Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM 2

“EMOSI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Psikologi Umum 2

Dosen Pengampu : Nurul Lail Rosyidatul Muammaroh, M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh kelompok 8

Kholifatus Sa’adah 21732011004


Faridatun Ni’mah 221732011020
Enik Sawitri 1873201032

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAD MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Emosi”. Makalah ini kami susun guna memperdalam
pengetahuan dan memenuhi tugas mata kuliah psikologi umum 2. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya.
Makalah ini kami susun guna memperdalam pengetahuan dan memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi umum 2. Mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan informasi dan manfaat bagi pembaca khususnya para mahasiswa
sehingga dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan permohonan maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
tepat. Adapun saran dan kritik dari pembaca, kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.Akhir kata semoga makalah ini dapat dimengerti
dan bermanfaat bagi pembaca.

Malang, Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar belakang...........................................................................................4

1.2 Rumusan masalah......................................................................................4

1.3 Tujuan penelitian.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

2.1 Definisi Emosi...........................................................................................6

2.2 Teori-Teori Emosi.....................................................................................6

2.3 Fisiologi Emosi..........................................................................................8

2.4 Macam-macam Emosi Dan kematangan Emosi......................................10

2.4.1 Macam-macam Emosi......................................................................10

2.4.2 Kematangan Emosi..........................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

3.1 Kesimpulan..............................................................................................12

3.2 Saran........................................................................................................12

BAB IV DAFTAR PUSTAKA..............................................................................14


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Emosi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Salah satu
fungsi emosi adalah sebagai respon perlindungan diri agar manusia dapat
beradaptasi dengan lingkungannya. Contohnya adalah emosi takut yang
merupakan respon adaptif yang menghindarkan individu dari situasi yang
membahayakan.
Emosi dapat pula dipandang sebagai sarana komunikasi antar manusia.
Bahasa yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi memiliki pesan dan
kesan emotif. Pesan dan kesan tersebutlah yang membuat manusia dapat
memahami satu sama lain. Hal tersebut juga memupuk rasa empati yang mana
merupakan upaya manusia untuk turut serta merasakan penderitaan orang lain.
Namun, perkembangan emosi yang tidak optimal dapat membuat seseorang
tidak adaptif. Permasalahan emosionalitas tersebut nampak dalam berbagai segi
kehidupan baik itu dalam ranah kehidupan sehari-hari maupun dalam ranah politik
antar negara. Dalam ranah kehidupan sehari-hari, individu yang mengalami
permasalahan emosi tidak dapat mengekspresikan emosinya dengan cara yang
tepat atau bahkan terlalu berlebihan dalam mengekspresikan emosinya. Sering
kali hal tersebut berakhir pada hubungan interpersonal yang memburuk.
Salah satu kualitas penting yang perlu dikembangkan oleh individu adalah
kematangan emosi. Kematangan emosi merupakan konstruk psikologis yang
menjelaskan bagaimana individu mengelola emosinya. Individu yang matang
secara emosional adalah individu yang terampil dalam mengelola emosi serta
mengekspresikannya dengan cara-cara yang adaptif.
Menurut Hurlock,1990 Individu yang matang berusaha menilai situasi
secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara
bereaksi terhadap situasi tersebut.

I.2 Rumusan masalah


 Apa yang dimaksud dengan emosi?
 Apa yang dimaksud dengan teori emosi?
 Bagaimana fisiologi emosi itu?
 Apa saja macam-macam emosi dan bagaimana kematangan emosi?

I.3 Tujuan penelitian


 Untuk mengetahui definisi emosi.
 Untuk mengetahui teori-teori emosi.
 Untuk mengetahui fisiologi emosi.
 Untuk mengetahui macam-macam emosi dan kematangan emosi
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Emosi


Menurut William James (dalam Alex Sobur, 2003 :399), “emosi adalah
kecenderungan untuk memilki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek
tertentu dalam lingkungannya”. Senada dengan itu Crow & Crow (dalam Alex
Sobur, 2003:400) “mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak
pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari
dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamata
individu”.
Sementara menurut Bimo Walgito (2005:229) emosi merupakan “keadaan
yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi
dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri
(avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai
adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa
seseorang sedang mengalami emosi”.
Menurut M Darwis Hude (2006:18) “bahwa emosi adalah suatu gejala
psikologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap dan tingkah laku, serta
dalam bentuk ekspresi tertentu”.
Dengan mengacu dari beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
emosi adalah suatu gejala psikologis yang ditampilkan melalui tingkah laku oleh
individu yang mempengaruhi keadaan fisiologis, subjektif, dan perilaku individu
tersebut terhadap sesuatu. Bentuk emosi yang ditampilkan akan berbeda pada
setiap individu dan biasanya muncul dalam bentuk luapan perasaan yang kuat atau
lemah dalam waktu yang singkat.

II.2 Teori-Teori Emosi


1. Teori Emosi James-Lange
William James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari
Denmark, telah mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan, suatu teori
tentang emosi yang mirip satu sama lainnya, sehingga teori ini terkenal dengan
nama teori James-Lange (Effendi & Praja, 1993; Mahmud, 1990; Dirgagunarsa,
1996).
Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi
psikologik. Jadi, kita senang karena kita meloncat-loncat setelah melihat
pengumuman dan kita takut karena kita lari setelah melihat ular. Selanjutnya
menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan
yang datang dari luar. Jadi, jika seserang misalnya melihat harimau, reaksinya
peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih
cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons tubuh ini kemudin
dipersepsikan dan timbulah rasa takut. Mengapa rasa takut yang timbul?. Ini
disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar.
Emosi, menurut kedua ahli ini, terjadi karena adanya perubahan pada sistem
vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan
fisiologis dan perubahan psikologis yang disebut emosi. Dengan kata lain, James-
Lange, seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan ia senang karena
tertawa.
2. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer.
Seperti teori emosi James-Lange, dan berbeda dengan teori emosi Cannon-
Bard, Schachter dan Singer merasa bahwa gairah fisik memainkan peran utama
dalam emosi. Namun, mereka menyarankan bahwa rangsangan ini sama untuk
berbagai macam emosi, sehingga rangsangan fisik saja tidak dapat bertanggung
jawab atas respons emosional. Teori emosi dua faktor berfokus pada interaksi
antara gairah fisik dan bagaimana kita secara kognitif melabeli gairah itu. Dengan
kata lain, perasaan terangsang saja tidak cukup; kita juga harus mengidentifikasi
gairah untuk merasakan emosi.
Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada
rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik,
nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dan sebagainya) namun
jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di perguruan tinggi favorit-
emosi yang ditimbulkan dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya
membahayakan (misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang timbul dinamakan
takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.
3. Teori “Emergency” Cannon
Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), seorang fisiologi dari
Harvard University. Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena gejolak
emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting, orang-
orang primitif yang membuat respons semacam itu bisa survive dalam hidupnya.
Cannon mengatakan, antara lain, bahwa organ tubuh umumnya terlalu insensitif
dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi dasar berkembangnya dan
berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung demikian cepat.
Meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ dalam
merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.
Teori ini menyebutkan, emosi (sebagai pengalaman sebjektif psikologik)
timbul bersama-sama dengan fisiologik (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas
bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dan sebagainya).
Teori Cannon ini selanjutnya diperkuat oleh Philip Bard, sehingga kemudian lebih
dikenal teori Cannon-Bard atau teori “emergency”. Teori ini mengatakan pula
bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi
emergency (darurat). Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonisme
(fungsi yang bertentangan) antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang
oranial dan sakral daripada susunan saraf otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatis
aktif, saraf otonom nonaktif, dan begitu sebaliknya.

II.3 Fisiologi Emosi


Dalam konteks psikologi, kita perlu membedakan feeling (perasaan) dari
emosi yang dalam penggunaan bahasa sehari-hari sering dicampuradukkan.
Keadaan yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan yang sering
mengiringi banyak kegiatan kita adalah keadaan perasaan yang ringan. Misalnya
minum es jus di hari yang panas sangat menyenangkan, sebaliknya menunggu
pesanan makanan selama 1 jam atau lebih merupakan hal yang tidak
menyenangkan. Hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang kita
bicarakan ini kita sebut warna afek. Keadaan afektif yang ringan disebut feelings
(perasaan). Istilah emosi sendiri menunjukkan keadaan terangsang dan lebih
jelas,luas,seperti misalnya kata-kata kesedihan, kemarahan.
Pada saat kita berada dalam keadaan emosi maka akan terjadi
perubahan pada tubuh/fisiologis. Indikatornya antara lain:
1. Galvanic Skin Response.
Pada waktu emosi terangsang, ada perubahan listrik pada kulit yang dapat
dilihat. Elektrode ditempelkan pada kulit (misal telapak tangan) yang
dihubungkan dengan galvanometer. GSR ini merupakan indikator peka dari
perubahan dalam keadaan emosional.
2. Peredaran Darah
Terjadi perubahan tekanan darah dan perubahan dalam distribusi darah pada
saat emosi. Misalnya: muka merah karena marah. Terjadi perubahan karena
pembuluh darah dikulit membesar dan ditemukan lebih banyak darah di
permukaan kulit. Sebaliknya terjadi pada waktu seorang berada dalam
kondisi ketakutan.
3. Denyut jantung
4. Nafas
5. Respon pupil mata. Pupil membesar dalam keadaan marah atau sakit atau
dalam keadaan emosional secara umum.
6. Sekresi air liur muncul pada waktu perangsangan emosional.
7. Respon pilomotor, merupakan nama teknis untuk goose pimples yang
muncul bila bulu berdiri dalam keadaan takut.
8. Gerakan usus. Misalnya rangsangan emosional dapat mengakibatkan mual
atau diare.
9. Ketegangan otot dan tremor
10. Komposisi darah, berhubungan dengan kelenjar-kelenjar endokrin yang
aktif selama keadaan emosional dan memasukkan hormon-hormon
dalam aliran darah. Analisa kimia mengungkapkan ada perubahan dalam
komposisi darah, misalnya perubahan dalam gula darah, dan sebagainya.
Sepuluh indicator diatas menunjukkan betapa luas dan besarnya pengaruh
terhadap tubuh dari rangsangan secara emosional.
II.4 Macam-macam Emosi Dan kematangan Emosi
II.4.1 Macam-macam Emosi
Emosi manusia banyak ragam atau macamnyan, namun secara garis
besar emosi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu emosi yang
menyenangkan atau emosi positif, dan emosi yang tidak menyenangkan atau
emosi negatif. (Gie.1999). Menurut Goleman macam-macam emosi itu adalah:
Emosi positif
 Kenikmatan : Senang, bangga, bahagia, gembira, riang, puas
 Cinta : Penerimaan, persahabatan, kepercayaaan, hormat, kemesraan,
kebaikan hati
Emosi negative
 Amarah: Beringas, mengamuk, jengkel, benci, kesal hati
 Kesedihan: Pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
 Rasa Takut: Cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang
 Jengkel: Hina, jijik, muak, tidak suka
 Malu : Malu hati, kesal
Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Jadi
berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon
atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
II.4.2 Kematangan Emosi
Seseorang yang dikatakan matang emosinya yaitu:
1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.
Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang
tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik
dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
2. Pemahaman diri
Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak control yang
dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan
masyarakat
3. Menggunakan kemampuan kritis mental
Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum
meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi
tersebut. (Hurlock,1990).
Dari yang telah dipaparkan di atas maka dapatlah dikemukakan bahwa
kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang ada
dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi dengan pertimbangan-
pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.
Esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti
bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya,
meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah
moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat
dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna
dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara
otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Emosi adalah suatu gejala psikologis yang ditampilkan melalui tingkah laku
oleh individu yang mempengaruhi keadaan fisiologis, subjektif, dan perilaku
individu tersebut terhadap sesuatu. Bentuk emosi yang ditampilkan akan berbeda
pada setiap individu dan biasanya muncul dalam bentuk luapan perasaan yang
kuat atau lemah dalam waktu yang singkat.
Teori Emosi James-Lange, Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul
setelah terjadinya reaksi psikologik. Selanjutnya menurut teori ini, emosi adalah
hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar.
Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer, Teori emosi dua faktor berfokus
pada interaksi antara gairah fisik dan bagaimana kita secara kognitif melabeli
gairah itu. Dengan kata lain, perasaan terangsang saja tidak cukup; kita juga harus
mengidentifikasi gairah untuk merasakan emosi.
Teori “Emergency” Cannon, Teori ini mengatakan bahwa emosi adalah
reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi emergency (darurat).
Pada saat kita berada dalam keadaan emosi maka akan terjadi
perubahan pada tubuh/fisiologis. Indikatornya antara lain, Galvanic Skin
Response, Peredaran Darah, Denyut jantung, nafas, respon pupil, sekresi air liur,
respon pilomotor, gerakan usus, ketegangan otot dan tremor, serta komposisi
darah.
Emosi dibagi menjadi dua yaitu, emosi positif dan emosi negative yang
meliputi rasa kenikmatan, cinta, amarah, kesedihan, rasa takut, jengkel, dan malu.
Seseorang yang dikatakan matang emosinya yaitu, Dapat melakukan kontrol diri
yang bisa diterima secara social, pemahaman diri, menggunakan kemampuan
kritis mental.

III.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, kami harap dapat menambah wawasan untuk
para pembaca. Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-
teman semua untuk kebaikan makalah ini.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, H. (2016). Matang Secara Emosi: Studi Kajian Pustaka Terhadap


Kematangan Emosi. In Seminar Nasional Psychofest Conference.

Fitri, N. F., & Adelya, B. (2017). Kematangan emosi remaja dalam pengentasan
masalah. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 2(2), 30-39.
Imam Nasruddin. Kemenag Sumsel: Emosi dan Aspeknya. 1-16.

Materi Konseling (24 September 2021). Teori Emosi Dua Faktor Schachter-
Singer. Diakses pada tanggal 20 Mei 2022, pada pukul 20.06 WIB.
https://www.materikonseling.com/2021/09/teori-emosi-dua-faktor-schachter-
singer.html?m=1

HM, E. M. (2016). Mengelola kecerdasan emosi. Tadrib, 2(2), 198-213.

Anda mungkin juga menyukai