Anda di halaman 1dari 4

Kita telah sampai pada bagian akhir pasal ini.

Bagian yang memuat doa Rasul Paulus yang


dinaikkan dengan sungguh-sungguh kepada Allah demi kepentingan orang-orang Efesus ini.
Kita harus mendoakan orang-orang yang atas mereka kita ucapkan syukur kepada Allah.
Rasul Paulus kita ini memuji Allah untuk apa yang telah ia lakukan bagi mereka, dan
kemudian ia berdoa supaya ia dapat berbuat lebih banyak bagi mereka. Ia mengucap syukur
atas berkat-berkat rohaniah dan berdoa agar berkat-berkat itu dicurahkan terus, sebab Allah
menginginkan supaya kaum Israel meminta dari pada-Nya apa yang hendak dilakukan-Nya
bagi mereka. Ia telah menyerahkan berkat-berkat rohaniah ini bagi kita di dalam tangan
Anak-Nya, Tuhan Yesus, namun Ia juga menetapkan kita untuk menarik dan mengambilnya
melalui doa. Kita tidak memiliki bagian atau jatah di dalam hal itu lebih lanjut, selain kita
harus memintanya dengan iman dan doa. Salah satu dorongan yang menyokong Paulus untuk
berdoa bagi jemaat Korintus adalah laporan baik yang ia dengar tentang mereka, yaitu
tentang iman mereka di dalam Tuhan Yesus dan kasih mereka terhadap semua orang kudus
(ay. 15). Iman di dalam Kristus dan kasih kepada semua orang kudus, akan disertai dengan
semua kasih karunia lainnya. Kasih terhadap orang-orang kudus, sedemikian rupa, dan karena
disebut seperti itu, harus termasuk kasih kepada Allah. Mereka yang mengasihi orang-orang
kudus, sedemikian rupa, berarti mengasihi semua orang kudus, tak peduli betapa lemah
dalam kasih karunia, hina dan rendah di dalam dunia, dan sesaknya keadaan sebagian dari
mereka. Dorongan lain untuk mendoakan mereka adalah karena mereka telah menerima
jaminan atas bagian harta pusaka mereka. Hal ini dapat kita amati dari kata-kata yang
dikaitkan dengan bagian sebelumnya, yaitu suatu kata hubung, karena itu. “Mungkin kamu
mengira bahwa setelah menerima jaminannya maka dengan sendirinya kamu sudah cukup
merasa bahagia dan tidak perlu lagi berbuat apa-apa selanjutnya, sehingga kamu merasa tidak
perlu untuk berdoa bagi dirimu sendiri lagi, dan aku pun tidak perlu berdoa untukmu.” Tidak,
malah sebaliknya. Karena itu – aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu, dan
aku selalu mengingat kamu dalam doaku (ay. 16). Sementara ia memuji Allah karena telah
mengaruniakan Roh Kudus kepada mereka, ia tidak berhenti berdoa supaya Allah
menganugerahkan Roh itu kepada mereka (ay. 17), supaya Ia menganugerahkan lebih banyak
karunia Roh itu. Perhatikan baik-baik, bahkan orang-orang Kristen yang terbaik pun harus
kita doakan, dan sementara mendengar kabar baik tentang sahabat-sahabat Kristen kita, kita
harus merasa wajib untuk mendoakan mereka kepada Allah, supaya mereka lebih dan lebih
melimpah-limpah serta bertambah-tambah. Nah, apa saja yang didoakan oleh Rasul Paulus
demi kepentingan orang-orang Efesus itu? Bukan supaya mereka dibebaskan dari
penganiayaan, juga bukan supaya mereka dapat memiliki kekayaan, kehormatan, dan
kesenangan dunia ini, melainkan hal utama yang ia doakan adalah pencerahan pengertian
mereka, dan supaya pengetahuan mereka semakin melimpah dan bertambah-tambah. Yang ia
maksudkan adalah pengetahuan yang dapat digunakan sehari-hari dan dapat memberikan
pengalaman yang berguna. Kasih karunia dan penghiburan Roh Kudus disampaikan kepada
jiwa melalui pencerahan pengertian. Dengan cara ini Ia akan memperoleh dan
mempertahankan milik-Nya. Iblis melakukan yang sebaliknya, ia merampasnya melalui
pancaindra dan hawa nafsu, sedangkan Kristus menjaganya melalui pengertian. Amatilah,
I. Sumber pengetahuan ini harus berasal dari Allah Tuhan kita Yesus Kristus (ay. 17). Tuhan
itu adalah Allah yang Mahatahu dan tidak ada pengetahuan yang baik yang dapat
menyelamatkan selain yang datang dari Dia. Itulah sebabnya kita harus mencari pengetahuan
itu dari Dia, yang adalah Allah Tuhan kita Yesus Kristus (lihat ay. 3), yaitu Bapa yang mulia
itu. Ini suatu ungkapan Ibrani. Kemuliaan Allah di dalam diri-Nya tidak terbatas. Semua
makhluk ciptaan-Nya mengarahkan segala kemuliaan kepada-Nya, dan Dia-lah pencipta
semua kemuliaan itu, yang dengannya Ia akan menghiasi orang-orang kudus-Nya. Nah, Ia
mengaruniakan pengetahuan dengan cara menganugerahkan Roh pengetahuan, sebab Roh
Allah menjadi guru bagi orang-orang kudus, yaitu Roh hikmat dan wahyu. Kita menerima
pewahyuan Roh itu di dalam firman, tetapi akankah pewahyuan itu ada gunanya, jika kita
tidak memiliki hikmat Roh di dalam hati? Jika Roh yang sama yang menyusun ayat-ayat suci
itu tidak membuka tabir yang menyelubungi hati kita dan memampukan kita mengerti dan
memanfaatkannya, kita tidak akan pernah menjadi lebih baik. – Untuk mengenal Dia dengan
benar atau untuk mengakui Dia. Ini bukan saja mencakup pengetahuan tentang Kristus dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya, melainkan juga suatu pengakuan atas kekuasaan
Kristus melalui ketaatan penuh kepada Dia, yang hanya dapat kita lakukan melalui
pertolongan Roh hikmat dan wahyu. Pertama-tama, pengetahuan ini ada di dalam pengertian.
Rasul Paulus berdoa supaya Allah menjadikan mata hati mereka terang, agar mereka
mengerti (ay. 18). Amatilah, orang-orang yang telah membuka mata hati mereka dan
memiliki sedikit pengertian mengenai perkara-perkara Allah, perlu lebih dan lebih diterangi
lagi, sehingga pengetahuan mereka menjadi lebih jelas, terang, dan teruji di dalam
pengalaman. Orang-orang Kristen tidak boleh hanya berpuas diri dengan hanya memiliki rasa
kasih, tetapi mereka juga harus berusaha keras untuk memiliki pengertian yang jelas. Mereka
harus berkeinginan keras menjadi orang Kristen yang berpengertian dan bijaksana.

II. Pengetahuan apa yang secara lebih khusus diharapkan oleh Rasul Paulus bertumbuh di
dalam diri mereka adalah,

1. Pengharapan yang terkandung di dalam panggilan-Nya (ay. 18). Kekristenan merupakan


panggilan kita. Allah telah memanggil kita untuk itu, dan karena alasan itulah kita dipanggil-
Nya. Terdapat suatu pengharapan di dalam panggilan ini, sebab siapa yang berhubungan
dengan Allah berhubungan atas dasar kepercayaan. Dan merupakan suatu hal yang sangat
diinginkan untuk mengetahui apa yang menjadi pengharapan dalam panggilan kita. Memiliki
pengetahuan mengenai hak-hak istimewa yang sangat besar dari umat Allah dan
pengharapan-pengharapan yang mereka peroleh dari Allah, serta pengetahuan yang
berkenaan dengan dunia sorgawi, semua ini dapat mendorong kita untuk rajin dan sabar
dalam menapak perjalanan hidup Kekristenan. Kita harus mengusahakannya dan berdoa
dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pengertian mendalam yang lebih jelas serta
pengenalan yang lebih penuh mengenai tujuan-tujuan besar pengharapan orang Kristen.
2. Betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus. Di
samping bagian sorgawi yang disediakan bagi orang-orang kudus, masih ada lagi bagian
sekarang ini di dalam diri orang-orang kudus, sebab kasih karunia merupakan permulaan
kemuliaan, dan kekudusan merupakan kebahagiaan yang sedang bertunas. Ada kemuliaan di
dalam bagian ini, kekayaan kemuliaan, yang dapat membuat orang-orang Kristen menjadi
lebih unggul dan benar-benar lebih terhormat dari pada semua orang lain di sekitar dia.
Sangat diinginkan juga untuk mengetahui hal ini secara nyata dari pengalaman hidup sehari-
hari, untuk mengenali asas-asas, kesenangan, dan kekuatan dari kehidupan yang rohaniah dan
ilahi. Hal ini dapat dipahami sebagai bagian kemuliaan yang terdapat di dalam dan di antara
orang-orang kudus di sorga, di mana Allah telah membentangkan semua kekayaan-Nya untuk
membuat mereka berbahagia dan mulia, di mana semua orang kudus menjadi pemilik dari
kemuliaan yang jauh melampaui segala akal, sebagai pengetahuan yang sangat diinginkan
dan dapat diperoleh di atas muka bumi ini, dan yang pasti melampaui semua penghiburan dan
sukacita. Karena itu, marilah kita belajar mengenal sebanyak mungkin tentang sorga, melalui
pembacaan firman, merenungkannya, dan berdoa, supaya kita menjadi sangat bergairah dan
rindu untuk berada di sana.

3. Betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya (ay. 19). Percaya sungguh secara nyata
bahwa Allah dapat mencukupi segala sesuatu yang kita perlukan dan bahwa kasih karunia
ilahi itu berkuasa di atas segala-galanya, mutlak kita perlukan untuk terus berjalan dekat
dengan Dia. Merupakan hal yang sangat diinginkan untuk mengenali serta mengalami kuasa
yang dahsyat dari kasih karunia itu yang memulai dan melanjutkan pekerjaan iman di dalam
jiwa kita. Merupakan suatu hal yang sulit untuk membawa seseorang menjadi percaya di
dalam Kristus dan mempertaruhkan segala sesuatu di atas kebenaran-Nya dan di atas
pengharapan akan kehidupan kekal. Tidak ada yang mampu selain kuasa dari Yang
Mahakuasa sendiri yang akan mengerjakan hal ini di dalam kita. Di sini Rasul Paulus
berbicara dengan ungkapan yang sangat kaya dan melimpah, namun, pada saat yang sama
seolah-olah ia kekurangan kata-kata untuk mengungkapkan betapa hebat kuasa-Nya Yang
Mahakuasa, yaitu kuasa yang Ia kerahkan bagi umat-Nya, dan yang dengannya Ia
membangkitkan Kristus dari antara orang mati (ay. 20). Kebangkitan Kristus ini sungguh
merupakan bukti agung dari kebenaran Injil kepada dunia ini, tetapi turunan dari kuasa itu di
dalam diri kita (yaitu pengudusan kita dan kebangkitan dari kematian dosa, sejalan dengan
kebangkitan Kristus) merupakan bukti agung bagi kita. Walaupun hal ini tidak dapat
membuktikan kebenaran Injil kepada orang lain yang sama sekali tidak mengetahui apa-apa
mengenai hal tersebut (bahwa kebangkitan Kristus itulah buktinya), namun bila kita dapat
berkata-kata berdasarkan pengalaman sendiri, seperti halnya orang-orang Samaria yang
berkata, “Kami sendiri telah mendengar Dia, kami telah merasakan perubahan yang luar biasa
di dalam hati kami,” maka ini akan membuat kita dapat berkata dengan penuh rasa puas,
Sekarang kami percaya, dan yakin, bahwa Dia ini adalah Kristus, Anak Allah. Banyak orang
berpendapat bahwa di sini Rasul Paulus sedang berkata-kata tentang betapa hebat kuasa yang
akan digunakan untuk membangkitkan tubuh-tubuh orang percaya kepada kehidupan kekal,
yang sama hebatnya dengan kekuatan kekuasaan yang dikerjakan-Nya di dalam
membangkitkan Kristus, dan seterusnya. Jadi betapa indahnya untuk menginginkan agar pada
akhirnya kita juga mengenal kuasa itu, dengan dibangkitkan keluar dari kubur dan dengan
begitu masuk ke dalam hidup yang kekal!

Sesudah mengatakan sesuatu tentang Kristus dan kebangkitan-Nya, Rasul Paulus


menyimpang sedikit dari pokok pembicaraannya untuk menekankan lebih lanjut tentang
kehormatan Tuhan Yesus dan pemuliaan-Nya. Dikatakan bahwa Ia didudukkan di sebelah
kanan Bapa di sorga, dan seterusnya (ay. 20-21). Yesus Kristus ditinggikan jauh lebih tinggi
di atas segalanya, dan diberikan kuasa atas segala sesuatu, yang dibuat tunduk kepada-Nya.
Segala kemuliaan dunia yang di atas, serta segala kekuasaan, baik di bumi maupun di sorga,
seluruhnya diserahkan kepada Dia. Bapa meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus
(ay. 22), sesuai dengan janji itu (Mzm. 110:1). Segala makhluk apa pun tunduk kepada-Nya.
Mereka harus sungguh-sungguh taat kepada-Nya atau jatuh di bawah tongkat kerajaan-Nya
dan menerima hukuman dari-Nya. Allah mengaruniakan kepada-Nya menjadi Kepala dari
segala yang ada. Hal ini merupakan suatu pemberian kepada Kristus, sebagai Pengantara,
untuk memperoleh kuasa dan menjadi Kepala yang jauh lebih tinggi seperti itu, serta
memiliki suatu tubuh rohani yang disediakan bagi-Nya. Dan ini sungguh suatu karunia bagi
jemaat, karena dilengkapi dengan Kepala yang dikaruniai dengan begitu banyak kuasa dan
kewenangan. Allah menjadikan Dia sebagai Kepala dari segala yang ada. Ia memberikan
kepada Kristus segala kuasa di sorga dan di bumi. Bapa mengasihi Anak dan telah
menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Namun, yang menyempurnakan penghiburan ini
adalah bahwa bagi jemaat Ia menjadi Kepala dari segala yang ada. Kepada-Nya dipercayakan
segala kuasa, yakni agar Ia menyelesaikan semua perkara kerajaan ilahi dan menjadikannya
tunduk sesuai rancangan kasih karunia-Nya berkenaan dengan jemaat-Nya. Karena itu,
dengan ini kita dapat menjawab utusan-utusan bangsa-bangsa, bahwa Tuhan yang
meletakkan dasar Sion. Kuasa yang sama yang mendukung dunia ini akan mendukung jemaat
juga, dan kita yakin bahwa Ia mengasihi jemaat-Nya, karena jemaat adalah tubuhnya (ay. 23),
tubuh rohani-Nya, dan ia akan menjaga dan memeliharanya. Itu adalah kepenuhan Dia, yang
memenuhi semua dan segala sesuatu. Yesus Kristus memenuhi semua dan segala sesuatu, Ia
mencukupi semua kekurangan-kekurangan anggota-anggotanya, memenuhi mereka dengan
Roh-Nya, dan bahkan dengan seluruh kepenuhan Allah (3:19). Dan sekarang dikatakan
bahwa jemaat menjadi kepenuhan Dia, karena Kristus sebagai Pengantara tidak akan menjadi
lengkap jika Dia tidak memiliki jemaat. Bagaimana Ia dapat menjadi seorang Raja, jika Dia
tidak memiliki sebuah kerajaan? Itulah sebabnya hal ini dipakai untuk menghormati Kristus,
sebagai Pengantara, bahwa jemaat adalah kepenuhan Dia.

Anda mungkin juga menyukai