Anda di halaman 1dari 17

TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Dosen Pengampu:
TITIN KHOLISNA, S.PSI.M.Pd

Oleh:
Kholida Hajah Barirah / 21732011007
Rosyida Ghaniya Ulya / 21732011014
Prodi : Psikologi A1

Universitas Islam Raden Rahmat Kepanjen

Jl. Raya Mojosari 2, Kota Malang, Jawa Timur

2022
Daftar Isi

Sampul

Daftar isi

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan

BAB II Kajian Teori

1. Teori Perkembangan Moral


A. Pengertian Moral
B. Perkembangan Moral pada Anak
C. Perkembangan Kesadaran Moralitas pada Anak
D. Faktor Yang Menyebabkan Merosotnya Moral
E. Teori Perkembangan Moral
2. Teori Etologi
A. Definisi Etologi
B. Tokoh-tokoh Etologi
3. Teori Ekologi
A. Pengertian Psikologi Ekologi (echopshychology)
B. Munculnya echopsychology
C. Asumsi echopsychology
D. Fokus echopsychology
E. Gerakan Penyelamatan Bumi
F. Teori-teori dalam psikologi ekologi

BAB III KESIMPULAN

Penutup

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada saat ini masyarakat tidak dapat berfungsi tanpa aturan yang memberitahukan
mengenai bagaimana berkomunikasi satu sama lain, bagaimana menghindari untuk
menyakiti orang-orang lain, dan bagaimana bergaul dalam kehidupan pada umunya.
Anak-anak dengan remaja memiliki pemahaman berbeda mengenai peraturan. Begitu
juga remaja memiliki pandangan yang berbeda dengan orang tua dan sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perkembangan dalam penalaran dan moral dari setiap
individu.
Dari berbagai individu yang menunjukkan semua perbedaan dari setiap tingkah dan
perilakunya akan dibahas melalui teori-teori tentang perkembangan moral.
Perkembangan moral ini merupakan salah satu topik pembahasan tertua bagi mereka
yang tertarik pada perkembangan manusia atau setiap individu. Pada zaman ini,
kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat, tidak hanya tentang perilaku moral dan
immoral, akan tetapi seharusnya perilaku moral ditanamkan pada anak-anak. Untuk itu,
kita akan mulai pembahasan mengenai perkembangan moral mulai dari tahap-tahap
perkembangan moral pada anak, kesadaran moralitas pada anak, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral, dan teori yang mengemukakan tentang
perkembangan moral.
Teori Etologi merupakan sebuah studi yang mengenai tingkah laku lebih khususnya
tingkah laku hewan. Etologi menekankan landasan biologis, dan
evolusioner  perkembangan. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) 
merupakan konsep kunci. Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat
terhadap perilaku binatang dalam keadan nyata. Pendirinya adalah Karl Von Frisch 
soerang pecinta binatang. Bertahun-tahun ia memelihara berbagai macam binatang dan
mengamati perilakunya.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sekelompok itik dengan anak-
anaknya. Ia memiisahkan dua kelompok anak angsa, satu kelompok diasuh induknya dan
satu kelompok lagi ia asuh sendiri. Setelah beberapa bulan kelompok anak angsa yang
diasuhnya mengidentifikasi Carl Von Frisch sebagai induknya. Kemanapun Carl Von
Frisch pergi mereka selalu mengikuti. Suatu saat dipertemukan kelompok asuhnya
dengan induk aslinya ternyata kelompok yang diasuh ini menolak induk aslinya.
Psikologi Ekologi adalah cabang dari Psikologi Lingkungan yang mempelajari
tentang hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya baik sosial maupun fisik.
Perubahan pada lingkungngan baik lingkungan fisik maupun non-fisik dapat
mempengaruhi tingkah laku manusia dan tingkat psikologi manusia. Dalam
perkembangan nya banyak pula tercipta berbagai macam teori – teori dalam psikologi
Ekologi (echopshycology) yang akan berkaitan dengan lingkungan hidup serta cara
pelestarian sumber daya alam.

2. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang maka permasalahan
penelitian ini adalah :
1. Penjelasan tentang teori perkembangan moral, teori etologi, dan teori ekologi.
3. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. Agar supaya mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang teori perkembangan
moral, teori etologi, dan teori ekologi.
BAB II
KAJIAN TEORI

2 .1 Teori perkembangan moral

A. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata latin mores yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat (Hastuti,
2008:7). Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku
yang harus dipatuhi (Ali, 2008:136). Secara umum moral dapat dikatakan sebagai kapasitas
untuk membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas perbedaan tersebut, dan
mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan merasa bersalah atau malu
ketika melanggar standar tertentu.

Dalam definisi ini, individu yang matang secara moral tidak membiarkan masyarakat
untuk mendikte mereka karena mereka tidak mengharapkan hadiah atau hukuman. Mereka
menginternalisasi prinsip moral yang mereka pelajari dan memenuhi gagasannya, walaupun
tidak ada tokoh otoritas yang hadir untuk menyaksikan atau mendorong mereka (Aliah,
2006:261).

B. Perkembangan Moral pada Anak

Fase anak sedolah dasar ini dimulai sejak anak-anak berusia 6-12 tahun atau sampai
seksualnya matang. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antara jenis kelamin
maupun antarbudaya yang berbeda. Anak-anak sudah lebih menjadi mandiri. Pada masa
inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan serta selalu
ingin bertanya. Sedangkan untuk perkembangan moralnya adalah sebagai berikut:

1. Anak mulai mengenai konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada
mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan
memahaminya. Usaha menanamkan moral sejak usia dini merupakan hal yang
seharusnya karena informasi yang diterima mengenai benar-salah atau baik-buruk
akan menjadi pedoman tingkah lakunya kemudian hari (Syamsu, 2011:11).
2. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
Misalnya, dia menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada
orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatab jujur, adil
dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan sesuatu yang benar atau baik
(Syamsu, 2011:12).
C. Perkembangan Kesadaran Moralitas pada Anak

Suatu sistem social yang paling awal berusa ha menumbuhkembangkan system nilai,
moral, dan siakap kepada anak adalah keluarga. Ini didorong oleh keinginan dan harapan
orang tua yang cukup kuat agar anaknya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang
memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mampu membedakan yang baik dan yang
buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta memiliki sikap
dan perilaku yang terpuji sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat sekitar, dan agama.

Melalui proses pendidikan, pengasuhan, pendampingan, perintah, larangan, hadiah,


hukuman, dan lain-lainnya, para orang tua menanamkan nilai-nilai luhur, moral, dan sikap
yang baik bagi anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang
diharapkan (Ali, 2008:140):

Upaya pengembangan niali, moral, dan sikap juga diharapkan dapat dikembangkan
secara efektif di lingkungan sekolah. Akhir-akhir ini, karena semakin maraknya perilaku
remaja yang kurang menjunjung tinggi nilai-nilai, moral, dan sikap positif maka diberlakukan
lagi pendidikan budi pekerti di sekolah. Penentuan kelulusan siswa, tidak hanya didasarkan
pada prestasi akademik belaka melainkan harus dikaitkan dengan budi pekerti siswa tersebut.

Proses pendidikan budi pekerti meskipun zaman sebelumnya sudah diterapkan di


sekolah, namun kemudian menghilang begitu saja seiring dengan gencarnya kampanye
mengejar ketertinggalan dalam pembnagunan teknologi. Pendidikan budi pekerti ini sampai
sekarang masih dalam proses dan penyempurnaan untuk kemudian menunggu hasilnya
dievaluasi (Ali, 2008:141).

D. Faktor Yang Menyebabkan Merosotnya Moral

Menurut Zakiyah Drajat (1971:13), faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral


dewasa ini sesungguhnya banyak sekali, antara lain yang terpenting adalah:

1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat.


Keyakinan beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh dan
sehat tentang ajaran agama yang dianutnya kemudian diiringi dengan pelaksanaan
ajaran- ajaran tersebut merupakan benteng moral yang paling kokoh. Semakin jauh
masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral orang dalam masyarakat
itu, dan semakin kacaulah suasana karena semakin banyak pelanggaran- pelanggaran
atas hak dan hukum.
2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial, dan politik.
Ketidakstabilan suasana yang melingkupi seseorang menyebakan gelisah dan cemas
akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan ketentraman dalam hidup. Dengan
demikian akan tejadi banyak penyimpangan moral.
3. Pendidikan moral tidak terlaksana menurut semestinya. Jika anak dilahirkan dan
dibesarkan oleh orang tua yang tidak bermoral atau tidak mengerti cara mendidik,
ditambah pula dengan lingkungan masyarakat yang goncang dan kurang
mengindahkan moral, maka sudah tentu hasil yang akan tejadi tidak menggembirakan
dari segi moral.
4. Suasana rumah tanggan yang kurang baik
Tidak rukunnya orang tua menyebabkan gelisah

Anak, mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada ditengah-tengah orang tua
yang tidak rukun. Maka anak-anak yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong
kepada perbuatan-perbuatan yang merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya
akan mengganggu ketentraman orang lain.

5. Diperkenalkannya secara populer obat-obat dan alat-alat anti hamil Seperti kita
ketahui bahwa usia muda adalah usia yang baru mengalami dorongan seksual akibat
pertumbuhan biologis yang dilaluinya, mereka belum mempunyai pengalaman dan
jika mereka juga belum mendapat didikan agama yang mendalam, mereka akan
mudah dibujuk oleh orang-orang yang tidak baik, yang hanya melampiaskan hawa
nafsunya. Dengan demikian, anak-anak muda akan menggunakan obat-obat dan alat-
alat anti hamil untuk memenuhi kemauan mereka sendiri yang mengikuti arus darah
mudanya tanpa terkendali.
6. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang
tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntunan moral. Suatu hal yang belakangan ini
kurang mendapat perhatian kita ialah tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran,
kesenian-kesenian yang seolah-olah mendorong anak muda untuk mengikuti arus
mudanya. Segi-segi moral dan mental kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu
sekedar ungkapan dari keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat
dipenuhi begitu saja. Lalu digambarkan dengan sangat realistis, sehingga semua yang
tersimpan didalam hati anak-anak muda diungkap dan realisasinya terlihat dalam
cerita, lukisan atau permainan tersebut. Inipun mendorong anak muda ke jurang
kemerosotan moral.
7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang dengan cara yang baik, dan
yang membawa kepada pembinaan moral. Suatu faktor yang juga telah ikut
memudahkan rusaknya moral anak-anak muda ialah kurangnya bimbingan dalam
mengisi waktu luang dengan baik dan sehat. Umur muda adalah umur suka berkhayal,
melamunkan hal yang jauh. Kalau mereka dibiarkan tanpa bimbingan dalam mengisi
waktunya maka akan banyak lamunan dan kelakuan yang kurang sehat timbul dari
mereka.
E. Teori Perkembangan Moral
Pada perkembangan moral terdapat 3 teori, diantaranya:
1. Teori Kohlberg, teori ini lebih mementingkan orientasinya untuk mengungkapkan
moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah lakumor
al dalam arti perbuatan nyata.
2. Teori Piaget, teori ini lebih melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses yangsam
a dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teori perkembanganintelektua
l. Seperti yang digambarkan melalui permainan.
3. Teori of Mind, pemahaman bahwa orang lain memiliki kondisi mental yang berbe
da-beda dengan orang lain, seperti tentang hasrat, perasaan, dan lain-lain.

2.2 Teori Etologi

A. Devinisi Etologi

Teori etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah
laku pada binatang. Teori ini juga menjelaskan bahwa pada dasarnya sumber dari semua
perilaku sosial ada dalam gen. Ada insting dalam makhluk hidup untuk mengembangkan
perilakunya. Teori ini memberikan pemahaman dasar tentang periode kritis perkembangan
dan perilaku yang melekat pada anak segera setelah dilahirkan.
Dalam il mu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku manusia di
dalam pengaturan yang alami. Teori etologi menjelaskan bahwa perilaku manusia
mempunyai relevansi dengan perilaku binatang. Sifat menonjol yang ada pada binatang
antara lain sifat mempertahankan wilayah, bertindak agresif, dan perasaan ingin
menguasai sesuatu. Tokoh yang berperan dalam pengembangan teori etologi modern
adalah Konrad Zacharias Lorenz.

Konrad Zacharias Lorenz lahir pada tanggal 7 November 1903 di Kota Vienna,
Austria. Dia adalah anak kedua dari seorang dokter bedah terkenal bernama Prof. Dr. Adolf
Lorenz dan istrinya Emma. Lorenz dibesarkan dalam sebuah rumah luas yang dilengkapi
degan taman. Rumah tersebut terletak di Alternberg, di dekat Vienna. Sejak kecil, Lorenz
telah menyayangi berbagai jenis binatang yang hidup di sekitarnya. la merupakan seorang
ahli psikolog, zoology, dan ornitologi berkebangsaan Austria.

Lorenz (1903-1989) merupakan ahli etologi peraih hadiah Nobel, meneliti pola-pola
perilaku dari kawanan angsa dan menemukan bahwa anak angsa terlahir dengan insting untuk
mengikuti induknya. Perilaku ini ada sejak lahir dan merupakan bagian dari insting mereka
untuk bertahan hidup. Lorenz juga menemukan bahwa jika anak angsa tersebut ditetaskan
dalam inkubator, mereka akan mengikuti benda yang pertama bergerak yang mereka lihat,
yang mempercayai benda itu sebagai induknya. Lorenz bersiaga ketika tutup inkubator
diangkat. la adalah orang pertama yang anak angsa lihat, jadi sejak itu anak angsa tersebut
mengikuti Lorenz seolah ia induknya. Anak angsa tersebut bahkan mengikuti Lorenz ketika
ia berenang (Gambar 2.10). Lorenz menyebut proses ini sebagai imprinting, yang meliputi
pengembangan kasih sayang yang cepat pada benda pertama yang dilihat. Lorenz
menemukan bahwa ada periode kritis atau periode penting, tak lama setelah penetasan,
selama mana imprinting akan terjadi. Imprinting ini memilki 2 pinsip, yaitu tiga tahun
pertama dan terbatas oleh waktu.

1. Tiga Tahun Pertama

Banyak orang tua yang kurang peduli atas perkembangan anaknya pada masa tiga tahun
pertama. Mereka tidak sadar bahwa tiga tahun pertama perkembangan seseorang adalah masa
yang penting. Hal ini disebabkan karena pada masa awal kehidupan seorang anak manusia,
khususnya tiga tahun pertama, pikiran sadar anak belum berkembang. Pada periode ini anak
menjalankan suatu aktivitas secara murni menggunakan pikiran bawah sadar. Karena pikiran
sadar, yang berfungsi sebagai filter mental, belum beroperasi atau belum aktif, apa pun yang
dialami anak, semua kesan atau impresi yang didapat dari kelima inderanya akan diserap
100%, baik itu hal yang baik maupun yang buruk (Gunawan, 2007). Pada akhirnya, apa yang
anak lakukan seperti yang djelaskan sebelumnya yang disebut dengan imprinting.

Konrad Lorenz mendefinisikan imprinting sebagai a sign”ficant event from the past in
which you formed a belief or a cluster of beliefs (kejadian luar biasa di masa IaIu yang
menjadi landasan membentuk sebuah kepercayaan atau kumpulan kepercayaan). Imprinting
mengacu pada proses tertanamnya ide atau konsep yang sangat kuat ke dalam pikiran bawah
sadar seseorang sehingga mampu mempengaruhi pola perilaku, berpikir, dan perasaannya.
Imprinting mudah tejadi ketika filter mental belum terbentuk, yaitu usia tiga tahun pertama.
Agar bisa terjadi imprinting, maka ide atau konsep harus disampaikan secara berulang-ulang
atau hanya sekali ketika emosi seseorang itu dalam kondisi intens (Gunawan, 2007).

2. Terbatas oleh Waktu

Penanaman (imprinting) adalah pembelajaran yang terbatas pada suatu periode waktu
kritis (critical period) dan pada umumnya tidak dapat balik (irreversible). Periode kritis yaitu
suatu fase terbatas dalam perkembangan seseorang ketika pembelajaran perilaku tertentu
dapat berlangsung. Imprinting sangat berkaitan erat dengan perilaku bawaan dan banyak
ditemukan pada kehidupan binatang. Seperti pada ikatan antara induk angsa dan anaknya,
ikatan antara induk yang merawat anak tersebut merupakan suatu bagian kritis dalam siklus
reproduksi. Jika ikatan itu gagal, maka induk tidak dapat memulai menjalin ikatan untuk
merawat anaknya. Hal ini mengakibatkan kematian keturunan dan kelestarian reproduksi
induk tersebut menurun bahkan menghilang (Campbell et al., 2004).

Dalam percobaan yang dilakukan oleh Lorenz ditemukan bahwa angsa yang secara total
terisolasi dari suatu benda bergerak selama dua hari pertama setelah menetas, yang
merupakan periode kritis untuk mengalami imprinting pada induk, gagal untuk melakukan
imprinting apapun setelah masa tersebut terlewati. Diperoleh bahwa angsa hanya
memberikan respon dan mengidentifikasi dari benda pertama yang dilihat dan memiliki
karakteristik sederhana tertentu.

B. Tokoh-tokoh Etologi
1. Karl Ritter von Frisch (0 November 1886 – 1 Juni 1982)

Seorang etonolog Austria yang menerima penghargaan nobel dalam fisiologi atau
kedokteran pada tahun 1973 untuk prestasinya dalam fisiologi perilaku komparatif dan
merintis karya dalam komunikasi antara serangga, bersama dengan Niko Timbergen dan
Konrad Lorenz. Ia belajar zoologi dengan Richard von Hertwig dan menggantikannya
sebagai profesor zoologi di Munich, Jerman. Pada tahun 1940an, ia mengamati individu
lebah madu eropa (Apis mellifera) indera lebah, saat kembali ke sarang yang dimodifikasi
untuk pengamatan. Ia mendapatkan bahwa Lebah yang pulang akan berputar-putar dalam
lingkaran kecil sambil menggoyangkan abdomennya dari satu sisi ke sisi yang lain. Perilaku
ini, disebut tarian memutar, memotivasi lebah pengikut lain untuk meninggalkan sarang dan
mencari makan disekitar sarang. Oleh karena penelitian inilah ia merupakan salah satu tokoh
pertama yang menerjemahkan arti tarian lebah. Saat ini teorinya telah diakui keakuratannya.

2. Konrad Zacharias Lorenz (7 Novenber 1903 – 27 Februari 1989)

Seorang psikologi, dan ornitologi berkebangsaan austria. Dia memenangkan hadiah


penghargaan nobel dalam bidang kedokteran pada tahun 1973 bersama Nikolas gaan nobel
dalam bidang kedokteran pada tahun 1973 bersama Nikolas Timbergen dan Karl von Frisch.
Pada musim gugur tahun 1936, Lorenz menghadiri sebuah simposium yang diperakarsai Prof.
Van Der Klauw di kota Leiden, Belanda. Dalam simposium ini, Lorenz bertemu dengan
Nikolas Timbergen yang juga seorang ahli tingkah laku hewan (Ethologist). Pertemuan ini
nampaknya menjadi pertemuan bersejarah bagi kedua ilmuan tersebut.

Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon penyesuaian tempat dengan


mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkaah laku berdasarkan insting.
Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya ethologi. Pada percobaan klasik yang
dilakukan pada tahun 1930an, Korand Lorenz menunjukkan bahwa rangsanganperekaman
(imprinting) utama pada angsa graylag adalah objek di dekatnya yang bergerak menjauh dari
sang anak. Ketika anak angsa yang ditetaskan dalam incubator menghabiskan beberapa jam
pertama dengan Lorenz, bukan dengan angsa, mereka merekam Lorenz dan sejak saat itu
membuntutinya kemana pun dengan setia. Terlebih lagi, mereka tidak menunjukkan
pengenalan terhadap induk biologisnya atau angs pun dengan setia. Terlebih lagi, mereka
tidak menunjukkan pengenalan terhadap induk biologisnya atau angsa dewasa lainn
darispesiesnya sendiri.

3. Nikolas “Niko” Tinbergen (Den Haag, 15 April 1907 – 21 Desember 1988)

Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam fisiologi
atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad Lorenz atas penemuan
mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal untuk 4 pertanyaan yang dipercayainya harus
ditanyakan berkenaan dengan berbagai perlaku binatang. Selain itu, dengan metodenya ia
menerapkannya untuk menangni gejala autisme pada anak. Nikolas memiliki dua orng
saudara. Saudaranya Ja Tinbergen, adalah seorang ekonom yang dianugerahi penghargaan
bank Swedia dalam ilmu ekonomi untuk mengenang Alfert Nobel. Adiknya Luuk Tinergen
juga berprofesi sama seperti dirinya. Kolaborator Lorenz, Niko Tinbergen, mengemukakan
bahwa etologi selalu perlu memperhatikan empat jenis penjelasan tiap hal perilaku :

 Fungsi : bagaimana periaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk


kelangsungan hidup dan reproduksi?
 Yang menyebabkan : apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana
telah diubah oleh pembelajaran terkini?
 Pengembangan : bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman
awal yang perlu untuk perilaku untuk diperlihatkan.
 Sejarah evolusioner : bagaimana perlaku dibandingkan dengan perilaku bersama
dalam spesies terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni?
Dua pertanyaan pertama menanyakan tentang penyebab proksimat : ‘bagaimana’
perilaku terjadi atau dimodifikasi. Dua pertanyaan burung terakhir menanyakan
tentang penyebab ultimat : ‘mengapa’ perilaku terjadi dalam konteks seleksi alam.

Niko Timbergen mempelajari pembelajaran spesial sewaktu sedang mengambil s2 pada


1932 d Belanda. Tinbergen tergelitik oleh perilaku tawon penggali betina (Philanthus
triangulum), yang bersarang dalam liang kecil dalam gumuk pasir. Ia mengamati bahwa
ketika tawon meninggalkan sarangnya untuk pergi berburu, ia menutupi pintu masuk ke liang
dengan pasir. Sewaktu kembali, ia terbang ke sarangnya yang tersembunyi, meskipun ada
ratusan liang lain di daerah tersebut. Timbergen mengajukan hipotesis bahwa tawon
menentukan letak sarangnya dengan mempelajari posisi sarang relative terhadap penand
(Landmark) atau indicator lokasi yang kasat mata. Untuk menguji hipotesis, Tinbergen
melakukan sebuah percobaan di habitat alami tawon. Dengan memanipulasi objk disekeliling
pintu masuk sarang. Tinbergen menunjukkan tawon penggali melakukan pembelajaran
visual.
2.3 Teori Ekologi

A. Pengertian Psikologi Ekologi (echopshychology)

Ecopsychology merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari manusia


dipandang dari konteks ekologinya. Ecopsychology mempelajari proses-proses psikologis
yang mengikat manusia – bumi atau mengasingkan manusia dari bumi serta membantu
manusia memperoleh kembali rasa cinta sesama dan cinta pada bumi. Ecopsychology melihat
hubungan manusia dan alam sebagai satu keterikatan dan hubungan timbal balik atau
penyatuan antara manusia dan alam.

B. Munculnya echopsychology

Ecopsychology telah datang dari tradisi yang berbeda. Beragam pelopor di lapangan
bermunculan tentang ecopsychology, dari humanistik dan psikologi transpersonal, pendidikan
lingkungan pengalaman, ekologi ilmiah, sistem pemikiran, dan ekologi yang mendalam.
Akibatnya bidang ini telah jauh interdisipliner dari dimasukkannya kata “psikologi” di
dalamnya. Ecopsychology telah memisahkan diri dari antropologi, sosiologi, sejarah, menulis
alam, puisi, dan berbagai tradisi spiritual (terutama Buddhisme dan orang-orang pribumi
Amerika Utara) serta dari beragam sekolah psikologi. Adanya Ecopsychology karena
timbulnya keprihatinan dengan kondisi bumi yang semakin lama semakin memburuk yang
tentunya akibat ulah manusia, dan keperihatinan tentang keterikatan antara manusia dengan
alam yang mulai berkurang.

C. Asumsi echopsychology

Krisis lingkungan dan proses sosial serta politik berdampak pada pengalaman dan perasaan
pribadi yang dalam.

Keadaan psikologis manusia juga secara langsung mempengaruhi bagaimana perhubungan


dengan lingkungan alam.

Ada hubungan timbal balik antara manusia dan alam.

Serta menurut hipotesis Biophilia yang menyatakan bahwa, manusia memiliki bawaan insting
untuk terhubung secara emosional dengan alam, terutama aspek alam yang mengingat apa
psikolog evolusi telah disebut adaptasi evolusi lingkungan, yakni alam dimana spesies
manusia berevolusi untuk tetap menghuni alam.
D. Fokus echopsychoogy

Fokus ecopsychology ada pada integrasi pemikiran psikologis ke dalam gerakan lingkungan.
Para psikologi aliran ecopsychology memakai ilmu psikologinya untuk mengubah masyarakat
jadi lebih tahu dan lebih efektif dalam hidup.

E. Gerakan Penyelamatan Bumi

Pada dasarnya Green Psychology = Ecopsychology. Yang dapat ditangkap dari berbagai
sumber termasuk dari review singkat buku Green Psychology yang ditulis Ralph Metzner,
bahwa Green Psychology adalah satu bentuk gerakan untuk mengusahakan membangun
keharmonisan antara manusia dan alam. Dapat juga dikatakan sebagai bentuk gerakan untuk
menciptakan suatu pandangan dimana pikiran kemanusiaan dan kesehatan/kelangsungan
bumi bisa terjalin harmonis

F. Teori – Teori Dalam Psikologi Ekologi

a. Antroposentrisme

Berasal dari bahasa Yunani “antrophos” yang berarti manusia dan bahasa latin “centrum”
yang berarti pusat. Secara singkat, antroposentrisme ini memandang bahwa manusia adalah
pusat alam semesta. Nilai tertinggi yang dianut paham ini adalah manusia dan
kepentingannya. Alam dan segala isinya dalam perspektif ini hanya dianggap sebagai objek
eksploitasi dan observasi serta sarana pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai
instrumental yang berguna untuk kepentingan manusia. Apapun yang dilakukan manusia
terhadap alam, alam tidak akan bisa membalas perbuatan manusia karena alam tidak
bernyawa dan hanya kumpulan partikel. Sehingga manusia bebas melakukan apa saja
terhadap alam, termasuk merusaknya. Pandangan ini banyak menuai kritik karena
menyebabkan kerusakan alam.

b. Biosentrisme

Merupakan penolakan dari paham yang dianut oleh antroposentrisme yang menganggap alam
hanya sebagai alat untuk memenuhi kepentingan manusia. Paham ini berpandangan bahwa
kehidupan yang ada didunia ini tidak pada manusia saja tetapi banyak berbagai makhluk
hidup yang memiliki kehidupan. Pandangan biosentrisme mendasarkan moralitas pada pada
keluhuran kehidupan entah itu kehidupan manusia atau makhluk hidup lain. Sehingga dapat
dikatakan paham ini memusatkan etika lingkungan pada kehidupan saja. Segala bentuk
kehidupan yang ada di alam ini dinilai berharga. Biosentrisme melihat alam dengan seluruh
isinya mempunyai harkat dan nilai dalam dirinya sendiri. Alam memiliki nilai justru karena
adanya kehidupan yang terkandung didalamnya. Kewajiban dan tanggung jawab semata-mata
didasarkan pada pertimbangan moral bahwa segala spesies di alam semesta mempunyai nilai
atas dasar mereka mempunyai kehidupan sendiri, yang harus di hargai dan dilindungi.

c. Ekosentrisme / Deep Ekologi

Merupakan paham yang mendukung paham dari biosentrisme, dan juga paham yang
menentang keras dari paham antroposentrisme. Paham ini memusatkan nilai kepada seluruh
makhluk hidup serta benda-benda anti biotik (tidak hidup) yang saling berkaitan di dunia ini
sehingga kepedulian moral tidak hanya di ajukan kepada yang memiliki kehidupan saja,
tetapi juga ditunjukan kepada benda-benda anti biotik yang ada di sebuah ekosistem. Paham
ini disebut Deep ekologi (DE), yang diperkenalkan oleh Arnes Naess seorang filsuf
Norwegia, DE juga sering dikatakan sebagai gerakan nyata agar tercipta suatu kehidupan
yang selaras antara makhluk hidup dan alam sehingga juga merubah cara pandang, tingkah
laku, serta gaya hidup orang-orang yang ada didalamnya.
BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang
lain. Moral merupakan gambaran dari tindakan oleh seorang individu, dimana tindakan
tersebut dinilai baik atau buruk yang bertujuan mengendalikan tingkah laku seseorang.

Sedangkan teori etologi menjelaskan bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi


dengan perilaku binatang. Sifat menonjol yang ada pada binatang antara lain sifat
mempertahankan wilayah, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Tokoh
yang berperan dalam pengembangan teori etologi modern adalah Konrad Zacharias Lorenz.

Dan, pada teori ekologi mempelajari proses-proses psikologis yang mengikat manusia –
bumi atau mengasingkan manusia dari bumi serta membantu manusia memperoleh kembali
rasa cinta sesama dan cinta pada bumi. Serta melihat hubungan manusia dan alam sebagai
satu keterikatan dan hubungan timbal balik atau penyatuan antara manusia dan alam.
DAFTAR PUSTAKA

Fredericksen Victoranto Amseke, M.Si dkk. 2021. Teori Dan Aplikasi Psikologi Perkembangan.
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Islahun Ni’mah, Devita, Nuril Aulia Syani. 2014. Makalah Psikologi Perkembangan Moral.

Ajeng Wijarprasidya, Tiara Aldezia. 2012. Etologi Hewan (Perilaku Hewan sebagai Akibat
Pengaruh Genetis dan Lingkungan, Proses Belajar, Refleksi Sosial).

Ndaru Prasetyo Ramathan, dkk. 2017. Makalah Psikologi Ekologi “Psikologi Ekologi”.

Anda mungkin juga menyukai