DOSEN PEMBIMBING:
1. DIOBA SADEWO
2. LEDYAH CITRA
3. RADAH FITRIANI HERSANTI
KELAS:II A
JURUSAN KEPERAWATAN
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1
PENDAHULUAN
BAB I
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan masalah
1. Apa itu Psikologi ?
2. Apa itu Emosi ?
3. Apa saja ragam emosi?
4. Apa saja teori teori emosi ?
5. Pengaruh emosi terhadap manusia ?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
BAB II
A. PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut bahasa psikologi berasal dari kata psyche yang di artikan
jiwa dan kata logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan.karna itu
psikologi sering di artikan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu
jiwa.
B. EMOSI
1. PENGERTIAN EMOSI
Mengenai emosi Chaplin berpendapat bahwa definisi mengenai
emosi cukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dari
berbagai orientasi. Namun demikian dapat dikemukakan atas general
agreement bahwa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang
mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan
dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Karena itu
emosi lebih intens daripada perasaan, dan sering terjadi perubahan
perilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu.
Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif
singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati
pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama daripada
emosi, tetapi intensitasnya kurang apabila dibandingkan dengan emosi.
Apabila seseorang mengalami marah (emosi), maka kemarahan tersebut
tidak segera hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam jiwa
seseorang (ini yang dimaksud dengan mood) yang akan berperan dalam
diri orang yang bersangkutan. Namun demikian ini juga perlu dibedakan
dengan temperamen. Temperamen adalah keadaan psikis seseorang yang
lebih permanen daripada mood, karena itu temperamen lebih merupakan
predisposisi yang ada pada diri seseorang, dan karena itu temperamen
lebih merupakan aspek kepribadian seseorang apabila dibandingkan
dengan mood.
Sekalipun para ahli mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri,
namun secara umum telah dipaparkan apa yang dimaksud dengan emosi ‘-
itu. Kalau keadaan perasaan telah begitu kuat, hingga hubungan dengan
sekitar terganggu, hal ini telah mengakut masalah emosi. Dalam keadaan
emosi, pribadi seseorang telah dipengaruhi sedemikian rupa hingga pada
umumnya individu kurang dapat menguasai diri lagi. Perilakunya pada
umumnya tidak lagi memperhatikan suatu norma yang ada dalam hidup
bersama, tetapi telah memperlihatkan adanya hambatan dalam diri
individu. Seseorang yang mengalami emosi pada umumnya tidak lagi
memperhatikan keadaan sekitarnya. Sesuatu aktivitas tidak dilakukan oleh
seseorang dalam keadaan normal, tetapi adanya kemungkinan
dikerjakanoleh yang bersangkutan apabila sedang mengalami emosi. Oleh
karena itu sering dikemukakan bahwa emosi merupakan keadaan yang
ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi
dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau
menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada
umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat
mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Namun demikian
kadang-kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga
emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-
tanda kejasmanian tersebut. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) yang dikenal
dengan display rules. Menurut Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) adanya
tiga rules, yaitu masking, modulation, dan simulation.
Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan
atau dapat menutupi emosi yang dialaminya. Emosi yang dialaminya tidak
tercetus keluar melalui ekspresi kejasmaniannya. Misalnya orang yang
sangat sedih karena kehilangan anggota keluarganya. Kesedihan tersebut
dapat diredam atau dapat ditutupi, dan tidak adanya gejala kejasmanian
yang menyebabkan tampaknya rasa sedih tersebut. Paada modulasi
(modulation) orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala
kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja. Jadi misalnya karena
sedih, ia menangis (gejala kejasmanian) tetapi tangisnya tidak begitu
mencuat-cuat. Pada simulasi (simulation) orang tidak mengalami emosi,
tetapi ia seolah-olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala-gejala
kejasmanian. Menurut Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) mengenai
display rules ini dipengaruhi oleh unsur budaya. Misalnya adalah tidak etis
kalau menangis dengan meronta-ronta di hadapan umum sekalipun
kehilangan anggota keluarganya.
Apabila hal tersebut digambarkan maka akan terlihat seperti pada
gambar di bawah ini.
C. RAGAM EMOSI
Walaupun emosi sedemikian kompleks, namun Daniel Goleman
(1995) mengidentifikasi kelompok emosi sebagai berikut:
Amarah, meliputi: brutal, mengamuk, benci, marah, jengkel,kesal,
dan tersinggung.
Kesedihan, meliputi: pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihani
diri, kesepian, putus asa, dan depresi.
Rasa takut, meliputi: rasa cemas, takut, gugup, khawatir, waswas,
perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan
fobia.
Kenikmatan, meliputi: bahagia, gembira, ringan puas, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa
terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania
Terkejut, meliputi: terkesiap, takjub, terpana.
Jengkel, meliputi:rasa hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan
mau muntah.
Malu, meliputi: rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina,
aib, dan hati hancur lebur
Cinta, meliputi: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang
D. GANGGUAN EMOSI
E. TEORI-TEORI EMOSI
Ada beberapa teori yang menyoroti emosi. Tidak semua teori
mengenai emosi mempunyai titik pijak yang sama. Ada beberapa titik pijak
yang berbeda yang digunakan untuk mengupas masalah emosi ini. Mengenai
teori-teori tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
1) Teori yang berpijak pada hubungan emosi dengan gejala kejasmanian.
2) Teori yang hanya mencoba mengklasifikasikan dan mendeskripsikan
pengalaman emosional (emotional experiences).
3) Melihat emosi dalam kaitannya dengan perilaku, dalam hal ini ialah
bagaimana hubungannya dengan motivasi.
4) Teori yang mengaitkan emosi dengan aspek kognitif.
a. Teori James-Lange
Teori ini mula-mula dikemukakan oleh James (American
psychologist), yang secara kebetulan pada waktu yang sama juga
dikemukakan oleh Lange (Danish physiologist), sehingga teori tersebut
dikenal sebagai teori James-Lange. Menurut teori ini emosi merupakan
akibat atau hasil persepsi dari keadaan jasmani (felt emotion is the
perception of bodily states), orang sedih karena menangis, orang takut
karena gemetar dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa gejala kejasmanian merupakan sebab emosi, dan emosi
merupakan akibat dari gejala kejasmanian. Teori ini juga sering
disebut teori perifir dalam emosi (Woodworth dan Marquis, 1957) atau
juga disebut paradoks James (Bigot, dkk., 1950). Oleh Peterson (1991)
teori ini disebut sebagai teori dengan pendekatan psikofisis. Sementara
ahli mengadakan eksperimen-eksperimen untuk menguji sejauh mana
kebenaran teori James-Lange ini, antara lain Sherrington dan Cannon
(Woodworth dan Marquis, 1957), yang pada umumnya hasil
menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan oleh James tidak tepat.
b. Teori Cannon-Bard
Teori ini berpendapat bahwa emosi itu bergantung pada
aktivitas dari otak bagian bawah. Teori ini dikemukakan oleh Cannon
atas dasar penelitian dari Bard. Teori ini berbeda atau justru
berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh James-Lange, yaitu
bahwa emosi tidak bergantung pada gejala kejasmanian (bodily states),
atau reaksi jasmani bukan merupakan dasar dari emosi, tetapi emosi
justru bergantung pada aktivitas otak atau aktivitas sentral. Karena itu
teori ini juga sering disebut teori sentral dalam emosi (Woodworth dan
Marquis, 1957). Oleh Peterson (1991) teori ini disebut sebagai teori
dengan pendekatan neurologis.
c. Teori Schachter-Singer
Teori ini didasarkan pendapat bahwa emosi itu merupakan the
interpretation of bodily arousal. Teori ini berpendapat bahwa emosi
yang dialami seseorang merupakan hasil interpretasi dari aroused atau
stirred up dari keadaan jasmani (bodily states). Schachter dan Singer
berpendapat bahwa keadaan jasmani (bodily states) dari timbulnya
emosipada umumnya sama untuk sebagian terbesar dari emosi yang
dialami, dan apabila ada perbedaan fisiologis dalam pola otonomik
pada umumnya orang tidak dapat mempersepsi hal ini. Karena
perubahan jasmani merupakan hal yang ambigious, teori ini
menyatakan bahwa tiap emosi dapat dirasakan dari stirred up kondisi
jasmani dan individu akan memberikan interpretasinya. Sering
dikemukakan bahwa emosi itu bersifat subjektif, karena memang
dalam mengadakan interpretasi terhadap keadaan jasmani berbeda satu
orang dengan orang lain. Karena teori ini meneropong atas dasar
interpretasi, sementara ahli menyebut teori ini sebagai teori kognitif
dalam emosi, misalnya yang dikemukakan oleh Peterson (1991).
Namun demikian jangan dicampuradukkan dengan teori kognitif yang
lain, karena ada faktor-faktor lain seperti ingatan dalam proses
kognitif (Morgan, dkk., 1984). Karena itu oleh Valins (dalam Weiner,
1972) disebut kognitif fisiologis.
2. REAKSI FISIK
Reaksi fisik terbentuk akibat emosi yang kuat guna melindungi jika
berada dalam keadaan bahaya, Respon ini dinamakan "Menghadapi atau
menghindari dan bersiap untuk mengadakan aksi terhadap apa yang akan
terjadi. Misalnya peningkatan tekanan nadi dan tekanan darah, napas
semakin cepat dan organ sensori seperti telinga, mata, dan hidung semakin
aktif Perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh kerja hormon yang masuk
ke pembuluh darah, sebagai respon terhadap rangsangan: stres Apabila
respon ini berlangsung secara terus-menerus maka akan menimbulkan
emosi negatit atau perasaan yang tidak menyenangkan.
3. REAKSI SOSIAL
Saat emosi memuncak, pembawaan seseorang dapat berubah tanpa
disadari. Misalnya, merasa kesepian atau cepat marah-marah tanpa alasan,
kehilangan minat dalam berbagai hal dan sering menolak ajakan orang lain
dengan alasan terlalu banyak masalah. Perasaan selalu was-was. Bahkan
untuk mengerjakan pekerjaan sepele seperti berbelanja sebotol sabun
mandi di supermarket persiapannya sepe, ti akan mendaki Puncak Everest.
Reaksi sosial yang ditimbulkan akibat emosi negatif, misalnya
sikap yang mudah berubah. Suatu saat kita mampu berbicara ramah
dengan orang lain, di lain waktu malah mudah menangis dan orang sulit
untuk mengerti. Kadang melakukan pekerjaan di luar kelaziman, misalnya
membersihkan kompor pada jam tiga pagi. Sikap sopan santun hilang dan
melakukan aktivitas yang berlebihan, misalnya lembur tanpa
memerhatikan kondisi kesehatan.
Prof. Dr. Walgito Bimo (1988) Pengantar Psikologi umum. Andi: Jl. Beo 38-40
telp.(0274) 561881 (hunting). Fax. (0274)588282 Yogyakarta 55281.
Gunawan W. Adi (2006) kesalahan fatal dalam mengejar mimpi. Penerbit :PT
Gramedia Pustaka UtamaJakarta :JL. Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270
Marhaenny Dukut . (2020) Dampak Jalan Tol terhadap Pulau Jawa. Ignatius Eko
Universitas Katolik Soegijapranata. Anggota APPTI No. 003.072.1.1.2019. Sean
clh SLU knowledge Modis Hali. Jl. Pawiyatan Luhur IV/1. Bendan Dhuwur,
Semarang, 50234