Anda di halaman 1dari 87

PERANAN ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA

BERDASARKAN ROMA 1:1-30

SKRIPSI

Oleh:

VIVIN OKTAVIA HANIKO

NIM.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA ANDERSON MANADO

19 Mei 2012
PERANAN ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA

BERDASARKAN ROMA 1 : 1-30

______________________________

Skripsi ini

Diajukan Kepada Dewan Dosen

Sekolah Tinggi Teologia Anderson Manado

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Penerimaan Gelar

Sarjana Theologia

______________________________

Oleh:

Vivin Oktavia Haniko

NIM.

19 Mei 2012
Dosen pembimbing telah menerima dan menyetujui skripsi berjudul “Peranan Roh

Kudus Dalam Hidup Orang Percaya Berdasarkan Roma 1:1-30. Yang ditulis oleh

Vivin Oktavia Haniko, untuk memenuhi sebagian dari persyaratan penerimaan gelar

Sarjana Theologia dari Sekolah Tinggi Theologia Anderson Manado.

Disetujui pada tanggal:

19 Mei 2012

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Pdt. Yohanis Rompon, M.Th


PERANAN ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA

BERDASARKAN ROMA 1:1-30

SKRIPSI

Oleh

Vivin Oktavia Haniko

NIM.

Dipertahankan didepan Dewan Penguji Skripsi


Pada Program Studi Sarjana Theologia
Sekolah Tinggi Teologia Anderson Manado dan Diterima Untuk Memenuhi
Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Theologia
Pada Tanggal 19 Mei 2012

Mengesahkan
Program Studi Sarjana Theologia

Ketua STTAM Manado

Pdt. Audy R. Ngantung, M.Th.

Dewan Penguji:
1. Pdt. Audy R. Ngantung, M.Th _____________________
2. Ibu. Elisabet Sitanggang, M.PdK _____________________
3. Bpk. Yoel Benyamin, M.Th _____________________
Setelah membaca dan memeriksa secara teliti, serta memperhatikan proses

penelitian serta penyusunan, skripsi yang ditulis dan diajukan oleh Vivin Oktavia

Haniko dengan Judul “Peranan Roh Kudus Dalam Hidup Orang Percaya Berdasarkan

Roma 1:1-30” dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dapat diterima dan

disahkan sebagai bagian ini dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Theologia dari Sekolah Tinggi Teologia Anderson Manado.

Diterima dan Disahkan

19 Mei 2012

Ketua Sekolah Tinggi Teologia Anderson Manado

Pdt. Audy R. Ngantung, M.Th


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TuhanYesus Kristus, karena atas

segala kasih karunia dan berkatNya yang melimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini, waktu yang indah pula bagi

penulis. Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Teologia Anderson Manado.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan

baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang tiada hingganya kepada :

1. Orang Tua tercinta, untuk papa (Pdt. Bert Haniko, S.Th) dan Mama (Jaquelien C.

Lala), terima kasih untuk kasih sayang, doa, motivasi, serta sudah bekerja keras

untuk membiayai selama studi. Vivin sangat bersyukur karena memiliki orang tua

yang begitu baik dan selalu mendorong serta mendoakan vivin selama studi

hingga selesai. Meskipun vivin seringkali membantah, tidak mau mendengar

nasihat papa dan mama, keras kepala, tapi papa dan mama tetap mengasihi dan

sabar dalam mendoakan vivin. Trima kasih Papa dan Mama tersayang untuk

semua sudah Papa dan Mama berikan, vivin sayang Papa dan Mama. Tuhan

Yesus Memberkati.

2. Keluarga tersayang, untuk Papa Yayi tersayang (Pdt Tony Haniko), yang sudah

membantu vivin selama studi, baik bantuan secara moril maupun materi. Terima

kasih banyak yayi untuk semua yang sudah yayi berikan pada vivin. Untuk

Keluarga “Tamamilang Balo” Khususnya Kak Since Balo yang begitu baik,

terima kasih karena sudah memberikan vivin tumpangan untuk tinggal, untuk

doanya, untuk bantuan kak since selama vivin kuliah sampai vivin selesai
sekolah, terima kasih Kak since, juga untuk suami kak since “Om doni” dan

anak-anaknya kak since “Ceyni dan Christy”. Untuk Opa dan oma, terima kasih

untuk doa dan bantuannya selama vivin kuliah. Tuhan Yesus memberkati.

3. Pacar tersayang (Rico Olongsongke), terima kasih sayang untuk dukungannya

sejak vivin kuliah bahkan sampai vivin dalam proses penulisan skripsi serta

sampai vivin ujian, sayang selalu membantu dan mendampingi, rela berkorban

untuk memenuhi apa yang vivin perlukan selama penulisan skripsi, untuk doanya

dan bantuan secara moril maupun materi vivin ucapkan terima kasih. Terima

kasih karena sudah memberikan kasih sayang serta perhatian dan pengertiannya,

serta waktunya. Tuhan Yesus Memberkati.

4. Sahabat dan Teman-teman, untuk sahabat terbaikku Devy Joy Tempone dan

Meylan Takarendehang, terima kasih untuk dukungan doa kalian, serta dorongan

dan otivasi yang telah kalian berikan dan sudah memberikan semangat. Juga

untuk teman-temanku Jein, Andha, Indah dan Jill terima kasih untuk kasih untuk

bantuan doa dan sudah memberikan semangat. Trima kasih sahabat dan teman-

temanku tersayang,,,best friends forever. Tuhan Yesus Memberkati.

5. Dosen Pembimbing (Pdt Yohanes Rompon, M.Th), terima kasih banyak untuk

waktu yang di berikan selama proses penulisan dan perbaikan skripsi, terima

kasih Bpk Pdt karena sudah membimbing vivin juga terima kasih untuk

kesabarannya dalam membimbing vivin dalam proses penulisan dan perbaikan

skripsi sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan skripsi. Terima kasih karena

sudah meluangkan waktunya dan ilmu pengetahuan yang sudah di berikan, Tuhan

Yesus Memberkati.
6. Semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Mohon maaf

karena saking banyaknya yang membantu sampai harus di batasi jumlahnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan selanjutnya.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

penulis dan para pembaca pada umumnya.

Tuhan Yesus Memberkati semua.

Bitung, 19 Mei 2012

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Pentingnya Penelitian

E. Hipotesa

F. Ruang Lingkup Penelitian

G. Metode Penelitian

H. Definisi Istilah

I. Sistematika Penulisan

BAB II: PENYELIDIKAN SURAT ROMA

A. Penulis surat

B. Latar Belakang

C. Penyelidikan Teks

BAB III: PERANAN ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA

A. Pendahuluan

B. Memerdekakan

C. Mendiami

D. Memimpin

E. Mengadopsi

F. Menolong

G. Penutup
BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

KEPUSTAKAAN
BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini Penulis mengamati kehidupan orang-orang Kristen kurang

memahami Peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya, sebagaimana orang-orang

percaya yang telah dikuduskan. Orang-orang Kristen dapat memahami dan mengerti

bagaimana peran Roh Kudus dalam hidup orang percaya.

A. Latar Belakang Masalah

Roh Kudus adalah Pribadi sebagaiman Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus

adalah satu pribadi juga. Allah Tritunggal termasuk Roh Kudus bersama-sama

menciptakan bumi dan segala isinya (Kejadian 1:1-27). Peranan Roh Kudus dalam PL

tidak sama dengan dalam PB Roh Kudus mendiami semua orang percaya.

Dalam pertumbuhan Iman yang menuju kepada kesempurnaan serta

tanggung jawab orang percaya terhadap dunia ini supaya menjadi saluran berkat

keselamatan melalu Yesus Kristus, maka peranan Roh Kudus sangat penting

dimengerti secara jelas oleh setiap orang percaya.

Dalam PL Roh Kudus menidami untuk waktu-waktu tertentu, Roh Kudus

meninggalkan orang-orang yang didiami-Nya bilamana mereka jatuh dalam dosa. Roh

Kudus dalam PB berperan untuk memerdekakan orang percaya dari hukum dosa,

yaitu memberikan kuasa untuk hidup kudus dan tak bercacat dihadapan Allah (Efesus

1:4), memeteraikan orang percaya sebagai milik Kristus (Efesus 1: 13).


B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah menyangkut masalah

yang berhubungan dengan peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya dalam

konsep Roma 8:1-30 bagi orang-orang Kristen yang telah menerima Kristus sebagai

Tuhan dan Juruselamat sacara pribadi serta menjadikan dasar dan bukti iman Kristen

yang dewasa adalah juga pokok dasar bagaimana peran Roh kudus dalam hidup orang

percaya.

C. TujuanPenulisan

Tujuan skripsi ini adalah untuk menjelaskan kebenaran-kebenaran yang

Alkitabiah tentang peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya, serta

mengantisipasi pemahaman yang keliru sehingga menghasilkan penerapan yang tidak

keliru pula. Memperdalam pengertian penulis dan memperluas wawasan penulis dan

pembaca tentang peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya, secara khusus

dalam Roma 8:1-30.

D. Pentingnya Penelitian

Pertama, penelitian ini akan membawa penulis maupun pembaca sekalian pada

tingkat pemahaman yang lebih jelas tentang peranan Roh kudus yang

sesungguhnya.

Kedua, penelitian ini akan memberikan jawaban untuk dimengerti dan dipahami

tentang peranan Roh Kudus berdasarkan Roma 1:1-30.

Ketiga, penelitian ini akan memberikan pemahaman agar tidak keliru tentang

peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya.


E. Hipotesa

Roh Kudus memerdekakan orang percaya dari hukum dosa dan hukum maut

bukan berarti secara otomatis tak ada kemungkinan untuk kembali jatuh ke dalam

dosa. Roh Kudus membebaskan orang percaya dari kecenderungan berbuat dosa yaitu

memberi kuasa dan potensi untuk untuk hidup kudus dihadapan Tuhan. Roh Kudus

mendiami, memimpin, mempertanggung jawabkan status orang percaya dan

menolong orang percaya dalam kelemahan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penampungan dari berbagai pihak tentang kekeliruan yang terjadi atas

pemahaman tentang peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya adapun tujuan

kita sebagai Hamba Tuhan untuk memahami peranan Roh Kudus dalam Roma 1:1-30

untuk meningkatkan mutu iman Kristen dan juga berusaha untuk mengerti dan

memahami peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya. Karena orang-orang

percaya masih ada yang keliru dengan peran Roh Kudus, karena itu sebagai orang-

orang percaya harus belajar untuk mengerti dan memahami peran Roh kudus dalam

hidup orang percaya serta bertumbuh dan menjadi dewasa didalam Kristus sesuai

dengan status kita sebagai orang-orang Kudus.

G. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya maka dalam

penulisan skripsi ini menggunakan metode yang berhubungan dengan Roma 1:1-30,

yaitu metode induktif, metode eksploratif penelitian berdasarkan studi perpustakaan.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah dengan melihat masalah-masalah yang terjadi


dan menganalisa sesuai dengan Roma 1:1-30. Setelah itu menjabarkannya dalam

kerangka skripsi.

H. Definisi Istilah

1. Peranan

Istilah “Peranan” dalam bahasa Inggris disebut “Role” yang artinya “Peran (an)

mamainkan Perannya, Tugas-tugas”. Dalam kamus bahasa Indonesia berarti

“Bagian yang dimainkan, Ia Berusaha bermain sebaik mungkin dalam semua

peran yang dibebankan kepadanya, Peranan adalah bagian dari tugas yang harus

dilaksanakan”.

Jadi, istilah “Peranan” dalam penelitian ini adalah tanggung jawab yang harus

dilaksanakan oleh Roh Kudus secara bertanggung jawab dalam hidup orang

percaya, sehubungan dengan proses pengudusan secara terus-menerus.

2. Roh Kudus

Istilah Roh Kudus digunakan untuk menyatakan salah satu dari pada pribadi

Allah Tritunggal. Jadi, istilah “Roh Kudus” yang dipakai dalam penelitian ini

menunjukkan pada pribadi Allah, yaitu salah satu dari Allah Tritunggal.

3. Orang Percaya

Istilah “Orang percaya” dalam bahasa Inggris adalah “Believer” yang artinya

“Orang percaya, penganut, pengikut.” Jadi, istilah orang percaya yang dimaksud

disini adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus dan yang mengikuti Dia

sebagai Tuhan dan Juruselamat.


I. Sistematika Penulisan

Ruang lingkup dalam penulisan skripsi ini dapat dilihat secara sistematika

sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Pentingnya Penelitian, Hipotesa, Ruang Lingkup

Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Istilah, Sistematika Penulisan.

BAB II. PENYELIDIKAN SURAT ROMA yang menjelaskan tentang: Penulisan

Surat, Latar Belakang (penulisan, alamat surat, tempat dan tanggal penulisan

surat, kota roma, jemaat roma, tujuan penulisan), Penyelidikan Teks

(persoalan tentang teks, sintesa, exegesis).

BAB III. PERANAN ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA yang

terdiri sebagai berikut: Pendahuluan, Memerdekakan (pengertian merdeka,

kemerdekaan sebagai anugerah, proses kemerdekaan, hasil kemerdekaan),

Mendiami (sebagai meterai, menghidupkan tubuh, mematikan perbuatan

daging), Memimpin, Mengadopsi (memberi keberanian untuk berseru “Ya

Abba, Ya Bapa”, bersaksi, menjadikan ahli waris, memberi karunia sulung

Roh), Menolong (berpengharapan, berdoa, mendoakan), Penutup.

BAB IV. PENUTUP terdiri dari: Kesimpulan, Saran-saran.


BAB II

PENYELIDIKAN SURAT ROMA

A. Penulisan Surat

Diantara tulisan-tulisan Paulus, surat Roma adalah karyanya yang terbesar.

Selain tulisan ini panjang juga memberikan pernyataan-pernyataan yang lengkap

dan dalam tentang doktrin ke-Kristenan dalam Perjanjian Baru.

Baxter memberi komentar tentang surat Roma sebagai berikut : “Inilah Magnum

Opus (karya terbesar) Paulus. Surat ini menunjukkan pengarangnya ahli pikir dan

ahli teologia yang besar.”1 Bahkan kekaguman Baxter tidak sampai disitu saja,

karena dia sempat mencatat komentar beberapa tokoh tentang surat Roma :

Coleridge : “Diantara segala kitab, inilah yang terdalam isinya”


Luther : “Inilah bagian Perjanjian Baru yang terutama…..baik jika
setiap orang Kristen menghafalkannya.”
Godet : “Apabila kita mempelajari surat ini, kita berhadapan dengan
arti yang tidak terduga dalamnya”
C.A. Fox : “Atas permintaannya sendiri, Crysostom biasa dibacakan surat
ini seminggu dua kali. Diantara segala surat (kumpulan)
kebenaran), inilah yang paling dalam dan sempurna.”2

Kitab ini menguraikan dengan jelas keperluan dasar manusia, dan kegagalan

mereka untuk mencapai kebutuhan itu.Kemudian Allah memecahkan soal itu dan

menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan dalam hidup orang-orang yang telah

diselamatkan oleh anugerah-Nya. Kebenaran ini perlu dikuasai, diyakini,

diterapkan dalam hidup, dan disebarluaskan kepada orang lain.

11

1
Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab, terj. Sastro Sudirjo, 4 Jilid. (Jakarta :
1

Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992), IV : 19.


2 2
Ibid.
B. Latar Belakang

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi jemaat di

Roma dan penulis, yang menyebabkan dikirimkannya surat ini kepada jemaat di

Roma, maka perlulah di bahas latar belakang dari surat ini.

Hal-hal yang akan dibahas dalam latar belakang ini meliputi : penulis, alamat

surat, kota Roma, tempat dan tanggal penulisan, jemaat di Roma, dan tujuan

penulisan surat.

1. Penulis

Tak perlu diragukan lagi bahwa penulis surat ini adalah Paulus. Duyverman

berkata : “sampai pengecam yang paling cerdikpun masih mengakui surat ini

karangan Paulus. Tidak terdapat bahan dalam tulisan ini yang melawan anggapan

itu.”3 C.K. Barret dalam bukunya :The Epistle to the Romans yang dikutip dalam

diktat kuliah “Exposisi Surat Roma” menulis : “Paulus menulis buku ini. Ini

merupakan kebenaran yang tidak perlu didiskusikan lagi.”4

Eusebias (Ecclesiastical History III. 111. 4,5) menyebut buku ini


tulisan Paulus. Origen (210-250), Tertulian (193-216) dan Clement dari
Alexandria (190-200) semua sependapat tentang hal ini.
Marcion-menyusun daftar kanon Alkitab untuk mendukung ajaran
palsunya : 10 tulisan Paulus dan Lukas datang ke Roma pada tahun
144. Ia mengakui ini sebagai tulisan Paulus. Dan Policarpus – Uskup di
Smirna murid Yohanes rupanya kena baik dengan tulisan-tulisan
Paulus, termasuk surat Roma.5

Jadi dapat dipastikan bahwa Pauluslah penulis surat ini, seperti data Alkitab

yang mencatat dalam Roma 1:1, “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus….” Tetapi

3
M. E. Duyverman,Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta : Gunung
3

Mulia, 1966), 72.


4
STTI,Exposisi Surat Roma,(Medan : Diktat Kuliah di STII-Medan, Semester
4

Genap, 1991), 1.
5 5
STTI, Exposisi Surat Roma.1
pada zaman penulisan kitab ini ada banyak orang yang bernama Paulus, sehingga

penulis surat ini memperkenalkan dirinya secara jelas dan meyakinkan

pembacanya tentang haknya untuk menuliskan dan mengirimkan surat kepada

jemaat di Roma. Dalam Roma 1:1-7, penulis yang bernama Paulus memberikan

identitasnya sbb :

a. Ia adalah hamba Yesus Kristus (1:1a). Dengan pengabdian yang


penuh kasih, Paulus telah menghambakan diri kepada Kristus untuk
menjadi pelayan-Nya dan mentaati kehendak-Nya.b. Ia adalah seorang
rasul (1:1b). Paulus melihat Kristus ketika ia sedang dalam perjalanan
ke Damsyk (KPR 9:1-9), dan waktu itulah Kristus memanggil dia
untuk menjadi rasul-Nya bagi orang-orang bukan Yahudi. Dari Kristus,
Paulus menerima wahyu ilahi yang harus disampaikannya kepada
jemaat-jemaat. c. Ia adalah seorang pemberita Injil (1:1c-4). Sewaktu ia
masih menjadi guru agama Yahudi, Paulus adalah seorang Ferisi dan
mengabdi pada hukum dan adat istiadat Yahudi. Tetapi ketika ia
menyerahkan diri kepada Kristus, ia dikuduskan untuk memberitakan
Injil dan melaksanakan pekerjaan-Nya. d. Ia adalah utusan Injil bagi
orang-orang bukan Yahudi (1:5-7). Tugas khusus Paulus ialah
memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi (kata bangsa-
bangsa berarti orang-orang bukan Yahudi), dan inilah sebabnya
mengapa Paulus merencanakan untuk pergi ke Roma, ibu kota
kekaisaran.6

2. Alamat Surat

Surat ini dialamatkan kepada orang-orang percaya yang tinggal di kota

Roma. Roma 1:7, “kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi

Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus’. Berarti bukan semua

penduduk kota Roma menjadi tujuan surat ini. Pada semua peristiwa, itu jelas

seluruh paragraph pada permulaan dan akhir surat (1:8-15; 15:14-33) adalah

6 6
Warren W. Wiersbe, Benar di Dalam Kristus,(Bandung : Kalam Hidup, 1977),
8-9.
alamatnya, bukan kepada semua gereja tetapi khusus kepada gereja lokal; dan hal

itu tak bisa diragukan lagi bahwa itu adalah jemaat di Roma7.

3. Tempat dan Tanggal Penulisan Surat

Surat ini ditulis pada akhir perjalanan PI-nya yang ketiga.Ketika itu Paulus

berada di Korintus, menjelang keberangkatannya ke Yerusalem untuk membawa

persembahan kepada orang-orang miskin (Roma 15:22-27).8 Dari KPR 20:2,3 ;

jelas surat ini ditulis dalam penjelasannya dari Makedonia ke Yunani. Ketika

Paulus tiba di Yunani dapat dipastikan ia mengunjungi Korintus, dan surat kepada

orang-orang Roma ditulis ketika ia berada di Korintus itu.9Karena alas an itu juga

Henry H. Halley menjelaskan bahwa : “Tanggal penulisan surat ini yaitu pada

musim dingin tahun 57-58. Ketika itu Paulus berada di Korintus, pada akhir

perjalanan PI-nya yang ketiga.”1010

4. Kota Roma

Pada masa Perjanjian Baru, kota Roma merupakan ibu kota dunia. Menjadi

pusat politik dan administrative negara raksasa Roma.Kota Roma memiliki jalan-

jalan raya sebagai hubungan transportasi yang luas membentang di wilayah

kekaisaran tersebut. Groenen berkata bahwa :

7
F. W. Beare, “Romans”, The interpreters Dictionary of the Bible,(New York :
7

Abingdom Press, 1962), vol. 4:114.


9
A. M. Hunter, Memperkenalkan Teologi Perjanjian Baru, terj. F. E. Drake
9

(Jakarta : Gunung Mulia, 1993), 45.


10
Henry H. Halley, Penuntun ke Dalam Perjanjian Baru,terj. Siem Hong, dkk,
10

(Surabaya : Yakin, 1979), 199.


Melalui jalan-jalan itupun segala macam orang dan petualang terus
mengalir ke Roma, wadah yang menampung segala sesuatu entah yang
baik entah yang jahat/buruk.Selebihnya pada pelayaran intensif di Laut
Tengah, tertib dan teratur. Masa rakyat di Roma, yang penduduknya
sekitar sejuta orang, berkerumun di jalan-jalan, lorong, dan gang-gang
yang sempit di kota raksasa itu. Sungguh sebuah Metropol; ibu kota
segala yang baik dan yang buruk dalam masyarakat Yunani-Roma.1111

Lancarnya lalu lintas di kota Roma, baik dari darat maupun melalui laut,

menjadikan kota ini cepat berkembang. Perkembangan yang positif maupun

perkembangan yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Adina chapman

memberikan penjelasan tentang moral etis penduduk kota Roma secara umum :

Status moralitas sudah sangat rendah sekali dimana sering orang hidup
dan bergaul dengan sebebas-bebasnya.Soal perceraian gampang diurus,
bahkan sering kali orang tidak nikah.Kebobrokan moralitas ini
menyelinap masuk sampai ke dalam rumah-rumah sembahyang,
bahkan sering bersarang di situ. Segala macam kejahatan, percabulan
dan komesuman, seperti yang tercatat dalam Roma 13:23-30, makin
hari makin parah.1212

Jadi kota Roma adalah pusat segala kebudayaan pada waktu itu, termasuk

kasus-kasus amoral yang ternyata bukan saja penyakit moral pada abad XX, karena

sudah ada di kota Roma pada masa itu. Situasi ini pasti mempengaruhi kehidupan

orang-orang percaya di Roma (Roma 13:13).Juga karena segala macam makanan

terdapat di Roma, sehingga orang Kristen non Yahudi dengan Kristen Yahudi

mempersoalkan adat istiadat Yahudi, tentang makanan haram dan tentang hari-hari

yang baik menurut tradisi Yahudi (Roma 14).

5. Jemaat Roma

11 11
C. Groenen,Pengantar Perjanjian Baru,(Yogyakarta : Kanisius, 1989), 217.
12
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru, (Bandung : Kalam Hidup,
12

1980), 61
Jemaat ini bukan didirikan oleh Paulus, bahkan dia sendiri belum pernah

berkunjung ke Roma sampai pada saat surat ini ditulis. Dengan demikian perlulah

diselidiki, siapakah yang memulai jemaat di Roma? Howard Gering memberi

keterangan sebagai berikut :

Sidang jemaat di negeri Roma dahulu kala dimulai dengan hanya


beberapa orang Yahudi Kristen, yaitu mereka yang memisahkan diri
dari rumah sembahyang dan mengikut Yesus Kristus. Orang-orang
yang bernama Apelles, Akilla dan priskilla, berasal dari sidang jemaat
di negeri Roma dan ada pula orang lain yang bukan Yahudi yang turut
beribadah di sana.1313

Kemudian menurut Adina Chapman terjadinya jemaat di Roma :

Beberapa orang Yahudi dan penganut agama Yahudi dari kota Roma
yang mendapat kesempatan untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada hari pentakosta di kota Yerusalem, sebagaimana
tercantum dalam KPR 2 : 1-4, 10. Tentu saja dari antara mereka para
musafir itu, ada juga yang kembali ke Roma dengan sukacita dan
kegembiraan dalam Tuhan.1414

Jadi jelaslah bahwa jemaat di Roma terbentuk bukan didirikan oleh seseorang

tetapi atas prakarsa beberapa orang yang sudah percaya berkumpul dan bersekutu

bersama-sama di sebuah rumah, sehingga terbentuklah jemaat yang kecil di

Roma.Hal ini didukung oleh Henry H. Halley bahwa jemaat itu didirikan oleh

orang-orang Roma yang ada di Yerusalem pada hari Pentakosta (KPR 2:10).

Selama waktu 28 tahun yang mengantara banyak orang Kristen telah pindah ke ibu

kota, dari pelbagai daerah di Timur karena pelbagai sebab. Beberapa diantaranya

13
Howard M. Gering, Analisa Alkitab,(Jakarta : Yayasan Pekabaran Injil
13

Immanuel, 1990), 62.


14

14
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru,61.

Henry H. Halley, Penuntun ke Dalam Perjanjian Baru,terj. Siem Hong, dkk.


15

(Jakarta : Gunung Mulia, 1993), 199.


16
Ibid
adalah orang-orang yang ditobatkan oleh Paulus, dan kawan-kawannya yang akrab

(lihat pasal 16).1515

Tradisi yang mengatakan bahwa jemaat di Roma didirikan oleh Petrus tidak

benar.Karena tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung hal itu. Henry Halley

berkata bahwa : “Apabila Petrus berada di sana, maka tentulah Paulus

mencantumkan namanya dalam kata-kata salam dalam pasal enam belas.”1616

Tradisi mengatakan, bahwa Petruslah yang membentuk jemaat di


Roma pada masa Kaisar Klaudius dalam tahun 42 M.
Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Roma 15 tahun kemudian,
masakan Paulus melupakan Petrus dan tak menyebut namanya, jikalau
ia sudah melayani disitu selama 15 tahun. 1717

Donald Guthrie juga menambahkan katanya : “Tak ada refrensi dalam surat

ini untuk Petrus, dan hal itu sulit dibayangkan dimana Paulus tidak menulis tentang

dia seandainya Petrus yang mendirikan jemaat di Roma”.1818

Komposisi jemaat di Roma diperkirakan sebagai berikut :

1. Ada sebagian anggota gereja itu berlatar belakang Yahudi. Diskusi mengenai

hukum Taurat (bandingkan pasal 1,3, dst). Juga banyak nama disebutkan dalam

surat ini, adalah orang-orang Yahudi. Diskusi panjang lebar dalam pasal 11,

tentang masa depan Israel, dsb. 2. Banyak juga orang kafir yang bergabung.

Pernyataan dalam surat ini menunjukkan bahwa anggota jemaat disana terdiri dari

orang kafir (mis. 15:9-13). Cranfield memberi keterangan bahwa : “Ada yang

berpikir lebih banyak anggota disitu orang kafir; tetapi yang lain merasa bahwa

jumlah yang pasti, mustahil ditetapkan.”1919 3. Rupanya atas dasar pasal 16:5, 14;

15
16

17 17
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru.56.
18
Donald Guthrie, New Testament Introduction,(U.S.A : Intervarsity Press,
18

1974), 393.
19
C.E.B. Cranfield, A. Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the
19

Romans,in two volumes, (Edinburgh: T. & T. Clark LTD, 1988), 2:21-22.


gereja Roma terdiri atas gereja rumah yang kecil; apakah kemudian menjadi besar?

Tidak ada bukti yang jelas. Namun F. Davidson dan Ralph Martin memberi

keterangan sebagai berikut, bahwa pada waktu menulis suratnya kepada jemaat di

Roma, persekutuan Kristen di sana mungkin agak besar. Dugaan ini dibenarkan

oleh tulisan Clement dari Roma (96 M) tentang orang-orang yang disiksa oleh

Kaisar Nero pada pertengahan tahun 60, dari orang-orang yang terpilih suatu

jumlah yang besar.2020

Mengingat cara iman Kristen tersebar dan bertumbuh di kota Roma tidak ada

yang memberi pengajaran teologi secara teratur dan mantap, sehingga Groenen

memberi komentar sebagai berikut :

Boleh diandaikan bahwa iman kepercayaan mereka jauh dari bulat atau
utuh dan mantap. Boleh diduga bahwa semua agak simpang siur oleh
karena kebetulan dibawa ke sana dan barang kali sudah mulai kendur
juga. Paulus mengajak mereka supaya bangun dari tidur (Roma
13:11).Di Roma belum terbentuk sebuah jemaat yang berdasarkan Injil
seutuhnya.2121

6. Tujuan Penulisan

Dalam pasal 1:8-15 dan 15:14-29, ada beberapa hal yang patut diketahui :

1. Paulus belum pernah mengunjungi gereja Roma; 2. Paulus ingin sekali pergi ke

Roma dan bersekutu dengan orang Kristen disana; 3. Paulus menulis surat ini

untuk mempersiapkan kedatangannya ke sana; 4. Pokok-pokok yang ditulis ini

akan dijelaskan lebih teliti bila ia tiba nanti di Roma.

Beberapa tokoh menjelaskan tujuan surat ini sebagai berikut : Henry H.

Halley menjelaskan bahwa :

20
F. Davidson dan Ralph P. Martin, “Roma”, terj. R. Sudarmo, Tafsiran
20

Alkitab Masa Kini,3 jilid. (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1986), 3:398.
21 21
C. Groenen, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru,218.
Untuk memberitahukan kepada orang-orang Kristen di Roma bahwa ia
tengah berada dalam perjalanan menuju ke sana. Ini terjadi sebelum
Paulus diberitahukan Allah bahwa ia akan disuruh Allah untuk pergi ke
Roma (KPR 23:11) dan Paulus masih belum yakin bahwa ia dapat
meninggalkan Yerusalem (Roma 15:31). Bagi orang bukan Yahudi
sebagai tugas kerasulannya, hal itu patut bagi dia untuk meninggalkan
suatu penjelasan tentang pengertiannya akan tabiat pekerjaan Kristus di
ibu kota dunia tersebut.2222

Herbert Haag memberi tanggapan tentang hal tersebut sbb :

Paulus terpaksa terus menguraikan posisi teologianya dan memperbaiki


interprestasi kafir Kristen (=orang Kristen bekas kafir) maupun
interprestasi Yahudi Kristen yang salah terhadap ajarannya. Di
samping itu timbul ketegangan-ketegangan di kalangan jemaat Romawi
karena perintah pantangan tertentu dan larangan-larangan pada saat
tertentu.2323

Thomas Van den End menjelaskan bahwa situasi Paulus pada saat menulis surat

ini dipengaruhi oleh tiga golongan yang harus dihadapi dengan hati-hati.

Pertama, banyak orang bukan Yahudi sebelumnya masuk Yahudi dan


menerima tanda surat, kini berpaling ke agama Kristen. Gara-gara itu
ada orang-orang Yahudi yang merencanakan untuk membunuh Paulus
(KPR 23:12) justru pada waktu surat Roma ditulis. Kedua, orang
Yahudi Kristen juga membenci Paulus karena dia telah merongrong
eksklusifitas Israel sebagai umat Allah.Ketiga, orang-orang Kristen
bukan Yahudi beranggapan bahwa bagi umat Israel sudah tidak masuk
perhitungan lagi dalam kasih karunia Allah. Selaku orang kuat, mereka
memandang rendah orang-orang Kristen Yahudi, yang masih wajib
memelihara berbagai peraturan ritual (Roma 14:1-15:13).2424

Berdasarkan berbagai penjelasn di atas, dapatlah diambil kesimpulan dari

tujuan penulisan surat ini sebagai berikut : Pertama, merupakan usaha pencegahan

dalam hubungan dengan jemaat Roma, sehingga Paulsu memperkenalkan

ajarannya sendiri untuk menentang propaganda dan tuduhan-tuduhan yang

mungkin dalam waktu dekat akan sampai kepada mereka. Kedua, meyakinkan
22 22
Henry H. Halley, Penuntun ke Dalam Perjanjian Baru,terj. Siem Hong, dkk.
(Jakarta : Gunung Mulia, 1993), 199.
23
Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Nusa Tenggara Timur, Flores : Nusa Indah,
23

1984), 385.
24 24
Thomas Van den End, Tafsiran Surat Roma,(Jakarta : Gunung Mulia, 1995),
6.
orang-orang Kristen Yahudi tentang kebenaran Injil yang diberitakannya adalah

Injil pembenaran oleh iman yang menyatukan semua orang, Yahudi maupun

Yunani, dalam satu gereja yang Am (1:16-17). Sebagai tanda kesatuan itu telah

dilakukan pengumpulan dana bagi jemaat di Yerusalem. Ketiga meletakkan dasar

keyakinan Paulus tentang kesatuan orang Yahudi yang sudah percaya, dengan

orang bukan Yahudi yang sudah percaya, dengan tetap mempertahankan perbedaan

antara kedua golongan tersebut.Dan meletakkan dasar keyakinan bahwa hukum

Taurat dengan Injil merupakan hubungan yang berkesinambungan dengan

mempertahankan perubahan yang telah dibawa oleh Injil. Itu sebabnya Paulus

banyak mengutip PL dalam surat ini. Keempat, menyapa orang-orang yang

menentang Paulus dan menyerang sikap eksklusifitas orang-orang Yahudi yang

membanggakan sunat dan Taurat.

C. Penyelidikan Teks

Dalam bagian terdahulu sudah terlihat latar belakang dan tujuan penulisan

surat ini. Selanjutnya penyelidikan akan mengarah pada kitab ini secara spesifik.

Pertama, penyelidikan teks secara sintesa yang artinya : Paduan berbagai

pengertian atau hal supaya semuanya merupakan kesatuan yang

selaras.2525Penyelidikan teks secara sintesa, tujuannya adalah menemukan fakta

yang tercatat dalam kitab Roma secara keseluruhan. Kedua, penyelidikan secara

exegesis yang artinya adalah penjelasan, atau penafsiran 2626 dan dalam kamus

teologi exegesis (Yunani) eksegese : penafsiran Alkitab. 2727Sehingga lewat

penyelidikan ini ditemukan pengertian yang lebih dalam dan akurat.Namun

25
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai
25

Pustaka, 1982), 952.


26 26
John M. Echols dan Hassan Sadilly, Kamus Bahasa Inggris Indonesia,
(Jakarta : Gramedia, 1990), 92
27
sebelum penyelidikan ini ditemukan pengertian yang lebih dalam dan

akurat.Namun sebelum penyelidikan teks ini dilanjutkan, terlebih dahulu

memperhatikan persoalan teks berikut.

1. Persoalan Tentang Teks

Persoalan yang dimaksud di sini adalah, apakah surat ini benar-benar lengkap

ditulis sekaligus oleh Paulus, atau ada penulis lain yang menambahkan tulisannya

ke dalam surat Roma tersebut. Hal ini terjadi karena ada perbedaan antara

naskah-naskah kuno yang beredar pada abad kedua dan ketiga.“Kita mempunyai

beberapa naskah, teristimewa “apostolicon” dari Marcion, yang berakhir dengan

pasal 14.”2828sedangkan naskah yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia (LAI) terdiri dari 16 pasal.

F. Davidson dan Ralph Martin memberi argumentasi untuk menjawab

persoalan tersebut, tentang naskah yang dimiliki Marcion. Mereka memberikan

dua kemungkinan alasan mengapa Marcion memiliki naskah yang lebih pendek.

Pertama, bahwa Marcion yang mengajarkannya penyelewengannya


dengan sukses di Roma pada tahun 154-166 M. sengaja membuang
kedua pasal terakhir dengan alasan bahwa pasal 15 menyatakan
Yudaisme mempersiapkan jalan Injil. Lagi pula pasal 15 paling sedikit
lima kali mengutip PL. Dan pasal 16 tidak ada artinya bagi ajaran
Marcion. Kedua, mungkin juga bahwa naskah Marcion yang pendek itu
bukan disebabkan Marcion telah memperpendeknya, melainkan bahwa
ia menemukan naskah yang sudah rusak.2929

William Barclay, Guru Besar dalam bidang Biblical Criticism (Kritik

Alkitab) memberi penjelasan tentang kedua bentuk naskah tersebut :

Pada waktu Paulus menulis surat itu kepada jemaat di Roma, surat itu
terdiri dari 16 pasal; tetapi pasal 15 dan 16 bersifat pribadi untuk
jemaat Roma. Padahal tidak ada surat lain yang berisi suatu iktisar dari
ajaran-ajaran Paulus. Kemungkinan besar yang terjadi ialah, surat
28
F. Davidson dan Ralph P. Martin, “Roma”, terjm. R. Sudarmo, Tafsiran
28

Alkitab Masa Kini,3:400-1.


29 29
Ibid. 401.
Roma mulai beredar diantara semua jemaat-jemaat, dengan dua pasal
terakhir yang menyebutkan tempat (Roma) dihapuskan, kecuali
doxologi, mungkin dirasakan bahwa surat Roma itu sangat sayang jika
hanya berada di Roma saja. Oleh karena itu keterangan tempat yang
asli dihilangkan dan kemudian surat itu dikirim ke jemaat-jemaat yang
lebih luas.3030

Jadi jelaslah bahwa surat ini benar-benar lengkap ditulis sekaligus oleh

Paulus dari Korintus seperti yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia

(LAI).

2. Sintesa

Menurut Merryl C. Tenney, kitab Roma secara menyeluruh berisi Injil

tentang pembenaran Allah. Dan dia membagi surat Roma dalam tujuh bagian

besar, yaitu :

I. Kata Pembuka, 1:1-17; II. Kebutuhan akan Pembenaran Ilahi, 1:18-


3:20; III. Perwujudan Pembenaran Ilahi, 3:21-8:39; IV. Hubungan
antara Pembenaran dengan Bangsa Israel, 9:1-11:36; V. Penerapan
Pembenaran pada Kehidupan Gereja, 12:1-15:13; VI. Kesimpulan,
15:14-33; VII. Kata-kata Tambahan, Pasal 16.31

Pembagian yang sama juga didukung oleh beberapa penulis, meskipun

dengan uraian yang berbeda. Menurut Walter Dunnet tema surat ini ialah

penebusan (3:24). Dengan seksama dia menyatakan lima segi pokok di luar

pendahuluan dan penutup :

I. Pendahuluan, 1:1-17; II. Dosa ; Perlunya Penebusan, 1:18-3:20; III.


Pembenaran : Penyediaan Penebusan, 3;21 5:21; IV. Penyucian :
Alkitab Penebusan, 6:1-8;39; V. Orang Yahudi dengan orang Bukan
Yahudi; Lingkup Penebuan, 9:1-11;36; VI. Pelayanan : Buah-buah
Penebusan, 12:1-15:13; VII. Penutup dan Salam, 15:14-16:27.3232
30
William Barclay, Surat Roma : Pemahaman Alkitab Setiap Hari,terj, Nanik
30

Harjoni dan Jakub B. Sasubda. (Jakarta : Gunung Mulia, 1986), 20-21.


32 31
Merryl C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, (Malang : Gandum Mas,, 1992).
377.
32
Walter Dunnet, Pengantar Perjanjian Baru,(Malang : Gandung Mas, 1984),
61-62.
F. Davidson dan Ralph Martin menyusun garis besar surat ini, sebagai berikut :

1:1-17, Prakata; 1:18-5:21, Asas-asas Injil; 6:1-23, Persoalan-persoalan


Etis yang ditimbulkan Injil;7:1-8:39, Orang Kristen dan Hukum
Taurat ; 9:1-11:36, Persoalan Tentang Hak-hak dan Keuntungan Orang
Yahudi; 12:1-15:13, Kekristenan dalam praktek; 15:14-16:27,
Penutup.3333

John A. Witmer membagi surat ini sebagai berikut :

I. Pendahuluan, 1:1-17; II. Kebenaran Allah mengungkapkan


Penghakiman, 1:18-3:20; III. Kebenaran Allah mengungkapkan
Pembenaran, 3:21-5:21; IV. Kebenaran Allah Mengungkapkan
Penyucian, ps. 6-8; V. Kebenaran Allah Mengungkapkan Kedaulatan
Memilih, ps. 9:11; VI. Kebenaran Allah Mengungkapkan Perubahan
Hidup, 12:1-15:13; VII. Kesimpulan, 15:14-16:27.3434

Cranfield menyusun surat ini dalam delapan bagian :

I. Kepala Surat, Alamat dan Salam, 1:1-7; II. Paulus dan Gereja Roma,
1:8-16a; III. Thema Surat 1:16b-17; Menjelaskan Siapa yang
Dibenarkan oleh Iman, 1:18-4:25; V. Janji Hidup Terhadap Orang yang
Dibenarkan oleh Iman, 5:1-8:39; VI. Ketidak Percayaan kepada
Kebenaran oleh Iman adalah Panggilan, 12:1-15:13; VIII. Kesimpulan,
15:14-16:27.3535

Namun Baxter memadatkan pembagian surat ini dalam tiga bagian besar : I.

Doktrin : Cara Injil Menyelamatkan orang Berdosa (ps.1-8); II. Kebangsaan: Cara

Injil Bersangkutan dengan Israel (ps. 9-11); III. Praktek : Cara Injil Mempengaruhi

Kelakuan (ps.12-16).3636 Alan Johnson membagi surat ini dalam dua bagian besar

di luar Pembukaan dan Penutup surat : I. Pembukaan Surat, 1:1-17; II. Dasar

33
F. Davidson dan Ralph P. Martin, “Roma”, terj. R, Sudarmo, Tafsiran
33

Alkitab Masa Kini,3:402.


34
John A. Witmer, “Romans”, The Bible Knowledge Comentary,ed. John F.
34

Walvoord and Roy B. Zuck (U.S.A: Victor Books, 1989), 438.


35
C.E.B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to
35

the Romans,28-29.
36 36
Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab,4:21.
Pengajaran Kristen: Injil Menurut Paulus, 1:18-11:39; III. Kehidupan Kristen,

12:1-15:13; IV. Penutup Surat, 15:14-16:27.3737

Bila dilihat semua pembagian di atas dapat disimpulkan bahwa surat Roma

merupakan penjelasan Injil yang lebih lengkap dan lebih dalam serta lebih luas.

Semua pembagian tersebut dapat dipadatkan seperti pembagian menurut Baxter :

Pasal1-8 merupakan doktrin; Pasal 9-11 merupakan hubungan Injil dengan bangsa

Israel, Pasal 12-16 merupakan praktek iman dalam bagian pertama.

Tulisan ini hanya membahas doktrin yang terakhir pada surat Roma, yaitu

pasal 8, tentang Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya, Hunter berkata

bahwa:

Orang yang mau tahu, betapa pentingnya Roh bagi kekristenan paulus,
hendaknya ia memperhatikan baik-baik Galatia 5, 2 Korintus 3, serta
Roma 8, dengan tidak melupakan 1 Korintus 12-14 yang berbicara
tentang karunia-karunia Roh. Disitu seluruh kehidupan Kristen
dikuasai Roh; hidup, menderita, berdoa, berharap-semuanya itu
dipimpin, didorong dan dijamin oleh Roh Allah yang kuat itu.3838

Lebih spesifik lagi, Donald Guthrie berkata tentang Roma 8, sebagai berikut:

“Ajaran Paulus yang paling memusat pada pekerjaan Roh terdapat dalam Roma 8,

dimana pekerjaan Roh didalam orang beriman diuraikan dalam perlawanannya

dengan pekerjaan daging.”3939 Charles Brock menguraikan dengan singkat tentang

isi Roma : 8:1-30, sebagai berikut :

Hidup dalam Roh memiliki tiga kriteria, yaitu, pertama, penuh


pengampunan (8:1-11), merdeka dari kuasa dosa dan maut, merdeka
dari kebiasaan lama, dan membiarkan Roh Kudus tinggal dalam hidup
kita; Kedua, mempunyai tanggung jawab (8:12-17), hidup secara
benar, hidup sebagai anak Allah, dan hidup sebagai pelayan yang baik;
Ketiga, mempunyai jaminan (8:18-30), akan dimuliakan, Roh Kudus

37
Alan F. Johnson, Romans The Freedom Letter,in two volumes (Chicago :
37

Moody Press, 1977), 2:11-12.


38 38
A.M. Hunter, Memperkenalkan Teologi PB.113.
39 39
Donald Guthrie, “Surat-surat Paulus”, Tafsiran Alkitab Masa Kini,3:51.
menolong dalam doa, dan Allah mengontrol tujuan dan rencana-Nya
dalam hidup kita.4040

3. Exegesis

Dalam ayat 1-8, menjelaskan peranan Roh Kudus yang memerdekakan orang

percaya; ayat 1, merupakan arti kemerdekaan; ayat 2, kemerdekaan sebagai

anugrah; ayat 3-4, proses dari kemerdekaan; ayat 5-8, sebagai hasil kemerdekaan.

Ayat 1, “Demikianlah” menunjukkan suatu kesimpulan dari uraian

sebelumnya, yaitu pasal 1-5, dimana Paulus berbicara tentang dosa dan akibatnya,

yakni penghukuman; dan pasal 6-7, Paulus berbicara tentang kebebasan

(pembenaran) di dalam Kristus. Kata “ouδεv” (tidak ada) dalam ayat 1, tidak

didahului oleh kata apapun di depannya, sehingga mendapat tekanan. Dalam

kalimat Yunaninya ayat ini padat dan tidak memakai kata kerja. Jadi dapatlah

diartikan “sama sekali tidak ada”. Kata “” (penghukuman) dalam ayat

1, “mungkin bukan saja berarti penghukuman dalam arti pengafkiran, tetapi juga

hukuman yang diikuti sikssaan yang amat kasar, malapetaka.” 4141 Kata ini

dipakai tiga kali dalam PB, yang terdapat pada surat Roma saja 4242 yaitu dalam

Roma 5:16, 18 dan 18:1.4343 Kalau dihubungkan dengan pemakaian ketiga ayat

itu, maka dapat dipastikan bahwa arti “” bukanlah hanya berarti

40
Charles Brock, Romans For Small Group Bible Studies, (Philippine :
40

Copyright Applied for by Charles Brock, t.th) 70.


41
William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, A Greek English Lexicon of the
41

New Testment : and Early ChristianLiteratur, ed. Walter Bauers (U.S.A. : The
University Chicago Press, 1979), 412.
42
Sakae Kubo, A Readers Greek English Lexicon of the New Statement: and
42

Beginners Giude For the Translation of New Testament Greek,(Michigen : zondervan


Publishing House, 1979), 139.
43
Spiros Zodhiates,"Katakrima” The Complete Word Study New Statement :
43

Bringing The Original Text to Life, (U.S.A : AMG Publisher, 1976). 1174.
keputusan atau pengafkiran saja, tetapi juga siksaan atau malapetaka sebagai

akibat dosa manusia. Kata “” (di dalam Kristus Yesus) dalam

ayat 1, merupakan alasan mengapa orang percaya tidak mendapat penghukuman.

Arti di dalam Kristus Yesus mempunyai pengertian yang luas, karena bisa juga

berarti bersama dengan Kristus Yesus. Orang percaya mati dan hidup bersama

Kristus, karena mereka berada di dalam Kristus. Thomas Van den End berkata :

Bagi Paulus, Kristus pertama-tama dan terutama adalah Dia yang telah
disalipkan, mati dang bangkit. Maka, didalam Kristus berarti; tercakup
di dalam kematian-Nya, tercakup di dalam kebangkitan-Nya dan
akhirnya tercakup juga di dalam kemuliaan-Nya. Tercakup dalam
kematian-Nya, artinya Allah memandang kematian Dia sebagai
kematian kita (2 Kor. 5:14), sehingga kita mendapat pula bagian dalam
hasil kematian itu,yaitu pembenaran, pelepasan dari kuasa dosa.
Tercakup dalam kebangkitan-Nya, artinya mereka menempuh
kehidupan baru yang tidak takluk lagi pada kuasa maut (I Kor.
5:15).4444

Ayat 2, “Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus

dari hukum dosa dan hukum maut”. Menurut kalimat Yunani terjemahan

harfiahnya berbunyi : “Sebab hukum dari Roh Kehidupan di dalam Kristus Yesus

telah memerdekakan engkau dari hukum dosa dan maut”. 4545 Jadi LAI tidak

menerjemahkan tiga kata pertama “” (sebab hukum). Dalam ayat ini

ada dua kata “hukum” dengan arti yang berbeda. “Yang pertama

“”berarti hukum dalam arti dalil, sedangkan yang kedua

“”berarti hukum dalam arti peraturan atau undang-

undang.”4646 John Z. Loudoe menjelaskan bahwa : “Dalam hukum Romawi,


44 44
Thomas Van den End, Tafsiran Surat Roma,(Jakarta : Gunung Mulia, 1995),
274.
45

46
John R. Alsop, An Index Greek Lexicon of the New Testament, (Michigan :
46

Zondervan Publishing House, 1981), 322.


hukum sifatnya individualistis, bahwa terikatnya seseorang dalam hukum hanya

karena perbuatannya sendiri, ia tidak dapat dipisahkan dari perbuatannya.” 4747

Kata “” (sebab) dalam ayat 2, merupakan alasan mengapa orang percaya tidak

dihukum (disiksa). “Sebab Roh yang telah memerdekakan (bentuk aoris: memang

telah terjadi), kata “” menjadikan bebas; dari dosa.”4848 Orang percaya

merdeka (bebas) dari hukum (peraturan) dosa karena Roh yang telah

memerdekakan. Kata “” dalam ayat 2,

terjemahan bebasnya adalah “hukum dosa dan maut” meringkas isi 7:13-23,

sehingga kata hukum dipakai dengan arti “hukum Taurat”. Hukum Taurat bukan

dosa (7:7), namun merangsang dosa (7:5) dalam diri manusia yang sudah

membiarkan dosa itu masuk ke dalam kehidupannya (5: 12). Hukum dosa merusak

hidup manusia dan akhirnya menyebabkan ia harus menjalani hukuman Allah.

Dilihat dari sudut tersebut, maka hukum Taurat dapat disebut sebagai “hukum dosa

dan maut”. Jadi pada dasarnya semua hukum dari Allah, menurut Herklots, seperti

yang dikutip leon Morris berkata bahwa : “Allah adalah hukum”. 4949 Ayat 3-4,

merupakan proses bagaimana kemerdekaan itu terjadi. Cara bagaimana

kemerdekaan itu berlangsung, yaitu melalui kematian Kristus yang telah menjadi

jalan pendamaian (ban. 3:25). Ia menjadi manusia (ay.3) yang serupa dengan

daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi-Nya (ay.4). William Barclay

berkata bahwa :

47
John Z. Loudoe, Menemukan Hukum Melalui Tafsir dan Fakta, (Jakarta :
47

Bina Aksara, 1985), 55.


48
G. Abbott Smith, A Manual Greek Lexion of the New Testament,(Edinburgh
48

: T. & T. Clark LTD. t. th). 10.


49 49
Leon Morris, Apostolic Preashing of the Cross, (Grand Rapids : Eerdmns
Publishing House, 1976), 226.
Hukum Taurat menghukum, tetapi orang percaya mempunyai
hubungan yang baru dengan hukum Taurat, dan karenanya ia tidak
dapat dihukum. Paulus membuat tiga pernyataan tentang orang percaya
dan hukum Taurat, dan bersama-sama ketiganya berarti : tidak ada
penghukuman. I. Hukum Taurat tidak dapat mnuntut orang percaya
(8:2) karena telah dibebaskan dari hukum dosa dan hukum maut. II.
Hukum Taurat tidak dapat menghukum orang percaya (8:3) karena
Kristus telah menanggung penghukum tersebut di kayu salib bagi
orang percaya. III. Hukum Taurat tidak dapat menguasai orang percaya
(8:4) karena mereka hidup di dalam kuasa Roh Kudus.5050

Ayat 5, “” (sebab) merupakan alasan terhadap ayat 2-4, yaitu mengapa

kemerdekaan itu harus diberikan kepada orang percaya. Kata “” (daging)

dalam bentuk nominatif yang dihubungkan dengan kata kerja “” yang

berasal dari kata “" yang berarti “mengikhtiarkan, menggabungkan diri,

dan arti sesungguhnya disini adalah pengertian alami,

“”dan “”dalam arti

literal.51 51 Jadi tergantung menurut pola apa yang diikuti dalam hidup, apakah

menuruti daging yang secara otomatis kehidupannya menuruti daging; atau

menuruti Roh Kudus sehingga pola hidupnya menggabungkan diri dengan

keinginan Roh itu. Ada kesan bahwa orang yang hidup menurut daging berada

dalam keadaan terjajah oleh daging yang sudah dikuasai oleh dosa, sehingga perlu

ada pihak lain yang mampu untuk membebaskan. Ayat 6, “” (karena) juga

merupakan alasan dari ayat 2-4, mengapa orang percaya dimerdekakan dari dosa.

Kata “keinginan” (dua kali) terjemahan dari “" yang serumpun dengan

“” (memikirkan). James Dunn memberi keterangan sebagai berikut :

“Tetapi akhiran “” biasanya mengakibatkan kata benda yang merupakan hasil
50 50
William Barclay, Surat Roma : Pemahaman Alkitab Setiap Hari,86.
51 51
C.E.B. Cranfield, A Critical and Exegetical….385-6
dari tindakan.”5252 Jadi “ / ” dapat diartikan

dengan dua cara, yaitu : apa yang diikhtiarkan oleh daging atau Roh Kudus; atau

hal-hal daging atau Roh yang diikhtiarkan oleh manusia. Ada dua asas hidup yang

bertentangan dalam ayat ini, yaitu daging dan Roh. Daging mengikhtiarkan

manusia lama yang menuju maut, dan Roh mengikhtiarkan hidup dan demi

sejahtera. Ayat 7-8, “” disini juga sama dengan ayat 6. Kata

“” (perseteruan) dalam ayat 7 adalah kata sifat yang berarti “permusuhan

atau kebencian”.5353 Mereka yang hidup dalam daging mustahil berkenan kepada

Allah, karena Allah tidak akan pernah kompromi terhadap dosa yang menguasai

daging. Ayat 7-8 ini, menjelaskan bahwa apa yang diikhtiarkan daging adalah maut

(ay.6). Maut merupakan ajalnya atau upahnya (ay.6 dan 6:23) karena ikhtiar daging

itu bersifat memusuhi Allah. Arti dari “berkenan kepada Allah” adalah bertindak

seturut dengan Firman Allah atau kehendak-Nya, yaitu melayani Tuhan. Jadi jelas

berlawanan dengan kehendak daging yang sudah dikuasai oleh dosa. Nyata bahwa

yang dikuasi oleh dosa tidak bebas. “Bukan yang aku kehendaki yang aku perbuat,

tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat” (Roma 7:15).

Ayat 9, merupakan kesimpulan dari keberadaan orang percaya, yang

mengontraskan diri dari kehidupan daging (ayat 7-8). Kata “lp” (jika memang)

dalam ayat 9b, sama dengan ayat 17 yang berarti : “sungguh-sungguh atau

bagaimanapun juga”.5454 Jadi “”berarti “sungguh-

sungguh Roh Allah tinggal di dalam kamu”. Kata “lp” menunjukkan “suatu
52
James D. G. Dunn, “Romans 1-8”, A Word Biblical Commentary,ed. David
52

Hubbard and Gleen W. Barker (Dallas : Word Books Publisher, 1988), 426.
53
Sakae Kubo, A Readers Greek English Lexicon of the New Statement : and
53

Beginners Guide For the Translation of New Testament Greek,(Michigan : Zondervan


Publishing House, 1979), 139.
54 54
Sakae Kubo, 139.
kondisi keperluan atau keadaan yang menerangkan yang mendahuluinya.”5555 Jadi

semacam dalil aksioma yang tidak bisa dtawar-tawar lagi, yaitu bila memang nyata

Roh Allah diam di dalam orang percaya, maka pastilah mereka hidup dalam Roh

dan bukan dalam daging. John Witmer berkata bahwa : “Berdiamnya Roh Allah

dalam hidup orang percaya memberikan kehidupan yang berada total dari

biasanya.”5656 Sedangkan “diam” diterjemahkan dari “” yang serumpun

dengan “” (rumah), jadi dapat diartikan “bertempat tinggal atau bermukim”

yang memberi indikasi sebuah kondisi pemenuhan. Cranfield berkata bahwa :

“Penggunaan “” merupakan pengaruh yang menembus secara tetap

(permanen) atau kekal.”5757 Maka dapat dikatakan bahwa kehadiran Roh Kudus

dalam hidup orang percaya tidak berlangsung sebentar-sebentar seperti kehadiran

seorang tamu, atau harus dibarengi dengan gejala-gejala yang hebat. Roh Kudus

bermukim di dalam hidup orang percaya sama seperti manusia mendiami

rumahnya sendiri ; tetap dan terus menerus. Sebagaimana manusia mengatur

rumahnya sesuai seleranya, begitu juga Roh Kudus mengatur kehidupan orang

percaya sesuai dengan kehendak Allah. Ayat 10 merupakan gambar dari hasil atau

dampak diamnya Roh Kudus dalam hidup orang percaya. Yaitu “” (tubuh)

ini, akan mati sebabakan diganti dengan tubuh yang baru (band. 1 Kor 15:33). Jadi

secara rohani orang percaya telah diselamatkan, tetapi masih tinggal di dalam

tubuh () yang berdosa. Ayat 11, merupakan lanjutan dari ayat 10, dimana

berdiamnya Roh Kudus merupakan jaminan bagi tubuh mereka untuk memperoleh

kebangkitan pada masa kesudahan zaman. Bahkan ditegaskan dalam bagian ini

55 55
James D. G. Dunn, “Romans 1-8” A. Word Biblical Comentary,428.
56
John A. Witmer, “Romans”, The Bible Knowledge Commentary,ed. John F.
56

Walvoord, 470.
57 57
C.E.B. Cranfield, A. Critical and Exegetical….,388.
bahwa keselamatan orang percaya merupakan karya Trinitas (Roh Dia, Roh

Kristus dan Roh Kudus). Ayat 12 “” LAI menerjemahkannya “jadi” padahal

yang lebih cocok adalah “maka”.5858 Dalam kalimat jika maka kata “maka”

merupakan hasil atau kesimpulan dari pernyataan sebelumnya.5959 Sehingga kata

“” di sini menjadi kesimpulan dari ayat 1-11, sebab khususnya dalam ayat 9-

11 ada tiga kali kata “jika” yang digunakan. Dengan demikian, sejak seseorang

dimerdekakan, ia tidak lagi berhutang kepada dosa/daging, melainkan kepada

Allah sebagai oknum yang sudah memerdekakan. Ayat 13 merupakan tanggung

jawab orang percaya sebagai oang yang sudah dimerdekakan supaya mematikan

perbuatan-perbuatan daging. Kata “” (mematikan) “dalam present,

aktif, indikatif, orang II Jamak, yang berarti ; kamu sedang memberantas dan

menumpas.”6060 Namun perbuatan daging di sini bukanlah menunjuk kepada

aktifitas tubuh seperti makan, minum dan olah raga, tetapi menunjuk kepada sifat

dosa. Jadi pada prinsipnya, orang percaya bertanggung jawab untuk memerangi

dosa (band. Kol. 3:5 dan Fil. 2:12). “Mematikan perbuatan tubuh adalah

memberantas dan mendesak mundur kecenderungan kita untuk melakukan semua

yang bertentangan dengan kehendak Allah (Kol. 3:5).6161

Ayat 14, kata “” (semua orang), William Arndt dan Wilbur Gingrich

menerjemahkannya “seberapa banyak”6262 Jadi dapat diartikan ; siapa saja, dengan

58 58
John R. Alsop, A Index Greek Lexicon of the New Testment, 388.
59
Randy Richard, Filsafat (logika),(Manado : catatan Kuliah di STI, semester
59

genap, 1995).
60
Fritz Rienecker, A Linguistic Key to the Greek New Testament, (U.S.A. :
60

Baker Book House, 1984),365.


61
Thomas Van den End, Tafsiran Surat Roma,365.
61

62
William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, A. Greek English Lexicon of the
62

NT,ed. Walter Bauers, 586.


tidak ada batasan. Andai semua orang di dunia memang dipimpin oleh Roh Kudus,

maka mereka semua adalah anak Allah. Cranfield menerjemahkannya sebagai

berikut : “” kadang mempunyai maksud yang khusus (hanya orang-orang

yang), dan kadang mempunyai arti yang umum sekaligus arti yang khusus (semua

orang, tetapi hanya yang).6363 “”dalam bentuk kata sifat, pronominal, relatif,

maskulin, dan jamak.”6464 Jadi “” merupakan pokok kalimat yang berjumlah

jamak tetapi relatif (tidak ada batasan). Jadi ada indikasi untuk “yang akan”, karena

masih banyak orang yang belum dipimpin oleh Roh, dan mereka itulah disebut

“yang akan”. Kata “” (dimpimpin) dalam ayat 14, adalah “bentuk kini,

pasif, indikatif6565 yang artinya “saya sedang memimpin” 6666. Jadi kata

“dipimpin” dapat juga diartikan “membiarkan diri dipimpin” oleh Roh Allah. Ada

kerelaan yang tulus dipimpin, bukan karena ada unsur paksaan/desakan. Kata

“” (anak/putra), “” (anak Allah). “Anak Allah yang dijanjikan

di sini bukanlah dicelup semata ; tetapi memang menjadi anak Allah, yaitu hidup

sama seperti anak Allah, baik sekarang maupun setelah sekarang.” 6767 Maka anak

Allah yang dimaksud di sini bukanlah sama warna dengan anak Allah, sedangkan

isinya bukan; tetapi memang anak Allah jugalah dari dalamnya.

Ayat 15, “” (sebab) di sini merupakan alasan terhadap ayat 14, yaitu anak

Allah rela dipimpin Roh Allah, jelas karena Roh-lah yang menjadikan anak Allah.

63
C.E. B. Cranfield, A Critical and Exegetica Commentary on the Epistle to the
63

Romans,2:395.
64
Friberg Barbara, Analitical Greek New Testament,(U.S.A. : Baker Book
64

House Company, 1981), 488.


65

66 66
Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani Indonesia,(Jakarta : Gunung Mulia,
1994), 2
67 67
C.E.B Cranfield, 2:396
Kata “” (dua kali), yang pertama mengacu pada sikap atau kelakuan

manusia yang diperbudak oleh dosa, dan yang kedua mengacu pada Roh Kudus.

Kata “” (dua kali) dalam bentuk ‘aorist II, aktif, indikatif, 6868 yang artinya ;

saya sedang menerima. Jadi artinya adalah “telah menerima pada waktu yang

lampau dan masih ada pengaruh sampai sekarang” bahkan sampai yang akan

dating. Kata “” (menjadikan anak) dapat juga diartikan mengadopsi

(mengangkat anak). Istilah “mengangkat anak” sangat tepat digunakan, karena

Allah memang tidak beranak secara biologis. John Loudoe berkata :

Setiap perbuatan berupa penerimaan anak yang berasal dari lingkungan


keluarga lain yang masuk ke dalam lingkungan keluarga tertentu
menghasilkan terciptanya suatu hubungan sosial yang sejajar atau
setingkat.6969

Oleh Roh itu “kita berseru : Ya Abba, ya Bapa!”. Kata “” (berseru),

sering dipakai dalam kitab mazmur untuk menunjukkan doa yang khusuk

(LXX)7070 Sedangkan “Abba” adalah bahasa Arami, yaitu bahasa pergaulan orang

Yahudi. Thomas Van den End berkata bahwa :

Dalam bahasa Arami, “Abba” mula-mula merupakan sapaan anak kecil


terhadap bapaknya. Akan tetapi pada zaman Yesus “abba” sudah
mendapat arti lebih umum : “bapak” dan “bapakku”. Hanya, asalnya
dari suasana akrab yang berlaku antara seorang anak kecil dengan
bapaknya tidak dilupakan.7171

68
Harold K. Moulton Ed, The Analitical Greek Lexicon Revised,(Michigan :
68

Zondervan Pubslishing House, 1978), 129.


69 69
John Z. Loudoe, 135.
70 70
Thomas Van den End, 367.
71 71
Ibid.368
Itu sebabnya orang Yahudi tak pernah memakainya untuk memanggil Tuhan.

Sehingga lebih cocok dengan pemikiran Paulus, bahwa seruan itu sendiri

dipandang sebagai karunia Roh Kudus.

Sebab kita dinyatakan sebagai anak Allah oleh kesaksian Roh, kita
dapat berseru dari hati kita, “Ya Abba, ya Bapa!”, ini adalah
“proklamasi kemerdekaan” orang Kristen dari kuasa dosa kepada hak
istimewa dan kepada kekayaan Kristus.7272

Ayat 16, “Roh itu” dalam naskah Yunani “” kata “” di

sini memberi penekanan bahwa Roh itu sendiri. Dan kata “" dalam

“bentuk kini, aktif, indikatif, orang III tunggal, dari kata “”7373yang

artinya ; sayasedang membuktikan kebenaran.7474Sakae Kubo mencatat bahwa

kata ini hanya tiga kali digunakan dalam PB (Roma 2:15; 8:16; dan 9:1). 7575

Tetapi Spiros Zhodiates menyatukan kata “” dengan kata

“” dalam satu klasifikasi kata yang sama (Wahyu 22:18). 7676 Jadi

menurut konteks pemakaian kata “” lebih tepat diartikan “Roh

kudus seperti bersaksi”. Kata “”yang mendahului kata “” dalam

dative (kepentingan; kepada siapa, kemana, objek tak langsung).7777 Jadi

terjemahan yang lebih tepat pada ayat ini adalah : “Roh Kudus sendiri bersaksi
72
Billy Graham, Roh Kudus : Kuasa Allah dalam Hidup Anda,terj. Susle
72

Wiriadinata (Bandung : LLB), 116.


73 73
Friberg Barbara, Analitical Greek NT.488.
74
Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani Indonesia,161. terj. Susle Wiriadinata
74

(Bandung : LLB), 116.


75 75
Sakae Kubo, 139.
76
Spiros Zhodiates, “Martureo, Summartureo”, The Commplete Word Study
76

New Statement,1174.
77 77
Friberg Barbara, Analitical Greek NT,488.
kepada roh kita”. Terjemahan “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita”

(LAI) adalah kurang tepat, karena sasaran kesaksian itu tidak ada. Seandainya

objek kesaksian itu adalah Allah, bagaimana mungkin Dia yang telah mengangkat

anak perlu lagi diyakinkan. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa orang

percayalah yang perlu diyakinkan oleh Allah, dan itulah peranan Roh Kudus,

supaya orang percaya benar-benar yakin bahwa mereka adalah anak-anak Allah.

Ayat 23, “Dan bukan hanya mereka saja” ditujukan pada ayat 18-22, yaitu mereka

yang merasakan penderitaan. Kata “” (yang telah menerima) dalam bahasa

Yunani “memakai bentuk partisif, berkala kini, yang dapat juga diterjemahkan

“meskipun kita mempunyai”, atau “karena kita mempunyai” 7878 Dan “karunia

sulung Roh” dapat diartikan sebagai karunia sulung, yaitu Roh (buah pertama dari

karya Roh Kudus). “” sulung (istilah Yahudi untuk bagian pertama yang

dikhususkan bagi Allah sebelum sisanya dapat digunakan), setara dengan Roma

8:23.”7979 Cranfield menerangkan bahwa :

Kata “” (juga dalam PB. Roma 11:16; 16:5; 1 Kor. 15:20,
23;16:15; Wahyu 14:4) adalah digunakan di luar Alkitab Yunani,
tentang hadiah pertama atau buah pertama karena sebuah pengorbanan
atau sumbangan, atau seperti dalam Herodotus 1:92, tentang para
pemuja mempersembahkan miliknya kepada suatu Allah, bagian
pertama sebuah pengorbanan, bersiap-siap memotong rambut untuk
korban.8080

Tetapi yang dimaksud dalam ayat ini bukan mengenai persembahan manusia

kepada Allah, karena yang memberikan adalah Allah. Jadi dapatlah disimpulkan

78
Fritz Reinecker, A. Linguistic Key to the Greek New Statement,(U.S.A. :
78

Baker Book House, 1984), 367.


7979
Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani Indonesia,16
8080
C.E.B. A. Critical and…..,2:417.
bahwa “karunia sulung Roh” adalah merupakan bagian pertama dari Roh dan

karya-Nya; dimasa depan orang percaya akan menerima Roh sepenuhnya.

Kehadiran-Nya, karya-Nya di dalam diri orang percaya merupakan pemberian

pertama, yang akan disusul pemberian lain, yaitu kemuliaan (ay. 18), pembebasan

tubuh (ay.23b) di masa depan.

Ayat 24-25, “” (sebab) dalam ayat 24, menunjukkan alasan mengapa

orang percayapun masih ikut mengeluh sambil menantikan pembebasan tubuh

(ay.23). Jawabannya adalah sebab orang percaya diselamatkan dalam

pengharapan. Orang percaya memang sudah diselamatkan (band.6:1-11), tetapi

keselamatan itu diperoleh masih dalam pengharapan. Ayat 25, memberi satu

prinsip “kalau keselamatan itu belum tersedia di depan mata, maka tak bisa tidak

keselamatan itu harus tetap dinantikan dengan tekun.” 8181 Kata “”

(menantikan) dapat diartikan “kesabaran, ketabahan, ketahanan, ketekunan,

penantian.”8282 Arti kata tersebut hanya bisa dihasilkan dengan perjuangan, karena

dihubungkan, karena dihubungkan dengan pengharapan. Hal-hal yang memusuhi

pengharapan Kristen memang banyak, sehingga ada pertentangan antara apa yang

diharapkan dengan kenyataan yang dihadapi; yang dapat saja menimbulkan

keraguan. Ayat 26-27, dalam ayat-ayat ini dijelaskan konsep doa dengan

pengertian yang dalam. Bagaimana peranan Roh Kudus dalam doa-doa orang

percaya.

81 81
Thomas Van den End, Tafsiran Surat Roma,(Jakarta : Gunung Mulia, 1995),
386.
82
Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani Indonesia, (Jakarta : Gunung Mulia,
82

1994), 180.
“Demikian juga Roh” menunjuk pada keikut sertaan Roh Kudus merasakan

kelemahan orang percaya, sehingga Dia datang untuk menolong orang percaya

karena keterbatasan mereka tersebut. Kata “” dalam “bentuk

kini, medial, orang III tunggal, yang artinya ; dia sedang berpegangan bersama

dengan; dia sedang datang menolong seseorang.”8383

Jadi “” dapat diartikan “Dia sedang datang

mengangkat beban bersama dengan”, yaitu Roh Kudus datang mengangkat

bersama beban orang percaya ; karena orang percaya tidak mampu mengangkatnya

sendirian. Dikatakan bahwa orang percaya tidak tahu bagaimana berdoa, bisa saja

karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang; dan

mereka juga tidak tahu apa yang terbaik bagi mereka, sehubungan dengan

kehendak dan rencana Allah. Sedangkan Roh Kudus mengetahui segala sesuatu

tentang apa keperluan dan yang akan terjadi dalam kehidupan orang percaya

seturut dengan program Allah. Jadi orang percaya memilii jaminan yang indah

“Bilamana mereka tidak tahu bagaimana cara berdoa, Roh Kudus memberi

kebijaksanaan kepada mereka tentang kehendak Allah yang akan dikerjakan buat

mereka (Roma 8:26-27)8585. Itu sebabnya orang percaya tidak perlu memaksakan

kehendak kepada Allah. Paul W. Powell, memberi komentar tentang doa, bahwa :

Doa bukanlah palu besar yang kita pakai untuk menggedor pintu Surga
dan memaksa Allah melakukan apa yang tidak ingin dilakukan-Nya.
Doa adalah membuka hati dan hidup kita kepada Allah, memberi-Nya
kebebasan untuk melakukan apa saja yang sangat ingin dilakukan-
Nya.8686
83
Fritz Reinecker, A Linguistik Greek Key to the New Testament,367.
83

85
Millard J. Erickson, Introduction Christian Doctrine,ed. L. Arnold Hustad
85

(Michigan : Baker Book House, 1992), 269.


86
Paul W. Powell, Murid Sejati,terj. Yap Wei Fong (Bandung : Kalam Hidup,
86

1982), 102.
Barclay juga mengutip rumusan tentang doa demikian “doa adalah yang ilahi

di dalam diri kita memohon kepada yang Ilahi di atas kita.” 8787 Jadi jelaslah bahwa

tak ada orang yang bisa berdoa kepada Allah dengan benar tanpa adanya

pertolongan dari Allah sendiri kepada orang yang berdoa tersebut. Dikatakan

bahwa “Roh sendiri berdoa dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”

; artinya “tanpa expresi dan kata-kata, kata ini hanya satu kali

digunakan dalam PB, yaitu terdapat dalam Roma 8:26 saja.”8888

Cranfield berkata bahwa :

 Paulus bermaksud ‘tidak dapat”, ini tidak dapat


diexpresikan seperti layaknya dalam ucapan manusia, maksudnya
adalah untuk menyatakan keluhan di luar kemampuan (indra manusia),
atau maksudnya tidak bisa diucapkan, adalah pernyataan lebih jauh.
Ayat 27 mendukung kemungkinan itu lagi. Roh kudus mengeluh
adalah tanpa ucapan, sebab Allah mengetahui tujuan Roh sekalipun hal
itu tidak diekspresikan seperti dalam ucapan manusia8989.

Jadi kata “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” maksudnya ditujukan

kepada tindakan Roh Kudus dalam berdoa kepada Allah, bukan kegiatan orang

percaya; seperti yang ditafsirkan oleh Kaseman bahwa hal itu adalah bahasa lidah

atau “glossolaly” seperti yang dikutip oleh Cranfield.9090

Dalam uraian terdahulu telah dikatakan dengan tegas, bahwa peranan Roh

Kudus memerdekakan, mendiami, memimpin, mengadopsi dan menolong orang

percaya. Dengan peranan Roh itu menjadikan hidup mereka mendapat kepastian

87 87
W. Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Roma,169.
88 88
Sakae Kubo, 139.
89 89
C.E.B. Cranfield, A. Critical and Exegetical, 2:423.
90 90
C.E.B. Cranfield, A. Critical and Exegetical.,2:423.
untuk mendapat kemenangan yang tidak tergoyahkan. Bertolak dari dasar yang

kuat itu, Paulus menyimpulkan bahwa “segala sesuatu bekerja bersama-sama,

mendatangkan kebaikan” (ay.28) J. Oswald Sanders berkata bahwa :

Dalam ayat ini Paulus menyimpulkan sikap Orang Kristen: bukan


sikap menantang atau acuh tak acuh, atau bahkan sikap menerima
nasib. Orang Kristen dengan sukacita menerima kesulitan atau
kesedihan, karena tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal,
baik maupun buruk untuk mendatangkan yang terbaik baginya. Dalam
ayat ini muncullah empat kebenaran yang penuh dengan penghiburan
dan dorongan; rencana Allah mendatangkan kebaikan; rencana Allah
bersifat aktif; rencana Allah mencakup segala-galanya; dan rencana
Allah serasi.9191

Dalam ayat 28-30, penjelasan tentang kepastian itu diulangi lagi, tetapi

dengan menggunakan argumentasi yang berbeda, yaitu dengan menegaskan bahwa

tujuan dan kehendak Allah yang asali itu telah menentukan kemenangan orang

percaya. Ada lima penegasan yang diberikan untuk menyatakan kepastian

kemenangan orang percaya; Pertama, “” (dipilih) “dalam bentuk aoris,

indikatif, orang III tunggal, dari akar kata “” yang artinya “mengetahui

sebelumnya”9292 dan pribadi yang mengetahui Allah sendiri.

Spiros Z. berkata bahwa:

Keselamatan setiap orang percaya adalah pengetahuan dan ketentuan


dalam pikiran Allah sebelum hal itu terjadi dalam susunan sejarah
karya-Nya. Jadi, “proginosko”, mengetahui sebelumnya, berhubungan
dengan pemilihan sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4) dan selalu
mendahului yang berarti “menentukan sebelumnya”.9393

91
J. Oswald Sanders, Kedewasaan Rohani,terj. Ridwan Sutedja (Bandung :
91

Kalam Hidup, t.th) 7-13).


92
Fritz Reinecker, A Linguistic Key to the Greek New Testament,(U.S.A : Baker
92

Book House, 1984). 367.


Bila dihubungkan dengan sifat-sifat Allah, maka “dipilih” (band. 1 Petrus

1:2,20) dapat diartikan sebagai berikut :

Disetujui atas dasar kasih, diketahui dan dikasihi dari sejak semula dan

manusia berperan untuk mengambil keputusan sebagai respon atas pilihan Allah

tersebut. Allah telah memikirkan dan mengetahui objek pilihan-Nya sejak semula.

Kedua adalah “” (ditentukan) John R. Alsop menerjemahkannya dengan

“menentukan sebelumnya”9494 dalam bentuk aoris pasif, yang diartikan :

ditentukan sebelumnya, penentuan sebelumnya oleh Allah “” seseorang

(Roma 8:30).9595 Spiros Z. juga berkata bahwa :

Dari “pro” (sebelum) dan “horizo” (ketentuan atau keputusan


sebelumnya) band. KPR 4:28; Roma 8:29,30; 1 Kor. 2:7;Ef. 1:5, 11.
Itu adalah kata yang memiliki pengaruh besar tentang janji dalam
gereja Kristen, sama seperti bila kemutlakan kebijaksanaan Allah
berubah-ubah terhadap pilihan-Nya tentang siapa yang diselamatkan
dan siapa yang tidak diselamatkan.9696

Jadi dapatlah disimpulkan bahwa Allah telah menentukan apa yang akan

diperbuat-Nya terhadap objek pilihan-Nya sejak dari semula. Ketiga, “dipanggil”

() dalam bentuk aoris dari akar kata “” yang artinya

“memanggil”.9797 “Oleh “”di sini, bukan saja benar-benarpanggilan tetapi

93
Spiros Zhodiates, “Proginosko”, The complete Word Study New
93

Testament,950.
94 94
John R. Alsop, An Index Greek Lexicon of the New Testament,324.
95
William F. Arndt and F. Wilbur Gingrich, A Greek English Lexicon of the
95

NT, 709.
96 96
Spiros Zhodiates, “Proorizo”, The Complete Word Study New Testament,951.
97 97
Barclay M. Newman Jr., Kamus Yunani Indonesia,85.
juga panggilan efektif(lihat 28 “”).”9898 Dengan demikian lebih jelaslah

bahwa panggilan Allah itu bukan panggilan yang mungkin didengar, mungkin juga

tidak. Panggilan Allah adalah panggilan efektif, yang pasti melahirkan ketaatan.

Kemudian “dibenarkan” () adalah point keempat. Cranfield berkata

bahwa “kata itu adalah bersifat pemberian status benar di depan Allah yang justru

merupakan pembahasan dalam sepanjang surat ini.”9999 Dan yang kelima,

“dimuliakan” () dalam bentuk aoris pasif, dari kata “”yang

artinya : memuliakan, mulia (1 Petrus 1:18). 100100 Vine, dkk. memberi arti

terhadap kata ini, “menjadikan mulia” seperti dalam Roma 8:30; 2 Kor. 3:10; 1

Petrus 1:8 “penuh kemuliaan.”101101 Dengan pemberian kemuliaan kepada orang

percaya, sempurnalah pelaksanaan rencana Allah yang telah dipaparkan dalam ayat

29. Dalam kedua bagian besar pasal 8 ini (ay.1-17 dan 18-30) dua-dua diakhiri

dengan “dimuliakan” itulah isi pokok pengharapan orang percaya.

BAB III

PERANAN ROH KUDUS DALAM HIDUP ORANG PERCAYA

Sama seperti situasi lingkungan orang percaya di kota Roma, dimana nilai-

nilai etis moral sudah sangat merosot. Pada abad ini, kemerosotan tersebut lebih

meningkat lagi, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang disalahgunakan. Billy Graham mengutip perkataan dari Profesor Sorakin

tentang keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia ini sebagai berikut :


98 98
Cranfield, 2:432.
99 99
Ibid. 2:433
100 100
Fritz Reinecker, A Linguistic Key to the Greek New Testament,367.
101
W.E. Vine, dkk, “Glorify:,Expository Dictionary of Biblical Word,in one
101

volumes (New York : Thoamas Nelson Publisher, 1985), 267.


Kita hidup ditengah-tengah salah satu dari krisis-krisis yang terbesar
dalam sejarah manusia.Bukan saja peperangan, bencana alam,
kelaparan, penyakit dan revolusi, tapi banyak lagi bencana-bencana
lain merajalela dimana-mana di seluruh dunia.Segala nilai-nilai hidup
jadi rusak.Umat manusia menjadi karikatur dari pada dirinya yang
mulia.1

Stanley Heath juga memberi statement yang sama tentang hal itu dengan

gaya bahasa yang berbeda, “itulah kenyataan, kita akan digodai seumur hidup,

karena harus hidup di dalam lingkungan yang penuh dengan dosa.”2

Sehubungan dengan tujuan pendewasaan iman pada Roma 8:29 “untuk

menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” juga dalam Kolose 1:22, “untuk

menempatkan kamu kudus dan tak bercacat dan tak bercela dihadapan-Nya”

Matthew Henry berkata seperti yang dikutip oleh Pondsius Takaliuang tentang

gambar Allah: “Gambar Allah di dalam diri manusia terdiri dari pengetahuan,

kebenaran dan kesucian yang benar.”3 Kennet S. Wuest juga menjelaskan tentang

hal itu sebagai berikut :

Alkitab berbicara tentang menjadi serupa dengan Kristus (Roma8:29;


Filipi 3:10), Penyesuaian ini mencerminkan transformasi batin
seseorang, yang mempunyai efek dan pengaruh pada tindakan
lahiriahnya.4

Ronald W. Leigh berkata bahwa :

Tak seorangpun yang pernah mencapai kedewasaan rohani penuh


Kristen dalam hidup ini.Keadaan “dewasa” ini merupakan
kesempurnaan rohani, dan tak seorangpun yang mampu
mempertahankan dirinya tidak berdosa dalam hidup ini (1 Yoh. 1:8-

1
Billy Graham, Damai dengan Allah,terj. H.P. nasution, (Jakarta : Yayasan
1

Komunikasi Bina Kasih, 1988), 276.


2 2
W. Stanley Heath, Tak Mengambang Tak Meleset,(Yogyakarta: Yayasan Andi,
1989), 80.
3

4
Kennet S. Wuest, “Image of God”Word Study in the Greek NT.(Michigan :
4

Zondervan Publishing House, 1955), I:206.


10).Tetapi kendati tujuan akhir berada di luar jangkauan hidup ini,
tujuan-tujuan yang lebih kecil bisa kita capai, dan pertumbuhan kepada
tujuan-tujuan kecil itu haruslah merupakan keprihatinan orang Kristen
sehari-hari.5

Dalam menapaki hidup Kristen ditengah-tengah dunia yang penuh dosa

inilah, Paulus memberikan doktrin yang dalam tentang peranan Roh Kudus dalam

hsidup orang percaya, supaya mereka mampu mencapai kemenangan yang pasti,

yaitu kemenangan yang sudah disediakan oleh Allah. Pada bab ini akan dibahas

(dijelaskan) beberapa peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya, menurut

Roma 8:1-30.

A. Memerdekakan

Witness Lee, berkata bahwa :

Dosa membelenggu manusia, membuat apa saja yang dilakukan oleh


manusia adalah perkara kebinasaan. Sebab itu, semua orang yang
melakukan kebinasaan, adalah hamba kebinasaan, ditaklukkan oleh
kebinasaan, tidak bisa merdeka.

John Stott berkata “Jika seseorang mengatakan dirinya “terasing”, maka itu berarti

ia tak mampu lagi bersambung rasa dengan masyarakat, dan tambah parah lagi,

bahwa ia tak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasinya.” 7Tetapi di sini maksudnya

adalah terasing dari Allah, bukan dari masyarakat.

Pondsius Takaliuang berkata bahwa :

Semua orang yang belum diselamatkan berada di bawah penghukuman


Allah (Roma 3:19; 5:18; Efesus 2:3; Yohanes 3:18; Roma 2:8; Ibrani
9:27).Dosa harus dihukum dan manusia berada di bawah hukuman itu
sebagai seteru Allah (Roma 5:10).8

5 5
Ronald W. Leight, Melayani dengan efektif,terj. Penerbit (Jakarta : Gunung
Mulia, 1988), 11.
7
John Stott, Isu-isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani,terj. G.M.A.
7

Nainggolan (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994), 80.


8 8
Pondsius Takaliuang, Cara menghidupkan Mayat, 83.
Jadi sudah jelas manusia perlu dimerdekakan, karena mereka tidak bisa

membebaskan diri mereka sendiri dari hukuman dosa, yang adalah akibat

perbuatan mereka sendiri. Dalam bagian berikut, akan dijelaskan pengertian dari

mereka, dan kemerdekaan sebagai anugrah, serta proses kemerdekaan juga hasil

dari kemerdekaan tersebut.

1. Pengertian Merdeka

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: “Merdeka artinya; bebas (dari

perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri (tidak terikat, tidak tergantung pada

sesuatu yang lain); lepas dari tuntutan.”9Menurut Roma 8:1, arti merdeka adalah

“tidak ada sama sekali penghukuman (siksaan yang amat kasar)” bagi orang yang

berada di dalam Kristus. Arti “penghukuman” di sini bukan saja berarti

pengafkiran, tetapi juga siksaan yang amat kasar; karena memang orang yang ada

di dalam Yesus tidak akan diafkir atau disiksa sama sekali pada masa

penghakiman.

Jadi merdeka artinya adalah bebas dari pengafkiran dan siksaan yang amat

kasar (mala petaka), pada masa penghakiman.Jadi orang yang ada di dalam Yesus

Kristus mutlak merdeka.

2. Kemerdekaan Sebagai Anugrah

Dalam Roma 8:2, Roh yang memberi hidup “telah memerdekakan” kamu.

Roh kudus-lah yang memerdekakan orang percaya dari pengafkiran dan dai

siksaan yang amat kasar pada masa penghakiman nanti. “Di dalam Roh Hayat ini

ada satu hukum, yaitu kekuatan rohani, yang membuat kita terlepas.”1010 Hal yang

luar biasa ini berlangsung dalam hidup orang percaya bukan karena mereka telah
9 9
Witness Lee, Pokok-pokok Penting dlm Alkitab, 84.
10 10
Witness Lee, Pokok-pokok Penting dlm Alkitab, 84.
berhasil melakukan kebaikan, atau suatu standart moral yang sudah dipenuhi,

tidak! Tetapi hanya karena mereka ada di dalam Kristus (ayat 1). Di dalam Kristus,

maksudnya: Allah memandang kematian Kristus sebagai kematian orang percaya

(2 Korintus 5:14), sehingga mereka juga melaporkan bagian dalam hasil kematian

itu, yaitu pembenaran, pelepasan dari kuasa dosa. Karena bersatu dengan kematian

Kristus, orang percaya juga bersatu dalam kebangkitan-Nya, yang artinya, mereka

menempuh kehidupan yang baru.

Jadi tidak ada modal bagi orang percaya, siapapun dia, untuk memegahkan

diri (sombong), sekalipun barang kali dia melakukan hal-hal yang luar biasa dalam

pelayanan.Karena keselamatannya sendiripun diberi oleh Allah dengan cuma-

Cuma (gratis) Efesus 2:8-9. Babcock berkata bahwa :

“Hanya anugrah Allah yang dapat mengubah manusia lama menjadi manusia

baru.”1111

3. Proses Kemerdekaan

Bakker memberi komentar tentangs proses kemerdekaan dalam bentuk

pertanyaan sekaligus memberikan jawabannya :

Bagaimanakah engkau dapat dilepaskan dari hukuman itu dan beroleh


anugrah lagi?Jawabannya : Dengan pertolongan seorang pengantara,
yang bukan saja adalah Allah yang sejati, melainkan juga adalah
manusia yang sejati dan benar.1212

Mengapa seorang pengantara harus seorang manusia yang sejati dan juga

adalah Allah yang sejati?Yang jelas karena tidak ada satupun manusia yang

11
James F. Babcock, “Man, Old and New”, Baker Encyclopedi of the Bible,ed.
11

Walter A. Elwell, in two volumes (Michigan : Baker Book House, 1989), 2:1389.
12 12
Bakker Sr, Penghibur Sejati,(Jakarta : Gunung Mulia, 1982), 51.
mampu memenuhi tuntutan hukum Taurat secara sempurna, dan hal itu hanya bisa

dipenuhi oleh Yesus Kristus yang adalah Allah dan manusia sejati pula.

Ketidak berdayaan manusia untuk melepaskan diri dari dosa yang menjajah

tersebut, maka Allah sendiri berinisiatif untuk membebaskannya karena kasih-Nya

(Yohanes 3:16).Tetapi dosa harus dihukum (Roma 6:23), itu sebabnya Yesus

menjadi tumbal (pengganti) manusia, menerima hukuman dosa yaitu maut.Yesus

sudah mengalahkan (memenuhi kewajiban) maut tersebut, jadi orang percaya

sudah bebas dari hukuman. Sudarmo memberi kesimpulan mengenai hal itu

sebagai berikut:

Di dalam hal pengenaan pelepasan ada dua faktor yang harus dipegang
teguh.Pertama adalah buah pekerjaan Tuhan Yesus Kristus, sebagai
juru selamat sudah memenuhi kewajiban-Nya secara tuntas.Kedua,
adalah pekerjaan Roh Suci yang membawa pelepasan kepada manusia
hingga menjadi milik-Nya. Memang yang mengenakan adalah Roh
Suci, akan tetapi yang menerima pengenaan itu adalah manusia, bukan
sesuatu yang mati, kayu atau batu.1313

4. Hasil Kemerdekaan

Yohanes Calvin mengutip perkataan dari Origenes yang mengatakan bahwa:

“Akal itu mampu membeda-bedakan antara yang baik dan yang jahat, kemauan itu

mampu memilih yang satu atau yang lain.” 1414Setiap manusia mempunyai hak

pilih dan hal itu dihargai oleh Allah. Kalau tidak, bisa saja Allah membuat hati

manusia itu dengan sendirinya mengasihi Allah tanpa ada persetujuannya; dengan

kata lain diprogram hanya untuk mengasihi Allah saja. Billy Graham menjelaskan

sebagai berikut :

Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya, dan Ia menghendaki


supaya manusia menyembah penciptanya oleh sebab rasa kasih yang
timbul dari dalam hatinya sendiri. Keadaan ini dapat terjadi “kehendak
13 13
R. Sudarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta : Gunung Mulia, 1993), 186.
14
Yohanes Calvin, Institutio,terj. Winarsih Arifin (Jakarta : Gunung Mulia,
14

1985), 50.
bebas” manusia itu dijalankan. Kasih dan ketaatan yang terpaksa tidak
akan memuaskan hati Allah. Ia menginginkan anak manusia, bukan
mesin.1515
Bahkan orang percaya yang sudah merdekapun, hak dan kebebasannya tetap

dijamin oleh Allah. George Hendry berkata bahwa :

“Roh Kudus tidak menghancurkan kemerdekaan roh kita, tetapi memperbaikinya

dengan mengganti kemerdekaan yang palsu dengan kemerdekaan yang benar dari

Allah, yang mulia.”1616

Jadi sebagai orang percaya yang sudah dimerdekakan dari penjajahan dosa,

hendaklah mengikhtiarkan, memihak dan menggabungkan diri dengan pikiran Roh

Kudus. Morris Williams berkata bahwa : “Anak-anak Allah berada di dunia, tetapi

tidak berpartisipasi dalam kejahatan-kejahatan dunia. Mereka seumpama perahu di

atas permukaan air.”1717

Bila anak-anak Allah (orang percaya) masih jatuh kedalam dosa, jelas karena

pilihan sendiri, bukan karena tidak mampu untuk melawan kehendak daging

tersebut.Karena Roh Kudus telah membebaskan orang percaya dari kecenderungan

berbuat dosa. Jerry White berkata bahwa : “Penyesuaian orang percaya terhadap

dunia ini adalah merupakan penipuan yang kejam, yang menyebabkan ketegangan

dan kekalutan dalam batin.”1818

15
Billy Graham, Bagaimana Dilahirkan Kembali,terj. Deny Yusuf T. (Bandung
15

: LLB, t.th), 86.


16
George S. Hendry, The Holy Spirit in Christian Theology,(Philadelphia : The
16

Westminster Press, 1952), 117.


17
Morris Williams, Doa dan Ibadah,terj. Lembaga Kursus Tertulis International
17

di Indonesia, (Malang : Gandum Mas, t.th), 52.


18
Jerry White, Kejujuran Moral dan Hati Nurani,terj. Penerbit (Jakarta :
18

Gunung Mulia, 1987), 50.


B. Mendiami

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “Mendiami (mengediami); berumah

di ; bertempat tinggal di ; menduduki.”1919 Dalam Roma 8:9, Roh Allah sungguh-

sungguh tinggal di dalam hidup orang percaya, sama seperti manusia mendiami

rumahnya. Bersifat tetap dan terus menerus, karena rumah itu miliknya sendiri.

Cranfield berkata bahwa : “Berdiamnya Roh Kudus di dalam hidup orang percaya

bersifat kekal dan permanen.”2020

Jadi prinsipnya adalah : Roh Kudus mendiami orang percaya, hal itu terjadi

satu kali untuk selamanya. Tak ada waktu di mana Roh Kudus absen atau

meninggalkan orang percaya sekalipun mereka ada kalanya masih terjatuh dalam

dosa.Syarat utama supaya didiami oleh Roh Kudus tetap berdasarkan pada ayat 1,

yaitu “ada di dalam Kristus”. A.B. Simpson berkata bahwa : “Rohol Kudus tak

dapat diam di dalam jiwa yang tidak (belum) bertobat.”21 21

Berdiamnya Roh Kudus dalam hidup orang percaya merupakan jalianan

hubungan yang indah antara Allah dan manusia. Karena sebelumnya hubungan

Allah dengan manusia sudah putus karena dosa. G.C. Van Niftrik berkata bahwa :

Roh Allah adalah Allah, bukan manusia dan bukan unsur rohani di
dalam manusia, bukan “intipati yang hakiki di dalam manusia”. Sebab
Roh Kudus adalah Allah sendiri yang dari luar (dari atas) datang
kepada kita dan berkenan menciptakan bagi-Nya suatu hubungan yang
sebelumnya tidaklah terdapat antara manusia dengan Dia.2222

19
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka,
19

1982), 249.
20
C.E.B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the
20

Romans, 2:388
21 21
A.B. Simpson, Berjalan Menurut Roh Itu,(Bandung : Kalam Hidup, 1964), 25.
22
G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini,(Jakarta : Gunung
22

Mulia, 1990), 335.


Jadi hubungan antara Allah dengan manusia (orang percaya) bukan saja

dekat, tetapi menyatu. Dalam ayat 9 ini dikatakan bahwa : “Kamu tidak hidup

dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam

kamu.” Billy Graham berkata bahwa :

Dalam Roma 8:10; Galatia 2:20; jelas kalau Roh Kudus ada di dalam
kita, maka Kristus ada di dalam kita. Kristus tinggal di dalam kita oleh
Iman. Tetapi Roh Kudus adalah pribadi dari Tritunggal yang
sesungguhnya berada di dalam kita.2323

Adapun Roh Kudus yang berdiam dalam diri seorang percaya itu berfungsi sebagai

meterai, untuk menghidupkan tubuh, dan mematikan perbuatan daging.

1. Sebagai Meterai

Dalam Roma 8:9b, “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan

milik Kristus”. Berdiamnya Roh Kudus dalam hidup orang percaya merupakan

meterai, bahwa mereka adalah milik Kristus. Thomas Van de End berkata bahwa :

“Kehadiran Roh Kudus merupakan patokan untuk menentukan apakah seseorang

adalah seorang Kristen. Hal itu setepatnya mendapat penekanan di kalangan

gereja-gereja Pantekosta.”2424 Wiersbe juga menambahkan bahwa : “Bukti dari

pertobatan adalah dengan hadirnya Roh Kudus di dalam hati.”2525

Kehadiran Roh Kudus mutlak sebagai bukti (meterai) bahwa seseorang

adalah pengikut Kristus (sekaligus milik-Nya) sehingga dengan jelas diketahui

bahwa dia memiliki hidup yang kekal (1 Yohanes 5:11-13).

23
Billy Graham, Roh Kudus :Kuasa Allah dalam Hidup Anda,terj. Susie
23

Wiriadinata (Bandung : LLB, 1985), 46.


24
Thomas van den End, Tafsiran Surat Roma,357.
24

25
Warren W. Wiersbe, Benar di Dalam Kristus,terj. Tinawati Tedjane (Bandung
25

: Kalam Hidup, 1977), 88.


2. Menghidupkan Tubuh

Tubuh orang percaya akan mati, dan akan diganti dengan tubuh yang baru

(band. 1 Korintus 15:33). Secara rohani orang yang percaya telah diselamatkan,

tetapi masih tinggal dalam tubuh yang berdosa. Dalam Roma 8:11, berdiamnya

Roh Kudus merupakan jaminan bagi tubuh orang percaya untuk memperoleh

kebangkitan pada kesudahan zaman. Billy Graham berkata bahwa :

Hidup oleh Roh itu berarti pula menerima hidup Roh Kudus di dalam
hidup (tubuh) kita, dan Dia-lah sumber yang terus menerus
membangkitkan tenaga bagi segala kesanggupan pikiran dan segala
fungsi dalam tubuh kita (Roma 8:11).2626

Jadi berdiamnya Roh Kudus dalam hidup orang percaya bukan saja

menghidupkan (membangkitkan) tubuh pada akhir zaman, tetapi juga menjadi

tenaga bagi segala kesanggupan pikiran dan segala fungsi tubuh mereka.

3. Mematikan Perbuatan Daging

Billy Graham berkata bahwa : “Memang orang percaya itu adalah tempat

tinggal Roh Kudus. Tetapi sayang mereka sering kurang mengeluarkan buah Roh

dalam hidup mereka.”2727Mengapa orang percaya kurang mengeluarkan buah

Roh? Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebabnya; pertama, barang kali Roh

Kudus belum tinggal di dalam hatinya; kedua, dia tidak mengerti tanggung

jawabnya sebagai orang yang sudah dimerdekakan dari tabiat dosa (ayat 2), harus

memberantas (menumpas) perbuatan-perbuatan daging(ayat 13). Mematikan

perbuatan-perbuatan daging bukanlah berarti mematikan perbuatan-perbuatan

tubuh seperti makan, minum, tidur, olah raga dan lain sebagainya.Prinsipnya

26
Billy Graham, Roh Kudus : Kuasa Allah Dalam Hidup Anda,terj. Susie
26

Wiriadinata, (Bandung : LLB, 1985), 46.


27
adalah, orang percaya bertanggung jawab untuk memerangi dosa (band. Kolose

3:5). Jerry White berkata tentang hakekat orang percaya dengan dunia yang penuh

dosa ini sebagai berikut : “Jika Kristus memang diam di dalam diri kita, maka

penyesuaian kita dengan dunia adalah penipuan yang kejam, yang mengakibatkan

ketegangan dan kekalutan dalam batin kita.”2828

Jelaslah memang bahwa orang percaya tidak mungkin merasa tenang atau

sejahtera, kalau mereka masih menyesuaikan diri dengan dunia ini, karena mereka

bukan berasal dari dunia tetapi dari Allah, yaitu anak-anak Allah.

C. Memimpin

Dalam Kamus Besar Indonesia berarti : “Memegang tangan seseorang sambil

berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan) dan membimbing.” 2929Roh Kudus

orang percaya berdasarkan kerelaan dan ketulusan, bukan paksaan atau

tekanan.Roh Kudus hanya memimpin orang-orang yang rela membiarkan diri

untuk dipimpin, dan tidak memaksakan kehendak-Nya kepada mereka yang

menolak atau mengabaikan pimpinan-Nya.

Menurut Billy Graham :

Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya, dan Ia menghendaki


supaya manusia menyembah penciptanya oleh sebab rasa kasih yang
timbul dari dalam hatinya sendiri.
Keadaan ini dapat terjadi jika “kehendak bebas” manusia itu
dijalankan. Kasih dan ketaatan yang terpaksa tidak akan memuaskan
hati Allah. Ia menginginkan anak manusia bukan mesin.3030

28
Jerry White, Kejujuran Moral dan Hati Nurani,terj. Penerbit , (Jakarta :
28

Gunung Mulia, 1987), 50.


29
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Kamus Besar Bahasa
29

Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1992).


30 30
Billy Graham, Bagaimana Dilahirkan Kembali,86.
Kepemimpinan Roh Kudus terhadap orang percaya dihubungkan dengan

keberadaan mereka sebagai anak Allah (8:14). Bruce berkata bahwa : “Roh Kudus

menyediakan instruksi dan kuasa di dalam hidup anak-anak Allah.” 3131 Wiersbe

menambahkan katanya :

Kita menyerahkan diri kepada Roh, dan Ia membimbing kita dengan


Firman-Nya hari demi hari. Kita tidak berada di bawah perbudakan
hukum Taurat dan tidak perlu takut untuk bertindak.Kita memiliki
kemerdekaan dari roh dan bebas mengikuti Kristus.3232
Harrison memberi penjelasan yang lebih indah lagi tentang hubungan Roh

Kudus dengan orang percaya sebagai berikut : “Hubungan Roh Kudus dengan

anak-anak Allah sekarang adalah seperti seorang gembala dengan domba-domba-

Nya. Mereka dipimpin oleh-Nya sebagai penuntun dan pelindung.”3333 Richard

Strauss juga menambahkan bahwa : “Kita berhak mengharapkan pemberian yang

baik berupa bimbingan Tuhan, karena kita adalah anak-anak-Nya.”3434

Dengan demikian, Roh Kudusa memimpin orang percaya untuk kepentingan

mereka sendiri, sehingga mampu berjalan dan bertindak sesuai dengan kehendak

Allah, secara bertanggung jawab.Keadaan dipimpin oleh Roh Kudus tersebut

berlangsung secara terus menerus.Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk

berjalan menurut kemauan sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Donald Guthrie :

Ini bukan sekedar menunjuk kepada pengalaman pertobatan mula-


mula, melainkan kepada suatu kesadaran yang terus menerus tentang
bimbingan Roh Kudus.Pendek kata Roh Kudus meniupkan roh

31
F. F. Bruce, Romans An Introduction and Commentary,(London : The
31

Tyndale Press, 1963), 49


32 32
Warren W. Wiersbe, Benar di Dalam Kristus, 90.
33
Everett F. Harrison, “Romans”, The Expositoris Bible Commentary with The
33

New International Version of the Holy Bible,ed. Frank E (Michigan : Zondervan


Publishing House, 1977) 92.
34
Richard L. Strauss, Bagaimana Memahami Kehendak Allah, terj. Sri
34

Wandaningsih (Jakarta : Gunung Mulia, 1987), 28.


keanakan yang sejati, sehingga anak-anak itu peka terhadap pimpinan
Bapanya.3535

Dapat disimpulkan bahwa yang diutamakan di sini bukan karunia-karunia

istimewa yang sesaat, melainkan bimbingan Roh Kudus dalam kehidupan sehari-

hari.Roh itulah yang menjadi pusat kegiatan di dalam diri orang percaya. Erickson

berkata bahwa : “Roh Kudus yang mendiami orang percaya, menjadi pembimbing

dan penuntun dalam hidup mereka.”3636

Namun perlu diperhatikan bahwa kegiatan Roh Kudus tidak meniadakan atau

menggantikan kegiatan orang percaya. Roh Kudus hanya berperan sebagai

pencetus dan pendorong, apa yang akan dilakukan oleh mereka sesuai dengan

kehendak Allah. Tanggung jawab yang paling besar yang menjadi kewajiban orang

percaya dalam bimbingan adalah berhasrat mematuhi kehendak Allah yang

didasari dengan kerelaan dan ketulusan yang murni.Bimbungan apapun itu harus

ikut, entah kemanapun diarahkanNya, dan entah apapun yang menjadi resikonya.

Harding Wood berkata bahwa : “Allah tidak berjanji akan menyingkapkan

kehendak-Nya kecuali kepada orang-orang yang berhasrat untuk

melakukannya.”3737

Tuhan tidak berkenan memimpin orang-orang yang tidak rendah hati atau

sombong. Raja Daud berkata :

Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia


mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala
jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang-orang yang
berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.3838
35 35
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru,2:14.
36
Millard J. Erickson, Christian Theology,one vol. edition, (Michigan : Baker
36

Book House, 1992), 875.


37
G.R. Harding Wood, Bina Diri,2 Jilid, terj. H.A. Oppusunggu, (Jakarta :
37

Gunung Mulia, t. th). 2:121).


38 38
Mazmur 25:9-10
Jadi sudah menjadi dalil, bahwa sejauh masih bertalian dengan bimbingan,

kerendahan hati merupakan syarat utamanya. Orang percaya tidak perlu menawar

atau memberi komentar, tentang apa saja yang diinstruksikan oleh Roh Kudus

dalam kehidupan mereka, Wesly Brill berkata :

Tidak sepatutunya kita memberi saran kepada Allah tentang jalan yang
harus dipakai-Nya untuk memimpin kita, misalnya, menuntut suatu
tanda, atau dengan sembarangan saja menunjuk salah satu syarat
Alkitab untuk menguatkan suatu kehendak.3939

Karena Allah tahu tentang segala hal dalam kehidupan orang percaya, jadi

mereka tidak perlu mencari-cari alasan untuk tidak melakukan pimpinan Tuhan.

Seandainya Roh Kudus memimpin mereka pada suatu situasi yang sangat

bertentangan dengan harapan mereka sebagai manusia biasa, mereka tidak perlu

takut atau kuatir. Atau mereka terlalu optimis pada suatu tindakan, sehingga

mereka langsung mendahului Allah tanpa meminta petunjuk yang lebih jelas lagi.

Dalam pimpinan Allah, orang percaya tidak boleh mendahului Allah karena

keakuan yang tinggi, tetapi juga tidak boleh terlambat karena kuatir atau tidak

percaya.

Kemudian hal yang tidak bisa disepelekan atau dapat dikatakan hal yang

esensial dalam hal pimpinan Tuhan adalah, bahwa Dia tidak memimpin lewat

perasaan batin atau desakan, ataupun melalui penglihatan secara istimewa. Tetapi

Roh itu memimpin tidak bisa terlepas dari Firman Allah (Alkitab).

Jay Adams berkata :

39 39
J. Wesly Brill, Dasar yang Teguh,(Bandung : Kalam Hidup, t.th). 165.
Dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:18), misalnya, haruslah
dimengerti bukan sebagai dipimpin terpisah dari Firman Allah.
Pokoknya yang harus diperhatikan ialah, bahwa karena Roh Kudus
menggunakan Firman-Nya dalam menumbuhkan kesucian hidup.4040

Jadi prinsipnya adalah, bahwa segala tindakan yang tidak sesuai dengan

Firman Allah dapat dipastikan bukan dari pimpinan Allah. Karena Alkitab adalah

Firman Allah yang diilhamkan-Nya untuk membimbing orang percaya (2 Timotius

3:16). Kalaupun orang belajar Alkitab, tujuannya bukan untuk menambah

pengetahuan atau memuaskan rasa ingin tahu semata, tetapi untuk melakukannya

dalam hidup setiap hari (Yakobus 1:22). D.L. Moody berkata seperti yang dikutip

oleh LeRoy Eims bahwa : “Firman Allah itu tidak diberikan pertama-tama untuk

menambah pengetahuan kita, tetapi untuk membimbing langkah kita sebagai orang

percaya.”41 41

E. Mengadopsi

Roh Kudus menjadikan orang percaya sebagai anak-anak angkat Allah.

Istilah mengangkat anak, sangat cocok digunakan karena Allah memang tidak

mempunyai anak secara biologis.

John Stott berkata :

Ia bermaksud untuk mengadopsi kita, untuk menjadikan kita anak laki-


laki dan anak perempuan dalam keluarga Allah. Dalam hukum
Romawi (sebagian dari latar belakang penulisan Paulus), anak-anak
angkat memiliki hak yang sama seperti anak kandung.4242

40
Jay E. Adams, Andapun Boleh Membimbing,terj. Institut Alkitab Tiranus,
40

(Malang : Gandum Mas, 1986), 24.


41
LeRoy Eims, Pemuridan Seni yang Hilang,terj. Susi Wiriadinata, (Bandung :
41

LLB, 1993), 90.


42 42
John Stott, Gods New Society,(England : Intervarsity Press, 1984), 39.
Roh Kudus tidak menjadikan hubungan orang percaya dengan Allah, seperti

seorang budak dengan tuannya. Hubungan budak dengan tuannya ditandai dengan

sikap takut dipihak budak, sedangkan orang percaya tidak perlu bersikap takut

seperti itu kepada Bapanya. Tuhan tidak kejam, tidak menakut-nakuti, tidak

mengancam orang percaya supaya turut terhadap perintah-Nya. Sekalipun di sisi

lain orang percaya disebut sebagai hamba (Roma 6:22), ini menunjuk kepada suatu

keputusan yang berlangsung dalam kehidupan mereka. Allah Maha Tahu dan

Maha Kuasa, sehingga orang percaya mutlak tunduk pada-Nya.

Roh Kudus yang mengangkat orang percaya menjadi anak Allah tersebut

berfungsi untuk memberi keberanian berseru : “ya Abba, ya Bapa!, untuk bersaksi,

menjadikan ahli waris, dan memberi karunia sulung Roh.

1. Memberi keberanian untuk Berseru : “Ya Abba, ya Bapa”

Kalau diperhatikan sejarah pemakaian kata “ya Abba, ya Bapa!” dalam

bahasa Aram, mula-mula dipakai sebagai sapaan anak kecil kepada bapaknya.

Kemudian berkembang sebagai sapaan secara umum, sekalipun suasana akrab

yang berlaku antara seorang anak terhadap bapaknya tetap berlaku (lihat bab dua

halaman 34). Yang jelas sapaan “abba” tidak pernah digunakan kepada Tuhan. Itu

sebabnya orang-orang Yahudi sangat marah kepada Yesus ketika Dia mengatakan

bahwa Allah adalah Bapa-Nya, bahkan melempari Dia dengan batu (Yoh. 10:33)

karena hal itu dianggap menghujat Allah. Donald Guthrie menambahkan :

“Dakwaan yang sama terdapat dalam Yohanes 5:18. Menurut hukum-hukum

Imamat (Imamat 24:16) penghujatan dihukum dengan perajaman.” 43 43 Karena

43 43
Donald Guthrie, “Injil Yohanes”, terj. W.B. Sijabat, Tafsiran Alkitab Masa
Kini,3 Jilid. (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1986), 3:315.
orang Yahudi tidak mengenal Dia, wajarlah kalau mereka marah, sebab kalau

mereka mengenal Dia yang adalah Allah sendiri mana mungkin mereka marah.

Oleh Roh orang percaya berseru, “ya Abba, ya Bapa!” perkataan yang
sama digunakan pada dua masa, pertama kata Aram yang digunakan
Yesus dalam doa-Nya (Markus 14:36). Kedua Paulus
menggunakannya dalam doanya juga, yaitu dalam Galatia 4:6.44 44

Paulus meneladani Yesus, mendekati Allah dengan sapaan yang akrab,

dengan suasana seorang anak kepada bapaknya. Hal ini merupakan perubahan

yang luar biasa dalam mendekati Allah, dimana orang Yahudi menyebut nama

Allah saja tidak berani, tetapi Yesus dan Paulus justru memanggil Allah dengan

sapaan “Abba” sebagaimana menyapa bapak mereka sendiri.

Bruce berkata bahwa:

Dia adalah “Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah” (8:15), oleh
siapa mendorong orang percaya mendekati Allah seperti anak-anak dan
memanggil Dia dengan nama (sebutan) keluarga “Bapak” seperti
Yesus menggunakannya ketika berbicara kepada Allah.4545

2. Bersaksi

Dalam Roma 8:16, dikatakan bahwa Roh Kudus bersaksi, maksudnya adalah

membuktikan kebenaran atau meyakinkan. Seperti dalam exegesis ayat 16, bahwa

kebanyakan terjemahan dalam bahasa Indonesia (termasuk LAI), menerjemahkan

sebagai berikut : “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita

adalah anak-anak Allah”. Namun dalam bahasa asli kata kerja yang digunakan

44
Everett F, Harrison, “Romans”, The Expositoris Bible Commentary with The
44

New International Version of the Holy Bible, ed. Frank E, 92.


45
F. F. Bruce ,Roman An Introduction and Commentary,(London: The Tyndale
45

Press, 1963), 49-50).


bukan dalam bentuk partisif, tetapi dalam bentuk aktif, orang ketiga tunggal. Dan

satu kendala lagi bahwa kalau “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita”,

sasaran atau objek kesaksian itu siapa? Karena secara logika, kalau ada kesaksian,

berarti ada pihak atau pribadi yang perlu diyakinkan tentang suatu kebenaran yang

belum diketahuinya atau yang belum dimengerti olehnya. 4646 Seandainya yang

menjadi sasaran dari kesaksian itu adalah Allah, maka ada suatu kejanggalan yang

serius di dalamnya. Karena yang mengangkat orang percaya menjadi anak-Nya

adalah Dia sendiri, bagaimana mungkin Allah harus diyakinkan tentang hasil dari

pekerjaan-Nya sendiri. Apakah seorang bapak yang sudah mengangkat anak orang

lain menjadi anaknya sendiri, justru anak itu yang meyakinkan bapak angkatnya,

bahwa dia adalah anak dari bapak tersebut ? justru yang terjadi adalah sebaliknya,

bahwa si bapak yang meyakinkan anak itu, bahwa dia sudah dianggap sebagai

anak kandungnya sendiri. Begitu juga dengan Allah, orang percaya justru perlu

diyakinkan akan posisinya di dalam keluarga-Nya. Peranan Roh Kudus-lah yang

meyakinkan orang percaya akan kebenaran posisi mereka sebagai anak-anak Allah

dalam keluarga-Nya.

Orang percaya kadang kala ragu, kuatir, takut, itu sebabnya rasul Paulus

menuliskan doktrin tentang Roh Kudus dalam suratnya dan mengirimkannya

kepada jemaat di Roma, yang sekaligus juga kepada semua orang percaya di masa

sekarang. Mengapa ? karena kebenaran tentang posisi orang percaya sebagai anak

Allah memang perlu dukungan dan keyakinan yang diberikan oleh Roh Kudus

untuk mempercayainya. Seperti yang dikatakan oleh Donald Guthrie : “Secara

46
Randy E. Richard, Filsafat (Logika),(Manado : Catatan Kuliah Semester
46

Genap di STI, 1995).


terus menerus Roh Kudus mengingatkan kita tentang keluarga baru yang ke

dalamnya kita telah diangkat menjadi anak (anggota keluarga).”47 47

3. Menjadikan Ahli Waris

Seperti yang dikatakan oleh John Stott bahwa : Anak angkat memiliki hak

yang sama seperti anak kandung.”4848 Hal itu adalah hukum Romawi yang

merupakan latar belakang penulisan Paulus. Roma 8:17, “jika kita adalah anak,

maka kita juga adalah ahli waris”. Anak yang dimaksud sini adalah anak yang

dewasa, bukan anak yang masih bayi.

Wiersbe berkata bahwa :

Seorang bayi tidak dapat menanda tangani cek, tetapi anak Allah
dengan iman dapat mempergunakan kekayaan rohaninya, karena it
adalah ahli waris bersama-sama dengan Kristus (8:17). Roh mengajar
kita dari Firman Allah, dan kita menerima kekayaan Allah dengan
iman. Betapa menggetarkan hati memiliki “Roh yang menjadikan kita
anak Allah” bekerja dalam hidup kita.4949

Namun ada perbedaan antara Allah dengan manusia, tentang cara

mewariskan segala harta kepada anak. Manusia mewariskan segala hartanya

kepada anak-anaknya setelah dia mati. Tetapi Allah bukan seperti seorang ayah,

yang harus mati dulu baru kemudian mewariskan harta-Nya kepada anak-anakNya,

Allah mewariskan seluruh milik-Nya kepada anak-anak-Nya, sama seperti seorang

ayah juga mewariskan segala hartanya kepada anak-anak yang ditinggalkanya.

47 47
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru,2:1990.
48 48
John Stott, Gods New Society, (England : Intervarsity Press, 1984), 39.
49 49
Warren W. Wiersbe, Benar di Dalam Kristus,90.
Thomas Van den End berkata bahwa : “Orang-orang Kristen boleh mengandung

pengharapan yang sangat tinggi karena mereka adalah anak-Nya”50 50

Sekalipun demikian, ada juga orang percaya yang tidak menggunakan kekayaan

rohaninya (yang justru adalah haknya), sebagai ahli waris Allah. Mungkin karena

ragu atau tidak mengerti tentang haknya tersebut, Frederick Price berkata : “Jika

anda mengakui kegagalan, kebimbangan, kelemahan, dan ketidaksanggupan, maka

itulah yang akan anda peroleh.”5151

Hal itu sama saja dengan seseorang yang memiliki uang banyak di bank,

hasil dari warisan yang diberi oleh ayahnya, tetapi dia tidak mau atau tidak tahu

menggunakannya, sekalipun dia sangat membutuhkannya. Begitu juga dengan

orang percaya yang tidak mau atau tidak tahu, bahwa Bapa mereka adalah sumber

segala berkat telah mewariskan segala milik-Nya kepada mereka. Mereka tinggal

meminta dengan iman, asal hal itu sesuai dengan kehendak-Nya, maka Dia akan

memberikan apa saja yang dminta oleh orang percaya, baik berkat jasmani maupun

berkat rohani (Matius 6:33).

Tanggung jawab orang percaya sebagai anak Allah yang menerima hak

istimewa haruslah diperhatikan juga. Margaret Clarkson berkata : “Banyak yang

dikatakan dalam PB tentang kedudukan sebagai anak, berbagai hak istimewanya

yang tinggi dan tanggung jawabnya yang berat.”5252 Salah satu tanggung jawab

orang percaya secara umum adalah seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus :
50
Thomas Van den End, Tafsiran Surat Roma,(Jakarta : Gunung
50

Mulia, 1995), 370.


51
Frederick K. C. Price, Cara Iman Bekerja,terj. A.J. Syanta, (Jakarta : YPI
51

Immanuel, t.th), 129.


52
Margaret Clarkson, Siap Dimuliakan,terj. Penerbit (Malang : Gandum Mas,
52

1989), 45.
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas
kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh
Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.5353

4. Memberi Karunia Sulung Roh

Maksudnya adalah merupakan bagian pertama dari Roh (dan karya-Nya)

yang diberikan kepada orang percaya; di masa depan mereka akan menerima Roh

sepenuhnya. Kehadiran-Nya, karya-Nya di dalam diri orang percaya merupakan

pemberian pertama, yang akan disusul pemberian lain, yaitu kemuliaan (ayat 18),

dan pembebasan tubuh (ayat 23) di masa depan. Wiersbe berkata bahwa :

Sama seperti bangsa Israel mengecap buah-buah sulung dari Kanaan


ketika mata-mata kembali (Bilangan 13:23-27), kita orang-orang
Kristen telah mengecap berkat-berkatr dari Sorga melalui pekerjaan
Roh Kudus. Ini menyebabkan kita ingin melihat Tuhan, menerima
tubuh yang baru, dan hidup bersama-sama dengan Dia dan melayani-
Nya selamanya.5454

Packer menyimpulkan “buah sulung Roh” sebagai berikut : “Buah sulung itu

adalah uang muka, angsuran pertama dari jaminan yang disediakan (Roma

8:23).”5555

Orang percaya yang telah menerima “karunia sulung Roh” dihubungkan

dengan penderitaan segala makhluk (ay.22), dimana mereka (orang percaya) juga

ikut mengeluh di dalam hati sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu

pembebasan tubuh. Dalam ayat 14-16 dikatakan bahwa orang percaya sudah

53 53
Kisah Para Rasul 1:8
54
Warren W. Wiersbe, Benar di Dalam Kristus,terj. Tinawati Tedjana
54

(Bandung : Kalam Hidup, 1977). 91.


55 55
J. I. Packer, Keep ini Step with the Spirit,England : Intervarsity Press, 1984),
77
diangkat menjadi anak Allah, lalu bagaimana dengan ayat 23 ini, yang masih

menantikan pengangkatan sebagai anak? Thomas Van den End berkata bahwa :

“Ketegangan seperti yang terdapat antara ayat 14-16 dengan ucapan dalam ayat 23

ini merupakan ciri khas eskatologi Perjanjian Baru.”5656 Orang percaya telah

diselamatkan tetapi tubuh dan nafsunya masih sering menjatuhkannya ke dalam

dosa. Karena itu sekarang, orang percaya juga menderita dan mengeluh dalam

menantikan saat pengangkatran secara penuh sebagai anak pada masa yang akan

datang, sebab penyempurnaan itu masih berupa pengharapan. Memang saat ini

orang percaya telah (dan sedang) merasakan sebagian dari berkat sebagai anak

angkat (ayat 14-16), namun di masa depan mereka akan menerima secara

sempurna pengangkatan sebagai anak; dan kehadiran Roh Kudus dalam diri orang

percaya merupakan jaminan kepastian bahwa mereka pasti memperoleh secara

penuh semua janji-janji Allah bagi mereka.

F. Menolong

Orang percaya perlu ditolong dalam kehidupan mereka, karena terbatas

dengan kelemahan-kelemahan mereka sebagai manusia biasa. Kelemahan yang

pertama adalah bahwa mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan

datang, termasuk pada akhir zaman; semua itu hanya dilalui dengan iman dan

pengharapan saja. Dan kelemahan yang kedua adalah bahwa mereka tidak tahu apa

saja yang terbaik yang mereka perlukan dalam hidup mereka yang sesuai dengan

rencana dan kehendak Allah sehubunbgan dengan “master plan-Nya dalam

kehidupan mereka. Karena keterbatasan tersebutlah sehingga Roh Kudus perlu

menolong mereka supaya perjalanan hidup mereka boleh menuruti kehendak dan

rencana Allah.

56 56
Thomas Van den End, Tafsiran Surat Roma,384.
Orang percaya hidup ditengah-tengah dunia yang mempunyai gaya dan

prinsip hidup yang bertentangan dengan Firman Allah (Mazmur 1:1). Stanley

Heath berkata bahwa : “Itulah kenyataan, bahwa kita akan digodai seumur hidup,

karena hidup dalam lingkungan yang penuh dosa.”5757

Roh Kudus siap menolong orang percaya dalam kelemahan mereka. Bukan

berarti orang percaya langsung pasif dan membiarkan Roh Kudus saja yang

bekerja sendirian. Karena ayat 26 ini, kata kerja yang dipakai mempunyai arti

“membuat pegangan kemudian bersama-sama membawa beban tersebut, sama

seperti membawa balok pada tiap-tiap ujungnya.”5858

Menurut Roma 8:24-27, Roh Kudus menolong orang percaya dalam hal

berpengharapan, berdoa, bahkan Roh Kudus itu sendiri berdoa untuk orang-orang

percaya.

1. Berpengharapan

Orang percaya sudah diselamatkan, namun keselamatan itu masih dalam

pengharapan (ayat 24).Secara rohani mereka memang telah diselamatkan, tetapi

tubuh mereka masih tubuh yang lama, yang masih mempunyai nafsu yang justru

seringkali masih menjatuhkan mereka ke dalam dosa. Thomas Van den End

berkata bahwa : “Roh Kudus di dalam diri kita tidak melepaskan kita dari dunia di

sekitar kita.”5959

Dalam penantian orang percaya akan pengangkatan secara penuh sebagai

anak pada masa yang akan datang (ay. 23), mereka juga ikut menderita dan
57 57
Stanley Heath, Tak Mengambang Tak Meleset,80.
58
Robert Hana, A Grammatical Aid to the New Testament,(Michigan : Baker
58

Book House, 1983), 271.


59 59
Thomas Van den End, Tafsiran Surat Roma,384.
mengeluh. Roh Kudus menolong mereka supaya mampu untuk mengharapkan

yang tidak kelihatan, yaitu pengharapan yang penuh bahagia, dan pernyataan

kemuliaan Allah dan juru selamat mereka Tuhan Yesus Kristus (bandingkan Titus

2:13) pasti akan datang.

Wiersbe berkata bahwa :

Orang percaya tidak menjadi putus asaa ketika ia menyaksikan dan


mengalami penderitaan dan kesakitan di dunia ini. Ia tahu bahwa
penderitaan yang bersifat sementara itu pada suatu ketika akan berakhir
dengan kemuliaan yang kekal.6060

Jadi pengharapan yang diyakinkan oleh Roh Kudus itu, seharusnya menjadi

motivator atau stimulus bagi orang percaya untuk melakukan segala tanggung

jawab yang diberikan oleh Allah kepada mereka, untuk melaksanakannya dengan

penuh kesungguhan, sambil menjaga kekudusan hidup di hadapan Allah.

2. Berdoa

Roh Kudus mengetahui segala sesuatu tentang keperluan orang percaya yang

sesuai dengan kehendak Allah(ayat 27) dalam hidup mereka. Sedangkan mereka

cenderung melihat hal-hal yang berhubungan dengan jasmani saja, sehingga Roh

Kudus perlu menyelidiki hati nurani mereka supaya doa yang akan disampaikan

sesuai dengan kehendak Allah.

Mengapa begitu penting doa dalam kehidupan orang percaya, dan mengapa

Roh Kudus harus membantu mereka dalam hal berdoa ? Pendapat Harding Wood

ini mungkin bisa memberikan jawaban yang bisa diterima :

Doa adalah satu-satunya sarana melalui mana ciptaan dapat berbicara


kepada Penciptanya. Tak ada cara lain dimana manusia dapat
berkomunikasi dengan Allah, atau mengambil upaya untuk
memperdalam persekutuannya dengan Dia kecuali doa.6161

60 60
Warren W. Wiersbe, Benar di Dalam Kristus,91.
Beberapa pendapat tentang doa sebagai berikut : Murid-murid Yesus merasa

bahwa doa itu penting dalam kehidupan mereka, itu sebabnya mereka bertanya

kepada Yesus bagaimana cara berdoa (Lukas 11:1). Ini membuktikan bahwa orang

percaya itu mempunyai kerinduan untuk menyembah dan berkomunikasi dengan

Allah. John Haggai berkata bahwa : “Doa menunjukkan kebergantungan kepada

Allah. Tanpa-Nya tak dapat kita berbuata apapun.Dengan Dia dapatlah kita

melakukan segala sesuatu.Ia-lah sumber kekuatan kita.” 6262 Ini menunjukkan

bahwa orang percaya mutlak bergantung kepada Allah, tak ada yang patut

dibanggakan, dengan kata lain wajarlah semua hanya untuk kemuliaan Allah,

karena segala sesuatu datang dari Dia.

Uskup Agung Trent seperti yang dikutip oleh Paul P. Powell berkata bahwa :

“Doa bukanlah mengatasi keengganan Allah ; doa adalah memperoleh kesediaan

Allah yang tertinggi”6363 Jadi doa bukanlah sarana untuk memaksa Allah untuk

melakukan keinginan-keinginan hati orang percaya, sekalipun hal itu barangkali

bermaksud baik, tetapi kalau bukan menurut kehendak Allah, maka hal itu

bukanlah doa yang benar.

Tozer berkata bahwa :

Saya berpikir tentang satu kesungguhan ide yang palsu, yaitu sering
yang menjadi dasar adalah menyenangkan hati dan senyuman, dengan
satu lagi ide kolot yang tidak dapat diragukan bahwa Allah selalu
menjawab doa.6464

61
G.R. Harding Wood, Bina Diri,2 jilid, terj. H.A. Opposunggu, (Jakarta :
61

Gunung Mulia t.th) 2:141)


62
John E. Haggai, Cemas? Prustasi ? Cara-cara Mengatasinya, (Jakarta : YPI
62

Immanuel, 1986), 141.


63
Paul W. Powell, Murid Sejati,terj. Yap Wei Fong (Bandung : Kalam Hidup,
63

1982), 102.
64
A. W. Tozer, Man : The Dwelling Place of God,(India : Evangelical Literature
64

Depot, 1966), 85.


Doa dijawab atau tidak oleh Allah bukan ditandai dengan apa-apakah doa itu

menghasilkan senyuman atau kesenangan hati atau sukacita semata.

Dorothy memberi keterangan bahwa :

Dalam hati anak-anakNya, Allah menanamkan keyakinan-keyakinan


yang berasal dari Roh Kudus sebagai jawaban doa mereka, sehingga
mereka mengetahui tugas pelayanan yang Tuhan bebankan pada
mereka. Roh Kudus juga menyatakan rencana Allah dalam rangka
pembangunan kerajaan Allah.6565

Ada dua kemungkinan mengapa doa tidak dijawab oleh Allah, pertama; kalau

doa itu berasal dari keinginan dan kehendak hati manusia, kedua; seperti yang

dikatakan oleh James Boice bahwa :

Jika Allah memberi jawaban “tidak” untuk salah satu dari doa-doa
anda, maksud-Nya bukan supaya anda menjadi patah semangat atau
bingung.Tujuan-Nya adalah agar anda dapat dipimpin untuk
memandang kepada janji-janji Allah.6666

Namun kalau doa itu berasal dari dorongan Roh Kudus dan ditanggapi

dengan serius oleh orang percaya lalu berdoa kepada Allah, maka doa itu pastilah

mendapat jawaban. Bahkan sebelumnya Roh Kudus sudah menanamkan keyakinan

akan jawaban Allah terhada doa tersebut.

3. Mendoakan

Ada saat-saat dimana orang percaya tidak mampu lagi mengucapkan apa-apa

ketika mereka menghadapi saat-saat kritis dan sangat membutuhkan pertolongan

Allah. Watchman Nee berkata bahwa : “Dalam kelemahan kita, kita mutlak

mengakui bahwa pada saat kita tidak mampu untuk mengikuti jalan Roh Kudus

65
Dorothy I.M., Konsep Gereja yang Lama Yang Baru Yang Mana?(Jakarta :
65

Gunung Mulia, t. th), 34.


66
James M. Boice, Dapatkah Aku Dipakai Allah ?terj. Gerrit J. Tiendas,
66

(Bandung : Kalam Hidup, 1982), 123.


dalam roh kita, maka Roh Kudus memohonkannya kepada Dia”6767Barclay tertarik

untuk mengutip rumusan C. H. Dodd tentang doa sebagai berikut : “Doa ialah yang

ilahi di dalam diri kita memohon kepada yang ilahi di atas kita” 6868 Jadi doa jenis

ini adalah doa yang dilakukan oleh Roh Kudus yang ada di dalam diri orang

percaya, kepada Allah yang di surga. Stephen Neil berkata :; “Ia lebih mengetahui

tentang diri kita dari pada diri kita sendiri. Kesulitan dan penderitaan kita aman dan

tersembunyi dalam pengakuan kasih-Nya mengetahui segalanya”6969

Dalam Roma 8:28, dikatakan bahwa Roh Kudus berdoa kepada Allah dengan

keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Maksudnya adalah tindakan Roh Kudus

dalam berdoa kepada Allah bukan kegiatan orang percaya, seperti yang ditafsirkan

oleh Kaseman bahwa hal itu adalah bahasa lidah atau “glossalaly” seperti yang

dikutip oleh Granfield.7070

Jadi kalau orang percaya mempunyai hasrat yang dalam untuk berdoa kepada

Allah, maka Allah pasti siap menolong. Bahkan pada saat-saat kritispun, dimana

orang percaya tidak mampu lagi untuk mengungkapkan doanya kepada Allah,

maka Roh Kudus sendiri yang akan berdoa untuknya, untuk melengkapi dan

menyempurnakan doanya tersebut kepada Allah.

Betapa indahnya dan dalamnya kasih sayang Allah kepada orang percaya,

bahkan dalam berdoapun menjadi perhatian yang sangat serius bagi-Nya, sehingga
67
Watchman Nee, The Spiritual Man, in three Volumes, (New York : Christian
67

Fellowship Publishers, 1968), 2:53.


68
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Roma,(Jakarta : BPK
68

Gunung Mulia, 1983), 169.


69
Stephen Neil, Budi Pekerti Kristen,terj. R. M. Pakun (Jakarta : Gunung Mulia,
69

1967). 20.

Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the


7070

Romans,2:423.
Roh-Nya siap dan bertanggung jawab untuk menolong mereka dalam berdoa di

mana saja, kapan saja, dan dalam hal apa saja. Wajar saja kalau Allah

menyayangkan sikap orang percaya yang tidak menganggap serius masalah berdoa,

karena doalah satu-satunya cara mereka untuk menyampaikan maksud dan

kerinduan hati mereka kepada Allah yang menjadi Bapa mereka tersebut.

G. Penutup

Dalam ayat 28-30, merupakan kesimpulan dari doktrin Paulus tentang

peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya.Bahwa sebenarnya Allah sudah

mejamin suatu kemenangan yang pasti bagi mereka, yang mengasihi Allah (ayat

28). Stephen Neil berkata :

Allah kadang-kadang memimpin kita melalui jalan-jalan yang sangat


gelap dan pada waktu itu kita menderita kesakitan atau kesedihan, kita
merasa tergoda untuk berpikir bahwa Allah melupakan kita, atau
bahkan membenci kita. Kemudian hari kita mungkin mengerti, bahwa
apa yang kelihatan menyakitkan itu sebenarnya merupakan sumber
kebaikan.7171

Jadi dalam ayat ini, Paulus menyimpulkan pula sikap orang percaya bukan

sikap menantang atau acuh tak acuh atau bahkan sikap menerima nasib. Mereka

harus dengan suka cita menerima kesulitan atau kesedihan, karena mereka tahu

bahwa Allah juga turut bekerja dalam segala sesuatu, baik maupun buruk, untuk

mendatangkan yang terbaik bagi mereka yang mengasihi Allah.

Jay Adams berkata bahwa :

Bertindak hidup terpisah dari pada Roh Kudus bukan saja sia-sia, tetapi
perbuatan demikian merupakan pemberontakan menentang Allah,
berdasarkan anggapan humanistis mengenai kedaulatan
manusia.Mengabaikan Roh Kudus merupakan penolakan yang sangat
buruk, dan kepercayaan bahwa pada hakekatnya manusia adalah
baik.7272

71 71
Stephen Neil, Budi Pekerti Kristen,20.
7272
Jay E. Adams, Andapun Boleh Membimbing, 21.
Semua proses yang dialami orang percaya tersebut mempunyai tujuan yang

ditetapkan oleh Allah sendiri, yaitu untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-

Nya (ayat 29), seperti yang dikatakan oleh J.B. Philips yang dikutip oleh Billy

Graham bahwa :

Bahwa Allah telah menentukan kita untuk menjadi serupa dengan


gambaran Anak-Nya (8:29).Itulah yang sedang terjadi kepada kita
sekarang sebagai orang percaya. Kita dikuduskan setahap demi setahap
kepada kematangan rohaniah-menjadi serupa dengan gambaran Anak-
Nya.7373

Sebenarnya Allah sudah mengetahui dan menentukan orang percaya sebelum

dunia dijadikan (Efesus 1:4).Pilihan Allah jatuh berdasarkan respon manusia

terhadap jalan yang sudah disediakan oleh Allah, yaitu Yesus Kristus sebagai jalan

keselamatan.Namun Allah memikirkan dan mengetahui objek pilihan-Nya sejak

semula.Dan setelah manusia mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus Kristus

sebagai Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi, maka Allah kemudian

membenarkan dan menjadikannya mulia (ayat 30).

Namun di muka bumi ini, masih banyak orang-orang yang belum mendengar

Injil keselamatan, bagaimana mungkin mereka meresponi kasih Allah yang

direalisasikan melalui Pribadi Yesus Kristus sebagai jalan pendamaian kepada

Allah (Roma 10:14). Itulah sebabnya J. Oswald Smith berkata bahwa : “Injil

sedang dibutuhkan oleh seluruh umat manusia. Itulah sebabnya penginjilan berarti

perintah harian yang harus dikerjakan oleh setiap orang Kristen pada zaman

ini”.7474

7373
Billy Graham, Roh Kudus : Kuasa Allah Dalam Hidup Anda, terj. LLB.
131
7474
J. Oswald Smith, Merindukan Jiwa yang Tersesat, terj. Penerbit, (Surabaya
, t. th), 96.
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam seluruh penjelasan yang telah dipaparkan dari bab ke bab mengenai

peranan Roh Kudus dalam hidup orang percaya menurut Roma 8:1-30, dapat

diringkas sebagai berikut :

Pertama, surat Roma adalah murni tulisan Paulus lengkap enam belas pasal

(seperti terjemahan LAI). Walaupun ada yang meragukan pasal 15 dan 16 bukan

tulisannya, namun bukti yang kuat membenarkan bahwa surat Roma lengkap

ditulis enam belas di Korintus, pada akhir perjalanan PT Paulus yang ketiga, yaitu

pada tahun 57-58 M.

Kedua, alamat (tujuan) surat Roma adalah orang-orang percaya yang ada di

kota Roma.

Ketiga, jemaat di Roma terbentuk bukan atas prakarsa seseorang, tetapi

beberapa orang percaya berkumpul dan bersekutu bersama-sama, sehingga

terbentuklah jemaat yang kecil di Kota Roma tersebut. Sekalipun ada tradisii yang

mengatakan bahwa Petruslah yang memulai (mendirikan) jemaat di Roma, namun

tak ada bukti sedikitpun yang mendukung hal itu, juga dari surat Roma sendiri.

Komposisi jemaat di Roma terdiri atas : Sebagian anggota gereja berlatar belakang

Yahudi (ps.1, 3, dst); juga banyak orang-orang Yahudi (ps. 15:9-13). Pada saat

surat ini ditulis, iman kepercayaan jemaat di Roma jauh dari utuh dan mantap,

karena tidak ada yang memberi pengajaran Firman Tuhan secara teratur dan terus

menerus, tentang doktrin yang sehat dan kokoh.

Keempat, tujuan penulisan surat adalah untuk mempersiapkan kedatangan

Paulus ke Roma, dan memperkenalkan ajaran-ajarannya sendiri sebagai rasul


Kristus, sehingga kalau dia nantinya sampai di Roma, dia akan menjelaskannya

lagi lebih mantap.

Kelima, personality Paulus sebagai rasul adalah kokoh dalam pendirian, dan

tegas dalam ajaran. Hal ini jelas terlihat dalam surat ini. Namun dari tujuan

penulisan surat, ternyata ia adalah seorang rasul yang punya solidaritas yang tinggi

dan diplomatis dalam menyampaikan ajarannya.

Keenam, isi surat ini sesuai dengan temannya adalah “pembenaran oleh

iman”, dengan cara lain dapat dijelaskan bahwa isi surat Roma merupakan

penjelasan Injil Keselamatan, secara lebih dalam, dan lebih luas.

Ketujuh, surat ini terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu : I. Doktrin (pasal

11-8), yaitu : cara Injil menyelamatkan orang berdosa. Bagian ini menjelaskan

keadaan, semua manusia berbuat dosa dan di bawah kuasa dosa.Kemudian Injil

menjadi jawaban sekaligus menyelesaikan dosa.II. Hubungan Injil dengan bangsa

Israel (pasal 9-11).Bagian ini menjelaskan bahwa Injil bukan meniadakan

kehendak Allah bagi bangsa Israel, tetapi justru menggenapi janji Allah dan

meneguhkan pengharapan mereka. III. Praktek (pasal 12-16) atau cara Injil

mempengaruhi kelakuan. Bagian ini menjelaskan : aspek-aspek social dari hidup

Kristen, kewargaan dari hidup orang percaya, serta hubungan timbal balik dalam

kehidupan orang percaya.

Kedelapan, pengajaran Paulus yang bersifat teologia dalam surat Roma

terdapat pada pasal 1-8. Dan khusus pasal 8, Paulus memusatkan ajarannya pada

pekerjaan dan tanggung jawab Roh Kudus dalam hidup orang

percaya.Pneumatologi Paulus ini sengaja ditempatkan pada akhir pengajarannya,

karena hal ini hanya berhubungan dengan orang yang sudah ada di dalam Yesus

Kristus saja.
Kesembilan, secara khusus Roma 8:1-30, menjelaskan bahwa peranan Roh

Kudus dalam hidup orang percaya adalah sebagai berikut : I. Roh Kudus

memerdekakan orang percaya (ayat 1-8); yang meliputi, pengertian merdeka (ayat

1), kemerdekaan sebagai anugerah (ayat 2), proses kemerdekaan (ayat 3-4), dan

hasil kemerdekaan (ayat 5-8). II. Roh Kudus mendiami orang percaya (ayat 9-13);

sebagai meterai (ayat 9), menghidupkan tubuh (ayat 11), dan mematikan perbuatan

daging (ayat 12-13). III. Roh Kudus memimpin orang percaya (ayat 14). IV. Roh

Kudus mengadopsi orang percaya (ayat 15-23); memberi keberanian untuk berseru

“ya Abba, ya Bapa!” (ayat 15), bersaksi (ayat 16), menjadikan ahli waris (ayat 17),

dan memberi karunia sulung Roh (ayat 23). V. Roh Kudus menolong orang

percaya (ayat 24-27) menolong dalam pengharapan (ayat 24-25), menolong dalam

berdoa (ayat 26-27), dan mendoakan orang percaya (ayat 26). Dan ayat 28-30,

merupakan sasaran dari rencana Allah dalam hidup orang percaya.Bagian ini

menjelaskan bahwa orang percaya sudah dipilih, dipanggil sejak semula, kemudian

dibenarkan dan dimuliakan.

Sehubungan dengan kekudusan hidup, orang percaya dituntut supaya

semakin sempurna dalam proses pengudusan secara terus menerus (Progresif

Sanctification). Ada standar yang sudah ditetapkan oleh Allah untuk diikuti orang

percaya, yaitu “menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya”, artinya adalah

bahwa orang percaya harus memiliki pengetahuan, kebenaran dan kesucian yang

benar seperti Kristus, yang mencerminkan transformasi bathin mereka, kemudian

dibuktikan pada tindakan lahiriah. Jelas hal itu sulit untuk dicapai karena, orang

percaya masih hidup dan tinggal di tengah-tengah lingkungan yang penuh dengan

dosa (I Yohanes 1:8-10).Namun Allah mengetahui hal itu, sehingga Dia mengutus
penolong (Roh Kudus) yang bertanggung jawab untuk menyertai mereka supaya

mampu mencapai kemenangan yang sudah disediakan Allah.

Roh Kudus memerdekakan orang percaya (ayat 1-8), dalam arti

memerdekakan dari penjajahan dosa; ikatan yang membuat manusia tak berdaya

untuk melakukan kehendak Allah membuat manusia tak berdaya untuk melakukan

kehendak Allah sudah dilepaskan oleh Roh Kudus.Sehingga orang percaya bebas

secara mutlak, baik terhadap pengapkiran, maupun terhadap siksaan pada masa

kesudahan zaman.Kemerdekaan ini memungkinkan orang percaya mampu untuk

menjaga kekudusan hidup dihadapan Allah.Jadi tidak ada alasan lagi bagi orang

percaya untuk jatuh ke dalam dosa, kecuali karena pilihan sendiri.

Roh Kudus mendiami orang percaya, terjadi satu kali pada saat seseorang

berada di dalam Kristus (ayat 1), sifatnya permanen dan kekal.Kehadiran-Nya

dalam hidup orang percaya sebagai materai (jaminan), bahwa mereka adalah milik

Kristus (ayat 9). Sehingga ada indikasi bahwa sekalipun mereka ada kalanya masih

jatuh dalam dosa, tetapi Roh Kudus akan tetap mendiami mereka. Jadi orang

percaya tidak perlu frustasi, pada saat mereka tidak mampu mempertahankan hidup

kudus dihadapan Allah (jatuh dalam dosa). Karena Roh Kudus masih tetap

mendiami mereka, dan siap menolong kapan saja.Bahkan kalau mereka ada yang

mati sebelum sempat mengakui dosa-dosanya kepada Allah, dia tetap masuk surga,

karena dia adalah milik Kristus.

Kehadiran Roh Kudus dalam hidup orang percaya juga menjadi jaminan akan

kebangkitan tubuh orang percaya pada akhir zaman, bahkan menjadi sumber

kemampuan bagi mereka, dalam menghadapi situasi hidup yang penuh pergumulan

ini. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk memberantas keinginan dosa
dalam diri mereka.Jadi jelas bahwa kehadiran Roh Kudus juga memungkinkan

orang percaya mampu untuk menjaga kekudusan hidup mereka dihadapan Allah.

Roh Kudus memimpin orang percaya, seperti seorang yang terhadap

anaknya, dan memberi bimbingan serta perlindungan, seperti seorang gembala

terhadap domba-dombanya.Roh Kudus memberi instruksi kepada orang percaya,

dan mereka melakukannya dengan sukarela dan ketulusan hati.Roh Kudus tidak

memaksa orang percaya yang tidak mau mengikuti pimpinan-Nya, atau orang yang

mengabaikan pimpinan-Nya.Karena Dia menghargai kebebasan dan hak pilih

mereka.Roh Kudus hanya mau memimpin orang-orang yang rendah hati, taat dan

yang berhasrat untuk melakukan setiap instruksi yang diberikan oleh Roh

Kudus.Bimbingan Roh Kudus terhadap orang percaya tidak terlepas dari Alkitab,

dan bukan berdasarkan perasaan batin (desakan).Jadi segala sesuatu yang

dilakukan tidak berdasarkan Alkitab, jelas bukan pimpinan Roh Kudus.

Roh Kudus mengadopsi orang percaya, menjadikan hubungan orang percaya

dengan Allah akrab seperti dalam keluargaNya sendiri. Roh Kudus bukan saja

menjadikan anak Allah, tetapi juga meyakinkan mereka, akan kebenaran posisi

mereka sebagai anak Allah di dalam keluarga Allah. Roh Kudus juga memberi

keberanian kepada mereka untuk mendekati Allah, sama seperti orang anak kepada

ayahnya, dengan berseru “ya Abba, ya Bap!” Hal ini merupakan perubahan yang

luar biasa, bila dibandingkan dengan cara mendekati Allah pada zaman Perjanjian

Lama, dimana menyebut nama Allah saja tidak boleh.

Roh Kudus menolong orang percaya, baik dalam berpengharapan maupun

dalam berdoa.Mereka ditolong dalam berpengharapan, karena mereka

diselamatkan masih dalam pengharapan.Memang mereka sudah diselamatkan,

tetapi masih secara rohani saja, sedangkan tubuh mereka masih tubuh yang lama
yang memiliki nafsu, yang justru sering kali membawa mereka jatuh dalam dosa.

Jadi dalam keadaan seperti itu bagaimana mungkin mereka yakin bahwa mereka

akan masuk surga kalau mereka mati kelak. Itulah sebabnya Roh Kudus menolong

mereka untuk berpengharapan, supaya tidak putus asa di saat mereka gagal

mempertahankan kekudusan (jatuh dalam dosa). Mereka juga ditolong dalam

berdoa, karena mereka mempunyai kelemahan dan keterbatasan, yaitu : pertama,

bahwa mereka tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

(termasuk pada akhir zaman), kalaupun ada yang tahu itu karena mereka

mengetahuinya dari Firman Allah. Kedua, adalah bahwa mereka tidak tahu apa

yang terbaik dalam hidup mereka sehubungan dengan kehendak Allah dan

rencana-Nya dalam hidup mereka. Kemudian orang percaya harus berdoa, karena

itulah satu-satunya cara, dimana orang percaya sebagai ciptaan Allah dapat

berkomunikasi dengan Penciptanya yaitu Allah, mengambil supaya untuk

memperdalam persekutuan dengan Allah. Doa juga bukan sebagai alat untuk

memaksa Allah untuk mengikuti keinginan hati orang percaya, tetapi sebaliknya,

yaitu untuk mengetahui dan mengikuti kehendak Allah.

Pada saat-saat kritis, dimana orang percaya sudah tidak mampu lagi

mengucapkan kata-kata dalam doanya, sedangkan dia sangat membutuhkan

pertolongan Allah, pada saat itu Roh Kudus sendiri berdoa kepada Allah, untuk

melengkapi dan menyempurnakan doa-doa yang disampaikan orang percaya itu.

Karena Roh Kudus lebih mengetahui segala sesuatu tentang diri orang percaya,

sehingga penderitaan dan kesulitan yang dialami tersebut aman dan tersembunyi

dalam pengakuan kasih-Nya yang mengetahui segalanya.


SARAN-SARAN

Pertama, semua orang percaya mempunyai potensi yang diberikan oleh Roh

Kudus untuk hidup suci dan tak bercela dihadapan Allah.Tidak ada yang patut

disalahkan pada saat orang percaya jatuh ke dalam dosa, baik sifat daging maupun

lingkungan yang mempengaruhi; kecuali karena memang memilih untuk berbuat

dosa. Karena Allah setiap menolong mereka, di mana saja, kapan saja, dan dalam

hal apa saja.

Kedua, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk membanggakan diri atau

menyombongkan diri.Sekalipun barangkali dia dipakai oleh Allah secara luar biasa

dalam pelayanan.Karena keselamatannyapun adalah pemberian dari Allah secara

gratis (cuma-Cuma), juga dalam berdoapun dia harus dibantu oleh Roh Kudus,

bahkan sumber kemampuannya dari Allah.

Ketiga, orang percaya mutlak bergantung kepada Roh Kudus, karena tanpa

Roh Kudus orang percaya tidak bisa melakukan apa-apa yang sesuai engan

kehendak Allah.Ketergantungan orang percaya tersebut membuat mereka harus

berdoa kepada Allah untuk berkomunikasi, dan mempelajari Firman-Nya supaya

mengetahui kehendak-Nya.

Keempat, orang percaya yang sudah mengerti dan menerapkan peranan Roh

Kudus dalam hidup mereka, wajib memberitakannya kepada orang-orang yang

belum mengerti atau yang belum tahu.


KEPUSTAKAAN

Adams, Jay E. Andapun Boleh Membimbing.Diterjemahkan oleh Institut Alkitab


Tiranus. Malang : Gandum Mas, 1986.

Alkitab, Perjanjian Baru Yunani Indonesia.Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia,


1989.

Barclay, William. Surat Roma : Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Diterjemahkan oleh
Nanik Harjoni dan Jakub B. Susabda. Jakarta : Gunung Mulia, 1986.

Baxter, Sidlow. Menggali Isi Alkitab.Diterjemahkan oleh Sastro Sudirjo, 4jilid.


Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992.

Brill, J. Wesley. Dasar Yang Teguh.Bandung : Kalam Hidup, t.th.

Boice, James M, Dapatkah Aku Dipakai?Diterjemahkan oleh Gerrt J. Tiendas.


Bandung : Kalam Hidup, 1983.

Calvin, Yohanes. Institutio.Diterjemahkan oleh Penerbit. Jakarta : Gunung Mulia,


1985.

Clarkson, Margaret. Siap Dimuliakan.Diterjemahkan oleh Penerbit. Malang :


Gandung Mas, 1989.

Chapman, Adina, Pengantar Perjanjian Baru.Bandung : Kalam Hidup, 1980.

Davidson, F and Martin, Ralph P. “Roma”, diterjemahkan oleh R. Sudarmo. Dalam


Tafsiran Alkitab Masa Kini, 3 Jilid Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1986 (1976).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :


Balai Pustaka, 1992.

Dunnet, Walter. Pengantar Perjanjian Baru.Malang : Gandum Mas, 1984.

Duyverman, M. E. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru.Jakarta : Gunung Mulia,


1966.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia.Jakarta : Gramedia,
1990.

Eims, LeRoy. Pemuridan Seni yang Hilang.Diterjemahkan oleh Susie Wiriadinata.


Bandung : Lembaga Literatur Baptis, 1993.

Gering, Howard M. Analisa Alkitab.Jakarta : Yayasan Pekabaran Injil Immanuel,


1990.

Groenan, C. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru.Yogyakarta : Kanisius, 1989.

Graham, Billy, Damai Dengan Allah. Diterjemahkan oleh H. P. Nasution. Jakarta :


Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1988.

________, Bagaimana Dilahirkan Kembali.Diterjemahkan oleh Deny Yusuf T.


Bandung : Lembaga Literatur Baptis, t. th.

________, Roh Kudus : Kuasa Allah Dalam Hidup Anda. Diterjemahkan oleh Susie
Wiriadinata. Bandung : Lembaga Literatur Baptis, 1985.

Guthrie, Donald, “Injil Yohanes”, Diterjemahkan oleh W.B. Sijabat. Dalam Tafsiran
Alkitab Masa Kini, 3 jilid. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1986
(1976). 3:268-342.

________, Surat-surat Paulus”, Diterjemahkan oleh Harun Hadiwijono. Dalam


Tafsiran Alkitab Masa Kini,3 Jilid. Jakarta : Yayasan Komunikasia Bina
Kasih, 1986 (1976). 3:398-462.

________, Teologi Perjanjian Baru,3 jilid. Diterjemahkan oleh Lisda T. Ga,adhi, dkk.
Jakarta : Gunung Mulia, 1992.

Haggai, John E. Cemas? Prustasi ? Cara-cara Mengatasinya. Jakarta : Yayasan


Pekabaran Immanuel, 1986.

Halley, Henry H. Penuntun Ke Dalam Perjanjian Baru.Diterjemahkan oleh Siem


Hong, dkk. Surabaya : Yakin, 1979.

Heath,l W. Stanley. Tak Mengambang Tak Meleset.Yogyakarta : Yayasan Andi, 1989.


Hendry, George S. The Holy in Christian Theology.Philadelphia : The Westminster
Press, 1952.

Herbert, Haag. Kamus Alkitab.Nusa Tenggara Timur, Flores : Nusa Indah, 1984.

Herlianto, Saksi Yehuwa : Siapa dan Bagaimana Mereka ?Jakarta : Gunung Mulia, t.
th.

Hunter, A. M. Memperkenalkan Teologi Perjanjian Baru.Diterjemahkan oleh F.E.


Drake, Jakarta : Gunung Mulia, 1993 (1977).

Lee, Witness. Pokok-pokok Penting Dalam Alkitab. Surabaya : Yayasan Perpustakaan


Injil, 1988.

Leight, Ronald W. Melayani Dengan Efektif.Diterjemahkan oleh Penerbit. Jakarta :


Gunung Mulia, 1988.

Loudoe, John Z. Menemukan Hukum Melalui Tafsir dan Fakta.Jakarta : Bina Aksara,
1985.

Marx, Dorothy I. Konsep Gereja Yang Lama Yang Baru Yang Mana.Jakarta : Gunung
Mulia, t. th.

Napel, Henk Ten. Kamus Teologi Inggris Indonesia.Jakarta : Gunung Mulia, 1984.

Neill, Stephen. Budi Pekerti Kristen.Diterjemahkan oleh R. M. Pakun. Jakarta :


Gunung Mulia, 1967.

Newman, Barclay M. Jr, Kamus Yunani Indonesia Untuk Perjanjian


Baru.Diterjemahkan oleh John Miller dan Gerry Van Kliken. Jakarta :
Gunung Mulia, 1994.

Niftrik, G. C. Vam dan Boland, B. J. Dogmatika Masa Kini.Jakarta : Gunung Mulia,


1990.

Poerwadarmintam W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka,


1982.

Powell, Paul W. Murid Sejati. Diterjemahkan oleh Yap Wei Fong. Bandung : Kalam
Hidup. 1982.
Price, Frederick K. C. Cara Iman Bekerja.Diterjemahkan oleh A. J. Syanta. Jakarta :
Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, t. th.

Simpson, A.B. Berjalan Menurut Roh Itu.Bandung Kalam Hidup, 1964.

Sanders, J. Oswald. Kedewasaan Rohani.Diterjemahkan oleh Ridwan Sutedja.


Bandung : Kalam Hidup, t. th.

Smith J. Oswald. Merindukan Jiwa Yang Tersesat.Diterjemahkah oleh Penerbit.


Surabaya : Yakin, t. th.

Stott, John, Isu-isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani.Diterjemahkan


G.M.A. Nainggolan. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994.

Strauss, Richard L. Bagaimana Memahami Kehendak Allah.Diterjemahkan oleh Sri


Wandaningsih. Jakarta : Gunung Mulia, 1987.

Sr, Bakker. Penghibur Sejati.Jakarta : Gunung Mulia, 1982.

Sudarmo, R. Ikhtisar Dogmatika.Jakarta : Gunung Mulia, 1993.

Takaliuang, Pondsius. Cara Menghidupkan Mayat. Malang : Gandum Mas, 1988.

Tenney, C! Merryl. Survey Perjanjian Baru.Diterjemahkan oleh Penerbit. Malang :


Gandum Mas, 1992. .

Van den End, Thomas. Tafsiran Surat Roma.Jakarta : Gunung Mulia, 1995.

White, Jerry. Kejujuran Moral dan Hati Nurani.Diterjemahkan oleh Penerbit.


Jakarta : Gunung Mulia, 1987.

Williams, Morris. Doa dan Ibadah,Diterjemahkan oleh Lembaga Kursus Tertulis


Internasional di Indonesia. Malang : Gandum Mas, t. th.

Wiersbe, Warren W, Benar di Dalam Kristus.Diterjemahkan oleh Tinawati Tedjana.


Bandung : Kalam Hidup, 1977.

Wood, G. R. Harding. Bina Diri, 2. Jilid. Diterjemahkan oleh H.A. Oppusunggu.


Jakarta : Gunung Mulia, t. th.
Richard, Randy E, Filsafat (logika)Manado : Catatan Kuliah Semester Genap di STI.
1955.

STII. Eksposisi Surat Roma.Medan : Bahan Kuliah di STII Semester Genap, 1992.

Anda mungkin juga menyukai