Anda di halaman 1dari 17

Hermawan

Providence Anglican Church


Jakarta,Indonesia
+6285721249622

Penginjilan Paulus dalam 1 Korintus dan


kontribusinya terhadap kerangka khotbah

Pendahuluan
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan Paulus dan rekan
sepelayanannya dalam pemberitaan Injil ditunjukkan dengan berdirinya jemaat di
Korintus.1 Hal ini jelas berhubungan dengan usaha pemberitaan Injil Paulus kepada
jemaat tersebut, Paulus sendiri menuliskan bahwa dia sendiri memberitakan Injil
kepada jemaat tersebut (1 Kor. 15:1). Khotbah-khotbah penginjilan Paulus di
Korintus ini memberikan pengaruh besar terhadap orang-orang Korintus, bahkan
ketika kekristenan mendapatkan perlindungan hukum dari Gubernur Akhaya, Gallio
(Kis. 18:12-17).2
Paulus dipandang sebagai seorang pengkhotbah yang memiliki kemampuan
retoris yang baik di dalam Surat 1 Korintus, khususnya saat dia berkhotbah
mengenai Injil.3 Hal ini juga didukung dengan pengakuan dari Paulus sendiri, bahwa
dirinya adalah seorang pemberita Injil (1 Kor. 1:17). Pengaruh dari khotbah
penginjilan Paulus ini dapat dilihat dengan menunjukkan salah satunya adanya pola
konseptual kerygma Paulus.4 Surat I Korintus juga diberikan kepada jemaat Korintus
bukan untuk menjadi peraturan moralistik, tetapi panggilan agar jemaat Korintus

1
. Ralph P. Martin and Peter H. Davids, eds., Dictionary of The Later New Testament & Its
Developments (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1997), 148.
2
. Martin and Davids, eds., Dictionary of The Later New Testament and Its Developments, 148.
3
. Matthew R. Malcolm, Paul and the Rhetoric of Reversal in 1 Corinthians: The Impact of Paul’s
Gospel on His Macro-Rhetoric, Society for new testament studies ; 155 (New York: Cambridge University
Press, 2013), 119.
4
. Kerygma ini berkaitan dengan kematian, kebangkitan dan pengharapan eskatologis, dalam
tubuh yang dibangkitkan. Malcolm meneliti adanya penggunaan rhetorical reversal pada Surat 1
Korintus untuk membuktikan kesatuan dari surat ini. Malcolm, Paul and the Rhetoric of Reversal, 113.

1
dapat menjadikan Injil sebagai pusat kehidupan berjemaat mereka. 5 Jadi bisa
dikatakan bahwa di dalam Surat 1 Korintus itu sendiri Paulus menekankan khotbah
pemberitaan Injil kepada jemaat Korintus.
Namun meskipun demikian, kerangka dari khotbah penginjilan Paulus dalam
Surat 1 Korintus ini menjadi persoalan yang akan coba dijawab dalam makalah ini.
Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mencoba memberikan konstruksi dari
kerangka khotbah penginjilan Paulus di dalam Surat 1 Korintus. Makalah ini akan
meneliti kemungkinan bentuk kerangka khotbah penginjilan berdasarkan Surat 1
Korintus. Penelitian makalah ini akan melibatkan penelitian latar belakang jemaat
Korintus, pembahasan tema-tema teologis yang menonjol, dan setelah itu usulan
bentuk kerangka khotbah penginjilan, merupakan dibangun atas dasar latar
belakang, genre surat, tema-tema teologis jemaat Surat 1 Korintus, khotbah
penginjilan dan terakhir adalah bentuk kerangka khotbah penginjilan berdasarkan
pada Surat 1 Korintus.

Pembahasan
Latar Belakang Jemaat Korintus
Dari sudut pandang Paulus kota Korintus merupakan kota Yunani yang
strategis untuk pemberitaan Injil.6 Korintus merupakan kota perdagangan yang
sibuk, terletak di antara bagian semanjung Yunani selatan dan daratan bagian
utara.7 Kota ini juga ditunjang oleh dua pelabuhan besar, yang juga mengakomodasi
perdagangn bagian barat dan timur yaitu : Lekhaeum dan Kengkrea.8 Selain
pelabuhan, kota ini juga memiliki kehidupan agama yang kental, di sebelah barat
ada kuil-kuil penyembahan kepada para dewa dan dewi yaitu kuil Dewi Fortuna,
Apolo, Aprodit dan Neptunus. Kuil Dewi Aprodit berada pada daratan tinggi dan
menjadi sebuah 2onument untuk mencirikan kota kemaritiman yang memiliki
5
. Thiselton menjelaskan bahwa Paulus mengingatkan jemaat Korintus akan salib Kristus.
Anthony C. Thiselton, First Corinthians: A Shorter Exegetical and Pastoral Commentary (Grand Rapids,
Mich: William B. Eerdmans Pub. Co, 2006), 26-27.
6
. R. K. Harrison, ed., Major Cities of The Biblical World (Nashville: T. Nelson Publishers, 1985),
94.
7
. Harrison, Major Cities of The Biblical World, 83.
8
. R. Dean Anderson, Amsy Susilaradeya, and Mariam Waang, Tafsiran Perjanjian Baru Surat 1
Korintus: membereskan jemaat urban yan muda, 2018, 2.

2
predikat dalam budaya seksual yang tidak jauh dengan kota-kota lain pada
zamannya.9 Dengan kata lain orang Korintus memiliki ketertarikan terhadap hal-hal
dan pengalaman yang bersifat rohani. Sebagaimana kota pelabuhan pada umunnya,
hilir mudik pegerakan dari para pedagang, turis dan juga penziarah menjadi sebuah
kesempatan yang besar untuk Paulus membangun hubungan dan memberitakan
Injil kepada orang-orang tersebut.10 Secara sosial, kehidupan masyarakat Korintus
kebanyakan berada pada golongan menengah ke atas, sehingga gaya hidup yang
berpesta pora dan seks jadi gaya hidup yang wajar. Meskipun ada beberapa
golongan yang berada pada tingkat menengah ke bawah dan bahkan juga ada yang
miskin.11 Hal ini berarti di Korintus pun ada gap sosial.
Pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus membuahkan hasil dengan lahirnya
jemaat Korintus yang merupakan gabungan dari orang-orang yang bertemu di
rumah-rumah. Hal ini memang karena komitmen Paulus dalam memberitakan Injil
di Korintus. Ia tinggal selama kurang lebih sekitar satu setengah tahun di kota
tersebut (Kis. 18:1-9). Pemberitaan Injil Paulus mempertemukannya dengan
Priskila dan Akwila, ia tinggal di rumah mereka dan bekerja bersama-sama mereka
(Kis.18:1-3). Krispus, seorang kepala rumah ibadat Yahudi mendengarkan
pemberitaan Injil dari Paulus dan kemudian ia dibaptis(Kis. 18:8), begitu juga
halnya dengan Gayus dan keluarga Stefanus (1 Kor.14-16). Pada awalnya Paulus
memberitakan Injil setiap hari Sabat di rumah ibadat Yahudi, para pendengarnya
adalah orang Yahudi(Kis. 18:8) dan orang-orang Yunani pun menjadi sasaran
pemberitaan Injilnya. Pada perkembangan selanjutnya, ketika beberapa orang
menjadi percaya kepada Kristus, mereka bertemu di rumah-rumah, biasanya dalam
jumlah yang kecil.12 Hal ini juga menjadi akar permasalahan konflik perselisihan
antara jemaat di Korintus, yang digambarkan di dalam 1 Korintus 1-4. 13

9
. Harrison, Major Cities of The Biblical World, 92.
10
. Harrison, Major Cities of The Biblical World, 94.
11
.
12
. “A typical Christian cell was normally small, limited by the physical capacity of the house in
which it met.” Mengapa tipikal? karena hal ini sesuatu yang umum terjadi pada zaman tersebut baik di
jemaat-jemaat Kristen lain selain Korintus. John E. Stambaugh and David L. Balch, The New Testament in
Its Social Environment, 1st ed., Library of early Christianity 2 (Philadelphia: Westminster Press, 1986), 55.
13
. Martin and Davids, Dictionary of The Later New Testament & Its Developments, 148.

3
Genre surat
Surat 1 Korintus merupakan surat Pastoral yang bukan diberikan kepada
individu, tetapi kepada jemaat Korintus sebagai sebuah representasi kehadiran
Paulus di tengah-tengah jemaat tersebut. 14 Hal ini ditunjukkan dengan adanya
instruksi-instruksi dari Paulus kepada jemaat untuk ditaati sebagai instruksi
komunal.15 Surat ini, seperti surat-surat lain, biasanya dibacakan didepan jemaat.
Thomas R Schreiner menyatakan “The authority of Pauline letters is communicated
by admonitions to public reading”.16 Hal senada juga dinyatakan oleh John Proctor,
bahwa jemaat Korintus pada masa itu bertemu di rumah-rumah dan surat Paulus
dibacakan dengan nyaring di depan jemaat.17 Surat 1 Korintus juga adalah surat
yang memiliki gaya retorika deliberatif. Gaya retorika deliberatif merupakan gaya
retorika yang memiliki daya persuasi dan untuk mengarahkan pola pikir pendengar
pada suatu tindakan tertentu atau pada sebuah pandangan yang diharapkan. 18
Proses persuasi dalam seni retorika memiliki paling tidak lima tahap yaitu :”(1)
attention, (2) comprehension, (3) yielding, (4) retention, (5) action.” 19 Walapun
tidak semua tahapan ini dapat mendefinisikan cara berkhotbah Paulus, akan tetapi
Paulus tetap dipandang sebagai seorang yang memiliki ini maksud untuk
menyatakan iman kepada jemaat Korintus.20
Meskipun Schreiner mengidentifikasi surat 1 Korintus adalah surat Pastoral,
namun Duane Liftin melihat adanya aspek penginjilan di dalamnya. Liftin
memperlihatkan bahwa dalam 1 Korintus 1-4, Paulus sengaja menggunakan sebuah
kontradiksi terhadap penolakan retorika sebagai cara menjangkau mereka yang
tidak percaya.21 Paulus bermaksud untuk berbicara kepada para pendengarnya, yang
percaya dan juga tidak percaya yaitu mereka, manusia duniawi, yang tidak percaya

14
. Schreiner, 1 Corinthian, 20.
15
. Schreiner, 1 Corinthian, 20.
16
. Schreiner, 1 Corinthian, 20 .
17
. John Proctor, First and Second Corinthians, First Edition., Westminster Bible companion
(Louisville, Kentucky: Westminster John Knox Press, 2015), 8.
18
. Schreiner, 1 Corinthians, 20.
19
. Duane Litfin, Paul’s Theology of Preaching: The Apostle’s Challenge to the Art of Persuasion
in Ancient Corinth (InterVarsity Press, 2015), 292.
20
. Litfin, Paul’s Theology of Preaching,292.
21
. Litfin, Paul’s Theology of Preaching, 339-340.

4
kepada hal-hal rohani (1 Kor. 2:14).22 Lebih jauh Litfin menyatakan bahwa apa yang
dilakukan Paulus tersebut adalah usaha “pemberitaan Injil kepada mereka yang
tidak percaya”.23 Ketika Paulus menyatakan bahwa dirinya tidak berkata-kata dalam
bahasa yang menyakinkan, sepenuhnya mengandalkan kekuatan Roh Kudus, ini
menunjukkan bahwa Paulus menyadari maksudnya untuk menyampaikan berita
Injil merupakan karya Roh kudus kepada mereka yang tidak percaya. 24 Peran Roh
Kudus adalah hal yang penting bagi para pendengar, dapat menjadi percaya kepada
Injil dan mengalami pembaharuan moral serta beralih kepada sistem nilai yang
baru.25 Hal ini tentu juga berada dalam konteks tujuan penulisan dari 1 Korintus,
yaitu untuk memberitakan Injil kepada jemaat Korintus, baik yang percaya dan
yang tidak mengenal Allah (1 Kor. 1:17 bnd 1 Kor.15:34).

Tema-tema teologis
Dosa dan Kristus
Dosa dan Kristus adalah dua tema yang memberikan porsi yang menonjol
dalam Surat 1 Korintus. Tema teologis tentang Allah, Roh Kudus dan gereja juga
menjadi tema-tema hadir dalam Surat 1 Korintus akan tetapi tema-tema ini
terintegrasi dengan tujuan penulisan Paulus yaitu pemberitaan Injil kepada jemaat
Korintus (1 Kor. 1:17 bnd 1 Kor.2:2). Litfin menyatakan modus operandi Paulus di
dalam 1 Korintus adalah menunjukkan bahwa Allah meruntuhkan keangkuhan
manusia melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Ini merupakan karya Roh
Kudus bukan hasil karya manusia, sehingga tidak ada celah untuk manusia
bermegah karena keterampilan bicaranya.26 Hal serupa juga dinyatakan oleh
Schreiner “Paul’s theology is Christ-centered, and the uniqueness of Jesus manifest

22
. Litfin menggunakan pandangan J. Louis Martiyn dalam menafsirkan bagian 1 Korintus 1-4.
Litfin, Paul’s Theology of Preaching, 289.
23
. Litfin, Paul’s Theology of Preaching, 340.
24
. Litfin, Paul’s Theology of Preaching, 338.
25
. Litfin, Paul’s Theology of Preaching, 338.
26
. Litfin, Paul’s Theology of Preaching, 339.

5
itself in 1 Corinthians.”27 Ian Paul dan David Wenham juga menyatakan hal yang
sama,28
[O]ur preaching of Paul’s letters should revolve around the central
point of Paul’s theology: Jesus the Messiah is Lord. Paul can summarize his
preaching to the Corinthians as ‘Jesus Christ and him crucified’ (1 Cor. 2:2).
This does not mean that Paul spoke only of what happened on Good Friday
(cf. 1 Cor. 15; Acts 17:16–33). Rather, in Paul’s mind the whole of his
preaching (and theology) is Christocentric. Our preaching of Paul should
imitate Paul by calling people to imitate the crucified, buried and raised
Messiah (1 Cor. 15:3–4).

Hampir mirip dengan permasalahan yang dihadapi oleh penduduk kota


Korintus, tema teologis yang terkait dengan permasalahan kehidupan jemaat
Korintus adalah dosa yang merusak kehidupan dan hubungan di dalam jemaat
Korintus. Michael Gorman dalam bukunya Reading Paul menyatakan :29
Paul’s attempt to deal with a series of interrelated issues in the house
churches: divisions and misundertstanding about ministers, sexual
immortality and confusion, litigation among believers, controversy about
eating meat offered to idols, problems surrounding the Lord’s supper and
worship, and misunderstandings about the general resurrection.

Paulus memberikan sebuah solusi terhadap isu-isu yang sedang dihadapi


oleh jemaat Korintus. Paulus menunjukkan pendirian Paulus yang tegas terhadap
isu-isu tersebut, khusus dalam isu-isu moral jemaat Korintus (pernikahan, dosa
seksual, makan persembahan kepada berhala, dan karunia-karunia dalam jemaat). 30
Isu mengenai dosa seksual, percabulan sedarah (1 Kor. 5), dan cara sikap jemaat
Korintus yang menyepelekan perjamuan kudus (1 Kor. 11:17-34) ditentang keras
oleh Paulus.31 Isu yang paling besar dalam surat 1 Korintus adalah mengenai
perpecahan jemaat. Isu ini sudah benar-benar menyerap ke dalam kehidupan
jemaat Korintus. Dimulai dengan adanya kelompok-kelompok dalam jemaat (1:12),
yang berbeda pandangan. Perbedaan ini bukan hanya berakhir dengan adanya

27
. Schreiner, 1 Corinthians, 22.
28
. Ian Paul and David Wenham, eds., Preaching the New Testament (Downers Grove, Illinois:
InterVarsity Press, 2013), 106.
29
. Michael J Gorman, Reading Paul (Milton Keynes [etc.: Paternoster, 2008), 36.
30
. Patrick Gray, Opening Paul’s Letters: A Reader’s Guide to Genre and Interpretation (Grand
Rapids, MI: Baker Academic, 2012), 54.
31
. Gray, Opening Paul’s Letters, 55.

6
kelompok-kelompok tetapi juga perbedaan pandangan mengenai pernikahan,
perilaku seksual (1 Kor. 7), persembahan berhala(1 Kor. 8-10), dan cara sikap ketika
memakan roti Perjamuan Kudus.32 Bukan hanya menunjukkan pendiriannya, akan
tetapi Paulus juga memaparkan dan menjelaskan mengenai Kristus yang tersalib
dan bangkit serta mengarahkan pandangan jemaat Korintus kepada pengharapan
eskatologis.33 Cara ini dipakai oleh Paulus sebagai sebuah dorongan untuk orang-
orang yang tidak mengenal Allah untuk bertobat dan percaya kepada Injil (1 Kor.
15:34). Namun, Paulus juga memakai ini sebagai cara meneguhkan iman jemaat
Korintus yang sudah percaya, agar tetap berpegang pada Injil yang telah diberitakan
Paulus (1 Kor. 15:1-2). Injil ini didasarkan pada sebuah fakta sejarah bahwa Yesus
telah mati, dikuburkan dan bangkit pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci (1 Kor.
15:3-6). Hal ini bertujuan untuk menunjukkan kasih karunia Allah kepada jemaat
Korintus. Paulus menyampaikan bahwa manusia mengalami hubungan terpisah dari
Allah karena dosa-dosanya. Namun Allah mengutus Yesus Kristus mati di atas kayu
salib untuk melepaskan manusia dari dosa dan kematian.34 Kebangkitan Kristus
memberikan sebuah implikasi atau jaminan bagi orang percaya. Jaminan ini
memiliki bukti dan saksi yang menunjukkan bahwa iman Kristen berlandaskan pada
fakta sejarah yang nyata.35
Jadi setiap isu yang ada, dijawab dengan tegas oleh Paulus dengan
mengarahkan jemaat pada Injil Kristus. Pola yang dipakai oleh Paulus merupakan
sebuah kerangka teologis yang menghubungkan antara kematian dan kebangkitan
Kristus. Dengan kata lain, khotbah Paulus juga merupakan sebuah bentuk khotbah
penginjilan.

Khotbah Penginjilan
Berkaitan dengan khotbah, James William Cox, menyatakan bahwa khotbah
yang efektif selalu berkaitan sasaran yang dicapai oleh seorang pengkhotbah ketika
ia mempersiapkannya. Sasaran khotbah ini akan menentukan jenis khotbah seperti

32
. Gray, Opening Paul’s Letters,, 100–101.
33
. Gorman, Reading Paul, 36.
34
. Schreiner, 1 Corinthians, 25–26.
35
. Schreiner, 1 Corinthians,, 36.

7
apa yang akan disampaikan. Oleh karena itu, ada berbagai jenis khotbah menurut
sasarannya.36 Cox, mengelompokkan, paling tidak ada 6 jenis khotbah, berdasarkan
sasaran khotbahnya.37 Salah satunya termasuk adalah khotbah penginjilan. Secara
umum khotbah penginjilan merupakan sebuah usaha pemberitaan Injil untuk
memimpin pendengarnya kepada sebuah pertobatan dan iman di dalam Yesus
Kristus.38 Usaha ini juga tentunya berhubungan dengan seni komunikasi karena di
dalam sebuah khotbah ada aspek komunikasi. Hubungan antara seni komunikasi
persuasif dengan khotbah penginjilan, tidaklah jauh. Craig A Loscalzo
menyimpulkan bahwa “Evangelistic preaching is persuasive preaching”. 39 Menurut
Loscalzo, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam khotbah yang persuasif. Yang
pertama, Roh Kudus memiliki kendali dalam khotbah-khotbah yang disampaikan
dan pengkhotbah sebagai alat Tuhan untuk menyampaikannya. Kedua, khotbah
adalah seni mempersuasi dan bukan sebuah bentuk paksaan.40
Selain dari seni persuasi, khotbah penginjilan memiliki beberapa
karakteristik penting lainnya. Loscalzo merumuskan 9 karakteristik dari khotbah
penginjilan. Pertama, khotbah penginjilan berfokus pada Injil atau kabar baik. 41
Kedua, khotbah penginjilan yang menjaga ketegangan antara anugerah dan tuntutan
meresponi kehendak Allah42. Ketiga, berfungsi bukan sarana untuk menyatakan
kemarahan terhadap keberdosaan orang lain. Keempat, berfokus pada penggunaan
istilah-istilah efektif dan tepat untuk mengungkapkan makna-makna teologis, bukan
sekedar jargon-jargon kosong. Kelima, memberikan tawaran terbuka kepada
mereka yang belum percaya.43 Keenam, tetap menjaga otentisitas tradisi iman.44
Ketujuh, berfungsi untuk mengingatkan orang-orang percaya akan Injil. Kedelapan,
“khotbah penginjilan adalah khotbah yang membebaskan”.45 Kesembilan, khotbah
36
. James William Cox, Preaching, 1st ed. (San Francisco: Harper & Row, 1985), 89–90.
37
. Evangelistic Preaching, Expository Preaching, Doctrinal Preaching, Ethical Preaching, Pastoral
Preaching dan Devotional Preaching. Cox, Preaching, 90–115.
38
. Cox, Preaching, 91.
39
. Craig A. Loscalzo, Evangelistic Preaching That Connects: Guidance in Shaping Fresh &
Appealing Sermons (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1995), 28.
40
. Cox, Preaching, 29.
41
. Loscalzo, Evangelistic Preaching That Connects, 68.
42
. Loscalzo, Evangelistic Preaching That Connects, 70.
43
. Loscalzo, Evangelistic Preaching That Connects, 71.
44
. Loscalzo, Evangelistic Preaching That Connects, 72.
45
. Loscalzo, Evangelistic Preaching That Connects, 73.

8
yang memiliki kekuatan untuk mengundang para pendengarnya untuk memberikan
respon nyata.46 Karakteristik yang memang tidak bisa dilepaskan dalam khotbah
penginjilan adalah Injil. Hal-hal ini tentunya nampak dari kerangka dari khotbah
penginjilan tersebut.

Kontribusi terhadap kerangka khotbah penginjilan


Metode yang dipakai untuk pembuatan kerangka khotbah penginjilan dalam
makalah ini adalah metode khotbah ekspositori. James Braga mendefinisikan
khotbah ekspositori sebagai berikut :47
An expository sermon is on which a more or less extended portion of
Scripture is interpreted in relation to one theme or subject. The bulk of the
material for the sermon is drawn directly from the passage and outline
consists of a series of progressive ideas centered around that one main idea

Lebih jauh, menurut Braga, khotbah ekspositori memiliki kemiripan dengan


khotbah topikal dan khotbah tekstual. Sama seperti khotbah topikal, tema menjadi
tuntunan dalam khotbah ekspositori. Sedangkan pada khotbah tekstual,
perbedaannya dengan khotbah tekstual adalah pada jumlah ayat dipakai yang
menunjukkan kesatuan tema atau tema yang paling menonjol yang ada didalam
teks.48 Pada khotbah ekspositori penggunaan ayat tidak dibatasi dari dari satu atau
dua ayat, satu pasal atau lebih dari dua pasal.49 Dengan demikian, implikasinya
adalah bahwa metode ekspositori memungkinkan dipakai untuk khotbah eksposisi
untuk satu kitab atau satu surat tertentu dalam Alkitab, dengan pembagian
berdasarkan pada tema dan bagian-bagian dalam teks.50
Lebih jauh penelitian mengenai khotbah ekspositori melibatkan analisa
struktur teks. Analisa ini bukan hanya menentukan alur pikir dan fokus penekanan
penulis, tetapi juga menentukan penyusunan kerangka khotbah.51 Kerangka khotbah

46
. Loscalzo, Evangelistic Preaching That Connects, 73.
47
. James Braga, How to Prepare Bible Messages, Rev. ed. (Portland, Or: Multnomah Press, 1981),
53.
48
. Braga, How to Prepare Bible Messages, 53.
49
. Braga, How to Prepare Bible Messages, 54.
50
. Braga, How to Prepare Bible Messages, 54.
51
. Benny Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah Yang Mengubah Kehidupan, 1st ed. (Malang:
Literatur SAAT, 2009), 63–64.

9
dibangun dari struktur teks karena struktur sendiri yang memiliki dampak retoris,
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. 52
Kerangka khotbah merupakan hasil dari analisa dari struktur teks, untuk
memberikan kejelasan pada pendengar.53 Penyusunan kerangka khotbah ini dimulai
dengan struktur teks, dalam hal ini struktur Surat 1 Korintus. Struktur teks 1
Korintus yang ditemukan oleh Proctor memberikan sebuah gambaran tema Injil
yang meliputi keseluruhan struktur surat. Berikut pembagian struktur teks dari
Proctor :54
1 Corinthians 1-4 People of the cross : the challenge of the gospel
1:1-9 Greeting and grace
1:1-3 Formalities and friendship
1:4-9 Prayer for a gifted people
1:10-4:21 Divisions and leadership
1:10-17 A Church divided
1:18-2:5 The word of the cross
2:6-16 The wisdom of God
3:1-23 The work of church leaders
4:1-21 Pastor and people
1 Corinthians 5-14 People of Corinth : the guidance of the gospel
5:1-7:40 Commitments and conflicts
5:1-13 Conduct and community
6:1-8 Courts of the Lord?
6:9-20 Bodies and belonging
7:1-40 Marriages, singleness, and Christian faith
8:1-11:1 Others gods in town
8:1-13 The problem : one person’s meat
9:1-27 The pattern : service and sacrifice
10:1-13 A precedent : the exodus as example
10:14-11:1 The practicalities : temples and tables
11:2-14:40 The church and its worship
11:2-16 Grace and gender
11:17-34 Sharing the supper
12:1-31 Gifts and the body (1) : one in the Spirit
13:1-13 Gifts and the body (2) : all you need is…
14:1-40 Gifts and the body (3) : with Spirit and
understanding
52
. Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah, 64.
53
. Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah, 131.
54
. Proctor, First and Second Corinthians, 9–10. Jika dibandingkan dengan analisa struktur dari 1
Korintus versi Schreiner, ada persamaan pengelompokan. Schreiner mengelompokkan pasal 1:10-6:20
sebagai pembahasan masalah Jemaat Korintus. Pasal 7:1-16:4 sebagai jawaban Paulus untuk permasalahan
tersebut. lihat Schreiner, 1 Corinthians, 47-50.

10
1 Corinthians 15-16 People of the resurrection : the hope of the gospel
15:1-58 Easter gospel
15:1-19 Resurrection faith: where it comes from
15:20-34 Resurrection faith : where it leads
15:35-58 Resurrection faith : what it means
16:1-24 Plans and personalities
16:1-9 Paul’s projects
16:10-24 God’s people

Berdasarkan struktur diatas, Proctor melihat bahwa Paulus membangun alur


pikirnya mulai dari pasal-pasal awalnya dengan permasalahan utama yang dihadapi
oleh jemaat Korintus. Bagian pertama, selain mengemukakan permasalahan, Paulus
juga sudah memulai dengan solusi, yang kemudian menuntun jemaat Korintus pada
proklamasi Injil (15:3-6). Pada bagian kedua, Paulus menuntun jemaat Korintus
mengenai permasalahan yang dihadapi jemaat Korintus dengan Injil Kristus. Bagian
ketiga, Paulus memproklamasikan Injil Kristus dengan implikasi dari kebangkitan
Kristus terhadap jemaat Korintus. Implikasi dari Injil Kristus untuk membangkitkan
pengharapan untuk berdiri teguh dan tetap bersekutu dengan saudara-saudara
seiman dalam Kristus (15:58). Struktur diatas membantu untuk melihat alur pikir
yang berfokus pada Injil dari Surat 1 Korintus.
Selain dari alur pikir, analisa struktur teks juga membantu untuk
menemukan Amanat Teks (AT).55 Benny Solihin memakai istilah tersebut sebagai
sebuah cara untuk menemukan “pesan utama dari suatu teks sebagaimana yang
dimaksudkan oleh penulis”56 AT ini merupakan bahan dasar untuk membangun
Amanat Khotbah (AK). Dengan kata lain AK adalah bentuk lain dari AT yang
disesuaikan ke dalam bahasa masa kini sehingga pesan khotbah dapat diterima
pendengar.57 Berikut ini adalah AT, AK dan kerangka khotbah Penginjilan dari 1
Korintus, yang diusulkan dalam makalah ini, dalam batasan tema Injil Kristus:
AT dan AK
AT : Injil kristus berkuasa memulihkan keharmonisan hubungan yang rusak di
dalam jemaat Korintus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

55
. Solihin mengusulkan dua cara menemukan Amanat teks yaitu analisa struktur teks dan
hubungan antar teks-teks disekitarnya. Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah, 63.
56
. Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah, 58.
57
. Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah, 110.

11
AK : Injil Kristus berkuasa memulihkan keharmonisan hubungan yang dirusak oleh
dosa, melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

Tujuan : Membimbing jemaat untuk menyadari kuasa Injil Kristus yang memulihkan
hubungan yang dirusak oleh karena dosa, sehingga mereka berpegang pada
kekuatan Injil, bagi percaya dan pertobatan bagi yang tidak percaya.

Kerangka Khotbah
Injil Kristus membawa pemulihan
Pendahuluan.
Pergumulan nyata melawan dosa tidak hanya dihadapi di luar gereja tetapi
juga oleh orang-orang yang ada di dalam gereja. Dosa merasuki dan bahkan
merusak sendi-sendi keharmonisan hubungan yang ada di dalam jemaat Korintus,
baik hubungan dengan Allah, diri dan sesama.

Kalimat peralihan : “Devil never shows the consequences of sin” tetapi Alkitab/Allah
selalu menunjukkan sebaliknya.

Isi.
I. Dosa telah merusak dalam hubungan antara manusia dengan Allah, dirinya dan
manusia lainnya(konfrontasi dosa).
- Dosa merusak hubungan manusia akan Allah. Dunia tidak mengenal Allah
(1:21). Manusia duniawi memandang Injil sebaga i kebodohan (2:14).
Manusia duniawi tidak menerima hal-hal rohani (3:1,4).
 Tidak memiliki pikiran Kristus (2:16).
 Tidak mengenal Allah (15:34).
- Dosa juga merusak hubungan manusia dengan dirinya. Dosa membuat
hidup secara duniawi (3:3). Tubuh mereka pun disalahgunakan untuk
percabulan (5:1-2). Sekalipun demikian mereka memegahkan diri karena
dosanya (5:2). “Percabulan yang tidak terdapat sekalipun di antara
bangsa-bangsa tidak mengenal Allah” (5:1). Dosa membuat manusia tidak
bisa mengendalikan keinginan berbuat dosa (10:23). Peringatannya
adalah “Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa
lagi“(15:34a). Dosa mendatangkan hukuman atas dirinya (11:29).
- Dosa pun merusak hubungan manusia dengan sesamanya. Perselisihan
dan perpecahan karena kesombongan/hikmat manusia (1:12, 4:19;8:1
bnd 8:12). Mementingkan diri sendiri dalam Perjamuan Kudus (10:33).
Seorang lapar dan yang lain mabuk (11:21). Merasa karunia individu
lebih penting dari kepentingan bersama. Padahal tiap-tiap orang
dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama (14:23).
Seharusnya mereka mengutamakan yang lain sebelum diri mereka
sendiri. Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang
(14:31).

12
II. Kuasa Injil Kristus bagi orang percaya dan tidak percaya.
- Paulus mengingatkan Injil Kristus kepada jemaat Korintus sebagai
jawaban utama(15:1). Supaya orang percaya berpeganglah pada Injil
Kritus (15:2). Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan dan
Kristus telah bangkit berdasarkan kitab suci (15:3-6). Kristus
menampakkan diri pada Petrus, 12 rasul, 500 saudara dan Yakobus,
sebagai kelompok orang-orang percaya dan saksi sejarah kebangkitan
Kristus (15:5-6). Injil didasarkan pada fakta sejarah dan memiliki banyak
saksi mata, ada yang masih hidup, ketika Surat 1 Korintus ini ditulis.
- Kristus menampakkan diri kepada Saulus yang kini Paulus, dulu orang
tidak percaya, “sekarang rasul paling hina dari semua rasul” (15:9). Orang
paling berdosa yang pernah menjadi penganiaya Jemaat Allah. Tetapi
Kristus mengubahkan diri Paulus oleh kasih karunia“Karena kasih
karunia aku ada seperti sekarang”(15:10).

III. Implikasi kuasa Injil Kristus memulihkan keharmonisan hubungan yang dirusak
dosa.
- Kristus memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Allah memanggil
kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya(1:1). Paulus menekankan
kembali identitas jemaat dalam Injil. Kamu adalah milik Kristus dan
Kristus adalah milik Allah (3:23; 15:23c),karena kristus telah mati karena
dosa-dosa kita (15:3). Memiliki persekutuan dengan Allah dalam
kebangkitan Kristus (15:21-23).
- Kristus memulihkan hubungan manusia dengan dirinya. Orang-orang
percaya adalah manusia rohani yang memiliki pikiran Kristus (2;15-16).
Kristus membenarkan dan menguduskan dan menebus kita (1:30). Ada
perubahan pandangan terhadap dirinya :
 Tubuh adalah bait Roh Kudus (6:19).
 Muliakanlah Allah dengan tubuhmu “…Aku melatih
tubuhku dan menguasainya” (6:20 bnd 9:22).
 Pandangan pernikahan sebagai panggilan hidup dalam
kekudusan (7:9).
 Memiliki model yang benar yang diikuti karena perubahan
mindset. “Jadilah pengikutku, sama seperti juga aku
menjadi pengikut Kristus” (11:1).
 Fokus hidup berubah“…karena Dia kita hidup” (8:6).
- Kristus memulihkan hubungan manusia dengan sesamanya. Adakah
Kristus terbagi-bagi? (1:13 bnd 12:12-13). Kamu semua adalah tubuh
Kristus (12:27). Sesama dipandang sebagai anggota tubuh Kristus dan
bukan saingan atau seteru. Karena kuasa maut dikalahkan dan kehidupan
diberikan (15:57). Relasi dengan sesama dipulihkan karena Kristus
bangkit dan ada persekutuan di dalam kebangkitan Kristus.

13
o Saudara-saudaraku yang kekasih…persekutuanmu dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia(15:58). Bersekutu bersama dengan
tubuh sorgawi (15:49)
Kesimpulan.
Kristus berkuasa memulihkan keharmonisan hubungan yang dirusak dosa di
dalam jemaat Korintus. Mari buka hatimu untuk menerima Injil Kristus sehingga
kuasa dosa dalam hidupmu dikalahkan dan hubunganmu dengan Allah, diri dan
sesama dipulihkan.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Surat 1
Korintus memiliki struktur tema Injil yang kuat. Penelitian latar belakang dari surat
1 Korintus ditemukan permasalahan jemaat Korintus yang tidak jauh beda dengan
kehidupan dalam masyarakat kota Korintus. Baik dalam hal seksualitas, spiritualitas
dan kesatuan jemaat; jemaat Korintus yang terdiri dari jemaat-jemaat rumah, yang
merupakan akar konflik dalam jemaat. Selain itu juga di dalam genre surat pun
ditemukan bahwa ada usaha Paulus untuk menyampaikan Injil kepada jemaat
Korintus dalam bentuk persuasif. Surat 1 Korintus tidak hanya memiliki aspek
pastoral tetapi juga aspek penginjilan yang kuat di dalamnya. Paulus menyampaikan
Injil Kristus karena Paulus mengetahui bahwa di antara jemaat ada orang-orang
yang tidak mengenal Tuhan dan orang-orang percaya yang perlu dingatkan kembali
akan Injil Kristus. Hal ini juga didukung dengan adanya tema-tema yang cukup
menonjol dalam 1 Korintus yaitu dosa dan Kristus. Dua tema ini memiliki kekuatan
untuk menyatukan tema-tema lainnya termasuk masalah-masalah yang dihadapi
oleh jemaat Korintus. Khususnya ketika sampai pasal 1 Korintus 15, Paulus
memproklamasikan Injil Kristus yaitu kematian dan kebangkitannya.
Oleh karena itu maka 1 Korintus ini dapat menjadi sebuah model khotbah
penginjilan. Khotbah penginjilan yang dimaksudkan memiliki karakteristik tertentu,
tetapi karakteristik yang utama yaitu Injil Kristus. Dalam rangka membangun
kerangka khotbah penginjilan dibutuhkan struktur teks untuk melihat alur pikir dan
menemukkan AT, yang kemudian disesuaikan menjadi AK. AK in sendiri dibangun
dari kerangka khotbah.

14
Usulan kerangka khotbah penginjilan dari Surat 1 Korintus ini berjudul “Injil
Kristus membawa pemulihan”. Dosa merusak hubungan manusia dengan Allah,
dirinya dan sesamanya, tetapi Kristus sanggup memulihkan hubungan tersebut.
Pemulihan ini dicapai dengan cara mengingatkan jemaat Korintus pada Injil Kristus.
Bukan hanya itu Injil Kristus ini pun sebagai undangan untuk orang tidak percaya
untuk bertobat dan menerima Injil Kristus.

Daftar Pustaka

15
Anderson, R. Dean, Amsy Susilaradeya, and Mariam Waang. Tafsiran
Perjanjian Baru Surat 1 Korintus: membereskan jemaat urban yan
muda, 2018.

Braga, James. How to Prepare Bible Messages. Rev. ed. Portland, Or: Multnomah
Press, 1981.

Cox, James William. Preaching. 1st ed. San Francisco: Harper & Row, 1985.

Gorman, Michael J. Reading Paul. Milton Keynes [etc.: Paternoster, 2008.

Gray, Patrick. Opening Paul’s Letters: A Reader’s Guide to Genre and


Interpretation. Grand Rapids, MI: Baker Academic, 2012.

Harrison, R. K., ed. Major Cities of The Biblical World. Nashville: T. Nelson
Publishers, 1985.

Litfin, Duane. Paul’s Theology of Preaching: The Apostle’s Challenge to the Art
of Persuasion in Ancient Corinth. InterVarsity Press, 2015.

Loscalzo, Craig A. Evangelistic Preaching That Connects: Guidance in Shaping


Fresh & Appealing Sermons. Downers Grove, Ill: InterVarsity Press,
1995.

Malcolm, Matthew R. Paul and the Rhetoric of Reversal in 1 Corinthians: The


Impact of Paul’s Gospel on His Macro-Rhetoric. Society for new testament
studies ; 155. New York: Cambridge University Press, 2013.

Martin, Ralph P., and Peter H. Davids, eds. Dictionary of The Later New
Testament & Its Developments. Downers Grove, Ill: InterVarsity Press,
1997.

Paul, Ian, and David Wenham, eds. Preaching the New Testament. Downers
Grove, Illinois: InterVarsity Press, 2013.

Proctor, John. First and Second Corinthians. First Edition. Westminster Bible
companion. Louisville, Kentucky: Westminster John Knox Press, 2015.

Schreiner, Thomas R. 1 Corinthians: An Introduction and Commentary, 2018.

Solihin, Benny. 7 Langkah Menyusun Khotbah Yang Mengubah Kehidupan. 1st


ed. Malang: Literatur SAAT, 2009.

Stambaugh, John E., and David L. Balch. The New Testament in Its Social
Environment. 1st ed. Library of early Christianity 2. Philadelphia:
Westminster Press, 1986.

16
Thiselton, Anthony C. First Corinthians: A Shorter Exegetical and Pastoral
Commentary. Grand Rapids, Mich: William B. Eerdmans Pub. Co, 2006.

17

Anda mungkin juga menyukai