Peserta Didik
ABSTRAK
Zaman semakin berkembang, maka banyak sekali permasalahan yang terjadi khususnya dalam hal
kecerdasan spiritualitas. Amsal 1:1-7 menjadi dasar utama untuk dapat mengoptimalkan kecerdasan
spiritual yaitu perasaan takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan akan menghantarkan kita untuk dapat
memiliki hikmat, menerima setiap didikan, hidup benar, adil, jujur dan bijaksana dalam hidup.
Pendidikan berperan khusus dalam peningkatan kecerdasan spiritual peserta didik, baik itu sekolah,
keluarga, maupun gereja. Yang menjadi penekanannya ialah institusi tersebut dapat
mengimplementasikan dan mengimpartasikan kepada peserta didik dalam hal takut akan Tuhan.
Metode yang peneliti gunakan secara khusus yaitu eksegese Alkitab yang memampukan kita dapat
memahami arti asli dari berbagai makna yang terkandung dalam Amsal 1:1-7.
ABSTRACT
Time is growing, so there are a lot of problems that occur, especially in terms of spiritual
intelligence. Proverbs 1:1-7 becomes the main basis for optimizing spiritual intelligence, namely the
feeling of fear of God. The fear of God will lead us to be able to have wisdom, receive every
upbringing, live righteously, justly, honestly and wisely in life. Education plays a special role in
increasing the spiritual intelligence of students, be it schools, families, and churches. The emphasis is
that the institution can implement and impart to students in terms of fearing God. The method that the
researcher uses specifically is biblical exegesis which allows us to understand the original meaning
of the various meanings contained in Proverbs 1:1-7.
PENDAHULUAN
Lalu bagaimana peranan pendidikan agama Kristen dalam menyikapi hal tersebut?
Sebagai institusi yang akan mengajarkan suatu pola kehidupan yang sempurna dalam segi
spiritualitas ataupun moral, pendidikan agama Kristen hendaknya dapat menyentuh setiap
pribadi peserta didik. Namun pendidikan agama Kristen harus meletakkan dasar yang benar
supaya peserta didik tidak lagi mengikuti arus perkembangan dunia yang buruk. Pendidikan
agama Kristen harus mampu mengajarkan serta mengimplementasikan dasar dari kecerdasan
spiritual yaitu untuk “takut akan Tuhan”.
Takut akan Tuhan termuat dalam kitab Amsal 1:1-7 yang menyatakan bahwa seorang
anak harus di didik supaya dapat memiliki hidup yang takut akan Tuhan, berhikmat, mau di
didik, cerdas, pandai, jujur, serta bijaksana dalam menjalani hidup. Hal ini menjadi dasar
seseorang untuk dapat meraih kesuksesan dalam hidup yang dipimpin oleh Tuhan sendiri.
Risnawaty yang menyatakan bahwa takut akan Tuhan merupakan elemen utama dan langkah
pertama dari pengetahuan.2 Pola takut akan Tuhan juga akan menghantarkan kita untuk dapat
memiliki kecerdasan lainnya seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan moral, dan
sebagainya Jadi peranan pendidikan agama Kristen harus mengajarkan kepada peserta didik
untuk takut akan Tuhan berdasarkan perspektif Amsal 1:1-7 serta dapat
mengimplementasikan dalam kehidupannya. Supaya kecerdasan spiritualitasnya dapat
bertambah dan dapat memiliki hidup yang baik dalam bermasyarakat.
METODE
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan eksegese
Alkitab. Objek dari penelitian ini yaitu peserta didik yang didorong untuk mampu
mengimplementasikan takut akan Tuhan dari sudut pandang bahasa asli dari Alkitab serta di
1
Levin, Spiritual Intellegence, Awakening the Power of Your Spirituality and Intuition.
2
Sinulingga, Tafsiran Alkitab Amsal 10:1, 22:16.
tambah dengan muatan-muatan kajian pustaka yang ada. Dalam hal ini tentu keberhasilan
dari pendidikan agama Kristen baik dalam keluarga, sekolah, maupun gereja harus mampu
bersinergi supaya dapat mencapai tujuan yang sempurna. Dalam penafsiran Alkitab peneliti
memanfaatkan prinsip-prinsip terkait hermeneutika serta tafsiran. Adapun sumber-sumber
yang akan peneliti pakai; (1) Alkitab terjamahan baru dari LAI; (2) Aplikasi Bibile Works 10.
Versi. 10.0.4. (3) E-Sword bible, serta bahan-bahan lain yang mendukung penafsiran Alkitab.
Kitab Amsal merupakan kumpulan dari amsal-amsal yang mengandung sajak atau
ucapan ringkas yang memuat berbagai nasihat untuk mendidik manusia. 3 Kitab Amsal di tulis
oleh Raja Salomo pada masa pemerintahannya. Raja Salomo meminta hikmat Tuhan untuk
memimpin bangsa Israel dengan baik. Lalu raja Salomo mendapatkan hikmat dari Tuhan dan
dikenal sebagai raja yang paling bijak sana pada masa itu. Jadi raja Saomo menjadi sumber
tulisan hikmat bangsa Israel.
Kitab Amsal adalah kitab ketiga dari lima kitab puisi yang menjelaskan tentang isi
hati manusia di dalam kitab perjanjian lama. Permulaan dari kitab Amsal mengemukakan
maksud dari penulisan kitab yang menitik beratkan kepada hikmat serta menuntun kita untuk
takut akan Tuhan. Kali ini penulis akan melakukan eksegese sekaligus korelasi dengan
pendidikan agama Kristen dan implikasi terhadap pendidikan spiritual peserta didik.
Amsal 1:1
Pada awal kalimat dibuka dengan kata ( ֭מִ ׁשְ לֵיmiš·lê) yang artinya “The proverbs”,
memiliki akar kata ( מָָׁש לmāšāl) yang artinya (proverb, parable) pepatah atau perumpamaan.
Kata ini menjelaskan bahwa kitab ini merupakan kitab yang mengandung banyak pepatah
serta perumpamaan.
Amsal 1:2-3
Pada ayat 2 terdapat kata ( ָחכ ָ ְ֣מהḥāḵmâ) yang memiliki arti wisdom, skill (in war),
wisdom (in administration), shrewdness, prudence (in religious affairs), dan wisdom (ethical
and religious).4 Memiliki akar kata מה
ָ ( ָח ְכḥāḵmâ) yang dapat diartikan sebagai
kebijaksanaan yang bukan hanya sekedar pengetahuan melainkan keterampilan, kelihaian,
dan keahlian khusus yang menekankan suatu tindakan praktis untuk menjalankan kehidupan
3
“Kitab Amsal.”
4
“H2451 - Ḥāḵmâ - Strong’s Hebrew Lexicon (Niv).”
di dunia ini. Di dalam Keluaran 28:3; 31:6; 36:1, ḥāḵmâ diartikan sebagai keahlian. Jadi kata
ḥāḵmâ bukan sekedar pengetahuan kebijaksanaan, tetapi kemampuan atau keahlian untuk
menjalankan kehidupan praktis di dunia ini.
Selanjutnya pada ayat 2 dan 3 terdapat kata ּומּוסר
ָ֑ (ū·mū·sār) mendapat penambahan
particle conjunction yang diartikan sebagai and instruction (instruksi) berasal dari akar kata
( מּוסָרmûsār) (ayat 3) yang diterjemahkan sebagai discipline, chastening, correction
(disiplin, teguran, koreksi). Kata ini memberi kesan kepada pembaca bahwa didikan itu
bukan hanya sekedar mendidik saja melainkan juga memberikan disiplin, teguran, serta
koreksi. Istilah mûsār ini mencakup didikan yang akan membangun karakter anak dan
membuat seorang pendidik baik guru maupun orang tua dapat mengerti dan
mengimplementasikannya kepada peserta didik. Dengan memberikan teguran yang dapat
membangun iman spiritual peserta didik, serta mengoreksi peserta didik jika terdapat
kemelencengan perilaku dari peserta didik. Hal ini secara tidak langsung akan memampukan
peserta didik untuk memiliki kecerdasan spiritual dan kepribadian yang takut akan Tuhan
sehingga memiliki hidup yang sukses oleh sebab kepandaian yang akan dicapainya jika mau
tunduk kepada didikan Tuhan yang disampaikan oleh pendidik.
Terdapat juga kata ( בִינָ ֽהḇî·nāh.) akar kata dari ( ּבִינָהbînâ) berarti understanding,
discernment (pengertian, kebijaksanaan). Kata ini mengacu kepada pemahaman dimana
seseorang tidak boleh bersandar kepada pengertiannya sendiri (Amsal 3:5). Dengan memiliki
pemahaman, seseorang mampu membedakan mana yang baik dan jahat dengan dasar
pemahaman yang diberikan dari Tuhan. Untuk mengerti kata-kata bermakna akan
memampukan seseorang untuk memahami segala sesuatu yang asalnya dari Tuhan.
Implementasi kata ini terhadap seorang pendidik yaitu diharapkan pendidik mampu
memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa dengan memiliki pemahaman Alkitab
yang disampaikan oleh seorang guru PAK, maka mereka akan memiliki pemahaman untuk
membedakan mana yang baik dan yang tidak baik. Setelah memahami dan menerima didikan,
pada ayat 3 ( ֶ ֥צדֶ קṣe·ḏeq), ( ּ֝ומְִׁש ָּפ֗ טū·miš·pāṭ,), dan ( ּומֵיָׁש ִ ֽרים׃ū·mê·šā·rîm.) yang masing-
masing memiliki arti keadilan, pertimbangan, dan kejujuran. Ketiga kata tersebut memiliki
akar kata ( צֶדֶ קtṣeḏeq) yang artinya rightness atau kebenaran, ( מְִׁש פָטmišhpāṭ) yang artina
judgement atau pertimbangan, dan ( מֵיָׁש רmêšhār) yang artinya uprightness atau kejujuran.
Maka dalam hal ini ketiga kata ini akan mengacu kepada kecerdasan spiritual peserta didik
dalam menjalani kehidupan. Kecerdasan spiritual mereka akan dituntun kepada kebenaran
yang didasarkan dengan kasih antar sesama manusia.
Amsal 1:4-6
Pada bagian ini merupakan tujuan dari Amsal yang ditulis serta dirancang untuk
memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman. Asal katanya yaitu ע ְָר ָ ֑מה
(ā·rə·māh) yang memiliki akar kata מה
ָ ( ע ְָרormah) yang artinya craftiness atau kecerdikan.
( ַּד ֣ עַתda·‘aṯ) yang artinya knowledge atau pengetahuan. Pendidik yang memberikan didikan
kepada peserta didik akan selalu berada dalam terang. Memberikan kemampuan berpikir
logis yang secara khusus dapat membedakan yang baik dan yang jahat serta pengetahuan. J.
Vernon McGee berpendapat bahwa orang cerdas merupakan orang yang mau mendengarkan
nasehat dari orang lain.5 Maka dari itu pendidikan berperan untuk memberikan pengetahuan
kepada peserta didik karena pada masa itu mereka akan memahami arti daripada didikan.
Pendidik mentransfer pengetahuan kepada peserta didik lewat pembelajaran di dalam kelas,
lalu peserta didik menangkap dan memahami.
Pada ayat 5 di akhir kata terdapat bahan pertimbangan yang bahasa aslinya adalah
( ַּת חְֻּבל֥ ֹותtaḥ·bu·lō·wṯ) berasal dari kata ( ַּת חְֻּב לָהtachbulah) yang artinya direction, counsel
atau arah atau nasihat. Setelah menerima didikan, peserta didik akan memperoleh arah atau
nasihat yang akan mengarahkan mereka kepada hidup yang benar.
Amsal 1:7
Dalam bagian akhir dari perikop “Tujuan Amsal ini” menjelaskan tentang dasar
daripada seseorang memiliki pengetahuan serta hikmat. Takut akan Tuhan bahasa aslinya
adalah ( י ְִר ַ ֣אתyir·’aṯ) akar kata ( י ְִרָאהyir'â) yang artinya awesome or terrifying thing atau
sesuatu yang mengagumkan serta membuat takjub. Jadi kata takut akan Tuhan bukanlah
ketakutan, melainkan rasa pengagungan kepada Tuhan.
Secara keseluruhan, Amsal 1:1-7 mengajak kita untuk memiliki rasa ketertundukan
kepada Tuhan. Hal yang mendasari rasa ketertundukan tersebut berada pada ayatnya yang ke
7 mengenai takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan yang di definisikan sebagai rasa kekaguman
dan kehormatan kepada Tuhan yang mengajarkan kita untuk tidak hanya takut saja kepada
Tuhan. Menurut Barne, hidup yang berhikmat dimulai dari sikap yang kagum dan hormat
kepada kepada Tuhan. Jadi pemahaman ini harus diberikan sedini mungkin kepada murid
agar dapat bertahan di zaman modern yang perkembangannya begitu pesat serta dapat
5
McGee, Proverb.
merusak kerohanian siswa. Pendidikan agama Kristen harus memberikan dasar dan
pengertian mengenai takut akan Tuhan. Guru memberikan pola atau cara yang efektif kepada
siswa untuk dapat mengerti memaksimalkan kecerdasan spiritualitas mereka. Ada beberapa
cara yang efektif bagi siswa untuk dapat memaksimalkan kecerdasan spiritualnya: (1)
Berdoa, dengan berdoa siswa memiliki kedekatan intim dengan Tuhan yang membuat siswa
tidak berani untuk melakukan perbuatan di luar keinginan Tuhan. (2) Mengikuti kegiatan
rohani, hal ini dapat mendorong siswa untuk tetap menjaga hubungan baiknya dengan Tuhan.
(3) Membaca Alkitab, dengan membaca Alkitab, siswa akan mendapatkan kebenaran-
kebenaran yang akan disingkapkan oleh Roh Kudus melalui hidup mereka masing-masing.
Dengan menerapkan ketiga hal mendasar tersebut, siswa akan memiliki pertumbuhan
kecerdasan spiritual yang semakin baik di tengah zaman yang terus berkembang. Siswa tidak
akan lagi meragukan kuasa Tuhan apabila mereka selalu mengandalkan Tuhan dan dekat
dengan-Nya.
Setelah diberikan pemahaman mengenai takut akan Tuhan dan cara untuk
menerapkan takut akan Tuhan, barulah guru sebagai mentor dan fasilitator dapat
memfasilitasi mereka supaya mereka dapat teguh dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat
mendorong siswa setelah mampu mempraktekkan takut akan Tuhan dalam hidup mereka,
mereka dapat bersikap lebih baik dikemudian hari dan kecerdasan spiritual mereka akan
menjadi kokoh. Mereka dapat hidup dengan tenang serta bijaksana dalam mengambil
keputusan, jujur, dan menjauhi dosa.
Jadi Amsal 1:1-7 dapat meningkatkan kecerdasan spiritualitas peserta didik agar dapat
bertahan di zaman ini. Dasar takut akan Tuhan akan memampukan mereka untuk tidak
mendekati dosa dan lebih memilih untuk menjauhinya. Pendidikan, baik itu sekolah,
keluarga, maupun gereja harus sama-sama bersinergi menekankan bahwa sebagai orang
percaya harus memiliki rasa takut akan Tuhan. Dengan memiliki kecerdasan spiritual, maka
secara otomatis kecerdasan lainnya akan mengikuti seperti kecerdasan intelektual dan lain-
lain. Hal ini dikarekan oleh karakter merekalah yang diubahkan terlebih dahulu, lalu
kecerdasan spiritual yang telah dibangun akan membuat mereka bertindak dengan benar.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
“Bible Works 10. Ver. 10.0.4. 114 Software Alkitab (CD-ROM),” n.d.
Blue Letter Bible. “H2451 - Ḥāḵmâ - Strong’s Hebrew Lexicon (Niv).” Accessed November
23, 2022. https://www.blueletterbible.org/niv/gen/1/1/s_1001.
“Kitab Amsal.” In Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, August 30, 2022.
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kitab_Amsal&oldid=21596043.
Levin, Michael. Spiritual Intellegence, Awakening the Power of Your Spirituality and
Intuition, 2000.
Sinulingga, Risnawaty. Tafsiran Alkitab Amsal 10:1, 22:16. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2012.