Pasal ini membahas dulu apa filsafat itu, sambil memperlihatkan ciri-cirinya yang membedakan
filsafat dengan pengetahuan harian dengan ilmu pengetahuan dan dengan teologi. Kemudian
dibicarakan apa yang mendorong kita untuk beralih dari filsafat ke teologi. Kemudian di uraikan
menurut pembagiannya
b) Sifat kodrati
Filsafat bersifat kodrati. Sudah di bidang pengetahuan harian harus dibedakan antara
pengetahuan yang dapat diperoleh manusia berdasarkan kemampuan triganda yang
dimiliki manusia demi kodratnya (pengalaman inderawi, pikiran akal-budi dan intuisi
intelektual ) di satu pihak, dan pengetahuan yang mustahil ditemukan manusia dari
dirinya sendiri karena terletak di luar jangkauan pandangan insani.
Sesuai dalam pembahasan sebelumnya bahwa ilmu filsafat harus berdasarkan bukti dan
tidak mengada-ngada jadi filsafat tidak seperti ilmu empiris karena Ilmu-ilmu empris
mencari keterangan dan sebab yang masih terletak dibidang pengalaman indrawi .
filsafat bukan demikian halnya. Meskipun filsafat juga bertolak pada data-data
pengalaman,keterangan yang dicarinya tidak harus terletak dibidang pengalaman
indrawi. Tetapi harus digali dan dibuktikan hingga sedemikian rupa. Sehingga dicarinya
sebab yang sedalam dalamnya. Akibatnya yaitu filsafat tidak boleh mengandaikan atau
menerima sesuatu dengan begitu saja katakanlah sebagai aksioma tanpa membuktikan
atau mempertanggungjawabkanya. Ilmu-ilmu pengetahuan alam, dalam mengadakan
ekperimen dan merumuskan hukum alam, mengandaikan adanya aturan dan
keteraturan tertentu di dunia ini. Tanpa perandaian ini, para pakar IPA tidak dapat
melakukan pekerjaannya. Tetapi bukanlah tugas mereka untuk membuktikan kebenaran
aksioma keteraturan itu. Sebaliknya si filsuf wajib – demi objek formal filsafat – untuk
berusaha tidak bersandar pada asas – asas yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Filsafat berusaha menembus makin lama makin dalam, sambil berharap akan sampai
pada sesuatu prinsip pertama yang menerangkan segala sesuatu dan juga merengkan
dirinya sendiri.
Teologi dapat di definisikan sebagai keseluruhan pengetahuan adi-kodrati yang objektif lagi
kritis dan yang di susun secara metodis, sistematis dan koheren, pengetahuan ini
menyangkut hal hal yang diimani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu
a) Pengetahuan adi-kodrati
Pengetahuan iman bersifat adi-kodrati karena didasarkan pada wahyu Allah yang
mengatasi daya-kemampuan insani. Sifat adi-kodrati bukan saja berlaku bagi
pengetahuan iman dalam hidup sehari hari, tetapi juga dalam bentuk ilmiah, yakni
teologi. Kebenaran yang di cari oleh teologi bukanlah kebenaran yang empiris, bukan
pula kebenaran yang tidak masuk akal, melainkan kebenaran yang diterima dalami iman
berdasarkan wahyu Allah, dan karena anugerah iman bersifat adi-kodrati refleksi ilmiah
atas iman itu, teologi, bersifat adi-kodrati pula
b) Sifat sifat ilmiah
Sifat ilmiah dapatdi lihat dari seorang teolog mengadakan penyelidikannya. Secara
metodis dicarilah kebenaran mana yang di wahyukan da apa wahyu itu sebenarnya. Dan
sususan dari semua kebenaran itu, lalu terjadinya sistem seorang teolog pun
mengusahakan objekivitas, sebab ingin mengenal dan mengetahui objeknya
sebagaimana adanya. Dari sini bisa di katakan bahwa teologi juga bekerja secara kritis,
sebab buktinya harus ada. Hanya, pembuktianya bukan pengalaman indrawi seperti
dalam ilmu empiris dan bukan pula juga melalui wahyu atau-lebih lengkap-melalui budi
yang diterangi oleh iman kepercayaan berkat wahyu Allah.
c) Objek material dan objek formal
Sebagai ilmu iman, teologi mempelajari wahyu Allah. Maka objek material teologi ialah
apa yang di wahyukan Allah. Akan tetapi isi iman seseorang bergantung pada agama
yang di anut oleh orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, teologi pun berbeda beda
menurut agama yang di peluk oleh orang yang mengadakan refleksi ilmiah atas imannya
itu. Kesamaan dari semua teolgi ialah sama sama merenungkan secara ilmiah apa yang
oleh para penganutnya diimani sebagai wahyu Allah kepada manusia. Perbedaanya
terletak dalam pandangan objek formal masing masing teologi ( yahudi,krisiani,islam)
D. Teologi Kristiani
Adalah refleksi ilmiah orang kristen atas iman yang mereka hayati sebagai orang beragama
kristiani. Oleh karena itu, kita memandang dulu iman kristiani dan kemudian teologi kristiani
TEOLOGI
II II III IV
Bidang 1
Yaitu teologi fundamental (Theologia Fundamentalis) membahas apa yang menjadi
dasar pengetahuan kita di bidang teologi, yakni wahyu dan iman.
Bidang 2
Yaitu Tafsir Kitab Suci (‘’Eksegese’’) menafsirkan secara ilmiah iman Yahudi-Kristiani
sejauh terugkap dalam alkitab. Bidang ini memuat tafsir perjanjian lama, tafsir
perjanjian baru dan teologi alkitabiah
Bidang 3
Yaitu teologi Dogma, menguraikan ajaran ajaran pokok dalam iman kita. Istilah
dogma dalam gereja katolik di artikan sebagai pernyataan yang secara eksplisit
diajarkan oleh magisterium gereja sebagai dwahyukan oleh tuhan, sehingga
penyangkalanya harus di sebut bidaah. Dalam teologi dogma dibahas tentang siapa
Allah itu, apa dan siapakah yesus yang di sebut kristus (kristologi) apa dan siapa roh
kudus (pneumatologi), apa dan siapakah manusia menurut rencana Allah pencipta
(antropologi teologis, yang membahas juga asla dan tujuan manusia sera seluruh
dunianya: protologi dan eskatologi dan juga teologi pengharapan ), apa keselamatan
itu ?, apa gereja itu ? dan apa sakramen itu ?
Bidang 4
yaitu, teologi praktis. Tidak bertanya” apa itu? Karena tidak bertujuan teoritis
melainkan bertujuan praktis dengan mereflesikan praktek hidup beriman