Oleh kelompok 4:
Dosen Pengampu :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Semoga untuk
ke depannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik dan menarik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar makalah ini semakin lebih baik.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ....................................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran moral secara sama menyentuh semua lapisan masyarakat dan jika ada yang
berbeda mungkin hanya frekuensi pengajarannya. Salah satu lembaga pengajaran formal
yang secara intens memberikan penekanan terhadap pengajaran moral yaitu pesantren,
pesantren selalu memberikan nilai porsi yang tinggi terhadap pengajaran moral, hal ini
disebabkan oleh identiknya moral dengan akhlak dalam lingkup pengertian pesantren, hal
ini berbeda dengan akal yang berhubungan dengan kecerdasan dan pengertian, moral atau
akhlak dalam lingkup pengertian pesantren yaitu suatu kata kerja yang berbentuk suatu
perilaku atau tindakan baik maupun sopan santun dll. Pesantren memberikan porsi yang
lebih kepada para peserta didiknya dalam mempelajari moral, Adapun moral itu sendiri
menjadi sesuatu yang benar-benar ada dan tak bisa dipungkiri di kehidupan kita. Dalam
menjalani kehidupan, moral menjadi semacam rambu atau aturan yang berfungsi untuk
mengontrol dan mengarahkan perjalanan seluruh umat manusia untuk mencapai
tujuannya. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan
yang benar dan salah, maka moral merupakan kendali dengan tingkah laku.
Konsep perkembangan kognitif, yang ditekankan sekali adalah peranan guru
dalam suasana diskusi mengenai dilema-dilema moral dalam mengajarkan unit-unit
kurikulum yang formal. Guru hendaknya memanfaatkan situasi moral hipotesis atau
situasi-situasi sosiologis dan historis yang nyata. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
menurut UU nomor 20 tahun 2003, pendidikan bertujuan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Perilaku moral yang ditentukan oleh motif merupakan suatu hal yang tidak bisa
diukur, dikarenakan motif merupakan sesuatu yang bersifat sangat pribadi ataupun
internal.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Moral ?
2. Teori apa saja yang menjelaskan tentang Perkembangan Moral ?
3. Bagaimana saja tahap-tahap Perkembangan Moral pada manusia ?
4. Perubahan moral apa saja yang di terima anak dari usia anak-anak sampai dewasa ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Moral ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna dari Perkembangan Moral
2. Untuk mengetahui teori-teori yang menjelaskan Perkembangan Moral
3. Untuk mengetahui tahap-tahap Perkembangan Moral
4. Untuk mengetahui Perubahan Moral apa saja yang di terima anak dari usia anak-anak
sampai dewasa
5. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi Perkembangan Moral
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berpengaruh pada perilaku anak. Perilaku anak yang baik seperti jujur, disiplin,
hormat, taat dan lainnya merupakan sikap yang dituntut ada pada diri anak, karena
akan terus berkembang sampai anak dewasa dan memiliki keturunan.
Perkembangan moral berkaitan erat dengan tingkat pengendalian diri yang
dapat dilakukan seseorang terkait dengan aturan social. Anak-anak membangun
moralitas melalui interaksi timbal balik dengan lingkungannya. Hal ini membuktikan
perubahan perilaku anak terjadi seiring dengan pertambahan usianya. Lingkungan
sekitar juga menjadi acuan perubahan moral anak, sehingga perlunya suatu
bimbingan bagi orang tua atau pendidik dalam mengarahkan serta memberikan
pembimbingan kepada anak-anak tersebut agar memiliki perkembangan moral yang
baik.
Perkembangan moral anak rentan terjadi, dikarenakan anak sangat cepat dalam
meniru sesuatu meskipun tidak diajarkan secara langsung. Selain itu perkembangan
moral anak yang semakin pesat juga menjadi dampak dari perubahan moral anak
yang baik atau tidak kedepannya. Penurunan moral ini terjadi pada setiap individu
dengan usia berapapun. Meningkatkan pendidikan moral sejak dini masa kanak-
kanak dapat menghentikan kemerosotan moral. Seperti yang dikatakan oleh Arnold
Toynbe yang dikutip dari Nilawati Tadjuddin (2018) yang menjadi kontribusi utama
penyebab kehancuran suatu kelompok (suatu bangsa) disebabkan oleh melemahnya
karakter bangsa itu sendri dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan moral
seorang individu yang dimulai sejak masih usia dini. Hal ini dikarena awal masa
kecil merupakan masa berkembang bagi anak. Dalam masa ini, anak-anak memiliki
karakteristik dalam bertingkah.
Metode yang seringkali diterapkan pendidik di institusi pendidikan dan para
orang tua di keluarga (rumah) dalam membina perilaku anak-anak dibawah
asuhannya, yaitu dengan mengjarakan mereka untuk melakukan sesuatu yang mudah
dikerjakan anak dan tidak membahayakan, seperti menyapu. Mengajarkan kebiasaan
yang baik bagi anak sangat perlu baginya dalam mengahdapi persoalan di
sekelilingnya dan di masa mendatang. Seorang anak akan lebih berani dan percaya
diri di setiap keadaan dan rintangan
4
b. Teori Perkembangan Moral
Dalam perkembangannya menurut Kohlberg teori perkembangan moral
berubah atau berkembang menjadi teori perkembangan moral kognitif (cognitive
moral development–CMD) modern yang dilahirkan oleh seorang peneliti
berkebangsaan Amerika yang bernama Lawrence Kohlberg pada tahun1950an.
Penemuan tersebut merupakan hasil dari turunan ide dan gagasan Piaget yang
tentunya telah mengalami perluasan dan perluasan tersebut mampu mencangkup
remaja hingga orang dewasa.
Teori perkembangan moral berusaha untuk menjelaskan kerangka yang
mendasari pengambilan keputusan individu dalam konteks dilema etika. Tujuan teori
ini adalah memahami proses penalaran kognitif seorang individu dalam mengatasi
dilema etika, bukan untuk menilai benar atau salah. Kohlberg bermaksud untuk
menemukan secara empiris bagaimana orang-orang memperoleh moralitasnya dan
diyakini cara terbaik melakukannya adalah dengan menguji bagaimana orang-orang
mengatasi masalahnya.
Metode Kohlberg adalah sebagai berikut, ia (bersama para pembantunya)
mengemukakan sejumlah dilema moral khayalan kepada subjek-subjek penelitian.
“Khayalan” dalam arti : kasus-kasus itu tidaklah terjadi secara kongkret , tetapi pada
prinsipnya bisa terjadi. Untuk dilema-dilema itu tidak tersedia pemecahan dalam
lingkungan anak-anak itu, sehingga mereka harus mencari pemecahan sendiri. Jadi
tidak mungkin mereka melaporkan saja apa yang mereka saksikan di sekitarnya,
mereka harus menyampaikan keputusan moral mereka sendiri. Oleh karena itu,
Kohlberg memberikan cerita kepada orang-orang yang memiliki umur berbeda dan
budaya yang menempatkan seseorang dalam posisi dan situasi tertentu dikonfrontasi
dengan masalah moral standar tertentu. Kohlberg kemudian menanyai orang-orang
ini bagaimana mereka akan mengatasi masalah ini dan memberikan alasan atas
solusinya. Pertanyaan pertama menyangkut isi keputusan moral, sedangkan kedua
menyangkut struktur dan bentuknya. Bisa saja bahwa dua subjek yang dihadapkan
dengan suatu dilema moral mereka mungkin saja menjawab sama akan pertanyaan
pertama, akan tetapi memiliki jawaban yang berbeda terhadap pertanyaan ke dua.
5
Temuannya yang paling mengejutkan adalah bahwa untuk mengatasi masalah-
masalah yang disajikan, orang-orang menggunakan tiga pola, metode atau sistem
yang jelas yang disebutnya sebagai struktur, tiap struktur dapat dibagi ke dalam dua
sub struktur yang berbeda dan ketiga (keenam) struktur ini dapat dikarakterisasi
sebagai tiga tingkat (level) atau enam tahap (stages), yang dapat disamakan dengan
tiga tingkat (enam tahap) perkembangan kedewasaan moral individu atau
masyarakat. Terdapat tiga aspek yang membedakan pertimbangan etis dengan semua
proses mental lainnya. Aspek-aspek tersebut adalah : (1) kognisi (cognition)
berdasarkan pada nilai dan bukan pada fakta yang tidak nyata, (2) penilaian
didasarkan atas beberapa isu yang melibatkan diri sendiri dan orang lain, dan (3)
penilaian disusun sekitar isu “seharusnya” daripada berdasarkan kesukaan biasa atau
urutan pilihan. Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral individu
didasarkan pada penalaran moral dan perkembangannya secara bertahap.
6
2. Tingkat Konvensional, adalah penalaran tingkat kedua atau menengah dalam
teori perkembangan. Internalisasi yang dilakukan bersifat menengah. Individu –
individu mengikuti standart-standart tertentu (internal), namun standart-standart
itu ditetapkan oleh orang lain (eksternal), misalnya oleh orang tua atau
pemerintah.
a) Tahap penyesuaian dengan kelompok atau orientasi untuk menjadi “anak
manis”. Pada tahap selanjutnya, terjadi sebuah proses perkembangan kearas
sosialitas dan moralitas kelompok. Kesadaran dan kepedulian atas kelompok
akrab, serta tercipta sebuah penilaian akan dirinya dihadapan
komunitas/kelompok.
b) Tahap orientasi hukum dan ketertiban. Pada kondisi ini dimana seseorang
sudah mulai beranjak pada orientasi hokum legal/peraturan yang berfungsi
untuk menciptakan kondisi yang tertib dan nyaman dalam
kelompok/komunitas.
3. Tingkat Pasca Konvensional, adalah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan
moral menurut Kohlberg. Pada tingkat ini moralitas sepenuhnya diinternalisasikan
dan tidak didasarkan pada standarstandar orang lain. Individu mengenali kembali
alternatif pelajaranpelajaran moral, mengeksplorasi pilihan-pilihanya dan
kemudian menentukan aturan-aturan moral personalnya.
a) Orientasi kontrak-sosial legalistik. Tahap ini merupakan suatu kondisi dimana
penekanan terhadap hak dan kewajiban cukup ditekankan,sehingga proses
demokratisasi terjadi.Pada tahap ini juga muncul sebuah sikap cinta tanah air
dan pemerintahan yang berdaulat.
b) Orientasi prinsip etika universal. Pada situasi ini dimana orang dalam
melakukan tindakan mencoba untuk sesuai dengan nurani serta prinsip-prinsip
moral universal. Adapun syarat atas prinsip moral universal menurut
Kohlberg, yakni: komprehensif, universal, dan konsisten (tidak ada
kontradiksi dalam penerapannya). Sedangkan prinsip universal itu ialah
keadilan, prinsip perlakuan timbal balik (reciprositas), kesamaan, dan
penghormatan terhadap martabat manusia.
7
Pada tingkatan pertama terdapat dua tahap yaitu orientasi hukuman dan
kepatuhan serta orientasi relativis instrumental, pada tingkatan yang kedua ada
tahapan orientasi masuk ke kelompok “anak baik” dan “anak manis” serta orientasi
hukum dan ketertiban, Sedangkan pada tingkatan yang ketiga ada tahapan ada
orientasi kontrak-sosial legalitis dan oreintasi asas etika universal.
Keenam tahap di atas menghadirkan suatu pola pemikiran yang menyatu pada
setiap pengalaman seseorang dan pandangannya atas hal-hal yang khusus tentang
moral. Pada keenam tahapan tersebut harus berperan aktif terhadap problem-problem
yang dihadapi oleh para peserta didik sehingga peserta didik bisa mempertimbangkan
moral yang harus mereka miliki, yaitu dengan melakukan diskusi tentang situasi-
situasi yang dilema. Pemahaman terhadap teori Kohlberg tentang pertimbangan
moral ini mengimplikasikan strategi mengajar yang khusus untuk menstimulasi
perkembangan moral.
Diskusi dari situasi-situasi yang dilema akan memberikan dampak pada peserta
didik sebagai berikut:
Mempertimbangkan problem-problem moral sesunggguhnya
Mengalami konflik-konflik kognitif dan sosial sesungguhnya selama diskusi
problem moral
Mengaplikasi tingkat berpikir tertentu mereka terhadap situasisituasi problematis
terbuka terhadap tingkatan berpikir selanjutnya yang lebih tinggi
Menghadapkan ketidakkonsistenan pertimbangan mereka sendiri terhadap
berbagai isu-isu moral tanpa seseorang yang menekankan pada jawaban benar
atau salah.
8
awal sejumlah individu bernalar ditahap pascakonvensional. Semua perubahan dalam
penalaran moral yang berlangsung antara masa remaja akhir dengan masa dewasa
awal tampaknya berlangsung secara gradual. Sebuah studi menemukan bahwa ketika
orang-orang yang berusia antara 16 hingga 19 tahun serta antara 18 hingga 25 tahun
diminta bernalar mengenai dilema moral dalam kehidupan nyata dan diberi kode
sesuai dengan tahapan kohlber, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam
penalaran moral mereka.
9
berkonfrontasi dengan orang lain yang memiliki tahap penalaran moral
yang sama dengannya. Kohlberg mengemukakan bahwa penalaran moral
seseorang dipengaruhi oleh guru. Guru adalah model moral pada tahap
perkembangan kognitif yang tinggi dan berinteraksi dengan guru
merupakan pengalaman sosio-moral tersendiri yang ada di lingkungan
sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan moral.
d. Keluarga : Kohlberg (dalam Janssens, 1992) memandang bahwa pengaruh
utama dari keluarga adalah pada diskusi antara orang tua dengan anak
mengenai nilai-nilai dan norma, dari pada pengalaman anak sendiri akan
disiplin, hukuman, dan hadiah dari orangtua. Interaksi antara orangtua dan
anak dalam berbagai situasi menunjukkan 3 faktor umum di atas. Faktor-
faktor tersebut dapat mempengaruhi penalaran moral anak.
B. REVIEW JURNAL
10
mengucapkan terima kasih. Salah satu penyebabnya adalah upaya
guru menanamkan moral dan metode yang digunakan kurang
tepat. Tujuan penelitian adalah melakukan perbaikan terhadap cara
guru dalam memberikan penanaman moral melalui cerita-cerita
dongeng yang mendidik dan menyenangkan.
Pengantar/pendahuluan Pengantar pada jurnal ini menjelaskan bahwa TK merupakan salah
satu pendidikan anak usia dini mulai dari usia 5-6 tahun, yang
mengembangkan seluruh aspek pengembangan yang ada pada diri
anak. Aspek yang ada pada diri anak meliputi aspek aspek harus
dapat dikembangkan dengan baik dan sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan usia anak. Seluruh aspek dapat dikembangkan
dengan baik tentu dibutuhkan seorang guru yang profesional.
Model peneltian Motode penelitian yang d pakai pada urnal ini adalah Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Dimana untuk meneliti moral siswa harus terjun atau
dipraktekkan langsung di kelas.
a. Perencanaan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini adalah membuat rencana pembelajaran
berupa satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan
harian yang berisikan tentang kegiatan mendongeng.
B. Pelaksanaan
1. Pertemuan I
Pelaksanan terdiri dari tiga tahap:
a. Kegiatan awal;
(1) setelah anak masuk ke dalam kelas dan duduk seperti
lingkaran dan memberi salam kepada ibu guru.
(2) Guru memulai kegiatan dengan bernyanyi dan
melanjutkan dengan berdo’a.
11
(3) Guru bercerita tentang tema hari ini bersama anak.
b. Kegiatan inti;
(1) guru mendongengkan cerita kepada anak. (2) Setelah
selesai bercerita guru mengadakan tanya jawab bersama
anak tentang cerita yang telah disampaikan.
(3) Anak mengulang cerita dongeng menurut bahasa anak
sendiri. (4) Anak mengambil pesan moral dari cerita
dongeng tersebut.
c. Kegiatan penutup;
(1) guru melakukan evaluasi kegiatan bersama anak.
(2) Guru dan anak berdo’a dan bernyanyi bersama
2. Pertemuan II
a. Kegiatan awal;
(1) guru dan anak mengucapkan salam dan berdo’a bersama.
(2) Guru mengambil absen dan menanyakan kabar anak hari
ini. (3) Guru bercerita tentang tema hari ini bersama anak
b. Kegiatan inti;
(1) guru mendongengkan cerita kepada anak. (2) Setelah
selesai bercerita, guru mengadakan tanya jawab bersama
tentang cerita yang telah disampaikan.
(3) Anak mengulang cerita dengan bahasa mereka sendiri.
(4) Anak mengambil pesan moral dari cerita tersebut.
c. Kegiatan Penutup;
(1) guru melakukan evaluasi kegiatan bersama anak.
(2) Guru dan anak berdo’a dan bernyanyi bersama.
3. Pengamatan
memperhatikan, mencatat, dan juga mendokumentasikan
perubahan-perubahan sikap perilaku anak ke arah yang lebih baik.
Observasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data selama
12
penelitian. Merumuskan tindakan yang perlu dilakukan
selanjutnya dan menjelaskan bagaimana melakukannya.
Perenungan dilakukan setelah kegiatan selesai dan mengetahui
hasil yang telah dicapai, apakah perlu tindak lanjut pada penelitian
berikutnya.
Hasil penelitian Dari jurnal ini dapat hasil yang diperoleh setelah melakukan
penelitian dimana pembelajaran dengan menggunakan dongeng
dapat merubah sikap dan moral anak karena dongeng adalah kisah
karangan danada berbagai nilai sosial didalamnya jadi anak belajar
menghargai orang lain dari dongeng contoh dongeng yang sering
di ceritakan adalah dongeng kelinci dan kura kura dimana nilai
moral dan sosial yang terkandung di dalam dongeng itu adalah kita
harus bisa menghargai orang dan tidak boleh sombong kalau tidak
akan ada masanya kita akan mendapat balasanya.
Kesimpulan Yang dapat saya simpulkan setelah membaca jurnal Upaya
meningkatkan perkembangan moral anak usia dini melalui
mendongeng di TK Dharmawanita yaitu bahwa anak anak pada
umumnya belum mengetahui apa yang ia perbuat itu salah atau
benar jadi kita sebagai guru juga turut serta dalam meningkatkan
perkembangan moral anak jadi pada jurnal ini motode yang
dilakukan yaitu dengan cara mendongeng karena dalam dongeng
banyak mengandung pesan moral dan pembelajaran menggunakan
dongeng juga sangat menyenagkan dan membuat anak anak
tertarik
Kelebihan Kelebihan jurnal
Jurnal ini sangat teoritis karena sebelum melakukan
penelitian mereka mengkaji dari beberapa teori.
Dan di jurnal ini juga menggunakan tabel tabel dimana
juga memudah kan pembaca mana data mana teori.
Dan juga jurnal ini sangat kompleks karena materi dan
teori sangat banayak.
13
Masalah jurnal ini tidak sepele karena menyangkut masa
depan anak namun solusi yang diamnil cukup simple
namun memberikan dampak yang sangat berpengaruh
kelemahan Kelemahan jurnal
Solusi yang ditawarkan kurang bervariasi
Rakihmawati, Y. (2012). Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia Dini Melalui
Mendongeng di TK Dharmawanita. Jurnal Ilmiah Visi, 7(1), 18-41.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan moral adalah perubahan tingkah laku yang terjadi didalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan tata cara, adat, kebiasaan yang berlaku dilingkungan.
Teori perkembangan moral berusaha untuk menjelaskan kerangka yang mendasari
pengambilan keputusan individu dalam konteks dilema etika. Tujuan teori ini adalah
memahami proses penalaran kognitif seorang individu dalam mengatasi dilema etika, bukan
untuk menilai benar atau salah.
Tahap perkembangan moral terdiri dari 3 yang di kembangkan menjadi 6 tahap, yakni
Tahap Pra- konvensional, Tahap Konvensional, dan Tahap Pasca Konvensional.
15
DAFTAR PUSTAKA
Taib, B., Ummah, D. M., & Bun, Y. (2020). Analisis Pola Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak. Jurnal Ilmiah Cahaya Paud, 2(2).
Khairi, H. (2018). Karakteristik perkembangan anak usia dini dari 0-6 tahun. Jurnal warna, 2(2),
15-28.
Shodiq, S. F. (2017). Pendidikan Karaktermelalui Pendekatan Penanaman Nilai Danpendekatan
Perkembangan Moral Kognitif. At-Tajdid: Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam,1(01).
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdf
Ikrommullah, A. (2016). Tahapan perkembangan moral santri mahasiswa menurut lawrence
kohlberg. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(2).
Fitri, M. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Pada Anak Usia Dini. Al-
Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 1-15.
16