Anda di halaman 1dari 3

RINGKASAN PEMBACAAN ALKITAB KISAH PARA RASUL 6:8-15 MEGAWATI/KAMIS 30 JAN 2020

Kesaksian Stefanus yang Luar Biasa (Kisah Para Rasul 6:8-15)

Nama Stefanus dalam bahasa Yunani (Stephanos) berarti “mahkota”, yaitu tutup kepala
yang dipakai dalam acara-acara perayaan untuk menunjukkan pengakuan umum akan
Pagekemenangan
|1 yang dicapai di dalam perlombaan, pertandingan atau pun peperangan. Kata
itu juga dipakai untuk menggambarkan tentang upah untuk kehidupan dan pelayanan
Kristen yang efektif. Dan hampir seperti sebuah kebetulan yang sangat penting, Stefanus
menjadi orang yang pertama menerima mahkota dalam perlombaan menuju surga, masuk
ke dalam kemuliaan Tuhan setelah ia dirajam sampai mati.

Stefanus, seorang Yunani, mendengar Injil keselamatan, membuka diri kepada kuasa Roh
Kudus, dan menerima pengampunan dosa. Ia dipenuhi Roh Kudus, yang mulai mengalir
ketika melakukan beberapa karunia rohani yang dimilikinya. Dari dirinya sendiri, Stefanus
bukanlah orang benar, tetapi ia diperbarui oleh Roh Kristus. Ia tidak dibenarkan karena
kesalehan pribadinya. Kristus sudah membasuh diri-Nya secara cuma-cuma melalui darah-
Nya yang mahal. Semua karya Allah dalam kehidupan seorang berdosa tercakup dalam
kata “anugerah.” Tidak ada seorangpun yang layak menerima pemberian Allah kecuali
orang yang sungguh percaya akan Kristus. Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah
menerima kasih karunia demi kasih karunia (Yohanes 1:16).

Hakekat dari semua berkat tersebut adalah kuasa Tuhan, Allah, karena kekuatan Allah
Yang Mahakuasa berdiam di dalam kasih, kerendahan hati dan ketulusan di dalam
kehidupan orang-orang percaya melalui Roh Kudus. Kuasa Kristus bekerja melalui para
pengikut-Nya di dalam jemaat melalui mujizat-mujizat dan tanda-tanda ajaib ketika mereka
sudah dipatahkan dari kesombongan natural mereka dan dengan rendah hati hidup dalam
persekutuan orang-orang kudus. Kristus bekerja melalui para saksi-Nya, seakan-akan Ia
sendiri berjalan di tengah mereka, menyelamatkan, menyembuhkan dan memberkati, sama
seperti ketika Ia masih berada di bumi.

Stefanus adalah seorang pengkhotbah yang tekun. Ia tidak hidup hanya untuk
keselamatannya sendiri, dan ia tidak memuaskan dirinya dengan kehidupan yang nyaman
di dalam ruangan gereja. Ia berani mendatangi sinagoga Yahudi yang fanatik, bersaksi
kepada mereka bahwa Yesus dari Nazaret, yang sudah mereka salibkan itu, sesungguhnya
adalah Mesias yang sebenarnya dan yang sudah bangkit dari kematian. Bukan para rasul
saja yang dapat menjadi saksi Kristus karena semua orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus
dapat menyatakan secara bebas bahwa Tuhan itu penuh dengan kasih, dan bahwa Ia
memperdamaikan manusia dengan diri-Nya sendiri tatkala Anak-Nya mati di kayu salib.
Dunia kita yang bebal telah diselamatkan, tetapi ia tidak mengenal kebenaran yang agung
ini.

Stefanus datang ke sinagoge dari orang-orang Yahudi Helenistik, orang-orang Yahudi yang
ada di perantauan, yang membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, yang
merenungkan isi kitab itu dengan pola barat yang mengandalkan logika. Mereka tidak
hanya sekedar mendengar berita Injil, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan orang-
orang Yahudi, tetapi juga mengasah pikiran mereka secara positif berkaitan dengan ide-ide
yang ada, dengan mempertimbangkan juga konsekwensi negatif dari ketidaktaatan dan
ketidakpercayaan. Mereka berargumentasi dengan Stefanus tentang posisinya mengenai
RINGKASAN PEMBACAAN ALKITAB KISAH PARA RASUL 6:8-15 MEGAWATI/KAMIS 30 JAN 2020

kebiasaan-kebiasaan Perjanjian Lama, tetapi orang-orang Yahudi yang terlatih dalam hal
filsafat itu tidak bisa melawan hikmat Roh Kudus yang mengalir dari diri Stefanus.

Ketika merasakan adanya serangan terhadap prinsip-prinsip iman mereka, para profesor
intelektual itu menjadi murka. Mereka mulai menghasut masyarakat, para penatua dan para
Pageahli
| 2 Taurat untuk bertindak melawan pendusta baru itu. Mereka mulai memata-matai
Stefanus dan bersekongkol untuk melawan dia. Akhirnya mereka menetapkan waktu untuk
membawanya ke hadapan mahkamah agama Yahudi, di mana akan hadir panitia
penyidikan, para penatua dan sejumlah orang yang berkepentingan.

Para imam kepala dan pakar hukum, yang sangat senang karena penangkapan itu,
memandang dengan penuh kemarahan kepada wakil dari aliran sesat Yesus yang, karena
nasehat Gamaliel (pasal 5:34-40), tidak dianiaya selama mereka masih tetap setia kepada
hukum Taurat dan adat istiadat nenek moyang. Anggota Gereja Mula-Mula di Yerusalem,
sampai saat itu, adalah orang-orang Yahudi dan sekaligus orang-orang Kristen pada saat
yang sama.

Namun sejak kejadian-kejadian ini, para pemimpin agama merasakan adanya sesuatu yang
baru – sebuah revolusi rohani sedang terjadi dan pemisahan diri dari adat istiadat Yahudi
dilakukan oleh kaum Helenis yang percaya kepada Kristus. Kita melihat sebelumnya bahwa
Imam Besar tidak menjatuhkan hukuman mati kepada kedua belas rasul, karena mereka
mentaati hukum Taurat dengan ketat dan menghargai Bait Allah dengan doa-doa mereka
yang teratur. Tetapi kini tuduhan yang dilontarkan terhadap Stefanus berbeda dengan
tuduhan terhadap para rasul itu. Stefanus dituduh melakukan pelanggaran terhadap Bait
Allah hukum Taurat. Jika kita membaca teks dengan seksama kita bisa melihat ada enam
tuduhan yang diajukan oleh para saksi palsu kepada mahkamah agama itu. Kesaksian
orang-orang tersebut jelas didasarkan kepada kesalahpahaman mereka terhadap khotbah
Stefanus.

Stefanus mengatakan di sinagoge bahwa Yesus sudah menghapuskan segala dosa


manusia di kayu salib. Kaum Helenis menyanggahnya dan mengatakan, “Kalau begitu
berarti tidak perlu ada lagi Bait Allah dan semua korban harian itu, dan kamu harus
menyangkal semua ritual bangsamu yang sudah ada sejak dulu berkenaan dengan Bait
Alah dan pendamaian.”

Stefanus juga mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa keselamatan hanya


bergantung kepada iman di dalam Yesus saja. Para ahli kemudian menyerangnya dan
mengkritiknya, dengan mengatakan, “ Kalau begitu, kamu tidak percaya bahwa hukum
Taurat itu hukum Allah, yang melaluinya manusia dibenarkan dengan mentaati seluruh
perintah yang ada dan dengan menjalani kehidupan yang benar.” Namun Stefanus dengan
jelas mengatakan bahwa hukum Taurat itu baik dan suci, tetapi hati manusia itu jahat dan
tidak bisa mentaati hukum itu dengan sempurna. Jadi hukum Allah menghukum dan
membinasakan kita, serta tidak pernah menyelamatkan kita.

Mendengar itu orang-orang Yahudi menjadi murka dan bertanya kepadanya, “Tidakkah
Musa memberikan kepada kita perjanjian yang baik dengan Allah? Tidakkah Musa menjadi
pengantara antara Yang Mahakudus dengan kita?” Stefanus menjawab bahwa Kristus
adalah satu-satunya Manusia yang bangkit dari kematian, dan bahwa Ia hidup bersama
RINGKASAN PEMBACAAN ALKITAB KISAH PARA RASUL 6:8-15 MEGAWATI/KAMIS 30 JAN 2020

Allah dan menjadi syafaat bagi kita. Kristus saja, dan bukan Musa, yang memperdamaikan
kita dengan sang Pencipta.

Orang-orang Yahudi mengajukan pertanyaan kepada Stefanus, dalam usaha untuk


menjebak dia, “Apakah engkau mengatakan bahwa Yesus yang terhina dan disalibkan itu
Pageadalah
|3 Tuhan, yang duduk di sebelah kanan Allah, dan bahwa Ia adalah Mesias sendiri
sesuai dengan nubuat Daud (di Mazmur 110)? Stefanus sepenuhnya setuju mengenai
keilahian Yesus, dan karena itu mereka menuduhnya melakukan penghujatan.

Orang-orang Farisi menuntut agar para pengajar hukum Yahudi itu dengan ketat mentaati
peraturan dan perintah, untuk bisa memperkenankan Allah. Tetapi Stefanus menegaskan
kepada mereka bahwa hakekat dari hukum Taurat tidak lain dari kasih Ilahi, dan bahwa
kasih yang ajaib itu yang akan membebaskan kita dari semua keterbatasan, dan
memampukan kita untuk melayani Allah dengan merdeka.

Orang-orang Yahudi semakin mengeraskan hati dan menolak suara Roh Kudus. Akhirnya
Stefanus mengatakan kepada mereka bahwa Kristus akan segera datang kembali, tetapi
bahwa sebelum kedatangan-Nya murka Allah akan menimpa Yerusalem dan
menghancurkan Bait Allah kalau umat Perjanjian Lama tidak mau bertobat dan berbalik
dengan penyesalan kepada Juruselamat dunia.

Ketika para saksi dusta itu menyampaikan tuduhan kepada Stefanus, para pemimpin
bangsa itu memandang tajam ke arahnya. Mereka melihat dengan sangat terkejut dan
marah karena pribadi uang unik ini, yang berdiri di antara mereka, dipenuhi dengan Roh
Kudus, dan pancaran surgawi memancar dari wajahnya.

Anda mungkin juga menyukai