Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERKEMBANGAN MORAL KHOLBERG

Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan & Teori Belajar

Dosen Pengampu: MUHAMMAD MUHSIN ARUMAWAN M.Pd.I

Oleh:

Kelompok 12
(Kelas A PAI)

1. ST.KANITATUN (210101110012)
2. MANARUL ALAM AL FARIZI (210101110025)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Pencipta dan pemelihara alam semesta
dengan segala isinya. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya berupa akal sehat
dan tenaga. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini membahas mengenai “Perkembangan Moral Kholberg”. Kami
menyadari bahwa masih banyak kesalahan ataupun kekeliruan dalam pembuatan makalah
kami, maka dari itu kritik dan sarannya sangat kami nantikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan lebih luas kepada pembaca, dan
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami penyusun dan umumnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Malang, 1 Desember 2021

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL KHOLBERG.............................................3
B. TEORI PERKEMBANGAN MORAL.................................................................................3
C. TAHAPAN-TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL.....................................................5
D. IMPLIKASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN..........................................................8
E. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PERKEMBANAGAN MORAL KHOLBERG.....8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12
A. KESIMPULAN...................................................................................................................12
B. SARAN...............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta
perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para orang tua.
Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan
oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hamper setiap minggu
diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Pendidikan dalam hal
ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap,
pengetahuan dan keterampilan tertentu dari generasi sebelumnya kepada generasi
berikutnya. Pendidikan merupakan alat strategis untuk membentuk dan mengembangkan
nilai, sikap dan moral dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun
moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang
memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup.1
Moral pada umumnya didefinisikan oleh para ahli psikologi sebagai sikap dan
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang yang membantu orang tersebut untuk
memutuskan apa yang benar dan salah (Hook, 1999). Selanjutnya Hook (1999)
menyatakan bahwa konsep moralitas itu sendiri dipengaruhi oleh aturan dan normanorma
budaya di mana seseorang dibesarkan, sehingga terinternalisasi dalam diri orang tersebut.
Moralitas bukanlah merupakan bagian dari “perlengkapan standar” pada saat seseorang
dilahirkan, karena seseorang dilahirkan tanpa moral.2
Nilai moral pada dasarnya adalah mengupayakan anak mempunyai kesadaran dan
berprilaku taat moral yang secara otonom berasal dari dalam diri sendiri. Dasar otonomi
nilai moral adalah identifikasi dan orientasi diri. Otomisasi nilai moral dalam diri anak
berlangsung dalam dua tahap, yaitu pembiasaan diri dan identifikasi diri. Merujuk pada
sistem moral Spranger, nilai-nilai moral yang diupayakan bagi kepemilikan dan
1
Wibowo Sarwi Edi, “Teori Perkembangan Moral Kholberg”,
https://www.scribd.com/document/420495144/Makalah-Perkembangan-Moral-Kohlberg, (Semarang, agustus
2019), hal.1
2
Siti Rohmah Nurhayati, “Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan” , Paradigma, No.2 Th.1, (Yogyakarta,
JUli 2006), hal.94

1
pengembangan dasar – dasar disiplin diri mencakup lima nilai, yaitu nilai-nilai ekonomis,
social, politis, Ilmiah, estetis dan agama dalam sistem nilai spranger, nilai etik tidak
berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari nilai religi. Hubungan antara disiplin diri
dengan nilai ini merupakan konsep nilai moral yang memungkinkan orang tua untuk
membantu anak dalam memiliki dasar disiplin diri.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari perkembangan moral kholberg?
2. Apa saja teori perkembangan kholberg?
3. Apa saja tahapan-tahapan perkembangan moral?
4. Apa saja implikasi dalam proses pembelajaran moral?
5. Apa kelebihan dan kekurangan perkembangan moral kholberg?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah:

1. Agar dapat mengetahui pengertian dari perkembangan moral kholberg.


2. Agar dapat mengetahui Apa saja teori perkembangan kholberg.
3. Agar dapat mengetahui Apa saja tahapan-tahapan perkembangan moral.
4. Agar dapat mengetahui Apa saja implikasi dalam proses pembelajaran moral.
5. Agar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan perkembangan moral kholberg.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL KHOLBERG

Pengertian perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan


dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-
ciri yang baru. Helden (1977) dan Richards (1971) berpendapat moral adalah suatu
kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan
lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jadi
menurut Santrock (1995) Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan
dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat,
atau standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial.
Moral pada setiap diri manusia adalah sangatlah berbeda, pada dunia psikologi moral
disebut superego, sedangkan pada agama islam menyebutnya denga hati nurani atau
af’idah yang di dalamnya menunjukkan kehidupan rohania atau spiritual. Pada
pemunculan hati nurani adalah ketika orang tua dengan susah payah mendidik dan
membimbing anak agar memahami apa dan bagaimana prilaku yang baik dan benar, serta
mana dan bagaimana prilaku yang salah dan buruk, karena hati nurani diwarnai, diolah
dan dimatangan oleh lingkungan serta pada kematangan mengikuti kematangan
perkembangan kepribadian. Pengaruh lingkungan dan norma yang ditanamkan orang tua
dan masyarakat menjadi kepribadian.3

B. TEORI PERKEMBANGAN MORAL

Teori Perkembangan Moral Sosok tokoh Kohlberg (1987) dan Rest (1998) dikenal
sebagai tokoh fonemenal yang mengenalkan psikologi moral Kognitif. Menurut mereka

3
Suparno, “Konsep Penguatan Nilai Moral Anak Menurut Kholberg”, Research And Tought Elmentary School
Of Islam Journal Vol. 1 No. 2, (Gresik, 2020), hal. 60

3
pertimbangan moral adalah aktivitas kognitif yang terjadi pada tahap mental.
Pertimbangan moral Kohlberg didasarkan pada konsep keadilan moral (justice) yang lebih
terfokus pada aspek makro-moralitas. Menurut Kohlberg, pertimbangan moral bersifat
otonom yang ditentukan oleh perkembangan kognitif individu. Kohlberg menjelaskan
bahwa pertimbangan terjadi dan dapat digunakan ketika individu membuat pertimbangan
moral. Ketika membuat pertimbangan moral, struktur pemikiran yang telah terbukti
berhasil membuat pertimbangan moral akan menggantikan atau menggabungkan struktur-
struktur sebelumnya agar berfungsi lebih efektif dalam pengambilan keputusan (Aswati
Hamzah, 2007).4
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence
Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, merupakan dasar dari
perilaku etis dan mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi.
Makalah baru. 5
Lawrence Kohlberg menjelaskan tahapan perkembangan moral sebagai ukuran dari
tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya..
Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan
teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan
reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958
yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral
dari Kohlberg.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku
etis mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti
perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget,
logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. padangan tersebut
di perluas kembali oleh Kohlberg dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral
pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama
4
Safrilsyah1 , Mohd Zailani bin Mohd. Yusoff 2 , dan Muhammad Khairi bin Othman3, “MORAL DAN
AKHLAQ DALAM PSIKOLOGI MORAL ISLAMI”, Psikoislamedia Jurnal Psikologi Volume 2 Nomor 2, (Banda
Aceh, 2017), hal.156-157
5
Wibowo Sarwi Edi, “Teori Perkembangan Moral Kholberg”,
https://www.scribd.com/document/420495144/Makalah-Perkembangan-Moral-Kohlberg, (Semarang, agustus
2019), hal.5

4
kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari
penelitiannya. 6

C. TAHAPAN-TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL

Kohlberg memperluas karya piaget yang menentukan bahwa proses perkembangan


moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan, dan itu terus berlangsung sepanjang
hidup individu. 7
Dalam penelitiannya Lawrence Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap dalam
seluruh proses berkembangnya pertimbangan moral anak dan orang muda. Keenam tipe
ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap Piaget/Dewey dan menjadikannya tiga
“tingkat” yang masing-masing dibagi lagi atas dua “tahap”. Ketiga “tingkat” itu adalah
tingkat prakonvensional, konvensional dan pasca- konvensional.8
Adapun tahap-tahap perkembangan moral tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkat I : Pra Konvensional, tingkat Pra konvensional ini dibagi menjadi dua tahap
yaitu:
a. Tahap 1 : Orientasi patuh dan takut hukuman. Dalam tahap pertama tingkat ini, anak
berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, dan moralitas suatu tindakan dinilai atas
dasar akibat fisiknya. Anak menganggap perbuatannya baik apabila ia memperoleh
ganjaran atau tidak mendapat hukuman. Oleh karenanya tingkah laku anak diarahkan
untuk mendapatkan ganjaran tersebut dan menghindarkan laranganlarangan yang akan
memberinya hukuman. Kepatuhan anak ditujukan kepada otoritas, bukan kepada
peraturan dan kepatuhan dinilai untuk kepentingan dirinya sendiri. Pikirannya bersifat
egosentris, yaitu anak tidak dapat memahami atau mempertimbangkan pandangan-
pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangannya.

b. Tahap 2: Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental. Pada tahap ini, seseorang


menghubungkan apa yang baik dengan kepentingan, minat dan kebutuhan dirinya

6
Suparno, “Konsep Penguatan Nilai Moral Anak Menurut Kholberg”, Research And Tought Elmentary School
Of Islam Journal Vol. 1 No. 2, (Gresik, 2020), hal. 60
7
Suparno, “Konsep Penguatan Nilai Moral Anak Menurut Kholberg”, Research And Tought Elmentary School
Of Islam Journal Vol. 1 No. 2, (Gresik, 2020), hal. 61
8
Fatma Laili Khoirun Nida, “INTERVENSI TEORI PERKEMBANGAN MORAL LAWRENCE KOHLBERG
DALAM DINAMIKA PENDIDIKAN KARAKTER”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol. 8, No. 2, (Kudus, Jawa
Tengah, Agustus 2013)

5
sendiri serta ia mengetahui dan membiarkan orang lain melakukan hal yang sama.
Seseorang menganggap yang benar apabila kedua belah pihak mendapat perlakuan
yang sama, yaitu yang memberikan kebutuhan-kebutuhan sendiri dan orang lain,
semacam moralitas jual beli. Perspektif timbal balik ini masih bersifat sangat pragmatis.
Tahap ini juga disebut tujuan instrumental oleh karena tindakan itu dianggap benar jika
secara instrumental dapat menyenangkan, memuaskan diri sendiri dan orang lain.
Tahap ini berbeda dari tahap moral orientasi patuh dan takut Telaah Kritis Terhadap
Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg 96 hukuman dalam hal sudah
timbulnya pandangan timbal balik antara dirinya dengan orang lain, karena tahap
orientasi patuh dan takut hukuman hanya mampu melihat dari perspektif dan
kepentingan dirinya sendiri saja. Perbedaan lainnya adalah bahwa seseorang pada tahap
ini di dalam menentukan apakah sesuatu itu baik atau tidak baik, tidak sepenuhnya
tergantung pada pihak otoritas (kekuatan eksternal), tetapi peran dirinya sendiri mulai
ada.

2. Tingkat II: Konvensional, tingkat konvensional dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap 3: Orientasi anak yang baik.
Dalam tahap ini, moralitas anak yang baik, anak yang menyesuaikan diri dengan
peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan
hubungan baik dengan mereka. Agar disebut sebagai anak baik, individu berusaha agar
ia dapat dipercaya oleh kelompok, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan kelompok
dan berusaha memenuhi harapanharapan kelompok. Jadi pada tahap ini individu telah
menyadari nilai dalam suatu kelompok. Ciri-ciri altruistik cukup menonjol, yaitu ia
lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Kemampuan empati membuat
individu pada tahap ini mulai meninggalkan prinsip timbal balik, sifat egois telah
ditransformasikan kepada pencarian persetujuan. Oleh karena itu di dalam memutuskan
sesuatu secara moral baik, persetujuan diri sendiri belum cukup, individu masih
mencari persetujuan eksternal. Perlu dipahami bahwa egosentrisme individu belum
ditinggalkan sama sekali.
b. Tahap 4: Moralitas pelestarian otoritas dan aturan sosial.
Dalam tahap keempat ini kebenaran diartikan sebagai menjunjung tinggi hukum
yang disetujui bersama. Individu yakin bahwa apabila kelompok sosial menerima

6
peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, mereka harus berbuat sesuai
dengan peraturan itu agar terhindar dari kecaman dan ketidak setujuan sosial. pada
tahap ini orientasi sebagai orang yang loyal, bak hati, memenuhi harapan orang atau
kelompok berganti dengan orientasi memelihara dan mempertahankan sistem sosial.
Orientasi melaksanakan kewajiban dengan baik dan menghilangkan egosentrime yang
masih ada pada tahap ketiga penalaran moral. Dapat disimpulkan bahwa ciri utama
tahap ini adalah menggantikan loyalitas kepada orang lain, kelompok atau masyarakat
kepada loyalitas hukum.

3. Tingkat ketiga ini bisa juga disebut sebagai moralitas prinsio-prinsip yang diterima
sendiri. Tingkat pasca konvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap 5: Moralitas Kontrak sosial dan hak-hak individu.
Dalam tahap ini kebenaran diperoleh individu melalui pertimbangan hak-hak
individu yang umum dan telah dikaji oleh masyarakat secara kritis. Konsensus
masyarakat diperlukan karena nilai-nilai pribadi masih dianggap relatif. Legalitas
diutamakan, akan tetapi tidak berpegang secara kaku kepada peraturan seperti pada
tahap keempat. Pada tahap kelima ini peraturan dapat diubah demi kesejahteraan
masyarakat. Individu meyakini bahwa harus ada keluwesan dalam keyakinan-
keyakinan moral yang memungkinkan modifikasi dan perubahan standar moral apabila
ini terbukti akan menguntungkan kelompok sebagai suatu keseluruhan. Pada tahap ini
individu menyadari bahwa hukum dan kewajiban harus berdasarkan perhitungan
rasional dari kegunaannya secara keseluruhan. Di dalam bertindak individu melakukan
yang paling baik untuk mendapatkan yang paling baik. Individu menyadari bahwa
terdapat perbedaan nilai dan pendapat diantara individu-individu. Dalam hal ini
individu tidak memihak, akan tetapi lebih berorientasi pada kontrak sosial. Beberapa
nilai dan hak seperti hak hidup dan kebebasan harus tetap dijunjung tinggi walaupun
tidak mendapatkan dukungan mayoritas.
b. Tahap 6: Moralitas prinsip-prinsip individu dan conscience.
Dalam tahap keenam ini kebenaran didasari oleh kata hati sendiri yang mengandung
konsistensi, pemahaman yang logis dan prinsip universal seperti keadilan, persamaan
hak-hak asasi manusia dan penghormatan terhadap martabat manusia. Dengan
mengikuti prinsip etik yang dipilih sendiri oleh individu ini, apabila hukum melanggar

7
prinsipprinsip, maka individu akan bertindak dengan berpegang pada prinsip-prinsip
tersebut. Prinsip ini merupakan keadilan hak asasi manusia sebagai individu.9

D. IMPLIKASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Implikasi Perkembangan menurut Plaget Teori Moral dan Kholberg bagi Pendidikan
Piaget dan Kohlberg telah membuktikan bahwa pertumbuhan dalam pertimbangan moral
(moral adjusment) merupakan proses perkembangan. Bukanya mencetakan aturan-aturan
dan keutamaan, keutaman dengan cara memberikan teladan, menasihati, memberi
hukuman dan ganjaran, tetapi suatu proes pembentukan struktur kognitif. Suatu teori
perkembangan diajukan beberapa asumsi yakni:
a. Perkembangan menyangkut perubahan-perubahan dasar dalam struktur, yaitu bentuk,
pola dan organisasi dari suatu respon.
b. Perkembangan merupakan hasil dari proses interaksi antara struktur, organisme dan
lingkungan.
c. Perkembangan mengarah pada terciptanya equilibrium yang semain besar dalam
interaksi antara organisme dengan lingkungan
d. Pendidikan sekolah seharusnya menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
siswa mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
e. Pembinaan perkembangan moral dilaukan dengan cara-cara yang menuntut siswa
untuk mengembangkan aturan yang adil.
f. Pendidikan nilai menitikberatkan kepada pengembangan perilaku yang dilandasi oleh
penalaran moral dalam kehidupan masyarakat.
Dalam asumsi-asumsi teori perkembangan itu tampak jelas beberapa implikasi untuk
pendidikan moral. Karena menyangkut perubahan struktur kognitif, perkembangan moral
merupakan proses yang perlahan, setahap demi setahap. Struktur kognitif menentukan
perkembangan moral.10

9
Siti Rohmah Nurhayati, “Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan” , Paradigma, No.2 Th.1, (Yogyakarta,
JUli 2006), hal.95-98

Andi Aco Agus, “Teori Perkembangan Moral Menurut Pieget dan Lawrance KohlbergSerta Implikasinya
10

Dalam Pendidikan”, Jurnal BirokratILmu Administrasi Publik Volume 1 No.6, (Makasar, April 2016), hal.13

8
E. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PERKEMBANAGAN MORAL
KHOLBERG

1. Kelebihan
Teori perkembangan moral Kohlberg dipengaruhi oleh tradisi formal dalam filsafat
dan tradisi strukturalis dalam psikologi, sehingga dia memusatkan pada hirarki
perkembangan moral, yang mana penalaran moral individu dapat digolongkan dalam
tahap-tahap menurut pemecahan mereka terhadap dilema moral yang diajukan. Salah satu
kelebihan teori perkembangan moral dari Kohlberg adalah pada tahap-tahap perkemba-
ngan itu sendiri yang memudahkan orang dalam memahami perkembangan moral.
Adanya pentahapan juga memudahkan orang untuk memprediksi perkembangan moral
seseorang. Secara praktis, dengan adanya tahaptahap perkembangan memudahkan orang
dalam memberikan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan penalaran moral seorang
anak.
Teori Kohlberg merupakan sebuah teori perkembangan kognitif klasik, yang
memberikan catatan tentang sifat yang integrated. Beberapa penelitian yang mendukung
teori Kohlberg tersebut di atas antara lain penelitian Kohlberg sendiri (dalam Durkin,
1995) yang menemukan bahwa dengan meningkatnya usia, maka subjek juga cenderung
mencapai penalaran moral yang lebih tinggi. Beberapa penelitian lain dengan
menggunakan prosedur skoring dari Kohlberg ataupun prosedur yang lebih objektif yang
dikembangkan oleh Rest (dalam Durkin, 1995) menunjukkan hasil adanya konsistensi
antara menigkatnya usia dengan peningkatan penalaran moral. Snarey (dalam Durkin,
1995), yang mereview 44 penelitian dalam 26 budaya berbeda di seluruh dunia,
menemukan adanya universalitas lintas budaya dalam tahap penalaran moral.
Dari teori perkembangan moral Kohlberg yang telah dijelaskan sebelumnya, tampak
bahwa Kohlberg tidak melihat pentingnya aspek kepribadian dalam mempengaruhi
penalaran moral seseorang, kecuali kemampuannya dalam melakukan ambil alih peran.
Sementara itu dari penelitian Hart dan Chmil (1992) menunjukkan bahwa kepribadian
remaja, khususnya pola mekanisme pertahanan diri, mempengaruhi penalaran moral
sampai usia dewasa.11
Siti Rohmah Nurhayati, “Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan” , Paradigma, No.2 Th.1,
11

(Yogyakarta, JUli 2006), hal.99

9
2. Kekurangan
Meskipun teori perkembangan moral Kohlberg merupakan teori yang banyak
dijadikan referensi sampai saat ini, namun teori tersebut tidak terlepas dari adanya
beberapa kritikan atas kelemahan-kelemahannya. Kelemahan-kelemahan tersebut terkait
dengan masalah metodologi penelitian yang digunakan Kohlberg, hubungan antara
penalaran moral dan perilaku moral, sifat universalitas dari teori Kohlberg, gender dan
perkembangan moral serta tinjauan dari sudut filsafat moral.
1. Masalah Metodologis
Durkin (1995) menyatakan adanya masalah metodologis dalam penelitian
Kohlberg. Dikatakan bahwa prosedur skoring yang digunakan adalah isoterik dan
subjektif (dilakukan oleh sebagian besar anggota kelompok penelitian Kohlberg
sendiri di Harvard), dan tidak stabil (menggunakan kriteria yang berbeda pada
poinpoin yang berbeda dalam evolusi teori).
2. Hubungan antara penalaran moral dan perilaku moral
Menurut Hook (1999) ide Kohlberg tentang penalaran moral seseorang belum
tentu dapat diaplikasikan dalam perilaku moral. Apa yang dikatakan oleh seseorang
sebagai moral, mungkin tidak nampak dalam perilaku orang tersebut. Kurtines (dalam
Hook, 1999) menyatakan pentingnya faktor situasional yang ikut menentukan kapan
seseorang akan bertindak menurut tahap penalaran moralnya.
3. Sifat Universal dari Teori Perkembangan Moral Kohlberg
Kritik lain ditujukan pada pendapat Kohlberg bahwa teorinya bersifat universal
(Hook, 1999). Nampaknya pendapat Kohlberg tersebut diragukan dan tidak dapat
diterima (Durkin, 1995). Kritik tersebut menyatakan bahwa gambaran tahapan
penalaran moral Kohlberg merupakan interpretasi moralitas yang secara unik
ditemukan dalam masyarakat demokratis barat, sehingga tidak akan dapat diterapkan
pada budaya bukan barat.
4. Gender dan Perkembangan Moral Kohlberg
Sebagian para ahli yakin bahwa tahap penalaran moral Kohlberg tidak dapat
diterapkan secara seimbang pada laki-laki dan perempuan (Hook, 1999). Gilligan
(dalam Durkin, 1995) menyatakan bahwa kerangka kerja Kohlberg difokuskan pada
perkembangan konsep keadilan. Hal tersebut didasarkan pada cara laki-laki dalam

10
memandang sesuatu, sehingga terdapat bias terhadap perempuan dalam instrumentasi
dan prosedur skoring. Dalam kenyataannya, penelitian Kohlberg lebih banyak
dilakukan dengan menggunakan subjek laki-laki, dan sebagian besar dilema moral
yang dibuat memuat karakter laki-laki sebagai pelaku utama, yang memungkinkan
subjek laki-laki lebih mudah dalam berhubungan dengan hal tersebut.
5. Filsafat Moral
Sebuah perbincangan menarik tentang landasan filosofi perkembangan moral
Kohlberg muncul dari Walker dan Pitts (1998) dan Hart (1998). Walker dan Pitts
(1998) menyatakan bahwa pilihan Kohlberg terhadap satu tradisi filosofis memiliki
akibat negatif, yaitu: a) penekanan yang kaku pada hukum dan keadilan; b) konsep
moral yang terbatas pada kognisi, tetapi mengabaikan perasaan, perilaku dan
karakter; dan c) kesalahan dalam menggunakan perspektif fenomenologis dari
pengalaman moralitas subjektif. Menurut Walker dan Pitts (1998), penelitian yang
dibatasi oleh definisi apriori tentang moralitas (contohnya penelitian Kohlberg) akan
membatasi pemahaman kita terhadap berfungsinya moral.12

BAB III
PENUTUP

Siti Rohmah Nurhayati, “Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan” , Paradigma, No.2 Th.1,
12

(Yogyakarta, JUli 2006), hal.100-103

11
A. KESIMPULAN

 PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL KHOLBERG


Pengertian perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan
dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-
ciri yang baru. Helden (1977) dan Richards (1971) berpendapat moral adalah suatu
kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan
lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jadi
menurut Santrock (1995) Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan
dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat,
atau standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial.
 TEORI PERKEMBANGAN MORAL
Teori Perkembangan Moral Sosok tokoh Kohlberg (1987) dan Rest (1998) dikenal
sebagai tokoh fonemenal yang mengenalkan psikologi moral Kognitif. Menurut mereka
pertimbangan moral adalah aktivitas kognitif yang terjadi pada tahap mental.
Pertimbangan moral Kohlberg didasarkan pada konsep keadilan moral (justice) yang lebih
terfokus pada aspek makro-moralitas. Menurut Kohlberg, pertimbangan moral bersifat
otonom yang ditentukan oleh perkembangan kognitif individu. Kohlberg menjelaskan
bahwa pertimbangan terjadi dan dapat digunakan ketika individu membuat pertimbangan
moral. Ketika membuat pertimbangan moral, struktur pemikiran yang telah terbukti
berhasil membuat pertimbangan moral akan menggantikan atau menggabungkan struktur-
struktur sebelumnya agar berfungsi lebih efektif dalam pengambilan keputusan (Aswati
Hamzah, 2007).
 TAHAPAN-TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL
Adapun tahap-tahap perkembangan moral tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkat I : Pra Konvensional, tingkat Pra konvensional ini dibagi menjadi dua tahap
yaitu:
a. Tahap 1 : Orientasi patuh dan takut hukuman. Dalam tahap pertama tingkat ini, anak

12
berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, dan moralitas suatu tindakan dinilai atas
dasar akibat fisiknya.

b. Tahap 2: Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental. Pada tahap ini, seseorang


menghubungkan apa yang baik dengan kepentingan, minat dan kebutuhan dirinya
sendiri serta ia mengetahui dan membiarkan orang lain melakukan hal yang sama.

2. Tingkat II: Konvensional, tingkat konvensional dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap 3: Orientasi anak yang baik.
Dalam tahap ini, moralitas anak yang baik, anak yang menyesuaikan diri dengan
peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan
hubungan baik dengan mereka. Agar disebut sebagai anak baik, individu berusaha agar
ia dapat dipercaya oleh kelompok, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan kelompok
dan berusaha memenuhi harapanharapan kelompok.

b. Tahap 4: Moralitas pelestarian otoritas dan aturan sosial.


Dalam tahap keempat ini kebenaran diartikan sebagai menjunjung tinggi hukum
yang disetujui bersama. Individu yakin bahwa apabila kelompok sosial menerima
peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, mereka harus berbuat sesuai
dengan peraturan itu agar terhindar dari kecaman dan ketidak setujuan sosial. pada
tahap ini orientasi sebagai orang yang loyal, bak hati, memenuhi harapan orang atau
kelompok berganti dengan orientasi memelihara dan mempertahankan sistem sosial. \

3. Tingkat ketiga ini bisa juga disebut sebagai moralitas prinsio-prinsip yang diterima
sendiri. Tingkat pasca konvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap 5: Moralitas Kontrak sosial dan hak-hak individu.
Dalam tahap ini kebenaran diperoleh individu melalui pertimbangan hak-hak
individu yang umum dan telah dikaji oleh masyarakat secara kritis. Konsensus
masyarakat diperlukan karena nilai-nilai pribadi masih dianggap relatif. Legalitas
diutamakan, akan tetapi tidak berpegang secara kaku kepada peraturan seperti pada
tahap keempat.
b. Tahap 6: Moralitas prinsip-prinsip individu dan conscience.
Dalam tahap keenam ini kebenaran didasari oleh kata hati sendiri yang mengandung

13
konsistensi, pemahaman yang logis dan prinsip universal seperti keadilan, persamaan
hak-hak asasi manusia dan penghormatan terhadap martabat manusia.

 IMPLIKASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN


a. Perkembangan menyangkut perubahan-perubahan dasar dalam struktur, yaitu bentuk,
pola dan organisasi dari suatu respon.
b. Perkembangan merupakan hasil dari proses interaksi antara struktur, organisme dan
lingkungan.
c. Perkembangan mengarah pada terciptanya equilibrium yang semain besar dalam
interaksi antara organisme dengan lingkungan
d. Pendidikan sekolah seharusnya menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
siswa mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
e. Pembinaan perkembangan moral dilaukan dengan cara-cara yang menuntut siswa
untuk mengembangkan aturan yang adil.
f. Pendidikan nilai menitikberatkan kepada pengembangan perilaku yang dilandasi oleh
penalaran moral dalam kehidupan masyarakat.

Dalam asumsi-asumsi teori perkembangan itu tampak jelas beberapa implikasi untuk
pendidikan moral. Karena menyangkut perubahan struktur kognitif, perkembangan
moral merupakan proses yang perlahan, setahap demi setahap. Struktur kognitif
menentukan perkembangan moral.

 KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PERKEMBANAGAN MORAL


KHOLBERG
1. Kelebihan
Teori perkembangan moral Kohlberg dipengaruhi oleh tradisi formal dalam filsafat
dan tradisi strukturalis dalam psikologi, sehingga dia memusatkan pada hirarki
perkembangan moral, yang mana penalaran moral individu dapat digolongkan dalam
tahap-tahap menurut pemecahan mereka terhadap dilema moral yang diajukan. Salah satu
kelebihan teori perkembangan moral dari Kohlberg adalah pada tahap-tahap perkemba-
ngan itu sendiri yang memudahkan orang dalam memahami perkembangan moral.
Adanya pentahapan juga memudahkan orang untuk memprediksi perkembangan moral
seseorang. Secara praktis, dengan adanya tahaptahap perkembangan memudahkan orang

14
dalam memberikan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan penalaran moral seorang
anak.
2. Kekurangan
Meskipun teori perkembangan moral Kohlberg merupakan teori yang banyak
dijadikan referensi sampai saat ini, namun teori tersebut tidak terlepas dari adanya
beberapa kritikan atas kelemahan-kelemahannya. Kelemahan-kelemahan tersebut terkait
dengan masalah metodologi penelitian yang digunakan Kohlberg, hubungan antara
penalaran moral dan perilaku moral, sifat universalitas dari teori Kohlberg, gender dan
perkembangan moral serta tinjauan dari sudut filsafat moral.
1. Masalah Metodologis
2. Hubungan antara penalaran moral dan perilaku moral
3. Sifat Universal dari Teori Perkembangan Moral Kohlberg
4. Gender dan Perkembangan Moral Kohlberg
5. Filsafat Moral

B. SARAN

15
DAFTAR PUSTAKA

2, S. Z. (2017). Mohd Zailani bin Mohd. Yusoff 2. Psikoislamedia Jurnal Psikologi, 156-157.

Agus, A. A. (2016). Teori Perkembangan Moral. JOURNAL BIROKRAT ILMU ADMI ISTRASI
NEGARA, 13.

Nida, F. L. (2013). INTERVENSI TEORI PERKEMBANGAN MORAL LAWRENCE


KOHLBERG DALAM DINAMIKA PENDIDIKAN KARAKTER . Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, 282.

Nurhayati, S. R. (2006). TELAAH KRITIS TERHADAP TEORI PERKEMBANGAN .


Paradigma, No. 02, 94.

Suparno. (2020). KONSEP PENGUATAN NILAI MORAL ANAK MENURUT KOHBERG.


Research And Tought Elmentary School Of Islam Journal, 60.

Wibowo, S. E. (2019, agustus 1). TEORI PERKEMBANGAN MORAL KHOLBERG. Retrieved


desember 9, 2021, from Makalah-Perkembangan-Moral-Kohlberg:
https://www.scribd.com/document/420495144/Makalah-Perkembangan-Moral-Kohlberg

iv

Anda mungkin juga menyukai