Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PERKEMBANGAN SOSIAL DAN MORAL”

Disajikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dra.Kurnia Bektiningsih,M.pd

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Yusrika Anabella 1401420068


2. Nur Laila Zulfa 4201420072
3. Syefira Salsabila 5404420046
4. Lailatul Hidayah 5404420051

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memebuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan judul “ Perkembangan
Sosial dan Moral”

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
dengan tulus memberikan doa,saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan .

Akhir kata , kami sampaikan terima kasih

Semarang, 27 Maret 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan………………………………….....…………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2

A. Pengertian Perkembangan Sosial dan Moral.................................................... 2


B. Tokoh Teori Perkembangan Sosial dan Moral ................................................. 2
C. Perbandingan teori perkembangan Sosial dan Moral ....................................... 6
D. Upaya Pengembangan Sosial dan Moral ........................................................ 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11

A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya penumbuhkembangan sumber daya manusia melalui
proses hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi) yang berlangsung dalam
lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini masyarakat pendidikan dan
keluarga (tinjauan psikososial). Karena itu tak mengherankan jika seorang siswa
menggantungkan responnya terhadap pelajaran di kelas pada persepsinya terhadap
guru pengajar dan teman-taman sekelasnya. Positif atau negatifnya persepsi siswa
terhadap guru dan teman-temannya itu sangat mempengaruhi kualitas hubungan sosial
para siswa dengan lingkungan sosial kelasnya dan bahkan mungkin dengan
lingkungan sekolahnya.
Selanjutnya pendidikan yang berlangsung secara formal di sekolah dan yang
secara informal di lingkungan keluarga memiliki peranana penting dalam
mengembangkan psikosial siswa. Perkembangan psikososial siswa, atau sebut saja
perkembangan sosial siswa, adalah proses perkembangan kepribadian siswa selaku
seorang anggota masyarakat dalam hubungan dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Perkembagan Sosial dan Moral?
2. Siapa sajakah tokoh dari Perkembangan Sosial dan Moral?
3. Apakasajakah upaya Perkembangan Sosial dan Moral?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertia perkembangan Sosial dan Moral.
2. Untuk mengetahui tokoh tokoh dari Perkembangan Sosial dan Moral.
3. Untuk mengetahui dan memahami upaya perkembangan sosial dan moral.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial dan Moral

Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan social self (pribadi dalam


masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya.
Menurut KBBI 1999, perkembangan adalah perihal berkembang. Selanjutnya kata
perkembangan berarti mekar, terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan
banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran,
pengetahuan, dan sebagainya.

Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan. Menurut
Lewis, Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi
sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya. Sedangkan Moral adalah suatu
kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik.
Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni poses
perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak
dalam berkomunikasi dengan objek atau orang lain, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan
perkembangan moral, karena perilaku moral pada umumnya merupakan unsur yang
mendasari tingkah laku sosial. Artinya, seorang siswa akan dapat berperilaku sosial
secara tepat jika ia mengetahui norma perilaku moral yang sesuai dengan situasi sosial
tersebut.

B. Tokoh Teori Perkembangan Sosial dan Moral


Terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan
perkembangan sosial antara lain : aliran teori Cognitive Psychologi dengan tokoh
utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg dan aliran teori Social Lerning dengan
tokoh utama Albert Bandura dan R.H. Walters.
1. Jean Piaget
Piaget mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah
dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian
akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan
masalah sosial.
Ada dua metode yang di aplikasikan Piaget untuk melakukan studi mengenai
perkembangan moral anak dan remaja, yaitu:
 Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng dan
menanyai mereka tentang aturan yang mereka ikuti.
 Melakukan tes dengan menggunakan beberapa kisah yang menceritakan
perbuatan salah dan benar yang dilakukan anak-anak, lalu meminta
responden (yang teridiri atas anak dan remaja) untuk kisah-kisah tersebut
berdasarkan pertimbangan moral mereka sendiri.

Berdasarkan data hasil studynya, Piaget menemukan dua tahap perkembangan


moral anak dan remaja yang antara tahap pertama dan kedua diselingi dengan
masa transisi, yakni usia 7-10 tahun. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah,
Piaget selalu mengaitkan perkembangan moral dengan tahap perkembangan
kognitif.

Usia Anak Tahap Perkembangan Ciri Khas


4-7 tahun Realisme moral (dalam tahap 1. Memusatkan pada akibat-
perkembangan kognitif akibat perbuatan
praoperasional) 2. Aturan-aturan dipandang
tak berubah
3. Hukkuman atas
pelanggaran dipandang
bersifat otomatis
7-10 tahun Masa Transisi (dalam tahap Perubahan secara bertahap ke
perkembangan kognitif arah pemilikan moral tahap
konkret-operasional) kedua
11 tahun ke Otonomi, realisme, dan 1. Mempertimbangkan
atas resiprositas moral (dalam tahap tujuan-tujuan perilaku
perkembangan kognitif formal- moral
operasional) 2. Menyadari bahwa
aturan moral adalah
kesepakatan tradisi
yang dapat berubah

2. Lawrence Kohlberg
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg ,
ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan
secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Tingkat Tahap Konsep Moral
Tingkat I Tahap 1: 1. Anak menentukan
Moralitas memperhatikan keburukan berdasarkan
Prakonvensional ketaatan dan hukum tingkat hukuman akibat
(usia 4-10 tahun) keburukan tersebut.
2. Perilaku baik dihubungkan
dengan penghindraan diri
dari hukuman.
Tahap 2: Perilaku baik dihubungkan dengan
memperhatikan pemuasan keinginan dan kebutuhan
pemuasan kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan
kebutuhan orang lain.
Tingkat II Tahap 3: 1. Anak dan remaja berperilaku
Moralitas memperhatikan citra sesuai dengan aturan dan
Kovensional (usia “anak baik” patokan moral agar
10-13 tahun) memperoleh persetujuan
orang dewasa, bukan untuk
menghindari hukuman.
2. Perbuatan baik dan buruk
dinilai berdasarkan
tujuannya. Jadi, ada
perkembangan kesadaran
terhadap perlunya aturan.
Tahap 4: 1. Anak dan remaja memiliki
memperhatikan sikap pasti terhadap
hukum dan peraturan wewenang dan peraturan.
2. Hukum harus ditaati oleh
semua.

Tingkat III Tahap 5: 1. Remaja dan dewasa


Moralitas memperhatikan hak mengartikan perilaku baik
Pascakonvensional perseorangan sebagai hak pribadi sesuai
(usia 13 tahun ke aturan dan patokan sosial.
atas) 2. Perubahan hukum dan aturan
dapat diterima jika
diperlukan untuk mencapai
hal-hal yang baik.
3. Pelanggatan hukum dan
aturan dapat terjadi karena
alasan-alasan tertentu
Tahap 6: 1. Keputusan mengenai
memperhatikan perilaku-perilaku sosial
prinsip-prinsip etika didasarkan atas prinsip-
prinsip moral pribadi yang
bersumber dari hukum
universal yang selaras
dengan kebaikan umum dan
kepentingan orang lain.
2. Keyakinan terhadap moral
pribadi nilai-nilai tetap
melekat meskipun sewaktu-
waktu berlawanan dengan
hukum yang dibuat untuk
mengekalkan aturan sosial.

3. Albert Bandura
Menurut Bandura, sebagian besar yang dipelajari manusia jadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Pendekatan teori belajar sosial
terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya
conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).
a. Conditioning (Pembiasaan merespon)
Contohnya seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya
kerena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang
tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari
penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement.
b. Imitation (Peniruan)
Contohnya mula-mula seorang siswa mengamati gurunya yang sedang melakukan
sebuah perilaku sosial, umpamanya menerima seorang tamu. Lalu perbuatan
menjawab salam, berjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya akan diserap
oleh memori siswa. Cepat atau lambat, siswa tersebut mampu meniru secara baik
apa yang dillakukan oleh sang guru.
Unsur utama dalam peniruan adalah sebagai berikut:
1. Attention, pemusatan perhatian yang diberikan kepada model yang ditirukan.
2. Retention, usaha mengingat apa yang telah dilakukan oleh model.
3. Reproduction, usaha mewujudkan atau menunjukkan kebolehan berdasarkan
apa yang telah dipahami.
4. Motivasi, pengerak individu dalam melakukan sesuatu.
Terdapat beberapa macam jenis peniruan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Peniruan langsung, yaitu peniruan dengan pemerhatian langsung. Contohnya,
meniru penyanyi yang disukai.
2. Peniruan tidak langsung, yaitu peniruan dengan mengimajinasikan.
Contohnya, meniru tokoh dalam buku cerita.
3. Peniruan gabungan, yaitu peniruan dengan menggabungkan antara
pemerhatian secara langsung dan imajnasi. Contohnya siswa meniru sang guru
yang sedang melukis dan menghayal ‘mengingat’ tentang cara-cara mewarnai
yang ada dibuku bacaannya.

C. Perbadingan antara Teori Perkembangan Sosial dan Moral Siswa versi A.


Bandura dengan dengan versi L. Kohlberg
Aspek Albert Bandura L. Kohlberg
(Teori Belajar Sosial) (Teori psi. Kognitif)
Tekanan Dasar Perilaku bergantung pada orang lain Pemikiran sebagai
dan kondisi stimulus perilaku kualitatif dalam
perkembangan
Mekanisme Hasil dari conditioning dan Berlangsung dalam tahap-
Perolehan modeling tahap yang teratur dan
Moralitas berkaitan dengan
perkembangan kognitif
moralitas
Usia Perolehan Belajar berlangsung sepanjang Proses belajar
hayat, dan ada perbedaan usia berkesinambungan sampai
perolehan masa dewasa, dan juga
dapat ditetapkan ddalam
usia-usia tertentu
Kenisbian Moralitas bersifat nisbi secara Nilai-nilai moral dalam
Kebudayaan kultural taapan perrkembangan
bersifat universal
Pelaku Model-model yang sangat Orang-orang yang berada
Sosialisasi berpengaruh, orang-orang dewasa pada tahap perkembangan
dan teman-teman yang dapat yang lebih tinggi dan
menyalurkan ganjaran dan hukuman memiliki pengaruh yang
sangat besar
Implikasi Guru harus menjadi teladan yang Guru harus berusaha
Pendidikan baik dan mengajar setiap perilaku merangsang siswa agar
siswaa yang memadai mencapai tahap
perkembangan
selanjutnya, dan
menjelaskan ciri-ciri
perilaku moral pada tahap
tersebut

D. Upaya Pengembangan Sosial dan Moral


1. Pengembangan Sosial
a. Cara Peningkatan Potensi Sosial
Para ahli pendidikan menegaskan, ada dua cara untuk menanamkan nilai-nilai
sosial dalam pendidikan. Pertama, melalui proses belajar sosial (social
learning) atau sosialisasi. Kedua melalui kesetiaan sosial yaitu dengan
memainkan peran sosial sesuai dengan nilai yang dianut di masyarakat.
b. Pengembangan Kecerdasan Sosial
Dalam mengembangkan kecerdasan sosial ada beberapa teknik yang sering
dipakai diantanya adalah sebagai berikut:
 Teknik Sosialisasi
Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental
bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada
individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat,
dan kedua memungkinkan lestarinya suatu masyarakat–karena tanpa
sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian
masyarakat akan sangat terganggu.
 Teknik SPACE
Albrecht dalam bukunya The New Science of Success menyebutkan
lima elemen kunci yang bisa mengasah kecerdasan sosial kita, yang ia
singkat menjadi kata SPACE.
- Elemen pertama adalah kata S yang merujuk pada kata situational
awareness (kesadaran situasional). Makna dari kesadaran ini adalah
sebuah kehendak untuk bisa memahami dan peka akan kebutuhan
serta hak orang lain.
- Elemen yang kedua adalah presense (atau kemampuan membawa
diri). Meliputi etika penampilan seseorang, tutur kata dan sapa
yang seseorang bentangkan, gerak tubuh ketika bicara dan
mendengarkan adalah sejumlah aspek yang tercakup dalam elemen
ini.
- Elemen yang ketiga adalah authenticity (autensitas) atau sinyal dari
perilaku kita yang akan membuat orang lain menilai kita sebagai
orang yang layak dipercaya (trusted), jujur, terbuka, dan mampu
menghadirkan sejumput ketulusan.
- Elemen yang keempat adalah clarity (kejelasan). Aspek ini
menjelaskan sejauh mana seseorang dibekali kemampuan untuk
menyampaikan gagasan dan ide secara renyah dan persuasif
sehingga orang lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka.
- Elemen yang terakhir adalah empathy (atau empati). Aspek ini
merujuk pada sejauh mana kita bisa berempati pada pandangan dan
gagasan orang lain.
2. Pengembangan Moral
Tahap-tahap perkembangan moral menurut Lawrence E. Kohlbert (1995), yaitu
sebagai berikut:
a. Tingkat Prakonvensional
Tingkat prakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral
masih ditafsirkan oleh individu/anak berdasarkan akibat fisik yang akan
diterimanya baik berupa sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan. Tingkat
prakonvensional memiliki dua tahap, yaitu:
1. Orientasi hukuman dan kepatuhan
Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada perubahan menentukan baik
buruknya tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat
tersebut.
2. Orientasi relativis-instrumental
Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar adalah perbuatan yang
merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan
kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antarmanusia
diipandang seperti huubungan di pasar yang berorientasi pada untung-rugi.
b. Tingkat Konvensional
Tingkat konvensional atau konvensional awal adalah aturan-aturan dan
ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga,
kelompok, atau masyarakat. Tingkat konvensional memiliki dua tahap, yaitu:
1. Orientasi kesepakatan antara pribadi atau desebut orientasi “Anak Manis”
Pada tahap ini, perilaku yang dipandang baik adalah yang menyenangkan
dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka.
2. Orientasi hukum dan ketertiban
Pada tahap ini, terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap,
penjagaan tata tertib sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata
melakukan kewajiban sendiri, menhormati otoritas, aturan yang tetap, dan
penjagaan tata tertib sosial yang ada. Semua ini dipandang sebagai sesuatu
yang bernilai dalam dirinya.
c. Tingkat Pascakonvensional, Otonom, atau Berdasarkan Prinsip
Tingkat pascakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan
moral dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang
memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau
orang yang berpegang pada prinsip tersebut dan terlepas pula dari identifikasi
diri dengan kelompok tersebut. Tingkat pascakonvensional memiliki dua
tahap, yaitu:
1. Orientasi kontrak sosial legalitas
Pada tahap ini, individu pada umumnya sangat bernada utilitarian. Artinya
perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan
ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati
oleh masyarakat. Pada tahap ini terdapat kesadaran yang jelas mengenai
relativisme nilai dan pendapat pribadi sesuai dengan relativisme nilai
tersebut. Terdapat penekanan atas aturan prosedural untuk mencapai
kesepakatan, terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional
dan demokratis, dan hak adalah masalah nilai dan pendapat pribadi.
Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandang legal, tetapi dengan
penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Di luar bidang hukum,
persetujuan bebas, dan kontrak merupakan unsur pengikat kewajiban .
2. Orientasi prinsip dan etika universal
Pada tahap ini, hak ditentukan oleh suara batin sesuai dengan prinsip-
prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu kepada
komprehensivitas logis, universalitas, dan konsestensi logis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni poses
perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak
dalam berkomunikasi dengan objek atau orang lain, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan
perkembangan moral, karena perilaku moral pada umumnya merupakan unsur yang
mendasari tingkah laku sosial.
Artinya, seorang siswa akan dapat berperilaku sosial secara tepat jika ia
mengetahui norma perilaku moral yang sesuai dengan situasi sosial tersebut, upaya
mengembangan sosial dan moral , ada dua cara untuk menanamkan nilai-nilai sosial
dalam pendidikan. Pertama, melalui proses belajar sosial (social learning) atau
sosialisasi. Kedua melalui kesetiaan sosial yaitu dengan memainkan peran sosial
sesuai dengan nilai yang dianut di masyarakat.

B. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih
kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik
membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Yunisari, P. 2015. Makalah Psikologi Pendidikan; Perkembangan Sosial dan Moral.


http://sinebriller.blogspot.com/2015/01/makalah-psikologi-
pendidikan.html. Diakses pada 27 Maret 2022.
Hasanah, I. 2014. Perkembangan Sosial dan Moral Peserta Didik.
http://hasanahika.blogspot.com/2014/09/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none_1.html. Diakses pada 27 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai