Anda di halaman 1dari 152

BAB I

PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan ini membahas hal-hal sebagai berikut: Latar

Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, dan Kepentingan Penelitian.

Latar Belakang Masalah

Konsep mengenai cara Allah berkomunikasi memberikan sebuah dunia

yang berbeda dari dunia di mana manusia modern sedang bergumul. Ini berarti

bahwa manusia tidak perlu lagi menghancurkan, juga tidak perlu tenggelam di

dalam sikap apatis; ada alasan untuk hidup, membangun, dan mengasihi. 512

Manusia tidak lagi terombang-ambing. Kita dapat menunjukkan betapa

berbedanya kedua dunia tersebut dengan memikirkan makna kasih.

Manusia modern dengan cukup tepat memandang konsep kasih sebagai

konsep yang sangat penting ketika ia mengamati personalitas.513 Akan tetapi, ia

menghadapi sebuah persoalan yang sangat nyata mengenai makna kasih.

Walaupun manusia modern mencoba menggantungkan segala sesuatu pada kata

kasih, namun kasih dapat dengan mudah merosot menjadi sesuatu yang jauh lebih

kecil karena

512
Schaeffer, Allah Yang Ada di Sana. The GOd Who Is There (Jakarta: Momentum, 2012),
137
513
Ibid.

1
2

manusia tidak benar-benar memahaminya. Ia tidak memiliki universal yang

memadai bagi kasih.514

Mengasihi Allah adalah salah satu aspek terpenting di dalam kehidupan

beragama secara umum dan khususnya dalam pertumbuhan rohani seseorang.

Semua agama mengajarkan bahwa mengasihi Tuhan merupakan kewajiban

pemeluk agama.515 Oleh sebab itu banyak cara yang dilakukan oleh orang

percaya untuk memerlihatkan wujud kasih tersebut kepada Allah. Ada anggapan

yang mengajarkan bahwa cukup dengan perbuatan baik. Karena itu ekspresi

mengasihi Allah sudah dapat terwakilkan. Persoalan yang muncul dari tindakan

semacam itu adalah orang-orang berlomba untuk melakukan perbuatan baik di

dunia demi memerlihatkan rasa kasihnya kepada Tuhan, Allahnya.516 Penekanan

pada perbuatan baik telah menjadikan tindakan tersebut jauh lebih penting

daripada menjalankan ibadah atau membangun kehidupan rohani yang lebih baik.

Konsepnya adalah tidak perlu harus taat beribadah, juga tidak perlu terlihat terlalu

rohani di dalam dunia ini. Asalkan tetap berbuat baik maka sikap seperti itu

dianggap telah mencerminkan ekspresi mengasihi Allah. Konsekuensinya adalah

orang bisa saja melakukan perbuatan baik dengan tetap berdosa karena

beranggapan telah mengasihi Allah melalui perbuatannya menolong dan

mengasihi sesama. Bahkan orang termotivasi melakukan perbuatan baik di depan

umum demi terlihat memiliki kehidupan rohani yang mengasihi Allah.517 Selain

itu wujud mengasihi Allah juga sering diperlihatkan melalui cara menjalankan

514
Ibid, 138
515
Packer, Knowing God. Tuntunan Prakits Untuk Mengengal Allah (Yogyakarta: Andi
Offset, 2008), 150
516
Ibid.
517
Ibid, 151
3

ibadah yang sangat ketat. Pendapat ini saya dapatkan dari hasil wawancara kepada

beberapa mahasiswa.518

Dengan pandangan di atas orang berangapan bahwa melalui ibadah

yang dilakukan secara khusyuk, penuh dengan aturan tata cara, taat kepada aturan-

aturan agama, telah memerlihatkan di depan orang lain betapa rohaninya

seseorang, telah menjalankan ibadahnya dengan baik dan ketat sebagai ekspresi

telah mengasihi Allah. Bahkan menganggap bahwa mengasihi Allah dengan

segenap hati telah dilakukan dengan sebaik mungkin bila telah menjalankan

ibadah dengan baik dan mampu menjalankan hubungan pribadi melalui doa

dengan sungguh-sungguh. Ketika mengungkapkan mengasihi Allah dengan

segenap jiwa tercermin dari kehidupan mereka yang tidak emosional bahkan

menunjukkan sikap yang baik dan menghindri adanya perbedaan karakter di

antara mereka. Dengan segenap akal budi tampak melalui kesungguhan mereka di

dalam mengikuti pelajaran dan renungan-renungan firman Tuhan tetapi mereka

tidak melaksanakan dengan baik. Dengan segenap kekuatan mahasiswa

berorientasi kepada fisik yang kuat namun sesungguhnya kehidupan mereka


519
sangat lemah bahkan sering mengalami kendala di dalam penyakit. Akibat

lebih lanjut adalah orang-orang berfokus mementingkan kegiatan ibadah daripada

membangun kehidupan rohani yang sesungguhnya dan orang percaya terjebak

kepada hal-hal yang bersifat agamawi. Itulah sebabnya Yesus melontarkan kritik

yang cukup tajam kepada kaum Farisi sewaktu mengajar mengenai bagaimana

518
Hasil Wawancara dengan mahasiswa Semester 1,3,5 tahun 2017
519
Hasil Wawancara dengan Ibu Dorce Sondopen (dosen STT Bethany), 22 Februari
2018 (diperbaharui).
4

seharusnya menjalankan kewajiban agama yang sejati. Yesus mengatakan di

dalam Matius, “ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di

hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh

upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah,

janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik

di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku

berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya” (Mat. 6:1-

2). Berdasarkan ayat tersebut Yesus jelas tidak setuju dengan perilaku agamawi

yang dilakukan bukan dengan motivasi yang benar, tetapi semata-mata untuk

mengejar penghormatan di depan manusia.

Menurut Louis Berkhof, Ketika kebaikan Allah diterapkan pada

makhluk-Nya yang memiliki rasio, maka kebaikan Allah itu mengasumsikan satu

karakter kasih yang lebih tinggi, dan kasih ini dapat dibedakan lagi menurut objek

kasih itu.520 Ia mengasihi makhluknya yang mempunyai rasio demi diri-Nya

sendiri, atau untuk menyatakan dengan cara lain, Ia mengasihi dalam mereka Diri-

Nya, kebaikan-Nya, karya-Nya, dan anugerah-Nya. Allah bahkan tidak menarik

sama sekali kasih-Nya atas orang berdosa dalam keadaan mereka yang berdosa

sekarang ini.521 Pada saat yang sama juga Ia mengasihi orang percaya dengan

kasih yang khusus, sebab Ia telah mengasihi menjadikan mereka anak-anakNya di

dalam Kristus. Kepada merekalah Ia mengkomunikasikan diri-Nya dalam arti

yang paling kaya dan penuh, dengan segala kepenuhan anugerah dan kemurahan-

Nya (Yoh 16:27; Roma 5:8; 1 Yoh 3:1).522


520
Berkhof, Teologi Sisematika: Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum, 2005), 118
521
Ibid.
522
Ibid., 119.
5

Kasih Allah adalah perhatian yang tak mementingkan diri sendiri. Ia

menaruh perhatian pada kita dan kepentingan kita. Kasih Allah adalah agape

bukan eros. Dalam Yohanes pasal 15 Yesus menggambarkan sebuah kontras

dalam hubungan hamba-hamba (majikan-karyawan) dengan hubungan sahabat.

Hubungan antara sahabatlah yang harus merupakan ciri hubungan orang percaya

dengan sang Juruselamat.523

Karena Allah adalah kasih, uraian tentang kasih dalam 1 Korintus 13

juga merupakan uraian tentang diri Allah. Kasih itu sabar dan murah hati, tidak

cemburu atau memegahkan diri, tidak sombong atau kasar; kasih itu tidak mencari

keuntungan diri sendiri, tidak pemarah atau menyimpan kesalahan orang; kasih

tidak bersukacita karena tidakadilan, tetapi karena kebenaran. Kasih menutupi

segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar

menanggung segala sesuatu.524

Dengan terlihat aktif melayani, dengan terlihat banyak membantu

pekerjaan Tuhan dalam hal tenaga dan uang, dengan terlihat sungguh-sungguh

beribadah, seseorang bisa mengklaim dirinya telah mengasihi Allah. Bahkan

orang lainpun bisa menganggap bahwa seseorang sungguh mengasihi Tuhan

karena telah memberikan hidupnya untuk melayani-Nya. Kenyataan tersebut

memunculkan anggapan umum bahwa mengasihi Allah dengan segenap hati

dapat diwujudkan dengan sebuah tindakan berbuat baik kepada orang lain,

melayani Allah atau melaksanakan ibadah agama.

523
Erickson, Teologi Kristen, vol. 1, (Malang: Gandum Mas, 1999), 380.
524
Ibid., 381.
6

Muncul satu perkembangan menarik. Seiring dengan berkembangnya

teologi kemakmuran, di dalam dekade terakhir, terlihat suatu sikap demonstratif

di kalangan gereja-gereja beraliran karismatik, di mana tindakan mengasihi Allah

dikaitkan secara langsung dengan tindakan memberi kepada-Nya.525 Terjadi

penambahan di mana makna mengasihi Allah bukan hanya berkaitan soal

perbuatan baik atau sikap beribadah, melainkan juga dalam hal memberi kepada

Allah, tanpa mengesampingkan bahwa memang terdapat orang-orang dengan

sikap hati yang benar di dalam pemberian kepada Allah. Dalam konsep itu, jemaat

diminta untuk memersembahkan korban terbaik kepada Allah, berupa uang dan

harta, sebagai benih pekerjaan Tuhan dengan satu keyakinan bahwa benih tersebut

akan kembali dituai tigapuluh, enampuluh, seratus bahkan berlipat kali ganda.

Maka yang terjadi adalah orang-orang berlomba-lomba menabur dalam jumlah

yang sangat besar berupa uang kolekte atau persembahan spontan, demi

mendapatkan hasil yang berlipat ganda pula. Orang yang memberi persembahan

terbesar atau terbanyak dianggap lebih mengasihi Allah dibanding orang lain yang

memberi sedikit. Demikian juga dalam hal perpuluhan. Seseorang yang dengan

taat mengembalikan perpuluhan dianggap mengasihi Allah sebab dirinya taat

kepada apa yang ditetapkan Allah.526

Berdasarkan beberapa kenyataan tersebut di atas, tanpa disadari,

perilaku mengasihi Allah telah mengalami pergeseran dari sesuatu yang

seharusnya ditampilkan di hadapan Allah menjadi perilaku atau tindakan yang

terlihat di depan manusia. Sesungguhnya, mengasihi Allah bukanlah sesuatu yang

525
Herlianto, Teologi Kemakmuran (Bandung: Yabina, 2006), 123
526
Ibid, 124
7

berhubungan dengan perilaku agamawi ataupun perbuatan manusia kepada

sesamanya. Mengasihi Allah adalah sebuah perintah dan ketentuan yang tidak

berlandaskan pada tata cara agama atau perilaku baik manusia. Sikap ekspresif di

dalam ibadah, perilaku baik terhadap sesama dan tindakan memberi untuk

pekerjaan Tuhan, bukanlah alat dari mengasihi Allah melainkan hasil dari ekspresi

mengasihi Allah.

Di dalam Perjanjaian Lama, ketentuan mengasihi Allah adalah perintah

Allah kepada bangsa Israel. Pada waktu itu, bangsa Israel dibawa keluar dari

Mesir dan selama perjalanan mereka di padang gurun, Allah memberikan

sejumlah ketentuan yang mengatur perilaku mereka di dalam berhubungan dengan

Allah yang telah membebaskan mereka dari penindasan. Ketentuan tersebut tentu

saja memiliki hubungan langsung dengan apa yang telah Allah lakukan pada

mereka.

Sebelum keluar dari Mesir, bangsa Israel telah lama menjadi budak

untuk membangun kota-kota bagi Firaun. Mereka secara fisik tertindas dan

kehilangan kemerdekaan. Kebutuhan fisik mereka tersedia secara terbatas. Secara

rohani bangsa yang terpilih ini tidak lagi mampu membangun hubungan dengan

Allah nenek moyang mereka. Maka dalam sebuah kesempatan pascakeluar dari

Mesir, untuk membangun kembali sebuah hubungan yang baru dengan Allah yang

menjadi pembebas itu, bangsa Israel menerima sebuah standar baku tentang

hukum-Nya, aturan-Nya, yang mengatur bagaimana seharusnya perilaku sebuah

bangsa terpilih dan nilai-nilai apa yang harus ada di dalam diri mereka. 527 Salah

527
Chuck Missler, Learn The Bible in 24 Hours (Jakarta: Visi Media, 2006), 82.
8

satu aspek terpenting di dalam standar baku itu adalah mengasihi Allah dan hal

itu dihubungkan dengan hati, jiwa, dan kekuatan.

Di dalam Imamat dikatakan secara tegas perintah Allah kepada bangsa

Israel: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan

segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap

kekuatanmu” (Imamat 6:5).528 Jadi tindakan mengasihi Allah adalah perintah

yang langsung datang dari Allah dan tidak ada pilihan bagi siapapun kecuali

melaksanakannya. Dari ayat itu juga terlihat bahwa tindakan mengasihi Allah

diukur bukan dengan tata cara ibadah atau perbuatan baik ataupun pemberian,

melainkan sebagai sebuah proses yang mengarah ke dalam yang melibatkan

segenap hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan dari orang-orang percaya.

Maksudnya ibadah, perbuatan baik ataupun pemberian dapat saja dilakukan tanpa

mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatannya. Namun sebaliknya,

jika seseorang percaya mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan

kekuatannya, maka dengan sendirinya ibadah, perilakunya ataupun pemberiannya

berlangsung sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah.

528
Ayat ini terkenal sebagai bagian dari confession of faith bangsa Israel. Dikenal sebagai
Shema Israel (Shema adalah bahasa Ibrani dari kata “dengarlah”). Shema adalah sebuah doa utama
bangsa Israel, dan menjadi doa yang pertama kali diajarkan bagi seorang anak Israel yang mulai
belajar. Shema merupakan nafas dari seorang Israel sejati sebagai pengakuan ketaatan terhadap
Allah yang esa dan kecintaan yang luar biasa kepada-Nya, bahkan dibela sampai mati. Boleh ada
allah yang lain tetapi bagi Israel hanya ada satu Allah dan Allah itu esa. Seorang Israel, ketika
mengucapkan shema, maka hal itu merupakan pengakuan iman (confession of faith) yang bukan
semata ucapan yang keluar dari mulut tetapi mengandung konsekuensi untuk menaati Allah dan
taat melakukan segala perintah-Nya sepanjang hidup. Sebagai sebuah pengakuan iman, shema
merupakan janji pribadi yang tetap setia kepada satu Allah. Orang Yahudi setidaknya membaca
doa ini dua kali sehari saat pagi hari menjelang fajar dan sesaat sebelum beranjak tidur. Demikian
juga saat menjelang kematian, seorang Yahudi memanjatkan doa shema Israel. Bagi seorang
Yahudi Orthodoks, mereka membaca setiap kalimat shema dengan hati-hati di dalam rumah
ibadah dan menutup mata dengan tangan kanan melambangkan penghayatan dan ketakutan akan
Tuhan yang adalah Allah itu. Terdapat tiga bagian doa yang sangat terpenting, yaitu Shema
(Ulangan 6:4-9), yang disebutkan sebagai pengakuan; Vehayah (Ulangan 11:13-21) , yang
terdapat di dalam mezuzah; dan Vahyomere (Bilangan 15:37-41), yang digunakan di tallit.
9

Dalam pandangan Yesus, konsep mengasihi Allah sangat penting dan

berada di atas segala-galanya. Bagi-Nya, mengasihi Allah bukanlah merupakan

kewajiban agamawi yang diperlihatkan melalui perbuatan baik ataupun sikap

menjalankan ibadah yang disiplin atau radikal. Mengasihi Allah juga bukan

merupakan anjuran, tetapi merupakan sebuah ketentuan yang tidak bisa tidak

harus dilaksanakan. Juga bukanlah sebuah ibadah yang dibuat-buat seperti orang

Farisi lakukan. Dalam salah satu nasihat-Nya, Yesus pernah berkata, “Dan apabila

kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan

doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan

jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya

mereka sudah mendapat upahnya.” (Matius 6:5).

Yesus tidak pernah setuju dengan semua perilaku agamawi orang-

orang Farisi dan ahli Taurat. Semua perilaku tersebut, jika lahir dari keinginan

untuk terlihat di depan orang lain, bukanlah ibadah yang sejati yang muncul

akibat mengasihi Allah. Itulah sebabnya di dalam berbagai kesempatan, Yesus

berusaha mengubah paradigma para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang

mengaku paham akan kitab Taurat (termasuk di dalamnya kitab imamat yang

memuat perintah untuk mengasihi Allah), bahwa kasih akan Allah tidak bisa

diukur dari perilaku agamawi seperti yang mereka terapkan selama ini. Yesus mau

memberitahukan bahwa di balik semua ketaatan terhadap hukum Taurat ada

hukum lain yang lebih penting di mana, bahkan kata Yesus, “bergantung seluruh

hukum Taurat dan kitab para Nabi” (Matius 22:40). Mengasihi Allah di dalam

paradigma Yesus tidaklah diukur di dalam standar manusia (seperti orang-orang


10

Farisi yakini), melainkan diukur dalam standar Allah. Menurut Yesus, hukum

yang terutama itu terbagi dua. Satu yang dilandaskan kepada Allah dan satu yang

dilandaskan kepada manusia. Keduanya penting, sejajar dan serentak dilakukan.

Tanpa salah satunya, hukum itu timpang maknanya.

Dalam memberi penjelasan kepada orang-orang Farisi, Yesus

mengingatkan standar Allah tentang bagaimana cara mengasihi Allah. Yesus

mengutip apa yang paling mereka ketahui selama ini, yakni ketentuan di dalam

Imamat 6:5. Yesus mengatakan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap

hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan

dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:30). Kemudian Dia melanjutkan,

hukum yang kedua, yang sama dengan yang pertama, ialah “Kasihilah sesamamu

manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 12:31). Tidak ada hukum lain yang

lebih utama dari pada kedua hukum ini (Markus 12:31). Penegasan Yesus

tersebut sekaligus merupakan teguran keras bagi orang-orang Farisi yang

menganggap bahwa hukum Taurat jauh lebih penting dan terutama, seperti yang

selama itu mereka yakini dan ajarkan kepada masyarakat Israel. Bagi Yesus,

melaksanakan hukum Taurat tidak akan berarti apa-apa dan tidak membawa

perubahan jika orang yang melakukan itu tidak mengasihi Allah yang

memberikan hukum itu dan di saat yang sama tidak memerlihatkan hal itu di

dalam kualitas hubungannya dengan sesama manusia dalam bentuk kasih.

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Yesus tersebut di atas,

peneliti sependapat bahwa sebetulnya yang menjadi standar mengasihi Allah

bukanlah seperti apa yang orang pikirkan selama ini, termasuk di dalamnya apa
11

yang pernah dilakukan oleh orang Farisi, melainkan apa yang dikemukakan oleh

Yesus sendiri, berdasarkan empat faktor penting yakni, (1) dengan segenap hati;

(2) dengan segenap jiwa; (3) dengan segenap akal budi; dan (4) dengan segenap

kekuatan. Keempat faktor tersebut harus dilakukan secara serentak di dalam

kualitas dan kuantitas yang sama. Tentu saja muncul masalah karena setiap orang

memiliki kapasitas dan implementasi yang berbeda-beda mengenai bagaimana

mengasihi Allah dengan segenap hati, atau bagaimana mengasihi Allah dengan

segenap jiwa, atau dengan segenap akal budi, atau bagaimana mengasihi Allah

dengan segenap kekuatan, atau bagaimana mengasihi Allah dengan keempatnya

sekaligus. Mengasihi Allah yang dimaksud Yesus adalah mengasihi dengan

totalitas hidup, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan

segenap kekuatan. Kata “Kasihilah Tuhan Allahmu”, berarti menuruti segala

perintah-Nya dengan tekad yang bulat, bahwa kasih juga berarti menaruh

perhatiannya penuh kepada kepentingan-kepentingan Tuhan, dengan

mengutamakan apa yang Tuhan kehendaki. Hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan

merangkum seluruh diri manusia, karena hidup manusia yang berlandaskan kasih

ditopang oleh hati, jiwa, akal budi dan juga kekuatan dirinya dalam hidup itu. Itu

artinya mencintai Tuhan tidak boleh setengah-setengah.

“Dengan segenap hati” berarti : menyerahkan segala proses pemikiran

manusia, perasaan serta keputusan hanya kepada Tuhan untuk dituntun dan

dimanfaatkan demi tercapainya kehendak Tuhan.


12

“Dengan segenap jiwamu” berarti : menundukkan serta mengabdikan

segala perkara nafsu keinginan kepada kehendak Tuhan sehingga segenap potensi

serta perasaan yang ada di dalam diri manusia menjadi sarana kehendak Tuhan.

“Dengan segenap akal budimu” berarti : akal budi yang juga adalah

pemberian Tuhan harus kita gunakan untuk memikirkan segala sesuatu yang

berkenan kepada Tuhan, bukan berfikir untuk mencari keuntungan diri sendiri.

“Dengan segenap kekuatanmu” berarti : bertindak sekuat tenaga untuk

menegakkan hal-hal yang dituntut oleh firman Tuhan serta membatasi hal-hal

yang dilarang olehNya.

Mengasihi Allah adalah sebuah tuntutan Allah yang harus terlihat di

dalam diri setiap orang percaya secara umum dan secara khusus di dalam diri para

mahasiswa STT Bethany sebagai pelayan Tuhan. Sebagai seorang pelayan

Tuhan, apapun yang dilakukan dalam rangka pelayanan di dalam gereja, haruslah

merefleksikan kecintaan terhadap Tuhan dan bukan karena tuntutan pelayanan.

Bukan berarti yang orang Farisi lakukan, bahwa mereka melayani karena

peraturan. Demikian halnya pada mahasiswa STT Bethany Surabaya yang

berjumlah 150 orang. Di dalam pendidikan kepada para mahasiswa ditekankan

untuk melayani Tuhan bukan melayani manusia. Untuk itu pelayanan apapun,

haruslah merefleksikan kasih kepada Allah.

Sehubungan dengan penjelasan Yesus mengenai kasih kepada Allah di

atas, peneliti mengamati bahwa di kalangan para mahasiswa STT Bethany

Surabaya masih ada pandangan atau implementasi yang berbeda dalam hal itu.

Ada mahasiswa yang menganggap bahwa dirinya sudah benar-benar mengasihi


13

Allah, tetapi perilakunya tidak mencerminkannya. Demikian juga, ada mahasiswa

yang menganggap bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah cerminan

kasih kepada Allah, sementara yang lain beranggapan bahwa kasih kepada Allah

yang ada di dalam dirinya jauh lebih baik daripada yang ada di dalam diri sesama

mahasiswa yang ada. Terlihat juga bahwa keempat aspek mengasihi Allah, yang

Yesus tuntut dan kehendaki adalah sejajar dan serentak, tetapi dipahami secara

terpisah oleh para pelayan/mahasiswa. Mereka menganggap bahwa mengasihi

Allah dengan segenap hati adalah jauh lebih penting dari tiga aspek lainnya.

Adapula yang beranggapan bahwa mengasihi Allah cukup dengan

memerlihatkannya dengan berbuat baik kepada sesama atau melalui respon aktif

di dalam ibadah-ibadah gereja/pertemuan-pertemuan. Bahkan ada

pelayan/mahasiswa yang menganggap bahwa segala apa yang diperbuatnya di

dalam mendukung pelayanan di institusi secara maksimal, baik dengan tenaga,

waktu ataupun uang, telah merefleksikan kasih kepada Allah sesuai dengan yang

Yesus maksudkan di dalam Markus 12:30 tersebut. *

Mahasiswa STT Bethany berasal dari berbagai latar belakang yang

berbeda-beda. Mereka berasal dari tempat yang berbeda, latar belakang

pendidikan yang berbeda, keluarga yang berbeda, umur yang berbeda, asal gereja

yang berbeda.529 Besar kemungkinan latar belakang itu juga mewarnai

implementasi dan praktik mengasihi Allah sehari-hari yang dimaksud dalam

Markus 12: 30.

529
Sumber dari dokumen wawancara dan dokumen pendaftaran seleksi masuk STT
Bethany.
14

Berdasarkan uraian tersebut di atas dan temuan di lapangan, peneliti

menyimpulkan bahwa implementasi dan praktik mengasihi Allah di kalangan para

mahasiswa STT Bethany adalah berbeda-beda, baik dari sisi kualitas maupun

kuantitas jika dibandingkan dengan maksud Yesus di dalam Markus 12:30.

Aspek-aspek mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan

dilakukan terpisah satu dengan lainnya. Kenyataan inilah yang kemudian

melatarbelakangi peneliti untuk melihat dan mendalami bagaimanakah sebetulnya

kecenderungan para mahasiswa STT Bethany Surabaya di dalam mengasihi Allah

seperti tertulis dalam Markus 12:30. Penelitian ini juga berusaha mengungkap hal-

hal dominan apa saja yang membentuk perilaku para mahasiswa STT Bethany

Surabaya di dalam mengasihi Allah menurut Markus 12:30 tersebut.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat didaftarkan

sejumlah diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Ada fenomena negatif di kalangan para mahasiswa STT Bethany Surabaya

bahwa masih ada pandangan atau implementasi yang berbeda dalam hal

mengasihi Allah dalam Markus 12: 30. Ada mahasiswa yang menganggap

bahwa dirinya sudah benar-benar mengasihi Allah, tetapi perilakunya tidak

mencerminkannya. Demikian juga, ada mahasiswa yang menganggap bahwa

apa yang telah dilakukannya adalah sebuah cerminan kasih kepada Allah,

sementara yang lain beranggapan bahwa kasih kepada Allah yang ada di

dalam dirinya jauh lebih baik daripada yang ada di dalam diri sesama
15

mahasiswa yang ada. Terlihat juga bahwa keempat aspek mengasihi Allah,

yang Yesus tuntut dan kehendaki adalah sejajar dan serentak, tetapi dipahami

secara terpisah oleh para pelayan/mahasiswa. Mereka menganggap bahwa

mengasihi Allah dengan segenap hati adalah jauh lebih penting dari tiga aspek

lainnya. Adapula yang beranggapan bahwa mengasihi Allah cukup dengan

memerlihatkannya dengan berbuat baik kepada sesama atau melalui respon

aktif di dalam ibadah-ibadah gereja/pertemuan-pertemuan. Bahkan ada

pelayan/mahasiswa yang menganggap bahwa segala apa yang diperbuatnya di

dalam mendukung pelayanan di institusi secara maksimal, baik dengan tenaga,

waktu ataupun uang, telah merefleksikan kasih kepada Allah sesuai dengan

yang Yesus maksudkan di dalam Markus 12:30 tersebut Berdasarkan uraian di

atas muncul pertanyaan sebagai berikut: Bagaimanakah kecenderungan tingkat

implementasi para mahasiswa STT Bethany tentang kasih Allah dalam

Markus 12: 30?

2. Selain ada implementasi yang berbeda secara keseluruhan tentang mengasihi

Allah dalam Markus 12: 30, didapati pula implementasi tentang adanya

praktik mengasihi Allah tersebut. Ada implementasi bahwa mengasihi Allah

cukup menekankan satu aspek yang dianggap lebih penting dari aspek-aspek

lainnya. Sebagai contoh ada mahasiswa yang menganggap bahwa mengasihi

Allah dengan segenap hati adalah jauh lebih penting dari tiga aspek lainnya.

Adapula yang beranggapan bahwa mengasihi Allah cukup dengan

memerlihatkannya dengan berbuat baik kepada sesama atau melalui respon

aktif di dalam ibadah-ibadah gereja/pertemuan-pertemuan. Bahkan ada


16

pelayan/mahasiswa yang menganggap bahwa segala apa yang diperbuatnya di

dalam mendukung pelayanan di institusi secara maksimal, baik dengan tenaga,

waktu ataupun uang, telah merefleksikan kasih kepada Allah sesuai dengan

yang Yesus maksudkan di dalam Markus 12:30. Berdasarkan uraian di atas

muncul pertanyaan sebagai berikut: Dari empat aspek mengasihi Allah dalam

Markus 12: 30 itu aspek manakah yang dominan membentuk implementasi

mengasihi Allah dalam hidup para mahasiswa STT Bethany Surabaya?

3. Didapati kenyataan bahwa Mahasiswa STT Bethany berasal dari berbagai latar

belakang yang berbeda-beda. Mereka berasal dari tempat yang berbeda, latar

belakang pendidikan yang berbeda, keluarga yang berbeda, umur yang

berbeda, asal gereja yang berbeda.530 Besar kemungkinan latar belakang itu

juga mewarnai implementasi dan praktik mengasihi Allah sehari-hari yang

dimaksud dalam Markus 12: 30. Setelah belajar di STT Bethany semestinya

mereka mengasihi Allah secara benar dalam hidup sehari-hari dan pelayanan

seperti yang dimaksud dalam Markus 12:30. Berdasarkan penjelasan tersebut

muncul pertanyaan sebagai berikut: Dari aspek latar belakang mahasiswa STT

Bethany Surabaya, aspek manakah yang dominan membentuk implementasi

mengasihi Allah dalam Markus 12: 30?

Batasan Masalah

530
Sumber dari dokumen wawancara dan dokumen pendaftaran seleksi masuk STT
Bethany.
17

Mengingat bahwa tiga identifikasi di atas semua berkaitan dengan

kehidupan mahasiswa STT Bethany Surabaya, maka dalam rangka membatasi

masalah penelitian, peneliti memilih semuanya untuk diteliti.

1. Ada fenomena negatif di kalangan para mahasiswa STT Bethany Surabaya

bahwa masih ada pandangan atau implementasi yang berbeda dalam hal

mengasihi Allah dalam Markus 12: 30. Ada mahasiswa yang menganggap

bahwa dirinya sudah benar-benar mengasihi Allah, tetapi perilakunya tidak

mencerminkannya. Demikian juga, ada mahasiswa yang menganggap bahwa

apa yang telah dilakukannya adalah sebuah cerminan kasih kepada Allah,

sementara yang lain beranggapan bahwa kasih kepada Allah yang ada di

dalam dirinya jauh lebih baik daripada yang ada di dalam diri sesama

mahasiswa yang ada. Terlihat juga bahwa keempat aspek mengasihi Allah,

yang Yesus tuntut dan kehendaki adalah sejajar dan serentak, tetapi dipahami

secara terpisah oleh para pelayan/mahasiswa. Mereka menganggap bahwa

mengasihi Allah dengan segenap hati adalah jauh lebih penting dari tiga aspek

lainnya. Adapula yang beranggapan bahwa mengasihi Allah cukup dengan

memerlihatkannya dengan berbuat baik kepada sesama atau melalui respon

aktif di dalam ibadah-ibadah gereja/pertemuan-pertemuan. Bahkan ada

pelayan/mahasiswa yang menganggap bahwa segala yang diperbuatnya di

dalam mendukung pelayanan di institusi secara maksimal, baik dengan tenaga,

waktu ataupun uang, telah merefleksikan kasih kepada Allah sesuai dengan

yang Yesus maksudkan di dalam Markus 12:30 tersebut Berdasarkan uraian di

atas muncul pertanyaan sebagai berikut: Bagaimanakah kecenderungan tingkat


18

implementasi para mahasiswa STT Bethany tentang mengasihi Allah dalam

Markus 12: 30?

2. Selain ada implementasi yang berbeda secara keseluruhan tentang mengasihi

Allah dalam Markus 12: 30, didapati pula implementasi tentang adanya

praktik mengasihi Allah tersebut. Ada implementasi bahwa mengasihi Allah

cukup menekankan satu aspek yang dianggap lebih penting dari aspek-aspek

lainnya. Sebagai contoh ada mahasiswa yang menganggap bahwa mengasihi

Allah dengan segenap hati adalah jauh lebih penting dari tiga aspek lainnya.

Adapula yang beranggapan bahwa mengasihi Allah cukup dengan

memerlihatkannya dengan berbuat baik kepada sesama atau melalui respon

aktif di dalam ibadah-ibadah gereja/pertemuan-pertemuan. Bahkan ada

pelayan/mahasiswa yang menganggap bahwa segala apa yang diperbuatnya di

dalam mendukung pelayanan di institusi secara maksimal, baik dengan tenaga,

waktu ataupun uang, telah merefleksikan kasih kepada Allah sesuai dengan

yang Yesus maksudkan di dalam Markus 12:30. Berdasarkan uraian di atas

muncul pertanyaan sebagai berikut: Dari empat aspek mengasihi Allah dalam

Markus 12: 30 itu aspek manakah yang dominan membentuk implementasi

mengasihi Allah dalam hidup para mahasiswa STT Bethany Surabaya?

3. Didapati kenyataan bahwa Mahasiswa STT Bethany berasal dari berbagai latar

belakang yang berbeda-beda. Mereka berasal dari tempat yang berbeda, latar

belakang pendidikan yang berbeda, keluarga yang berbeda, umur yang

berbeda, asal gereja yang berbeda.531 Besar kemungkinan latar belakang itu

531
Sumber dari dokumen wawancara dan dokumen pendaftaran seleksi masuk STT
Bethany.
19

juga mewarnai implementasi dan praktik mengasihi Allah sehari-hari yang

dimaksud dalam Markus 12: 30. Setelah belajar di STT Bethany semestinya

mereka mengasihi Allah secara benar dalam hidup sehari-hari dan pelayanan

seperti yang dimaksud dalam Markus 12:30. Berdasarkan penjelasan tersebut

muncul pertanyaan sebagai berikut: Dari aspek latar belakang mahasiswa STT

Bethany Surabaya, aspek manakah yang dominan membentuk implemengasi

mengasihi Allah dalam Markus 12: 30?

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kecenderungan tingkat implementasi para mahasiswa STT

Bethany tentang mengasihi Allah dalam Markus 12: 30?

2. Dari empat aspek kasih Allah dalam Markus 12: 30 itu aspek manakah yang

dominan membentuk implementasi mengasihi Allah dalam hidup para

mahasiswa STT Bethany Surabaya?

3. Dari aspek latar belakang mahasiswa STT Bethany Surabaya, aspek manakah

yang dominan membentuk implemengasi mengasihi Allah dalam Markus 12:

30?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut:
20

1. Untuk menemukan kecenderungan tingkat implementasi para mahasiswa STT

Bethany tentang mengasihi Allah dalam Markus 12: 30.

2. Untuk memeroleh informasi, dari empat aspek mengasihi Allah dalam Markus

12: 30 itu aspek manakah yang dominan membentuk implementasi mengasihi

Allah dalam hidup para mahasiswa STT Bethany Surabaya?

3. Untuk menemukan aspek latar belakang mahasiswa STT Bethany Surabaya

yang dominan membentuk implementasi mengasihi Allah dalam Markus 12:

30?

Kepentingan Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian dapat dilihat dari sudut kepentingan

teoritis dan sudut kepentingan praktis.

Kepentingan Teoritis

Ada empat kepentingan teoritis dalam penelitian ini, yaitu:

Pertama, hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam dunia

pendidikan teologi mengenai pengajaran tentang mengasihi Allah dalam Markus

12: 30 dalam kehidupan orang-orang percaya.

Kedua, penelitian ini akan memerluas wawasan para hamba Tuhan

tentang Implementasi mengasihi Allah dalam Markus 12:30.

Ketiga, penelitian ini membangun implementasi para hamba Tuhan

tentang Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30.


21

Keempat, penelitian ini menyiapkan bekal bagi para hamba Tuhan

untuk menentukan Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30 secara

benar.

Kepentingan Praktis

Penelitian ini memiliki empat kepentingan praktis, yaitu:

Pertama, hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi para hamba

Tuhan untuk mengajar jemaat tentang Implementasi Mengasihi Allah dalam

Markus 12:30

Kedua, hasil penellitian ini dapat menjadi pedoman untuk menjawab

isu-isu yang muncul di sekitar 5 pokok di atas.

Ketiga, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para hamba

Tuhan guna meningkatkan implementasi Implementasi mengasihi Allah dalam

Markus 12:30.

Keempat, hasil penelitian ini dapat menjadi pegangan bagi gereja lokal

dalam memahami makna Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30.


BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Pokok yang dibahas dalam Bab II adalah: Kajian Teori

mengenai Implementasi Memahami Allah dalam Markus 12:30 di

antara Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany, Rangkuman,

Kerangka berpikir dan Perumusan Hipotesis.

Kajian Teoritis

Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Deus Caritas Est

secara implisit menegaskan bahwa panggilan untuk mengasihi

Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, dan

kekuatan merupakan konsekuensi sekaligus jawaban (balasan)

atas anugerah pengasihan Allah terhadap umat manusia. Sebab

sesungguhnya Allah adalah pribadi yang terlebih dahulu

mengasihi manusia (1 Yoh. 4:10). Allah adalah kasih itu sendiri (1

Yoh. 4:16). Oleh karena Allah yang terlebih dahulu berinisiatif

mengasihi manusia, dan manusia dimampukan untuk mengasihi

Dia. Dengan kata lain, kemampuan manusia untuk mengasihi

Allah dimungkinkan karena manusia lebih dahulu mengalami

pengalaman kasih Allah di dalam hidupnya.532 Seandainya

532
Albertus Sujoko, Identitas Yesus dan Misteri Manusia: Ulasan Tema-tema Teologi
Moral Fundamental (Yogyakarta: Kanisius, 2009) 388.

22
manusia pertama-tama tidak mengalami kasih dan kebaikan

Allah, maka kita tidak memiliki dasar untuk berbicara tentang

kasih manusia kepada Allah. Kasih Allah (kasih vertikal ke

bawah) menjadi fundamen

23
24

bagi kita untuk berbicara tentang kasih manusia kepada Allah

(cinta kasih vertikal ke atas). Inilah keyakinan iman Kristiani bila

berbicara tentang keutamaan kasih. Pengenalan dan sikap

percaya akan kasih  Allah merangkum segala wawasan manusia

tentang hakikat kasih yang selanjutnya berdampak pada relasi

dengan diri dan sesamanya.533

Menurut ajaran Kristiani, kasih sebagai keutamaan

teological merupakan hal yang paling istimewa. Sebab dari

antara keutamaan lainnya yakni iman dan pengharapan, kasih

merupakan yang paling besar. Hal ini dicatat oleh Rasul Paulus

sebagai berikut, “Demikanlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman,

pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya

ialah kasih” (1 Kor. 13:13). Dengan demikian, kasih menjadi

landasan bagi semua keutamaan yang lain. Karena itu, St.

Thomas Aquinas dan Petrus Lombardus menempatkan posisi

keutamaan kasih lebih tinggi dibandingkan keutamaan lainnya

dengan mengatakan, “Cinta kasih adalah bentuk dari semua

keutamaan (est forma virtutum)”534 Itu berarti, kasih melihat

Allah pada diri-Nya sendiri, sedangkan iman dan pengharapan

533
Allah adalah kasih artinya: (1) Kesimpulan dari sudut pandang orang percaya terhadap
seluruh pernyataan yang dipaparkan dalam Firman Allah, bukan merupakan definisi abstrak. (2)
Kebenaran yang utuh sejauh kita menekankan sisi orang Kristen. Kebenaran itu adalah kekudusan
Allah menemukan ekspresinya dalam segala sesuatu yang Ia katakan dan perbuat. Maka pernyatan
Allah adalah kasih berarti kasih menemukan ekspresinya dalam segala sesuatu yang Ia katakan dan
perbuat. J.I. Packer, Tuntutan Praktis untuk Mengenal Allah (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002),
144-149.
534
William Chang, Menggali Butir-Butir Keutamaan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 91.
25

memandang  Allah demi sesuatu yang dari Dia untuk kita.

Konsekuensinya, cinta kasih selalu terarah pada diri  Allah

sendiri. Sementara iman memandang Allah sebagai kebenaran

dan pengharapan mengandalkan Allah sebagai Dia yang setia

dan dapat dipercaya.535  Kemudian, di antara kasih kepada Allah,

sesama dan diri sendiri, hukum yang paling utama dan pertama

adalah kasih kepada Allah ( Mat. 22:38). Nah, sebelum kita

masuk lebih dalam pada refleksi dan ulasan tentang apa artinya

mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, marilah

terlebih dahulu kita menelusuri makna etimologis dan

terminologis kata “kasih atau mengasihi” baik dari pemahaman

populer dan filosofis maupun teologis dan berdasarkan Kitab Suci

(selanjutnya disingkat KS).

Arti Etimologis dan Terminologis Mengasihi

Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan “kasih” sebagai

perasaan sayang, cinta dan suka kepada sesuatu atau

seseorang. Itu berarti, perasaan sayang, cinta dan suka yang

dimiliki oleh subyek ditempatkan dalam hubungannya dengan

sesuatu hal yang menjadi obyeknya.536

535
Ibid., 387.
536
_, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
26

Obyek itu bisa saja berupa barang/benda dan orang.

Dalam hal ini, kasih sebagai sebuah kemampuan (capable,

ability) dan kualitas yang dimiliki oleh manusia dapat dipahami

dan menjadi bermakna bila itu dinyatakan pada sesuatu atau

seseorang. Misalnya, seorang ibu mencintai atau mengasihi

anaknya yang cacat mental (kasih bermakna positif), dan

seorang kaya yang lekat dan cinta dengan harta bendanya (kasih

bermakna negatif). Jadi, terminologi kasih yang diuraikan dalam

Kamus Bahasa Indonesia ini masih bersifat umum, luas dan

netral.

Dalam dunia filsafat, konsep tentang cinta kasih seringkali

menjadi bahan perenungan yang tak habis-habisnya. Sebab cinta

kasih sebagai keutamaan hidup merupakan sesuatu yang hakiki

dalam kehidupan manusia. Setiap filsuf mendefinisikan cinta

kasih berdasarkan konteks kehidupan dan pengalaman yang

dialaminya. Sebut saja Max Scheler dan Dame Jane Iris Murdoch.

Max Scheler seorang filsuf berkebangsaan Jerman, yang

lahir di München pada tahun 1874, dalam bukunya yang berjudul

Hakekat dan Bentuk-Bentuk Simpati (1912) mendefinisikan cinta

kasih sebagai sikap personal atau kelakukan terhadap sebuah

obyek yang sifatnya obyektif sejauh atau dalam arti bila kita

keluar dari segala ketertawanan dalam “kepentingan-

kepentingan, keinginan-keinginan, dan gagasan-gagasan” kita,


27

namun apa yang pada seseorang merupakan persona, tidak

pernah dapat ditangkap sebagai persona. Karenanya, cinta pada

persona merupakan nilai moral tertinggi dan bersifat mutlak.

Pandangan ini sebenarnya berangkat dari usaha intelektualnya

untuk menjelaskan hubungan antara cinta dan persona yakni

cinta sesungguhnya merupakan puncak dari hubungan yang

khas antara persona.537

Di lain pihak, Iris Murdoch seorang filsuf wanita

berkebangsaan Inggris yang lahir di Dublin pada tahun 1919,

mendefinisikan cinta kasih sebagai ketegangan antara jiwa yang

tidak sempurna dan kesempurnaan magnetik yang dipahami

sebagai berada di seberangnya. Adanya cinta mengindikasikan

bahwa manusia sebagai makhluk rohani senantiasa tertarik pada

kualitas tertinggi dan dibuat bagi “Yang Baik,” akan tetapi ia

tidak identik dengan “Yang Baik.” Namun bilamana hal itu

dimurnikan akan mengangkat apa pun ke arah yang baik.538

Arti Teologis menurut Alkitab

537
Menurut Max Scheler, persona bukanlah “obyek” apalagi “benda,” melainkan
substansi individual kesatuan segala sikap yang dialami, yang tidak dikenal dan tidak ditangkap
dalam “pengetahuan,” yang dilaksanakan oleh makhluk itu. Lih. Franz Magnis-Suseno, Etika
Abad Kedua Puluh, 12 Teks Kunci, cet-2 (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 20, 31-32

538
Ibid.,137, 155
28

Secara teologis, cinta kasih merupakan tindakan bebas,

mengatasi diri dan mendatangkan kehidupan, dimana kehidupan

Allah Tritunggal Mahakudus menjadi sumber dan ukurannya.

Sasaran kasih yang paling utama adalah Allah, kemudian tertuju

pada diri sendiri dan sesama (Yoh. 13:34; 1 Kor. 13:1). 539 Term

cinta kasih sendiri dibedakan menjadi tiga tingkatan yakni cinta

eros, philia dan agape

Umumnya orang memahami Eros sebagai kasih yang

berpusat pada diri sendiri, bersifat egoistik, kasih yang

mengingini dan berorientasi pada dunia sehingga disebut kasih

“duniawi.” Maka eros sejajar dengan istilah Amor Concupis

Centiae (cinta nafsu) yang bertujuan untuk mencari pemuasan

diri.540 Istilah eros ini secara etimologis berasal dari bahasa

Yunani, yang merujuk pada kasih antara pria dan perempuan,

yang tak berasal dari pemikiran dan kemauan, melainkan

menimpa manusia. Dengan demikian, eros merupakan

kecenderungan kodrati manusia. Penggunaan istilah eros hanya

dipakai sebanyak dua kali dalam PL, sedangkan PB sama sekali

tidak memakainya. Beberapa term cinta atau kasih dalam

bahasa Ibrani yang seringkali ditemukan dalam teks PL yakni

doad dan ra’ya yang berarti kasih asmara dan obyeknya adalah

539
Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, “Kasih,” dalam Kamus Teologi, terj. I.
Suharyo, cet-9 (Yogya-karta: Kanisius, 2006)
540
O’Collins dan Farrugia, “Eros” dalam Kamus Teologi ; Sujoko, Identitas Yesus
dan Misteri Manusia, hlm. 386.
29

wanita, yang mungkin sejajar dengan istilah Yunani eros. Kadar

penggunaan istilah ini merupakan khas Kidung Agung.

Berikutnya adalah yadad (Mzm. 127:2), khasyaq (Mzm. 91:14),

khavav (Ul. 33:3), agav (Yer. 4:30, para pencinta), dan rakham

(Mzm. 18:1).541 Dari pengertian ini, kita mendapatkan gambaran

yang negatif tentang eros. Menurut Rm. William Chang, paham

ini perlu dikritisi dan dikaji ulang. Bahwa sebenarnya ada pula

“eros surgawi” yang mengandung makna rohani, yaitu sebuah

hasrat dalam diri manusia untuk memburu kebenaran, keindahan

dan kebaikan.542 Terkait dengan itu, sesungguhnya antara eros

(kasih yang menaik) dan agape (kasih yang menurun), tak

pernah dapat dipisahkan satu sama lain. Semakin keduanya

menyatu sewajarnya, maka semakin terwujudlah hakikat kasih

sejati. Para Bapa Gereja telah melihat kaitan tak terpisahkan

antara eros yang mencari Allah dan agape yang meneruskan

penganugerahan diri. Melalui hal ini hendak digarisbawahi bahwa

manusia pun sesungguhnya tidak bisa hidup dalam kasih yang

menurun saja. Ia tak dapat selalu hanya memberi, melainkan

juga harus menerima. Jadi, sekali lagi ditegaskan bahwa eros

berakar dari hakikat manusia untuk bersatu. Dari sudut pandang

penciptaan eros menunjuk manusia yang hidup dalam ikatan


541
F.H. Plamer, “Kasih, Kekasih; dalam PL,” dalam  Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,
jilid 1 (A-L), terj. Soelarso Sopater, cet-11 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011).
542
William Chang, Menggali Butir-Butir Keutamaan, 88.
30

yang unik, eksklusif dan defenitif melalui perkawinan monogam.

Hal ini menjadi pelukisan hubungan Allah dengan umat-Nya dan

sebaliknya. Dalam diri Allah sendiri, eros adalah sekaligus agape

seutuhnya terhadap umat manusia.

Tingkatan kedua, di atas eros adalah philia. Kata philia

atau philieo adalah pilihan lain ganti agapaô yang berarti cinta

antara sahabat atau saudara yang sangat akrab (Yoh. 11:3, 36;

Why. 3:19), dan kecenderungan (kesukaan) untuk melakukan

hal-hal yang menggembirakan (Mat. 6:5). Kata phileo (gemar

akan mencintai) muncul 5 kali dalam Injil Matius dan 14 kali

dalam Injil Yohanes.543 Rasul Yohanes dalam Injilnya memberikan

pemahaman yang mendalam tentang cinta philia untuk

menunjuk pada hubungan antara Yesus dan para murid-Nya.544

Kasih agapé, merupakan tingkatan yang paling tinggi dari

antara kasih yang lain. Secara etimologis, kata agapé atau

agapaô (Yunani) berarti kasih yang paling tinggi dan paling

mulia, yang melihat suatu nilai tak terbatas pada obyek

kasihnya.545 Dalam penggunaan bahasa Yunan klasik, istilah ini


543
Ibid., 86-87
544
O’Collins dan Farrugia, “Eros,” dalam Kamus Teologi ; Plamer, “Kasih,
Kekasih; dalam PB,” dalam  Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.
545
Menurut Hanigan,“Agape” memiliki tiga ciri khas.Pertama, kasih ini bersifat
bebas, berbentuk pemberian, dan dalam bahasa telogis merupakan suatu rahmat. Ini merupakan
gambaran cinta Allah bagi manusia, yang memung-kinkan manusia untuk mencintai Dia dan
sesamanya. Kedua,kasih ini tak dimotivasi oleh fungsi dan keuntungan tertentu dalam obyek cinta.
Ia merupakan cinta yang selalu tertuju kepada yang lain. Ketiga,agape merupakan pengam-punan
dan penebusan. Dengan kata lain, cinta yang rela memaafkan dan memanggil manusia pada
penyesalan yang dalam untuk menjadi manusia baru dengan cara bertobat. Cinta ini sesungguhnya
mengundang manusia untuk hidup suci dan murni. Chang, Menggali Butir-Butir Keutamaan,
hlm. 89-90.
31

kurang bagitu penting.546 Namun, Para Rasul memberikan makna

yang baru dari istilah ini dan menjadikannya sebagai sesuatu

yang hakiki dari agama Kristiani dalam pemahaman kasih. Istilah

ini dalam KS hanya digunakan dalam PB, khususnya Injil

Yohanes, surat-surat Yohanes dan Paulus, untuk menyatakan

Kasih Allah yang memberikan diri dalam Kristus dan

mengundang jawaban dari manusia (1 Yoh. 4:7-12).

Konsekuensinya adalah cinta Allah dalam diri Kristus menjadi

dasar cinta kita kepada Allah dan sesama (mis . Yoh. 15:12-17; 1

Yoh. 4:16; 1 Kor. 13). Di samping itu, kata ini pun sering dipakai

untuk menyebut perjamuan makan bersama yang dilakukan oleh

jemaat perdana saat merayakan Ekaristi.547

Dari perspektif teologi moral, kasih dibedakan menjadi

empat jenis, yaitu:

Pertama, kasih yang terarah kepada sesuatu yang baik dan

menarik, sehingga menimbulkan rasa senang atasnya. Istilah

bahasa Latinnya adalah amor complacentiae. Kasih jenis ini

hanya bertahan sejauh berhadapan dengan obyek yang menarik

dan menimbulkan rasa senang dan puas atasnya. Obyek yang

menarik itu misalnya lukisan yang indah, kecantikan seorang

wanita atau ketampanan seorang pria, pemandangan alam yang

indah, dan sebagainya. Kedua, kasih yang menghendaki


546
Plamer, “Kasih, Kekasih; dalam PB,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.
547
O’Collins dan Farrugia, “Agape,” dalam Kamus Teologi
32

kebaikan, perkembangan dan kesempurnaan pada dirinya.

Semua obyek di luar dirinya digunakan untuk menyenangkan

dirinya sendiri. Orang yang menghidupi cinta kasih jenis ini akan

menikmati kesenangan sebagai hasil pemilikan dan penguasaan.

Artinya, ia merasakan kesenangan bukan hanya sebatas

menikmati sebuah obyek yang baik atau menarik, melainkan

dalam hal memiliki dan memakai obyek tersebut. Dalam bahasa

Latin, cinta kasih jenis ini disebut amor concupiscentiae (cinta

nafsu, sejajar dengan eros dalam arti cinta jasmaniah ). 548 Ketiga,

cinta kasih yang tidak egoistik dan selalu terarah pada kebaikan

dari obyek yang dicintainya. Yang menjadi sasaran utama dari

cinta kasih ini adalah kebaikan, perkembangan dan

kesempurnaan dari yang dicintainya. Sebab ada nilai-nilai

kebaikan yang patut didukung dan dikembangkan dalam diri

obyek yang dicintai tersebut. Cinta ini disebut amor

benevolentiae yang artinya cinta kebaikan hati atau cinta yang

memberi. Contoh: seseorang mencintai seorang miskin dengan

cinta kebaikan hati. Ia memberikan makanan atau uang kepada

orang yang dicintainya tanpa pamrih. Tindakan menolong

sesama tanpa pamrih tersebut hendak menunjukkan bahwa si

pencinta memberikan perhatian yang besar kepada obyek yang

dicintai bukan pada keinginan diri sendiri. Keempat, kasih yang

548
Chang,  Menggali Butir-Butir Keutamaan, hlm. 84
33

terarah pada obyek yang bercorak spiritual (sesuatu yang tidak

tampak) yakni Tuhan sebagai kebaikan tertinggi (Summum

Bonum) yang pantas dicintai. Cinta kasih ini disebut amor

devotionis.549

Mengasihi Allah

Mengasihi Allah bukanlah sebuah kemustahilan. Artinya,

walaupun kita tidak melihat Allah secara kasat mata, bukan

berarti kita tidak dapat mengasihi Allah. Memang benar bahwa

tak seorang pun di dunia ini pernah melihat Allah sebagaimana

Dia ada, namun bukan berarti Dia sama sekali tak tampak bagi

kita dan kehadiran-Nya tak terjangkau dari kita. Alasannya

adalah sebab Allah lebih dahulu mengasihi kita, demikian

penegasan Rasul Yohanes seperti dicacat dalam 1 Yoh. 4:10

berikut ini: “ Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi

Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah

mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”

Kasih itu sudah disingkapkan di tengah-tengah kita, menjadi

kelihatan karena Allah sendiri “mengutus Putra tunggal-Nya ke

dalam dunia, agar kita hidup oleh-Nya” (1 Yoh. 4:9). Yesus

Kristus merupakan penam-pakan Allah yang sejati; di dalam Dia,

Allah telah membuat diri-Nya kelihatan; di dalam Dia, kita dapat

549
Rm. Albertus Sujoko, Identitas Yesus dan Misteri Manusia, hlm. 385-386
34

melihat Bapa (Yoh. 14:9). 550 Itu berarti, kehadiran Yesus di

tengah-tengah manusia mengubah kehadiran Allah yang

impersonal  sebagaimana dialami umat Israel dalam PL menjadi

Allah yang sungguh-sungguh  personal bagi Israel yang baru.

Segala kisah kasih perbuatan dan kesaksian hidup Yesus yang

telah menyejarah yang diberitakan Firman Tuhan, sejak peristiwa

kelahiran sampai di salib, dan dari peristiwa kebangkitan sampai

kenaikan-Nya ke surga, Allah sungguh-sungguh menampakkan

diri secara  personal. Setelah Yesus naik ke surga, kehadiran

Allah yang personal kemudian dialami oleh umat manusia

sebagai yang transpersonal. Babak baru itu dimulai pada saat

pentekosta. Momen di mana Allah sendiri mencurahkan Roh

Kudus kepada para murid. Roh Kudus itulah yang kemudian

menuntun Gereja melalui pelayanan para rasul dan para

penggantinya. Roh yang sama menuntun dan membimbing umat

beriman untuk mengalami kehadiran Allah melalui Sabda-Nya,

dalam sakramen-sakramen khususnya Ekaristi, dalam Liturgi,

doa-doa pribadi, dan dalam persekutuan umat beriman yang

hidup dalam lingkaran kasih.551

Berbicara tentang kasih akan Allah selalu terkait dengan

kasih akan sesama. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat

550
A. Heuken, “Cintakasih,” dalam Ensiklopedi Gereja,  Vol. 1 (A-G) (Jakarta: Cipta
Loka Caraka, 1991) 200.
551
Bagian ini dapat dibadingkan dalam DCE, no. 17 § 1.
35

hubungan yang terpisahkan antara kasih akan Allah dan kasih

akan sesama. Artinya, bila kita mengatakan mengasihi Allah,

tetapi menutup dirinya terhadap sesama bahkan membencinya,

maka kita adalah pendusta. Sebaliknya, kasih akan sesama yang

kelihatan menjadi jalan untuk menjumpai  Allah yang tak

kelihatan. Karena itu, mengasihi Allah merupakan rahmat dan

keutamaan. Itu dihadiahkan kepada orang yang berkenan

kepada Allah.552 Teladan utama yang dijadikan rujukan adalah

Yesus Kristus sendiri.553

Kalau Allah mencintai dengan menciptakan segala

kebaikan di dalam dunia, maka alasan kita mencintai Tuhan

karena kita diciptakan oleh Dia baik adanya; secitra dengan-Nya.

Cintakasih kepada Tuhan dalam konteks ini merupakan kebajikan

termulia.554

Yesus Kristus: Penjelmaan Kasih Allah bagi Manusia

Bukti nyata Allah sungguh mencintai manusia dan bahwa

Allah yang pertama-tama atau terdahulu mengasihi manusia

tampak dalam diri Yesus Kristus. Ia adalah pemenuhan cinta

Allah kepada manusia. Seluruh hidup dan karya-Nya merupakan

penjelmaan (pewahyuan) kasih Allah yang dinyatakan secara

552
A. Heuken, Ensiklopedi Gereja, hlm. 201
553
Chang, Menggali Butir-Butir Keutamaan, hlm. 94
554
A. Heuken, Ensiklopedi Gereja, hlm. 201.
36

ilahi serentak manusiawi.555 Bilamana pada zaman PL, Allah tidak

menyatakan secara langsung cinta-Nya sebagai seorang

manusia, melainkan melalui firman yang disampaikan kepada

para nabi (Allah yang masih bersifat impersonal), 556 maka pada

zaman PB, melalui pribadi Yesus, putera-Nya, Ia menyatakan

kasih-Nya secara langsung kepada manusia (Allah yang sungguh

personal).

Yesus itulah satu-satunya pembawa wahyu dalam arti

yang sesungguhnya: “Tidak seorang pun yang pernah melihat

Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dia

lah yang menyatakan-Nya” (Yoh. 1:18). Ditegaskan lagi dalam

Yoh. 14:9-11, Yesus memproklamasikan diri-Nya,

demikian:“Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat

Bapa..... Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” 557 Dengan

demikian, Yesus adalah satu-satunya penjelmaan atau

pewahyuan kasih Allah kepada manusia. Melalui Dia dan dalam


555
Dalam Diri Yesus, kasih Allah dinyatakan secara ilahi dan manusiawi, hendak
menegaskan pribadi Yesus yakni sungguh Allah dan sungguh manusia. Fakta bahwa Yesus
memiliki kodrat ganda, dan menyatakan kasih ke- Allah-an-Nya melalui kodrat itu, dapat kita
simak dalam catatan Tertulianus sebagai berikut: “Kita melihat dengan jelas keadaan rangkap dua
yang bukan dicampurkan melainkan digabungkan dalam satu Pribadi – Yesus, Allah dan Manusia
... sehingga ciri khas masing-masing kodrat seluruhnya dipertahankan begitu rupa sehingga di satu
pihak Roh (yakni kodrat ilahi Yesus Kristus) melakukan di dalam Yesus segala sesuatu yang
sesuai dengan Roh itu sendiri, misalnya mukjizat, perbuatan berkuasa dan tanda-tanda heran, dan
di lain pihak Daging memperlihatkan afeksi yang cocok dengannya. Daging itu lapar waktu
godaan setan, haus bersama perempuan Samaria, menangisi Lazarus, sedih seperti mau mati
rasanya, dan akhirnya betul-betul wafat.” Niko Syukur Dister,Teologi Sistematika 1, cet-7
(Yogyakarta: Kanisius, 2013),193.
556
Menurut kutipan Ibr. 1:1-2, dalam PL wahyu Allah terjadi terutama melalui para
nabi. Dalam Pewahyuan tersebut Allah menyatakan diri-Nya melalui kehendak-Nya,
kemahakuasaan, serta kemuliaan-Nya, dan keadilan-Nya serta kerahiman-Nya yang disampaikan
kepada para nabi. Ibid., 42.
557
Ibid., 43.
37

Dia, Allah sungguh-sungguh dialami sebagai person yang dapat

dilihat, diraba dan berbicara serta bertindak langsung kepada

manusia. Itu berarti melihat dan mengalami kebaikan Yesus

berarti melihat dan mengalami kebaikan Allah Bapa, Sang

Pencipta. Sebab Yesus ada di dalam Bapa, dan Bapa di dalam

Dia. Misteri inkarnasi, yakni Allah menjadi

manusia hendak menunjukkan kedekatan Allah dengan manusia

serta kasih karunia-Nya yang besar yang selalu mengalir dalam

hidup manusia dan menjadi bagian dari sejarah keselamatan

dunia. Dalam peristiwa ini, sebagaimana, Allah sesungguhnya

mengambil bentuk dramatis dalam hal bahwa Allah dalam Yesus

Kristus sendiri mencari “domba yang hilang,” umat manusia

yang hilang dan menderita, yang banyak dilukiskan dalam

perumpamaan-perumpamaan. Puncak dari kasih Allah yang

mewujud dalam Kristus sesungguhnya tergenapi dalam peristiwa

salib. Di sana Allah menganugerahkan kasih-Nya yang paling

radikal untuk mengangkat dan menyelamatkan manusia. Oleh

karena Yesus yang tersalib inilah, kita akhirnya mengerti bahwa

“Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8). Kasih yang membuka mata hati

manusia untuk dapat melihat kebenaran dan membimbingnya di

jalan kehidupan. Kasih yang mengubah identitas setiap manusia

dari keberadaan yang ambigu (mendua) menjadi keberadaan


38

yang terarah secara jelas kepada Allah, menjadi putra-putri

Allah.558

Berkat kasih itu pula, manusia dipanggil untuk hidup

dengan moral yang baik bercermin dari kemanusiaan Yesus yang

telah mengalami hidup sebagai

fully human and fully alive (sungguh manusiawi dan sungguh

hidup).559

Yesus adalah tokoh sentral yang ditampilkan di dalam

setiap Injil. Masing-masing Injil sinoptik tersebut memiliki

gambaran yang khusus di dalam menggambarkan pribadi Yesus

Kristus yang sesungguhnya. Demikian halnya Injil Markus, kitab

ini memiliki sejumlah aspek Kristologi penting, sebagai potret

dari Yesus Kristus.

Guthrie memberikan penjelasan tentang potret Yesus,

masing-masing sebagai Anak Allah, Anak Manusia, Penebus dan

Penyembuh. Gambaran pertama adalah Yesus sebagai Anak

Allah. Guthrie beralasan bahwa Markus menyebut Yesus dengan

gelar ini di kalimat pembuka, yang diasumsikan memiliki

pengaruh penting bagi narasi-narasi selanjutnya, khususnya

karena gelar ini muncul lima kali dalam Injil Markus. Pandangan

Kristus sebagai Anak Allah ditentukan oleh aktivitas ilahi-Nya. Ia

menarik orang banyak, berkuasa atas segala penyakit, dan


558
Sujoko, Identitas Yesus dan Misteri Manusia, 254.
559
Ibid., 249
39

mengusir roh jahat dengan otoritas penuh. Ia menerangkan

badai dengan perkataan dan menyatakan kuasa atas alam. Saat

meninggal, kepala pasukan Romawi menyebut-Nya Anak Allah

(Mrk. 15:39).560 Penyebutan gelar Anak Allah oleh Markus,

menurut Pandesolang, hubungan khusus dan unik antara Yesus

sebagai manusia sejati dengan Allah, namun Kristus juga adalah

Allah sejati. Di dalam pemahaman tertentu istilah Anak Allah

memiliki makna teologis yang lebih khusus, yaitu menyatakan

bahwa Yesus adalah Allah561 dan Allah tersebut hadir di

bumi.562Lebih lanjut menurut Pandensolang penyebutan gelar

Anak Allah oleh markus menjelaskan hubungan khusus dan unik

antara Yesus sebagai manusia sejati dengan Allah, namun Kristus

juga adalah Allah sejati. Di dalam pemahaman tertentu, istilah

Anak Allah memiliki makna teologis yang lebih khusus, yaitu

menyatakan bahwa Yesus adalah Allah563.

Anak manusia adalah gambar Yesus berikutnya yang

ditemukan dalam kitab Markus. Menurut Guthrie, sebutan gelar

ini selalu keluar dari mulut Yesus sendiri, sebagaimana dicatat

oleh keempat Injil. Istilah ini memiliki makna mesianik. Para bapa

gereja bahkan memahami bahwa sebutan Anak Manusia

560
Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, Volume 1,(Surabaya: Momentum, 2008), 45
561
Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, Volume 1, (Surabaya: Momentum, 2008), 45.
562
Michael Keene, Yesus, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 98
563
Welly Pandensolang, Kristologi Kristen (Jakarta: YAI Press, 2009), 147
40

pertama-tama ditujukan kepada kemanusiaan Yesus yang telah

berinkarnasi.564

Menurut Pandensolang, konsep tersebut berasal dari

perkataaan Yesus sendiri yang berkaitan erat dengan istilahh

bahasa Aram bar enash (Daniel 7:13), yang dinubuatkan oleh

Daniel. Dengan kata lain, gelar Anak Manusia yang dipakai oleh

Yesus tersebut merupakan penggenapan dari istilah bar enash

yang dinubuatkan oleh Daniel, yaitu Anak Manusia yang

supranatural yang turun dari sorga, yaitu Kristus sendiri. 565 Figur

ini adalah figur yang luar biasa, ilahi dan abadi, yang telah ada

sejak zaman sebelum dunia dijadikan. Anak manusia itu

tersembunyi hingga akhir zaman ketika Ia muncul bersama

dengan para malaikat-Nya untuk menghakimi manusia di

bumi.566 Dihadapan Mahkamah Agama Yahudi Kristus

menyatakan bahwa Ia adalah Anak Manusia yang turun dari

sorga (Mat. 24:30; 26:64; Luk. 22:69). Dengan menyatakan gelar

tersebut Kristus hendak menerangkan perkara eskatologis

tentang bagaimana kelak Ia datang kembali secara supernatural.

Anak Manusia turun dari sorga dalam kekuasaan-Nya dan semua

manusia di bumi akan melihat kemuliaan-Nya (Why. 1:7).

564
Guthrie, Pengantar, 46
565
Pandensolang, Kristologi, 149.
566
Keene, Yesus, 100
41

Markus juga memuat gambaran Yesus sebagai Penebus.


567
Yesus sendiri menyatakan bahwa Ia datang untuk menjadi

tebusan bagi banyak orang (Mrk. 10:45). Thiessen menegaskan

bahwa Kristus datang untuk menebus orang-orang dari dosa

mereka oleh kematian-Nya.568 Sebagai seorang penebus, maka

jalan penderitaan menjadi pilihan-Nya. Menurut Guthrie, Markus

memberikan proporsi yang lebih besar bagi narasi penderitaan

Yesus dibandingkan penulis Injil lainnya. Penderitaan adalah

konsekuensi jalan salib. Dengan kata lain, penderitaan Yesus di

salib bersifat menyeluruh. Bukan saja secara fisik tetapi juga

secara moral.

Potret Yesus terakhir di dalam Markus menurut Guthrie

yang bisa dijumpai di dalam Kitab Markus adalah sebagai

seorang Penyembuh. Di bagian awal narasi kitab ini, sejumlah

kasus penyembuhan yang melibatkan kuasa supernatural Yesus

di paparkan dengan runtut. Namun, menurut Guthrie, mujizat itu

tidak dicatat untuk penyembuhan, tetapi untuk menjelaskan

relasi-Nya dengan mereka yang sakit. 569 Penyembuhan adalah

mujizat Yesus yang paling mencolok. Yesus sering mematahkan

kebiasaan social dan religious pada zaman itu dengan

menyentuh orang-orang sakit sebelum menyembuhkan mereka.

567
Guthrie, Pengantar, 46.
568
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2008), 325.
569
Guthrie, Pengantar, 47.
42

Pada zaman itu, penyakit dianggap hasil kutukan dan perbuatan

setan atau roh jahat. Maka dalam penyembuhan yang Yesus

lakukan, menurut Keene, tidak selalu mudah membedakan

antara penyembuhan dan pengusiran setan. 570 Melalui pelayanan

penyembuhan tersebut Yesus menarik perhatian banyak orang

dan menggunakan kesempatan itu untuk menjelaskan maksud

kedatangan-Nya di dalam dunia.

Mengasihi Allah menurut Markus 12:30

Topik tentang mengasihi Allah di dalam kitab Markus secara

eksplisit muncul di dalam Markus 12:30. Narasi ini didahului oleh

sebuah peristiwa di mana Yesus didatangi oleh sekelompok

orang Saduki yang mencoba bersoal-jawab dengan Yesus

tentang kebangkitan. Markus mencatat peristiwa itu sebagai

berikut.

“Datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang

berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka

bertanya kepada-Nya: “Guru, Musa menuliskan perintah

ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara

laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri

tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus

kawin dengan istrinya itu dan membangkitkan

570
Keene, Yesus, 68-69
43

keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang

bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang

perempuan dan mati dengan tidak meninggalkan

keturunan. Lalu yang kedua juga mengawini dia dan

mati tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga

yang ketiga. Begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak

meninggalkan keturunan. Akhirnya, sesudah mereka

semua perempuan itupun mati. Pada hari kebangkitan,

bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami

perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan

dia. “Jawab Yesus kepada mereka:” Kamu sesat, justru

karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa

Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang

mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan

hidup seperti malaikat di sorga. Dan juga tentang

bangkitnya orang-orang mati, tidaklah kamu baca

dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri,

bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah

Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?”

Memang pada awalnya diskusi ini berkisar tentang

kepercayaan orang Saduki yang tidak mengakui adanya

kebangkitan orang mati. Orang-orang Saduki itu membawa


44

persoalan kebangkitan dengan sebuah studi kasus di mana ada

tujuh bersaudara yang menikahi wanita yang sama. Satu demi

satu suami wanita ini mati tanpa menghasilkan keturunan.

Sesuai hukum kuno Yahudi, jika seorang laki-laki mati tanpa

meninggalkan keturunan, maka saudaranya wajib menikahi

jandanya.571. Tetapi ketujuh orang bersaudara inipun kemudian

mati tanpa mampu memberikan keturunan. Sesuatu yang

paradox terjadi, mengenai siapa yang akan berstatus suami

wanita ini kelak jika terjadi kebangkitan (12:18-23). Studi kasus

ini tentu saja merupakan dalih bagi kelompok Saduki yang

selama ini memang dikenal anti kebangkitan dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan dunia roh serta menolak adanya

ganjaran dan hukuman sesudah kematian. Mereka mencoba

menghalangi pengajaran Yesus tentang kebangkitan orang mati

dan hidup kekal. Tujuannya sangat jelas. Matthew Henry

memberikan komentar tentang kasus ini dengan mengatakan,

Rencana mereka yang sebenarnya adalah menyingkap

pengajaran mengenai kebangkitan. Dalam anggapan

mereka jika ada kehidupan yang akan datang, pastilah

keadaannya seperti kehidupan saat ini, dan kalau

Kewajiban perkawinan ipar ini diatur di dalam hukum Musa seperti tertulis dalam Ulangan
571

25:5-9. Tujuannya adalah untuk melanjutkan keturunan dari orang pertama yang telah menjadi
suami wanita yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Musa memberikan hukum ini dengan
konsekuensi moral, jiwa saudara dari suami wanita ini tidak bersedia mengambilnya sebagai isteri,
maka dirinya akan dipermalukan di depan umum dengan cara menanggalkan kasutnya. Peristiwa
semacam ini menjadi semacam aib turun temurun yang terus dikenang di dalam masyarakat.
45

begitu, piker mereka, ajaran mengenai kebangkitan ini

akan mengalami jalan buntu dalam dua hal. Pertama,

ajaran ini tidak bisa mengatasi masalah yang tidak

masuk akal ini, yaitu seorang perempuan pada masa itu

harus mempunyai tujuh orang suami, kedua, ajaran ini

akan mengalami kesulitan yang tidak dapat

dipecahkan , yakni akan menjadi isteri dari pria

manakah si perempuan itu?572

Menurut Henry, Yesus telah mengetahui maksud

pertanyaan tersebut sehingga langsung mematahkan

argumentasi mereka dengan mengatakan bahwa pada waktu itu,

tubuh kebangkitan adalah seperti malaikat di sorga (12:25).

Dengan demikian tidak ada kawin dan mengawinkan. Melalui

pendapat ini, Yesus mengemukakan bahwa ketidaksetujuan

orang Saduki terhadap kebangkitan telah membangun satu

konsep yang salah di dalam diri mereka akan makna

kebangkitan yang sesungguhnya. Itu sebabnya Yesus

mengatakan kepada mereka bahwa, “Kamu sesat, justru karena

kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah” (12:24).

Tentang hal ini Henry mengatakan,

572
Matthew Henry, Injil Markus (Surabaya: Momentum, 2007), 271.
46

“Walaupun orang-orang Saduki ini membaca Kitab Suci,

mereka mungkin belum siap untuk menerimanya, karena

boleh dikatakan mereka benar-benar tidak mengerti Kitab

Suci, dan ini terbukti dari ketidaktahuan mereka akan

maksud dan arti dari Kitab Suci, dan hanya mereka-reka

apa yang ada di dalamnya”.573

Demikian halnya dengan kuasa Allah, mereka juga tidak

mengerti, sekalipun mengetahui bahwa Allah itu maha kuasa.

Mereka gagal menerapkan pengajaran tersebut dalam masalah

ini dan membiarkan kebenaran tunduk di bawah hukum

kemustahilan.574 Maksud Yesus sebetulnya sederhana. Dia mau

memperbaiki ajaran mereka yang selama ini salah, yang seolah-

olah dianggap benar hanya karena mereka dianggap ahlil di

dalam bidang tersebut.

Hukum Yang Paling Utama

Seorang ahli Taurat yang juga mendengar soal-jawab

Yesus dengan orang-orang Saduki tersebut lantas menimpali

bahwa Yesus telah memberikan jawaban yang tepat untuk

pertanyaan orang Saduki (11:28). Berarti ahli Taurat itu tahu

kebenaran yang telah dikemukakan oleh Yesus tersebut. Maka di

573
Ibid., 272-273.
574
Ibid., 273
47

dalam ayat selanjutnya ahli Taurat ini bertanya kepada Yesus,

“Hukum manakah yang paling utama?” (11:28). Henry

memberikan analisis bahwa ahli Taurat yang mengajukan

pertanyaan tersebut mengikuti dengan baik perbincangan Yesus

dengan orang-orang Saduki. Penjelasan yang diberikan Yesus

tersebut ternyata sangat tepat dan itu mendorongnya untuk

mengetahui lebih jauh apa yang menjadi pandangan-pandangan

Yesus yang sesungguhnya, ajaran-Nya dan sikapnya di dalam

konteks keagamaan Yahudi pada masa itu. Sang ahli Taurat itu

rupanya berbeda dari ahli-ahli Taurat lain yang bertanya semat-

mata untuk menguji dan menjebak Yesus. Ahli Taurat ini terlihat

ingi belajar dan mengenal Yesus lebih jauh lagi. 575 Apa yang

ditanyakan oleh ahli Taurat ini, menurut Bolkesten adalah khas

Yahudi. Dikatakannya, “Agama Yahudi, dengan pandangan Farisi

yang begitu keras, telah mengembangkan suatu kasuistik. Orang

menganggap bahwa hukum Allah itu dapat dibagi-bagi.

Hukum Yahudi membedakan 248 perintah dan 365

larangan. Perintah dan larangan itu muncul sebagai suatu

rangkaian kuantitas yang berdampingan satu dengan yang

lain.”576 Dalam pemahaman tersebut, kepatuhan terhadap Allah

575
Ibid., 276
576
Dr. M.H. Bolkesten, Kerajaan Yang Terselubung (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999),
246.
48

dianggap terjadi apabila ketentuan berupa perintah dan

larangan, dapat dipenuhi.

Tetapi Bolkestein memaparkan bahwa sering terjadi

konflik di mana orang diperhadapkan pada permasalahan

mengenai hakikat dan larangan.577 Maksudnya, terjadi

pemahaman yang berbeda mana yang merupakan perintah dan

mana yang bersifat larangan, termasuk di dalamnya mana yang

merupakan larangan terbesar dan mana larangan yang terkecil.

Dikatakan selanjutnya oleh Bolkestein, “Maka timbullah

pemisahan antara larangan yang besar dan larangan yang

kecil.”578 NIV memberikan catatan sebagai berikut, “Jewish rabbis

counted 613 individual statues in the law and attempted to

differentiate between heavy (or great) and light (or little)

commands.579 Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa

pertanyaan ahli Taurat ini memiliki argumentasi yang kuat

sehubungan dengan banyaknya hukum Yahudi yang harus

dipatuhi. Pada waktu ahli Taurat ini bertanya tentang yang paling

utama, maka di dalam pikirannya sudah dipenuhi oleh sejumlah

ketentuan Taurat yang semuanya harus dilaksanakan jika

577
Rabi Hillel, seorang Rabi Yahudi mengatakan, “Sesuatu yang kamu tidak kehendaki
diberlakukan kepada dirimu, janganlah pula diberlakukan kepada orang lain. Itulah isi seluruh
Taurat. Hal-hal yang lain itu hanya merupakan keterangan belaka”. Seperti dikutip dari Strack-
Billerbeck I, 900 oleh Bolkestein dalam Kerajaan Yang Terselubung (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1999), 246.
578
Bolkestein, Kerajaan, 246.
579
Kenneth L. Baker (Ed.), NIV Study Bible (Grand Rapids,Michigan: Zondervan, 2002),
1551.
49

disebut patuh terhadap Allah. Keingintahuannya telah

mendorong dirinya untuk melemparkan pertanyaan tersebut

kepada Yesus.

Kata πρώτη, “pertama atau utama” dalam kalimat ποία

ἐστὶν ἐντολὴ πρώτη πάντων; (Mrk. 12:28 BGT) merujuk pada

sifat sesuatu yang dianggap melebihi yang lain, yang

diperlakukan lebih utama atau dianggap prioritas untuk

dilakukan. Juga diartikan sebagai pertama di dalam pelaksanaan

atau urutan. Sementara itu, di depan matanya sendiri. Yesus

sedang mengajar satu kebenaran baru yang sama sekali tidak

memperlihatkan pertentangan antara apa yang diucapkan Yesus

dengan hukum tertulis yang selama ini mereka pegang erat-erat.

Jawaban Yesus kepada orang-orang Saduki tersebut

menjadi bukti kuat bahwa Yesus tidak sedang melanggar atau

mengubah hukum Musa yang telah diwariskan turun temurun.

Dalam konteks tersebut di atas, yang bisa disimpulkan dari

pertanyaan tersebut adalah ahli Taurat itu ingin mendapatkan

jawaban manakah di antara 613 hukum tersebut yang perlu

diutamakan untuk dilakukan.

Jawaban Yesus terhadap pertanyaan sang ahli Taurat

dicatat oleh Markus di dalam Markus12:29-31. Yesus

menggunakan terminologi yang sama dengan sang ahli Taurat,

soal hukum yang terutama, dengan berkata ὅτι πρώτη ἐστίν·


50

ἄκουε, Ἰσραήλ, κύριος ὁ θεὸς ἡμῶν κύριος εἷς ἐστιν, “Hukum

yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah

kita, Tuhan itu esa” (Mrk. 12:29 BGT).


51

Shema Israel

Frasa · ἄκουε, Ἰσραήλ, “dengarlah hai orang Israel”

dikenal juga dengan istilah Shema Israel. Nama shema diambil

dari kata Ibrani pembukaan ayat kitab suci dalam hukum Musa

yaitu Ulangan 6:4.580 Bagian pertama dari shema sendiri adalah

seperti tertulis dalam Ulangan 6:4 yaitu : ּ ‫אלֹ ֵ ֖הינו‬


ֱ ‫שְׁ ַ ֖מע ִישְׂר ָ ֵ ֑אל יְה ָ֥וה‬

‫חֽד‬
ָ ‫א‬
ֶ ‫ יְה ָ֥וה׀‬, ( š®ma± yi´®r¹°¢l y®hw¹h °§lohênû y®hw¹h °eµ¹¼)

“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu

esa!” Kata kerja ‫שְׁ ַ ֖מע‬,, "dengarlah” bersifat imperative581 yang

ditujukan kepada orang kedua tunggal dan jamak: artinya

perintah untuk mendengarkan seperti seruan yang wajib, yang

menuntut perhatian, dalam hal ini setiap orang Israel. 582

Bolkestein mengatakan bahwa doa ini merupakan “rangkuman

yang paling pendek dari seluruh system kepercayaan Israel.”583

Doa ini sangat penting sehingga terus dipertahankan sebagai

tradisi dari Yahudi kuni hingga sekarang.

Dalam pelaksanaannya, ayat tersebut wajib diucapkan

setiap hari, masing-masing pagi dan petang. 584 Gulungan lengkap

dari ayat ini diletakkan dalam sebuah tempat yang disebut

580
Ulangan 6:4-9 ditambah dengan dua ayat singkat di dalam Taurat Musa yaitu Ulangan
11:13-21 dan Bilangan 15:37-41 merupakan doa wajib Israel yang dikenal dengan nama Shema’.
Versi singkat dari doa tersebut adala Ulangan 6:4.
581
John Joseph Owens, Analytical Key to the Old Testament (Grand Rapids, Michigan:
Baker Books, 1989), 782.
582
Welly Pandensolang, Gramatika dan Sintaksis Bahasa Ibrani Perjanjian Lama (Jakarta:
YAI Press, 2009), 47-48.
583
Bolkestein, Kerajaan, 247.
584
Eliezer Segal, Judaism The e-book (tp, tt), 263.
52

mezuzah yang diletakkan di tiang pintu rumah bahkan terdapat

juga bagian yang diikat ke lengan sebelah kiri. Selain menjadi

sebuah deklarasi iman, juga menyatakan pemenuhan ajaran

dalam pengakuan penuh terhadap satu-satunya Allah yang telah

menyatakan diri dan memilih Israel dan telah membawa mereka

keluar dari Mesir. Mengasihi Dia merupakan sebuah keharusan

bagi satu bangsa yang telah dipilih dan dipanggil dan dibebaskan

oleh-Nya. 585

Dengan demikian shema merupakan jantung agama

Yahudi yang menegaskan mengenai hukum agama terpenting

dan bentuk spritualitas orang Yahudi.586 Terminologi inilah yang

dipergunakan oleh Yesus untuk menjawab para ahli Taurat.

Bahwa Yesus-pun memegang teguh tradisi dan system

kepercayaan Israel yang telah dipelihara turun temurun tersebut.

Perbedaannya adalah, Yesus tidak menggunakan argumentasi

dari 613 hukum Yahudi itu untuk menyisipkan mana yang

terletak pada bagian atas dan mana yang terbawah atau mana

yang perlu diprioritaskan dan mana yang belakangan dilakukan.

Berbeda pandangan dengan ahli-ahli Taurat yang selalu

disibukkan dengan pembahasan dan argumentasi mengenai

perintah dan larangan Allah yang terpenting, Yesus memberikan

585
Bolkestein, Kerajaan, 247.
586
Norman Lamm, The Shema – Sprituality and Law in Judaism (Philadelphia: The
Jewish Publication Society, 2002), 6.
53

sebuah jawaban yang sama sekali berbeda tentang bagaimana

seharusnya menjadi orang Yahudi yang menaati dan patuh

terhadap Allah.

Kelihatannya Yesus jenuh dengan sejumlah peraturan

yang selalu menjadi bahan perdebatan para ahli Taurat; dan

penjelasan itu sedemikian rupa sehingga nyata bahwa

sesungguhnya hanya satu hal saja yang Allah kehendaki sebagai

rangkuman dari segala perintah yang ada, yaitu mengasihi

Allah.587 Yesus memberikan paradigma bahwa ada kepatuhan

terhadap Allah tidaklah dibatasi oleh berbagai macam peraturan,

tidak terurukur, dan senantiasa menuntut kepatuhan manusia

disepanjang hidupnya. Kepatuhan tersebut tidak dapat diukur

melalui standar kuantittatif tertentu melainkan menuntut seluruh

keberadaan manusia itu. Jawaban Yesus sekaligus memperbaiki

pemahaman yang salah di dalam diri para ahli Taurat yang

selama ini selalu berdebat mengenai perintah dan hukum-

hukum mana yang perlu diperhatikan secara khusus, yang harus

dipatuhi supaya dengan mematuhinya ada kemampuan untuk

mematuhi perintah yang lainnya.588 Demikian juga menurut

587
Para pengajar Yahudi di zaman Yesus kerapkali diminta untuk meringkas hukum dalam
suatu pernyataan yang singkat. Hillel misalnya, meringkas hukum dengan cara seperti Yesus
ajarkan dengan mengatakan, “ Segala sesuatu yang kamu orang perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Rangkuman
Yesus mengenai hukum mencakup dua perintah yang menganjurkan kasih kepada Allah (Ulangan
6:5) dan kasih kepada sesama (Imamat 19:18). Lihat selengkapnya dalam DianeBergant, CSA dan
Robert J. Karris, OFM, dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 67.
588
Diane Bergant, dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), 67-68.
54

Henry, bahwa tidak ada perintah Allah yang kecil sebab semua

perintah tersebut berasal dari Allah.589 Berdasarkan pendapat

tersebut maka disimpulkan bahwa perintah yang terutama

sesungguhnya bukanlah dengan memilih dari hukum-hukum

tertulis yang ada, baik itu perintah maupun larangan.

Kepatuhan terhadap hukum tertulis dapat saja terjadi

karena ketentuan hukum yang menyertainya sehingga orang

tidak punya pilihan selain menaati dan melakukannya. Tetapi

bagi Yesus, yang jauh lebih penting adalah kepatuhan itu

hendaknya lahir dari pemahaman karena mengasihi Allah. Maka,

jawaban Yesus dengan mengutip ajaran Perjanjian Lama (Ula.

6:4) menjadi dasar untuk mengingatkan sang ahli Taurat bahwa

hukum yang terutama bukanlah sejumlah peraturan tertulis

seperti yang dipahaminya selama ini, juga bukan kurban

bakaran, melainkan sebuah tindakan nyata di dalam mengasihi

Allah, dan itu harus dilakukan dengan segenap hati, jiwa, akal

budi dan kekuatan. Yesus membandingkan bahwa tidak ada

hukum yang lain yang lebih utama daripada kedua hukum

tersebut (12:31). Termasuk di dalamnya kitab Taurat dan kitab

para Nabi.590 Jawaban Yesus tersebut memberikan satu

589
Henry, Injil Markus, 276.

Matius memberikan penjelasan yang sama dengan Markus tentang hukum tersebut. Di
590

dalam Matius 22:40, “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan Kitab Para
Nabi.”
55

pencerahan baru bagi sang ahli Taurat yang langsung menimpali

dengan mengiyakan perkataan Yesus.

Menurut catatan Henry menuliskan bahwa terdapat

sebagian orang yang beranggapan bahwa hukum

mempersembahkan korbanlah yang merupakan perintah yang

terutama dari semua perintah. Tetapi respon dari ahli Taurat

tersebut yang membenarkan pernyataan Yesus memberikan

penegasan bahwa di atas hukum mempersembahkan korban,

masih ada hukum tertinggi di mana hukum korban itu

bergantung padanya, yaitu kasih kepada Allah dan sesama. 591

Ahli Taurat ini menghargai jawaban Yesus. Ia melihat bahwa

Yesus menggabungkan dua perintah penting yang diberikan

kepada Israel sejak dari zaman Musa (Ula. 6:5 dan Im. 19:18). Ia

juga melihat bahwa terdapat gema perkataan para nabi dari

penjelasan Yesus, bahwa kasih, bukan korban, yang dikehendaki

Allah dari setiap orang.592

591
Henry, Injil Markus, 279.
592
Diane Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), 105.
56

Perbandingan Injil Markus dengan Injil Matius,

Injil Lukas dan Kitab Ulangan

Catatan Markus mencatat mengenai hukum yang

terutama itu adalah sebagai berikut, καὶ ἀγαπήσεις κύριον τὸν

θεόν σου ἐξ ὅλης τῆς καρδίας σου καὶ ἐξ ὅλης τῆς ψυχῆς σου καὶ

ἐξ ὅλης τῆς διανοίας σου καὶ ἐξ ὅλης τῆς ἰσχύος σου.

(Mrk. 12:30 BGT). “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap

hatimu dan dengan segenap jiwamu dengan segenap akal

budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Mrk. 12:30 ITB).

Yesus juga menambahkan δευτέρα αὕτη· ἀγαπήσεις τὸν πλησίον

σου ὡς σεαυτόν. μείζων τούτων ἄλλη ἐντολὴ οὐκ ἔστιν.

(Mrk. 12:31 BGT),” Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah

sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain

yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. (Mrk. 12:31 ITB).593

Catatan dari Markus mengenai perkataan Yesus tersebut lebih

lengkap dibandingkan dengan penulis Injil lainnya. Penekanan

dan sudut pandang masing-masing penulis Injil berbeda.

Penulisan Matius mengenai konteks ayat tersebut lebih

pada perdebatan di mana sang ahli Taurat ditampilkan seakan-

akan mencobai Yesus. Sementara itu, Lukas tidak memiliki

kesejajaran langsung mengenai hukum yang terutama tersebut

593
Hukum yang kedua ini merujuk langsung dari Imamat 18:19 di dalamnya tertulis
perintah untuk mengasihi sesame manusia seperti diri sendiri.
57

tapi mengaitkannya dengan perumpamaan mengenai orang

Samaria yang baik hati di mana ahli Taurat yang datang pada

Yesus digambarkan sebagai seorang lawan (Luk. 10:25). 594

Sedangkan di dalam tulisan Markus, sang ahli Taurat tersebut

ditampilkan lebih simpatik dan bertujuan untuk belajar, bukan

mendebatnya seperti ahli-ahli Taurat lainnya.595 Konteknya lebih

pada pengajaran dan penyelidikan dari perselisihan pendapat.596

Ulangan 6:4-5 dalam bentuk septuaginta dan masoretic

text yaitu dengan menambahkan kualifikasi keempat yaitu “dan

dengan segenap akal.”597 Matius terlihat menghilangkan kata

kekuatan (Mat. 22:37) dan Lukas membalikkan dua bentuk

terakhir, dengan mendahulukan kata “kekuatan” sebelum kata

“pikiran atau akal budi”.

Tabel di bawah ini akan menjelaskan perbedaan di antara

ketiga penulis Injil tentang mengasihi Allah.

Tabel 1. Perbandingan Konsep mengasihi Allah dalam Alkitab

Ulangan 6:5 Markus 12:30 Matius 22:37 Lukas 10:27


Hati Hati Hati Hati
Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa
- Akal budi Akal budi Kekuatan
Kekuatan Kekuatan - Akal budi

594
Herbert W. Basser, Studies in Exegesis (Leiden: Brill, 2002), 67.
595
Ibid.
596
Bolkestein, Kerajaan, 245.
597
Culpepper, Smyth and Helwys, 420.
58

Demikian juga Jika dibandingkan dengan kutipan PL, maka

terdapat ada perbedaan seperti terlihat pada tabel di atas.

Menken mengakui bahwa terdapat kesulitan untuk menjelaskan

mengapa Markus menguraikan hal berbeda dalam perkataan

Yesus dibandingkan rujukan dari ayat tersebut di Perjanjian

Lama.598 Ulangan 6:5, mencatat sebagai berikut, “Kasihilah

TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap

jiwamu dan dengan dengan segenap kekuatannu”. Sedangkan di

dalam Markus 12:30, Yesus menambah dengan kalimat “dan

dengan segenap akal budimu”. perbedaan tersebut tidak lantas

membuat apa yang disampaikan Yesus adalah sebuah kesalahan

fatal akibat ketidaktahuan-Nya terhadap Taurat Musa.

Hal ini dikomentari oleh Wycliffe bahwa “akal budi dan

hati sesungguhnya sama di dalam pikiran orang Ibrani.” 599

Ulangan 6:5 menggunakan kata ֥‫לְבָבְ ָך‬ “hati”, kata yang

diartikan untuk menjelaskan pengertian tentang hati, tetapi juga

kata tersebut berarti akal budi. Yesus memandang hal itu sangat

penting sehingga menyebutnya terpisah. Bolkestein menekankan

bahwa penambahan frasa akal budi tersebut merupakan sikap

tegas dari Yesus untuk menjelaskan bahwa tidak ada satupun

fungsi di dalam diri manusia yang luput dari panggilan mengasihi

598
Marten J.J. Menken dan Steve Moyse, Deuteronomy in The New Testament (London:
T&T Clark International, tt), 41.
599
Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison (Ed.), The Wycliffe Bible Commentary
(Malang: Gandum Mas, 2001), 189.
59

Allah.600 Hati, jiwa, akal budi dan kekuatan merupakan semua

instrument yang ada di dalam diri manusia dan semuanya itu

harus digunakan secara maksimal untuk mengasihi Allah. Maka

muncul pertanyaan, apaka sebenarnya yang dimaksud dengan

mengasihi Allah?

Konsep Mengasihi Allah

Konfirmasi ahli Taurat tentang jawaban Yesus memberikan

satu indikasi yang sangat penting bahwa dalam mengasihi Allah,

manusia perlu mengikuti standar Allah dan bukan standar

manusia.601 Yesus memakai kata “kasihilah” untuk

menggambarkan maksud Allah tentang bagaimana cara

mengasihi-Nya. “Kasihilah” diterjemahkan dari kata ἀγαπήσεις

akar kata ἀγαπάω. Kata kerja ini menggunakan modus

indicative dan kala future active, yang menjelaskan tentang

sebuah tindakan di masa yang akan datang yang tegas dan

pasti.602

Mengingat akar katanya adalah ἀγαπάω, maka dapat

disimpulkan bahwa maksud Yesus dengan kalimat itu adalah

tuntutan untuk mengasihi-Nya terus menerus, sekarang dan

Bolkesein, Kerajaan, 247.


600

Anthony J. Saldarini, Pharisees Scribes and Sadducees in Palestinian Society (Grand


601

Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1988), 153.


602
Pandesolang, Gramatika dan Sintaksis, 160.
60

sampai selamanya, dan tindakan itu haruslah sebuah kebiasaan

dari totalitas manusia. Culpeper menegaskan hal itu dengan

berkata, “God demands our complete evotion; we are to serve

no other God. Therefore, the affirmation of God’s exclusive right

to worship is followed by the command to love with all one’s

being.”603 Ditambahkan oleh Lane, kasihlah yang menentukan

penetapan kehidupan seseorang dan kasih jugalah yang

menempatkan keseluruhan kepribadiannya dalam hal melayani

Allah, yang merefleksikan komitmen kepada Allah sebagai hal

yang wajar terjadi dari sebuah hubungan keputraan ilahi (divine

sonship).604

Terdapat banyak penjelasan mengenai maksud ἀγαπάω

di dalam Alkitab yang selaras dengan tujuan mengasihi Allah. Di

antara sejumlah ayat yang relevan, ada empat yang paling

utama yakni, (a) Membenci kejahatan. Dikatakan di dalam

Mazmur 97:10 bahwa “Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN,

bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa orang-orang

yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang-

orang fasik”; (b) Bertahan dalam pencobaan. Disebutkan di

dalam Yakobus 1:12 bahwa “Berbahagialah orang yang bertahan

dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan

Culpeper, Smyth and Helwys, 420.


603

William Lane, The Gospel According to Mark. The New International Commentary on
604

the New Testament. (Grand Rapids, Michigan: Wm.B. Eerdmans, 1974), 433-35.
61

menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada

barangsiapa yang mengasihi Dia”; (c) Mengasihi sesamanya.

Dikatakan di dalam 1 Yohanes 4:21 bahwa “Dan perintah ini kita

terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga

mengasihi saudaranya”; dan (d) Menuruti segala perintah-Nya.

Tertulis di dalam Yohanes 14:15 bahwa “Jikalau kamu mengasihi

Aku kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

Atas dasar itu menjadi jelaslah betapa pentingnya

mengasihi Allah, bukan saja karena hal tersebut dikehendaki-Nya

tetapi mencerminkan tujuan hubungan yang seharusnya terjadi

antara pencipta dan ciptaan-Nya. Oleh sebab itulah, menurut

Lindsey, satu-satunya isu utama bagi orang Kristen adalah

mengetahui cara hidup dalam kasih, ketaatan dan hubungan

yang bertumbuh dengan Tuhan yang hidup. 605 Kesimpulan yang

dibuat oleh Wessel sangat mendukung pendapat tersebut

dengan berkata, “God is to be loved completely and totally

because he alone is God and because he has made a covenant of

love with his people. In the covenant God gives himself totally in

love tho his people therefore he expects his dapapeople to give

themselves totally in love to him.”606 Kesimpulan tersebut

menegas kan bahwa bahwa Tuhan membuat perjanjian kasih


605
Art Lindsey dan Anita Moreland, “Panduan Studi Mengasihi Allah” dalam Charles
Colson, Loving God (Jakarta: Pionir Jaya, 1996), 277.
606
Welter W. Wessel, ”Mark Commentary” dalam Kenneth L. Baker and John
Kohlenberger III (Ed.), Zondervan NIV Bible Commentary (Grand Rapids, Michigan: Zondervan
Publishing, tt).
62

dengan umat-Nya. Dalam perjanjian tersebut Allah memberikan

dirinya secara total untuk mengasihi umat-Nya dan menuntut hal

yang sama dilakukan oleh anak-anak-Nya. Prinsip totalitas

tersebut dapat terlihIat dari kata sifat yang dipergunakan Markus

, “segenap” untuk menjelaskan makna kata yang

diikutinya, yang artinya seluruh, lengkap, komplit dalam

pengertian totalitas. Prinsip totalitas itu mencakup empat hal

utama yang ada di dalam diri manusia yakni hati, jiwa, akal budi,

dan kekuatan.

1. Dengan segenap hati (ἐξ ὅλης τῆς καρδίας)

Kata pertama ἐξ adalah preposisi genitif yang artinya “keluar dari”,

“sejak”, “dari waktu”, “karena”, atau “melalui”. Penjelasannya sebagai berikut:

(1) Pengertian dasar dan penggunaan dalam PB. Ἐκ (ἐξ sebelum vokal) adalah

preposisi yang mengatur bentuk genitif. ἐξ memiliki arti spasial fundamental dan

menunjukkan jalan keluar, baik dari bagian dalam sebuah objek, tempat, atau dari

sesuatu hal pada umumnya. Seperti di Yunani klasik juga dalam PB, banyak non

spasial yang dikaitkan dengan ἐκ, temporal dan figuratif, yang mempunyai arti

dalam berbagai aspek. ἐξ seringkali digunakan bersamaan dengan ἀπό, dengan

645 peristiwa. ἐξ muncul 915 kali dalam PB, di mana 336 kali dalam tulisan

Yohanes; (2) Penggunaan dalam arti lokal. ἐξ dengan arti lokal sering

dihubungkan dengan kata kerja gerakan (βαίνω, ἔρχομαι, ἥκω, φεύγω, χωρίζω),

memanggil (καλέω), atau pembebasan (σῴζω, ῥύομαι). Dalam sebuah cara yang
63

berbeda dari bahasa Dengan cara yang berbeda dari rasa bahasa diri sendiri, kata

ἐξ juga dapat menjawab pertanyaan: Dimana? Jadi ἐξ δεξιῶν (Mrk. 10:37, 40)

secara sederhana menyatakan nama lokasi; (3) Penggunaan temporal. ἐξ dengan

makna temporal (sejak, dari waktu) muncul dalam berbagai ekspresi, misalnya ἐκ

νεότητος (Mrk.10:20 paralel dengan Kis. 26: 4), ἐξ ἀρχῆς (Yoh. 6:64; 16:4), dan

sebagainya; (4) Penggunaan figuratif (kiasan) dari ἐκ berasal dari arti dasar lokal.

Hal ini terbentuk dalam berbagai arah, yang sering saling melengkapi.

Penggunaannya dapat dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu secara kausal, modal,

asli, keturunan, dan secara partitif; (5) Kegunaan lain: Frase dengan ἐξ

menggantikan subjektif genitif di dalam PB (Yoh. 3:25; 2 Kor. 8:7) dan genitif

harga atau nilai (Mat. 20:2; Kis. 1:18). ἐξ juga digunakan untuk menunjukkan

bahan dari sesuatu yang dibuat (Mat. 27:29; Yoh. 19: 2; 1 Kor. 15:47) dan juga

muncul dalam berbagai koneksi adverbial lainnya.607

Kata kedua ὅλης adalah kata sifat genitif feminin tunggal yang artinya

“seluruh”608 yang berasal dari akar kata ὅλος. Kata ὅλος berarti "utuh,"

"lengkap,", “penuh,” "tak terbagi". Dalam PB digunakan dengan kata benda untuk

menunjukkan totalitas mereka (Kis. 21:30; Mat. 5:29-30; Luk. 11:36). kata ὅλος

memiliki signifikansi teologis di Yohanes 7:23, di mana referensi bukan hanya

kontras antara penyembuhan seluruh pria dan seorang anggota (oleh sunat) tetapi

lebih luas untuk penyembuhan seluruh makhluk (lih. Yoh. 13:10). Intinya hampir

sama dengan Markus 12:30: tuntutan perintah utama yang mendedikasikan diri

sepenuhnya dan seutuhnya kepada Tuhan, dengan semua keberadaan manusia.


607
H. R. Balz dan G. Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament I (Grand
Rapids, Michigan: Eerdmans, 1990), 402-403.
608
Ibid. 138.
64

Selain itu dalam penjagaan, adalah nasihat negatif untuk mempertaruhkan

segalanya karena jika tidak, akan benar-benar dilemparkan ke neraka (Mat. 5: 29-

30), dan juga adalah nasihat positif untuk melihat integritas seluruh orang (Mat.

6:22-23), karena hanya mereka yang melayani Tuhan dalam totalitas ini dapat

memberikan pelayanan yang benar (Mat. 6:24).609

Kata ketiga καρδίας berasal dari akar kata καρδία adalah kata benda

feminin genitif tunggal yang artinya “hati”. Καρδία ditemukan dalam semua

tulisan PB kecuali Titus, Filemon, 2-3 Yohanes, dan Yudas. 157 peristiwa secara

luas didistribusikan sejauh bahwa itu tidak disukai secara khusus oleh penulis

tertentu (ada dominasi tertentu dalam tulisan-tulisan Lukas: Injil Lukas memiliki

22 peristiwa, Kisah Para Rasul memiliki 21 peristiwa). Dalam Sinoptik makna

καρδία pada dasarnya ditentukan oleh PL. Dalam khotbah mengenai Kerajaan

Allah, Yesus membahas hati manusia: Firman Allah ditaburkan dalam hati (Mat.

13:19; Luk. 8:12, 15). Keputusan untuk atau terhadap iman terjadi di dalam hati

(Mrk. 11:23; Mat. 13:15b; Luk. 24:25); dalam hati, keras kepala seseorang

terhadap Allah ditunjukkan (Mrk. 3:5; 6:52; 8:17; Mat. 13:15a). Ketika tindakan

seseorang tidak lagi datang dari hati, dan ketika pikiran, ucapan, dan aktivitas

bercabang, maka semuanya itu adalah munafik (Mrk. 7:1-23; Luk. 12:1, 56).

Matius khususnya melihat demonstrasi kemunafikan dalam karakter dari orang-

orang Farisi (Mat. 6:1-8, 16-24; 7:15-23). Terhadap kemunafikan ini Yesus

menuntut kesatuan hati, ucapan, dan perbuatan (Mat.12:34; Luk. 6:45). Dalam hal

ini, hati Yesus menggambarkan ekspresi spiritual untuk mencegah kemunafikan

Geoffrey W. bromiley, Theological Dictionary of the New Testament (Grand Rapids,


609

Michigan: W. M. Eerdmands Publishing Company, 1974), 683.


65

dan kebohongan. Pertanyaan tentang perintah terbesar dijawab oleh Yesus dengan

mengacu pada Ulangan 6:5 (Mrk. 12:30) Meskipun tidak ada Injil yang setuju

persis dengan tradisi LXX, mereka semua setuju dengan LXX yang mengatakan

bahwa orang harus mengasihi Allah "dengan semua hati" dan menempatkan

permintaan ini dengan tegas di awal. Ketergantungan pesan Yesus pada tampilan

PL terhadap hati manusia semakin jelas: individu yang wajib mengasihi Allah dari

lubuk hatinya, sepenuhnya, dan dengan tidak bercabang.610

Menurut Origen,611 kata “dengan segenap hatimu” berarti meninggalkan

Allah lain. Origen berpendapat bahwa ketika seseorang memutuskan untuk

menjaga perintah dari ajaran ini serta menolak semua allah dan tuhan lain dan

tidak memiliki dewa atau tuhan kecuali satu Allah dan Tuhan, maka ia telah

menyatakan perang terhadap allah lain tanpa perjanjian. Oleh karena itu, setiap

orang percaya datang ke dalam rahmat baptisan, menyangkal semua dewa dan

tuhan lain, lalu mengakui satu-satunya Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.612

Kata benda hati diterjemahkan dari kata kardia yang

memiliki akar kata kardi,a. Jantung berasal dari kata ini,

merupakan pusat kehidupan manusia.613 Walvoord mengatakan

bahwa kata ini merujuk pada pengertian pusat kendali 614 dari

610
H. R. Balz dan G. Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament I, 249-251.
611
Origen dari Alexandria adalah seorang penafsir yang berpengaruh, sekaligus seorang
teolog sistematis. Dia dikutuk karena menjaga praeksistensi jiwa sementara konon menyangkal
kebangkitan tubuh. Karya-karya penafsirannya berfokus pada makna spiritual dari teks.
612
ACCS Introduction and bibliographic information (Downers Grove, Ill.: InterVarsity
Press, 2005).
613
W.E. Vine, Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Word (Nashville:
Thomas Nelson Publishers, 1997), 536.
614
John F. Walvoord dan Roy B. Zuck (Ed.), The Bible Knowledge Commentary. An
Exposition of the Scriptures by Dallas Seminary Faculty (United States: SP Publication Inc. 1983),
164.
66

emosi, pikiran, perasaan, dan tindakan manusia. Bahkan di

dalam hati, kehidupan berlangsung sehingga muncul peringatan

untuk menjaga hati dengan penuh kewaspadaan seperti yang

tertulis dalam Amsal 4: 23, “Jagalah hatimu dengan segala

kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”. Dari

tindakan menjaga hati dengan bijaksana muncul kehidupan. 615

Berdasarkan penekanan tersebut jelaslah bahwa hati memiliki

peran strategis di dalam membentuk dan menjaga kelangsungan

hidup manusia. Sebagai sebuah organ secara rohani menjamin

kehidupan, hati memiliki kedudukan terdalam dari kondisi

kehidupan manusia seutuhnya. Kondisi tersebut mengandung

aspek rasional dan spritualitas manusia. Segala pemikiran dan

konsepsi bahkan kehidupan moral ada di sana. Asal usul segala

yang baik dan jahat dalam pikiran, kata-kata, dan perbuatan,

semuanya terkandung dalam hati. Merujuk pada 1 Timotius 1:5

yang mengatakan “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul

dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman

yang tulus ikhlas. Unger berpendapat bahwa “The heart is the

seat of love.”616

Sebagai sebuah tempat bagi kasih, hati haruslah dijaga

agar bebas dari hal-hal yang mencemarinya. Pada waktu hati

615
Chharles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary
Volume 2 (Malang: Gandum Mas, 2005).
616
Merril F. Unger, The New Unger’s Bible Dictionary (Chicago: Moody Press, 1966), 745-746.
67

tercemar, maka dapat dipastikan bahwa kehidupan dikontrol

oleh hati tersebut juga akan tercemar. Kehidupan rohani

seseorang dapat mengalami kemunduran ketika hatinya tidak

terjaga dengan baik. Sebaliknya, pada waktu hati penuh dengan

kasih, maka ekspresi dari kasih itu tidak hanya mewarnai hati,

tetapi keseluruhan kehidupan seseorang, mencakup pikiran, jiwa,

dan perilaku seseorang, baik secara material maupun secara

rohani.

Yesus pernah memberikan satu penegasan mengenai hal

ini dalam Matius 12:34-35, “Karena yang diucapkan mulut

meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang

baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat

mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang

jahat.” Di dalam perkataan itu, Yesus menggambarkan

pentingnya hati sebagai sebuah tempat penyimpanan karena hal

itu merupakan hulu dari apa yang ditampilkan oleh seseorang.

Para rabi Yahudi memiliki pandangan yang sependapat

dengan hal tersebut di atas. Hati diangap sebagai pusat

moralitas yang memiliki kandungan baik dan jahat. Dalam tulisan

para rabi Yahudi, hati adalah sebuah tempat dimana terdapat

dua kecenderungan manusia yang saling bertolak belakang dan

saling mencari pengaruh di dalam mengatur emosi, pikiran dan

tindakan manusia. Keduanya adalah kecenderungan berbuat


68

baik dan berbuatjahat. Maka, untuk mengasihi Allah dengan

segenap hati, mensyaratkan bahwa manusia harus menghadapi

segala kejahatan batin, nafsu untuk diri sendiri dan berjuang

terus menerus menekan itu jika muncul di dalam hatinya. 617

Artinya jelas, manusia perlu menjaga hatinya agar jangan sampai

muncul hati yang tercemar. Hati yang tercemar dengan

kecenderungan jahat akan gagal di dalam mengasihi Allah

secara total. Dengan kata lain, mengasihi Allah dengan segenap

hati haruslah dengan hati yang benar-benar terisi bukan oleh hal-

hal cemar seperti diidentifikasikan di atas, tetapi semata-mata

kasih. Menurut Henry, mengasihi Allah dengan segenap hati

berarti memersenjatai manusia untuk melawan segala hal jahat

yang timbul dalam hati, yang mencoba bersaing dengan posisi

Allah di tempat terutama.618 Willard merangkum dalam satu

pernyataan yang mengatakan,

Mereka yang memiliki hati yang terjaga baik adalah

orang-orang yang dipersiapkan dan mampu

menanggapi situasi kehidupan dengan cara yang baik

dan benar. Kehendak mereka berfungsi sebagaimana

seharusnya, untuk memilah hal yang baik dan

menghindari hal yang jahat, dan komponen natur

mereka yang lain bekerjasama untuk mencapai tujuan


617
Lamm, The Shema, 129.
618
Henry, Injil Markus, 277-78.
69

itu. Mereka tidak perlu menjadi “sempurna”; tetapi apa

yang biasanya diatur oleh semua orang setidaknya

dalam jangka waktu tertentu dan dalam beberapa

bidang kehidupan, dapat mereka atur dalam kehidupan

sebagai satu kesatuan secara menyeluruh.619

Willard setuju dengan hati yang perlu dijaga, sebab

dengan cara itu hati akan menuntun seseorang bertindak dengan

benar dan menanggapi setiap persoalan di dalam hidupnya

dengan respon yang benar.

Demikian juga dalam fungsinya sebagai pusat emosi,

perasaan, suasana hati dan gairah manusia, hati sangat strategis

untuk mengatur dan menggerakkan apapun yang dikerjakan

atau ditampilkan oleh seseorang.620 Emosi membawa pengaruh

yang cukup besar di dalam kehidupan seseorang. Rasul Paulus di

dalam salah satu ajarannya kepada jemaat Efesus,

mengingatkan agar bapa-bapa tidak membangkitkan amarah

anak-anaknya. Dalam tulisannya, “Dan kamu, bapa-bapa,

janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi

didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef. 6:4). Di

dalam tulisan itu, Paulus merujuk hati sebagai tempat amarah.

619
Willard, Renovation of The Heart, (Surabaya: Momentum, 2005), 41.
620
Paul J. Achtemeir (Ed.), Harper Collins Bible Dictionary (New York: Harper Collins
Publisher, 1996), 407-408.
70

Demikian halnya dengan sukacita. Di dalam Amsal 4:23,

dituliskan, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi

semangat yang patah mengeringkan Tulang”. Dalam ayat

tersebut hati digambarkan sebagai sebuah tempat sukacita

seseorang. Terlihat bahwa hati mengandung hal-hal yang

bersifat emosional. Selain kemarahan dan sukacita, hati juga

mengandung belas kasihan dan sebagainya.

Sebagai simpulan bahwa mengasihi Allah dengan segenap

hati adalah hati yang terjaga dan diserahkan kepada Allah,

mampu mengendalikan kecenderungan atau kehendak jahat,

dan penempatan segala emosi secara tepat.

2. Dengan Segenap Jiwa (ἐξ ὅλης τῆς ψυχῆς)

Kata yang dipakai oleh Markus adalah ψυχῆς artinya

nafas (soul). Walvoord mengomentari bahwa jiwa adalah sebuah

“self conscious life” yang diartikan nyawa di dalam Markus 8:34-

35.621

Kata ψυχῆς berasal dari kata ψυχή adalah kata benda feminin genitif

tunggal yang berarti “jiwa”, “hidup”. 622 Di antara istilah antropologi, ψυχή dalam

PB tidak sering digunakan (hanya103 kali). Kata ψυχή tidak digunakan di Galatia,

621
Vine, Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Word (Nashville:
Thomas Nelson Publishers, 1997), 1067.
622
T. Friberg, B. Friberg, & N. F. Miller, Analytical lexicon of the Greek New Testament
Vol. 4 (Grand Rapids, Michigan: Baker Books, 2000), 414.
71

Filemon, 2 Tesalonika, Surat-surat Pastoral, atau 2 John; kata ini relatif sering

terjadi dalam Injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul (53 kali). 623 Dalam Markus

12:30, tuntutan kasih harus dengan semua psycheÒÄ; Kata ini dekat dengan

kekuatan kehendak dalam konteks ini (lih. Mat. 22:37). 624 Menurut catatan Vine,

jiwa adalah nafas hidup, sebuah bentuk kehidupan dari manusia (human being)

yang tidak kelihatan tetapi di dalamnya terdapat eksistensi kepribadian

(personality).625 Menurut pendapat Willard, jiwa adalah sebuah istilah dengan

dimensi yang terdalam pada eksistensi manusia secara keseluruhan.626 Juga

Willard menyimpulkan, “karena jiwa mencakup dan mengatur manusia secara

keseluruhan, seringkali jiwa dianggap sebagai orang itu sendiri. Jiwa merupaan

bagian diri yang terdalam yang berkenaan dengan pengoperasian berbagai hal

secara keseluruhan.627 Jelaslah bahwa manusia memiliki jiwa karena melalui jiwa

tersebut, manusia memiliki ciri kepribadian. Unger menuliskan bahwa jiwa

dikatakan merupakan tempat dimana terdapat perasaan kasih saying, atau

penolakan.628

Jiwa sebagai pusat kehidupan seseorang haruslah berada

di dalam control Allah sepenuhnya supaya kehidupan manusia

dapat berjalan sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Untuk

itulah manusia perlu berakar kepada Allah agar ketika segala

sesuatu di dalam hidup ini berjalan,jiwa memiliki sandaran bukan

623
H. R. Balz dan G. Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament I, 501.
624
Geoffrey W. bromiley, Theological Dictionary of the New Testament, 1349.
625
Vine, Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Word (Nashville:
Thomas Nelson Publishers, 1997), 1067.
626
Willard, Renovation of The Heart, 53.
627
Ibid.
628
Unger, The New Unger’s Bible Dictionary (Chicago: Moody Press, 1966), 1212.
72

pada keinginan manusia tetapi pada keinginan Tuhan. Jiwa yang

disandarkan pada Allah adalah jiwa yang bebas dari dosa, jiwa

yang hancur, jiwa yang bertahan di dalam pencobaan. Kunci

kekuatan bagi jiwa adalah hubungan pribadi dengan Tuhan.

Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat diambil

simpulan bahwa mengasihi Allah dengan segenap jiwa adalah

segala usaha menyerahkan hidup kepada Allah dalam segala

situasi dengan tetap mempertahankan iman, jiwa yang tunduk

pada-Nya, jiwa yang bersandar pada-Nya melalui suatu

hubungan pribadi dan jiwa yang memiliki ekspresi perasaan yang

tepat.

3. Dengan Segenap Akal Budi (ἐξ ὅλης τῆς διανοίας)

Penulis Markus menggunakan kata benda διανοίας

artinya “akal budi” untuk menjelaskan maksud di mana terdapat

pikiran, pemahaman, dan kecerdasan manusia. Kata tersebut

juga diterjemahkan pengertian.

Kata διανοίας berasal dari akar kata διάνοια adalah kata benda feminin

genitif tunggal yang artinya “akal budi”. Kata διάνοια berarti kemampuan
73

berpikir, memahami, penalaran, pemahaman, kecerdasan, dan pikiran. 629


Dalam

konteks Markus 12:30, kata διανοίας sebagai pusat persepsi dan pemikiran yaitu

“pikiran”, “pemahaman”, dan “kecerdasan”. 630 Menurut Culpepper, διάνοια

adalah lambing kesadaran moral seseorang. Contohnya, salah satu tulisan Paulus

tentang ciri orang kafir yang tidak percaya memiliki “pengertiannya yang gelap,

jauh dari hidup persekutuan dengan Allah” (Ef. 4:18). Ketika seseorang mencintai

Allah dengan seluruh pikirannya, maka tidak ada kebingungan oran gitu tentang

apa yang benar di hadapan Allah.631

Achtemeir menambahkan bahwa pikiran atau akal budi juga merupakan

tempat dimana manusia melakukan kontemplasi (merenungkan), memberi

penilaian, dan memunculkan niat. Di dalamnya terdapat satu kapasitas intelektual

yang memungkinkan manusia melakukan penilaian kritis terhadap hal-hal yang

berlangsung disekelilingnya karena akal budi adalah tempat bagi cara pandang

manusia.632 Pendapat tersebut menegaskan bahwa akal budi adalah sebuah tempat

bagi cara berpikir atau cara pandang manusia. Persoalan menjadi rumit manakala

cara berpikir tersebut dibentuk bukan saja oleh kebenaran dan terang firman

Tuhan, tetapi oleh berbagai masukan ilmu pengetahuan kontemporer. Indikasi

tersebut dikemukakan dengan tegas oleh Veith yang menyimpulkan bahwa saat

ini banyak orang Kristen yang berbalik dari iman mereka setelah memasuki

629
W. Arndt, F. W. Danker, dan W. Bauer, (2000). A Greek-English Lexicon of the New
Testament and other Early Christian Literature (Chicago: University of Chicago Press, 2000),
234.
630
T. Friberg, B. Friberg, dan N. F. Miller, Analytical Lexicon of the Greek New
Testament Vol. 4, 111.
631
Culpepper, Smyth and Helwys Bible Commentary: Mark.(Georgia: Smyth & Helwys
Publishing: 2007), 421.
632
Achtemeir, Harper Collins Bible, 686.
74

perguruan tinggi. Banyak orang Kristen mulai berpikir bahwa keyakinan mereka

sebelumnya sempit dan terbatas dibandingkan dengan sejumlah pengetahuan

kontemporer yang baru mereka dapatkan. Maka yang terjadi adalah munculnya

usaha untuk melakukan kompromi terhadap hal-hal yang seharusnya tidak boleh

dikompromikan. Teologi yang dibangun akhirnya juga toleran. Apabila terdapat

ide-ide yang dianggap bertentangan dengan Alkitab, maka dikatakan Alkitab pasti

salah dan pengetahuan yang benar.633 Oleh sebab itu, apapun yang dipikirkan dan

dirancang oleh manusia untuk menopang kehidupannya di dalam segala aspek,

haruslah diserahkan untuk mengasihi Allah.634

Menurut Walsh, seringkali orang Kristen memegang sebuah cara pandang

yang berlainan dengan pengakuan mereka tentang Kristus. Selanjutnya Walsh

mengemukakan bahwa Alkitab adalah kriteria tertinggi untuk menilai sebuah cara

pandang Kristen. Cara pandang tersebut menuntun pada kehidupan dan bukan

pada kematian. Dikatakannya, “Sementara cara pandang kita diperlengkapi,

diperbaiki dan dibentuk oleh Alkitab dalam tuntunan Roh Kudus, kita akan

memperoleh petunjuk untuk cara hidup kita.635

Pendapat tersebut menegaskan bahwa akal budi adalah

sebuah tempat bagi cara berpikir atau cara pandang manusia.

Persoalan menjadi rumit manakala cara berpikir tersebut

dibentuk bukan saja oleh kebenaran dan terang firman Tuhan

633
Veith, Loving God With All Your Mind. Thinking as a Christian in the Postmoderm
World (Wheaton: Crossway Book, 2003), 41-42.
634
Ibid.

Brian J. Walsh dan Richard Middleton, Visi yang Memperbaharui-Pembentukan Cara


635

Pandang Kristen (Jakarta: Reformed Institute Press, 2001), 45-46.


75

tetapi oleh berbagai masukan ilmu pengetahuan kontemporer.

Indikasi tersebut dikemukakan dengan tegas oleh Veith yang

menyimpulkan bahwa saat ini banyak orang Kristen yang

berbalik dari iman mereka setelah memasuki perguruan tinggi.

Banyak orang Kristen mulai berpikir bahwa keyakinan mereka

sebelumnya sempit dan terbatas dibandingkan dengan sejumlah

pengetahuan kontemporer yang baru mereka dapatkan.

Walsh mengemukakan bahwa Alkitab adalah criteria

tertinggi untuk menilai sebuah cara pandang Kristen. Cara

pandang tersebut menuntun pada kehidupan dan bukan

kematian. Menurutnya, “Sementara cara pandang kita

diperlengkapi, memperoleh petunjuk untuk cara hidup kita. 636

Dengan demikian jelaslah bahwa mengasihi Allah dengan

segenap akal budi harus dilakukan dengan memiliki cara

pandang yang benar di dalam terang firman Tuhan. Cara

pandang yang benar, mampu mengarahkan pada cara hidup

yang benar dan mampu melepaskan manusia dari belenggu

intimidasi yang di bangun oleh pikirannya sendiri.

Rasul Paulus mengingatkan dalam dalam Kitab Roma 8:5

bahwa οἱ γὰρ κατὰ σάρκα ὄντες τὰ τῆς σαρκὸς φρονοῦσιν, οἱ δὲ

κατὰ πνεῦμα τὰ τοῦ πνεύματος, “Sebab mereka yang hidup

Brian J. Walsh dan Richard Middleton, Visi Yang Memperbaharui – Pembentukan


636

Cara Pandang Kristen (Jakarta: Reformed Institute Press, 2001), 45.


76

menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka

yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”.

Rasul Paulus memakai kata kerja indikatif present aktif

φρονοῦσιν (dari kata dasar: φρονέω) yang artinya memikirkan

secara terus menerus. Kata ini mewakili keseluruhan cara

pandang seseorang akan hidup, yakni apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan hendak dikerjakan seseorang.

Melalui tulisan di atas Paulus hendak mengatakan bahwa

orang yang berpikiran daging dikuasai oleh keinginan-keinginan

jasmani. Sebaliknya, orang yang berpikiran Kristus selalu

mencari tahu apa yang berkenan kepada Roh Tuhan dan mampu

membebaskan dirinya dari belenggu kekerasan. Orang seperti ini

melihat dunia melalui mata Kristus dan berusaha turut serta

dalam karya-karya-Nya di dunia. 637 Dari catatan Rasul Paulus

tersebut terlihat bahwa berpikir tentang hal-hal yang jahat, yang

bertentangan dengan kebenaran-Nya, tentu saja bertentangan

dengan pola pikir Kristus.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa mengasihi Allah dengan segenap akal

budi adalah pembentukan cara pandang yang benar di dalam

pikiran,gagasan, dan gambaran yang selaras dengan Allah

melalui kebenaran Alkitab sehingga kokoh dan tidak melakukan

637
Dennis F. Kinlaw, The Mind of Christ (Yogyakarta: ANDI, 1998), 101.
77

kompromi atas pertimbangan rasional, penerimaan secara

keseluruhan atas kebenaran firman Tuhan tanpa sikap keraguan,

penaklukkan pikiran dengan kekuatan iman serta kemerdekaan

yang dialami pikiran dari berbagai hal yang bersifat kekerasan.

4. Dengan Segenap Kekuatan (ἐξ ὅλης τῆς ἰσχύος)

Kata ἰσχύος berasal dari akar kata ἰσχύς adalah kata benda feminin genitif

tunggal yang artinya “kekuatan”. Dalam Markus 12:30, kata ἰσχύος mengacu pada

kemampuan manusia. Semua orang harus fokus kepada Tuhan. Kekuatan Tuhan

adalah dasar dari kekuatan orang-orang Kristen (Ef. 6:10). Penghakiman akan

dilakukan dalam kemuliaan kuasa Allah menurut 2 Tesalonika 1: 9. Tuhan

memiliki kekuatan untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan manusia

(Luk. 12:4-5). Namun kekuatan ini diajukan atas nama pelayanan Kristen juga (1

Ptr. 4:11). Hal ini dianggap berasal dari Allah dan Kristus dalam doksologi

Wahyu 5:12 dan Wahyu 7:12.638

Kalimat dengan segenap jiwa, akal budi, dan kekuatan merupakan

kesatuan dari tiga bagian dalam mengasihi seseorang dengan seluruh keberadaan

diri. Gregorius dari Nyssa menyatakan bahwa manusia terdiri dalam kesatuan tiga

bagian. Setiap orang percaya diajarkan oleh rasul, seperti yang dikatakan kepada

jemaat Efesus, untuk berdoa bagi mereka sehingga anugerah lengkap “tubuh, jiwa,

dan roh” dapat dipertahankan sampai pada kedatangan Tuhan. Menurut Gregorius,

“tubuh” mengarah pada bagian gizi, “jiwa” untuk bagian vital, dan “roh” untuk

dimensi intelektif. Dengan cara ini Tuhan memerintahkan penulis kitab Injil
638
Geoffrey W. Bromiley, Theological Dictionary of the New Testament, 379.
78

bahwa perintah mengasihi Allah harus dilakukan dengan segenap hati, jiwa, dan

akal budi. Frase “dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan” mencakup

seluruh hidup manusia: hati “jasmani”, akal budi sebagai sifat intelektual dan

mental yang tinggi, dan jiwa sebagai mediatornya.639

Kata kekuatan diterjemahkan dari kata ἰσχύος artinya

tenaga secara fisik dan energy secara keseluruhan. Menurut

pendapat Culpepper, kekuatan yang dimaksudkan oleh penulis

Markus adalah kekuatan yang merujuk pada semua energi

manusia dan vitalitasnya, yang dicurahkan untuk mengejar Allah.

Ketika seseorang mengasihi Allah dengan segenap kekuatannya,

maka hidup orang itu tidak semata-mata dihabiskan untuk

mengejar hal-hal material belaka.640 Banyak orang yang masih

memiliki pandangan yang salah selama hidup di dunia ini

dengan mencurahkan energi pada hal-hal materi seperti

kekayaan. Kekuatan manusia seharusnya di arahkan kepada

Allah sebagai penilik segala kekayaan dosa dan kedagingan.

Veith mendukung itu dengan mengatakan ”Loving God

With all your strength must refer to serving Him in our

actions.”641 Tubuh manusia harus digunakan untuk mengasihi

Allah bukanlah untuk mengejar hal-hal material di dalam dunia.

Culpepper melihat dri sisi energy manusia sedangkan Veith

639
ACCS Introduction and bibliographic information (Downers Grove, Ill.: InterVarsity
Press, 2005).
640
Culpepper, Smyth and Helwys,421
641
Veith, Loving God,149
79

melihat dari sisi fisik secara literal. Dengan segenap kekuatan,

yakni mengasihi-Nya secara literal menggunakan tubuh dan

mengasihi-Nya menggunakan seluruh energy yang dimiliki oleh

manusia yang berdiam di dlaam tubuh tersebut. Keduanya

bersinergi melayani Allah. Tulisan Rasul Paulus kepada jemaat

Korintus dapat menjadi salah satu rujukan dalam hal mengasihi

Allah menggunakan tubuh. Dikatakannya dalam 1 Korintus 6:15-

20,

Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota

Kristus? Akan kuambilkan anggota tubuh Kristus untuk

menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!

Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan

dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh denga

dia? Sebab, demikianlah katas nas: “Keduanya akan

menjadi satu daging.” Tetapi siapa yang mengikatkan

dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang

dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang

yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya

sendiri. Atau tidak tahukan kamu, bahwa tubuhmu adalah

bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus

yang kamu peroleh dari Allah,-- dan bahwa kamu bukan

milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya


80

telah lunas dibayar; Karena itu muliakanlah Allah dengan

tubuhmu.!”

Menurut Paulus dalam 1 Korintus 6:15-20, tubuh adalah

bait Allah, tempat di mana Roh Kudus berdiam. Oleh karena itu,

tubuh tidak boleh digunakan secara sembarangan terutama

untuk tujuan kepuasan dari tubuh tu sendiri yang dalam konteks

ayat tersebut berbicara tentang dosa seksual. Tubuh yang

mengasihi Allah adalah tubuh yang perlu dijaga kekudusannya

secara konsisten. Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan

adalah hasil dari sebuah transformasi spiritual menuju

keserupaan dengan Kristus. Di dalamnya berlangsung proses

pembentukan dunia batin manusia dengan cara tertentu di mana

proses ini mengenakan karakter keberadaan batin Yesus sendiri.

Keserupaan dengan Kristus tersebut terlihat melalui aktifitas di

dalam kehidupan nyata khususnya terhadap perilaku yang tidak

boleh melanggar firman Tuhan, perilaku di dalam membangun

hubungan dengan Allah dan perilaku di dalam menjalankan

interaksi terhadap sesama. Dengan demikian, tubuh yang

dipersembahkan untuk Kristus tidak lagi memiliki pilihan untuk

hidup di dalam dan menurut daging. Tubuh merupakan

pemberian Allah sehingga tidak dapat disebut sebagai sesuatu

yang jahat.
81

Terminologi Paulus tentang kedagingan dalam suratnya

kepada jemaat Kolese mendukung penjelasan tersebut di atas.

Dikatakannya dalam Kolose 3:5, “Karena itu matikanlah dalam

dirimu segala sesuatu yang duniawi, “merujuk pada sifat

kedagingan tubuh manusia yang harus dikalahkan. Alasan Paulus

cukup jelas terlihat dalam Kolose 3:3, “Kamu telah mati,

“katanya, “ dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus

di dalam Allah”.

Dengan demikian jelaslah bahwa satu-satunya alasan

mengapa tubuh harus dipersembahkan untuk Tuhan adalah

karena tubuh itu sendiri telah ditebus dan tidak lagi menjadi

miliknya sendiri. Tubuh bukan lagi hamba dosa dan melayani

kepentingan dosa dan kedagingan.

Untuk Willard mengusulkan sejumlah langkah-langkah

praktis yaitu, benar-benar menyerahkan tubuh kepada Allah

dalam arti menggunakan tubuh untuk maksud Allah; tidak

menyalahgunakannya sebagai sumber kepuasan seksualm tidak

untuk mendominasi atau memanipulasi orang lain; dan

menghormatinya dengan menjaga kekudusannya.642

Implementasi Mengasihi Allah Dalam Markus 12:30

Variabel Y, Variabel X dan Indikator

642
Willard, Renovation of The Heart, 257-261.
82

Variabel Y Variabel X1-4 Indikator


X1 = dengan segenap Hati yang terjaga
Sikap Hati
hati Kehendak jahat
Emosi Hati
X2 = dengan segenap Respon penolakan
Penyerahan hidup
jiwa Penundukan
Hubungan dengan
Mengasihi Allah
Tuhan
(Markus 12:30)
Respon iman
X3 = dengan segenap Tanggapan akal
Penaklukan pikiran
akal budi Intimidasi
Cara pandang
X4 = dengan segenap Sikap dalam ibadah
Perilaku kehidupan
akal budi Kekudusan tubuh

Kerangka Berpikir

Konsep mengasihi Allah di kalangan Mahasiswa STT Bethany

Mengasihi Allah adalah sebuah perintah Allah di mana

manusia tidak memiliki pilihan selain menaatinya. Untuk

melaksanakan perintah tersebut, Allah menuntut bukan hanya

terbatas pada pengakuan dan ritual keagamaan tertentu

melainkan, melibatkan sebuah tindakan yang lahir dari

kesadaran rohani bahwa tindakan mengasihi Allah tersebut

merupakan kebutuhan Allah di dalam diri manusia ciptaan-Nya.

Salah satu hal penting di dalam mengasihi Allah adalah

melakukannya secara keseluruhan dan melibatkan semua unsur


83

yang diperlukan dalam rangka mengasihi Allah yang dalam hal

ini segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan.

Akan tetapi ekspresi mengasihi Allah sering terlihat tidak

sama dikalangan para pelayan baik dalam hal pengertian

maupun aplikasinya. Hal ini bisa disebabkan karena

ketidaksamaan pemahaman dan tidak adanya standar yang jelas

di dalam mengasihi Allah sesuai dengan ajaran Yesus di dalam

Markus 12:30

Berdasarkan uraian tersebut di atas, sekalipun berbeda-

beda di dalam pemahaman dan perilaku, patut di duga bahwa

mahasiswa STT Bethany memiliki konsep cenderung mengasihi

Allah di dalam diri mereka. Dengan adanya pemahaman yang

tidak benar mengenai kasih kepada Allah maka ekspresi

mengasihi Allah di kalangan mahasiswa STT Bethany akan

rendah.

Faktor Dominan yang Membentuk Mengasihi Allah di Antara

Mahasiswa STT Bethany

Banyak cara dilakukan manusia untuk mengasihi dan

menyatakan kasihnya kepada Allah tetapi standar yang diikuti

untuk mengasihi Allah bukanlah seperti pandangan manusia.

Standar Allah untuk mengasihi-Nya ada empat faktor sesuai yang


84

terdapat di dalam Markus 12:30, yaitu dengan segenap hati,

segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan dari

setiap orang percaya. Mengasihi Allah dengan segenap hati

mengarah pada tindakan mengasihi-Nya dengan kehendak dan

emosi manusia. Sedangkan mengasihi Allah dengan segenap

jiwa, mengarah pada hubungan pribadi dengan Dia melalui Iman.

Mengasihi Allah dengan segenap akal budi, berarti sadar akan

keberadaan-Nya dalam kehidupan setiap hari, merenungkan

kehadiran dan kebaikan-Nya, memenuhi pikiran dengan firman-

Nya. Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan mengarah pada

cara menggunakan tubuh untuk melayani-Nya dan melakukan

tindakan-tindakan yang baik. Keempat unsur tersebut

merupakan bagian yang sejajar dan tidak terpisahkan di dalam

hal mengasihi Allah.

Dengan demikian, mengasihi Allah tidak boleh dilakukan

secara sebagian atau secara terpisah-pisah dari keempat bagian

tersebut tetapi harus dilakukan secara komprehensif. Keempat

unsur mengasihi yang disebutkan Yesus di dalam Markus 12:30,

yakni segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan

segenap kekuatan, sering tidak terlihat simultan dan

komprehensif di antara mahasiswa STT Bethany. Artinya,

mengasihi Allah dengan segenap hati saja tidak cukup tanpa

melakukan hal yang sama dengan hati, jiwa, akal budi, kekuatan.
85

Di antara keempat bagian tersebut, tidak ada yang terlihat

dominan terhadap yang lain.

Berdasarkan uraian tersebut di atas diduga bahwa apabila

mahasiswa memiliki konsep cenderung mengasihi Allah di dalam

diri mereka, maka bagian-bagian pembentuk mengasihi Allah,

dalam hal ini hati, jiwa, akal budi dan kekuatan, akan

menyumbang peranan di dalam mengasihi Allah dan mengambil

bagiannya masing-masing.

Perumusan Hipotesis

Jawaban sementara terhadap masalah yang dteliti, yang

kebenarannya perlu diuji secara empiris adalah hipotesis.

Hipotesis diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran

sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan menjadi

dasar kerja dalam verifikasi.643 Selanjutnya, bahwa hipotesa

dilakukan setelah peneliti melakukan kajian teori secara

mendalam dan kemudian dengan inspirasi teori-teori tersebut

peneliti menetakan jawaban sementara atas rumusan masalah

yang telah ditetapkan644

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka

berpikir di atas diajukan hipotesis sebagai beriku

643
Harianto GP, Studi Eksplanatori-Konfirmatori Ajaran Kitab 1 Samuel 1-9 Tentang
Prinsip Panggilan Pelayan Tuhan Di antara Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany
Surabaya, Disertasi (Semarang: Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia 2012), 244.
644
Ibid, 245.
86

1. Mengasihi Allah dengan segenap hati dalam Markus 12:30

di antara mahasiswa STT Bethany cenderung ada pada

posisi rendah menuju sedang.

2. Mengasihi Allah dengan segenap jiwa dalam Markus 12:30

di antara mahasiswa STT Bethany cenderung ada pada

posisi rendah menuju sedang.

3. Mengasihi Allah dengan segenap akal budi dalam Markus

12:30 di antara mahasiswa STT Bethany cenderufng ada

pada sedang menuju tinggi.

4. Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan dalam Markus

12:30 di antara mahasiswa STT Bethany cenderung ada

pada posisi sedang menuju tinggi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab III ini, berturut-turut dibahas metodologi penelitian yang

dipakai dalam penelitian, yakni meliputi: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode

Penelitian, Populasi, Teknik Pengumpulan Data, Pengembangan Instrumen,

termasuk di dalamnya Kalibrasi Instrumen dan Analisis Data.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian adalah Kampus STT Bethany Surabaya yang

beralamat di Jl. Manyar Rejo II/36-38 Surabaya. Waktu penelitian selama dua

bulan yaitu bulan Maret-April 2018.

Pelaksanaan Uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu pertama Januari

2018, sedangkan pengambilan data pada minggu ke-2 bulan April 2018.

Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis yang

menyatakan hubungan indikator dengan variabel terikat. Survei dikembangkan

berdasarkan penelitian eksplanatori, karena survei ini melakukan kajian mendalam

terhadap variable terikat (Y) melalui pengembangan variabel bebas.645

Secara konseptual, di dalam menyusun model kausal terhadap mengasihi

Allah, masalah yang dihadapi adalah menetapkan variabel dan indikator mana di

dalam model yang merupakan variabel bebas dan mana variabel ketergantungan.

645
Sasmoko, Penelitian Eksplanatori dan Konfimatori (Neuroresearch) (UKIP Sorong,
2011), 316.

87
88

Sasmoko mengatakan bahwa urutan dalam menyusun model tersebut harus

disusun berdasarkan teori atau hipotesis yang benar, artinya disusun berdasarkan

kajian teoritis.646 Selanjutnya Sasmoko mengatakan, bahwa exogenous variabel

adalah variabel yang keragamannya tidak dipengaruhi oleh penyebab di dalam

system, dan variabel ini tidak dapat ditetapkan sebagai variabel pemula yang

memberi efek kepada variabel lain. Dan secara khusus, variabel ini tidak dapat

diperhitungkan jumlah sisanya, meskipun sebenarnya juga mempunyai

sisa/error.647

Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

pendidikan.648

Penelitian eksplanatori berdasarkan pada kuantitatif dalam pengumpulan

dan analisis data untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. 649 Penelitian

eksplanatori termasuk tipe penelitian teoritikal untuk ilmu-ilmu sosial, artinya

penjelasan atau hal-hal yang berkaitan dengan menjelaskan, baik menjelaskan

peristiwa atau keadaan sekarang maupun menjelaskan peristiwa atau keadaan

yang akan datang. Menjelaskan berarti menerangkan mengapa terjadi atau apa yag

646
Ibid., 317.
647
Sasmoko, Penelitian Eksplanatori dan Konfimatori, 317.
648
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), 3.
649
Andreas Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Hiup,
2004), 5.
89

akan terjadi. Jadi menjelaskan itu menunjukkan penyebab dari peristiwa (terjadi)

atau menunjukkan akbat dari terjadinya peristiwa itu. Oleh karena itu, metode

penelitian semacam ini disebut sebab-akibat (kausalitas).

Metode penelitian ini adalah survei yang bersifat eksplanatori-konfirmatori.

Eksplanatori-konfirmatori adalah untuk menjelaskan hubungan kausal dan

pengujian hipotesa.650 Disebut survey, karena penelitian ini menggunakan sampel

yang representative untuk mengambil kesimpulan ke populasi. Sedangkan

penelitian ini disebut bersifat eksplanatori, karena dalam proses penelitian ingin

mengkaji atau menggali secara mendalam variabel terikat (Y) melalui

pengembangan exogenous dan endogenous variabel. Di mana kajian mendalam

(kajian teoritis atau telaah teologis) tersebut merupakan hasil studi dari

eksploratori yang adalah studi mendalam terhadap variabel Implementasi

Mengasihi Allah Dalam Markus 12:30 Diantara Mahasiswa Sekolah Tinggi

Teologi Bethany (Metode Penelitian Kuantitatif dengan Pendekatan Eksplanatori-

Konfirmatori). Dan disebut konfirmatori, karena penelitian ini juga mengkaji

secara mendalam melalui indicator sebagai variabel moderator.

Secara konseptual, di dalam menyusun model kausal 651 terhadap penerapan

Ajaran Kitab Markus 12:30 tentang “Implementasi Mengasihi Allah” di antara

Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya, masalah yang dihadapi

650
Masri Singarimbun,“Metode dan Proses Penelitian”, dalam Metode Penelitian Survai,
editor: Masri Singarimbun & Sofian Effendi (Jakarta: LP3ES, 1995), 4.
651
Sasmoko, Penelitian Eksplanatori dan Konfirmatori (Jakarta: UKIP Sorong dan PT
Media Plus, 2011), 35 mengatakan model adalah suatu bangunan teoris atas kerangka kerja analitis
yang didasarkan atas seperangkat proposisi. Kata kunci model adalah “merangkai atau menata”.
Model kausal mengarahkan pada “merangkai” yang bersifat sebab akibat.
90

adalah menetapkan variaber atau indikator mana di dalam model yang merupakan

variabel bebas dan mana variabel tergantungnya.

Secara sederhana, rencana atau ramalan pola hubungan antar variabel

penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Exogenous Variabel

X1

X2 Endogenous Variabel

Y
X
X3

X4

L1 - L5

Moderator Variabel

Gambar 3.1.

Keterangan Gambar 3.1

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Exogenous (X) yang terdiri atas empat indikator, yaitu

X1 : Mengasihi Allah dengan segenap hati.

X2 : Mengasihi Allah dengan segenap jiwa

X3 : Mengasihi Allah dengan segenap akal budi


91

X4 : Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan

Variabel endogenous Y: Mengasihi Allah.

Variabel Moderator (latar belakang) yang terdiri atas 5 indikator:

L1 : Latar Belakang Pendidikan (1 = SMU; 2=SMK; 3=Diploma 1)

L2 : Latar Belakang Suku (1 = Jawa; 2 = Tionghoa; 3 = Manado; 4= Batak; 5=

Nias; 6 = Timor; 7 = Makasar; 8 = Kalimantan; 9 = Ambon; 10 = Luwuk-

Banggai; 11 = Papua)

L3 : Latar Belakang Gereja (1 = Protestan; 2= Pantekosta; 3= Kharismatika)

L4 : Latar Belakang Usia (1 = 19-25; 2= 26-50; 3=51-70)

L5 : Latar Belakang Status asal keluarga (1 = dari keluarga hamba Tuhan; 2= dari

keluarga Kristen; 3= dari keluarga bukan Kristen).

Populasi

Populasi merupakan suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang

merupakan perhatian peneliti, di mana obyek penelitian sebagai sarana untuk

mendapatkan dan mengumpulkan data.652 Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian653 atau jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirri-cirinya akan di

duga.654 Bersangkutan di atas, maka dalam penelitian ini, populasi yang digunakan

652
Sasmoko, Metode Penelitian (Jakarta: ITKI, 2006), 134.
653
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 130.
654
Ida Bagoes Mantra dan Kasto, “Penentuan Sampel” dalam Metode Penelitian Survei
(Masri Singarimbun dan Sofian Effendi: Jakarta: LP3ES, 1995), 152.
92

oleh peneliti adalah seluruh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany

Surabaya Angkatan 2015 – 2017 dengan jumlah 60 mahasiswa.

Pemilihan karakteristik populasi pada penelitian ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa mahasiswa yang dipilih sebagai unit populasi merupakan

kelompok atau individu yang mempunyai karakteristik dan memiliki erat dengan

Sekolah Tinggi Teologi tersebut.

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa STT Bethany Surabaya.

Jumlah populasi 60 mahasiswa. Dari jumlah tersebut diambil 30 mahasiswa untuk

uji coba dan sisanya 30 mahasiswa menjadi responden penelitian.

Oleh karena jumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany 60 orang,

maka untuk mendapatkan data yang valid peneliti mengambil semua mahasiswa

yang ada sebagai populasi. Hal yang demikian, menurut Sasmoko adalah

merupakan teknik “Disproposionate Stratified Random Sampling” artinya,

menggunakan penelitian seluruh populasi yang ada.655

Karena populasi yang diambil hanya 60 mahasiswa, maka dalam penelitian

ini sample tidak diperlukan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

“Teknik Observasi tak langsung”. Menurut Winarno Surakhmad bahwa teknik

Observasi tak langsung adalah data dimana penyelidikan mengadakan

pengamatan terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki dengan perantara sebuah

655
Sasmoko, Metode Penelitian Pengukuran dan Analisis Data” (Jakarta: STT Harvest,
2005), 62.
93

alat (kuesioner), baik alat yang sudah ada (yang semula tidak khusus dibuat untuk

keperluan tersebut), apapun yang sengaja dibuat untuk keperluan yang khusus itu.

Pelaksanaannya dapat berlangsung di dalam situasi yang sebenarnya maupun di

dalam situasi yang buatan.656

Berkaitan alat pengumpulan data, maka penelitian menggunakan metode

angket (kuesioner). Metode angket adalah menggunakan sebuah set pertanyaan

yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan

merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji

hipotesis.657Dalam penelitian ini hanya mempunyai satu set angket yaitu untuk

mengukur variabel “Implementasi Mengasihi Allah Dalam Markus 12:30 di

antara Mahasiswa STT Bethany” (Y). Angket yang digunakan dalam penelitian

berstruktur (angket tertutup), berisi pernyataan-pernyataan yang disertai dengan

pilihan jawaban untuk pernyataan-pernyataan tersebut.658

Pengembangan Instrument Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati.659 Instrumen ini digunakan untuk mengukur dan

mengumpulkan data sebagai nilai variabel yang diteliti.

Skala yang digunakan untuk mengukur data adalah Skala Likert. Skala

Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

656
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode Teknik (Bandung:
Tarsito, 1994), 162.
657
Nazir, Metode Penelitian, 2013.
658
Sasmoko, Metode Penelitian Pengukuran dan Analisis Data, 80.
659
Iskandar, 78; Sugiyono, 102. Kualitas instrument berkaitan dengan skala pengukuran,
susunan kalimat pernyataan atau pertanyaan, dan kesesuaian tingkat responden dengan skala
pengukurannya. Eliezer Sasmoko, Penelitian Eksplanatori dan Konfirmatori, 116.
94

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena

pendidikan.660 Skala ini menggunakan skor 1-5 dapat digambarkan dalam

pertanyaan positif dan negatif dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2

Bobot Penilaian menurut Skala Likert

Jawaban Responden Bobot Nilai Bobot Nilai

Pertanyaan Pertanyaan

Positif Negatif
Selalu 5 1
Sering 4 2
Jarang 3 3
Kadang-kadang 2 4
Tidak pernah 1 5
Kisi-kisi

Berikut ini adalah kisi-kisi instrument variabel Implikasi Mengasihi Allah

Dalam Markus 12:30 Di antara Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany yang

terdiri dari dimensi, indikator, dan nomor butir instrument. Apakah yang sudah

Bapak lakukan sampai saat ini dalam meresponi kondisi kehidupan orang-orang

berdosa saat ini? Jelaskan.

NO Dimensi Indikator Nomor Butir


mendedikasikan diri seutuhnya 1,2,3
Mengasihi dengan 1
1 kepada Tuhan
Segenap Hati 2 melayani Tuhan dalam totalitas 4,5,6
3 mengakui Allah sebagai satu- 7,8,9
660
Harianto GP, Studi Eksplanatori-Konfirmatori Ajaran Kitab 1 Samuel 1-9 Tentang
Prinsip-Prinsip Panggilan Pelayan Tuhan Di antara Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany
(Semarang: Baptis, 2012), 254.
95

satunya yang layak disembah.


Otoritas Allah yang mengatur 10,11,12

nafas kehidupan secara


1
keseluruhan yang bersandar

Mengasihi dengan kepada-Nya,


2 orang percaya memikirkan semua 13,14,15
Segenap Jiwa 2
kebajikan yang patut dipuji.
memenuhi perasaan orang percaya 16,17,18

3 dengan perasaan Tuhan yang

peduli kepada orang lain


menundukkan kehendak diri 19,20,21

4 orang percaya kepada kehendak

Tuhan.
1 segala aspek akal budi yang 22,23,24

dirancang oleh manusia untuk

Mengasihi dengan menopang kehidupannya haruslah


3
Segenap Akal Budi diarahkan untuk mengasihi Allah.

hidup tidak semata-mata 25,26,27

1 dihabiskan untuk mengejar hal-hal


Mengasihi dengan
material belaka
4
2 kemampuan mencerminkan secara 28,29,30
Segenap Kekuatan
berkesinambungan karakter orang

percaya

Kalibrasi Instrumen Mengasihi Allah


96

Instrumen uji coba yang dipergunakan untuk mengumpulkan data

Mengasihi Allah dijaring dengan kuesioner Likert dengan skala penilaian 1

sampai dengan 5. Karena instrument adalah alat untuk mendapatkan data atau

seperti alat ukur dalam pekerjaan teknik, maka diperlukan syarat-syarat tertentu

agar data yang diperolehdari pengukuran tersebut sahih (valid) dan terandalkan

(reliable).

Instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi (contentvalication) dan

validitas konstruksi (construct validation). Sasmoko mengatakan bahwa validitas

isi menunjuk sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi yang

dikehendaki.661 Selanjutnya Sasmoko mengatakan bahwa validitas konstruksi

memiliki makna seberapa jauh instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur,

atau mengukur sifat atau konsruksi teoritik tertentu yang dikembangkan peneliti

berdasarkan kerangka berpikir. Untuk mewujudkannya perlu dilakukan validasi

dari dua promotor dan uji coba instrument.662

Kalibrasi (uji coba) instrument Mengasihi Allah dilakukan melalui uji

validitas dan reliabilitas kepada 30 mahasiswa sebagai responden. Kalibrasi

dilakukan dengan maksud untuk menguji kehandalan dan kesahihan butir

instrument yang hasilnya akan digunakan untuk mendapatkan data sampel yang

valid dan reliable. Sasmoko mengatakan bahwa untuk menguji construct Validity

tahap pertama, dapat dilakukan dengan iterasi orthogonal. 663 Hal tersebut dipilih

karena variabel Mengasihi Allah dalam penelitian ini adalah variabel konseptual,

661
Sasmoko, Penelitian, 156-57.
662
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 176.
663
Sasmoko, Penelitian Pengukuran dan Analisis Data, 164-170.
97

yaitu variabel yang dikembangkan berdasarkan pendekatan teoritis untuk

menemukan construct variabel.

Vadilitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data yang sahih dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. 664

Sedangkan data yang sahih yang di dalam proses pengumpulannya akan berguna

bilamana alat pengukur yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang

tinggi.665Reliabilitas adalah alat untuk mengukur sesuatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk.butir pertanyaan dikatakan

reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten.666 Alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi jika alat ukur tersebut

stabil mengukur yang seharusnya diukur. Jika terpenuhi semua, maka instrumen

penelitian tersebut dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan

(predictability). Artinya, alat ukur tersebut tidak berubah-ubah dalam mengukur

variabel penelitian. Selain itu dibutuhkan juga aspek akurasi di mana jika terjadi

error, yaitu error pengukuran yang random sifatnya dapat ditolerir.667

Berdasarkan pemahaman di atas, maka dibutuhkan alat penguji bagi

pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Alat pengujian tersebut adalah uji validasi

dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-

664
Ibid., 220.
665
Djamaludin Ancok, “Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan” dalam Metode
Penelitan Survai. Ed. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Jakarta: LP3ES, 1995), 122.
666
Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesisi (Yogyakarta: Medpress, 2009),
67.
667
M. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 134.
98

butir pertanyaan yang ada dalam sebuah instrumen, apakah isi butir pertanyaan

atau pernyataan sudah valid dan reliabel. Jika sudah valid dan realiabel, maka

butir-butir instrumen sudah dapat digunakan dalam penelitian.668

Ada dua cara untuk pengujian validitas dan reliabilitas adalah : (1) Uji

Validitas Konstruksi (Content Validation/ Construct Validity) dan (2) Uji Coba

Instrumen di lapangan (Iterasi Orthogonal). Untuk menguji validitas konstruksi,

dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment exprerts). Dalam hal ini setelah

instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para

ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para

ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada

perbaikan, dan mungkin, dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan

minimaltiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai

dengan lingkup yang diteliti.669 Nilai rata-rata validasi 3 adalah valid, karena

pernyataan itu relevan dan jelas, tetapi di bawah 3, yaitu 2 atau 1 adalah tidak

valid karena pernyataan tidak valid dan tidak jelas.

Setelah uji validasi konstruksimaka dapat dilakukan uji coba dari proses

validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah

responden sebagai sempel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau

ekuivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon sempel

uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas

empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan. Jumlah


668
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, 95.
669
Sugiyono, Metode Penelitia Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2011), 125; Lihat Lampiran 1 Hasil Validitas Isi Instrumen Penelitian Oleh Tim Ahli.
99

responden uji coba sedapat mungkin berjumlah 30. Jika tidak memungkinkan

jumlahnya dapat juga di bawah 30670 nilai validitas di atas 30 reponden adalah

nilai yang dapat diterima dalam analisis faktor. Analisis ini dilakukan untuk

menggugurkan item-item instrumen yang nilainya di bawah 30 responden.

Apabila telah digugurkan, peneliti melakukan analisis berikutnya, jika item-item

instrumen yang nilai di bawah 30 responden maka peneliti menggugurkan sekali

lagi. Jika tidak ada lagi ni lai item-item di bawah 30 responden maka analisis

faktor tidak dilanjutkan.671

Untuk menguji validitas instrumen dilakukan perbandingan antara nilai “r

hitung” dengan nilai “r tabel” untuk degree of freedom = n-k. dalam hal ini

ditentukan “r tabel” adalah 0,361 yang menunjuk pada posisi 30 responden. Jika

“r hitung” untuk r tiap butir pertanyaan bernilai positif dan lebih besar dari “r

tabel” butir pertanyaan bernilai positif, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan

valid.672

Dalam menggambarkan keajengan instrumen Penerapan ajarandalam

Markus 12:30 tentang “Implementasi Mengasihi Allah” di antara Mahasiswa

Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya (Y), peneliti menetapkan indek

reliability (reliability indexs) sebatas untuk internal consistency dengan rentang

dimana nilai “r” antara 0 sampai 1. Jika nilai semakin mendekati 1 berarti

670
Sasmoko, Penelitian Pengukuran dan Analisis Data, 102-1037. Sugiyono, Metode
Penelitia Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 125. Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,
Analisis Kolerasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 32
menyarankan sekitar 20-30 responden. Duwi Priyanto, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS
(Yogyakarta: MediaKom, 2010) menyarankan 25-30 responden.
671
Duwi Priyanto, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, 90.
672
Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesisi, 72; Sugiyono, Metode Penelitia
Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 333.
100

hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya jika nilai semakin mendekati 0

maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Alasannya, penelitian ini hanya

dilakukan dalam satu periode dan tidak sedang mengembangkan tes baru baru

variabel tersebut. Di sini peneliti bermaksud membuat informasi keajengan

instrumen untuk penelitia lebih lanjut.673

Instrumen penelitian ini hanya menggunakan validitas isi (content

validition)674 karena construct theoretical tentang Penerapan Ajaran Kitab Markus

12:30 tentang “Implementasi Mengasihi Allah” di antara Mahasiswa Sekolah

Tinggi Teologi Bethany Surabaya (Y) bersifat eksegese (ekspositori). Dengan

demikian validitas isi yang dimaksud menunjuk sejauh mana instrumen Penerapan

Ajaran Kitab Markus 12:30 tentang “Implementasi Mengasihi Allah” di antara

Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya (Y) sesuai isi yang

diharapkan.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti melakukan uji coba lapangan

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3. 3.

Iterasi Orthogonal ke-1

Butir rhitung rtabel Keterangan

673
Sasmoko, Penelitian Pengukuran dan Analisis Data, 179.
674
Ibid., 156-157 di mana Sasmoko mengatakan bahwa Validitas Isi dilakukan dengan
pertimbangan ahli (rational judgment). Validitas isi terdiri dari 2 yaitu: face validity dan logical
validity. Face validity menitikberatkan pada validitas tampak. Peneliti dalam hal ini meminta
kepada pakar untuk menilai butir-butir instrumen apakah telah baik dalam mencerminkan indikator
atau dimensi variable. Sedang logical validity menitikberatkan kepada apakah dimensi atau
indicator telah mencerminkan gambaran suatu variabel yang akan diukur, apakah butir instrument
telah sesuai untuk indikator yang bersangkutan.
101

Pernyataan
X1 0, 141 0,361 Gugur
X2 0, 381 0,361 Valid
X3 0, 510 0,361 Valid
X4 0, 540 0,361 Valid
X5 0, 348 0,361 Gugur
X6 0, 614 0,361 Valid
X7 0, 645 0,361 Valid
X8 0, 311 0,361 Gugur
X9 0, 438 0,361 Valid
X10 0, 735 0,361 Valid
X11 0, 735 0,361 Valid
X12 0, 625 0,361 Valid
X13 0, 409 0,361 Valid
X14 0, 607 0,361 Valid
X15 0, 449 0,361 Valid
X16 0, 639 0,361 Valid
X17 0, 520 0,361 Valid
X18 0, 542 0,361 Valid
X19 0, 639 0,361 Valid
X20 0, 683 0,361 Valid
X21 0, 489 0,361 Valid
X22 0, 554 0,361 Valid
X23 0, 558 0,361 Valid
X24 0, 622 0,361 Valid
X25 0, 797 0,361 Valid
X26 0, 657 0,361 Valid
X27 0, 508 0,361 Valid
X28 0, 272 0,361 Gugur
X29 0,560 0,361 Valid
X30 0, 344 0,361 Gugur

Tabel di atas menyimpulkan bahwa ada lima pertanyaan dalam posisi di

bawah r tabel adalah 0, 361, yaitu nomor 1 r hitung adalah 0, 141, pertanyaan

nomor 5 adalah 0, 348, pertanyaan nomor 8 adalah 0, 311, pertanyaan nomor 28

adalah 0, 272, dan pertanyaan nomor 30 adalah 0, 344. Jadi kelima pertanyaan

tersebut dalam posisi tidak valid atau gugur. Dengan demikian pernyataan yang

valid menjadi sebanyak 25 item sebagai berikut:


102

Tabel 3.4.

Iterasi Orthogonal ke-2

Butir rhitung rtabel Keterangan

Pernyataan
X1 0, 381 0,361 Valid
X2 0, 510 0,361 Valid
X3 0, 540 0,361 Valid
X4 0, 614 0,361 Valid
X5 0, 645 0,361 Valid
X6 0, 438 0,361 Valid
X7 0, 735 0,361 Valid
X8 0, 735 0,361 Valid
X9 0, 625 0,361 Valid
X10 0, 409 0,361 Valid
X11 0, 607 0,361 Valid
X12 0, 449 0,361 Valid
X13 0, 639 0,361 Valid
X14 0, 520 0,361 Valid
X15 0, 542 0,361 Valid
X16 0, 639 0,361 Valid
X17 0, 683 0,361 Valid
X18 0, 489 0,361 Valid
X19 0, 554 0,361 Valid
X20 0, 558 0,361 Valid
X21 0, 622 0,361 Valid
X22 0, 797 0,361 Valid
X23 0, 657 0,361 Valid
X24 0, 508 0,361 Valid
X25 0,560 0,361 Valid

Reliabilitas alat ukur yang akan disususn sebanyak 55 item yang mengukur aspek

yang sama.675 Indeks reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha.676 Untuk pengujian tersebut menggunakan batasan tertentu

675
Sugiyono, Metode Penelitia Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 343.
676
Duwi Priyanto, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, 97. ; Danang Sunyoto,
Analisis Regresi dan Uji Hipotesisi, 86.
103

seperti 0,6. Menurut sekaran, reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,

sedangkan 0,7 dapat dierima dan di atas 0,8 adalah baik. 677 Berkaitan perhitungan

Cronbach’s Alpha di atas, maka didapatkan bahwa Dimensi Mengasihi dengan

Segenap Hati 0, 949, Dimensi Mengasihi dengan Segenap Jiwa 0, 959 dan

Dimensi Mengasihi dengan Segenap Akal Budi 0,891, Dimensi Mengasihi dengan

Segenap Kekuatan 0, 954. Dengan demikian derajat realibilitas perhitungan

Cronbach’s Alpha mengenai keempat dimensi tersebut adalah baik.678

Tabel 3. 5.

Instrumen Final

N Dimensi Indikator Butir

O Pernyataan

Sebelum

Diacak
1 Mengasihi mendedikasikan diri 1 (+); 2 (+);
1
dengan seutuhnya kepada Tuhan 3 (+)
melayani Tuhan dalam 4 (+); 5 (+);
Segenap 2
totalitas 6 (+)
Hati 3 mengakui Allah sebagai satu- 7 (+); 8 (+);

satunya yang layak 9 (+)


677
Ibid., 98; Bambang Setiaji, Panduan Riset dengan pendekatan Kuantitatif (Surakarta:
Program Pascasarjana UMS, 2004), 67 mengatakan bahwa bila koefisien > 0,6 maka instrumen
dalam kuesioner cukup reliable.
678
Lihat Lampiran 5 Cronbach’s Alpha Dimensi Mengasihi dengan Segenap Hati,
Mengasihi dengan Segenap Jiwa, Mengasihi dengan Segenap Akal Budi, Mengasihi dengan
Segenap Kekuatan.
104

disembah.
Otoritas Allah yang mengatur

nafas kehidupan secara 10 (+); 11


1
keseluruhan yang bersandar (+); 12 (+)

Mengasihi kepada-Nya,
orang percaya memikirkan
dengan 13 (+); 14
2 2 semua kebajikan yang patut
Segenap (+); 15 (+)
dipuji.
Jiwa memenuhi perasaan orang

percaya dengan perasaan


3 16(+); 17 (+)
Tuhan yang peduli kepada

orang lain
menundukkan kehendak diri
18 (+); 19
4 orang percaya kepada
(+)
kehendak Tuhan.
1 segala aspek akal budi yang 20 (+); 21(+)

dirancang oleh manusia

Mengasihi untuk menopang

dengan kehidupannya haruslah


3
Segenap diarahkan untuk mengasihi

Akal Budi Allah.

hidup tidak semata-mata


Mengasihi 22 (+); 23
1 dihabiskan untuk mengejar
4 dengan (+)
hal-hal material belaka
Segenap 2 kemampuan mencerminkan 24 (+); 25
105

Kekuatan secara berkesinambungan


(+)
karakter orang percaya

Teknik Analisis Data

Untuk sampai pada tahap pengujian data hipotesis penelitian, perlu

dilakukan terlebih dahulu tahap-tahap dalam analisis data. Tahap-tahap analisis

data tersebut meliputi: (a) mendeskripsikan data untuk setiap variabel dan

indikator penelitian; (b) melakukan uji persyaratan analisis; dan (c) menguji

hipotesis.

Deskripsi data setiap variabel penelitian, meliputi perhitungan distribusi

frekuensi data berdasarkan skala interval, historgram data tunggal, perhitungan

rerata atau mean, median, modus, dan standar deviasi.

Uji Persyaratan analisis, diperlukan sebagai persyaratan melakukan uji

hipotesis dengan korelasi, dan analisis regresi. Uji persyaratan tersebut, meliputi

uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas menggunakan estimasi proporsi

rumus Blom dengan pendekatan P-P Plot atau Q-Q Plot. Dan uji linieritas

dilakukan dengan uji regresi linier pada taraf signifikan a > 0.05.

Uji hipotesis pertama dilakukan dengan rumus Confidence Interval (m) baik

untuk variabel endogenous (Y) maupun untuk variabel exogenous (X1, X2, X3, X4)

dengan cara menghitung posisi lower and upper bound. Dalam menjelaskan

kecenderungan variabel, peneliti menetapkan sejumlah kategori berdasarkan

kerangka berpikir untuk meyimpulkan kecenderungan variabel, dalam hal ini

terdiri dari tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi.


106

Uji hipotesis kedua dilakukan dengan analisa korelasi sederhana (ryn);

determinasi varians (r2yn); uji signifikansi korelasi sederhana (uji t); persamaan

garis regresi linier dengan persamaan garis Y = a + X n disertai gambar dan makna

persamaan tersebut; dan uji signifikansi regresi (F) melalui tabel Anova. Uji

hipotesis kedua ini dilengkapi dengan analisis pengaruh langsung atau tidak

langsung antara Y sebagai endogenous variabel secara bersama-sama dengan X1,

X2, X3, X4 sebagai exogenous variabel. Pendekatan analisis ditetapkan

menggunakan C&RTatau Classification and Regression Tree.

Uji hipotesis ketiga dilakukan untuk menentukan secara bersama-sama

kategori latar belakang moderator yang paling dominan mempengaruhi

Implementasi Mengasihi Allah Dalam Markus 12:30 Di antara Mahasiswa

Sekolah Tinggi Teologi Bethany sebagai variabel endogenous (Y). Uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan perhitungan Classification and Regression Trees

atau Categorical Regression Trees (CART). Caranya, dengan menetapkan

Prunning yaitu Depth sebesar 2, Parent sebesar 2, dan Child sebesar 1 pada taraf

signifikansi < 0.05.679

679
Sasmoko, Penelitian Eksplanatori dan Konfirmasi, 314.
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan di dalam bab ini. Urutan

penyajiannya sebagai berikut: deskripsi data, pengujian persyaratan analisis,

pengujian hipotesis, analisis dan pembahasan hasil penelitian.

Deskripsi Data

Setelah melakukan ujia coba untuk menghasilkan butir-butir yang valid,

maka angket yang 25 butir pernyataan valid tersebut didistribusikan kepada 90

mahasiswa angkatan 2015-2017 STT Bethany Surabaya. Jumlah angket

dikembalikan sebanyak 90 dan telah terisi semua sehingga layak untuk dianalisis.

Berikut disajikan deskripsi data dari latar belakang responden dan variabel

penelitian. Berikut ini disajikan deskripsi data dari latar belakang responden dan

variabel penelitian. Penyajian menggunakan statistik deskriptif yang disertai

grafik dan tabel.680 Adapun profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian

ini, adalah sebagai berikut: Data menunjukkan bahwa jumlah responden yang

berpartisipasi dalam penelitian sebanyak 90 orang dengan komposisi berdasarkan

jenis kelamin (XL1), laki-laki sebanyak 50 orang atau 55.6 % dan perempuan

sebanyak 40 orang atau 44.4 %.

Jenis Kelamin

680
Sugihyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2012), 29, mengatakan
bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap obyek yang diteliti data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

100
101

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 50 55.6 55.6 55.6

Valid Perempuan 40 44.4 44.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Gambar 4.1. Prosentase Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenjang umur responden, pengelompokkan diperlihatkan dalam tabel

di bawah ini:

Tabel 4.1. Kelompok Responden berdasarkan Jenjang Umur


102

Kelompok Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

19-25 Tahun 75 83.3 83.3 83.3

26-50 Tahun 13 14.4 14.4 97.8


Valid
51-70 Tahun 2 2.2 2.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh deskripsi data tentang kategori umur

responden (XL2) adalah sebagai berikut: responden umur 19-25 tahun sebanyak

75 orang (83,3 persen), 26-50 tahun sebanyak 13 orang (14.4 persen) dan 51-70

tahun sebanyak 2 orang (2.2 persen).

Gambar 4.2. Prosentase Responden Berdasarkan Umur


103

Adapun tingkat pendidikan responden dibagi ke dalam tiga kategori dan

tabulasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Kelompok Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SMU 77 85.6 85.6 85.6

Valid SMK 13 14.4 14.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Berdasarkan data diperoleh, deskripsi data tentang kategori tingkat

pendidikan (XL3) adalah sebagai berikut: responden berpendidikan SMU/SMK

sebanyak 77 orang (85,6 persen), dan SMK sebanyak 13 orang (14.4 persen).

Gambar 4.3. Prosentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


104

Adapun pengelompokkan responden berdasarkan Latar Belakang Pelayanan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Kelompok Responden berdasarkan Suku

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Jawa 22 24.4 24.4 24.4

Manado 4 4.4 4.4 28.9

Batak 4 4.4 4.4 33.3

Nias 4 4.4 4.4 37.8

Valid Makasar 43 47.8 47.8 85.6

Ambon 4 4.4 4.4 90.0

Luwuk/ Bangga 6 6.7 6.7 96.7

Papua 3 3.3 3.3 100.0

Total 90 100.0 100.0


105

Gambar 4.4. Tabel Responden Berdasarkan Latar Belakang Suku

Berdasarkan hasil penelitian, deskripsi data yang diperoleh dari Latar

Belakang Suku (XL4) didapatkan hasil Suku Jawa 22 orang (24.4 persen), Suku

Manado 4 orang (4.4 persen), Suku Nias 4 orang (4.4 persen), Suku Batak dan 4

orang (4.4 persen), Suku Makassar 47 orang (47,8 persen), Suku Ambon 4 orang

(4.4 persen), Suku Luwuk/Banggai 6 orang (6.8 persen), dan Suku Papua 3 orang

(3.3 persen).

Jika dibagi ke dalam status asal Gereja maka komposisi responden menjadi:

Tabel 4.6. Kelompok Responden berdasarkan Status Asal Gereja

Asal Gereja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid Protestan 67 74.4 74.4 74.4

Pantekosta 4 4.4 4.4 78.9


106

Kharismatik 19 21.1 21.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Berdasarkan data yang ada, maka dapat dideskripsikan berdasarkan status

asal Gereja sebagai berikut: responden berasal dari Gereja Protestan sebanyak 67

orang (74.4 Persen), responden berasal dari Gereja Pantekosta ada 4 responden

(4.4 persen), dan responden yang berasal dari Gereja Kharismatik ada sebanyak

19 orang (21,1 persen) .

Gambar 4.5. Diagram Responden Berdasarkan Asal Gereja

Jika dibagi ke dalam status asal keluarga maka komposisi responden menjadi:
107

Tabel 4.6. Kelompok Responden berdasarkan Status Asal Keluarga

Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Hamba Tuhan 11 12.2 12.2 12.2

Kristen 78 86.7 86.7 98.9


Valid
Non Kristen 1 1.1 1.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Berdasarkan data yang ada, maka dapat dideskripsikan berdasarkan status

asal Keluarga sebagai berikut: responden berasal dari Keluarga Hamba Tuhan

sebanyak 11 orang (12.2 Persen), responden berasal dari keluarga Kristen ada 78

responden (86.7 persen), dan responden yang berasal dari keluarga non Kristen

ada sebanyak 1 orang (1,1 persen).


108

Untuk menggambarkan variabel dan dimensi dari exogenous variable dan

endogenous variable, yakni Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30

diantara Mahasiswa STT Bethany, digunakan statistik deskriptif yang meliputi

skor teoritis, skor empiris, mean, dan standard error of mean; median; standar

deviasi; varians; rangedan dan histogram.

Variabel Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30 diantara Mahasiswa


STT Bethany (Y)

Dari hasil penelitian terhadap 90 responden, diperoleh hasil untuk: skor

teoritis adalah, Skor empiris adalah 120 s/d 150 ; Rata-rata ( mean) sebesar

138,34, dan titik tengah (median) 141,50; nilai yang sering muncul (mode) adalah
109

145, Simpangan Baku (standar deviasi) sebesar 9.97; rentangan (range) sebesar

99; histogram dari variabel.681

Dimensi (Y)

Dari hasil penelitian terhadap 90 responden, diperoleh hasil untuk: Skor

empiris adalah 33 s/d 45; Rata-rata ( mean) sebesar 40.58; dan titik tengah

(median) 40,50; nilai yang sering muncul (mode) adalah 45; Simpangan Baku

(standar deviasi) sebesar 3,52; rentangan (range) sebesar 12. Adapun histogram

dari dimensi ini adalah sebagai berikut:

681
Gambaran lengkap deskripsi data variable termasuk distribusi frekuensi dapat dilihat
pada lampiran
110

Dimensi (Xd1)

Dari hasil penelitian terhadap 90 responden, diperoleh hasil untuk: Skor

empiris adalah 47 s/d 60; Rata-rata ( mean) sebesar 55.64; titik tengah (median)

57.50; nilai yang sering muncul (mode) adalah 60; Simpangan Baku (standar

deviasi) sebesar 4.65; rentangan (range) sebesar 13; Adapun histogram dari

dimensi ini adalah sebagai berikut:


111

Dimensi (Xd2)

Dari hasil penelitian terhadap 90 responden, diperoleh hasil untuk: Skor

empiris adalah 12 s/d 15; Rata-rata ( mean) sebesar 14.05, titik tengah (median)

15; nilai yang sering muncul (mode) adalah 15; Simpangan Baku (standar

deviasi) sebesar 1.13; rentangan (range) sebesar 3. Adapun histogram dari

dimensi ini adalah sebagai berikut:


112

Dimensi (Xd3)

Dari hasil penelitian terhadap 90 responden, diperoleh hasil untuk: Skor

empiris adalah 22 s/d 30; Rata-rata ( mean) sebesar 28.5; titik tengah (median)

29; nilai yang sering muncul (mode) adalah 30; Simpangan Baku (standar

deviasi) sebesar 2.30; rentangan (range) sebesar 8. Adapun histogram dari

dimensi ini adalah sebagai berikut:


113

Dimensi (Xd4)

Pengujian Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis adalah syarat melakukan analisis menggunakan

statistik parametrik. Dalam penelitian ini meliputi dua hal yakni: uji normalitas

data dan uji linieritas data, dengan menganggap data homogen dan mengabaikan

multikoliniearitas.

Uji Normalitas
114

Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan estimasi proporsi dari

Rumus Blom dengan pendekatan Normal P-P Plot. Hasil uji normalitas data

selengkapnya dapat diamati pada Lampiran dan pengamatan dapat dilakukan

dengan melihat sebaran data di sekitar garis normal pada grafik Normal P-P Plot

dan, dengan melihat pola pada grafik Detrended Normal P-P Plot.

Variabel Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30 diantara Mahasiswa


STT Bethany (Y)

Dalam penelitian ini, perhitungan uji normalitas dilakukan dengan

estimasi proporsi rumus Blom dengan pendekatan Norman P-P Plot karena jumlah

sampel responden dibawah 200 orang. Pada grafik Normal P-P Plot akan terlihat

adanya garis diagonal dari kiri bawah ke kanan atas. Suatu data dikatakan

memiliki distribusi normal apabila sebaran data menyebar di sekitar garis normal
115

tersebut.

Sesuai dengan output yang dihasilkan (lihat Lampiran), maka grafik P-P

Plot Variabel Penerapan Y tersebar di sekitar garis normal.

Demikian juga dengan pengamatan terhadap grafik Detrended Normal P-P

Plot.
116

Sesuai dengan output yang dihasilkan (Lihat Lampiran), maka grafik P-P

Plot variabel Y tersebar di sekitar garis normal. Dari grafik detrended Normal P-P

Plot terlihat bahwa sebaran data variabel tidak memperlihatkan pola tertentu. 682

Dengan demikian disimpulkan bahwa Variabel Implementasi Y memiliki

distribusi normal atau dianggap berdistribusi normal.

Dimensi (Xd1)

Sesuai dengan output yang dihasilkan (lihat Lampiran ), maka grafik

Normal P-P Plot Dimensi (Xd1) tersebar di sekitar garis normal.

682
Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), 49.
117
118

Dari grafik detrended Normal P-P Plot terlihat bahwa sebaran data tidak

memperlihatkan pola tertentu.


119
120

Dari grafik detrended Normal P-P Plot terlihat bahwa sebaran data tidak

memperlihatkan pola tertentu.

Dengan demikian disimpulkan bahwa Dimensi (Xd2) memiliki distribusi

normal atau dianggap berdistribusi normal.


121

Dimensi (Xd3)

Sesuai dengan output yang dihasilkan (lihat Lampiran ), maka grafik

Normal P-P Plot Dimensi (Xd3) tersebar di sekitar garis normal.

Dari grafik detrended Normal P-P Plot terlihat bahwa sebaran data tidak

memperlihatkan pola tertentu.


122

Dengan demikian disimpulkan bahwa Dimensi (Xd3) memiliki distribusi

normal atau dianggap berdistribusi normal.

Dimensi (Xd4)

Sesuai dengan output yang dihasilkan (lihat Lampiran ), maka grafik

Normal P-P Plot Dimensi (Xd4) tersebar


123

di sekitar garis normal.

Dari grafik detrended Normal P-P Plot terlihat bahwa sebaran data tidak

memperlihatkan pola tertentu.


124

Dengan demikian disimpulkan bahwa Dimensi (Xd4) memiliki distribusi

normal atau dianggap berdistribusi normal.

Uji Linieritas

Uji linieritas garis regresi ditempuhsebagai syarat untuk menggunakan

model regresi linier sederhana di dalam melakukan pengujian statistik. Uji ini

diperlukan untuk membuktikan apakah model linier sederhana yang diperoleh

dengan perhitungan koefisien regresi sampel, benar-benar sesuai dengan model

regresi milik populasi. Pengujian ini perlu dilakukan agar hasil analisis yang

diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan kesimpulan

penelitian. Pengujian linieritas garis regresi dalam penelitian ini menggunakan


125

analisis tabel Anova yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran. Kaidah linieritas

galat regresi yang digunakan adalah non signifikan pada nilai α > 0,05. Apabila

ditemukan linieritas yang signifikan pada uji galat regresi tersebut, maka

pengujian dilanjutkan menggunakan estimasi kurva pada taraf signifikan α < 0,05.

Adapun hasil uji linieritas dari setiap indikator exogenous variable

terhadap endogenous variable Y disusun di dalam tabel di bawah ini dan

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 4.8.Hasil Tes Linieritas Xd1, Xd2, Xd3, dan Xd4 terhadap Variabel Y

Variabel Y atas: F Deviation from Keterangan Kesimpulan


Linearity

Xd1 5.690 0,000 Sig pada α > 0,05 Non Linear

Xd2 2.606 0,000 Sig pada α > 0,05 Non Linear

Xd3 4.726 0,002 Sig pada α > 0,05 Non Linear

Xd4 3.078 0,000 Sig pada α > 0,05 Non Linear

Berdasarkan tabel di atas , Xd1, Xd2, Xd3, dan Xd4, tidak berpola linear

sehingga dilanjutkan perhitungannya dengan estimasi kurva dan diperoleh hasil,

data berpola linier atau dianggap berpola linier. Dengan demikian seluruh data

memenuhi syarat linieritas.

Setelah melalui tahap uji persyaratan analisis dan terbukti bahwa data

penelitian memiliki distribusi normal dan berpola linier, maka analisis untuk uji

hipotesis menggunakan confidence interval dan regresi dapat dilakukan.


126

Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Uji Hipotesis

Pertama

Hipotesis pertama, adalah: Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus

12:30 diantara Mahasiswa STT Bethany (Y) berkecenderungan sedang.

Hasil Uji Statistik Deskriptif terhadap Variabel Y

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terhadap Implementasi Mengasihi

Allah dalam Markus 12:30 diantara Mahasiswa STT Bethany (Y) diperoleh hasil

seperti tabel berikut ini. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran).

Jumlah klas (k) ditetapkan 3 yakni rendah, sedang dan tinggi. Perhitungan

interval Klas Ik adalah range dibagi kategori (k), 30 : 3 diperoleh nilai 10 dan

ditetapkan 10. Untuk menghasilkan tabel tiga kategori diatas digunakan rumus:

i (interval) . k (kategori) ≥ R (Range) + 1

10 . 3 ≥ 30 + 1

30 ≥ 31
127

Karena 30 lebih kecil dengan dari 31, maka klas interval minimum adalah 120+ 1

= 121. Dengan demikian maka perhitungan klas interval dimulai dengan nilai 121

seba gai berikut:683

Descriptives

Statistic Std. Error


Mean 138.3444 1.05127
95% Confidence Interval for Lower Bound 136.2556
Mean Upper Bound 140.4333
5% Trimmed Mean 138.6728
Median 141.5000
Variance 99.464
Tot_Y Std. Deviation 9.97318
Minimum 120.00
Maximum 150.00
Range 30.00
Interquartile Range 19.00
Skewness -.418 .254
Kurtosis -1.306 .503

Tabel 4.9 Implementasi Varibel Y

Klas Keterangan Nilai Lower-


Upper Bound
Interval Klas

121-130 Rendah

131-140 Sedang 136.25-


140,43

141-150 Tinggi

683
Nur Indah Susanti, Statistika Deskriptif & Induktif, 83; baca juga Riduwan, Dasar-dasar
Statistika, 69-71.
128

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound yakni 136.25-140,43 terletak pada kategori sedang di

dalam tabel klas interval. Artinya, Implementasi Variabel Y adalah Sedang.

Selanjutnya analisis dilengkapi dengan melakukan perhitungan yang sama

terhadap setiap dimensi dalam kapasitasnya sebagai exogenous variable terhadap

endogenous variabel Y di dalam model penelitian, dengan tujuan untuk melihat

implementasi dari setiap variabel tersebut.

Hasil Uji Statistik Deskriptif terhadap Dimensi (Xd1)

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terhadap Dimensi (Xd1) diperoleh

hasil seperti tabel berikut ini. Jumlah klas (k) ditetapkan 3 yakni rendah, sedang

dan tinggi. Interval klas ik = Range / k diperoleh nilai 12 : 3 = 4 dan ditetapkan

7. Untuk menghasilkan tabel tiga kategori di atas digunakan rumus:

i (interval) . k (kategori) ≥ R (Range) + 1

4 . 3 ≥ 12 + 1

12 ≥ 13

Karena 12 lebih kecil dengan 13, maka klas interval minimum adalah

33+ 1 = 34. Dengan demikian maka perhitungan klas interval dimulai dengan nilai

34 sebagai berikut:

Tabel 4. 9 Hasil Deskriptif (XD1)


129

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 40.5889 .37189
95% Confidence Interval for Lower Bound 39.8500
Mean Upper Bound 41.3278
5% Trimmed Mean 40.7284
Median 40.5000
Variance 12.447
TotX1 Std. Deviation 3.52804
Minimum 33.00
Maximum 45.00
Range 12.00
Interquartile Range 6.00
Skewness -.352 .254
Kurtosis -1.044 .503

Tabel 4.10. Implementasi (Xd1)

Klas Keterangan Nilai Lower-Upper


Bound
Interval Klas

34-38 Rendah

39-42 Sedang 39.85-41.32

42-45 Tinggi

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound yakni 39.85-41.32 terletak pada kategori sedang di

dalam tabel klas interval. Artinya, Implementasi (Xd1) adalah sedang.

Hasil Uji Statistik Deskriptif terhadap Dimensi (Xd2)


130

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terhadap (Xd2) diperoleh hasil

seperti tabel berikut ini. Jumlah klas (k) ditetapkan 3 yakni rendah, sedang dan

tinggi.Interval klas ik = Range / k yaitu 13: 3 = 4,33 ditetapkan nilai 5.

i (interval) . k (kategori) ≥ R (Range) + 1

5 . 3 ≥ 13 + 1

15 ≥ 14

Karena 15 lebih besar sama dengan 14, maka klas interval minimum

adalah 47 + 1 = 48. Dengan demikian maka perhitungan klas interval dimulai

dengan nilai 48 sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Deskriptif (XD2)

Descriptives

Statistic Std. Error


Mean 55.6444 .49069
95% Confidence Interval for Lower Bound 54.6695
Mean Upper Bound 56.6194
5% Trimmed Mean 55.8827
Median 57.5000
Variance 21.670
TotX2 Std. Deviation 4.65510
Minimum 47.00
Maximum 60.00
Range 13.00
Interquartile Range 8.00
Skewness -.713 .254
Kurtosis -.987 .503

Tabel 4.11. Implementasi (Xd2)


131

Klas Keterangan Nilai Lower-


Upper Bound
Interval Klas

47-51 Rendah

52-56 Sedang 54.65-56.61

57-60 Tinggi

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound yakni 54.65-56.61 terletak pada kategori sedang di

dalam tabel klas interval. Artinya, implementasi X2 adalah sedang.

Hasil Uji Statistik Deskriptif terhadap Dimensi (Xd3)

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terhadap Dimensi (Xd3) diperoleh

hasil seperti tabel berikut ini. Jumlah klas (k) ditetapkan 3 yakni rendah, sedang

dan tinggi. Interval klas ik = Range / k yaitu 3: 3 = 1 dan diperoleh nilai 1.

i (interval) . k (kategori) ≥ R (Range) + 1

1 . 3 ≥ 3 + 1

3 ≥ 4

Karena 3 lebih kecil 4, maka klas interval minimum adalah 12 + 1 = 13.

Dengan demikian maka perhitungan klas interval dimulai dengan nilai 13 sebagai

berikut:

Tabel 4. Hasil Deskriptif (XD3)


132

Descriptives

Statistic Std. Error


Mean 14.0556 .11968
95% Confidence Interval for Lower Bound 13.8178
Mean Upper Bound 14.2933
5% Trimmed Mean 14.1173
Median 15.0000
Variance 1.289
TotX3 Std. Deviation 1.13535
Minimum 12.00
Maximum 15.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.676 .254
Kurtosis -1.107 .503

Tabel 4.12. Implementasi (Xd3)

Klas Keterangan Nilai Lower-


Upper Bound
Interval Klas

12-13 Rendah

13-14 Sedang

14-15 Tinggi 13,81-14,29

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound yakni 13,81-14,29 terletak pada kategori sedang menuju

tinggi di dalam tabel klas interval. Artinya, penerapan (Xd3) adalah sedang

menuju tinggi.

Hasil Uji Statistik Deskriptif terhadap Dimensi (Xd4)


133

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terhadap Dimensi (Xd4) diperoleh

hasil seperti tabel berikut ini. Jumlah klas (k) ditetapkan 3 yakni rendah, sedang

dan tinggi. Interval klas ik = Range / k yaitu 8: 3 = 2,66 dan diperoleh nilai 2,66

dan ditetapkan 3.

i (interval) . k (kategori) ≥ R (Range) + 1

3 . 3 ≥ 8 + 1

9 ≥ 9

Karena 9 lebih besar atau sama dengan 9, maka klas interval minimum

adalah 22 + 1 = 23. Dengan demikian maka perhitungan klas interval dimulai

dengan nilai 23 sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Deskriptif (XD4)

Descriptives

Statistic Std. Error


Mean 28.0556 .24293
95% Confidence Interval for Lower Bound 27.5729
Mean Upper Bound 28.5383
5% Trimmed Mean 28.2778
Median 29.0000
Variance 5.311
TotX4 Std. Deviation 2.30467
Minimum 22.00
Maximum 30.00
Range 8.00
Interquartile Range 3.00
Skewness -1.156 .254
Kurtosis .437 .503
134

Tabel 4.12. Implementasi (Xd4)

Klas Keterangan Nilai Lower-


Upper Bound
Interval Klas

23-25 Rendah

25-27 Sedang

27-30 Tinggi 27.57-28-53

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound yakni 27.57-28-53 terletak pada kategori tinggi di

dalam tabel klas interval. Artinya, implementasi (Xd4) adalah tinggi.

Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua, adalah: Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus

12:30 diantara Mahasiswa STT Bethany (Y). Dimensi yang dominan menentukan

adalah mengasihi Allah dengan segenap jiwa..

Untuk menguji hipotesis kedua ini digunakan Classification and

Regression Tree Depth= 4, Minimum Cases in Parent Mode = 2, dan Minimum

Cases in Child Node = 1. Uji Hipotesis ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh

dominan secara bersama-sama variabel Exogenous Xd1, Xd2, Xd3, dan Xd4

terhadap variabel Y.

Berdasarkan hasil analisis untuk melihat pengaruh dominan,secara

serentak seluruh dimensi exogenous variable dalam hal ini adalah Xd1s/d Xd4

terhadap variabel endogenous Y, maka diperoleh hasil sebagaimana dilaporkan di


135

dalam tabel di bawah ini. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran.

Tabel 4.13. Hasil Uji Serentak Dimensi Exogenous Variabel

terhadap Endogenous Variable Y

Coefficient Correlationsa

Model TotX4 TotX1 TotX3 TotX2

TotX4 1.000 .496 -.658 -.752

TotX1 .496 1.000 -.334 -.705


Correlations
TotX3 -.658 -.334 1.000 .253

TotX2 -.752 -.705 .253 1.000


1
TotX4 .000 .000 .000 .000

TotX1 .000 .000 .000 .000


Covariances
TotX3 .000 .000 .000 .000

TotX2 .000 .000 .000 .000

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz T Sig. 95.0% Confidence Interval for
Coefficients ed B
Coefficient
s
B Std. Beta Lower Bound Upper Bound
Error
(Co
-7.964E-
1 nst .000 . . .000 .000
014
ant)
136

Tot
1.000 .000 .354 . . 1.000 1.000
X1
Tot
1.000 .000 .467 . . 1.000 1.000
X2
Tot
1.000 .000 .114 . . 1.000 1.000
X3
Tot
1.000 .000 .231 . . 1.000 1.000
X4

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa saat diuji

secara bersama-sama (serentak), dimensi yang menentukan secara dominan

terhadap variabel Penerapan Y adalah dimensi Xd2 dengan nilai beta tertinggi

(standaridized coefficients) yaitu 0.467. Kemudian diikuti secara berurutan adalah

dimensi Xd1 dengan nilai beta (standaridized coefficients) yaitu 0,354, Xd4

dengan nilai beta (standaridized coefficients) adalah 0,231 dan terakhir adalah Xd3

dengan nilai beta (standaridized coefficients) yaitu 0,114.

Jadi dalam hal ini hipotesis 2 adalah Dimensi kedua adalah yang paling

dominan.

Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis Ketiga, Kategori latar belakang manakah yang paling dominan

yang menentukan tingkat implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30


137

diantara Mahasiswa STT Bethany (Y) adalah sesuai dengan hopotesis adalah.dari

rendah menuju sedang.

Pengujian terhadap kategori latar belakang yang dominan mempengaruhi

variabel Y, maka diperoleh hasil sebagaimana gambar di bawah ini:


138

Gambar 4. . Analisis Tree Kategori Latar Belakang Dominan


139

Gambar Analisis Tree Kategori Latar Belakang Dominan di atas

menunjukkan bahwa tingkat pengimplementasian Mengasihi Allah dalam Markus

12:30 diantara Mahasiswa STT Bethany (Y) ternyata kategori Latar belakang

Suku terbukti menjadi faktor dominan yang menentukan tingkat Kategori latar

belakang pelayanan terbukti mampu memperbaiki 149.000 kali dorongan yang

menentukan tingkat pengimplementasian mengasihi Allah ini dari kondisi

sekarang. Kategori berikutnya yang cukup mendukung adalah Keluarga

Analisa dan Pembahasan

Pada bagian analisa dan pembahasan ini peneliti melakukan pembahasan

terhadap hasil hipotesis penelitian.

Pembahasan Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama adalah penerapan Variabel Y cenderung berada pada

posisi sedang. Temuan di lapangan mengenai penerapan Variabel Y adalah pada

posisi sedang. Hipotesis dapat diterima.

Uji hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan confidence interval

(u) untuk menentukan nilai lower bound dan upper bound setiap dimensi atau

secara keseluruhan dimensi secara bersama-sama. Rentang lower dan upper

bound itu kemudian dibawa di dalam klas interval. Dalam hal ini ditetapkan 3 klas

interval untuk mengukur penerapan, yakni: rendah, sedang, dan tinggi.


140

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap penerapan Variabel Y didapatkan

rentang nilai Lower Bound dan Upper Bound yakni 341,28 s/d 347,85 terletak

pada kategori Sedang. Temuan tersebut membuktikan bahwa level minimal dari

penerapan Variabel Y adalah sedang. Artinya, Variabel Y telah memiliki

kemampuan di dalam mengimplementasikan Variabel Y dan kemampuan tersebut

berpotensi untuk dapat ditingkatkan lagi secara maksimal. Dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa variabel tingkat kecenderungan Mengasihi Allah diantara

mahasiswa STT Bethany cenderung sedang dengan alasan bahwa kedisiplinan

mereka tidak stabil.

Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua adalah: Dimensi yang dominan menentukan implementasi

Mengasihi Allah adalah X2 (mengasihi Allah dengan segenap jiwa) dan

hipotesanya dapat diterima dari posisi rendah menuju sedang.

Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan classification

and regression tree (C&RT) pada taraf signifikansi α < 0.05 dengan Maximum

Tree Depth = 2, Minimum Caces in Parent Node =2, dan Minimum Caes in Child

Node = 1. Berdasarkan hasil perhitungan ditemukan bahwa dimensi Xd2 adalah

dominan dibandingkan dimensi lainnya saat diuji secara bersama-sama (serentak)

untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel Y. Dimensi (Xd2) terbukti mampu

memperbaiki kali dorongan untuk membentuk Implementasi Variabel Y dari

kondisi yang ada sekarang. Mengasihi Allah dengan segenap jiwa lebih dominan

karena kehidupan mereka yang terus menerus dalam kondisi ibadah.


141

Pembahasan Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga adalah latar belakang ”Suku” merupakan faktor yang

dominan menentukan terwujudnya penerapan variabel Y. Ternyata di lapangan

ditemukan bahwa latar belakang pendidikan merupakan faktor yang dominan

menentukan terwujudnya penerapan Variabel Y hal ini dapat terjadi karena

mahasiswa STT Bethany terdiri dari berbagai suku dan budaya di seantero

Indonesia. Sehingga setiap mahasiswa mempunyai berbagai karakter dan sikap

yang berbeda-beda dalam menanggapi setiap pelajaran yang diberikan.

Kategori latar belakang kedua yang cukup dominan adalah latar belakang

keluarga untuk menentukan tingkat pengimplementasian karena latar belakang

sangat mempengaruhi segala karakter, tindakan dan temperamen dari setiap

mahasiswa.
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, peneliti menyimpulkan hasil penelitian mengenai Implementasi

Mengasihi Allah Dalam Markus 12:30 Di antara Mahasiswa Sekolah Tinggi

Teologi Bethany, sebagai berikut:

Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama, adalah: Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus

12:30 diantara Mahasiswa STT Bethany (Y) berkecenderungan sedang.

Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua, adalah: Implementasi Mengasihi Allah dalam Markus

12:30 diantara Mahasiswa STT Bethany (Y). Dimensi yang dominan menentukan

adalah mengasihi Allah dengan segenap jiwa.

Untuk menguji hipotesis kedua ini digunakan Classification and

Regression Tree Depth= 4, Minimum Cases in Parent Mode = 2, dan Minimum

Cases in Child Node = 1. Uji Hipotesis ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh

dominan secara bersama-sama variabel Exogenous Xd1, Xd2, Xd3, dan Xd4

terhadap variabel Y.

142
143

Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis Ketiga, Kategori latar belakang manakah yang paling dominan

yang menentukan tingkat implementasi Mengasihi Allah dalam Markus 12:30

diantara Mahasiswa STT Bethany (Y) adalah sesuai dengan hopotesis adalah.dari

rendah menuju sedang.

Implementasi

Setelah melakukan kajian, baik kajian teori maupun analisis data

penelitian pada empat dimensi maka didapatkan bahwa tingkat kecenderungan

penerapan masing-masing dimensi di antara mahasiswa STT Bethany berada pada

katagori sedang. Namun ini dapat dijadikan maksimal bila masing-masing

dimensi dapat diberdayakan secara maksimal.

Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka dalam bab ini peneliti

mengusulkan beberapa implikasi praktis yang dapat menjadi masukan konstruktif

bagi institusi STT Bethany Surabaya. Hasil penelitian ini dapat dipakai oleh para

pemimpin dan alumni STT Bethany guna meningkatkan kualitas mahasiswa

dalam mewujudkan mengasihi Allah dengan dengan segenap hati, dengan segenap

jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan. Hasil penelitian ini

dapat diintegrasikan ke dalam segala kegiatan di STT Bethany berupa perumusan

teologi dadan kurikulum yang nantinya menjadi mata kuliah aplikatif.


144

Saran

1. Pengembangan pandangan tentang prinsip-prinsip Mengasihi Allah

dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi sebagai gaya hidup di

antara para pimpinan, staf, dosen dan mahasiswa STT Bethany.

2. Pengembangan manajemen Sekolah dengan tujuan meningkatkan kualitas

dalam mengasihi Allah sebagai model proses pembentukan seorang

pelayan di antara mahasiswa di STT Bethany Surabaya.

3. Pengembangan pendirian sekolah-sekolah menengah Kristen di gereja-

gereja Bethany Lokal di seluruh Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai