Disusun Oleh:
Kelompok 12
Dosen Pengampu:
Al Furqon, M.Pd
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT. yang mana telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang berjudul
“Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik”Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Al Furqon, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik yang telah memberikan arahan kepada kami dalam menyusun makalah ini sesuai tepat
waktu.Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangan
baik dalam hasil maupun sistematika penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi penulis
demi kesempurnan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat baik dari penulis maupun pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
C. Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik dalam Pembelajaran .....8
A. Simpulan...................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Laila Maharani, ”Perkembangan Moral Pada Anak”, Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 1
Nomor 2, Desember 2014, (Online), (https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli, diakses tanggal 27
November 2023), hlm. 93-94
2
Fien Pongpalilu, dkk. Perkembangan Peserta Didik, (Jambi: Sonpedia Publishing Indonesia, 2023),
hlm. 2-4
2
cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak. Moral
berasal dari bahasa latin mores sendiri berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Selanjutnya dalam mengartikan moral sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan kesusilaan,3
3
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medang: Perdana Publishing, 2012), hlm. 142
4
Fatma Laili Khoirun Nida, “Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg dalam
Dinamika Pendidikan Karakter”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2013,
(Onlline), (https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/754, diakses tanggal 27 November
2023), hlm. 280-281
3
b. Fase realitas, anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang
lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan
bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama,
serta merasa bertanggung jawab menaatinya.
5
Laila Maharani, Op.Cit, hlm. 97
4
rajin beribadah, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, bersyukur, merasakan
kebesaran Tuhan ketika mempelajari ilmu pengetahuan, dan lain-lain.6
Konsep spiritual atau spiritualis secara etimologi spiritual atau spiritualitas
(spirituality), berasal dari kata latin "spiritus" yang berarti: breath of life
(nafas kehidupan), wind (angin), vigor (kekuatan/tenaga), courage
(keberanian/keteguhan hati), soul (roh/sukma), self (diri), truth (kebenaran), God
(Tuhan). Makna spiritual dapat dimaknai sebagai transendensi yang
merupakan capaian tertinggi dalam perkembangan individu, sebagai motivasi
yang mendorong individu dalam mencari makna dan tujuan hidup, sebagai
ciri kemanusiaan yang membedakan individu dengan makhluk yang lainnya,
dan sebagai dimensi kemanusiaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan
istilah spiritual merupakan bagian dari perkembangan individu, aspek
spiritual dapat mendorong individu untuk mencari hakikat mengenai
keberadaan diri, yang pada akhirnya dapat memandu individu dalam
mencapai aktualisasi diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga individu mampu mengapresiasi keindahan, kebenaran, kesatuan, dan
pengorbanan dalam hidup, serta individu mampu menghargai individu
lain dan makhluk hidup lainnya.7
5
1) Prakonvensional (usia 0- 9 tahun)
a. Tahap 3, orientasi anak manis, anak memandang suatu perbuatan itu baik, atau
berharga baginya apabila dapat menyenangkan, membantu, atau disetujui atau
diterima orang lain.
b. Tahap 4, orientasi hukum dan ketertiban, anak dan orang telah merasa
berkewajiban untuk menaati hukum, otoritas dan peraturan demi tata tertib itu
sendiri. Orang menghormati dan menaati hukum yang diangapnya bersifat
universal.8
b. Tahap 6, orientasi prinsip etika yang universal, yaitu apa yang dianggap baik
atau benar adalah apa yang hati nurai orang menetapkan sesuai dengan asas
8
Marganti, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012) hlm. 142
6
keadilan yang universal, yang menghormati sesama, harkat dan martabatnya.
Ini merupakan puncak perkembangan moral.
7
aspek perkembangan lainnya seperti aspek perkembangan kognitif, moral,
sosial, dan aspek perkembangan penghayatan keagamaan.9
9
Aam Imaddudin, Op.Cit, hlm. 57-59
10
Winda Apriyani, “Implikasi Pendidikan Moral dan Spiritual Terhadap Pendidikan di Mis Nurul
Arafah”, Jurnal Pendidikan dan Pengabdian kepada Masyarakat, Volume 3 Nomor 1 Tahun 2023, (Online),
(https://jurnal.permapendis-sumut.org/index.php/pema/article/view/324/254, di akses tanggal 28 N0vember
2023), hlm. 62
8
Implikasi perkembangan moral dan spiritual peserta didik memiliki dampak
yang signifikan terhadap pendidikan. Pendidikan moral dan spiritual membantu
peserta didik dalam mengembangkan karakter, nilai-nilai, dan kesadaran spiritual
mereka. Hal ini penting karena membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan
bangsa. Strategi yang dapat digunakan dalam perkembangan moral dan spiritual
peserta didik antara lain memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui
kurikulum, memberikan pendidikan moral secara langsung, dan memberikan
pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai.
Pendidikan moral dan spiritual juga berperan dalam menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya. Selain itu, pembinaan
perkembangan moral peserta didik sangat penting karena jiwa dan wataknya perlu
dibangun dan dibina. Implikasi perkembangan moral dan spiritual terhadap
pendidikan diharapkan dapat memberikan pengetahuan akhlak, membantu peserta
didik masuk ke dalam masyarakat tempat tinggalnya di masa mendatang, dan
memberikan pendidikan moral langsung.
Implikasi perkembangan moral dan spiritual peserta didik dalam
pembelajaran sangat penting untuk mengembangkan individu yang memiliki karakter
dan keprihatinan yang baik. Berikut adalah beberapa implikasi dan strategi dalam
pendidikan moral dan spiritual:
9
d. Pendekatan klarifikasi nilai, pendidikan moral tidak langsung yang
berfokus pada upaya membantu siwa untuk memperoleh kejelasan
mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk di cari.
11
Ibid., hlm. 62
10
d. Menyuruh anak merenungkan bahwa Tuhan itu ada dalam jiwa mereka
dengan cara menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri mereka
tumbuh atau mendengar darah mengalir.
12
Ibid., hlm. 63
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan, untuk
melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa cinta terhadap
perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak. Moral berasal dari
bahasa Latin mores sendiri berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat,
atau kelakuan. Perkembangan spiritualitas merupakan proses yang besifat
kontinum dan dinamis, spiritualitas dalam konteks perkembangan anak
merupakan proses perkembangan kesadaran mengenai hakikat dan keberadaan
diri, orang lain dan lingkungan, serta seluruh alam semesta. Aspek spiritual
dapat mendorong individu untuk mencari hakikat mengenai keberadaan
diri, yang pada akhirnya dapat memandu individu dalam mencapai
aktualisasi diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Implikasi
perkembangan moral dan spiritual peserta didik dalam pembelajaran mencakup
berbagai aspek, seperti memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui
kurikulum sekolah, pendidikan langsung tentang moral di setiap pembelajaran
di kelas, dan menciptakan wadah yang baik bagi peserta didik untuk
mempelajari agamanya. Selain itu, strategi yang mungkin dilakukan guru di
sekolah termasuk memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi
nilai, menjadikan wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati
agamanya, dan membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan
melalui pendekatan spiritual.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA