T)
(DR.Albert Ellis)
Disusun Oleh :
: Marina Zai
: Simson Laoli
: Yosi Grace
T.A 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pernah mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan bagian dari
dinamika kehidupan manusia yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu
dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat
menekan kehidupan seseorang. Sebagaimana penjelasan dari Wiramihardja (2005: 66)
bahwa “kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.”
Namun kecemasan jika tidak diatasi dapat menimbulkan akibat yang sangat fatal.
Sehingga sangat penting bagi seseorang individu untuk bisa menanggapi secara rasional
suatu kecemasan agar tidak terjadi pemikiran irasional dalam menghadapi suatu tekanan.
Banyak remaja yang ngalami ketidak pengontrolan diri dalam apa yang sedang
dialami sehingga rsionalnya atau cara berfikirnya menjadi kurang stabil. Seorang remaja
yang mengalami emosi yang tidak dapat dikontrol oleh dirinya sendiri atau orang
disekitarnya akan merusak dirinya sendiri dan orang-orang yang ada disekitarnya. Bunuh
diri terjadi bukan hanya kepada orang-orang dewasa saja, melainkan kebanyakan dari
remaja-remaja saat ini melakukan hal demikian karena tidak adanya pengontrolan dalam
emosi yang akan dihadapi.
B. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana cara mengatasi
“RATIONAL EMOTIVE THERAPHY (R.E.T)”
BAB II
TEORI
1. Pendahuluan
Pengertian Terapi Rasional Emotif Terapi Rasional Emotif adalah sistem psikoterapi yang
mengajari individu bagaimana sistem keyakinannya menentukan yang dirasakan dan
dilakukannya pada berbagai peristiwa dalam kehidupan. Penekanan terapi ini pada cara
berpikir mempengaruhi perasaan, sehingga termasuk dalam terapi kognitif. Terapi ini
diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis, seorang psikolog klinis. “Awalnya terapi
ini bernama terapi rasional, namun karena banyak memperoleh anggapan keliru bahwa
mengeksplorasi emosi-emosi klien tidak begitu penting bagi Ellis.” Sehingga pada tahun
1961 dia mengubah namanya menjadi terapi rasional emotif. Ellis menggabungkan terapi
humanistik, filosofis, dan behavioral menjadi terapi rasional emotif yang disingkat (TRE).
TRE banyak kesamaan dengan dengan terapi yang berorientasi pada kognisi, perilaku dan
perbuatan dimana TRE menekankan pada berpikir, memikirkan, mengambil keputusan,
menganalisis dan berbuat. TRE didasarkan pada asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku
berinteraksi secara signifikan dan memiliki hubungan sebab akibat timbal balik.
Menurut pakar terapi Albert Ellis, berfikir dan emosi merupakan dua hal yang saling
bertumpang tindih, dan untuk itu praktek keduanya merupakan hal yang sama. Emosi
disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan
diprasangkakan, yaitu suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsic. Pikiran-pikiran
seorang dapat menjadi emosi seorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat
menjadi pikiran seseorang, dan emosi. Artinya pikiran itu mempengaruhi emosi dan
sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang,
dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikiran
Jadi Terapi Rasional Emotif menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan
bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berfikir, sebab perasaan-perasaan
biasanya dicetuskan oleh persepsi atas situasi yang spesifik.
Aliran ini dimulai tahun 1995 oleh Dr. Albert Ellis (lahir 1931). Teori ini mempunyai dasar
pemikiran sebagai berikut:
1. Hal-hal yang dipelajari orang pada permulaan hidupnya, yang sifatnya tidak rasional
dan neurotik akan bertahan (tak mudah hilang).
2. Tiadanya “reinforcement” tidak berarti membawa akibat tiadanya sikap atau tingkah
laku yang tidak diinginkan.
3. Meskipun tingkah laku itu tidak di “reinforced” oleh pihak luar, individu itu sendiri
dapat juga terus-menerus memberikan reinforecement dengan mengindoktrinasi diri
sendiri, misalnya tentang “bagaimana tidak berharganya atau jelek nya dia”.
4. Demikianlah maka dia bertingkahlaku tidak rasional, atau tidak bernalar, karena
memiliki pikiran yang tidak logis tentang dirinya sendiri.
2. Dasar Pemikiran
Tema dasar: Menurut Elis, manusia adalah makluk yang rasional-unik, tetapi juga yang irasional-
unik. Sebab gangguan: Gangguan emosi disebabkan oleh pikiran manusia yang bernalar.
Terapi : Untuk menghilangkan gangguan dan menigkatkan tepat-guna berfungsinya individu,
maka:
* individu harus ditolong menggunakan pikirannya secara maksimal, dan
* mengurangi secara maksimal berpikir tidak rasional titik tolak pemikirannya adalah:
2) ia tidak perlu berada dalam kondisi terganggu secara emosional; ia dapat memperbaiki
situasinya dengan berkata kepada diri sendiri hal-hal yang logis daripada yang tidak logis tentang
dirinya sendiri.
Konsep dasar teori ini mengikuti pola yang teliti, didasarkan pada sistem A-B-C, yaitu :
Contoh: Seorang pemuda meminta seorang perempuan untuk pergi bersama dengannya (A).
Pemuda ini mengambil kesimpulan, “tentunya ia (pemuda itu) orang yang tak baik” (B), karena
itu perempuan menolaknya (C). Jika ia baik tentunya perempuan tersebut menerima ajakannya.
Jadi yang menjadi sumber persoalan sebenarnya bukanlah apa yang betul-betul terjadi,
melainkan apa yang disimpulkannya sendiri. Ataupun yang dikatakannya mengenai diri sendiri
itulah yang menjadi sebab dari kesukarannya. Selama orang itu bertahan memberi atribut (sifat)
negatif kepada dirinya, selama itu pula ia akan bertahan dalam hidup dengan masalah
emosionalnya.
1. Irrasional mendasari emosionalitas. Gangguan emosi disebabkan oleh pikkiran irrasinal, yaitu
pemikiran orang tentang suatu situasi, persepsinya tentang dirinya sendiri dalam hubungan
dengan situasi itu yang menjadi sebab gangguan. Jika orang itu dapat sepenuhnya rasinal dan
logis dalam persepsinya dan tentang apa yang dikatakan mengenai diri sendiri, ia tak akan
mengalami gangguan. Hannya sayangnya, seringkali manusia tidak logis dan cenderung
merendahkan diri dalam pikirannya; sebab itu ia menghadapi masalah emosional.
2. Hubungan antara emosi dengan pikir. Karena antara perasaan dan pikir orang itu ada
hubungan yang erat, maka sering diartiakan sama. Beroperasinya hidup dengan segala fungsi
jiwanya seperti menyadari (sensing).bergerak (moving),merasa (emoting) dan berfikir (thinking)
biasanya dihayati sebagai keseluruhan, dan tidak secara terpisah. Ellis menyimpulkan, bahwa
emosi merupakan proses yang kompleks, yang dimulai bila sesuatu berita ditangkap (perceived),
dan dinilai (appraised). Penilaian menimbulkan kecenderunngan untuk bergerak mendekati atau
objek atau kejadian, tergantung dari daya tariknya.
3. Sumber berpikir tidak rasional. Berpikir tidak irasional bersumber pada disposisi biologis
dengan melewati pengalam diwaktu kecil dan karena pengaruh kebudayaan. Anak mempelajari
sikap terhadap diri sendiri serta lingkungannya. Lingkungan dapat membuat anak merasa kecil,
rendah atau tidak mampu Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentang dirinya itu pada hahkikat
nya dihayati secara logis oleh anak karenapengaruh negatif lingkungannya, tetapi jika logis jika
dihubungkan dengan nilai dan kemamapuan yang sebenarnya dimilikinya.
4. Penggunann simbol dalam berpikir. Berpikir, baik logis atau tidak, dilakukan dengan
penggunaan simbol atau bahasa.Dengan menggunakan bahasa ini pula ia mengatakan kepada diri
sendiri apa yang ia pikirkan tentang diri sendiri. Perasaan negatif (juga terhadap diri sendiri yang
dipertahankan, yang dinyatakan dengan bahasa, dapat diatasi dengan cara berpihak yang benar.
Pengobatan bagimana dilakukan Ellis juga harus dilakuakn dengan menggunakan bahasa, dalam
bentuk mengatakan kepada diri sendiri hal-hal yang logis dan benar.
6. Reorganisasi persepsi. Pikiran yang merusak atau yang merendahkan diri dan emosi negatif
dapat diatasi dengan reorganisasi persepsi denagn berpikir positif serta rasional. Persepsi yang
palsu membawa kesukaran, persepsi yang benar membawa akibat cara berpikir yang lebih logi.
Dengan titik tolak ini (berpikir betul dan logis) individu dapat bergerak/tumbuh kearah
kesembuhan.
1. Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak
logis.
2. Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan
tertentu dalam situasi nyata Selanjutnya teknik-teknik Terapi Rasional Emotif dibagi
menjadi 3 sub pokok, yaitu;
a) Teknik emotif, yaitu teknik untuk mengubah emosi klien. Ini sepenuhnya melibatkan
emosi klien saat ia melawan keyakinan-keyakinannya yang irasional. Teknik ini
seperti; Rational Emotive Imagery, Humor, Imitasi, Assertive adaptive, Role
Playing, Shame-attacking, Force and Vigor.
b) Teknik kognitif, yaitu teknik untuk membantu klien berpikir mengenai pemikirannya
dengan cara yang lebih konstruktif (lebih membangun). Klien diajarkan untuk memeriksa bukti-
bukti yang mendukung dan menentang keyakinan-keyakinan irasionalnya dengan menggunakan
tiga kriteria utama: logika, realisme dan kemanfaatan. Teknik ini seperti; menyingkirkan
kepercayaan tidak rasional, tugasan Kognitif, Changing One’s Langguage, pengajaran, persuasif.
c) Teknik tingkah laku, yaitu teknik yang digunakan khusus untuk mengubah tingkah
laku. Teknik ini dinegosiasikan dengan klien atas dasar sifatnya yang menentang,
tetapi tidak sampai membuat kewalahan, yaitu, tugas-tugas yang cukup menstimulasi untuk
mewujudkan perubahan terapeutik, namun tidak terlalu menakutkan karena justru akan
menghambat menjalankan tugas-tugas tersebut. Teknik ini seperti; teknik peneguhan
(Reinforcement), desintisasi bersistematik, teknik Modelling, teknik releksasi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam pembelajaran emotif theraphy ini kami dari kelompok menyimpulkan bawah; Ternyata
orang yang mengalami emosi yang tidak baik dalam tindakan, hal itu sangat berpengaruh oleh
pemikiran klien yang ia fikirkan dengan merasa tidak mampu dalam menyelesaikan setiap
problem-problem yang ia alami. Meskipun demikian hal ini yang harus diatasi oleh konselor
yaitu dengan cara memberikan penguatan kepada klien.
Terapi rasional emotif adalah sistem psikoterapi yang mengajari individu bagaimana
sistem keyakinannya menentukan yang dirasakan dan dilakukannya pada berbagai
peristiwa dalam kehidupan. Penekanan terapi ini pada cara berpikir mempengaruhi
perasaan, sehingga termasuk dalam terapi kognitif.
2.hal apa yang menarik dari emotive tereapii dan apa saja yang menjaddi kekurangan
dan kelebihan dari emotive terapi ini?