DISUSUN OLEH:
C PAK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut di panjatkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan tuntutan serta rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Perkembangan Peserta Didik atas nama Ibu Algu S. Pabangke M.pd yang telah
membantu kami baik secara moral ataupun materi. Saya menyadari bahwa makalah
kami ini masih jauh dari kata sempurna baik itu dari segi penyusunan, bahasa atau pun
dari segi penulisan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang dapat
membangun , semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Moral...............................................................................................2
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologi kata ”moral” berasal dari kata Latin ”mos” yang berarti tata-
cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah ”mores” yang
berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat (Pratidarmanastiti, 1991 dalam
Asri Budiningsih, 2004). Dalam arti adat istiadat atau kebijaksanaan, kata ”moral”
mempunyai arti yang sama dengan bahasa Yunani ”ethos”,yang menurunkan kata
”etika”. Dalam bahasa Arab kata ”moral” berarti budi pekerti adalah sama dengan
”akhlak”, sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata ”moral” dikenal dengan arti
benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam
bahwa sikap moral yang sebenarnya disebut moralitas. Moralitas diartikan sebagai
sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila
orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung
jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap
dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Moral
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain. Selain itu, perkembangan moral dapat juga dikatakan sebagai
perubahan penalaran, perasaan dan perilaku tentang standar benar dan salah.
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral yang disebut dengan immoral. Tetapi
dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu,
melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain misalnya dengan orang tua,
saudara, teman sebaya dan guru, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang
baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan, tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam
bertingkah laku. Oleh sebab itu mereka akan melakukan suatu tindakan, dimana
tindakan tersebut akan ternilai sebagai tindakan moral yang ternilai baik atau
sebaliknya.
ketika dia tidak terlibat dalam interaksi social dan dimensi interpersonal yang mengatur
interaksi sosial dan penyelesaian konflik. Dimensi perkembangan moral ini membahas
tentang penalaran moral, perasaan moral, perilaku moral dan kepribadian moral.
1. Penalaran Moral
daripada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat dinilai apakah tindakan tersebut
baik atau buruk. Penalaran moral dipandang sebagai suatu struktur pemikiran bukan
2
isi. Dengan demikian penalaran moral bukanlah tentang apa yang baik atau buruk,
tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu
adalah baik atau buruk (Kohlberg, 1977: 1981). Penalaran-penalaran moral inilah yang
pernyataannya bahwa sesuatu itu salah (Duska dan Whelan, 1975). Piaget dan Kohlberg
adalah tokoh yang telah mengadakan studi dalam proses perkembangan anak.
a. Ada prinsip-prinsip moral dasar yang mengatasi niali-nilai moral lainnya dan
prinsip-prinsip moral dasar itu merupakan akar dari nilai-niali moral lainnya.
b. Manusia tetap merupakan subjek yang bebas dengan nilai-nilai yang berasal dari
dirinya sendiri.
c. Dalam bidang penalaran moral ada tahap-tahap perkembangan yang sama dan
2. Perasaan Moral
Empati, berasal dari kata pathos (dalam bahasa yunani) yang berarti perasaan
yang mendalam. Empati berarti bereaksi terhadap perasaan orang lain dengan respon
emosional yang mirip dengan perasaan orang lain tersebut. Berempati lebih dari
sekedar simpati, beremapti berarti menempatkan diri pada posisi orang lain secara
emosional. Empati adalah sebuah keadaan emosi, tetapi memiliki komponen kognitif-
3. Perilaku Moral
godaan merupakan hal yang mempengaruhi apakah seseorang berperilaku sesuai moral
atau tidak.
3
4. Kepribadian Moral
a. Identitas moral. Individu memiliki sebuah identitas moral ketika ide-ide dan
komitmen moral merupakan hal yang utama dalam kehidupan mereka (Blasi, 2005).
1) kemauan (kontrol diri) yaitu strategi dan skill metakognitif yang melibatkan
2) integritas yang terdiri dari rasa tanggung jawab yang ada ketika individu
3) hasrat moral adalah motivasi dan intense untuk mengejar kehidupan moral.
memiliki satu set tujuan moral dan pencapaian tujuan tersebut melibatkan
c. Teladan moral. Merupakan orang-orang yang hidup dengan gaya hidup yang patut
dicontoh. Orang ini memiliki kepribadian moral, identitas, karakter dan set
bahwa suatu tahapan yang telah dicapai oleh seseorang tidak mungkin kembali
ayng telah berada pada tahap-5 tidak akan kembali pada tahap-3 atau tahap-4.
Tendensi gerakan umum, proses perkembangan penalaran moral cukup jelas, yaitu
bergerak maju dari tahap-1 sampai tahap-6 dan gerak maju itu bersifat proses
diferensiasi dan integrasi yang semakin tinggi dan menghasilkan pula peningkatan
4
dalam hal universal. Dewey berpendapat bahwa proses perkembangan dan
Pada masa ini anak menilai kebenaran atau kebaikan tingkah laku
6. Anak juga percaya bahwa aturan tidak bisa diubah atau diturunkan oleh
7. Anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, anak berpikir bahwa mereka
harus patuh dan takut terhadap hukuman. Anak tidak akan melanggar aturan
9. Individualisme. Pada tahap ini, anak berpikir bahwa mementingkan diri sendiri
adalah benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu, anak
pertukaran yang setara. Jika ia berbuat baik, maka orang juga harus berbuat
diantaranya , yaitu:
1. Faktor Keluarga
5
Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam diri individu. Termasuk
disini pola asuh orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak memberi pengaruh
Menurut teori psikonalisa ”moralitas atau kesusilaan adalah bagian dari kata
hati atau superego seseorang” (Sarlito W, 1976:18). Superego terbentuk pada anak
karena mengidentifikasikan orang tua yang sejenis kelamin. Ini berarti hilangnya sifat
”Oedipus Complex”
berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai
dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga
hukuman. Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara berkondisi.
dipengaruhi oleh perkembngan nalar sebagai mana dikemukakan oleh Piaget. Makin
4. Faktor interaksi sosial, termasuk disini adalah factor teman. Seberapa besar faktor
5. Faktor Budaya/kebudayaan
6
Kohlberg mengatakan bahwa tahap perkembanagn moral merupakan suatu yang
mempunyai peran dalam perkembangan moral, yaitu pada tempo (waktu) dan
perkembangan yang dicapai. Dengan kata lain, bahwa individu yang mempunyai
latar budaya tertentu dapat berbeda perkembangan moralnya dengan individu lain
2. Metode bercerita
3. Metode Bernyanyi.
Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan
Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang
bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapa
dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara
baik.Anaktidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan prib
adi yangmemiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang ana
denganorangdewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan mo
4. Metode Bersajak, Berpuisi atau Syair.
salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia
pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan
7
sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau
dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral
kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa
senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana
indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa
dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu.
Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki kemampuan untuk
5. Metode Karyawisata.
Metode karya wisata bertujuan untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai
dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa,
kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya ata
u jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema
yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak-
kanak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau
6. Pembiasaan dalam berperilaku.
Carayangefektifdalampenanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui
misalnya,pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan da
n minum,mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setela b
elajar,berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendakny
7. Metode Bermain.
budaya antri, menghormati teman.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Seseorang yang bermoral akan
tampak pada penalaran moralnya serta pada perilakunya (moralitas) yang baik, benar
dan sesuai dengan etika. Artinya, ada kesatuan dan keselarasan antara penalaran
9
DAFTAR PUSTAKA
Elida Prayitno. 2005. Perkembangan Anak Usia Dini Padang : Angkasa Raya.
10