Anda di halaman 1dari 30

KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA

BAB I

PENDAHULUAN

ALASAN

TUJUAN

BAB II

PENGERTIAN KORBAN

KORBAN KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA

Korban Bakaran

Korban Sajian

Korban Keselamatan

Korban Penghapus Dosa

Korban Penebus Salah

PENTINGNYA KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA

NUBUAT TENTANG KORBAN SEJATI

KRISTUS SEBAGAI KORBAN SEJATI

BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Pada umumnya di dalam setiap ajaran agama di dunia ini selalu mengenal

upacara korban di dalam setiap prosesi ibadat. Dan korban menjadi faktor yang

sangat penting dalam setiap agama sebagai suatu bagian yang harus dilakukan.

Baik itu korban yang dipersembahkan adalah hewan maupun manusia seperti

halnya dengan agama- agama yang berada di timur tengah yang memandang

korban menjadi sesuatu yang sangat penting dilakuakan dan telah menjadi

rutinitas gagasan korban persembahan tidaklah unik bagi bangsa israel kuno,

karena korban berupa binatang, gandum, dan minuman kepada dewa- dewa

adalah biasa bagi aliran- aliran pemujaan- pemujaan di mesopotamia dan di siro-

palestina untuk menenangkan dewa- dewa lewat persembahan korban itu.

demikian juga dengan bangsa israel korban tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

bangsa israel pada zaman perjanjian lama, “upacara korban hanyalah satu cara

bagi umat Ibrani untuk menghampiri Allah YHWH mereka yang kudus dari

Israel”1 itulah sebabnya bangsa israel menganggap korban persembahan menjadi

sangat penting di dalam kehidupan mereka. seperti dalam Pl korban selalu

berkaitan erat dengan konteks sejarah pada masa itu, yakni dalam konteks budaya,

agama, ekonomi, dan politik. banyak buku mengenai agama israel kuno, ibadah

Israel kuno, masyarakat israel kuno, sejarah israel kuno dan sebagainya yang

memberikan gambaran yang semakin jelas tentang korban dalam bangsa Israel

yang tercatat dalam perjanjian lama. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

1
Andrea E Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum
Mas,2008),h 196.
perjanjian lama sesungguhnya merupakan hasil dari suatu proses dimana

perjanjian lama mengatur setiap korban persembahan yang nantinya menjadi

standar bagi bangsa israel dalam memberikan korban persembahan didalam

kehidupan bangsa israel dalam perjanjian lama.

Dalam paper ini penulis akan membahas tentang korban dalam perjanjian

lama yaitu apa makna dari korban tersebut bagi orang yahudi yang ditinjau dari

perjanjian lama dan segala ketetapan- ketetapan yang ditetapkan oleh Allah

sendiri untuk dilakukan oleh orang yahudi sebagai hukum yang wajib yaitu

sebagai peringatan sehingga orang-orang israel tidak melupakan Tuhan Allah

mereka.

Alasan

Masih banyaknya orang-orang yang belum memmahami makna dan

ketetapan- ketetapan dari korban dalam sejarah bangsa israel

Tujuan

Menjadi suatu sumber yang dapat memberikan pengetahuan kepada semua

orang tentang makna dan ketetapan- ketetapan korban dalam perjanjian

lama sehingga semua orang dapat menegerti dan memahami makna dari

korban tersebut bagi orang israel dalam perjanjian lama.


BAB II
PENGERTIAN KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA
Pengertian tentang korban menempati kedudukan penting di dalam Alkitab

sehingga upacara korban menjadi suatu ketetapan yang diberikan Allah kepada

bengsa israel melalui hamba-Nya musa, untuk menjadi suatu perintah yang harus

dilakukan dengan segenap hati untuk selama- lamanya didalam kehidupan bangsa

israel “ Inilah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun temurun

disegala tempat kediamanmu: janganlah sekali- kali kamu makan lemak dan

darah, Im 3:17”. Dalam KBBI kata korban mempunyai arti yaitu “pemberian

untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan”2, yaitu memberikan sesuatu sebagai

pernyataan kebaktian dan kesetiaan kepada Tuhan. William Dyrness dalam

bukunya “tema- tema dalam teologi perjanjian lama” mengartikan upacara korban

dalam perjanjian lama, yaitu:

Arti upacara korban dalam perjanjian lama berpusat pada kata kerja
bahasa ibrani kipper yang biasanya diterjamahkan dengan “mendamaikan”
atau “menutupi” (Im 1:4). Arti dasarnya barangkali “menutupi” atau
“menghapuskan. Kata kerja ini menunjuk kepada proses penebusan dan
pendamaian”3

Dari pengertian diatas upacara korban menjadi sangat penting, yaitu ketika korban

persembahan itu dilakukan maka disitu ada pengampunan dan penebusan yang

diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel. Dan didalam upacara korban

tersebut ada dua unsure yang mendasari sistem upacara korban bangsa

israel dalam perjanjian lama yaitu, pertama bangsa israel merendahkan diri

2
_________, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka,2011),h.733.
3
William Dyrness, Tema Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama,(Malang: Penerbit
Gandum Mas,2013), h 134
dihadapan Allah , yang dilambangkan dengan peletakan tangan ke atas kepala

korban, “korban yang mereka berikan itu sebenarnya juga berarti diri mereka yang

mereka korbankan”4. Yang ke- dua adalah adanya peralihan dari keadaan tercemar

ke keadaan tahir yaitu dari yang tidak layak menjadi layak untuk menghampiri

Tuhan.

Upacara-upacara korban di bait Allah sebenarnya berfungsi sebagai media


pengiring doa- doa kepada Tuhan dan bukan sebagai sesuatu yang berdiri
sendiri. Dalam hubungan dengan peran upacara kurban sebagai media
pengiring doa, terdapat tiga hal rumusan penting yakni ”melunakan wajah
Tuhan” (hallot pene YHWH), “sebagai bau yang menyenangkan” bagi
Tuhan (reah nihoah), dan “mengadahkan perdamaian” (kapper).5

Persembahan korban dalam Perjanjian lama mengandung makna teologis yang

sangat dalam bagi bangsa israel yaitu, ketika persembahan kurban itu berkenan

dihadapan Allah maka persembahan itu menjadi kurban yang baunya

menyenangkan hati Tuhan. Dan dalam upacara korban yang dilakukan bangsa

israel ada “inti utama dari persembahan korban itu adalah adanya hubungan

antara yang mempersembahkan dan yang diberi persembahan”6 yaitu hubungan

antara bangsa israel sebagai umat kepunyaan Allah dan Allah sendiri sebagai

Tuhan yang menerima persembahan. Dalam upacara korban bangsa israel, ada

ketetapan- ketetapan yang di berikan Allah melalui hambaNya Musa yaitu apa

yang harus dipersiapkan sebelum dan dalam upacara persembahan korban (Im 1-

5) dan juga apa yang harus dibawah untuk dipersembahkan dan bentuk ibadah

4
S. Wismoady Wahono, Disini kutemukan ,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), h. 194
5
Marthinus Theodorus Mawene, Perjanjian Lama & Teologi Kontekstual, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2017), h. 75
6
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 194
dalam mempersembahkan korban semuanya telah diatur dan ditetapkan oleh Allah

sendiri. Bangsa israel hidup ditengah- tengah bangsa yang tidak mengenal Allah

yang memiliki keyakinan yang bertentangan dengan bangsa israel yaitu dengan

menyembah banyak dewa- dewa berhala sehingga “ada banyak bentuk ibadah

korban yang diambil alih dari agama- agama kanaan dan kemudian diberikan arti

yang baru sesuai dengan iman dan keyakinan umat israel”7. Salah satunya ibadah

kurban yang diambil dari tradisi bangsa lain dari suku semit yaitu adalah kurban

paskah. tetapi tidak semua bentuk ibadah korban yang berasal dari bangsa- bangsa

dan agama- agama yang ada disekitar umat isarel diambil dan diterima begitu saja

oleh umat israel, tetapi ada yang harus ditentang oleh umat Israel dan menjadi

suatu kejijikan bagi Allah dalam bentuk ibadah korban dari bangsa- bangsa

sekitarnya sebagai contoh yaitu pengorbanan anak- anak kepada para dewa- dewa

sembahan bangsa- bangsa yang hidup disekitar bangsa israel.

Bangsa israel mengenal lima kurban yang termasuk dalam hukum yang

dinyatakan Tuhan Allah kepada Musa digunung Sinai. “Itulah hukum tentang

korban bakaran, korban sajian, korban penghapus dosa, korban penebus salah,

persembahan penthabisan dan keselamatan Im 7:37”. Dan semuanya itu

diperintahkan oleh Allah kepada orang israel untuk mempersembahkan

persembahan mereka kepada Tuhan Allah israel, dan korban itu menjadi tanda

adanya hubungan dan ikatan antara Allah dan umat yang menyembahNya.

KORBAN KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA

7
Marthinus Theodorus Mawene, Perjanjian Lama & Teologi Kontekstual, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2017), h. 73
“ Ibadah bangsa Israel pada umumnya selalu ada unsur persembahan

korban-korban”8 Allah memerintahkan bangsa ini untuk menjalankan berbagai

persembahan korban. Ini digunakan untuk memelihara persekutuan dengan Allah,

yaitu persekutuan yang terjadi oleh perjanjian. Imamat menekankan korban

persembahan serta membahas peraturan- peraturan yang harus dilakukan oleh

umat Tuhan pada waktu itu. Ini membuktikan betapa pentingnya korban itu di

dalam perjanjian lama. Dalam tradisi bangsa Israel mengenal lima kurban

persembahan.

KORBAN BAKARAN

Korban bakaran (Ola) juga sekaligus menjadi pernyataan syukur karena

telah di perdamaikan kembali dengan Allah. Yaitu untuk pembasuhan dan

penyucian dosa. Dalam imamat dijelaskan secara detail mengenai korban

bakaran. Yaitu dalam korban bakaran ada beberpa jenis hewan yang layak untuk

menjadi korban bakaran yang pertama adalah lembu jantan yang tidak bercela,

sangat jelas dikatakan dalam kitab imamat “jikalau persembahannya merupakan

korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang

tidak bercela. Ia harus membawa ke depan pintu kemah pertemuan, supaya

TUHAN berkenan akan dia. Im 1:3”. Dan orang yang membawa korban bakaran

yang berupa lembu itu harus meletakan tangannya diatas kepala korban lalu

menyembelih korban itu sebagai bentuk permohonan pengampunan akan dosa-

dosanya sehingga korban bakaran itu diterima oleh Allah dan ia memperoleh

pengampunan dari Tuhan akan dosa- dosanya. yang kedua seseorang dapat

8
C. Barth, Theologia Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), h. 123
mempersembahkan kambing domba jantan yang tidak bercela sebagai korban

bakaran bagi Tuhan “jikalau Persembahannya untuk korban bakaran adalah dari

kambing domba, baik dari domba, maupun dari kambing haruslah ia

mempersembahkan ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela, Im

1:10”, ketika seseorang membawa korban bakarannya yang dari kambing domba

itu ia harus meyembeli kambing domba yang dibawanya itu sebagai korban

bakaran bagi Tuhan di sisi mezbah sebelah utara di hadapan Tuhan sesuai dengan

yang tertulis dalam hukum taurat, sehingga ia memperoleh pengampunan akan

dosa- dosanya. yang ketiga seseorang dapat mempersembahkan burung tekukur

atau anak burung merpati “jikalau persembahannya kepada TUHAN merupakan

korban bakaran dari burung, haruslah ia mempersembahkan korbannya itu dari

burung tekukur atau dari anak burung merpati, Im 1:14”, semua korban bakaran

yang dibawa kehadapan Tuhan harus kudus dan tidak bercela karena dalam

keadaan yang cacat, Dan semuanya itu harus dikorbankan dihadapan Tuhan dan

didepan para Imam- imam diatas mezbah sebagai korban bakaran dan korban api-

apian yang baunya berkenan kepada Tuhan “ Tetapi isi perutnya dan betisnya

haruslah di basuh dengan air dan seluruhnya itu harus di bakar oleh imam di

atas mezbah sebagai korban bakaran, sebagai korban api- apian yang baunya

menyenangkan bagi Tuhan. Jikalau persembahannya untuk korban bakaran

adalah dari kambing domba, baik dari domba, maupun dari kambing, haruslah ia

mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Haruslah ia

menyembelihnya pada mezbah sebelah utara dihadapan TUHAN, lalu anak- anak

Harun, imam- imam itu, menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya.


Kemudian haruslah ia memotong- motongnya menurut bagian- bagian tertentu,

dan bersama- sama kepalanya dan lemaknya diaturlah semuannya itu oleh imam

diatas mezbah. Isi perut dan betisnya haruslah dibasuhnya dengan air, dan

seluruhnya itu haruslah dipersembahkan oleh imam dan di bakar diatas mezbah:

itulah korban bakaran, suatu korban api- apian yang baunya menyenangkan bagi

TUHAN. Jikalau persembahannya kepada TUHAN merupakan korban bakaran

dari burung tekukur atau dari anak burung merpati. Imam harus membawanya ke

mezbah, lalu memulas kepalanya dan membakarnya diatas mezbah. Darahnya

harus di tekan keluar dari dinding mezbah. Temboloknya serta dengan bulunya

haruslah disisikan dan dibuang kesamping mezbah sebelah timur, tetapi tidak

sampai terpisah; lalu imam harus membakarnya diatas mezbah, diatas kayu yang

terbakar, itulah korban bakaran, suatu korban api- apian yang baunya

menyenangkan bagi TUHAN. Im 1:9-17”. Inilah peraturan- peraturan yang telah

ditetapkan oleh Allah sendiri malalui hamba-Nya Musa mengenai korban bakaran

untuk penyucian dosa- dosa umat Israel.

KORBAN SAJIAN

Korban sajian(Minha) merupakan sebuah persembahan kepada Allah

sebagai suatu tindakan penyembahan, yang melambangkan penyerahan hasil

pekerjaan seseorang kepada Allah sebagai ungkapan syukur. Dalam korban sajian

Orang harus mempersembahkan hasil tanah, tepung halus atau bahan untuk

membuat roti yang terbaik . Tepung , yang dipersembahkan dicampur dengan

minyak, kemenyaan, dan garam. “apabila seseorang hendak mempersembahkan

persembahan berupa korban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya


itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta mebubuhkan

kemenyaan keatsnya, Im 2:1” dan jika yang dibawa sebagai korban sajian itu

adalah roti, maka haruslah itu juga berasal dari tepung yang terbaik yang telah

diolah dengan minyak yang berupa roti bundar yang tidak beragi dan harus

membawanya kepada imam- imam, “Apabila engkau hendak mempersembahkan

persembahan berupa korban sajian dari apa yang dibakar didalam pembakaran

roti, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti bundar yang tidak beragi,

yang diolah dengan minyak atau roti tipis yang tidak beragi yang diolesi dengan

minyak, Im 2:4”. Di dalam korban sajian setiap persembahan yang telah diolahan

tidak boleh memakai ragi ataupu madu.

Tetapi jika yang menjadi korban sajian itu berasal dari hasil hulu hasil yang harus

dibawa sebagai korban sajian adalah bulir gandum yang di panggang dan di

bubuhi minyak dan kemenyaan. “ jikalau engkau hendak mempersembahkan

korban sajian dari hulu hasil kepada Tuhan, haruslah engkau mempersembahkan

bulir gandum yang dipanggang di atas api, emping gandum baru, sebagai korban

sajian dari hulu hasil gandummu. Haruslah kau bubuh minyak dan kau taruh

kemenyaan keatasnya; itulah korban sajian, Im 2:14-15”. Dan Semuanya itu

harus dibawah dihadapan Tuhan dan kepada imam dan imam harus membakarnya

sebagai ingat- ingatannya dan sebagai api- apian bagi Tuhan yang menyenangkan

hati Tuhan ” Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa

korban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung yang

terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke

atasnya. Lalu korban itu harus dibawanya kepada anak-anak Harun, imam-imam
itu. Setelah diambil dari korban itu tepung segenggam dengan minyak beserta

seluruh kemenyannya, maka imam haruslah membakar semuanya itu di atas

mezbah sebagai bagian ingat- ingatan korban itu, sebagai korban api-apian yang

baunya menyenangkan bagi TUHAN. Korban sajian selebihnya adalah teruntuk

bagi Harun dan anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari segala korban

api-apian TUHAN.pabila engkau hendak mempersembahkan persembahan

berupa korban sajian dari apa yang dibakar di dalam pembakaran roti, haruslah

itu dari tepung yang terbaik, berupa roti bundar yang tidak beragi, yang diolah

dengan minyak, atau roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak.

Jikalau persembahanmu merupakan korban sajian dari yang dipanggang di atas

panggangan, haruslah itu dari tepung yang terbaik, diolah dengan minyak,

berupa roti yang tidak beragi. Korban itu harus dipotong-potong, lalu

kautuangkanlah minyak ke atasnya; itulah korban sajian. Jikalau persembahanmu

merupakan korban sajian dari yang dimasak di dalam wajan, haruslah itu diolah

dari tepung yang terbaik bersama- sama minyak.Maka korban sajian yang diolah

menurut salah satu cara itu haruslah kaupersembahkan kepada TUHAN, yakni

harus disampaikan kepada imam, yang membawanya ke mezbah. Kemudian imam

harus mengkhususkan dari korban sajian itu bagian ingat- ingatannya lalu

membakarnya di atas mezbah sebagai korban api- apian yang baunya

menyenangkan bagi TUHAN. Korban sajian selebihnya adalah bagian Harun dan

anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari segala korban api- apian TUHAN

Suatu korban sajian yang kamu persembahkan kepada TUHAN janganlah diolah

beragi, karena dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu membakar sesuatupun
sebagai korban api-apian bagi TUHAN Tetapi sebagai persembahan dari hasil

pertama boleh kamu mempersembahkannya kepada TUHAN, hanya janganlah

dibawa ke atas mezbah menjadi bau yang menyenangkan. Dan tiap-tiap

persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam,

janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta

segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam. Jikalau engkau

hendak mempersembahkan korban sajian dari hulu hasil kepada TUHAN,

haruslah engkau mempersembahkan bulir gandum yang dipanggang di atas api,

emping gandum baru, sebagai korban sajian dari hulu hasil gandummu Haruslah

kaububuh minyak dan kautaruh kemenyan ke atasnya; itulah korban

sajian.Haruslah imam membakar sebagai ingat-ingatannya, sebagian dari

emping gandumnya dan minyaknya beserta seluruh kemenyannya sebagai korban

api-apian bagi TUHAN. Im 2:I-16”. Dan ini adalah peraturan- peraturan

mengenai korban sajian bagi bangsa Israel untuk mengucap syukur kepada Allah.

KORBAN KESELAMATAN

Korban keselamatan (zebah shelãmîm) meliputi menyembelih hewan yang

tak bercela, korban keselamatan “lazim juga disebut saja sebagai persembahan

korban” korban keselamatan dilakukan dengan memercikan darah korban

sembelihan itu kesekeliling mezbah, dan mempersembahkan lemaknya di api

diatas mezbah kepada Allah sebagai Korban api- apian yang baunya

menyenagkan bagi Tuhan. Korban keselamatan adalah korban yang dimaksudkan

untuk mencapai perdamaian antara Allah dan umat yang menyembah-Nya,

adapun hewan yang harus di persembahkan yaitu lembu jantan atau betinah
“jikalau persembahannya merupakan korban keselamatan, maka jikalau yang di

persembahkannya itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina, haruslah ia

membawa yang tidak bercela kehadapan Tuhan. Lalu ia meletakan tangannya di

atas kepala persembahannya itu, dan menyembelihnya di depan pintu kemah

pertemuan, lalu anak- anak harun imam- imam itu haruslah menyiramkan

darahnya pada mezbah sekelilingnya, Im 3: 1-2”, dan dalam korban keselamatan

orang dapat juga mempersembahkan domba jantan atau betina “jikalau

persembahannya untuk korban keselamatan bagi Tuhan adalah dari kambing

domba, seekor jantan atau seekor betina, haruslah ia mempersembahkan yang

tidak bercela. Jikalau ia mempersembahkan seekor domba sebagai

persembahannya, ia harus membawanya kehadapan Tuhan lalu ia meletakan

tangannya ke atas kepala persembahannya itu dan menyembelihnya didepan

kemah pertemuan, lalu anak- anak harun harus menyiramkan darahnya pada

mezbah sekelilingnya, Im 3:6”, dan dapat berupa kambing yang tidak bercela

sebagai korban keselamatan yang dapat dipersembahkan di hadapan Tuhan

sebagai persembahan yang tidak bercela “jikalau persembahannya seekor

kambing, ia harus membawanya kehadapan Tuhan, lalu ia harus meletakan

tangannya diatas kepala kambing itu dan menyembelihnya di depan kemah

pertemuan, lalu anak-anak harun harus menyiramkan darahnya pada mezbah

sekelilingnya, Im 3:12”. dan semuanya itu haruslah tidak bercela. Dan “korban

keselamatan harus di iringi dengan roti beragi maupun yang tidak beragi, seketul

roti diantaranya adalah bagian dari para imam (Im 7:14)”9. yang menjadi bagian

9
Margaret Barker, Pintu Gerbang Sorga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 39
mereka sesuai dengan ketetapan yang di perintahkan Allah kepada bangsa Israel.

Dalam korban keselamatan tidak di bedakan antara jantan dan betina untuk dapat

di persembahkan kepada Allah. Korban keselamatan persembahan sukarela

kepada Allah dengan tujuan yang paling utama adalah untuk berdamai dengan

Allah (Im 3:1-17).

KORBAN PENGHAPUS DOSA

Korban penghapus dosa adalah korban yang di persembahkan bangsa

Israel sebagai umat Tuhan untuk menghapus dosa akibat kesalahan yang mereka

lakukan “korban penghapus dosa ini dipersembahkan ketika seorang ataupun umat

Israel pada umumnya berdosa (menjadi Najis) dan tujuan persembahan itu adalah

untuk mengadakan perdamaian antara Allah dan manusia”10 . Semua orang dari

para imam, segenap umat Israel, pemuka atau pemimpin atau rakyat jelata harus

memberikan korban penghapus dosa. Korban penghapus dosa adalah cara untuk

meminta pengampunan Allah. Berbeda dengan korban bakaran yang seluruhnya

di bakar di atas mezbah, sebagian dari kurban penghapus dosa ini harus di bawa

ke satu tempat yang tahir di luar perkemahan dan dibakar habis di sana. Korban

penghapus dosa itu dilakukan dengan bermacam- macam cara sesuai dengan

orang yang mempersembahkan korban itu, Adapun hewan- hewan yang wajib di

persembahkan yaitu bagi Imam yang telah diurapi namun berbuat dosa maka ia

wajib mempersembahkan seekor lembuh jantan muda yang tidak bercela sebagai

sebagai korban penghapusan dosa “maka jikalau yang berbuat dosa itu imam

10
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008), h. 75
yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan

kepada Tuhan karena dosa yang diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda

yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa, Im 4:3”, ini adalah korban

yang harus dibawa oleh imam karena ia telah berdosa, kehadapan Tuhan sebagai

korban penghapus dosa yaitu lembu yang tidak bercela. dan jika umat Israel yang

berbuat dosa maka haruslah umat itu membawa lembu jantan yang muda sebagai

korban penghapus dosa dan harus membawa ke kemah pertemuan sebagai korban

penghapus dosa “jikalau yang berbuat dengan tak sengaja itu segenap umat

Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu

hal yang dilarang Tuhan, dan mereka bersalah, maka apabila dosa yang di

perbuat mereka itu ketahuan, haruslah Jemaah itu mempersembahkan lembu

jantan yang muda sebagai korban penghapus dosa. Lembu itu harus di bawa

mereka kedepan kemah pertemuan. Lalu para tua- tua umat itu harus meletakan

tangan mereka di atas kepala lembu jantan itu di hadapan Tuhan dan lembu itu

harus disembeli dihadapan Tuhan, Im 4:13-15”. Jika yang berbuat dosa adalah

seorang pemuka maka haruslah ia membawa seekor kambing jantan yang tidak

bercela sebagai korban penghapus dosa- dosanya dan menyembelihnya dihadapan

Tuhan sehingga ia menerima pengampuanan, “jikalau yang berbuat dosa itu

seorang pemuka yang tidak dengan sengaja melakukan salah satu hal yang

dilarang Tuhan, Allahnya, sehingga ia bersalah, maka jikalau dosa yang

diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai

persembahannya seekor kambing jantan yang tidak bercela. Lalu haruslah ia

meletakan tangannya ke atas kepala kambing itu dan menyembelihnya ditempat


yang biasa orang menyembelih korban bakaran dihadapan Tuhan; itulah korban

penghapus dosa, Im 4:22-24. Itu adalah peraturan korban penghapus dosa bagi

seorang pemuka yang berbuat dosa. Dan jika yang berbuat dosa dengan tak

sengaja itu seorang dari rakyat jelata haruslah ia membawa seekor kambing betina

yang tak bercela dan menyembelihnya sehingga ia memperoleh pengampunan,

“jikalau yang berbuat dengan tak sengaja itu dari rakyat jelata, dan ia melakukan

salah satu hal yang di larang Tuhan, sehingga ia bersalah, maka jikalau dosa

yang telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa

sebagai persembahannya karena dosa yang telah diperbuatnya seekor kambing

betina yang tidak bercela. Lalu haruslah ia meletakan tangannya ke atas kepala

korban penghapus dosa dan menyembelih korban itu di tempat korban bakaran,

Im 4:27-29”.

Tetapi jika dari rakyat yang tidak mampu maka haruslah ia membawa

sebagai persembahannya dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung

merpati untuk menjadi korban penghapus dosa “ tetapi jikalau ia tidak mampu

untuk menyediakan kambing atau domba, maka sebagai sebagai tebusan salah

karena dosa yang telah di perbuatnya itu, haruslah ia mempersembahkan kepada

Tuhan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor

menjadi korban penghapus dosa dan yang seekor lagi menjadi korban bakaran,

Im 5 :7”. tetapi jika ada orang yang tidak mampu untuk menyediakannya maka ia

dapat mempersembahkan kepada Allah yaitu tepung sebagai korban penghapus

dosa “tetapi jikalau ia tidak mampu menyediakan dua ekor burung tekukur atau

dua ekor anak burung merpati, maka haruslah ia membawa sebagai


persembahannya karena dosanya itu sepersepuluh efa tepung yang terbaik

menjadi menjadi korban penghapus dosa. Tidak boleh ditaruh minyak dan

dibubuhi kemenyaan di atasnya, karena itulah korban penghapus dosa, Im 5: 11”.

Dari semua jenis korban yang harus dipersembahkan Allah melihat setiap

kemampuan dari umat-Nya sehingga Allah memberikan jenis- jenis hewan yang

menjadi korban penghapus dosa sesuai dengan kemampuan setiap orang untuk

menyediakannya. Sehingga orang yang miskin sekalipun, dapat

mempersembahkan kepada Tuhan korban penghapus dosanya. Tujuan dari korban

penghapus dosa ialah memperoleh pengampunan dosa yang telah dilakukan baik

secara sengaja atau dosa yang tidak disengaja. Baik yang disadari maupun yang

tidak disadari oleh umat Israel sehingga dosa- dosanya yang telah diperbuat itu

dapat diampuni oleh Tuhan.

KORBAN PENEBUS SALAH

Korban penebus salah (ãshãm) menekankan pada dosa yang tidak di

sengaja dan kemudian disadari oleh pelakunya. Yaitu dosa yang di perbuatnya di

waktu yang lapau dan ia ingat akan dosa itu maka hendaklah ia

mempersembahkan korban penebus salah, korban ini berkaitan dengan dosa yang

tidak disengaja, “korban ini dipersembahkan dalam rangka pelaksanaan ganti

rugi”11. Korban penebus salah berbeda dengan korban penghapus dosa. adapun

hewan yang harus dipersembahkan adalah seekor domba jantan yang tidak bercela

dan dinilai menurut syikal perak dan harus korban itu disembelih di tempat biasa

orang menyembelih korban bakaran. Dalam hal ini dosa yang di tekankan adalah

11
Emanuel Gerit Singgih, Dua Konteks, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), h. 57
dosa- dosa terhadap barang- barang kudus, pencurian, komisi penipuan atau

sumpah palsu yang membuat orang itu menjadi berdosa di hadapan Tuhan, maka

haruslah orang itu membawa korban penebus salah kehadapan Tuhan dan

mempersembahkannya. sehingga orang yang membawa persembahan itu

menerima pengampunan dari Tuhan, “ TUHAN berfirman kepada musa: apabila

seseorang berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal kudus

yang di persembahkan kepada Tuhan, maka haruslah ia mempersembahkan

kepada Tuhan sebagai tebusan salahnya seekor domba jantan yang tidak bercela

dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni syikal kudus, menjadi

korban penebus salah. Hal kudus yang yang menyebabkan orang itu berdosa

haruslah dibayar gantinya dengan menambah seperlima, lalu menyerahkannya

kepada imam. Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu dengan

domba jantan korban penebus salah itu, sehingga ia menerima pengampunan, Im

5:14-16.

PENTINGNYA KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA

Sistem persembahan mencapai puncaknya pada zaman bangsa Israel.

sehingga setiap system peribadatan bangsa Israel selalu cenderung dengan korban

bakaran yang wajib di bawa dan di persembahkan kepada Allah Israel. Allah

memerintahkan bangsa ini untuk melakukan berbagai persembahan. Menurut

Imamat 1:1-4 “Tuhan memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam

kemah pertemuan: berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada

mereka: Apabila seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan

kepada Tuhan, haruslah persembahan mu yang kamu persembahkan itu dari


ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba. Jikalau persembahannya

merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor

jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu kemah pertemuan,

supaya Tuhan berkenan kepada dia. Lalu ia harus meletakan tangannya ke atas

kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan di perkenan untuk

pendamaian baginya”. Dalam hukum taurat yang berisi hukum-hukum tentang

korban, ada prosedur- prosedur tertentu yang harus di ikuti. Pertama-tama,

Allah menekankan kekudusan bagi bangsa Israel oleh sebab itu setiap binatang

atau ternak yang akan di korbankan tersebut harus tak bercacat dan bercela yaitu

harus kudus yaitu dapat di lihat dari fisik ternak yang akan di korbankan itu.

Kemudian orang yang mempersembahkan atau yang membawa korban

sembelihannya, harus ia merendahkan dirinnya di hadapan Allah sebagai bentuk

penyembahan kepada Allah, Bangsa Israel di tuntut untuk hidup kudus dihadapan

hadirat Allah dengan cara mengikuti setiap perintah dan ketetapan- ketetapan

Allah serta menjauhi setiap larangannya. karena bangsa Israel adalah bangsa

pilihan Allah dan yang di kuduskan Allah dari antara bangsa- bangsa sekitarnya.

Namun kenyataannya kehidupan bangsa Israel bertolak belakang dan

menyimpang dari setiap perintah yang Allah kehendaki untuk mereka lakukan

dengan setia. Sehingga Allah menuntut dari bangsa Israel itu korban- korban

bakaran untuk menjadi media yang memperdamaikan kedua belah pihak tersebut.

J Verkyul dalam bukunya mengatakan bahwa:


dalam ibadah di bait Allah itu Tuhan menggambarkan di depan bangsa
Israel dan bangsa- bangsa lain di sekitarnya bahwa antara Tuhan yang
maha kudus dan umat manusia yang berdosa itu perlu ada perdamaian12.

Jadi antara kedua belah pihak yaitu hubungan manusia Dan Allah harus ada yang

menjembatani yaitu dengan mengharapkan suatu perdamaian sehingga manusia

karena akibat dari pelanggaran- pelanggarannya menjadi tidak layak untuk

menghampiri Tuhan yang kudus menjadi layak karena telah di perdamaikan

dengan Allah sehingga dosa- dosanya itu diampuni. untuk mewujudkan hal

tersebut maka Allah memberikan hukum untuk segenap umat Israel untuk

mempersembahkan korban-korban bakaran kepada Allah yaitu korban- korban

yang di perintahkan olah Allah melalui musa untuk diajarkan kepada bangsa

Israel. Itulah yang membuat korban itu sangat penting bagi umat Israel. “Karena

kematian korban melambangkan kematian orang yang berdosa. Hukuman atas

dosa ialah kematian, tetapi hewan mati sebagai ganti orang yang berbuat dosa”13

Dari sinilah kita dapat melihat kasih Allah yang begitu besar lewat korban-

korban Yang Allah perintahkan, ada rancangan yang sangat besar yang Allah buat

lewat korban- korban itu. Yaitu supaya manusia dapat memperoleh pengampunan

dari Allah sehingga dosa umat manusia dapat di ampuni dan memperoleh

pengampunan dan perdamaian karena telah mempersembahkan korban sebagai

ganti dari dosa- dosa umat-Nya. Itulah sebabnya persembahan korban baik

korban- bakaran, korban sajian, korban keselamatan, korban penghapus dosa, dan

12
J. Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), h. 112
13
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), h. 219
korban penebus salah menjadi sangat penting bagi umat Israel sehingga bangsa

Israel dituntut untuk mentaati semuanya itu dengan segenap hati mereka.

NUBUAT TENTANG KORBAN SEJATI

Nubuat adalah penyingkapan atau pemberitaan tentang kehendak serta

maksud dan tujuan ilahi tentang perintah atau penghakiman ilahi yang di berikan

Allah kepada manusia tentang segala sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari,

atau pemberitahuan tentang sesuatu yang akan datang. menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia nubuat memiliki arti “wahyu yang di turunkan kepada

manusia”14. Perjanjian Lama berisi nubuat- nubuat yang diberikan Allah kepada

manusia melalui hamba-hambaNya. Pentingnya korban bagi bangsa Israel dalam

memperoleh pengampunan. Tanpa darah korban sembelihan tidak mungkin ada

pengampunan, “dalam seluruh peraturan mengenai korban, darah ditekankan”15.

Oleh sebab itu darah sangat penting untuk penebusan dosa-dosa manusia. Namun

dalam perjanjian lama darah korban- korban yang dipersembahkan yaitu darah

hewan ternak kenyataannya hanya bersifat sementara yang adalah gambaran

mengenai apa yang akan datang, Sehingga Allah menjanjikan korban yang sejati

yang akan menebus semua dosa- dosa manusia (Yes 53:5, 6,8,12).

Pengharapan akan pembebasan akhir yang berkelimpahan ini seolah- olah


terkumpul dalam perjanjian lama sampai akhirnya berpusat pada yesaya
53. Disini hamba Tuhan itu menjadi sasaran pengharapan meskipun
penampilannya tidak menarik16.

14
______, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 969
15
W.S.Lasor, Pengantar Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), h. 219
16
William Dyrnes, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2013), h. 138
Ini membuktikan bahwa semua korban Perjanjian Lama tidak dapat menjadikan

manusia masuk ke dalam tempat Yang Maha suci, membuktikan bahwa semua

korban itu tidak dapat membebaskan hati nurani dari kesalahan (Ibr 9:9). Ketidak

mampuannya menebus nyata dari fakta bahwa hanya hewan saja yg di korbankan

dan itu harus dilakukan terus menerus. Sampai tiba saatnya dimana korban yang

sejati itu digenapi. Yesus kristus adalah korban sejati yang di janjikan itu didalam

kematian-Nya, dan dalam kematian-Nya ada unsur penting yaitu adanya unsur

perantara antara Allah dan manusia (Yes 53:5), unsur pengganti (Yes 53:6), dan

unsur pendamaian bagi umat manusia (Yes 53:10).

Oleh karena semuanya itu tercapai oleh Yesus yang mati di kayu salib,
maka kematian itu dapat dibandingkan dengan korban pemulihan dosa dan
pemulihan kesalahan. Maka kematian Yesus dapat disebut korban
pendamaian atau korban penebusan (Rm 3:23; I Yoh 2:2)17.
Seperti dalam perjanjian lama darah korban mendamaikan manusia untuk

sementara karena karena korban itu dilakukan berulang- ulang demikian juga

kristus mempersembahkan tubuhnya menjadi korban sekali untuk selama-

lamanya (Ibr 10:10, 12). Dan Yesus kristus sebagai korban yang sejati yang

melebihi korban- korban dalam perjanjian lama yang dibawah dan

dipersembahkan oleh manusia di depan para imam- imam sebagai permohonan

yang mendatangkan pengampunan tetapi adalah gambaran tentang apa yang akan

datang, dan Yesus telah menggenapinya di dalam dirinya sebagai korban yang

sejati untuk selama- lamanya.

17
C.Groenen Ofm, Sejarah Dogma Kristologi Perkembangan Pemikiran Kristus Pada
Umat Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), h. 61
KRISTUS SEBAGAI KORBAN SEJATI

Perjanjian baru menggunakan istilah mendamaikan dan menebus di dalam

karya kristus di kayu salib sebagai korban yang sempurna untuk mendamaikan

manusia dengan Allah korban Tuhan Yesus bersifat kekal atau selama- lamanya.

Hal ini membuktikan bahwa Allah tidak mau membiarkan manusia itu binasa.

Christopher J.H. Wright mengatakan bahwa: “Allah memilih untuk melaksanakan

suatu rencana peneyelamatan yang meliputi seluruh sejarah manusia

selanjutnya”18. Oleh karena itu Yesus Kristus telah mati sebagai korban yang di

persembahkan oleh Allah sendiri untuk memenuhi tuntutan keadilan Allah yang

dinyatakan untuk penyelesaian dosa manusia. Dengan demikian keberadaan

manusia telah di perdamaikan kembali dengan Allah. dan manusia melalui

pengorbanan Tuhan Yesus kembali memperoleh keberadaan manusia sebelum

manusia berdosa. Korban identik dengan persembahan yang dimana ada tujuan

yang hendak dicapai. Korban dalam Perjanjian Lama membawa kita pada

pengertian tentang penebusan Kristus bagi dosa manusia sehingga kita di sucikan

oleh darah Kristus. “tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di

dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan

darah Yesus, anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa, I Yoh I : 7”,

di dalam Perjanjian lama Secara ringkas, persembahan binatang diperintahkan

Allah supaya manusia bisa memperoleh pengampunan dosa. Binatang menjadi

pengganti yaitu binatang mati untuk orang yang berdosa. Persembahan binatang

sudah tidak diperlukan setelah karya salib Yesus Kristus.

18
Christopher J.H. Wright, Hidup Sebagai Umat Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2016), h, 32
Pendamaian darah dan kekudusan hidup yang begitu ditekankan di dalam

kitab- kitab Perjanjian Lama sangat erat kaitannya dengan karya pendamaian

Kristus dan kekudusan hidup orang percaya dalam perjanjian baru. dalam Ibrani

9:22 mengatakan "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa" ini

menandakan dari sifat pokok sistem ibadah dalam perjanjian lama yaitu

menekankankan betapa pentingnya darah dalam peribadatan untuk memperoleh

pendamaian dan pengampunan dosa. “Dan hampir segala sesuatu disucikan

menurut hukum taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada

pengampunan, Ibr 9:22”. tindakan peribadatan ataupun korban- korban yang

dipersembahkan secara berulang- ulang di dalam Perjanjian Lama justru

menunjukkan bahwa korban tersebut sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.

Itu sebabnya, diperlukan suatu pengorbanan yang sempurna yang hanya satu kali

dilakukan dan hal itu menunjuk kepada Yesus Kristus sendiri. “ selanjutnya

setiap imam melakukan tiap- tiap hari pelayanannya dan berulang- ulang

mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat

menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban

saja karena dosa, Ia duduk untuk selama- lamanya disebelah kanan Allah, dan

sekarang Ia hanya menentikan saatnya, di mana musuh- musuh-Nya akan

dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah

menyempurnakan untuk selama- lamanya mereka yang Ia kuduskan, Ibr 10:11-

14”. Dalam bukunya W.S. Lasor mengatakan bahwa:

dalam Perjanjian Baru korban berupa kambing dan domba dianggap


lambang saja, sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba
jantan menghapus dosa (Ibr 10:4 ). Sedangkan, darah Kristus yang
dipersembahkan sekali untuk selama- lamanya merupakan korban yang
sempurna19.
Yesus Kristus adalah korban yang paling besar dan menjadi satu- satunya

pengantara antara Allah dan manusia “karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang

menjadi pengantara antara Allah dan Manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, 1

Timotius 2:5” , Yesus menyerahkan diri-Nya sebagai korban persembahan yang

mendamaikan Allah dengan umat manusia yang berdosa dengan darah-Nya Ia

menebus dosa- dosa, dengan jalan menanggung seluruhnya hukuman- hukuman

dosa yang seharusnya menjadi upah dari dosa itu dan memikulnya. “ Dia yang

tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam

Dia kita dibenarkan oleh Allah, 2 Korintus 5:21”, bukan dunia yang mengambil

nyawanya melainkan Dia yang telah memberikan nyawa-Nya bagi seluruh dunia

untuk memperdamaikan manusia dengan Allah dan yang telah memikul dosa

seluruh dunia di atas kayu salib. seperti orang mempersembahkan korban dalam

Perjanjian Lama demikian juga Kristus mengorbankan dirinya, namun korban

yang dilakukan yaitu, yang dipersembahkan oleh manusia dalam Perjanjian Lama

harus dilakukan berulang- ulang, namun berbeda dengan Yesus yang adalah yang

korban yang sejati dan yang sempurna. “korban yang sempurna yang Ia berikan

adalah korban diri-Nya sendiri. Korban itu begitu sempurna sehingga tak perlu

diulangi lagi”20 sehingga korban itu hanya sekali untuk selamanya. sebab darah

Kristus adalah darah yang suci, Kristus tidak perlu melakukan apa yang seperti

orang-orang atau imam- imam besar lakukan pada zamanTaurat, yang selalu harus

19
W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 Taurat dan
Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), h, 220
20
Wiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Ibrani, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2008), h. 6
mempersempahkan korban karena dosa. Juga tidak perlu mempersembahkan

kurban untuk dosanya sendiri, tidak ada lagi pengorbanan imam-imam yang lain

dan korban-korban untuk penghapusan dosa dan korban- korban keselamatan

sebab semuanya telah tercapai melalui pengorbanan Kristus Yesus yang sejati

yang dilakukan oleh Dia, Kematian-Nya membawa dampak bagi keselamatan

manusia sebab hal itu telah dilakukannya satu kali untuk selama- lamanya, ketika

ia mempersembahkan dirinya sendiri sebagai korban diatas kayu salib


BAB III

KESIMPULAN

Korban sangat penting di dalam perjanjian lama, sebab di dalam


bangsa Israel untuk memperoleh pengampunan maka harus ada
penumpahan darah dari korban yang dipersembahkan yaitu, ketika korban
persembahan itu dilakukan maka disitu ada pengampunan dan penebusan
yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel. Persembahan korban
dalam Perjanjian lama mengandung makna teologis yang sangat dalam
bagi bangsa israel yaitu, ketika persembahan kurban itu berkenan di
hadapan Allah maka persembahan itu menjadi kurban yang baunya
menyenangkan hati Tuhan. Dan dalam upacara korban yang dilakukan
bangsa israel ada inti utama dari persembahan korban itu adalah adanya
hubungan antara yang mempersembahkan dan yang diberi persembahan
yaitu hubungan antara bangsa israel sebagai umat kepunyaan Allah dan
Allah sendiri sebagai Tuhan yang menerima persembahan. Dalam
Perjanjian Lama bangsa Israel mengenal lima korban yaitu Korban
Bakaran, Korban Sajian, Korban Keselamatan, Korban Penghapus Dosa,
dan Korban Penebus Salah. Demikian yang harus dilakukan oleh bangsa
Israel untuk dapat memperoleh pengampunan.

Demikian pula dalam Perjanjian Baru Yesus telah menjadi korban


untuk menebus dosa-dosa seluruh dunia. Karena Yesus Kristus telah
menjadi korban yang sejati dalam Perjanjian Baru untuk selama- lama,
sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh persekutuan
dengan Allah di dalam darah Anak-Nya yaitu darah Yesus Kristus.
DAFTAR PUSTAKA

________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2011

Barclay William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Ibrani, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008

Barker Margaret, Pintu Gerbang Surga, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004

Dyrnes William, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, Malang: Gandum


Mas, 2013

Hill Andrea E & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum
Mas, 2008

Lasor.W.S, Pengantara Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010

Mawene Marthinus Theodorus, Perjanjian Lama & Teologi Kontekstual, Jakarta:


BPK Gunung Mulia, 2017

Ofm C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi Perkembangan Pemikiran Kristus


Pada Umat Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 2005

Paterson Robert M, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008

Singgih Emanuel Gerit, Dua Konteks, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009

Verkyul. J, Aku Percaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001

Wright, Christopher J.H, Hidup Sebagai Umat Allah, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016
KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA

PAPER

Tugas ini diserahkan kepada Dosen


Atri Saudale, M.Th
Sebagai bagian dari Tugas
Teologi Perjanjian Lama
Disusun

Nama : Julius Bandael

NIM : 1.13.17.158

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ARASTAMAR MATARAM


(STTAM)

Mataram, 2019

Anda mungkin juga menyukai