Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

TANGGAPAN TERHADAP KEBERATAN


ATAS KEILAHIAN KRISTUS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah


DOGMATIKA 3 (KRISTOLOGI)
Yang Dibina Oleh :
Simon Andreas, S.Th

Nama : Michael Putra Sinaga

BAB I
PENDAHULUAN

   A.    LATAR BELAKANG
Orang Kristen percaya dan juga menyatakan dengan iman bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Bahkan hal tersebut juga merupakan salah satu inti
pengajaran Kekristenan. Pengajaran ini sangat penting. Namun, pengajaran ini menjadi
pertanyaan bahkan diperdebatkan dari dulu sampai sekarang. Jika pengajaran ini benar maka
Kekristenan itu sangat unik, jika tidak maka Kekristenan tidak berbeda dengan agama yang lain.
Melalui makalah ini, penulis akan memaparkan pandangan-pandangan yang setuju dan juga
yang tidak setuju dengan kebenaran bahwa “Yesus adalahAllah”.

   B.    RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Benarkah Yesus merupakan inkarnasi Allah ?

2. Apa saja pandangan dari paham-paham yang keberatan terhadap keilahian Yesus


Kristus ?

3. Bagaimana tanggapan terhadap keberatan atas keilahian Yesus Kristus ?

   C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Memaparkan kebenaran bahwa Yesus adalah Inkarnasi Allah.


2. Memaparkan pendapat tentang keberatan dari paham-paham yang tidak
setuju atas keilahianYesus.
3. Menanggapi dengan tepat keberatan-keberatan atas keilahian Yesus, dan
memaparkan bukti-bukti yang mendukung bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang Ilahi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    YESUS KRISTUS ADALAH INKARNASI ALLAH


Inkarnasi berasal dari kata Latin, incanatio (“in” : masuk ke dalam; “caro/carnis” :
daging). Secara bebas kata ini bisa diartikan sebagai : “masuknya Allah ke dalam daging
manusia dalam diri Yesus Kristus”. Menurut Calvin inkarnasi berbicara tentang kesatuan antara
ilahi dan kemanusiaan dalam pribadi Yesus Kristus, tetapi bukan peleburan keduanya. Mungkin
Calvin mengacu pada Kristologis Distinctio sed non separatio (ide-ide dapat dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan.[1]
Dalam Yohanes 1:14, Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Dalam hal ini terdapat dua opsi, opsi yang
pertama yakni Firman telah menjadi manusia, yang telah ada bersama-sama dengan manusia.
Dan opsi ke dua, yakni Anak Allah menyatakan dirinya melalui inkarnasi, serta hidup sama
dengan manusia yang lainnya. Diapun memiliki apa yang dimiliki manusia. Hal ini menunjukkan
kemanusiaan Yesus yang 100%. Dalam kitab Yohannes terdapat bukti-bukti kemanusiaan Yesus,
antara lain[2]:
   1.     Yesus datang sebagai manusia (Yoh. 1:14; 1 Yoh. 4:2).
   2.     Yesus memiliki tubuh maupun jiwa (Yoh. 11:33, 1 Yoh. 3:16).
   3.     Yesus mengalami kelemahan Fisik (Yoh. 4:6).
   4.     Yesus memiliki emosi (Yoh. 11:33-35; 12:27; Yoh. 7:44;10:31).

Selain bukti kemanusiaan, Yesus juga mempunyai bukti keilahian-Nya. Dia melakukan
hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia dan melakukan apa yang dapat dilakukan oleh
Allah. Yesus melakukan mukjizat penyembuhan, Dia memiliki kuasa untuk membangkitkan
orang mati sama seperti Bapa (Yoh. 5:21), bahkan diri-Nya pun bangkit dari antara orang mati.
Yesus juga menunjukan bahwa Dia adalah Allah, dengan menyebutkan bahwa Dia adalah jalan
kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6).
Kedua pernyataan di atas sama-sama menyatakan bahwa Allah berinkarnasi dalam diri
Yesus Kristus. Yesus memiliki sifat kemanusiaan-Nya 100% dan memiliki sifat keilahiaan-Nya
100%.

B.    KEBERATAN ATAS KEILAHIAN YESUS KRISTUS


Penolakan terhadap keilahian Yesus Kristus, bukanlah hal yang baru dalam dunia
Kekristenan. Namun, hal tersebut sudah terjadi sejak kelahiran Yesus sendiri. Apa yang menjadi
dasar penolakan tersebut, itulah yang terutama yang akan dipaparkan dalam karya tulis ini.
Dalam kesempatan ini, ada beberapa paham yang akan disampaikan, yakni : 

   1.     ARIANISME
Arianisme adalah ajaran yang dikeluarkan oleh Uskup Arius pada tahun 300. Arius
menganggap bahwa Yesus hanyalah merupakan ciptaan Allah saja, yakni ciptaan paling agung,
lalu dia menyimpulkan bahwa “Yesus bukan Allah”. Pandangannya ini kemudian mempengaruhi
munculnya sebuah gerakan yang disebut Arianisme. Pemikiran Arius mengenai keilahian Kristus
kemudian ditolak dalam Konsili Nicea dan ia dikucilkan dari gereja.[3]
Arius juga menambahkan, bahwa hanya Allah Bapa yang merupakan Allah, sedangkan
Kristus atau Sang Anak hanya merupakan makhluk ciptaan Allah Bapa yang sulung dan
tertinggi, tetapi bukan Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, maka Kristus tidaklah kekal.
[4] Alexander tidak menyetujui pandangan Arius ini. Menurut Alexander Sang Anak haruslah
benar-benar Allah agar dapat menyelamatkan manusia. Tahun 318 Alexander mengadakan
sinode di Alexandria yang memutuskan agar Arius dihukum. Alexander mengutuk ajaran Arius.
Arius juga dikutuk bersama lima orang presbiter dan enam orang diaken lain.[5]

   2.     NESTORIANISME
Nestorianisme adalah ajaran yang dikeluarkan oleh Uskup Nestorius pada tahun 400.
Nestorianisme mengajarkan bahwa esensi kemanusiaan dan esensi keilahian Kristus itu terpisah
dan oleh karena itu ada dua pribadi, yakni pribadi manusia Yesus Kristus, dan pribadi Logos
(putra Allah) yang ilahi, yang berdiam dalam manusia Yesus Kristus. Sebagai konsekuensinya,
kaum Nestorian menolak adanya istilah-istilah seperti “Allah menderita” atau “Allah telah
disalibkan”, karena kemanusiaan Yesus Kristus yang menderita itu terpisah dari keilahiannya.[6]
Dalam jemaat Nestorius terjadi perselisihan mengenai gelar Bunda Allah (Theotokos)
dan bunda Manusia (Antropotokos). Nestorius berpendapat bahwa gelar tersebut akan
menimbulkan salah paham. Menurut Nestorius sebenarnya gelar itu tidak dapat dikenakan
kepada Maria, karena Maria tidak mengandung Allah, melainkan mengandung seorang manusia.
Maria hanyalah alat untuk penggenapan rencana Allah.Nestorius kemudian menciptakan gelar
baru bagi Maria, yaitu Bunda Kristus (Kristokos).Sebab dalam pandangannya, Kristus adalah
Allah dan manusia pada saat yang sama. Namun Nestorius tidak berhasil memperdamaikan
jemaatnya. Malah ia semakin ditentang oleh Ciryllus, uskup Aleksandria yang mempertahankan
bahwa kedua tabiat Kristus itu bercampur sedemikian rupa, sehingga menjadi satu tabiat saja.
Cyrillus juga mempertahankan penggunaan gelar Theotokos bagi Maria. Pertikaian ini
bertambah hangat dan keras, maka kaisar mengadakan konsili yang bersidang di Efesus. Dalam
konsili ini ajaran Nestorius dikutuk oleh pengikut Cyrillus, demikian pula sebaliknnya sehingga
perdamaian tidak dapat dicapai.[7]

   3.     ADOPTIANISME
Aliran adoptianisme dipengaruhi oleh gagasan ebionitisme dan monarkianisme. Aliran ini
muncul terutama di Spanyol pada abad-8. Konteks pengaruh Islam di Spanyol ketika itu ikut
melatarbelakangi pemikiran ini, bahwa Allah tidak mungkin punya anak. Intinya, Yesus Kristus
diangkat (adopsi) oleh Allah sebagai anak. Yesus hanyalah manusia biasa, namun mendapat
perlakuan khusus dari Allah, dengan diangkat sebagai anak. Paham ini  tidak menerima
inkarnasi.[8]

   4.     EBIONITISME
Aliran ini berkembang di antara kelompok asketik Kristiani abad 1-2, yang memandang
bahwa Yesus sepenuhnya adalah manusia, anak Maria dan Yoseph, lalu kemudian Roh Kudus
turun atas-Nya saat pembaptisan.  Aliran ini sangat menghargai santo Yakobus, namun menolak
Paulus. Pemikiran ini menganut paham dualistik.[9]

   5.     EUNOMIANISME
Pemikiran ini dikemukakan oleh uskup Cyzicus, Eunomius. Dia mengatakan bahwa
Allah merupakan pribadi yang tidak dijadikan. Namun, dia memandang Putera sebagai ciptaan
pertama Bapa, dan Roh Kudus kemudian diciptakan oleh Putera.[10]

   6.     UNITARIANISME
Unitarianisme merupakan suatu ajaran yang menekankan ketunggalan Allah.Ajaran ini
muncul pertama kali di Transylvania di sekitar gereja Lutheran. Unitarianisme adalah teologi
Kristen yang menyatakan bahwa Allah adalah Esa (Monotheis) berbeda dengan doktrin Trinitas
(Allah sebagai tiga pribadi yang satu). Paham ini menyatakan dengan tegas bahwa Allah
bukanlah Yesus. Yesus hanyalah seorang Nabi dan Hamba Allah. Ajaran Unitarianisme ini
menolak persoalan Trinitas yang mengatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi yang menjadi satu.
[11]

   7.     YUDAISME
Yudaisme pada umumnya menganggap Yesus sebagai salah satu dari sekian
banyak mesias palsu yang muncul dalam sejarah. Yesus dianggap sebagai salah satu mesias
palsu yang paling berpengaruh, dan menimbulkan kerusakan yang paling parah di antara semua
mesias palsu. Kebanyakan orang Yahudi percaya bahwa Mesias belum datang dan zaman
Mesianik belum tiba. Itu sebabnya Yudasime tidak pernah menerima klaim penggenapan apapun
yang diberikan oleh orang Kristen kepada Yesus. Yudaisme juga melarang orang menyembah
seseorang dalam bentuk penyembahan berhala, karena kepercayaan utama dalam Yudaisme
adalah satu Allah. Kepercayaan akan keilahian Yesus dianggap tidak kompatibel[12] dengan
Yudaisme. Eskatologi Yahudi percaya bahwa kedatangan Mesias akan dihubungkan dengan
runtunan peristiwa tertentu yang belum terjadi, termasuk kembalinya orang Yahudi ke tanah air
mereka dan pembangunan Bait Suci, suatu era Mesianik yang penuh kedamaian dengan
pengertian di mana pada era itu “pengetahuan akan Allah” akan memenuhi bumi. Dan karena
orang Yahudi percaya bahwa tidak ada di antara peristiwa ini terjadi dalam kehidupan
Yesus atau setelahnya, kecuali kepulangan orang Yahudi ke tanah Israel, maka mereka
menyimpulkan bahwa Yesus bukan Mesias (yang Ilahi).[13]

C.    KEBENARAN ATAS KEILAHIAN YESUS KRISTUS

Keilahian Kristus merupakan inti pokok iman Kristen, karena iman Kristen dilandaskan
pada kenyataan bahwa Yesus adalah benar-benar Allah yang berinkarnasi menjadi manusia.
Namun, keilahian Kristus telah menjadi masalah yang paling hangat, mulai dari dulu hingga saat
ini, lalu bagaimana kekristenan menanggapi hal tersebut. Alkitab menjadi jawaban terbaik untuk
setiap keberatan atas keilahian Kristus. Dibawah ini ada 3 hal yang menjadi bukti keilahian.
  
   1.     KESADARAN DIRI YESUS
Kesadaran diri Yesus sebagai pribadi Allah sangat banyak disinggung dalam Injil
Yohanes. Perikop yang paling terkenal dalam Yohanes adalah dalam pasal 10:30-33, disitu
dikatakan, “Aku dan Bapa adalah Satu.” Dalam ayat ini muncul arti yang dalam dan menarik,
dalam bahasa Yunani dari A.T Robertson, kita mendapatkan : “Satu (Hen) bersifat netral, bukan
maskulin (Heis). Jadi bukan satu orang (bdg. Heis dalam Gal. 3:28), tapi satu inti atau satu sifat
dasar”. Robertson menambahkan kemudian, “Pernyataan yang tegas dan mengenai ini adalah
puncak dari pengakuan Kristus tentang hubungan di antara Bapa dan diriNya sendiri (Anak). Ia
membangkitkan luapan amarah orang - orang Farisi.”Kemudian dalam Yohanes 5:17-18, tentang
Yesus menyebut Allah BapaNya sendiri. Lebih lanjut A.T Robertson menjelaskan bagian ini
“Yesus dengan jelas mengatakan, “BapaKu” ( Ho pater muu). Bukan “Bapa kita” yang
menunjukkan suatu hubungan khas dengan Bapa. Bekerja sampai sekarang (heos
artiergazetai... Yesus menempatkan diriNya sebagai teman sekerja Allah, dengan demikian Dia
berhak untuk menyembuhkan pada hari Sabat. Yohanes 3:34; 11:42 yang membahas tentang
gelar Yesus sebagai Anak Allahmendukung ajaran tentang keadaan Yesus yang sudah ada
sebelum segala sesuatu, karena ia tidak dapat diutus kecuali jika Ia sudah ada sebelum segala
sesuatu ada. Hubungan antara Bapa dan Anak terlihat sebagai kesinambungan hubungan
yang sudah ada sebelum inkarnasi. Hal lain yang terlihat di dalam Injil Yohanes seperti dalam
ayat berikut (6:64;8:19; 14:8-9; 10:15; 10:18; 15:15; 12:49-50), sangat-sangat jelas
menunjukan keyakinan Yesus yang teguh bahwa pikiran dan kata-katanya seluruhnya
dikuasai oleh kesadaranNya akan Allah. Hal lain yang menarik masalah kesadaran pribadi Yesus
sebagai Allah adalahEgo Eimi (Akulah). Kata-kata ini sangat jelas menunjukan pernyataan
Yesus sendiri mengenai keAllahanNya.[14]
   2.     PENGAKUAN PARA MURID
Selain Yesus secara spesifik mengklaim diriNya sebagai Allah, para muridNya juga
mengakui keilahian Kristus. Mereka mengklaim bahwa Yesus memiliki kuasa untuk
mengampuni dosa, sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan karena dosa adalah melawan
Tuhan (Kis. 5:31; Kol. 3:13). Berhubungan erat dengan klaim yang terakhir ini, Yesus juga
disebut sebagai yang akan “menghakimi orang yang hidup dan yang mati” (2 Timotius 4:1).
Thomas berseru kepada Yesus, “Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28). Paulus menyebut
Yesus, “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita” dan menunjuk bahwa sebelum Yesus
berinkarnasi, Yesus sudah ada dalam “rupa Allah” (Filipi 2:5-8). Penulis Ibrani mengatakan
tentang Yesus, "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya” (Ibrani 1:8).
Yohanes mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1).[15]
Yesus juga diberikan gelar-gelar yang hanya diberikan kepada Yahweh dalam Perjanjian
Lama. Gelar “Penebus” dalam Perjanjian Lama (Maz. 130:7; Hosea 13:14) digunakan untuk
Yesus dalam Perjanjian Baru (Tit. 2:13; Why 5:9). Yesus disebut Imanuel (“Allah beserta kita”
dalam Mat. 1). Dalam Zak. 12:10 Yahweh berkata "dan mereka akan memandang kepada
Dia (Bahasa Inggris : “kepadaKu”) yang telah mereka tikam”. Namun Perjanjian Baru
menerapkan ayat ini kepada penyaliban Yesus (Yoh.19:37; Why. 1:7). Jikalau Yahweh adalah
yang ditikam dan dipandang, dan Yesus adalah yang ditikam dan dipandang, maka Yesus adalah
Yahweh. Paulus menafsirkan Yes. 45:22-23 dengan menerapkannya kepada Yesus dalam Filipi
2:10-11. Nama Yesus jugadigunakan bersama-sama dengan nama Yahweh dalam doa, “Kasih
karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus
Kristus” (Gal. 1:3; Ef. 1:2). Jikalau Kristus tidak bersifat ilahi, ini adalah suatu penghujatan.
Nama Yesus disandingkan kembali dengan nama Yahweh dalam perintah Yesus untuk
membaptis “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19).[16]
Dalam tulisan Paulus juga terdapat penekanan tentang keilahian Kristus. Hal tersebut
terlihat dalam penekanan paulus bahwa Kristus adalah “dari surga”\ (1 Kor.15:47; 2 Kor. 8:9).
Paulus menyatakan bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9).[17]

   3.     KEBANGKITAN YESUS
Bukti ketiga adalah kebangkitan Yesus. Hal ini merupakan bukti terpenting, terkuat dan
terbaik. Pada dasarnya manusia yang mati tidak dapat bangkit atau hidup kembali secara fisik.
Namun Yesus mati, dan pada hari yang ketiga Ia bangkit (Mat. 28:1-10, 11-15; Mark. 16:1-8;
Luk 24:1-12; Yoh. 20:1-10).
Kebangkitan Yesus dari kematian membuktikan Ia Allah, karena hanya Allah yang
berkuasa atas kehidupan, kematian dan kebangkitan, sedangkan manusia tidak berkuasa atas
hidupnya, sehingga semua manusia akan mati dan tidak mampu bangkit kembali. Yesus yang
adalah Allah, berkuasa atas hidup-Nya, karena itu Ia bangkit pada hari yang ke tiga.[18]
Apakah Yesus benar-benar bangkit secara fisik, atau hanya sebuah mitos?. Menjadi
pertanyaan bagi banyak pihak. Untuk menjawab keraguan tersebut, setidaknya ada 6 hal yang
dapat membuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian.
   1)     KuburNya kosong
Hari Minggu kubur Yesus kosong, Yesus telah bangkit (Mat. 28; Mar. 16; Luk. 24; Yoh. 20,21).
   2)     Penampakan diriNya
1.     Kepada Maria Magdalena (Mar. 16:9; Yoh. 20:11-14).
2.     Kepada perempuan sekembalinya dari kubur (Mat. 28:9,10).
3.     Kepada Petrus (Luk. 24:34; 1 Kor. 15:5).
4.     Kepada murid-murid di Emaus (Luk. 24:13-32).
5.     Kepada rasul-rasul (Luk. 24:36-43; Yoh. 20:19-24; 20:26-29).
6.     Kepada 7 orang di danau Tiberias (Yoh. 21:1-23).
7.     Kepada lebih dari 500 orang percaya di bukit Galilea (1 Kor. 15:6).
8.     Kepada Yakobus (1 Kor. 15:7).
9.     Kepada murid-murid (Mat. 28:16-20; Luk. 24:33-52; Kis. 1:3-12).
10.  Saat kenaikan Yesus ke surga (Kis. 1:3-12).
11.  Kepada Stefanus (Kis. 7:55).
12.  Kepada Paulus (Kis. 9:3-6; 1 Kor. 15:8).
13.  Kepada Paulus saat di Bait Allah (Kis. 22:17-21; 23:11).
14.  Kepada Yohanes di pulau Patmos (Why. 1:9-20).
15.  Yesus dilihat lebih dari 500 orang (1 Kor. 15:6).
16.  Yesus menyatakan mempunyai daging dan tulang (Luk. 24:39).
17.  Yesus makan ikan (Luk. 24:42, 43).
   3)     Perubahan para Murid
Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid menyembah Dia (Matius 28:9). Para murid Yesus berani
menyampaikan Firman dengan mengorbankan nyawanya karna Yesus sudah menjamin
keselamatannya. Jaminan keselamatan telah Yesus nyatakan, yakni Yesus naik ke surga untuk
menyiapkan tempat bagi para pengikutnya yang setia kepadanya.
   4)     Lahirnya Gereja
Lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak
di Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja
dan Mesias. Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh
penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta, dan ketika Petrus berbicara,
mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya, tetapi juga memberikan respon terhadapnya.
Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid Yesus, dengan bertobat dari dosa
dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan
menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42).
   5)     Ibadah pada hari Minggu
Sejak kebangkitan Kristus, Gereja berkumpul untuk berbakti pada hari Minggu (Kis. 20:7; 1 Kor.
16:2), dan Gereja menyebut hari itu sebagai hari Tuhan (Why. 1:10).
   6)     Penulisan PB
Kebangkitan Yesus juga dibuktikan melalui penulisan PB. Itu terbukti, dimana pembahasan
tentang kebangkitan tersebut menghabiskan 30% Injil Matius, 37% Injil Markus, 25% Injil
Lukas, dan 41% Injil Yohanes.

“Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga
kepercayaan kamu” (1 Kor. 15:17). Kebangkitan terutama mensahkan apa yang telah dilakukan
atau diajarkan Kristus. Semua kebenaran, yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia,
mendapat pembenarannya setelah Kristus, oleh kebangkitan-Nya, memberikan bukti terhadap
otoritas ilahi-Nya. Kebangkitan-Nya menegaskan ke-Allah-an Yesus.

BAB III
KESIMPULAN

Setelah memaparkan tentang keberatan dan bukti kebenaran tentang keilahian Yesus.
Dapat disimpulkan bahwa Yesus tidak hanya manusia biasa, namun Dia adalah Allah yang ilahi.
Alkitab sendiri membuktikannya : Yesus menerima penyembahan dari manusia,  Yesus tidak
berdosa, Yesus hidup penuh dengan mujizat, dan Yesus bangkit dari kematian. Hal
tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan yang menjelma menjadi
manusia. Dia telah menebus dosa kita, dan berdiri sebagai pembela kita di hadapan Allah.
Sekuat apapun teori yang disampaikan oleh para tokoh yang menolak keilahian Kristus,
Alkitab pasti punya jawabannya. Bukti terkuat keilahian Yesus adalah kebangkitannya. Karena
apabila Yesus tidak benar-benar bangkit, maka murid-murid tentu sekali bukan orang bodoh
yang mau mengorbankan nyawanya demi orang yang mati. Namun karena Yesus yaitu Allah
yang hidup itu telah menjamin keselamatan para murid dan orang percaya, maka iman kita tidak
sia-sia, karena kita menyembah Allah yang hidup, bukan Allah yang mati.
           Tentu dalam hal iman, akal pikiran kita akan menjadi lawan kita. Namun, kita perlu
pahami, walaupun pikiran kita yang terbatas tidak dapat memahami hal-hal yang tidak terbatas
yakni Allah, namun kita mempunyai cukup informasi untuk mengetahui Ke-Allahan yang
berusaha menyelamatkan kita dari dosa dan menjamin suatu tempat bagi kita dalam kerajaan
Allah.

Anda mungkin juga menyukai