Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

YESUS DAN PEREMPUAN YANG BERZINAH


YOHANES 7:53,8:1-11

DISUSUN OLEH:
INDAH SIAHAAN
PUTRI SITIO
PUTRI PERMATA
MARTA
ARUNIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

Berbicara mengenai kasus perzinahan dalam tradisi bangsa Israel adalah sesuatu
hal yang menakutkan dan membayakan bahkan sampai kepada pembunuhan.
Larangan perzinahan adalah salah satu perintah Tuhan dari sepuluh hukum taurat.
Jelas orang yang melanggar perintah Allah akan mendapat hukuman. Bahkan ayat di
atas sangat begitu jelas undang-undangnya sesuai dengan perintah Allah. Kitab Ulangan
17:7, dan Imamat 20:10 menjelaskan bagaimana orang yang kedapatan yang berzinah
dihukum mati atau dirajam dengan batu sesuai dengan hukum Kitab Musa. Bagi yang
melakukan perzinahan tidak ada “tawar menawar” atau kata “ampun” tidak ada belas
kasihan, tidak ada diberi kesempatan. Berarti bisa ditarik benang merah bahwa orang-
orang yang melakukan perzinahan dalam Kitab Perjanjian Lama begitu banyak yang
mati tanpa ada diberi kesempatan untuk bertobat.
Kasus perzinahan ini sangat mengerikan karena tidak ada kesempatan diberi
untuk memperbaiki kelakuan moral mereka. Tetapi syukur dengan datangnya Yesus
Kristus kedunia sebagai hakim atas hukum Taurat maka ada kesempatan diberi untuk
berubah kepada orang yang jatuh dalam perzinahan. Yesus tidak menghukum ketika
kasus yang perempuan yang kedapatan yang berzinah. Tetapi Yesus memberi
kesempatan untuk berubah dari kelakuan buruknya sehingga membawa kepada
pertobatan
Hukuman rajam bagi orang yang melakukan zinah adalah bentuk yang sangat
brutal eksekusi, tetapi yang anehnya logis dalam konteks zaman. Batu pertama harus
dilemparkan oleh para saksi perzinahan, dan kemudian setelah itu setiap anggota
masyarakat di mana dua pezinah hidup harus maju ke depan dan melempar batu.
A. Latar Belakang
Konteks dalam Yohanes 8:2-11 adalah ketika Yesus sedang mengajar di halaman bait
Allah, beberapa orang farisi dan ahli taurat membawa seseorang perempuan yang
tertangkap basah sedang berzinah dengan laki-laki yang bukan suaminya. Dengan
maksud menguji Yesus, orang-orang farisi dan hali Taurat, mengatakan bahwa
perempuan itu harus dihukum mati, seperti yang diperintahkan oleh hukum Musa
(Imamat 20:10) . Namun Yesus menentang pemahaman mereka yang sempit tentang
dosa.
Kejadian ini berlangsung ketika Yesus mengajar di Bait Allah. Ahli-ahli Taurat dan
Farisi mencari Yesus ketika Ia dikerumuni orang banyak. Niat mereka adalah untuk
mencobai/menjebak Yesus dan membuat Ia bersalah dihadapan pemimpin-pemimpin
termasuk pemimpin dalam pemerintahan sipil (Romawi).
Tujuan Yesus mengatakan bahwa Dia sendiri adalah terang itu, untuk
menunjukkan bawha Yesus adalah Allah sendiri (Yohanes 8:48), dan berkuasa atas
hukum taurat yang dapat memberi pengampunan dan segalanya.

B. Pengertian Perzinahan
Kata perzinaaan berasal dari kata dasar zina yang berarti perbuatan bersenggama
antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh tali perkawinan (pernikahan).
Perbuatan bersenggama antara seorang laki-laki yang terikat perkawinan dengan
seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang perempuan yang terikat
perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.
Di dalam perjanjian lama di tegaskan bahwa perzinahan memiliki sanksi yang keras
yaitu setiap orang yang melakukanny akan dirajam sampai mati. (Im.20:10). Hukuman
mati ini menunjukkan bahwa perzinahan atau perselingkuhan merupakan pelanggaran
prinsip moral karena merusak ikatan pernikahan yang telah dirancang Allah.
BAB II
SIKAP AHLI TAURAT DAN FARISI

Sikap atau tindakan para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang suka
menghakimi orang bersalah dengan menggunakan hukum Musa (Taurat Tuhan) sebagai
alasan untuk menghukum dan menghakimi. Dimana hukum tersebut menegaskan
bahwa “siapa kedapatan berzinah harus dilempar/dirajam dengan batu sampai mati
(ayat 5).” Perempuan yang kedapatan berbuat zinah ini hanya menangis dan terdiam.
Berharap akan mendapatkan pengampunan atau pembebasan. Yesus sebagai Hakim
masih terdiam mendengarkan tuduhan-tuduhan yang disampaikan oleh ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi.

A. Ahli Taurat dan Farisi


Kata Farisi berasal dari bahasa Ibrani ‫ פרושים‬p'rushim, dari perush, yang berarti
penjelasan. Dari literatur rabinik, kaum Farisi digambarkan sebagai pengamat dan
penegak hukum Taurat yang sangat teliti. Sekte Farisi adalah sekte yang paling banyak
pengikutnya dalam masa Perjanjian Baru. Nama mereka diambil dari kata kerja parash,
yang berarti memisahkan. Mereka adalah kelompok yang memisahkan diri, atau kaum
puritan Yudaisme, yang menghindari segala hubungan dengan kejahatan dan berusaha
menaati hukum lisan maupun tulisan secara mutlak sampai kepada hal yang sekecil-
kecilnya. Jadi bisa dikatakan orang yang setia kepada Allah.

B. Sikap ahli taurat dan farisi tentang perempuan berzinah.


Memang secara hukum Musa itu benar bahwa perempuan yang melakukan
perzinahan akan dihukum. Tetapi yang anehnya adalah bahwa ahli taurat dan orang
Farisi hendak menjerumuskan Yesus. Mereka ingin memojokkan Yesus. Dalam hal ini
para ahli taurat dan orang farisi meminta Yesus menempatkan dia dalam situasi yang
sulit. Kelihatannya para ahli taurat dan orang Farisi adalah orang yang suci dan orang
benar dimata Allah, namun realita kehidupan mereka hanyalah kebohongan dan
kemunafikan.
BAB III
METODA KONSELING YANG DILAKUKAN YESUS
KRISTUS

1. Yesus Tidak Menghakimi Ahli Taurat dan Farisi


Yesus tidak Menghakimi ahli Taurat. Ketika ahli-ahli taurat menjebak Yesus Kristus
di dalam hukum Musa dalam kasus perzinahan perempuan ini, Yesus seolah-olah santai
saja akan perkataan oleh ahli-ahli taurat dan farisi. Namun dalam hal ini, ada sesuatu
hal misteri yang paling-merenungkan dari cerita ini, adalah saat hari itu ketika Yesus,
dalam menanggapi tuduhan orang Farisi, Yesus membungkuk dan menulis di tanah
dengan jarinya. Kemungkinan Yesus menulis dengan jari ketanah untuk menulis daftar-
daftar dosa, dan nama pacar orang-orang farisi itu. Sehingga kalau mereka mau
membantah, Yesus akan menunjukkan semua dosa-dosa dan kemunafikan mereka,
tetapi pada saat itu mereka sadar bahwa mereka juga orang berdosa ketika Yesus
berkata siapa diantara kalian yang tidak berdosa hendaklah yang pertama
melemparkan batu kepada perempuan ini.
.
2. Yesus Mengasihi Orang Berdosa
Yesus mengasihi semua orang tanpa pandang bulu. Yesus tidak pernah mengkotak-
kotakkan atau membuat sebuah lingkaran. Sikap Yesus dalam hal ini bertentangan
dengan sikap orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang bersikap menjauhi orang
yang dianggap berdosa. Oleh karena itu, Ia disebut sebagai sahabat orang Berdosa.
Orang berdosa umumnya merasa dirinya menjijikkan dan tidak layak untuk berdekatan
dengan orang yang dianggap saleh. Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang aneh
dalam pandangan umum bahwa Tuhan Yesus (yang tidak pernah melakukan dosa)
bersedia untuk bebincang-bincang atau duduk makan bersama dengan orang berdosa.
Tetapi Yesus mengasihi semua orang bahkan sekalipun orang berdosa. Yesus malah
mengasihi perempuan yang berzinah ini, secara logika, sepantasnya tidak berhak
perempuan ini mendapatkan kasih Yesus, namun karena kasih Yesus yang mengasihi
orang berdosa agar kembali kepada kebenaran karena tujuan Yesus untuk mencari
orang yang hilang.
3. Yesus Tidak Menghakimi Perempuan yang Berzinah
Yesus Kristus Tidak Menghakimi. Kristus tidak membenarkan dosa, namun
demikian, Tuhan jauh lebih tertarik dalam menyelamatkan orang dari dosa-dosa
mereka, daripada menghancurkan mereka karena dosa-dosa mereka. Dia datang supaya
orang bertobat dari dosanya, bukan pembalasan. Dia menawarkan keselamatan, bukan
penghukuman; Dia ingin menyembuhkan, supaya tidak terluka. Yesus datang kedunia
untuk rekonsiliasi bagi umat manusia, yaitu dengan pengampunan.
Jadi tujuan dam misi Yesus datang ke dunia bukan untuk menghakimi atau
menghukum, melainkan mengasihi termasuk mengasihi orang yang berdosa sekalipun
(seperti seorang perempuan yang kedapatan melakukan perzinahan). Yesus berkata :
“aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Matius
9:13b). Inti kedatangan adalah dasarnya “kasih” Allah.

4. Yesus Kristus Mengampuni


Ketika seorang perempuan kedapatan berzinahYesus mengampuni.
Pengampunan dari pada Yesus aadalah tergantung pada pertobatan dan pengakuan
akan kesalahan. Untuk diterima ke dalam keluarga Allah, harus menerima otoritas
Kristus atas diri. Itulah yang wanita lakukan dalam kisah Injil, sehingga ia
diselamatkan.

5. Yesus Kristus Memberi Kesempatan Untuk berubah


Yesus Kristus dalam hal ini adalah memperhatikan siapa saja yang menderita,
menyembuhkan dan mengijinkan perempuan untuk menyentuhNya, juga mengijinkan
mereka melayaniNya. Yesus juga membuat perempuan dalam perumpamaan misalnya:
ragi dalam pembuatan roti, kelahiran anak, menghadiri pernikahan, ibu rumahtangga
dan janda. Ia menggunakan gambaran perempuan untuk mengumpamakan
kewaspadaan, ketekunan dalam berdoa, pengampunan dan sukacita atas kesalamatan
umat yang hilang.

6. Yesus Adalah Terang Dunia


Yesus berkata lagi kepada mereka, “Akulah terang dunia; siapa saja yang
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai
terang kehidupan.” Lalu kata orang-orang Farisi kepada-Nya, “Engkau bersaksi tentang
diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar.” Kata Yesus kepada mereka, “Biarpun Aku bersaksi
tentang diri-Ku sendiri, kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang
dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana aku datang dan ke mana Aku
pergi.
BAB IV
KESIMPULAN

Sikap Yesus ketika ahli taurat dan farisi ingin menjebak dan memojokkan Yesus
dalam hal hukum Musa, Yesus lebih berhati-hati dan penuh dengan hikmat Allah. Jadi
Yesus tidak terburu-buru untuk menjawab pertanyaan ahli taurat dan farisi. Tetapi
memikirkannya terlebih dahulu dengan kuasa otoritas Allah.

Sebagai konseling yang profesional yaitu Yesus Kristus menjadi teladan atau
panutan dalam hal ilmu konseling karena dalam realita di lapangan bahwa Yesus
terbukti dan teruji, nyata bahkan memberikan jalan keluar bagi yang bermasalah.
Dalam situasi yang paling sulit dan jalan yang buntu, Yesus sanggup memberi solusi
yang paling tepat bagi yang bermasalah. Itulah sebabnya sikap Yesus ini perlu ditiru
untuk dipraktekkan anak-anak Tuhan yang mempunyai kerinduan dalam melayani yang
bermasalah.

Sikap Yesus yang paling nampak, ketika perempuan kedapatan berzinah adalah
yaitu sikap yang dilandaskan dalam “kasih”. Jadi dasar Yesus adalah kasih. Yesus tidak
menghakimi, Yesus tidak menghukum dengan melemparkan batu, Yesus tidak berkata
kamu itu tidak pantas lagi, tetapi Yesus berkata “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.
Kalau direnungkan perkataan Yesus dalam hal ini, bukan berarti Yesus member
toleransi akan dosa perzinahan melainkan memberikan kesempatan untuk bertobat.

Jadi sebagai konselor Alkitabiah perlu meneladani metoda konseling Yesus.


Seperti saat ketika berhadapan dengan ahli taurat, orang-orang farisi dan perempuan
berzinah, Yesus lebih memilih bersikap tenang bukan berarti tidak berbuat apa-apa,
tetapi memikirkan dengan hati-hati dan penuh hikmat. Untuk itu bagi konselor
Alkitabiah harus meniru sikap Yesus yang penuh kasih dan empati, sabar, serta
bertindak dengan benar. Jadi bukan seperti ahli taurat, dan orang farisi yang selalu
berpikiran menghakimi dan menyalahkan.

Untuk itu, landasan konselor Alkitabiah adalah Yesus sebagai otoritas tertinggi.
Dalam artian bahwa dalam segala sesuatu dilandaskan dengan prinsip-prinsip metoda
konseling Yesus, yaitu kasih, penuh dengan pengampunan, tidak ada pengkotak-
kotakan, penuh dengan hikmat, berhati-hati, mendengar yang baik bahkan sampai
bertindak dengan baik. Akhirnya membawa orang-orang yang bermasalah, yang
terhimpit, yang putus harapan kembali kepada kebenaran yang sesungguhnya yaitu
Yesus Kristus. Jadi membawa kepada Yesus sebagai jawaban hidup manusia satu-
satunya.

Anda mungkin juga menyukai