Anda di halaman 1dari 3

Melayani Tuhan

Nast: 1 petrus 4:10

Kita disini adalah pelayan2 Tuhan. Ada amin

Walaupun Tuhan sudah mati dan menebus kita dikayu salib, tetap saja naturnya kita itu cenderung
sll berbuat dosa, tapi karna Tuhan sudah panggil kita, maka kita bukan hamba dosa, hamba
kejahatan dan hamba kegelapan lagi. Karna kita sudah mengenal dan hidup baru didalam Tuhan,
maka Tuhan menghendaki agar pelayanan kita kepadanya menjadi prioritas hidup yang paling
utama.

Sekarang kita ke motivasi, saudara banyak sekali anak2 Tuhan melayani dengan motivasi yang salah
motivasi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ada orang melayani karena dia mengasihi Tuhan, dan orang juga melayani Tuhan karena ingin
mendapat popularitas atau membesarkan dirinya sendiri.

Ingin bisa terlihat rohani > bisa menonjolkan kemampuan> ada pula ingin menarik perhatian orang
lain, dan ada juga karena mengejar berkat2 dari Tuhan dan masih bnyak lagi contoh dengan motivasi
yg salah.

Seperti maria dan marta.

Pendapat/motivasi kita boleh berbeda-beda yang penting motivasi yang benar dan menyenangkan
hati Tuhan.

sperti apa melayani yang menyenangkan hati Tuhan

1. Melayani dengan sgenap hati: kolose 3:23


Kisah Para Rasul 20 : 17 – 38

Nas hari ini mengajak kita merenungkan peristiwa penting yang menampilkan sisi lain dari
pelayanan Paulus yang digambarkan dengan jelas sebagai seorang yang memiliki hati
seorang gembala. Dua hal yang kita perhatikan berkaitan dengan totalitas hati Paulus dalam
melayani: (1) prinsip dan panggilannya yang jernih, dan (2) bukti totalitasnya.

1. Prinsip yang melatar belakangi (ay. 17-21)


Panggilan pelayanan Paulus senantiasa melandasi, menjiwai seluruh pelayanannya (bd. Kis.
26:19), sedemikian rupa sehingga Paulus dengan tegas menyatakan bahwa sejak hari
pertama tiba di Efesus, ia melayani Tuhan, dengan segala kerendahan hati. Ia
memperlakukan jemaat Tuhan bukan sebagai obyek pelayanan saja, tetapi sebagai jemaat
milik Tuhan.
Seberapa jernih panggilan pelayanan kita akan menentukan seberapa sungguh dan totalnya
kita melayani. Ini berlaku bukan saja dalam pelayanan gerejawi, tetapi juga dalam keluarga
masing-masing; dalam melakukan berdagang, berbisnis; dan dalam pekerjaan apapun juga
yang kita lakukan.

2. Bukti Totalitas Pelayanan Paulus:


2a. Kepekaan dan Ketaatan pada tuntunan Tuhan (ay. 22,23)
Paulus tahu kapan waktunya untuk memulai sesuatu dan kapan waktunya Tuhan
mengarahkannya kepada pelayanan yang berikutnya. Itu bukti jelas bahwa hatinya
sepenuhnya untuk Tuhan dan kehendak-Nya. Sebagai tawanan Roh, Paulus mengikuti
kemana Roh menuntunnya. Hatinya 100% untuk Tuhan dan kehendak-Nya.

Paulus meniru ketaatan Kristus kepada kehendak Bapa. Ia tidak mempedulikan nyawanya
sedikitpun, asal tugas yang diembankan kepadanya dapat terlaksana dan selesai (bd. Filipi 2).

2b. Mengandalkan Tuhan dan Firman-Nya (ay. 32)


Paulus sadar sepenuhnya, ia sendiri tidak akan sanggup menjaga – selamanya – jemaat yang
telah bertumbuh bersamanya di Efesus. Jika Paulus memiliki sindrom penyelamat, tentu ia
akan sangat sulit meninggalkan jemaat dan berusaha untuk selalu hadir bagi jemaat itu
sebagai penyelamat. Paulus sadar ia bukan penyelamat itu. Ada Tuhan, Sang Gembala Agung
yang akan menjaga umat-Nya.
Jika kita mengandalkan Tuhan, Ia akan senantiasa menguatkan kita : “Karena mata TUHAN
menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang
bersungguh hati terhadap Dia.” (2Taw.16:9). Sesungguhnya TUHAN dan Firman-Nya-lah
kekuatan kita; bukan yang lain.

2c. Generasi Pelayan Lokal : Alih-generasi, alih-tugas (ay. 17, 28)


Bukti bahwa pelayanan kita dilakukan dengan segenap hati untuk mengantisipasi masa
depan dengan serius adalah dengan menyiapkan peralihan-generasi, peralihan-tugas. Pada
saatnya, kita perlu memiliki generasi yang siap menggantikan kita / posisi kita, nilai-nilai yang
kita pegang dan pelihara. Bagaimana kita mengerjakannya? Paulus adalah contoh yang baik
dan tepat.

2d. Kemurnian Motivasi Pelayanan dan Keteladanan (ay. 33-35)


Paulus bersaksi bahwa ia telah memberikan teladan yang penting untuk ditiru para penatua-
penilik di Efesus. Ia tidak menginginkan ‘sesuatu apapun’ dari jemaat, sebaliknya ia telah
bekerja dan juga membantu mereka yang lemah.
Adakah kita juga memiliki hati yang sama seperti Paulus dalam melayani dan dalam kesiapan
untuk mengulurkan tangan kita kepada mereka yang membutuhkan? Apakah kita bersedia
juga mengusahakan pelayanan yang terbaik yang kita miliki untuk kepentingan jemaat milik
Tuhan?
2. Jangan jadikan pelayanan sebuah beban melainkan sebuah kehormatan.
Saudara ingat kita ini manusia berdosa sedangkan Tuhan adalah raja sgala raja tapi Tuhan
mempercayakan tugasnya kepada kita artinya Tuhan mau melibatkan kita sebagai mitra
kerjanya. Bukankan itu sebuah kehormatan dan kebanggaan buat kita?
Kalau kita menyambut pelayanan sebagai suatu kehormatan maka layani Tuhan dengan rasa
hormat dengan sungguh2 dan dengan sepenuh hati dan penuh dengan pengabdian.
Saudara, ketika Tuhan menempatkan kita utk melayani dimana pun itu kita hrus terima, jgn
kehendak kita melwan. Seperti Yunus
a. Stefanus adalah seorang yang melayani dengan sungguh-sungguh, dengan rasa hormat
dan dengan sepenuh hati, bahkan melayani jemaat dengan penuh pengabdian diri,
sehingga pelayanannya dianggap penting bahkan rasul Paulus menghimbau agar
menghargai Stefanus. 1 korintus 16:15
b. Begitu juga dengan EPAFRODITUS, seorang yang biasa-biasa saja, yang tidak punya
talenta apa-apa namun pelayanannya sangatlah dibutuhkan dan rasul Paulus memberi
pesan agar jemaat di Filipi menghargai dan menghormati Epafroditus. Filipi 2:25, 29
Lalu dimana letak rahasia Epafroditus, seorang yang biasa-biasa namun mengapa rasul
Paulus sampai memberi pesan agar Epafroditus dihormati? Jawabannya : Karena
pelayanan Epafroditus adalah untuk meringankan beban hamba Tuhan. Epafroditus
bukan menjadi hamba Tuhan tapi menjadi pelayan hamba Tuhan, menjadi pelayan rasul
Paulus; Epafroditus bukan menjadi abdi Allah tapi abdi hamba Allah.
Sdr jangan berkecil hati kalau pelayanan kita hanyalah biasa-biasa saja, soal jabatan
pelayanan tidaklah menjadi ukuran, yang terpenting kita bisa melayani dgn kesungguhan,
penuh pengabdian diri dan dedikasi serta meringankan beban hamba Tuhan, maka satu
saat percaya atau tidak, kita akan menerima upah hamba Tuhan.

3. Ucapan syukur
Pelayanan harus didasari dengan kasih. Karena pelayanan itu adalah kita menunjukkan
(mendemonstrasikan) kasih Allah ada di dalam diri kita dan kita nyatakan kepada orang lain
dan tentunya kepada Tuhan. Pelayanan itu juga berbicara tentang rasa syukur kita atas segala
anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita.

Seperti yang terjadi ketika Tuhan Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit demam
(Mat 8:14-15), dikatakan bahwa “Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu,
lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia”. Lewat pertolongan Tuhan
Yesus dalam kehidupannya, yaitu lewat kesembuhan atas sakit demamnya. Maka ibu mertua
Petrus setelah sembuh melakukan sebuah tindakan yaitu dia langsung melayani Tuhan sesuai
dengan karunia yang Tuhan berikan dalam kehidupannya. Kita bisa melihat bahwa orang yang
menyadari akan kasih karunia Tuhan dalam kehidupannya, maka dia akan bersyukur dan rasa
syukurnya dibuktikan lewat tindakannya yaitu melayani.

Ketika kita merenungkan hidup kita maka ada banyak anugerah Tuhan yang harus kita
syukuri. Tentunya rasa syukur dinyatakan lewat pujian, persembahan dan hal-hal
lainnya. Tentunya itu benar, akan tetapi lewat peristiwa tadi kita bisa melihat bahwa ternyata
rasa syukur kita, Tuhan mau kita wujudkan lewat pelayanan kita kepada Tuhan.
Paulus sebagai orang yang menyadari kasih karunia Tuhan, begitu giat dalam melayani Tuhan
dan dia lakukan itu dengan rasa mengasihi Tuhan serta bersyukur kepada Tuhan. Karena itu
dalam melayani Tuhan dia tidak mengalami tawar hati (2 Kor 4:1), dia terus maju dalam
melayani Tuhan sekalipun banyak tantangan (2 Kor 4:8-9).

Jadi melayani dengan rasa syukur kita kepada Tuhan adalah sesuatu yang indah di mata Tuhan
dan memberikan semangat untuk kita tetap maju dalam melayani.

Anda mungkin juga menyukai