Nim : 21111012
MK : Homiletika
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengertian Homiletika
Kata Homiletika adalah kata yang agak asing ditelinga jemaat awam, tetapi cukup polpuler di
kalangan mahasiswa teologia dan sisiwa-siswi di sekolah Alkitab. Istilah ini berasal dari
bahasa Yunani yang kata dasarnya adalah homilia, sebuah kata benda pergaulan atau sebuah
percakapan dengan ramah, yang juga mempunyai pengertian kata-kata yang sopan, indah
atau elok Sedangkan kata kerjanya adalah Homilein, yang dalam bahasa Inggris
diterjemahkan to talk atau to converse; berbicara atau bercakap-cakap. Kata ini muncul 4
(empat) kali dalam Perjanjian Baru (Luk 24:14-15, Kis. 20:11; 24:26). Kata benda "homilia"
diketemukan satu kali saja dengan arti yang negatif, yaitu I Kor. 15:33.
Ada beberapa prinsip dalam berkhotbah, antara lain; seorang pengkhotbah tidak bisa
menyampaikan Firman yang kudus tanpa memiliki kehidupan yang kudus. Seorang
pengkhotbah tidak dapat memerintahkan jemaat untuk mentaati Firman Allah sementara si
pengkhotbah sendiri tidak memiliki kehidupan yang taat. Prinsip dasar dalam berkhotbah
mencakup dua bagian utama yang sangat penting dan erat, yaitu Alkitab sebagai dasar
khotbah dan Kristus sendiri sebagai pusat khotbah. Hal ini perlu tertanam dalam kehi dupan
seorang pengkotbah yang ingin berhasil dalam kotbahnya.
Tujuan Khotbah
Menurut H. Rothlisberger, ada dua tujuan dalam berkotbah; (1) supaya percaya dan
dibaptiskan, (2) Supaya bertumbuh dalam kedewasaan iman.
Menurut Alkitab, tujuan kotbah yang Alkitabiah antara lain; (1) Membawa orang keluar
dari gelap ke dalam terang: menyelamatkan orang dari kuasa iblis kepada Allah (Kis.
26:16-19), (2) Untuk meruntuhkan benteng-benteng; melepaskan mereka yang
terbelenggu karena dosa (II Kor. 10:4-5), (3) Untuk pertumbuhan rohani menuju
kedewasaan; menjadi murid dan pengajaran penuh (Ef. 4:11-13; Mat. 28:19-20).
Bila tujuan berkotbah tercapai, maka seorang pengkotbah berhasil dalam menyampaikan
kotbahnya. Sebaliknya, bila tidak diraih berarti gagal. Setelah menyampaikan kotbahnya,
kesan pendengar seharusnya, "Kristus yang ditinggikan" bukanlah "naskah kotbahnya"
atau "pengkotbahnya". Berkotbah bukanlah untuk memperoleh pujian manusia,
melainkan agar pendengar menjadi percaya kepada Tuhan.
Mengapa banyak pendengar tidak tertarik pada khotbah pendetanya? Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
BAB II
Di dalam Gereja-gereja yang Injili, Pentakosta dan Kharismatik berkotbah menduduki tempat
yang penting, karena tugas Gereja yang paling utama dan dominan adalah memberitakan Injil
Kerajaan Allah, yaitu Menyampaikan Kabar Baik melalui pengajaran dan kotbah-kotbah.
Karena kotbah sangat berperan penting dalam Gereja dan kehidupan orang percaya, maka
sebaiknya khotbah perlu disam paikan dengan persiapan yang matang dan bermutu. Ada dua
fungsi kotbah yang paling utama dalam ibadah :
Menyampaikan kehendak Allah tidaklah mudah, karena pastilah ia seorang yang harus
bergaul erat dengan Tuhan sehingga mengerti isi hati Tuhan. Dengan demikian Allah
berbicara, menasehati, memperingatkan, menghibur, menguatkan dan memberkati umatnya.
Dalam ibadah Kristen, kesempatan ini sering dianggap sebagai puncak ibadah.
Makanan rohani di sini maksudnya adalah pemberitaan firman Tuhan, baik pada hari Minggu
atau hari-hari lain, dimana pemberitaan Firman Tuhan diselenggarakan guna mengisi bejana
kehidupan jemaat dengan pengajaran Firman Tuhan. Pengajaran Firman Tuhan inilah yang
menentukan kekayaan pengenalan jemaat terhadap Allahnya, dan pengenalan akan Allah
sangat menentukan kualitas hidup jemaat (Yoh. 17:3; 2 Ptr 1:3-4).
BAB III
Untuk ini perlu diperhatikan beberapa syarat menjadi pengkotbah yang baik. Hal-hal
yang harus dimiliki seorang pengkotbah adalah :
A. lahir Baru
perlu memperhatikan la harus seorang yang telah dilahirkan baru. Ini berarti seorang
pengkotbah tersebut sudah harus bertobat dan menerima. Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat pribadi. Ini adalah syarat mutlak yang tidak dapat direduksi. Seorang yang belum
lahir baru tidak boleh diberi kesempatan berbicara mengatasnamakan Tuhan di mimbar yang
kudus. Sifat nyata seorang yang telah lahir baru adalah memiliki sifat dan karakter Ilahi, yang
terus menerus bertumbuh kearah Kristus. Seperti anak rajawali yang baru menetas, yang
semakin hari semakin nampak menuju rajawali dewasa. Adapun ciri mutlak seorang yang
telah lahir baru antara lain:
1. Sadar bahwa ia telah menjadi anak Allah (ingat waktu ia menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat; hari, tgl, tahun, tempat, acara, pendeta yang mendoakan
pengalaman(perubahan hidup) (Yoh. 1:12; Rom 8:14-16).
2. Mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dan (dengan mulut dan hati;
Roma 10:9-10).
3. Meninggalkan sifat manusia lama; pandangan baru (Iman), tujuan baru (menetap bersama
Allah), motivasi baru (berkenan kepada Allah), dasar hidup baru (kasih), Cita-cita baru
(hidup untuk Tuhan, bukan untuk diri sendiri), penilaian baru (ukuran Ilahi) (II Kor. 5:17)
BAB IV
A. Penampilan Pengkhotbah
Penampilan seorang pengkotbah dalam berpakaian menjadi penilaian pertama dari jemaat.
Untuk itu, hendaknya pengkotbah memperhatikan pakaian yang dikenakan dan keserasian
warna dan model, potongan rambut, kebersihan tubuh, kuku jari, gigi, bau badan dan lain-
lain.
Pada waktu pengkotbah memasuki ruangan gereja hindari sikap tergesa-gesa yang memberi
kesan ceroboh dan tidak tenang. Dalam hal ini pengkotbah harus berhati-hati untuk tidak
tergoda bersikap atau berlaku tidak apa adanya, sehinggga terkesan tidak tulus.
Cara berdiri dan duduk harus menampilkan ketenangan dan percaya diri tanpa menunjukkan
kekakuan dan keangkuhan. Pembicara harus merasa nyaman dan wajar (comfortable). Bila
pengkotbah harus berdoa pribadi sesampainya dikursi, memuji Tuhan dan lain-lain, maka
hendaknya ia tidak jatuh dalam kecenderungan show di depan jemaat.
E. Kesan santai
Seorang pengkotbah hendaknya tidak bersandar kepada mimbar atau berpegangan kepada
mimbar, yang memberi kesan terlalu santai dan kurang menghargai jemaat. Tangan dapat
diletakan dimana saja asal pengkotbah kelihatan wajar dan sopan.
Seorang pengkotbah hendaknya tidak terikat dengan mimbar. Tetapi dapat bergeser dari
mimbarnya ke samping kiri dan kanan asal tidak terlalu jauh dari mimbar. Hal ini tergantung
ruangan dan situasi dimana seorang pengkotbah berbicara.
BAB V
A.Pengenalan Pengkhotbah Terhadap Jemaat
BAB VI
Kotbah adalah suatu berita untuk didengar (lisan pada umumnya) dan mempunyai
dampak bagi jemaat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kotbah harus
jelas 'dan tajam menghujam, membawa atau memaksa reaksi positif jemaat.
Tema/Judul
Teks
Proposisi (Tesis)
Tujuan Kotbah
Pendahuluan
Kalimat Tanya
Kalimat Peralihan
Kalimat Peralihan
Kalimat Peralihan
Kalimat Peralihan
Penutupan:
BAB VII
Tipe-tipe Khotbah
A. TIpe Tpikal
B. Tipe Tekstual
C. Tipe Ekspositori
▪ Suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya diambil dari topiknya, lepas dari teks.
(James Braga) Artinya Khotbah ini Bagian-bagian utamanya diambil dari topic/tema
itu sendiri dan tidak memerlukan saru teks (teks secara khusus) sebagai dasar
pemberitaannya (tidak bersumber dari satu teks yang digali).
▪ Khotbah yang berdasarkan pokok atau tema dan tidak secara langsung didasarkan
pada satu ayat atau lebih. (John Virgil) Artinya Khotbah ini berdasarkan topik/tema,
dan tidak mengali teks secara langsung sebagai dasar menyusun bagian utamanya.
Namun tetap harus Alkitabiah (berdasarkan teks Alkitab, sebagai dasarnya) dan
memilih ayat (untuk menje- laskan bagian utama) secara tepat.
▪ Khotbah yang menyajikan sebuah topik yang khusus bagi jemaat. (Gerald Rowlands).
BAB VIII
Pola Pengorganisasian
Dalam menyususn kotbah yang baik seorang pengkotbah hendaknya menggunakan pola
pengorganisasian yang bervariasi agar pendengar tidak bosan dengan hanya satu model saja
dan si peng- Kotbah sendiri dapat mengembangkan pengetahuan ilmu homi- letiknya. Ada
beberapa pola yang dapat digunakan untuk menyusun kotbah yang baik, namun hendaknya
disesuaikan dengan bagian Alkitab yang akan disampaikan kepada jemaat.
1. Urutan Tempo/Waktu
Yang dipentingkan adalah waktu pristiwa itu terjadi. Pristiwa-pristiwa itu dibahas
sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Dari yang pertama sampai dengan yang
terakhir. Meski urutan ini biasa dipakai, kurang menarik; lebih baik menggunakan
pola lain. Namun seringkali juga sangat tergantung pada si pengkotbah sendiri dalam
menyampaikan kotbahnya. Misalnya: awal pemanggilan Petrus atau Paulus sampai
Kematiannya.
2. Urutan Tempat
Disini kotbah disusun sesuai dengan tempat suatu kejadian yang akan disampaikan.
Di dalam fhoto misalnya disusun dari berita kiri kekanan, dari atas ke bawah.
Misalnya: Masa sengsara Kristus; dapat ditekankan penderitaanNya di tempat-tempat
tertentu. Perjalanan Elia yang naik ke sorga (II Raja 2:1-6). Kedua urutan di atas
adalah yang alamiah dan jarang digunakan. Lebih baik adalah urutan sesuai dengan
logika.
BAB IX
Dibawah ini ada beberapa para ahli dalam berkotbah mem- beri komentar bagaimana
pentingnya pelayanan pemberitaan Firman itu. Ini merupakan kemuliaan seorang pengkotbah
dalam pelayan- annya bagi dunia dan Kerajaan Allah. Inilah pendapat mereka ten- tang
kemuliaan Seorang Pengkotbah;
"Orang yang berada di tengah yaitu di antara dosa manusia dan pengampunan Allah,
orang yang berada diantara keperluan manusia dan pertolongan Allah, orang yang berada di
antara pertanyaan manusia dan kebenaran Allah" Donald Coggan
"Mimbar Kotbah adalah bagian paling depan kapal yang bernama dunia. Mimbar
kotbah adalah tempat menyongsong datangnya badai murka Allah dan kita berdoa di tempat
ini kepada Allah Sang Pencipta yang mengelola angin topan dan angin sepoi-sepoi di depan
kapal. Dunia adalah kapal yang sedang berlayar, dan pelayaran itu belum selesai.
"Dalam waktu yang terbatas selain pekerjaan menyampaikan Firman Tuhan, apakah
ada hal lain yang lebih penting, lebih darurat, lebih bermanfaat, dan lebih menguntungkan"
Karl Barth
"Saya hidup karena berkotbah, Hidup saya untuk berkotbah". "Tuhan, jadikanlah saya
sebuah buku saja, dan jadikanlah saya agar dapat menyampaikan Firman Tuhan dengan
sungguh- sungguh" Itulah Doanya John Wesley.