Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN MORAL SPIRITUAL PESERTA DIDIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu : Dwi Anita Alfiani, S.Ag. M. Pd. I

Disusun oleh :

Kelompok 12

Revina Azahra (2108107001)

Putih Fitriani (2108107008)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (5A )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Kota Cirebon Jawa Barat 45132

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan sehingga penyusun diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
yang berjudul “perkembangan moral dan spiritual peserta didik”

Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan Nabi besar kita,
Nabi Muhammad SAW. Yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT. untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pertunjuk yang paling benar yakni Syariah Agama
Islam yang merupakan satu-satunya karunia yang paling besar bagi seluruh alam
semesta.

Penyusun juga menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya


kepada Dwi Anita Alfiani, S.Ag. M. Pd. I selaku dosen Psikologi Perkembangan Peserta
Didik yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada penyusun guna untuk memenuhi
tugas terstruktur dengan waktu yang telah ditentukan.

Di akhir, penyusun berharap Makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh


setiap pihak yang membaca. Dan penyusun pun memohon sebesar-besarnya apabila
dalam penyusunan makalah terdapat perkataan yang tidak berkenan dihati.

Cirebon, 23 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1


B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian perkembangan moral....................................................................3


B. Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral..........................................3
C. Pengertian Spiritualitas..................................................................................6
D. Perkembangan Spiritual Menurut Umur……………………………………8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik merupakan aset utama dalam misi memajukan bangsa.
Mereka perlu pendidikan yang benar supaya tidak menjadi generasi penerus yang
salah kaprah. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik,
namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai
dengan norma hukum dan agama.
Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias
diukur dengan ukuran berat (gram. Pound) ukuran Panjang (cm, inchi), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Sementara perkembangan (development) adalah berambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk perkembangan moral dan spiritual
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan individu dikenal dengan dua fakta yang menonjol, pertama,
setiap manusia mempunyai pola perkembangan yang sama dan bersifat umum, dan
kedua setiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda (secara fisik
maupun mental). Perbedaan tersebut ternyata lebih banyak bersifat kualitatif
daripada kuantitatif.
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS), Bab II Pasal 4, dijelaskan bahwa:”Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan bangsa”.

1
Ini merupakan salah satu dasar dan tujuan dari pendidikan nasional yang
seharusnya menjadi acuan bangsa Indonesia.
Pasal tersebut juga membahas tentang tujuan pendidikan nasional untuk
mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Maka dari itu diperlukan pengembangan moral dan religius pada peserta didik.
Ditambah lagi dengan semakin menurunnya moral dan akhlak remaja masa kini
yang ditandai dengan aksi anarkis, penggunaan narkoba, pergaulan bebas, dan
pornografi, sehingga pengembangan moral dan agama harus lebih ditekankan
dalam lingkup pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Perkembangan Moral Peserta didik?
2. Apa saja yang termasuk Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral
Peserta Didik?
3. Apa Pengertian dari Spiritualitas?
4. Bagaimana perkembangan moral spiritual pada anak, remaja, dewasa, lansia
dan anak berkebutuhan khusus ?
5. Bagaimana Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual terhadap
Pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Perkembangan moral peserta didik.


2. Untuk mengetahui Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral Peserta Didik
3. Untuk Mengetahui Pengertian Spiritualitas
4. Untuk mengetahui perkembangan moral spiritual pada anak, remaja, dewasa,
lansia dan anak berkebutuhan khusus.
5. Untuk Mengetahui Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual terhadap
Pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Perkembangan Moral


Pengertian Moral menurut Gunarsa adalah rangkaian nilai tentang berbagai
macam perilaku yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal dari kata mores
yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan. Menurut
Shaffer adalah kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam
hubungannya denagn masyarakat dan kelompok sosial. Sedangkan menurut
Santrock, Perkembangan Moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia dalam interaksinya
dengan orang lain. Moral ini merupakan standar baik dan buruk yang ditentukan
oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota
sosial. Ketika seorang anak lahir ke dunia mereka tidak memiliki moral (imoral)
namu dalam setiap diri manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Hal
ini tentunya di dorong oleh adanya interaksi dengan orang lain.
Perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan dengan
aturan seperti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak yang seharusnya
dilakukan dalam berinteraksi yang berlaku dalam kelompok sosial.

B. Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral


Dalam mengembangkan moral teori psikoanalisa dengan pembagian
struktur kepribadian manusia atas 3, yaitu Id adalah struktur kepribadian yang
terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak di sadari, sedangkan ego
adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis yang rasional dan di
sadari. Dan Super Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial
yang berisi sistem nilai dan moral, yang memperhitungkan benar salah nya
sesuatu.
Menurut Psikoanalisa Klasik Freud, semua orang menegalami konflik
oedipus. Dimana ketika orang mengalami konflik ini akan menghasilkan super ego
dan ketika anak mengatasi konflik oedipus maka proses perkembangan moral di
mulai.
3
1. Teori Belajar-Sosial tentang Perkembangan Moral
Teori ini melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus,
dimana proses pemguatan, penghukuman, dan peniruaan di terapkan untuk
menjelaskan perilaku moral anak-anak.
2. Teori Kognitif Piaget tentang Perkembangan Moral
Dalam teori ini melibatkan prinsip dan proses yang sama dengan
pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam perkembangan intelektual.
Menurut pieget perkembangan moral digambarkan melalui aturan
permainan. Karena hakikatnya moralitas adalah kecenderungan untuk
menerima dan menaati peraturan yang ada. Dalam hal ini pemikiran anak-
anak tentang moralitas di bedakan menjadi 2 tahap yaitu:
a. Heteronomous morality atau morality of constraint
Pada tahap perkembangan moral ini, terjadi pada anak rentang
usia 6-9 tahun.tahap ini anak-anak menghormati ketentuan
permainan sebagai hal yang bersifat suci dan tidak dapat
diubah . singkatnya anak-anak menyakini jika suatu aturan di
langgar maka hukuman akan segera dijatuhkan.
b. Autonomous morality atau morality of cooperation
Tahap ini terjadi pada anak dengan rentang usia 9-12 tahun.
Pada tahap ini anak-anak mulai sadar dan paham bahwa aturan
dan hukuman yang ada merupakan ciptaan manusia, dan untuk
menentukan hukuman atas suatu tindakan harus
mempertimbangkan maksud pelaku dan akibat-akibatnya. Pada
anak-anak di tahap ini perturan hanya tentang kenyamanan dan
kontrak sosial yang disepakati bersama dan akan diterima
melalui kesepakatan. Biasanya pada usia ini anak-anak
cenderung patuh akan aturan yang dibuat oleh teman sebaya
nya dan meninggalkan penghormatan pada otoritas.

4
3. Teori Kolhber tentang Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg mengemukakan ada tiga tingkat perkembangan
moral, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional dan post-konvensional.
Masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga keseluruhan ada
enam tahapan yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang
tetap.
 Tingkat Penalaran Prakonvensional
Pada penalaran prakonvensional anak tidak memperhatikan
internalisasi nilai-nilai moral-penalaran moral dikendalikan oleh
imbalan dan hukuman eksternal. Pada tingkat ini terdapat dua
tahap:
1. Tahap satu orientasi hukuman dan ketaatan (punihsment
and obedience orientation) : tahap penalaran moral
didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-
orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
2. Tahap dua individualisme dan tujuan (individualism and
purpose) : tahap penalaran moral didasarkan atas
imbalan dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila
mereka ingin dan butuh untuk taat. Apa yang benar
adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap
menghasilkan hadiah.
 Tingkat Penalaran Konvensional
Pada tingkat ini, internalisasi individual ialah menengah. Seseorang
menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak
menaati standar-standar orang lain (eksternal), seperti orang tua
atau aturan-aturan masyarakat.
1) Norma-norma interpersonal, seseorang menghargai
kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain
sebagai landasan pertimbangan moral. Anak-anak sering
mengadopsi standar-standar moral orang tuanya pada tahap
5
ini, sambil mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai
“perempuan yang baik” atau seorang “laki-laki yang baik”.
2) Moralitas sistem sosial, pertimbangan-pertimbangan
didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
dan kewajiban.
 Tingkat Penalaran Pascakonvensional
Tingkat ini ialah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan
moral kohlberg. Pada tingkat ini mortalitas benar-benar
diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif,
menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan
suatu kode moral pribadi.
1) Hak-hak masyarakat dengan hak individual. Seseorang
memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah
bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu
orang ke orang lain. Seseorang menyadari bahwa hukum
penting bagi masyarakat, tetapi juga mengetahui bahwa
hukum dapat diubah. Seseorang percaya bahwa beberapa
nilai, seperti kebebasan, lebih penting dari pada hukum.
2) Prinsip-prinsip etis universal. Seseorang telah
mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada
hak-hak manusia yang manusia yang universal. Bila
menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang
akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin
melibatkan resiko pribadi.

C. Pengertian Spiritualitas
Kata Spiritualitas berasal dari bahasa inggris “Spirituality” dengan kata
dasar spirit yang memiliki arti roh, jiwa dan semangat. Dan kata “Spirit” sendiri
berasal dari bahasa latin “Spiritus” yang memiliki arti luas atau dalam (breath),
keteguhan hati atau keyakinan (courage), energi atau semangat (vigor) dan
kehidupan. Ada banyak sekali pengertian spiriualitas menurut para ahli seperti
menurut Fox (1983), Spiritualitas adalah komunikasi dengan tuhan, dan upaya
6
seseorang untuk bersatu degan tuhan (Magill & McGreal, 1988), sedangkan
menurut Witmer (1989) spiritualitas ialah suatu kepercayaan akan adanya suatu
kekuatan yang lebih agung dari diri sendiri. Dan menurut Bolllinger (1969)
kebutuhan spiritual adalah kebutuhan terdalam dari diri seseorang yang ketika
dipenuhi individu maka akan menemukan makna hidup dan identitas yang penuh
arti.
Menurut Aliah B. Purwakania Hasan (2006) spiritualitas meliputi ruang lingkup
dan makna pribadi yang luas.

Namun ada beberapa kata kunci spiritualitas yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
1) Meaning (Makna)
Makna adalah sesuatu yang signifikan dalam kehidupan manusia,
merasakan situasi, memiliki dan mengarahkan pada suatu tujuan.
2) Values (Nilai-nilai)
Nilai adalah kepercayaan, standar dan etika yang dihargai
3) Transcendence (trasendensi)
Merupakan pengalaman, kesadaran, dan penghargaan terhadap dimensi
trasendental bagi kehidupan diatas diri seseorang.
4) Connecting (bersambung)
Meningakatkan kesadaran terhadap hubungan dengan diri sendiri, Tuhan,
orang lain dan alam.
5) Becoming (menjadi)
Membuka kehidupan yang berdasarkan refleksi dan pengalaman, termasuk
siapa seseorang dan bagaimana seseorang mengetahui.

Namun yang perlu diketahui disini adalah istilah Spiritual dan


Religius (agama) sering dianggap sama, padahal keduanya merupakan hal
yang berbeda. Spiritualitas adalah kesadaran tentang diri, dan kesadaran
individu tentang asal, tujuan dan nasib. Sedangkan agama adalah
serangkaian praktik perilaku tertentu yang dihubungkan dengan
kepercayaan yang dinyatakan oleh institusi tertentu dan dianut oleh
anggota-anggotanya. Dimana agama memiliki kesaksian iman, komunitas
dan kode etik. Singkatnya, spiritualitas memberikan jawaban siapa dan apa

7
seseorang itu (keberadaan dan kesadaran) sedangkan agama memberikan
jawaban apa yang harus di kerjakan seseorang (perilaku atau tindakan).

D. Perkembangan Moral Spiritual menurut Umur


a. Perkembangan moral spiritual pada masa bayi (0 – 2 tahun)
Pada masa bayi ini tingkah laku hampir semuanya didominasi oleh
dorongan naluriah belaka (implusif). Oleh karena itu tingkah laku anak
belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak bermoral. Pada
masa ini anak cenderung suka mengulangi perbuatan yang menyenangkan
dan tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan.Seorang bayi belum
memiliki kapasitas untuk mengembangkan kecerdasan moralnya, yang dia
memiliki hanyalah rasa benar dan salah terhadap sesuatu yang berlaku
untuk dirinya sendiri.
Contoh: bagi bayi, rasa lapar itu salah, sehingga dia menangis saat
lapar. Bayi yang sedang dalam proses tumbuh kembang, yang mempunyai
kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologi, sosial, dan spiritual) yang
berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang masih
bergantung pada orang dewasa dan lingkungan artinya membutuhkan
lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
dan untuk belajar mendiri. Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari
masa perkembangan bayi. Haber (1987) menjelaskan bahwa perkembangan
spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.
Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual.
Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya
perkembangan spiritual yang baik pada bayi.
b. Perkembangan moral spiritual pada masa kanak-kanak awal
(18 bulan – 3 tahun)
Pada fase ini anak sudah mengalami peningkatan kemampuan
kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik dan buruk
untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap perkembangan
ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan
menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa tinggal dengan
aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan
8
yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum
makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan sehari-hari.

Anak akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-pengalaman


baru, termasuk pengalaman spiritual. Pada masa ini anak sudah memiliki
dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orangtua,
saudara, dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang
lain (orang tua, saudara dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang
kegiatan atau perilaku mana yang baik /boleh/diterima/disetujui atau
buruk/tidak boleh/ditolak /tidak di setujui.
c. Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
Pada fase ini berhubungan erat dengan kondisi psikologis
dominannya yaitu super ego. Anak usia pra sekolah mulai memahami
kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan
dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar
atau salah, tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan
norma keluarga lain.
Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi
yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus
diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang
sulit menerima penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka
masih kesulitan membedakan Tuhan dan orang tuanya. Melalui
pengalaman berinteraksi dengan ornag lain (orang tua,saudara dan teman
sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang
baik dan mana yang buruk.
d. Perkembangan moral dan spiritual anak pada masa sekolah
(6 tahun -12 tahun)
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun). Anak usia sekolah
(6-12 tahun) berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat
menggunakan konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna
spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam

9
sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah
keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap
dimensi spiritual mereka.

Pada masa ini anak mulai mengenal konsep moral (mengenai benar salah
atau baik buruk pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya
mungkin anak tidak mngerti konsep moral ini,tetapi lambat laun anak akan
memahaminya.Pada masa ini anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peraturan, disamping itu,anak
sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-
salah atau baik-buruk.

e. Perkembangan moral dan spiritual pada masa remaja (12-18 tahun)


Pada tahap ini remaja sudah memahami akan arti dan tujuan hidup,
Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini
dan yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam
hidup. Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat
menolak atau menerimanya. Secara alami, mereka dapat mengalami
bingung ketika menemukan perilaku dan role model yang tidak konsisten.
Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi perannya daripada
keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain biasanya lebih
mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak saat
remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja. Melalui pengalaman atau
berinterkasi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa
lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan
dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral
atau konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan
kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku
bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa

10
puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain
tentang perbuatannya).

f. Perkembangan moral dan spiritual pada masa dewasa (18-60 tahun)


Pada tahap dewasa awal ini individu menjalani proses
perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual,
memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari
saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka
sendiri. Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka
lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri
bahwa mereka sudah dewasa. Pada masa dewasa pertengahan merupakan
tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep
yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama
dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan
kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan
dan nilai spiritual. Pada masa dewasa akhir periode perkembangan spiritual
pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi
spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain
dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan
ritual spiritual meningkat.

g. Perkembangan moral dan spiritual pada masa lansia


Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987) pada masa ini
walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual
sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor
yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset
membuktikan orang yang agamanya baik mempunyai kemungkinan
melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang agamanya tidak baik
menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai,
ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang
spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk
11
menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan
cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri. Dimensi spiritual
menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena
setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, Walaupun dengan tingkat
pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan
keyaninan mereka yang mereka percaya. Setiap fase dari tahap
perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman
spiritual yang berbeda. Perkembangan moral pada masa lansia ini
cenderung ingin di hormati dan pendapatnya yang harus selalu benar.
h. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan
memerlukan pelayan yang spesifik berbeda dengan anak pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan
perkembangan. Oleh sebab itu, mereka memerlukan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak, utamanya
dalam mengembangkan moral dan spiritual.

E. Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual terhadap Pendidikan


Sekolah merupakan lembaga pendidikan harus mampu membantu para peserta
didik untuk mengembangkan moral dan spiritual mereka. Sehingga kedepannya
para peserta didik dapat menjadi manusia yang moralis dan religius.
Berikut ini ada beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh guru di sekolah
untuk membantu mengembangkan moral dan spiritual peserta didik, diantaranya:
1. Memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui kurikulum
tersembunyi, dalam hal ini guru harus mampu menjadi model tingkah laku
yang mencerminkan nilai-nilai moral dan agama. Karena dengan cara ini
akan jauh lebih efektif untuk membentuk peserta didik yang moralis dan
religius.
2. Memberikan pendidikan moral langsung, dimana insttruksi dalam konsep
moral dapat mengambil dalam bentuk contoh dan definisi, seperti diskusi
kelas dan bermain peran, atau memberikan penghargaan terhadap siswa
yang berperilaku baik.

12
3. Memberikan pendekatan moral melaui pendekatan klarifikasi nilai, dalam
hal ini peserta didik diberikan pertanyaan atau dilema, dan mereka harus
dapat memebrikan tanggapan atau komentar baik secara individual
ataupun kelompok. Dimana hal ini bertujuan untuk membuat siswa dapat
menentukan nilai mereka sendiri dan peka terhdap nilai yang dianut oleh
orang lain.
4. Menjadikan pendidikan wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk
menghayati agamanya, peserta didik harus diberikan hal untuk mencari
pengalaman keberaagamaan (religiousity). Dimana pendidikan agama
adalah ajaran dasar yang banyak mengandung nilai spiritualitas dan
moralitas seperti kedamaian dan keadilan.
5. Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui
pendekatan spiritual parenting, seperti:
 Memupuk hubungan sadar anak dengan tuhan melalui doa setiap
hari
 Menyatakan pada anak bahwa tuhan selalu terlibat pada aktivitas
yang dilakukan sehari-hari
 Memberikan kesadaran pada anak bahwa tuhan akan memberikan
bimbingan pada kita apabila kita meminta
 Menyuruh anak merenungkan bahwa tuhan ada dalam jiwa mereka
dengan menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri mereka
tumbuh atau mendengar aliran darah, namun mereka tahu bahwa
semua itu terjadi meskipun mereka tidak melihat apapun.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan dengan
aturan seperti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak yang seharusnya
dilakukan dalam berinteraksi yang berlaku dalam kelompok sosial. Dalam
mengembangkan moral teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian
manusia atas 3, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Terdapat beberapa teori terkait
perkembangan moral seperti: (1) Teori Belajar-Sosial tentang Perkembangan
Moral Teori ini melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus, dimana
proses pemguatan, penghukuman, dan peniruaan di terapkan untuk menjelaskan
perilaku moral anak-anak. (2) Teori Kognitif Piaget tentang Perkembangan Moral
Dalam teori ini melibatkan prinsip dan proses yang sama dengan pertumbuhan
kognitif yang ditemui dalam perkembangan intelektual. (3) Teori Kolhberg
tentang Perkembangan MoralMenurut Kohlberg mengemukakan ada tiga tingkat
perkembangan moral, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional dan post-
konvensional. menurut Witmer (1989) spiritualitas ialah suatu kepercayaan akan
adanya suatu kekuatan yang lebih agung dari diri sendiri. Dalam hal ini
perkembangan moral dan spiritualitas bisa dibedakan melalaui tingkatan umur.
Implikasi perkembangan moral dan spiritual dapat dilakukan dengan cara
Memupuk hubungan sadar anak dengan tuhan melalui doa setiap hari, Menyatakan
pada anak bahwa tuhan selalu terlibat pada aktivitas yang dilakukan sehari-hari,
dll.
B. Saran
Dari pembasahan diatas, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca. Untuk itu diharapkan kepaa
para pembaca untuk mencari sumber rujukan lain untuk menambah pengetahuan
mengenai perkembangan moral spiritual peserta didik. Selain itu kekurang
sempurnaan pada makalah inijuga dapat dijadikan perbaikan untuk penyusun
ketika ingin membuat makalah-makalah pada mata kuliah Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Untuk itu kepada para pembaca kami sangat
berharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusun
kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2019. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA

Qoni’ah, S. (2020). Menumbuhkan Budaya Literasi Sebagai Dimensi Spiritual


Melalui Kisah-Kisah Nabi Pada Peserta Didik Di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Branta Pesisir. Akademika: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(2),
163-176.

Nida, F. L. K. (2013). Intervensi Teori Perkembangan moral Lawrence Kohlberg


dalam dinamika pendidikan karakter. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, 8(2).

Apriani, W., Syahputri, D. D., & Rahmah, S. R. (2023). IMPLIKASI PENDIDIKAN


MORAL DAN SPIRITUAL TERHADAP PENDIDIKAN DI MIS NURUL
ARAFAH. PEMA (JURNAL PENDIDIKAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT), 3(1), 58-64.

Wijayanti, D. (2015). Analisis pengaruh teori kognitif jean piaget terhadap


perkembangan moral siswa Sekolah Dasar melalui pembelajaran IPS.
Trihayu, 1(2), 258991.

Arnianti, A. (2021). Teori Perkembangan Psikoanalisis. TSAQOFAH, 1(2), 1-13.

Baharuddin.2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media

Baharuddin.2009. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Garnida, Dadang. 2015. Pengantar Perkembangan Inklusif. Bandung: PT Refika


Aditama.

Hartono, Agung.2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

15

Anda mungkin juga menyukai