Anda di halaman 1dari 11

Nama : Chrisyemded

Nim : 21111012

Prodi : Teologi 2021 Pagi

MK : Homiletika

BAB 1

PENDAHULUAN

Pengertian Homiletika

Kata Homiletika adalah kata yang agak asing ditelinga jemaat awam, tetapi cukup polpuler di
kalangan mahasiswa teologia dan sisiwa-siswi di sekolah Alkitab. Istilah ini berasal dari
bahasa Yunani yang kata dasarnya adalah homilia, sebuah kata benda pergaulan atau sebuah
percakapan dengan ramah, yang juga mempunyai pengertian kata-kata yang sopan, indah
atau elok Sedangkan kata kerjanya adalah Homilein, yang dalam bahasa Inggris
diterjemahkan to talk atau to converse; berbicara atau bercakap-cakap. Kata ini muncul 4
(empat) kali dalam Perjanjian Baru (Luk 24:14-15, Kis. 20:11; 24:26). Kata benda "homilia"
diketemukan satu kali saja dengan arti yang negatif, yaitu I Kor. 15:33.

Prinsip dasar dalam Berkhotbah

Ada beberapa prinsip dalam berkhotbah, antara lain; seorang pengkhotbah tidak bisa
menyampaikan Firman yang kudus tanpa memiliki kehidupan yang kudus. Seorang
pengkhotbah tidak dapat memerintahkan jemaat untuk mentaati Firman Allah sementara si
pengkhotbah sendiri tidak memiliki kehidupan yang taat. Prinsip dasar dalam berkhotbah
mencakup dua bagian utama yang sangat penting dan erat, yaitu Alkitab sebagai dasar
khotbah dan Kristus sendiri sebagai pusat khotbah. Hal ini perlu tertanam dalam kehi dupan
seorang pengkotbah yang ingin berhasil dalam kotbahnya.

1. Alkitab adalah dasar Khotbah


Seorang pengkotbah harus selalu menjadikan Alkitab sebagai dasar pemberitaan
Firman Allah atau kotbahnya. Berkotbah adalah berkata-kata tentang Allah, dan
kesaksian tentang penyataan Allah yang terdapat di dalam Alkitab.
2. Yesus Kristus adalah pusat Khotbah
Seorang pengkotbah dalam menyampaikan berita Firman ha rus berpusatkan pada
Yesus Kristus, yang olehNya Allah menda maikan dunia dengan diriNya sendiri.
Allah mengasihi dunia, di dalam anaknya Ia mengunjungi manusia, bersekutu, meng-
ampuni, dan memanggil manusia kepada hidup yang baru.

Tujuan Khotbah

Menurut H. Rothlisberger, ada dua tujuan dalam berkotbah; (1) supaya percaya dan
dibaptiskan, (2) Supaya bertumbuh dalam kedewasaan iman.

Menurut Alkitab, tujuan kotbah yang Alkitabiah antara lain; (1) Membawa orang keluar
dari gelap ke dalam terang: menyelamatkan orang dari kuasa iblis kepada Allah (Kis.
26:16-19), (2) Untuk meruntuhkan benteng-benteng; melepaskan mereka yang
terbelenggu karena dosa (II Kor. 10:4-5), (3) Untuk pertumbuhan rohani menuju
kedewasaan; menjadi murid dan pengajaran penuh (Ef. 4:11-13; Mat. 28:19-20).

Keberhasilan dan kegagalan sebua Khotbah

Bila tujuan berkotbah tercapai, maka seorang pengkotbah berhasil dalam menyampaikan
kotbahnya. Sebaliknya, bila tidak diraih berarti gagal. Setelah menyampaikan kotbahnya,
kesan pendengar seharusnya, "Kristus yang ditinggikan" bukanlah "naskah kotbahnya"
atau "pengkotbahnya". Berkotbah bukanlah untuk memperoleh pujian manusia,
melainkan agar pendengar menjadi percaya kepada Tuhan.

Mengapa banyak pendengar tidak tertarik pada khotbah pendetanya? Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :

1. Kebenaran yang di sampaikan pengkotbah tidak realitas


Sebuah kotbah hendaknya tidak abstrak, harus sesuatu yang nyata; dapat dimengerti
dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaiknya diberikan contoh
nyata yang dapat dipraktekkan jemaatnya. Bila berita yang disampaikan tidak
mendatangkan manfaat bahkan tidak bersangkut paut dengan kehidupan jemaat, maka
pendengar tidak akan tertarik untuk mendengarkannya dengan baik.
2. Isi Khotbahnya tidak berbobot dan alur pikiran pengkhotbah tidak jelas
Kotbah yang tidak berbobot dan alur kotbah yang tidak jelas akan menyebabkan
pendengar tidak memahami kotbah yang disampaikan. Seorang pengkotbah tidak
hanya bicara tanpa makna.
3. Tidak mempunyai Tehknik atau ketrampilan dalam berkhotbah.
Seorang pengkotbah dalam menyampaikan kotbahnya harus hidup dan menarik, tidak
kaku dan membosankan.
4. Khotbahnya kering dan tidak punya kuasa
Seorang pengkotbah dalam menyampaikan kotbahnya harus dalam pengurapan kuasa
Roh Kudus. Kotbah tanpa gerakan Roh Kudus adalah suatu kegagalan besar.

BAB II

Pentingnya Khotbah didalam Gereja

Di dalam Gereja-gereja yang Injili, Pentakosta dan Kharismatik berkotbah menduduki tempat
yang penting, karena tugas Gereja yang paling utama dan dominan adalah memberitakan Injil
Kerajaan Allah, yaitu Menyampaikan Kabar Baik melalui pengajaran dan kotbah-kotbah.

Fungsi Khotbah dalam Ibadah

Karena kotbah sangat berperan penting dalam Gereja dan kehidupan orang percaya, maka
sebaiknya khotbah perlu disam paikan dengan persiapan yang matang dan bermutu. Ada dua
fungsi kotbah yang paling utama dalam ibadah :

A. Melalui Berkhotbah Seorang Pengkhotbah dapat Menyampaikan kehendak Allah


kepada jemaat yang berdasarkan Alkitab.

Menyampaikan kehendak Allah tidaklah mudah, karena pastilah ia seorang yang harus
bergaul erat dengan Tuhan sehingga mengerti isi hati Tuhan. Dengan demikian Allah
berbicara, menasehati, memperingatkan, menghibur, menguatkan dan memberkati umatnya.
Dalam ibadah Kristen, kesempatan ini sering dianggap sebagai puncak ibadah.

B. Melalui Berkhotbah Seorang Pengkhotbah dapat Memberikan makanan rohani


kepada jemaat, sehingga kehidupan rohani jemaat terpelihara.

Makanan rohani di sini maksudnya adalah pemberitaan firman Tuhan, baik pada hari Minggu
atau hari-hari lain, dimana pemberitaan Firman Tuhan diselenggarakan guna mengisi bejana
kehidupan jemaat dengan pengajaran Firman Tuhan. Pengajaran Firman Tuhan inilah yang
menentukan kekayaan pengenalan jemaat terhadap Allahnya, dan pengenalan akan Allah
sangat menentukan kualitas hidup jemaat (Yoh. 17:3; 2 Ptr 1:3-4).

BAB III

Syarat-syarat Seorang Pengkhotbah yang Efektif

Untuk menjadi apapun perlu memenuhi persyaratan khusus, demikianpun seorang


pengkhotbah. Dibutuhkan beberapa syarat yang membuat seseorang yang pantas menjadi
seorang pembicara, motivator dan orator yang baik. Menjadi seorang pengkotbah dituntut
syarat-syarat yang lebih berat dan tegas dari pada syarat syarat seorang pembicara sekuler.
Berkotbah adalah sebuah pekerjaan besar dan agung sebab pekerjaan ini adalah pekerjaan
Allah sendiri, yang dipercayakan tidak kepada semua orang.

Untuk ini perlu diperhatikan beberapa syarat menjadi pengkotbah yang baik. Hal-hal
yang harus dimiliki seorang pengkotbah adalah :

A. lahir Baru

perlu memperhatikan la harus seorang yang telah dilahirkan baru. Ini berarti seorang
pengkotbah tersebut sudah harus bertobat dan menerima. Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat pribadi. Ini adalah syarat mutlak yang tidak dapat direduksi. Seorang yang belum
lahir baru tidak boleh diberi kesempatan berbicara mengatasnamakan Tuhan di mimbar yang
kudus. Sifat nyata seorang yang telah lahir baru adalah memiliki sifat dan karakter Ilahi, yang
terus menerus bertumbuh kearah Kristus. Seperti anak rajawali yang baru menetas, yang
semakin hari semakin nampak menuju rajawali dewasa. Adapun ciri mutlak seorang yang
telah lahir baru antara lain:

1. Sadar bahwa ia telah menjadi anak Allah (ingat waktu ia menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat; hari, tgl, tahun, tempat, acara, pendeta yang mendoakan
pengalaman(perubahan hidup) (Yoh. 1:12; Rom 8:14-16).

2. Mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dan (dengan mulut dan hati;
Roma 10:9-10).
3. Meninggalkan sifat manusia lama; pandangan baru (Iman), tujuan baru (menetap bersama
Allah), motivasi baru (berkenan kepada Allah), dasar hidup baru (kasih), Cita-cita baru
(hidup untuk Tuhan, bukan untuk diri sendiri), penilaian baru (ukuran Ilahi) (II Kor. 5:17)

3. Bebas dari keterikatan; Okultisme, dll. (Roma 5:1)

4. Buah Roh yang terus menerus semakin nampak (Gal. 5:22-23)

BAB IV

PENAMPILAN SEORANG PENGKHOTBAH

Penampilan seorang pengkotbah sejak ia memasuki ruangan pertemuan atau gereja


mempunyai peran dalam keberhasilan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Untuk ini
pengkotbah perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini :

A. Penampilan Pengkhotbah

Penampilan seorang pengkotbah dalam berpakaian menjadi penilaian pertama dari jemaat.
Untuk itu, hendaknya pengkotbah memperhatikan pakaian yang dikenakan dan keserasian
warna dan model, potongan rambut, kebersihan tubuh, kuku jari, gigi, bau badan dan lain-
lain.

B. Cara Berjalan Ketika Memasuki Ruangan

Pada waktu pengkotbah memasuki ruangan gereja hindari sikap tergesa-gesa yang memberi
kesan ceroboh dan tidak tenang. Dalam hal ini pengkotbah harus berhati-hati untuk tidak
tergoda bersikap atau berlaku tidak apa adanya, sehinggga terkesan tidak tulus.

C. Cara Berdiri dan Duduk

Cara berdiri dan duduk harus menampilkan ketenangan dan percaya diri tanpa menunjukkan
kekakuan dan keangkuhan. Pembicara harus merasa nyaman dan wajar (comfortable). Bila
pengkotbah harus berdoa pribadi sesampainya dikursi, memuji Tuhan dan lain-lain, maka
hendaknya ia tidak jatuh dalam kecenderungan show di depan jemaat.

D. Menit-menit Menuju Mimbar


Waktu menuju atau turun dari mimbar, pengkotbah tidak perlu tergesa-gesa, tetapi sebaliknya
jangan terlalu lambat yang memberi kesan malas dan tidak bergairah. Hal ini juga tergantung
dari luas panggung dan jarak antara mimbar dan tempat duduk pengkotbah. Saat menuju
mimbar atau saat pemberitaan Firman sebaiknya memegang Alkitab dengan sopan; tidak
dijepit diketiak, atau dijinjing seperti ke pasar.

E. Kesan santai

Seorang pengkotbah hendaknya tidak bersandar kepada mimbar atau berpegangan kepada
mimbar, yang memberi kesan terlalu santai dan kurang menghargai jemaat. Tangan dapat
diletakan dimana saja asal pengkotbah kelihatan wajar dan sopan.

F. Keterikatan Dengan Mimbar

Seorang pengkotbah hendaknya tidak terikat dengan mimbar. Tetapi dapat bergeser dari
mimbarnya ke samping kiri dan kanan asal tidak terlalu jauh dari mimbar. Hal ini tergantung
ruangan dan situasi dimana seorang pengkotbah berbicara.

G. Saat Teduh Menguntungkan

Ketika seorang pengkotbah sampai di mimbar hendaknya ia tidak tergesa-gesa berbicara,


sebaiknya pengkotbah mengambil waktu sejenak menenangkan diri dan mengumpulkan
pikiran, kemudian memberi senyum atau pandangan mata yang bersahabat terhadap 'jemaat.
Tidak ada salahnya kalau pengkotbah memulai dengan memberi salam Kristiani, seperti
shalom, salam sejahtera, dan lain-lain.

H. Langkah Turun Dari Mimbar

Katika selesai menyampaikan kotbahnya, pengkotbah hendaknya tidak menjadi sombong


oleh karena kotbahnya menurut anggapannya bagus, atau tidak menjadi lesu, kalau
menurutnya kotbahnya buruk. Hendaknya ia bersikap sama seperti ketika menuju mimbar.

I. Pandang Mata Jemaat

Seorang pengkotbah harus mengusahakan berdiri dimana semua jemaat dapat


memandangnya, paling tidak memandang wajah pengkotbah.

BAB V
A.Pengenalan Pengkhotbah Terhadap Jemaat

1. Pengenalan umum terhadap jemaat


pengkotbah sebaiknya sudah mengenal jemaatnya yaitu data-data umum seperti
jumlah hadirin, usia, jenis kelamin terbanyak, profesi, pendidikan, lingkungan, dan
lain-lain.
2. Pengenalan Terhadap Kemampuan
Jemaat Pembicara sebaiknya mengetahui pemahaman hadirin terhadap pokok yang
hendak disampaikan pengkotbah; pengetahuan hadirin tentang subjek/ pokok kotbah
dan pola berpikir mereka secara umum.
3. Pengenalan terhadap interest jemaat
Pembicara harus memperhatikan interest atau kepentingan dan keinginan hadirin,
Dalam hal ini, pengkotbah harus menganalisa apa yang paling diinginkan mereka, apa
yang mereka nilai tinggi, bagaimana hubungan antara kehendak dan keinginan
mereka terhadap subjek atau tujuan pengkotbah.

BAB VI

Membuat Struktur Khotbah

Kotbah adalah suatu berita untuk didengar (lisan pada umumnya) dan mempunyai
dampak bagi jemaat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kotbah harus
jelas 'dan tajam menghujam, membawa atau memaksa reaksi positif jemaat.

Pola Kerangka Khotbah

Tema/Judul

Teks

Proposisi (Tesis)

Tujuan Kotbah

Pendahuluan

Kalimat Tanya
Kalimat Peralihan

I. Bagian Utama Pertama

1. Uraian Penjelasan Pertama

2. Uraian Penjelasan Kedua

Kalimat Peralihan

II. Bagian Utama Kedua

1. Uraian Penjelasan Pertama

2. Uraian Penjelasan Kedua

Kalimat Peralihan

III Bagian Utama Ketiga

1. Uraian Penjelasan Pertama

2. Uraian Penjelasan Kedua

Kalimat Peralihan

Penutupan:

BAB VII

Tipe-tipe Khotbah

A. TIpe Tpikal

B. Tipe Tekstual

C. Tipe Ekspositori

TIPE TOPIKAL (SINTETIS)


Apakah Khotbah Topikal Itu? Beberapa pendapat para Ahli Homiletika tentang Tipe
Khotbah Topikal :

▪ Suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya diambil dari topiknya, lepas dari teks.

(James Braga) Artinya Khotbah ini Bagian-bagian utamanya diambil dari topic/tema
itu sendiri dan tidak memerlukan saru teks (teks secara khusus) sebagai dasar
pemberitaannya (tidak bersumber dari satu teks yang digali).

▪ Khotbah yang berdasarkan pokok atau tema dan tidak secara langsung didasarkan

pada satu ayat atau lebih. (John Virgil) Artinya Khotbah ini berdasarkan topik/tema,
dan tidak mengali teks secara langsung sebagai dasar menyusun bagian utamanya.
Namun tetap harus Alkitabiah (berdasarkan teks Alkitab, sebagai dasarnya) dan
memilih ayat (untuk menje- laskan bagian utama) secara tepat.

▪ Khotbah yang menyajikan sebuah topik yang khusus bagi jemaat. (Gerald Rowlands).

Artinya membuat Khotbah dengan mengambil topik/tema bahasan, kemudian mencari


dalam Alkitab pokok bahasan tersebut, lalu menyusun semua referensi dari Alkitab
tersebut, kemudian mengembangkan tema tersebut setepat mungkin dan
menyampaikannya kepada jemaat.

BAB VIII

Pola Pengorganisasian

Dalam menyususn kotbah yang baik seorang pengkotbah hendaknya menggunakan pola
pengorganisasian yang bervariasi agar pendengar tidak bosan dengan hanya satu model saja
dan si peng- Kotbah sendiri dapat mengembangkan pengetahuan ilmu homi- letiknya. Ada
beberapa pola yang dapat digunakan untuk menyusun kotbah yang baik, namun hendaknya
disesuaikan dengan bagian Alkitab yang akan disampaikan kepada jemaat.

1. Urutan Tempo/Waktu
Yang dipentingkan adalah waktu pristiwa itu terjadi. Pristiwa-pristiwa itu dibahas
sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Dari yang pertama sampai dengan yang
terakhir. Meski urutan ini biasa dipakai, kurang menarik; lebih baik menggunakan
pola lain. Namun seringkali juga sangat tergantung pada si pengkotbah sendiri dalam
menyampaikan kotbahnya. Misalnya: awal pemanggilan Petrus atau Paulus sampai
Kematiannya.
2. Urutan Tempat
Disini kotbah disusun sesuai dengan tempat suatu kejadian yang akan disampaikan.
Di dalam fhoto misalnya disusun dari berita kiri kekanan, dari atas ke bawah.
Misalnya: Masa sengsara Kristus; dapat ditekankan penderitaanNya di tempat-tempat
tertentu. Perjalanan Elia yang naik ke sorga (II Raja 2:1-6). Kedua urutan di atas
adalah yang alamiah dan jarang digunakan. Lebih baik adalah urutan sesuai dengan
logika.

BAB IX

Kemuliaan Seorang Pengkhotbah

Dibawah ini ada beberapa para ahli dalam berkotbah mem- beri komentar bagaimana
pentingnya pelayanan pemberitaan Firman itu. Ini merupakan kemuliaan seorang pengkotbah
dalam pelayan- annya bagi dunia dan Kerajaan Allah. Inilah pendapat mereka ten- tang
kemuliaan Seorang Pengkotbah;

"Orang yang berada di tengah yaitu di antara dosa manusia dan pengampunan Allah,
orang yang berada diantara keperluan manusia dan pertolongan Allah, orang yang berada di
antara pertanyaan manusia dan kebenaran Allah" Donald Coggan

"Mimbar Kotbah adalah bagian paling depan kapal yang bernama dunia. Mimbar
kotbah adalah tempat menyongsong datangnya badai murka Allah dan kita berdoa di tempat
ini kepada Allah Sang Pencipta yang mengelola angin topan dan angin sepoi-sepoi di depan
kapal. Dunia adalah kapal yang sedang berlayar, dan pelayaran itu belum selesai.

"Dalam waktu yang terbatas selain pekerjaan menyampaikan Firman Tuhan, apakah
ada hal lain yang lebih penting, lebih darurat, lebih bermanfaat, dan lebih menguntungkan"
Karl Barth

"Saya hidup karena berkotbah, Hidup saya untuk berkotbah". "Tuhan, jadikanlah saya
sebuah buku saja, dan jadikanlah saya agar dapat menyampaikan Firman Tuhan dengan
sungguh- sungguh" Itulah Doanya John Wesley.

Anda mungkin juga menyukai