BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan bahwa Hermeneutik adalah salah satu
bagian dari teologi yang mempelajari teori-teori, prinsip-prinsip dan metode-
metode penafsiran Alkitab. Dalam hal ini melibatkan diri penafsir sepenuhnya,
dengan tujuan mencari maksud yang ingin disampaikan oleh penulis Alkitab.
Penulis menyatakan bahwa Hermeneutik bukan hanya merupakan ilmu, namun
juga merupakan suatu seni, di mana seorang penafsir perlu memiliki rasa seni
yang sanggup menyelami perasaan penulis, melihat keindahan bahasa penulis dan
mengubah karya penafsirannya jadi sesuatu yang indah dibaca dan didengar.
Pembaca setuju dengan pernyataan penulis, karena dalam hermeneutik tidak
hanya dibutuhkan skill untuk menafsir saja, namun juga dibutuhkan juga
kemampuan seni untuk menghasilkan suatu penafsiran yang dapat dinikmati oleh
orang lain.
Dalam bab ini juga dijelaskan sejarah singkat berbagai aliran penafsiran.
Hal ini diberikan untuk menyadarkan kita akan kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukan dalam penafsiran Firman Tuhan, sehingga membantu penafsir modern
memilih jalan yang lebih baik untuk menghindari kesalahan yang sama. Menurut
pembaca, kita memang perlu belajar dari tokoh-tokoh penafsir yang telah ada
tentang bagaimana cara-cara penafsiran mereka, memperhatikan kelebihan dan
kekurangan mereka dalam menafsir. Karena masing-masing tokoh punya
kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Tugas kita adalah mencari mana yang baik dan kelebihan masing-masing
serta memadukannya dalam bentuk penafsiran yang lebih mendekati apa yang
dimaksud oleh penulis Alkitab. Dalam cara penafsiran bapa-bapa Gereja terdapat
Augustinus percaya bahwa Alkitab memiliki 4 lapis pengertian, yaitu Pengertian
harfiah memberitahu apa yang terjadi pengertian alegoris menyangkut iman
kepercayaan pengertian moral berhubungan dengan hal tindak-tanduk pengertian
anagogis menunjuk ke mana kita pergi sorga, langit.
BAB II
A. Analisa Teks
Seorang penafsir harus terlebih dahulu yakin bahwa teks yang ada padanya
adalah yang paling dekat dengan naskah asli, karena penyalinan naskah-naskah
PL dan PB dilakukan dengan sikap yang sangat teliti. Di bagian ini dijelaskan
tentang sejarah singkat pembentukan PL dan PB sebagai kanon, pembaca juga
dibawa untuk mengenal salinan-salinan dan terjemahan-terjemahan kuno yang
penting, juga dijelaskan mengenai codex yang merupakan bentuk penjilidan buku
yang mirip dengan buku modern.
Dalam bukunya ini, Hasan Sutanto menyatakan bahwa seorang baru akan
dapat menafsir dengan tepat jika sudah mempersiapkan diri membaca Alkitab
dengan teratur dan terencana. Setelah membaca Alkitab dengan cepat beberapa
kali, kemudian disusul dengan pembacaan yang agak pelan disertai dengan
observasi yang lebih cermat. Menurut pembaca, hal ini sangat tepat karena untuk
dapat menafsir dengan baik, penafsir harus benar-benar mengenal isi kitab yang
hendak ditafsirkannya. Dalam menganalisa ini hal yang perlu diperhatikan adalah
latar belakang penulisan kitab, tanggal penulisan kitab yang biasanya ditentukan
juga oleh gaya bahasa dan ajaran utama suatu kitab, dan pembaca kitab (harus
memperhatikan tempat tinggal pembaca dan data-data tentang diri pembaca)
karena hal ini akan sangat menentukan dalam penafsiran maksud penulis dalam
menulis kitabnya.
Dengan mengetahui sejarah dan latar belakang situasi zaman itu diharapkan
penafsir modern dapat mengerti maksud sesungguhnya dari penulis Alkitab.
Menurut pembaca hal ini sangat penting agar penafsir tidak membawa masuk
maksudnya ke dalam Alkitab karena bisa saja suatu kebiasaan pada zaman itu
berbeda maknanya dengan zaman sekarang. Demikian juga dalam menyelidiki
latar belakang harus memperhatikan unsur geografis, unsur waktu, unsur agama,
unsur politik dan ekonomi, unsur kebudayaan dan kebiasaan. Dengan menyelidiki
hal-hal tersebut kita akan dapat memahami tujuan dan maksud penulis dalam
penulisan kitabnya.
D. Analisa Sastra
E. Analisa Konteks
Analisa ini penting karena suatu kalimat, biasanya ditulis menurut hukum tata
bahasa dan struktur tertentu. Sebenarnya anali sa tata bahasa berhubungan sangat
erat dengan analisa kata. Sebab suatu kata Ibrani atau Yunani dapat diterjemahkan
menjadi suatu kalimat, yang jelas bersangkut paut dengan hukum tata bahasa.
Berdasarkan apa yang disampaikan penulis, menurut pembaca sebenarnya analisa
tata bahasa ini sangat berhubungan erat dengan analisa-analisa yang sebelumnya.
Karena untuk menghasilkan penafsiran yang baik memang dibutuhkan analisa
yang menyeluruh dari kitab yang hendak ditafsirkan.
H. Integrasi
Yaitu suatu cara komunikasi (lisan atau tertulis) yang menyampaikan suatu
berita dengan cara memperbandingkan, atau mengasosiasikan dengan hal lain.
Bahasa kiasan adalah suatu alat komunikasi yang dapat memberi penjelasan,
gambaran yang lebih hidup, jelas dan mudah diingat. Di sini dijelaskan pula
beberapa jenis bahasa kiasan pendek dan juga beberapa pegangan untuk
penafsiran bahasa kiasan pendek.
B. Perumpamaan
D. Simbol
Simbol di sini adalah suatu hal yang dipakai untuk menyampaikan suatu
pengertian yang melebihi pengertian umum/biasa dari hal yang dipakai tersebut.
Dalam Alkitab terdapat cukup banyak simbol, yang dapat dibagi menurut
jenisnya, yaitu benda, peraturan/upacara, tindakan yang bermakna simbolik,
angka, warna, nama, penglihatan, dan mujizat. Penulis juga memberikan beberapa
prinsip/metode dalam menyelidiki simbol ini. Pembaca setuju dengan maksud
penulis, karena dalam Alkitab terdapat banyak simbol yang digunakan dan
masing-masing memiliki pesan khusus yang harus ditafsirkan secara benar. Itu
sebabnya kita perlu belajar prinsip penafsirannya.
E. Tipe (Tipologi)
Tipologi adalah suatu korespondensi dalam satu, atau beberapa aspek tokoh,
peristiwa, benda dan lain-lain di PL dengan tokoh, peristiwa, benda dan lain-lain
yang lebih dekat atau sezaman dengan penulis PB. Atau suatu bayangan dari suatu
kebenaran yang terdapat dalam PL, sedang perwujudannya terdapat dalam PB.
Prinsip yang diberikan penulis dalam menyelidiki tipologi menurut pembaca akan
sangat membantu di dalam penafsiran karena tipologi ini berbeda dengan allegori,
namun kebanyakan penafsir menyamakannya sehingga artinya menjadi bias. Dari
prinsip yang disampaikan penulis yang perlu diperhatikan adalah penjelasan
bahwa tipologi jelas berorientasi ke sejarah, sedang allegori mencoba mencari
makna yang tersembunyi di belakang pengertian harfiah.
F. Syair
Syair yang dimaksud di sini terbatas hanya syair PL karena luasnya bahasan
dalam Alkitab sangat luas. Hal-hal yang dibahas oleh penulis antara lain: sifat
syair PL, fungsi/jenis syair PL, beberapa ciri khas dari syair PL, beberapa hal
tentang kitab Mazmur, dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran
syair Alkitab. Menurut pembaca kita perlu mempelajari prinsip/metode penafsiran
bentuk syair, karena sepertiga bagian dari PL saja ditulis dalam bentuk syair.
Pembaca setuju dengan penulis bahwa dalam penafsiran syair Alkitab kita harus
memperhatikan konteks, latar belakang dan tujuan utama penulisan syair supaya
tidak salah dalam memahami arti yang dimaksud penulis kitab tersebut.
G. Nubuat
H. Apokaliptik
I. Surat
Penulis mengutip pendapat dari Adolf Deismann, yang pada awal abad ke-20
menyelidiki surat-surat kuno yang ditulis dalam papirus dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu Surat Umum dan Surat Pribadi. Surat ini banyak kita jumpai
dalam PB, dalam PL hanya terdapat beberapa surat saja. Pembaca setuju dengan
penulis bahwa kita perlu mempelajari metode penafsiran surat, karena dalam PB
saja terdapat 23 surat. Pembaca juga setuju bahwa untuk mengerti suatu surat, kita
perlu membaca keseluruhannya dengan cermat dan mengerti latar belakangnya
sehingga dapat mengerti maksud si penulis surat tersebut.
J. Kutipan-kutipan PL dalam PB
Hubungan antara PL dan PB begitu erat dan tak terpisahkan, ini didasarkan
atas kesaksian penulis-penulis PB dan bahkan Tuhan Yesus sendiri. Dalam bagian
ini penulis memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal kutipan
PL dalam PB, yaitu: batas suatu kutipan, naskah/terjemahan Alkitab yang dipakai
oleh penulis-penulis PB, cara penafsiran yang dipakai oleh penulis-penulis PB dan
fungsi kutipan PL adalah konteks PB. Pembaca setuju dengan pendapat penulis,
karena dalam PB terdapat cukup banyak kutipan dari PL dan cara penafsiran
penulis PB cukup kaya. Pelbagai penafsiran/penjelasan ini menolong kita lebih
mengerti Firman Allah baik di PL maupun di PB. Sebab penulis-penulis PB
adalah hamba-hamba Tuhan yang diberi ilham oleh Allah untuk melihat makna
yang lebih lengkap, pengertian yang lebih dalam, dan penggenapan yang lebih
jelas yang belum diketahui oleh penulis PL.