuat kesalahan, dan
karena itu memerlukan kritik yang baik dari orang lain. Mereka yang tidak mau dikritik, tentu
yakin bahwa segala tindakannya benar. Mereka mungkin tidak sadar bahwa hanya Tuhan yang
selalu benar, karena Dia adalah maha bijaksana. Ayat-ayat dibawah mencatat bahwa mereka
yang mengkritik kita dengan maksud baik adalah teman kita, tetapi pujian yang berlimpah-
limpah mungkin datang dari orang yang tidak peduli akan diri kita. Begitu banyak orang Kristen
yang jatuh kedalam perangkap ini dan kemudian mengalami berbagai masalah, karena keyakinan
bahwa mereka selalu benar dan karena mereka senang dikagumi orang lain. Lebih buruk lagi,
dengan kejadian semacam itu banyak gereja dan keluarga dipermalukan dan nama Tuhan dihujat
banyak orang.

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan
nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah
seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan
jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak
mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” Matius 18:15-17.

“Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari
dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.”
Kolose 1:28

KESIMPULAN

Mengenai ajaran Marsionisme, sebenarnya pusat dari inti pandangan dan pengajaran
adalah perbedaan yang dikemukakan antara Allah di Perjanjian Lama dan Allah pada Perjanjian
Baru. Dikatakan oleh ajaran tersebut bahwa Alkitab mengisahkan dua Allah, yang mana Allah di
Perjanjian Lama merupakan Allah yang lebih kejam dan melupakan prinsip kasih tentang
Alkitab. Digambarkan bahwa Allah pada masa lalu ini kejam dan mudah menghukum umat.
Bahkan Allah pada masa lalu digambarkan sebagai Allah yang tidak adil dan tidak sempurna.
Berbeda dengan Allah pada Perjanjian Baru yang lebih penuh kasih dan penyayang. Allah di
Perjanjian Baru lebih pemurah dan tergambar dengan baik melalui diri Yesus Kristus.

Sehingga pada dasarnya ajaran aliran ini mempercayai bahwa Allah pada Perjanjian Baru
dan Lama merupakan Allah yang berbeda. Ada dua Allah di dunia dan keduanya memiliki sifat
yang berlainan sesuai gambaran di Alkitab pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada
ajaran ini selanjutnya percaya bahwa Yesus tiba-tiba datang ke kota Kapernaum. Kedatangan ini
kemudian bertujuan untuk membuang dan mengasingkan Allah pada Perjanjian Lama ke Hades
dan menebus jiwa manusia melalui Yesus Kristus serta membebaskan mereka dari kekejaman
Allah Perjanjian Lama tersebut. Akibat hal ini, Marsion sendiri dikatakan dan lekat dengan
julukan sebagai “the first born of satan” atau dikenal juga dengan sebutan “Anti Christ”. Dalam
pandangan ajaran yang dikatakan tersebut, pastinya ajaran ini memiliki banyak pertentangan dari
umat Kristen di masa tersebut. Sehingga banyak jemaat yang berasal dari Filipi diingatkan oleh
Polikarpus untuk tidak mempercayai pandangan doktrin yang dikemukakan oleh Marsion. Tidak
hanya itu saja, aliran ini juga menggunakan Injil Lukas sebagai dasar, sehingga banyak umat
yang tertipu oleh doktrin yang disebarkan. Selain itu, aliran ini juga memiliki beberapa larangan
bagi para pengikutnya. Dikatakan bahwa para pengikut Marsionisme pantang untuk makan
daging. Tidak hanya itu saja, pengikut aliran ini juga tidak diperbolehkan menikah. Namun
demikian bukan berarti menentang prinsip dasar pernikahan Kristen itu sendiri. Bahkan pada
prakteknya masih menerima pengikut yang merupakan suami isteri.

Mengenai ajaran Montanisme. Bergabung bersama dengan Montanus, dua perempuan,


yakni Maximilla dan Priscilla, yang masing-masing telah meninggalkan suaminya. Mereka inilah
buah-buah pertama pencurahan eskatologis Roh Kudus (Yoel 2:28-32). Menurut mereka ini,
Penghibur menuntut perilaku yang suci. Misalnya perkawinan kedua, bahkan perkawinan sendiri
dianggap bernilai rendah; berpuasa secara ketat; menetapkan xerofagia (menyantap makanan
kering, tanpa daging); tidak menyangkal iman dan kemartiran. Sebab, menurut mereka, darah
martir adalah anak kunci Kerajaan Surga. Mereka menolak mengampuni dosa besar, misalnya
pembunuhan, murtad, zinah. Menolak setiap bentuk otoritas kegerejaan dan menyerahkan diri
tanpa syarat pada (nabi-nabi baru) yang melalui mereka ini Roh berbicara. Injil tidak dinilai lagi
sebagai warta keselamatan bagi orang sakit, belas kasih bagi yang lemah, melainkan hanya
disorot dari perspektif kematiran saja.

Oleh sebab itu tak heran jika pada aliran ini mempercayai bahwa ada beberapa poin
penting yang berseberangan dengan firman Allah, antara lain yaitu sebagai berikut:

- Mengutamakan nubuatan dari pada firman yang sesungguhnya. Padahal Allah telah
berfirman akan hal ini pada Alkitab, sehingga perlu untuk dilihat apakah umat Kristen
percaya pada janji keselamatan dalam Alkitab tersebut atau tidak. Hal ini adalah
parameter penting dalam ayat Alkitab terutama Injil yang berlaku sebagai dasar
keyakinan akan janji keselamatan tersebut.

- Prinsip bahwa manusia tidak dapat ditebus dari dosa. Padahal konteks informasi tentang
dosa sudah sangat jelas, sehingga setiap manusia sudah pasti dalam dosa. Umumnya
gereja, membawa beban dari pokok dosa yang didoakan kepada mereka. Sehingga karena
itulah lebih mudah untuk mendoakan kebutuhan jemaat secara umum.

- Nabi dari ajaran ini mengakui bahwa Allah berada dalam penguasaan di dirinya. Padahal
ini merupakan hal yang tidak benar maupun tidak pernah disebutkan dalam pengajaran
Kristen manapun. Inilah yang membuat banyak orang Kristen terkecoh dan bingung
dengan kebenaran yang dimiliki.
Sumber Referensi

 Buku Sejarah Gereja Dr.H Berkhof, Dr.I.H. Enklaar

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kritik

 https://id.berita.yahoo.com/pengertian-kritik-ciri-ciri-struktur-012040477.html

 https://TuhanYesus.org/ajaran-marcionisme

 https://TuhanYesus.org/ajaran-montanisme

 https://mengenalimankatolik.wordpress.com/2014/07/27/ajaran-sesat-montanisme/

 https://andreasnataatmadja.com/2018/03/16/jangan-takut-dikritik/amp/

Anda mungkin juga menyukai