Disusun oleh :
Kelompok 12
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan sehingga penyusun diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
yang berjudul “perkembangan moral dan spiritual peserta didik”
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan Nabi besar kita,
Nabi Muhammad SAW. Yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT. untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pertunjuk yang paling benar yakni Syariah Agama
Islam yang merupakan satu-satunya karunia yang paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik merupakan aset utama dalam misi memajukan bangsa.
Mereka perlu pendidikan yang benar supaya tidak menjadi generasi penerus yang
salah kaprah. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik,
namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai
dengan norma hukum dan agama.
Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias
diukur dengan ukuran berat (gram. Pound) ukuran Panjang (cm, inchi), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Sementara perkembangan (development) adalah berambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk perkembangan moral dan spiritual
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan individu dikenal dengan dua fakta yang menonjol, pertama,
setiap manusia mempunyai pola perkembangan yang sama dan bersifat umum, dan
kedua setiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda (secara fisik
maupun mental). Perbedaan tersebut ternyata lebih banyak bersifat kualitatif
daripada kuantitatif.
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS), Bab II Pasal 4, dijelaskan bahwa:”Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan bangsa”.
1
Ini merupakan salah satu dasar dan tujuan dari pendidikan nasional yang
seharusnya menjadi acuan bangsa Indonesia.
Pasal tersebut juga membahas tentang tujuan pendidikan nasional untuk
mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Maka dari itu diperlukan pengembangan moral dan religius pada peserta didik.
Ditambah lagi dengan semakin menurunnya moral dan akhlak remaja masa kini
yang ditandai dengan aksi anarkis, penggunaan narkoba, pergaulan bebas, dan
pornografi, sehingga pengembangan moral dan agama harus lebih ditekankan
dalam lingkup pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Perkembangan Moral Peserta didik?
2. Apa saja yang termasuk Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral
Peserta Didik?
3. Apa Pengertian dari Spiritualitas?
4. Bagaimana perkembangan moral spiritual pada anak, remaja, dewasa, lansia
dan anak berkebutuhan khusus ?
5. Bagaimana Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual terhadap
Pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASA
4
3. Teori Kolhber tentang Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg mengemukakan ada tiga tingkat perkembangan
moral, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional dan post-konvensional.
Masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga keseluruhan ada
enam tahapan yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang
tetap.
Tingkat Penalaran Prakonvensional
Pada penalaran prakonvensional anak tidak memperhatikan
internalisasi nilai-nilai moral-penalaran moral dikendalikan oleh
imbalan dan hukuman eksternal. Pada tingkat ini terdapat dua
tahap:
1. Tahap satu orientasi hukuman dan ketaatan (punihsment
and obedience orientation) : tahap penalaran moral
didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-
orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
2. Tahap dua individualisme dan tujuan (individualism and
purpose) : tahap penalaran moral didasarkan atas
imbalan dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila
mereka ingin dan butuh untuk taat. Apa yang benar
adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap
menghasilkan hadiah.
Tingkat Penalaran Konvensional
Pada tingkat ini, internalisasi individual ialah menengah. Seseorang
menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak
menaati standar-standar orang lain (eksternal), seperti orang tua
atau aturan-aturan masyarakat.
1) Norma-norma interpersonal, seseorang menghargai
kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain
sebagai landasan pertimbangan moral. Anak-anak sering
mengadopsi standar-standar moral orang tuanya pada tahap
5
ini, sambil mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai
“perempuan yang baik” atau seorang “laki-laki yang baik”.
2) Moralitas sistem sosial, pertimbangan-pertimbangan
didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
dan kewajiban.
Tingkat Penalaran Pascakonvensional
Tingkat ini ialah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan
moral kohlberg. Pada tingkat ini mortalitas benar-benar
diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif,
menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan
suatu kode moral pribadi.
1) Hak-hak masyarakat dengan hak individual. Seseorang
memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah
bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu
orang ke orang lain. Seseorang menyadari bahwa hukum
penting bagi masyarakat, tetapi juga mengetahui bahwa
hukum dapat diubah. Seseorang percaya bahwa beberapa
nilai, seperti kebebasan, lebih penting dari pada hukum.
2) Prinsip-prinsip etis universal. Seseorang telah
mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada
hak-hak manusia yang manusia yang universal. Bila
menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang
akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin
melibatkan resiko pribadi.
C. Pengertian Spiritualitas
Kata Spiritualitas berasal dari bahasa inggris “Spirituality” dengan kata
dasar spirit yang memiliki arti roh, jiwa dan semangat. Dan kata “Spirit” sendiri
berasal dari bahasa latin “Spiritus” yang memiliki arti luas atau dalam (breath),
keteguhan hati atau keyakinan (courage), energi atau semangat (vigor) dan
kehidupan. Ada banyak sekali pengertian spiriualitas menurut para ahli seperti
menurut Fox (1983), Spiritualitas adalah komunikasi dengan tuhan, dan upaya
6
seseorang untuk bersatu degan tuhan (Magill & McGreal, 1988), sedangkan
menurut Witmer (1989) spiritualitas ialah suatu kepercayaan akan adanya suatu
kekuatan yang lebih agung dari diri sendiri. Dan menurut Bolllinger (1969)
kebutuhan spiritual adalah kebutuhan terdalam dari diri seseorang yang ketika
dipenuhi individu maka akan menemukan makna hidup dan identitas yang penuh
arti.
Menurut Aliah B. Purwakania Hasan (2006) spiritualitas meliputi ruang lingkup
dan makna pribadi yang luas.
Namun ada beberapa kata kunci spiritualitas yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
1) Meaning (Makna)
Makna adalah sesuatu yang signifikan dalam kehidupan manusia,
merasakan situasi, memiliki dan mengarahkan pada suatu tujuan.
2) Values (Nilai-nilai)
Nilai adalah kepercayaan, standar dan etika yang dihargai
3) Transcendence (trasendensi)
Merupakan pengalaman, kesadaran, dan penghargaan terhadap dimensi
trasendental bagi kehidupan diatas diri seseorang.
4) Connecting (bersambung)
Meningakatkan kesadaran terhadap hubungan dengan diri sendiri, Tuhan,
orang lain dan alam.
5) Becoming (menjadi)
Membuka kehidupan yang berdasarkan refleksi dan pengalaman, termasuk
siapa seseorang dan bagaimana seseorang mengetahui.
7
seseorang itu (keberadaan dan kesadaran) sedangkan agama memberikan
jawaban apa yang harus di kerjakan seseorang (perilaku atau tindakan).
9
sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah
keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap
dimensi spiritual mereka.
Pada masa ini anak mulai mengenal konsep moral (mengenai benar salah
atau baik buruk pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya
mungkin anak tidak mngerti konsep moral ini,tetapi lambat laun anak akan
memahaminya.Pada masa ini anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peraturan, disamping itu,anak
sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-
salah atau baik-buruk.
10
puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain
tentang perbuatannya).
12
3. Memberikan pendekatan moral melaui pendekatan klarifikasi nilai, dalam
hal ini peserta didik diberikan pertanyaan atau dilema, dan mereka harus
dapat memebrikan tanggapan atau komentar baik secara individual
ataupun kelompok. Dimana hal ini bertujuan untuk membuat siswa dapat
menentukan nilai mereka sendiri dan peka terhdap nilai yang dianut oleh
orang lain.
4. Menjadikan pendidikan wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk
menghayati agamanya, peserta didik harus diberikan hal untuk mencari
pengalaman keberaagamaan (religiousity). Dimana pendidikan agama
adalah ajaran dasar yang banyak mengandung nilai spiritualitas dan
moralitas seperti kedamaian dan keadilan.
5. Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui
pendekatan spiritual parenting, seperti:
Memupuk hubungan sadar anak dengan tuhan melalui doa setiap
hari
Menyatakan pada anak bahwa tuhan selalu terlibat pada aktivitas
yang dilakukan sehari-hari
Memberikan kesadaran pada anak bahwa tuhan akan memberikan
bimbingan pada kita apabila kita meminta
Menyuruh anak merenungkan bahwa tuhan ada dalam jiwa mereka
dengan menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri mereka
tumbuh atau mendengar aliran darah, namun mereka tahu bahwa
semua itu terjadi meskipun mereka tidak melihat apapun.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan dengan
aturan seperti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak yang seharusnya
dilakukan dalam berinteraksi yang berlaku dalam kelompok sosial. Dalam
mengembangkan moral teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian
manusia atas 3, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Terdapat beberapa teori terkait
perkembangan moral seperti: (1) Teori Belajar-Sosial tentang Perkembangan
Moral Teori ini melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus, dimana
proses pemguatan, penghukuman, dan peniruaan di terapkan untuk menjelaskan
perilaku moral anak-anak. (2) Teori Kognitif Piaget tentang Perkembangan Moral
Dalam teori ini melibatkan prinsip dan proses yang sama dengan pertumbuhan
kognitif yang ditemui dalam perkembangan intelektual. (3) Teori Kolhberg
tentang Perkembangan MoralMenurut Kohlberg mengemukakan ada tiga tingkat
perkembangan moral, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional dan post-
konvensional. menurut Witmer (1989) spiritualitas ialah suatu kepercayaan akan
adanya suatu kekuatan yang lebih agung dari diri sendiri. Dalam hal ini
perkembangan moral dan spiritualitas bisa dibedakan melalaui tingkatan umur.
Implikasi perkembangan moral dan spiritual dapat dilakukan dengan cara
Memupuk hubungan sadar anak dengan tuhan melalui doa setiap hari, Menyatakan
pada anak bahwa tuhan selalu terlibat pada aktivitas yang dilakukan sehari-hari,
dll.
B. Saran
Dari pembasahan diatas, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca. Untuk itu diharapkan kepaa
para pembaca untuk mencari sumber rujukan lain untuk menambah pengetahuan
mengenai perkembangan moral spiritual peserta didik. Selain itu kekurang
sempurnaan pada makalah inijuga dapat dijadikan perbaikan untuk penyusun
ketika ingin membuat makalah-makalah pada mata kuliah Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Untuk itu kepada para pembaca kami sangat
berharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusun
kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2019. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA
15