Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN MORAL DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK

“Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik”

Disusun Oleh:

Kelompok 12

Jihan Rayuda : 2121036

Novita Fitri : 2122049

Raudhatul Hasanah : 2122101

Dosen Pengampu:

Al Furqon, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT. yang mana telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang berjudul
“Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik”Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Al Furqon, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik yang telah memberikan arahan kepada kami dalam menyusun makalah ini sesuai tepat
waktu.Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangan
baik dalam hasil maupun sistematika penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi penulis
demi kesempurnan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat baik dari penulis maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bukittingi, 27 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi perkembangan moral peserta didik .................................................................2

B. Karakteristik perkembangan moral dan spiritual peserta didik ....................................5

C. Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik dalam Pembelajaran .....8

BAB III PENUTUP

A. Simpulan...................................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam


kehidupan, dimana aspek yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting dalam
hal ini adalah peserta didik. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup
akademik namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang
sesuai dengan norma hukum dan agama. Setiap peserta didik bersifat khas dan unik
karena setiap peserta didik berbeda-beda. Dalam pendidikan dan pembelajaran
diperlukan suatu pengetahuan akan perkembangan-perkembangan yang terjadi pada
peserta didik. Dimana aspek-aspek perkembangan peserta didik cukup banyak seperti
perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan moral, perkembangan
spiritual atau kesadaran beragama dan lain sebagainya. Setiap aspek-aspek tersebut
dapat dikaji berdasarkan fase-fasenya untuk membantu dalam memahami cara belajar
dan tentunya sikap maupun tingkah laku peserta didik. Selain itu, aspek pembelajaran
yang diberikan kepada para peserta didik juga berupa pendidikan moral dan spiritual
untuk membentuk pribadi-pribadi yang sesuai dengan harapan bangsa yang dituliskan
pada tujuan pendidikan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Defenisi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik?

2. Bagaimana Karakteristik Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik?

3. Bagaimana Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik dalam


Pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Defenisi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik.

2. Untuk Mengetahui Karakteristik Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta


Didik.

3. Untuk Mengetahui Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik


dalam Pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik


1. Perkembangan Moral
Moral, berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan
adat. Menurut piaget, hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan
menaati sistem peraturan. Selanjutnya, Kohlberg mengemukakan bahwa aspek
moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu yang berkembang
dan dapat diperkembangkan atau dipelajari. Moral merupakan wujud abstrak dari
nilai-nilai dan tampilan secara nyata dalam perilaku yang dapat diamati. Sikap
moral muncul dalam praktek moral dengan kategori positif (menerima), netral,
dan negatif (menolak). Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai
moral, diekspresikan dalam perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan
nilai dan orang disekitarnya, seperti mau menerima, mendukung, peduli, dan
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap moral yang netral diekspresikan
dalam perilaku sikap tidak memihak (tidak mendukung atau tidak menolak)
terhadap nilai yang ada di masyarakat. Sikap moral yang negatif diekspresikan
dalam perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa,
kesal, marah, benci, bermusuhan, dan menentang terhadap nilai moral yang ada di
masyarakat.1

Perkembangan berarti suatu urutan-urutan perubahan yang progresif dalam


suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.2 Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan,
kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa

1
Laila Maharani, ”Perkembangan Moral Pada Anak”, Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 1
Nomor 2, Desember 2014, (Online), (https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli, diakses tanggal 27
November 2023), hlm. 93-94
2
Fien Pongpalilu, dkk. Perkembangan Peserta Didik, (Jambi: Sonpedia Publishing Indonesia, 2023),
hlm. 2-4

2
cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak. Moral
berasal dari bahasa latin mores sendiri berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Selanjutnya dalam mengartikan moral sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan kesusilaan,3

Menurut Santrock perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan


dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral adalah
perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak berkenaan
dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku dalam kelompok
sosial.

Santrock juga menjelaskan bahwa perkembangan moral di dalamnya


menyangkut perkembangan proses dalam berfikir, merasa, serta berperilaku yang
sesuai dengan peraturan. Menurut Havinghurts, moral bersumber dari adanya
suatu tata nilai. Tata nilai adalah suatu objek rohani atas suatu keadaan yang
diinginkan. Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat
melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan nilai yang diinginkan itulah yang
disebut moral. Dengan demikian perkembangan moral peserta didik sangat
berkaitan dengan perkembangan sosialnya, disamping pengaruh kuat dari
perkembangan kognitif, afektif dan konatifnya. Bagi anak dalam perkembangan
moral sangat dipengaruhi oleh peranan orang tua sebagai sosok yang paling dekat
dengan anak (terutama ibu) sebagai kontributor pola perkembangan moral bagi
anak seterusnya.4

Mempelajari perkembangan sikap moral peserta didik usia sekolah, Piaget


mengemukakan tiga tahap perkembangan moral. Piaget membagi pekembangan
menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase absolut, anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat
diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Disini peraturan
sebagai moral adalah objek eksternal yang tidak boleh diubah.

3
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medang: Perdana Publishing, 2012), hlm. 142
4
Fatma Laili Khoirun Nida, “Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg dalam
Dinamika Pendidikan Karakter”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2013,
(Onlline), (https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/754, diakses tanggal 27 November
2023), hlm. 280-281

3
b. Fase realitas, anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang
lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan
bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama,
serta merasa bertanggung jawab menaatinya.

c. Fase subjektif, anak memperhatikan motif atau kesengajaan dalam


penilaian perilaku. Perkembangan moral dipengaruhi upaya meningkatkan
interaksi dengan sesama dan berkontak dengan pandangan lain. Dengan
interaksi yang bertambah luas anak makin mampu memahami pandangan
orang lain dan berbagi aturan untuk kehidupan bermoral dalam kebersamaan.

Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti


bagaimana cara membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang
mengetahui dan berperilaku atau bersikap baik dan benar. Sikap dan perilaku
moral dapat dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai atau norma
yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan yang
dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya mempersiapkan
anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi
luhur, dan berguna bagi orang lain. Pendidik mengajarkan keteraturan hidup,
disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik bermoral dalam perilaku
dan kegiatannya.5

2. Perkembangan Spiritual Peserta Didik

Spiritual secara bahasa adalah sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan


atau bersifat kejiwaan (ruhani atau batin). Sementara dalam pengertian umum
spiritual seringkali berhubungan antara kondisi ruhani dan batin dengan
kekuasaan yang Maha Besar atau agama. Sehingga dalam kurikulum 2013
disebutkan bahwa sikap spiritual adalah menghargai, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama yang dianut peserta didik. Sikap spiritual diantaranya

5
Laila Maharani, Op.Cit, hlm. 97

4
rajin beribadah, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, bersyukur, merasakan
kebesaran Tuhan ketika mempelajari ilmu pengetahuan, dan lain-lain.6
Konsep spiritual atau spiritualis secara etimologi spiritual atau spiritualitas
(spirituality), berasal dari kata latin "spiritus" yang berarti: breath of life
(nafas kehidupan), wind (angin), vigor (kekuatan/tenaga), courage
(keberanian/keteguhan hati), soul (roh/sukma), self (diri), truth (kebenaran), God
(Tuhan). Makna spiritual dapat dimaknai sebagai transendensi yang
merupakan capaian tertinggi dalam perkembangan individu, sebagai motivasi
yang mendorong individu dalam mencari makna dan tujuan hidup, sebagai
ciri kemanusiaan yang membedakan individu dengan makhluk yang lainnya,
dan sebagai dimensi kemanusiaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan
istilah spiritual merupakan bagian dari perkembangan individu, aspek
spiritual dapat mendorong individu untuk mencari hakikat mengenai
keberadaan diri, yang pada akhirnya dapat memandu individu dalam
mencapai aktualisasi diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga individu mampu mengapresiasi keindahan, kebenaran, kesatuan, dan
pengorbanan dalam hidup, serta individu mampu menghargai individu
lain dan makhluk hidup lainnya.7

B. Karakteristik Perkembangan Moral Spiritual Peserta Didik

1. Karakteristik Perkembangan Moral

Lawrence Kohlberg mengategorisasi dan mengklasifikasi respon yang


dimunculkan kedalam 6 tahap perkembangan moral yang berbeda. Ke-6 tahapan
tersebut dibagi kedalam 3 tingkatan: Prakonfensional, Konvensional, dan
Pascakonvesional.
6
Alivermana Wiguna, "Upaya Mengembangkan Sikap Spiritual Dan Sosial Peserta Didik Berbasis
Psikologi Positif Di Sekolah", Journal Of Basic Education, Volume 01 Nomor 02 Juni 2017, (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/322893382_UPAYA_MENGEMBANGKAN_SIKAP_SPIRITUAL_
DAN_SOSIAL_PESERTA_DIDIK_BERBASIS_PSIKOLOGI_POSITIF_DI_SEKOLAH, diakses tanggal 28
November 2023), hlm. 49
7
Aam Imaddudin, “Mengembangakan Kesejahteraan Spiritual Peserta Didik Sebagai Katalis bangsa
Inovatif”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1, Februari 2015, (Online),
(https://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/1260/1126, diakses tanggal 27 November
2023), hlm. 54

5
1) Prakonvensional (usia 0- 9 tahun)

a. Tahap 1, orientasi hukuman dan kepatuhan, inilah jenjang yang merupakan


awal kesadaran seorang anak atau orang dewasa yang mendasarkan awal
kesadaran seorang anak atau orang dewasa yang mendasarkan perbuatannya
atas pertimbangan ketakutan akan hukuman sebagai akibat tindakannya,
misalnya si anak berbuat baik sebab ia takut dihukum oleh orang tuanya
jikalau ia nakal.

b. Tahap 2, orientasi relativis instrumental, si anak kini telah memakai


pertimbangan untuk tindakannya, hanya sifatnya egoistis yaitu demi
keuntungan dirinya. Perbuatan anak ini dilakukan bukan demi benar salah atau
keadilan, tetapi berdasarkan kesenangan bagi dirinya, dan juga demi
keuntungan timbal balik dengan pihak lain.

2) Konvensional (usia 11 dan 12 tahun) Perbuatan menuruti harapan keluarga,


kelompok, dan bangsa.

a. Tahap 3, orientasi anak manis, anak memandang suatu perbuatan itu baik, atau
berharga baginya apabila dapat menyenangkan, membantu, atau disetujui atau
diterima orang lain.

b. Tahap 4, orientasi hukum dan ketertiban, anak dan orang telah merasa
berkewajiban untuk menaati hukum, otoritas dan peraturan demi tata tertib itu
sendiri. Orang menghormati dan menaati hukum yang diangapnya bersifat
universal.8

3) Pascakonvensional (minimal 13 tahun ke atas)

a. Tahap 5, orientasi kontrak sosial legalistik, merupakan perbuatan atau tindakan


yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak-hak individual yang
umum, dan dari segi aturan atau patokan yang telah diuji secara kritis, serta
disepakati oleh seluruh masyarakat. Dengan demikian, perbuatan yang baik itu
adalah yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

b. Tahap 6, orientasi prinsip etika yang universal, yaitu apa yang dianggap baik
atau benar adalah apa yang hati nurai orang menetapkan sesuai dengan asas

8
Marganti, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012) hlm. 142

6
keadilan yang universal, yang menghormati sesama, harkat dan martabatnya.
Ini merupakan puncak perkembangan moral.

2. Karakteristik Perkembangan Spiritual Peserta Didik

Perkembangan spiritualitas merupakan proses yang besifat kontinum dan


dinamis, spiritualitas dalam konteks perkembangan anak merupakan proses
perkembangan kesadaran mengenai hakikat dan keberadaan diri, orang lain dan
lingkungan, serta seluruh alam semesta. spiritualitas merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh setiap individu yang diperlukan dalam menjalani proses kehidupan.
Spiritualitas dalam konteks perkembangan anak merupakan proses
perkembangan kesadaran mengenai hakikat dan keberadaan diri, orang lain dan
lingkungan, serta seluruh alam semesta. Perkembangan spiritualitas juga
ditandai dengan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan sesama dan
mengembangkan hubungan denganTuhan Yang Maha Esa atau kekuatan yang
berada di luar dirinya.
Spiritualitas juga membantu anak untuk bisa mengekspresikan identitas diri,
nilai-nilai dalam proses menjalin hubungan dengan sesama. Perkembangan
spiritual akan erat kaitannya dengan perkembangan penghayatan keagamaan
dan perkembangan keyakinan, serta berbagai aspek perkembangan lainnya.
Hal ini senada dengan penjelasan Abin Syamsuddin yang menyatakan bahwa
perkembangan perilaku keagamaan dalam satu paket dengan perkembangan
perilaku sosial dan moralitas.
Hal ini dimungkinkan karena secara potensial (fitriah) manusia adalah
makhluk sosial dan makhluk beragama. Perkembangan pengahayatan
keagamaan dalam sudut pandang Brigtman merupakan pengakuan atas
keberadaan dan mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yaitu
mengatur tata hidup manusia dan alam semestaraya ini. Pendapat tersebut,
menegaskan bahwa perkembangan spiritual sejalan dengan aspek perkembangan
lainnya, antara lain perkembangan kognitif, emosi, moral, dan penghayatan
keagamaan.
Artinya dari pendapat ini, untuk memahami bagaimana perkembangan
kesejahteraan spiritual peserta didik, maka perlu memahami ragam

7
aspek perkembangan lainnya seperti aspek perkembangan kognitif, moral,
sosial, dan aspek perkembangan penghayatan keagamaan.9

C. Implikasi Perkembangan Moral Spiritual Peserta Didik dalam Pembelajaran

Implikasi perkembangan moral dan spiritual peserta didik dalam


pembelajaran mencakup berbagai aspek, seperti memberikan pendidikan moral dan
keagamaan melalui kurikulum sekolah, pendidikan langsung tentang moral di setiap
pembelajaran di kelas, dan menciptakan wadah yang baik bagi peserta didik untuk
mempelajari agamanya. Selain itu, strategi yang mungkin dilakukan guru di sekolah
termasuk memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai,
menjadikan wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya,
dan membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan
spiritual. Implikasi ini sangat penting untuk membina perkembangan moral dan
spiritual peserta didik, memastikan mereka menjadi individu yang memiliki nilai
moral dan agama yang kuat. Strategi-strategi yang disebutkan bertujuan untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan aspek moral dan spiritual
siswa.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi sarana yang
kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik. Untuk itu,
sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan
sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan moral dan segala aspek
kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas hendaknya dihubungkan
dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian, pembinaan pendidikan
moral peserta didik sangat penting karena percuma saja jika mendidik anak-anak
hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan, tetapi jiwa dan wataknya tidak
dibangun dan dibina. Dengan pendidikan moral pendidikan di sekolah lebih terarah
dalam mencapai tujuan pendidikan, karena moral itu sendiri mulai tertanam ataupun
sudah tertanam dalam diri peserta didik.10

9
Aam Imaddudin, Op.Cit, hlm. 57-59
10
Winda Apriyani, “Implikasi Pendidikan Moral dan Spiritual Terhadap Pendidikan di Mis Nurul
Arafah”, Jurnal Pendidikan dan Pengabdian kepada Masyarakat, Volume 3 Nomor 1 Tahun 2023, (Online),
(https://jurnal.permapendis-sumut.org/index.php/pema/article/view/324/254, di akses tanggal 28 N0vember
2023), hlm. 62

8
Implikasi perkembangan moral dan spiritual peserta didik memiliki dampak
yang signifikan terhadap pendidikan. Pendidikan moral dan spiritual membantu
peserta didik dalam mengembangkan karakter, nilai-nilai, dan kesadaran spiritual
mereka. Hal ini penting karena membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan
bangsa. Strategi yang dapat digunakan dalam perkembangan moral dan spiritual
peserta didik antara lain memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui
kurikulum, memberikan pendidikan moral secara langsung, dan memberikan
pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai.
Pendidikan moral dan spiritual juga berperan dalam menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya. Selain itu, pembinaan
perkembangan moral peserta didik sangat penting karena jiwa dan wataknya perlu
dibangun dan dibina. Implikasi perkembangan moral dan spiritual terhadap
pendidikan diharapkan dapat memberikan pengetahuan akhlak, membantu peserta
didik masuk ke dalam masyarakat tempat tinggalnya di masa mendatang, dan
memberikan pendidikan moral langsung.
Implikasi perkembangan moral dan spiritual peserta didik dalam
pembelajaran sangat penting untuk mengembangkan individu yang memiliki karakter
dan keprihatinan yang baik. Berikut adalah beberapa implikasi dan strategi dalam
pendidikan moral dan spiritual:

a. Memberikan pengetahuan akhlak dan keagamaan, pendidikan sekolah


formal harus memberikan pengetahuan akhlak dan keagamaan melalui
kurikulum tersembunyi dan pendidikan secara langsung tentang moral di
setiap pembelajaran di kelas.

b. Mengembangkan rasa ketuhanan, pendidikan moral dan spiritual


membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan dan menjadi
individu yang beresponsabilitas dan mengerti akan lingkungan.

c. Menjadi wahana yang kondusif, sekolah harus menjadi wahana yang


kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya, tidak hanya
sedekar bersifat teoretis, tetapi penghayatan yang benar-benar
dikontruksi dari pengakaman keberagamaan.

9
d. Pendekatan klarifikasi nilai, pendidikan moral tidak langsung yang
berfokus pada upaya membantu siwa untuk memperoleh kejelasan
mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk di cari.

e. Pengembangan perkembangan moral dan spiritual bersama dengan


pemangku kepentingan, guru dan pembimbing harus membantu peserta
didik mengembangkan perkembangan moral dan spiritual mereka
bersama dengan pemangku kepentingan, seperti membantu mereka
menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran.

f. Menjadi kesepakatan dalam pendidikan, dalam proses pembelajaran


peserta didik harus menjadi kesepakatan untuk menghadapi tantangan
dan mengembangkan perkembangan moral dan spiritual mereka

Dalam menerapkan strategi-strategi ini, penting untuk mempertimbangkan


faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral dan spiritual peserta didik,
seperti faktor internal dan eksternal, serta budaya yang berkembang di tengah
Masyarakat.11
Pendidikan spiritual membawa banyak implikasi terhadap Pendidikan
dan diharapkan muncul manusia yang benar-benar utuh dari lembaga-lembaga
pendidikan. Untuk itu, pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan
sebagai bagian penting dari program-program pendidikan yang diberikan di
sekolah dasar. Adapun implikasi pendidikan spiritual yaitu sebagai berikut:

a. Menjadikan pendidikan sebagai wahana kondusif bagi peserta didik


untuk menghayati agamanya, tidak hanya sekedar bersifat teoritis,
tetapi penghayatan yang benar-benar dikonstruksi dari pengalaman
keberagamaan.

b. Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui


pendekatan spiritual.

c. Memberikan kesadaran kepada peserta didik bahwa tuhan akan


memberikan kita apabila kita meminta.

11
Ibid., hlm. 62

10
d. Menyuruh anak merenungkan bahwa Tuhan itu ada dalam jiwa mereka
dengan cara menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri mereka
tumbuh atau mendengar darah mengalir.

e. Materi yang disampaikan pendidik dalam kelas adalah materi yang


secara langsung dapat menyentuh permasalahan keagamaan yang dialami
peserta didik. Hal itu diharapkan agar mereka mampu menjadikan agama
sebagai satu-satunya sarana untuk mencari jawaban tentang permasalahan
hidup yang mereka alami.

f. Menanamkan nilai-nilai agama yang terkait dengan masalah ibadah


dilakukan dengan memaparkan hikmah yang terkandung dari sebuah
pelaksanaan ibadah12

12
Ibid., hlm. 63

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan, untuk
melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa cinta terhadap
perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak. Moral berasal dari
bahasa Latin mores sendiri berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat,
atau kelakuan. Perkembangan spiritualitas merupakan proses yang besifat
kontinum dan dinamis, spiritualitas dalam konteks perkembangan anak
merupakan proses perkembangan kesadaran mengenai hakikat dan keberadaan
diri, orang lain dan lingkungan, serta seluruh alam semesta. Aspek spiritual
dapat mendorong individu untuk mencari hakikat mengenai keberadaan
diri, yang pada akhirnya dapat memandu individu dalam mencapai
aktualisasi diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Implikasi
perkembangan moral dan spiritual peserta didik dalam pembelajaran mencakup
berbagai aspek, seperti memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui
kurikulum sekolah, pendidikan langsung tentang moral di setiap pembelajaran
di kelas, dan menciptakan wadah yang baik bagi peserta didik untuk
mempelajari agamanya. Selain itu, strategi yang mungkin dilakukan guru di
sekolah termasuk memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi
nilai, menjadikan wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati
agamanya, dan membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan
melalui pendekatan spiritual.

B. Saran

Pemakalah menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekeliruan


dan kesalahan, maka dari itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca umumnya dan pemakalah khususnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Marganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.


Pongpalilu, Fien dkk. 2023. Perkembangan Peserta Didik. Jambi: Sonpedia Publishing
Indonesia.
Sit, Masganti. Perkembangan Peserta Didik. Medang: Perdana Publishing.
Apriyani, Winda. 2023. “ Implikasi Pendidikan Moral dan Spiritual Terhadap Pendidikan di
Mis Nurul Arafah”, Jurnal Pendidikan dan Pengabdian kepada Masyarakat, Volume 3
Nomor 1 (Online), (https://jurnal.permapendis-
sumut.org/index.php/pema/article/view/324/254, di akses tanggal 28 N0vember 2023).
Imaddudin, Aam. 2015. “Mengembangakan Kesejahteraan Spiritual Peserta Didik Sebagai
Katalis bangsa Inovatif”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1
(Online), (https://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/1260/1126,
diakses tanggal 27 November 2023).
Maharani, Laila. 2014. ”Perkembangan Moral Pada Anak”, Jurnal Bimbingan dan Konseling,
Volume 1 Nomor 2 (Online), (https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli, diakses
tanggal 27 November 2023).
Nida, Fatma Laili Khoirun. 2013. “Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
dalam Dinamika Pendidikan Karakter”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Volume 8,
Nomor 2 (Onlline), (https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/754,
diakses tanggal 27 November 2023).
Wiguna, Alivermana. 2017. "Upaya Mengembangkan Sikap Spiritual Dan Sosial Peserta
Didik Berbasis Psikologi Positif Di Sekolah", Journal Of Basic Education, Volume 01 Nomor
02 (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/322893382_UPAYA_MENGEMBANGKAN_SIK
AP_SPIRITUAL_DAN_SOSIAL_PESERTA_DIDIK_BERBASIS_PSIKOLOGI_POSITIF_
DI_SEKOLAH, diakses tanggal 28 November 2023).

Anda mungkin juga menyukai