Oleh:
Yuli Berkatni/013122, Agus P. J. Ndruru/398922,
Dista/011922, Yohana H. D. Lantini/013022
Mata Kuliah:
Hermeneutik
Dosen Pengampu:
Arif Wicaksono, M.Th
Pendahuluan
Dari banyaknya catatan sejarah tentang kehidupan bangsa Israel, ada periode waktu
dimana bangsa Israel hidup dipimpin oleh Hakim-hakim. Hal ini di kisahkan dalam satu Kitab
yaitu Kitab Hakim-hakim. Diperkirakan penulis kitab Hakim-hakim ini menurut tradisi orang
Yahudi, ditulis oleh Samuel dan tahun penulisan nya kira-kira pada masa 1050-1000 SM.
Tujuan penulisan kitab Hakim-hakim ini adalah menceritakan tentang tindakan Allah yang
memberikan hukuman kepada bangsa Israel yang tidak setia dan kemudian menunjukkan kasih
setia dengan membangkitkan hakim-hakim.1
Kitab ini memuat cerita tentang satu atau dua tokoh yang paling terkenal dari seluruh
cerita di Alkitab, salah satunya adalah Hakim Debora dan Barak pada Hakim-hakim pasal 4-5.
Di dalam hakim-hakim pasal 4 merupakan jenis sastra prosa sedangkan pada pasal 5 jenis sastra
puisi, namun keduanya saling berkaitan. Kisah inspiratif, yang memaparkan perjuangan luar
biasa dan kepemimpinan dua tokoh sentral Debora sebagai Hakim dan pemimpin wanita yang
berpengaruh, serta Barak sebagai panglima perang. Jabatan hakim dalam periode sejarah umat
Israel pada masa itu tidak mudah didefinisikan. Para hakim tidaklah di pilih, mereka juga tidak
mewarisi jabatan mereka. Mereka tidak diangkat secara resmi, juga tidak diurapi. Mereka
disebut pemimpin-pemimpin kharismatik, karena secara spontan mereka mengambil peran
kepemimpinan manakala kebutuhan muncul. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa Allah
yang mengangkat mereka untuk membebaskan Israel.2
Riwayat Hakim-hakim ini meliputi periode sejarah Israel antara kematian Yosua dan
permunculan Samuel pada peristiwa Israel memasuki tanah Kanaan. Pada masa itu, ringkasan
pola sejarah bangsa Israel, terus terjadi berulang-ulang: Israel meninggalkan Tuhan untuk
mengikuti allah-allah lain; akibatnya ialah Tuhan membiarkan mereka menderita dibawah
tangan bangsa-bangsa Kanaan; Israel memohon pertolongan Tuhan; Tuhan mengangkat
seorang penyelamat; Israel berbuat baik sampai hakim itu mati, kemudian mereka kembali lagi
kepada ketidak-setiaan3 dan pola seperti itu terus dilakukan menjadi siklus yang terkenal dalam
kitab Hakim-hakim yaitu siklus kemurtadan/kefasikan, penindasan, penyesalan, dan
pembebasan.
Dalam konteks budaya di Israel pada masa itu, peran perempuan sebagai pemimpin dan
tokoh sentral dalam kisah Hakim-hakim pasal 4-5 sangat menarik untuk diungkapkan. Debora
1
Andrew E. Hill and John H. Wlton, Survei Perjanjian Lama, 1st ed. (Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas, 1996), 277–282.
2
Hill and Wlton, Survei Perjanjian Lama.
3
Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1984), 81.
yang muncul sebagai Hakim. Pengertian “hakim-hakim” (sopetim) dalam kitab Hakim-hakim
tidak sama pengertian “hakim” pada zaman modern ini. Biasanya, mereka tidak menjalankan
peradilan, mendengarkan keluhan-keluhan, atau membuat keputusan-keputusan hukum.
“hakim-hakim” disini adalah para pemimpin militer atau tokoh pembebasan, namun (dalam
Hak. 4:4-5, Debora adalah perkecualian).4
Wolf mengungkapkan dalam tafsirannya bahwa peraturan mengenai perempuan
merupakan hal yang tidak normal di Israel, maka menonjolnya Debora menyiratkan kurangnya
laki-laki yang berkualitas. Pandangan ini menyatakan bahwa munculnya wanita sebagai akibat
dari tidak berperannya laki-laki sebagaimana mestinya. Walaupun hal tersebut mencerminkan
bahwa meskipun pada umumnya pemimpin bangsa Israel pada saat itu dipegang oleh laki-laki,
Debora muncul sebagai tokoh penting yang mampu memberikan arahan dan insipirasi kepada
bangsa Israel, tetapi pandangan tersebut juga tidak dapat diterima secara mentah-mentah,
karena merupakan pandangan yang keliru dan sempit.5 Supaya tidak menerima pandangan
yang keliru, penulis dalam penulisan paper ini bertujuan untuk melakukan analisis dengan
pendekatan hermeneutik terhadap kisah Hakim Debora dan Barak sebagaimana tertulis di kitab
Hakim-hakim pasal 4-5.
Istilah Hermeneutik awal mulanya dari kata berbahasa Inggris yaitu “hermeneutics”,
sedangkan kata ini sendiri awalnya dari bahasa Yunani “hermeneuo”. Kata “hermeneutika”
dari kata benda hermenia. Kata-kata ini dahulu merujuk kepada Hermes, yaitu dewa pembawa
pesan yang kakinya bersayap dalam mitologi Yunani. Hermes disebut-sebut sebagai penemu
bahasa dan sastra. Hermes pembawa pesan atau penerjemah bagi para dewa, dan terutama bagi
ayahnya, yaitu dewa Zeus. Dengan demikian kata kerja hermeneuo mempunyai arti membawa
seseorang kepada pemahaman tentang sesuatu dalam bahasanyanya sendiri (disebut
penjelasan) atau dalam bahasa yang lain (disebut terjemahan). Kata menerjemahkan kadang-
kadang digunakan dengan maksud “menjelaskan” dan diwaktu yang lain di gunakan dengan
maksud “menerjemahkan.” Dari kesembilanbelas kali kemunculan kata hermeneuo dan
hermeneia di dalam Perjanjian Baru, kata-kata ini lebih sering di gunakan dalam pengertian
menerjemahkan.6
4
David Howard Jr, Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, 1st ed. (Malang: Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 2002), 134.
5
Elkana Chrisna Wijaya, “Studi Tokoh Debora Dalam Kitab Hakim-Hakim 4-5: Menjawab Isu
Kontemporer Kepemimpinan Wanita Dalam Organisasi Kristen,” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan
Kristiani 2, no. 2 (2018): 152.
6
Roy B. Zuck, Hermeneutik, 1st ed. (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2014), 18.
Hermeneutik adalah ilmu (prinsip) dan seni (tugas) di mana makna dari suatu tulisan
Alkitab di tentukan. Seperti yang dutuliskan oleh Terry: oleh karena, hermeneutik sekaligus
ilmu dan seni, sebagai ilmu hermeneutik dengan jelas menyatakan prinsip-prinsip, menyelidiki
aturan-aturan pemikiran dan bahasa, dan mengelompokkan fakta-fakta serta hasilnya. Sebagai
seni, hermeneutik mengajarkan penerapan yang semestinya dari prinsip-prisnsip dan
memastikan kejelasannya dengan cara memperlihatkan nilai praktisnya dalam menjelaskan
bagian Kitab Suci yang lebih sulit. Dengan demikian seni hermeneutik mengusahakan dan
menegakkan prosedur eksegesis (penentuan makna dari tulisan Alkitab dalam konteks sejarah
dan sastranya) yang benar.7
Mengingat unsur keindahan atau seni selalui terkait dalam dunia penafsiran. Secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa hermeneutik adalah suatu upaya berteologi dengan
melibatkan hukum tertentu dan cara tertentu oleh seorang penafsir, dengan maksud dan harapan
menemukan maksud mula-mula dari para penulis aslinya Alkitab. Pesan yang ditemukan
dengan jelas tentu akan mendapatkan respon pribadi dan akan mengubahkan kehidupan
sebagaib timbal baliknya dan itu yang akan menyelamatkan hidup seseorang dan menghidar
dari penafsiran serta pemahaman yang keliru dan begitu sempit.8
Dari pengertian hermeneutik tersebut, dengan pendekatan hermeneutik tentunya akan
membantu penulis untuk memahami kisah Hakim Debora dan Barak dalam kitab Hakim-hakim
pasal 4-5, agar sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penulis kitab Hakim-hakim pada pasal
ini, dan juga sesuai dengan konteks sejarah dan sastra pada masa itu.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis terhadap kisah Hakim Debora dan Barak dalam
Hakim-hakim pasal 4-5 adalah menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan penekanan
pada kajian literatur atau kajian pustaka. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
dengan metode penelitian literatur dan hermeneutika alkitabiah. Metode penelitian
kepustakaan (library) menggunakan teknik pengumpulan data melalui sumber-sumber
kepustakaan yang terdiri dari buku, artikel, jurnal, laporan dan informasi tertulis lainnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian.9
7
Zuck, Hermeneutik.
8
Vernineto Sitanggang, Menemukan Pesan Ilahi Prinsip-Prinsip Pendekatan Hermenutik, ed. Dewi Esti
Restiani, 1st ed. (Sukabumi: CV Jejak,anggota IKPI, 2020), 10.
Sedangkan analisis naratif merupakan langkah yang digunakan pada metode
hermeneutik. analisis naratif bersifat narasi yang menceritakan urutan peristiwa secara
terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan individu,
mengumpulkan cerita tentang kehidupan orang-orang, dan menuliskan cerita pengalaman
individu. 10
Analisis naratif bersifat narasi yang menceritakan urutan peristiwa secara
terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan individu,
mengumpulkan cerita tentang kehidupan orang-orang, dan menuliskan cerita pengalaman
individu. 11
Analisis naratif merupakan suatu metode untuk memahami dan menyampaikan
pesan Alkitab yang sesuai dalam bentuk cerita dan kesaksian pribadi (dalam Samuel sebagai
penulis atau narator dari kisah dalam Hakim-hakim pasal 4-5).
Analisis naratif merupakan metode yang mengutamakan titik pusat hanya pada teks
berserta komponen didalamnya dan tidak terlalu merasa perlu bertanggung jawab atas semua
aspek lain yang ada di belakang teks. Sudut pandang semacam ini mengakibatkan adanya
apresiasi yang sedemikian tinggi terhadap teks, khususnya yang bersifat kisah. Analisis naratif
mencoba memahami suatu kisah dan juga memakainya dengan kaidah-kaidah yang tepat dan
efektif.12
Menurut Polikinghome dalam Sandelowski, penelitian naratif dikategorikan menjadi
dua yaitu descriptive dan explanatory. Pada penelitian naratif kategori deskriptif, peneliti
berusaha untuk mendeskripsikan (a) sebagian atau secara keseluruhan pengalaman-
pengalaman individu maupun kelompok, (b) hubungan antar suatu alur cerita dengan alur cerita
lainnya, (c) manfaat suatu kejadian untuk kehidupan manusia. Sedangkan pada penelitian
naratif kategori explanatory, peneliti berusaha untuk membuat sebuah cerita tentang
bagaimana sesuatu terjadi.13
Adapun langkah-langkah penulis dalam pengimplementasi dari analisis naratif ini
terhadap kisah Hakim Debora dan Barak dalam Hakim-hakim pasal 4-5 ini adalah pertama,
mendeskripsikan kisah secara runtut dan terperinci; kedua, menyelidiki dan mempelajari arti
kata aslinya; ketiga, menangkap maksud dan tujuan penulis; keempat, mempelajari latar
9
Franky Franky, “Gereja Dan Kaum Termarginalkan: Suatu Tinjauan Biblika Berdasar Kitab Keluaran
22:21-27,” Skenoo : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2 (2022): 136–153.
10
Zakiah Darmanita and M. Yusri, “Pengoperasian Penelitian Naratif Dan Etnografi; Pengertian, Prinsip-
Prinsip, Prosedur, Analisis, Interpretasi, Dan Pelaporan Temuan,” As-shaff: Jurnal Manajemen dan Dakwah 1,
no. 1 (2020): 24–34.
11
Ibid.
12
Hiruniko Ruben et al., “Sinergitas Kepemimpinan Dalam Perspektif Pentakosta: Sebuah Analisis Naratif
Hakim-Hakim 4:1-24,” Diegesis : Jurnal Teologi 7, no. 1 (2022): 71–89.
13
Darmanita and Yusri, “Pengoperasian Penelitian Naratif Dan Etnografi; Pengertian, Prinsip-Prinsip,
Prosedur, Analisis, Interpretasi, Dan Pelaporan Temuan.”
belakang teks. Di harapkan melalui analisis mendalam terhadap kisah Hakim Debora dan Barak
ini akan memberi wawasan benar dan lebih baik lagi tentang pesan-pesan yang terkandung di
dalamnya.
C ayat 10: Barak, Debora serta suku zebulon dan suku Naftalin
ke Kades maju bersama-sama
c. Penokohan/Tokoh-tokoh cerita
Melalui struktur kisah dan nyanyian di atas, dapa dilihat tentang penokohan dan karakteristik
yang ada dalam cerita tersebut, yaitu:
✓ Tuhan: Tokoh utama/sentral yang digambarkan sebagai Kekuatan dibalik segala sesuatu
yang terjadi, Tuhanlah yang bertindak mengatur alur cerita sejarah tersebut, Tuhan yang
berkuasa dan mengijinkan segala sesuatu yang terjadi, baik itu kemenangan, kekalahan
ataupun penindasan.
✓ Orang Israel: suka melakukan apa yang jahat dimata Tuhan yaitu melakukan penyembahan
berhala, orang yang tidak setia terhadap Tuhan, oleh karena itu mereka mengalami
penindasan.
✓ Yabin : Raja Kanaan, orang yang berkuasa dan bahaya, dipakai Tuhan untuk menindas orang
Israel
✓ Debora: Seorang perempuan sebagai hakim dan nabiah. Dalam Hakim-hakim 4:4-5 Debora
adalah istri Lapidot sedangkan dalam Hakim-hakim 5:7 di israel ia dijuluki ibu dari Israel.
Seorang pempimpin perang, dan penyanyi yang merayakan kemengan atas Israel.
✓ Barak: Dalam hakim” pasal 4 ayat 6 dan 8 menggambarkan bagaimana karakter Barak yang
Tuhan pilih untuk menjadi panglima perang. Barak adalah putra Abinoam dari Kedes yang
terletak di daerah Naftali. Barak dilantik oleh Allah sebagai pemimpin dari pasukan Israel
untuk melawan pasukan Kanaan. Memiliki sikap ragu terhadap firman Tuhan yang datang
kepadanya, dalam Hak. 4:8 (meminta jaminan Debora untuk ikut maju berperang
dengannya)
✓ Heber: orang Keni, berpindah-pindah dan berkemah, suami dari Yael.
✓ Yael: Seorang perempuan, isteri dari Heber. Memiliki tindakan manipulatip dan pemberani.
Ditunjukkan dalam hal ia memperlakukan Sisera pada saat datang ke kemahnya. Awalnya
memberikan selimut, kemudian memberi minum susu kepada sisera yang haus, namun
setelah itu ia sengaja membunuh Sisera dengan menggunakan patok.
✓ Ibu Yael: Seorang ibu yang mengkhawatirkan dan menunggu kedatangan anak-nya dari
medan perang
14
Michael Wilcock, Hakim-Hakim, 1st ed. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010), 75.
15
Charles F. Pfeiffer and Everett F. Harrison, eds., The Wycliffe Bible Commentary, 1st ed. (Malang:
Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2004), 655.
16
Wilcock, Hakim-Hakim.
sekaligus menyerahkan seorang panglima tentara Yabin kedalam tangannya.17 Kata panglima
dalam bahasa aslinya ( שַ רSAR) yang memiliki arti kepala suku, kapten, pangeran. Dalam
bahasa Inggris nya the commander, seorang komando.
(8-10) Kausalitas sikap Barak. Dalam Alkitab versi mudah dibaca (VMD), ayat 8
“Kemudian Barak berkata kepada Debora: jika engkau ikut bersama aku, aku pergi dan
melakukanya, dan jika engkau tidak ikut bersama aku, aku tidak pergi”. Dalam (TB)
diterjemahkan kata “maju” dalam bahasa aslinya ( הָּ לְַךhalak) yang berarti pergi, berjalan. Pada
dasarnya Barak mempercayai apa yang dikatakan oleh Debora, sebagai seorang nabiah. Ia
meminta Debora untuk ikut bersamanya sebagai bentuk keyakinan, bahwa apa yang dikatakan
Debora adalah benar, sekaligus menjadi jaminan untuk memastikan keberhasilan untuk
mengalahkan dan memenangkan pertempurannya dengan pasukan Sisera.18 Namun di sisi lain
sikap Barak tersebut seakan-akan menunjukkan ada rasa kurang percaya diri atas apa yang
telah di nubuatkan kepada dirinya oleh Debora, sehingga iya butuh keikutsertaan Debora
sebagai nabiah sebagai jaminan kemenangannya.
Debora mengiyakan dan ikut bersama dengan Barak. namun Debora kembali bernubuat
karena sikap Barak tersebut. Barak tidak mendapat kehormatan atas apa yang akan ia lakukan,
karena Tuhan akan menyerahkan Sisera, panglima raja Yabin ke dalam tangan seorang
perempuan. Barak kemudian memimpin dan mengerahkan sepuluh ribu orang untuk maju,
suku Zebulon dan suku Naftali mengikuti dia, Debora juga maju bersama-sama dengan dia.
(11) Kemunculan tokoh Heber. Muncullah informasi tentang Heber yang adalah orang
Keni. Ia memisahlan diri dari suku Keni dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya.
Kata memisahkan diri dalam bahasa asli ditulis dengan kata נִפְּ ָּ ָ֣רדyang punya arti memisahkan
atau menyebar. Heber memisahkan diri yang dalam artian berpindah kesuatu tempat untuk
mencari nafkah.19 Informasi tentang Heber yang secara tiba-tiba muncul mengindikasikan
bahwa keluarga Heber yang adalah suku Keni punya peran dalam narasi tersebut. Kemenangan
Israel dari penindasan menunjukkan campur tangan Tuhan, terlihat dalam Hakim-Hakim
4:14.(sumber: Jurnal kepemimpinan)
(12-15) Barak bergerak maju. Debora meyakinkan Barak bahwa Sisera yang adalah
panglima tentara dari Yabin raja Kanaan telah Tuhan serahkan didalam tangan Barak. Kata
didalam tangan dalam ayat tersebut memakai kata בְּ י ֶָּ֔דָךyang punya arti lain adalah kekuatan
atau dibawah kekuasaan mu. Jadi Tuhan menyerahkan Sisera dibawah kuasa atau dibawah
17
Pfeiffer and Harrison, The Wycliffe Bible Commentary.
18
Ibid.
19
A. Simanjutak et al., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1976), 398.
kekuatannya Barak, yang meningidikasikan bahwa Barak akan lebih unggul dari Sisera dalam
medan peperangan. Telah dipastikan Debora bahwa Allah akan mendatangkan kemengan besar
kepada orang Israel, Barak dan sepuluh ribu anggota pasukannya bergerak maju menemui
pasukan Kanaan tersebut di lembah. Dan hal itu terbukti diayat selanjutnya dimana Tuhan
sendiri mengacaukan, menyerahkan pasukan Sisera serta kereta dan semua tentaranya kepada
mata pedang Barak untuk dikalahkan. Tinggal Sisera setelah kereta dan seluruh tentaranya
habis dikalahkan.
(16-21) Sisera melarikan diri ke kemah Heber orang Keni dan kematiannya di tangan
Yael, isteri Heber. Dengan sisa pasukan yang tidak berdaya, tujuan utama dari Sisera adalah
menyelamatkan diri. Sisera memiliki alasan untuk berpikir bahwa dirinya akan selamat jika dia
berhasil mencapai kemah Heber. Pada saat itu ada hubungan baik antara Yabin dengan
keluarga Heber, orang Keni itu. Karena orang keni tidak ikut terlibat di dalam pemberontakan
orang Israel terhadap mereka. Setelah Sisera tiba dikemah Heber dan Sisera disambut oleh
Yael, isteri Heber untuk singgah, Sisera meminta minum sebab ia haus. Lalu Yael membuka
kirbat susu, yakni dadih yang mempunyai efek membuat seseorang sangat mengantuk. Setelah
Sisera tertidur pulas, Yael mengambil patok kemah atau pasak dan palu, lalu mendekati Sisera
diam-diam dan dilantakannya pasak itu kepelipis Sisera hingga Sisera mati..
Peristiwa Yael, istri dari Heber orang Keni tersebut mengindikasikan seperti diawal
bahwa mereka punya peran yang penting dan sebelumnya telah di nubuatkan oleh Debora
bahwa Allah akan menyerahkan musuh Isreal ke tangan perempuan. Kematian seorang
panglima atau seorang pemimpin pasukan sangat memberi pengaruh terhadap pasukan yang
dipimpin. Kematian Sisera sebagai panglima menandakan suatu kekalahan total atau
kehancuran, karena seorang yang lebih kuat, yang berpengaruh terhadap pasukan yang
dimpinnya mati, otomatis pasukan yang dibawah kehilangan pemimpin atau hilang arah.
(22-24) Yael menemui Barak dan Allah menundukkan Yabin, raja Kanaan kepada
orang Israel. Yael menunjukkan kepada Barak, panglima pasukan Kanaan telah mati tergeletak
dengan patok di pelipisnya. Tindakan Yael tersebut di kemukakan, sebagai bukti dari yang
telah dinubuatkan Debora bahwa, Allah akan menyerahkan Sisera ke tangan seorang
perempuan.
20
Pfeiffer and Harrison, The Wycliffe Bible Commentary.
21
Ibid.
mengisahkan kepada mereka kemenangan-kemenangan yang telah diberikan Allah, sebagai
perbuatan-Nya yang adil.22
(12-18) Pasukan Israel maju dan berperang melawan pasukan Sisera, panglima raja
Kanaan. Pasukan Israel yang turut adalah dari Efraim yaitu suku Benyamin, dari Makhir ada
suku Zebulon yang memegang tongkat komando atau yang menjadi panglimanya, ada Isakhar
yang turut menyertai Debora dan juga Barak. Sedangkan dari suku Ruben ada banyak
pertimbangan, Gilead dan suku Dan hanya diam dan tetap tinggal diseberang sungai Yordan
dan di kapal-kapal, suku Asyerpun hanya diam di tepi pantai. Dikatakan Zebulon suku yang
berani dan mepertaruhkannya nyawanya dan juga suku Naftali.
(19-23) Kekalahan pasukan raja Kanaan. Allah Israel turun tangan demi umat-Nya.
Kekuatan-kekuatan alam pun diatur untuk melawan pasukan Kanaan, Tuhan pakai bintang-
bintang untuk berperang. Sungai Kison dipakai untuk melenyapkan kereta-kereta. Namun
malaikat Tuhan juga mengutuk kota Meros, karena tidak ikut dengan orang Israel melawan
pasukan Kanaan. Sejumlah penafsir menduga bahwa kota ini terletak pada jalur pelarian Sisera
bahwa penduduknya tidak berhasil menangkap panglima itu.23
(24-27) Yael diberkati. Isteri dari Heber ini diberkati dan lebih dari semua perempuan
yang ada di kemah. Oleh karena tindakannya membunuh Sisera, panglima raja Kanaan. Sisera
yang datang ke kemah Heber dan bertemu dengan Yael, isteri dari Heber ini (4:17). Ia haus
meminta air, namun Yael memberi susu. Namun setelah itu Yael mengambil patok pada tangan
kirinya dan pada tangan kananya mengambil palu tukang, di hancurkannya kepala, diremukkan
dan ditembusnya pelipis Sisera panglima raja Kanaan itu, kemudian mati tergelak dibawah
kakinya. Hal tersebut sebuah kenyataan bahwa Sisera yang perkasa tewas di tangan seorang
perempuan, yang telah di nubuatkan oleh Debora sebelumnya (4:9).
(29-30) Kekhawatiran ibu Sisera. Kekhawatiran seorang ibu kepada anaknya. Dia heran
kenapa anaknya begitu lama pulang dari pertempuran. Para putri-putri bangsawan menghibur,
mungkin lagi membagi-bagikan hasil jarahan hasil rampasan dari musuh-musuhnya di antara
pasukan yang menang, hal tersebut karena mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Sisera telah
mati mengenaskan di tangan seorang perempuan.
22
Ibid.
23
Ibid.
(31) Diakhir cerita tentang nasib naas yang menimpa Sisera, Debora memanjatkan doa
kepada Allah. Semoga semiua musuh Allah binasa seperti halnya Sisera. Sebaliknya orang
yang mengasihinya bagaikan terbitnya matahari dalam kemegahanya.
Penutup
1. Implikasi Teologis
Melalui kisah atau cerita diatas (Hak. 4:1-24, 5:1-31) penulis menarik implikasi
teologis. Yang pertama bahwa perilaku yang jahat atau kemurtadan orang Israel pada saat itu,
suatu perilaku yang memberontak kepada Allah dan yang mengundang murka Tuhan, sehingga
bangsa Israel diserahkan didalam tangan seorang raja untuk menghukum bangsa Israel. Kedua,
disana juga dapat disimpulkan serta dihadirkan suatu indikasi bahwa Tuhan itu maha kuasa.
Dia bebas menghukum umatnya (Israel) dengan menyerahkan mereka didalam tangan seorang
raja (Hak. 4:2) dan memilih orang-orang yang berperan untuk membebaskan Israel dari
penindasan selama dua puluh tahun lamanya. Ketiga, pembahasan diatas mengindikasikan
Tuhan mengasihi umatnya. Tuhan memberikan hukuman dan Ia juga yang membebaskan,
bahkan sebelum terjadinya perang, Tuhan sendiri sudah lebih dulu berjanji untuk memberikan
kemenangan kepada bangsa Israel. Keempat, keraguan terhadap apa yang telah dinubuatkan
atau yang telah di firmankaqn Tuhan melalui Debora terhadap Barak, bahwa Tuhan akan
menyerahkan Sisera ketangan nya. menimbulkan sebab akibat, Tuhan akan memakai orang
lain, bahkan ketangan seorang perempuan.
2. Implikasi Praktis
Bentuk implikasi praktisnya dalam kehidupan masa kini, ada beberapa hal yang penulis
dapat tarik. Pertama, kadangkala di dalam kehidupan yang nyata, kita seperti orang Israel yang
sering berpaling ke hal berhala dan mengabaikan Tuhan dalam kehidupan kita. Mungkin hal
tersebut karena tekanan, banyak masalah, prustasi atau stress. Kita mulai mengandalkan,
menaruh harapan atau kepercayaan kepada orang lain atau diri sendiri unutk menolong kita
menyelesaikan masalah hyang sedang dihadapi, bukankah kita telah memberhalakan sesuatu.
Seharusnya tindakan kita adalah mengutamakan dan hanya berharap kepada Tuhan saja.
Kedua, Tuhan begitu mengasihi kita, ketika kita mulai salah arah atau menyimpang dari pada
jalan-Nya. Tuhan punya banyak cara untuk membawa kita kembali. Salah satu Tuhan pakai
masalah atau tekanan, samapai hal tersebut kita menyadari bahwa hal yang mendasar dan
dibutuhkan kita hanya lah Tuhan.
Ketiga, Tuhan mungkin memang mengijinkan masalah atau persoalan dalam kehidupan
kita, namun Tuhan juga selalu menunjukkan jalan-Nya dan menolong kita akan dapat
berkemenangan mengatasi masalah tersebut, bahkan Tuhan menjadikan kita lebih dari
pemenang atas segala sesuatu yang terjadi. Keempat, jangan ada keraguan ketika Tuhan telah
mempercayai kita untuk melakukan apa yang Ia kehendaki, visi misi-Nya dalam kehidupan
kita yang Tuhan mempercayakan. Ia tahu kemampuan kita. Ketika kita ragu, maka Tuhan akan
pakai siapa saja untuk melakukan yang Tuhan kehendaki.
3. Simpulan
Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa, kisah hakim Debora dan Barak
dalam Hakim-hakim pasal 4-5, mematahkan penafsiran yang menyatakan hadirnya seorang
perempuan yaitu Debora sebagai hakim karena kurangnya peran laki-laki. Hal tersebut kurang
tepat dan keliru. Karena dari teks narasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Tuhan lah yang
menentukan siapa saja yang akan Ia pakai, baik itu laki-laki ataupun perempuan, semua karena
hak prerogatif Allah. Dan pemilihan oleh Tuhan, tidak ada sangkut paut nya dapat mengurangi
setiap peran masing-masing, baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Namun yang dapat kita maknai dari kisah Hakim” pasal 4-5 adalah sebagai umat yang
dikasihi-Nya tetap lah setia, karena Tuhan sendiri selalu setia dalam kehidupan umat-Nya,
walapun kadang kala umat-Nya meninggalkan Tuhan dan lebih memilih ilah lain. Namun pada
akhirnya Tuhan punya banyak cara untuk mengembalikan kita kepada-Nya dan Tuhan dapat
pakai siapa saja dengan tidak memandang gender, status, suku atau hal yang lain. Tuhan pakai
orang tersebut untuk membawa umat-Nya kembali dan memenangkan jiwa kepada-Nya.
Ketika Tuhan pakai kita, jangan pernah ragu untuk melakukannya, karena itu adalah
kesempatan yang mulia. Ketika kita ragu dan kurang mempercayai kehendak Tuhan tersebut,
maka kikta kehilangan kesempatan mulia itu dan Tuhan dapat pakai orang lain untuk
menggenapi apa yang telah di Firmankan-Nya.
Daftar Pustaka
Darmanita, Zakiah, and M. Yusri. “Pengoperasian Penelitian Naratif Dan Etnografi;
Pengertian, Prinsip-Prinsip, Prosedur, Analisis, Interpretasi, Dan Pelaporan Temuan.” As-
shaff: Jurnal Manajemen dan Dakwah 1, no. 1 (2020): 24–34.
Franky, Franky. “Gereja Dan Kaum Termarginalkan: Suatu Tinjauan Biblika Berdasar Kitab
Keluaran 22:21-27.” Skenoo : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2
(2022): 136–153.
Green, Denis. Pengenalan Perjanjian Lama. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1984.
Hill, Andrew E., and John H. Wlton. Survei Perjanjian Lama. 1st ed. Malang: Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1996.
Jr, David Howard. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama. 1st ed. Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 2002.
Pfeiffer, Charles F., and Everett F. Harrison, eds. The Wycliffe Bible Commentary. 1st ed.
Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2004.
Ruben, Hiruniko, David Michael Gerungan, Ivonne Sandra Sumual, and Samuel Yosef
Setiawan. “Sinergitas Kepemimpinan Dalam Perspektif Pentakosta: Sebuah Analisis
Naratif Hakim-Hakim 4:1-24.” Diegesis : Jurnal Teologi 7, no. 1 (2022): 71–89.
Simanjutak, A., D. Guthrie, G.W. Brimiley, and Dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1976.
Sitanggang, Vernineto. Menemukan Pesan Ilahi Prinsip-Prinsip Pendekatan Hermenutik.
Edited by Dewi Esti Restiani. 1st ed. Sukabumi: CV Jejak,anggota IKPI, 2020.
Wijaya, Elkana Chrisna. “Studi Tokoh Debora Dalam Kitab Hakim-Hakim 4-5: Menjawab Isu
Kontemporer Kepemimpinan Wanita Dalam Organisasi Kristen.” DUNAMIS: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 (2018): 152.
Wilcock, Michael. Hakim-Hakim. 1st ed. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010.
Zuck, Roy B. Hermeneutik. 1st ed. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2014.