Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH TEOLOGI DASAR

PENGERTIAN TEOLOGI

Dosen Pengampu :

Mychel Dimes Antameng. S.MIS., M.TH

Dibuat Oleh :

Glorya Grace Amazia Putri Bidule

190303004
Teologi secara luas didefinisikan sebagai studi sistematis tentang agama. Istilah ini sangat
broad term that covers many other areas of study luas yang mencakup banyak bidang studi
lain. Under the umbrella of “theology”, we could Di bawah payung "teologi", kita bisa study
Sotieriology (the study of Salvation) or Angelogy (the study of Angels).studi Sotieriology
(studi tentang Keselamatan) atau Angelogy (studi tentang Angels), dan sebagainya. Teologi
adalah pengetahuan adikodrati yang metodis, sistematis dan koheren tentang apa yang
diimani sebagai Wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu.

Teologi harus digolongkan dalam kegiatan intelektual manusia yang disebut “tahu” dan
“mengetahui”. Akan tetapi, berbeda dengan pengetahuan harian, pengetahuan teologi bersifat
metodis, sistematis dan koheren atau bertalian. Ini berarti bahwa teologi merupakan
pengetahuan yang bersifat ilmiah. Meski teologi bersifat ilmiah, teologi tidak termasuk ilmu-
ilmu empiris. Adapun alasannya yaitu asas pengetahuan teologi tidaklah terbatas pada
pengalaman indrawi dan logika sebagaimana halnya ilmu empiris. Pengetahuan teologi
bersifat “adi-kodrati” (melebihi daya kodrat insani), karena didasarkan pada wahyu Allah
yang diterima manusia dalam iman.

Teologi Kristiani adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang mereka hayati
sebagai orang beragama Kristiani. Teologi bertumbuh dan berkembang di dalam sejarah umat
manusia, terutama sejarah Israel dan sejarah Gereja. Karena itu, Ilmu Teologi dapat
dikelompokkan atas :

a. Teologi Dasar atau Pengantar Teologi :


 Teologi Wahyu
 Teologi Iman
 Apologetika
b. Tafsir Kitab Suci
 Eksegese Perjanjian Lama
 Eksegese Perjanjian Baru
 Teologi Alkitabiah
c. Teologi Dogma
 Antropologi Teologis yang mencakupi Protoloi dan Eskatologi serta Soteriologi.
 Kristologi yang mencakup Pneumatologi dan Trinitas.
 Eklesiologi yang mencakup Ekumene dan Hubungan Antara Sakramentologi
d. Teologi Praksis
 Teologi Moral yang terdiri dari Moral Dasar dan Morak Khusu.
 Teologi Spiritual yang terdiri dari Asketik dan Mistik
 Teologi Pastoral
 Liturgi

Teologi Dasar atau Teologi Fundamental membahas apa yang menjadi dasar (asas atau
prinsip) pengetahuan kita di bidang teologi, yakni wahyu dan iman. Selain itu, teologi dasar
bertugas juga untuk mempertanggungjawabkan iman terhadap akal-budi dan membelanya
terhadap mereka yang menolak atau menyangkalnya. Dilihat dari segi ini, maka Teologi
Dasar disebut juga apologetika.

A. Pengertian Teologi

Kata teologi berasal dari kata bahasa Yunani, yakni theos yang bearti Allah dan logos
yang berarti perkataan, uraian, pikiran atau ilmu. Secara etimologis, teologi berarti ilmu
tentang Allah. Teologi dapat dimengerti dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti
sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering
disebut sebagai Teologia Sistematika. Sedangkan dalam arti luas, teologi mencakup seluruh
pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi.

Teologi ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya dengan karya/
ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Teologi meskipun tidak memiliki fakta-
fakta yang dapat diukur secara empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang ini), tetapi dapat
disebut sebagai ilmu, karena sesuai dengan salah satu definisi "ilmu", teologi adalah suatu
usaha untuk memberikan penjelasan tentang Allah, yang diperoleh dari Alkitab (sebagai
penyataan Allah yang tidak berubah), dengan cara yang sistematis. Dengan demikian Teologi
Kristen memenuhi unsur-unsur ilmu:

 Dapat dimengerti oleh pikiran manusia dengan cara teratur dan rasional.
 Menuntut adanya penjelasan secara metodologis.
 Menyajikan kebenaran.
 Mempunyai nilai yang universal.
 Memiliki objek yang diteliti.
Teologi juga memiliki tiga sumbernya, yakni :

1. Alkitab, sebagai sumber yang paling utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak
bagi iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi gereja, khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan perkembangan pengajaran di
gereja dari jaman ke jaman, yaitu tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja
sepanjang sejarah.
3. Buku-buku Lain, sumber-sumber lain berasal dari buku-buku yang sudah "jadi" yang
dihasilkan oleh teologia biblika, historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai
sarana membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.

Sedangkan metode-metode yang digunakan dalam teologi, antara lain :

a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-
fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat
dicerna, disingkirkan, karena tidak diterima oleh rasio).
b. Metode Karl Barth. Teori Barth mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal
Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu, Allah yang mencari
manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang mencari
mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia, maka Allah menjadi
"tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima kebenaran adalah melalui
cara supranatural dan Allah harus menemui manusia langsung, sehingga manusia
mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus
didasarkan pada pengalaman supranatural itu.
c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi karena
manusia menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk
nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu.
Teologi juga demikian, meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak
perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain. Teologi yang obyektif adalah
sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance
menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek,
maka kalau begitu obyeklah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang manusia.
d. Metode Paul Tillich. Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya
yang utama adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia
kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia
modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi kristen,
sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat, sains, psikologi dan
seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan
jawaban yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu, ia menolak
jawaban yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme
dari liberalisme. Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik
religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui
penggunaan kata-kata simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan
simbol religius dalam Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur
melalui prinsip-prinsip dan metode-metode teologis.
e. Metode Interpretasi Analitis. Teologi adalah ilmu tentang Allah yang memberikan
paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin
iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya bahwa
seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai respons mau tidak
mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita Alkitab ini lalu
menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia
di setiap jaman, budaya dan konteks. Dengan demikian unsur terpenting dalam
metode ini adalah penafsiran (karena segala sesuatunya harus ditafsirkan).

Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang tepat. Untuk itu seorang
penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:

1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak
mungkin keliru bagi semua manusia (Biblikal).
2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu:
melihat dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang
historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya itu
(dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian ditarik
kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab ingin ajarkan secara
keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman.
3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang, dll.)
sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau
memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai dengan sifat
kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan manusia
kontemporer.
4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi
standard ilmu (analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan
diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan
ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya.

Teologi dapat dipahami dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, teologi
mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi. Dalam arti ini,
teologi dibagi atas :

 Teologi Biblika (Eksegetis): Teologi yang berurusan dengan penelahaan isi naskah
Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa
yang ditulis dalam Alkitab.
 Teologi Historika (Sejarah): Teologi yang berurusan dengan sejarah umat Allah,
Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki perkembangan
iman/teologi dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
 Teologi Sistematika (Doktrin Iman Kristen): Teologi yang berurusan dengan penataan
doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan,
merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen dan
tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
 Teologi Praktika (Pelayanan): Teologi yang berurusan dengan penerapan teologi
dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan
pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.

Sedangkan dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek
doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Dalam arti ini, teologi
dapat dibagi atas :

1. Bibliologi (Alkitab)
2. Teologia Proper (Allah)
3. Antropologi (Manusia)
4. Soteriologi (Keselamatan)
5. Kristologi (Yesus Kristus)
6. Pneumatologi (Roh Kudus)
7. Eklesiologi (Gereja)
8. Eskatologi (Akhir zaman)
B. Pengetahuan Tentang Allah

Kitab suci memperlihatkan dua fakta : Allah tak dapat dipahami (Ayub 11:7), dan Allah
dapat diketahui (Yoh 14:7; 17:3 dan 1 Yoh 5:20). Pengetahuan akan Allah dapat digolongkan
dalam hubungan dengan sumbernya, isinya, keprogresifannya dan maksudnya.

Mengenal Allah harus melalui Allah sendiri yang berbicara tentang diri-Nya, dalam hal
ini ukuran yang tak dapat salah yang menentukan kebenaran sejati adalah firman Allah yang
tertulis. Pengetahuan tentang Allah diperoleh sejauh mana Allah menyatakannya bagi kita.
Ada dua cara Allah memprakarsai penyataan diri-Nya, yaitu: Melalui penyataan umum dan
penyataan khusus.

C. Pernyataan Allah

Penyataan umum tampak pada hasil ciptaan-Nya, keteraturan dan manusia. Alam
semesta tidak jadi dengan sendirinya, melainkan merupakan Karya dari suatu pribadi.
Keteraturan dunia ini mengharuskan adanya seorang yang merencanakannya. Nilai dalam
penyataan umum ini adalah, menyatakan Anugerah Allah, memberikan bobot kepada perkara
teisme, menghukum para penolak secara adil. Penyataan khusus mencakup berbagai cara
yang dipakai Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya yang disusun di dalam Alkitab.

D. Kesempurnaan Allah

Allah tidak dapat didefenisikan secar sempurna, kita hanya dapat menggambarkan Allah
secara deskriptif dan tidak lengkap, yaitu Roh, Tak terbatas dan kekal. Ciri-ciri
kesempurnaan Allah adalah kasih. Allah dalam keseluruhan-Nya berada dalam kasih.

Ada 14 daftar kesempurnaan Allah : kekal selalu ada dan tak pernah berakhir, bebas Ia
tidak tergantung, tetap tidak dapat berubah, tak terbatas tidak terikat, kesucian nyata bersih
dan terpisah dari yang najis, kasih tidak mementingkan diri-Nya sendiri, mahakuasa sanggup
melakukan apa saja, mahahadir Allah ada di mana-mana, mahatahu Allah tahu segala
sesuatu), keadilan (tidak ada tindakan yang diambil-Nya bertentangan dengan sifat-Nya,
sederhana bukan Pribadi campuran, kedaulatan yang utama, kepala, yang tertinggi, kebenaran
jujur, setia dan konsisten, keesaan hanya satu Allah yang tak dapat terbagi.

Anda mungkin juga menyukai