Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ PERKEMBANGAN MORAL”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta didik

Disusun Oleh :

Zulva Rosari Usman(321420040)


Ade Amalia (321420043)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahNya lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul :“Perkembangan Moral”, dengan tepat waktu hingga saat menyajikannya.
Makalah ini disusun sebagai partisipasi kami dalam pemenuhan tugas mata
Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Harapan kami melalui makalah ini adalah
agar masyarakat Indonesia pada umumnya dan para mahasiswa bisa memahami
bagaimana perkembangan moral.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah , banyak terdapat
kekurangan yang antara lain karena keterbatasan waktu serta data pada saat
penyusunannya. Oleh sebab itu kamimengharapkan kritikan dan masukan-
masukan yang bersifat positif dan membangun untuk dapat menyempurnakan
makalahini dimasa mendatang. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini

Gorontalo, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
BAB III SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 11
A. SIMPULAN.......................................................................................... 11
B. SARAN................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan merupakan salah satu hal terpenting dan juga harus
diperhatikan pada setiap anak. Perkembangan adalah perubahan kecakapan,
kematangan fisik, emosi dan pikiran menuju dewasa. Pertumbuhan manusia
akan berhenti saat dewasa, namun perkembangan emosi dan pikiran manusia
akan terus berkembang. Jika berbicara tentang perkembangan, ini tidak serta
merta hanya mencakup fisik dan emosional serta kepribadian saja, akan tetapi
mencakup perkembangan moral juga

Pengertian Moral menurut  Gunarsa adalah rangkaian nilai tentang


berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal dari
kata mores yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan.
Menurut Shaffer adalah kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku
individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan kelompok sosial. Moral
ini merupakan standar baik dan buruk yang ditentukan oleh individu dengan
nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial.
Menurut Rogers adalah aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam
kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, seimbang dan adil.
Perilaku moral ini diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh
keteraturan, keharmonisan dan ketertiban. Sementara perubahan psikis
menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu.
2.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ruang Lingkup Perkembangan Moral ?
2. Bagaimana Teori-teori dalam Perkembangan Moral ?
3. Bagaimana metode Pengembangan Moral ?
3.1 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini semata-mata sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah perkembangan peserta didik, sekaligus untuk memberikan salah

1
satu sarana belajar yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran
mengenai materi serta teori yang terkait.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ruang Lingkup Perkembangan moral
Pengertian Moral menurut  Gunarsa adalah rangkaian nilai tentang
berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal
dari kata mores yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau
kebiasaan. Menurut Shaffer adalah kaidah norma dan pranata yang
mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan
kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk yang
ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu
sebagai anggota sosial. Menurut Rogers adalah aspek kepribadian yang
diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara
harmonis, seimbang dan adil. Perilaku moral ini diperlukan demi
terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, keharmonisan dan
ketertiban. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan
karakteristik psikologis individu.
Ruang lingkup tahapan/pola perkembangan moral anak di antaranya
adalah tahapan kejiwaan manusia dalam mengpengembangankan nilai moral
kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangkannya
dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam
mematuhi, menentukan pilihan, menyikapi, atau melakukan tindakan nilai
moral Menurut Piaget anak berpikir tentang moralitas dalam 2 cara, yaitu
cara heteronomous (usia 4-7 tahun ), di mana anak menganggap keadilan
dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan
lepas dari kendali manusia dan cara autonomous (usia 10 tahun keatas) di
mana anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum itu diciptakan
oleh manusia.
Menurut (Kohlberg, 1995), perkembangan moral anak usia prasekolah
berada pada tingkatan yang paling dasar, yaitu penalaran moral
prakonvensional. Pada tingkatan ini anak belum menunjukkan
pengembangan nilai-nilai moral. Pertimbangan moralnya didasarkan pada

3
akibat-akibat yang bersifat fisik dan hedonistik. Ada 4 (empat) area
perkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pengembangan atau
pendidikan usia prasekolah, yaitu perkembangan fisik, sosial emosional,
kognitif dan bahasa.
2.2 Teori – Teori perkembangan Moral
1. Kohlberg

Teori moral adalah sikap dan perilaku individu yang didasari oleh nilai
nilai hukum yang berada di lingkungan tempat dia hidup. Jadi individu
dapat dikatakan dapat memiliki teori moral adalah ketika individu sudah
hidup dengan mentaati hukum hukum yang berlaku di tempat dia hidup.

Sedangkan menurut Lawrence Kohlberg , tahapan perkembangan teori


moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya teori moral individu berdasarkan
perkembangan penalaran teori moralnya. Teori perkembangan moral
kohlberg yang dikemukakan oleh Psikolog Kohlberg menunjukan bahwa
perbuatan moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari
kebiasaan dan hal hal lain yang berhubungan dengan norma kebudayaan
(Sunarto,2013:176).

Selain itu Psikolog Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir


yang mendasari perilaku moral ( Moral Bahavior). Dalam perkembangannya
Psikolog Kohlberg juga menyatakan adanya tingkat tingkat yang
berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Tingkat Teori perkembangan
moral kohlberg adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral individu dari segi
proses penalaran yang mendasarinya bukan dari perbuatan moral. Teori ini
berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku
etis, mempunyai stadium perkembangan dengan tingkat yang teridentifikasi
yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut.

4
Masa Moral Pre konvesional
Pada masa pertama ini, individu sangat tanggap terhadap aturan aturan
budaya, misalnya aturan aturan baik atau buruk, salah atau benar, dsb.
Individu akan mengaitkan aturan aturan tersebut sesuai dengan akibat yang
akan dihadapi atas perbuatan yang dilakukan. Individu juga menilai aturan
aturan tersebut berdasarkan kekuatan fisik dari yang menerapkan aturan
aturan tersebut. Pada masa prekonvensional ini dibagi menjadi dua masa
yaitu:

 Masa Punishment and Obedience Orientation

Pada masa ini, secara umum individu menganggap bahwa konsekuensi


yang ditimbulkan dari suatu perbuatan sangat menentukan baik buruknya
suatu perbuatan yang dilakukan, tanpa melihat sisi individunya. Perbuatan
perbuatan yang tidak diikuti dengan konsekuensi dari perbuatan tersebut,
tidak dianggap sesuatu hal yang buruk.
Pada masa ini, suatu perbuatan dikatakan benar apabila perbuatan tersebut
mampu memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri maupun individu lain, serta
perbuatan tersebut tidak merugikan. Pada masa ini hubungan antar individu
digambarkan sebagaimana hubungan timbal balik dan perbuatan terus
terang yang menempati kedudukan yang cukup penting. Masa Masa
Konvensional
Pada masa perkembangan moral konvensional, memenuhi harapan
keluarga, kelompok, masyarakat, maupun bangsanya merupakan suatu
perbuatan yang terpuji. Perbuatan tersebut dilakukan tanpa harus
mengaitkan dengan konsekuensi yang muncul, tetapi dibutuhkan perbuatan
dan loyalitas yang sesuai dengan harapan harapan pribadi dan tertib sosial
yang berlaku.

Pada masa ini, usaha individu untuk memperoleh, mendukung, dan


mengakui keabsahan tertib sosial sangat ditekankan, serta usaha aktif untuk
menjalin hubungan baik antara diri dengan individu lain maupun dengan

5
kelompok di sekitarnya. Pada masa konvensional ini dibagi menjadi dua
masa yaitu:

 Masa Interpersonal Concordance atau Good Boy/ Good Girl Orientation

Pandangan individu pada masa ini, perbuatan yang bermoral adalah


perbuatan yang menyenangkan, membantu, atau perbuatan yang diakui dan
diterima oleh individu lain. Jadi, setiap individu akan berusaha untuk dapat
menyenangkan individu lain untuk dapat dianggap bermoral.

 Masa Law and Order Orientation

Pada masa ini, pandangan individu selalu mengarah pada otoritas,


pemenuhan aturan aturan, dan juga upaya untuk memelihara tertib sosial.
Perbuatan bermoral dianggap sebagai perbuatan yang mengarah pada
pemenuhan kewajiban, penghormatan terhadap suatu otoritas, dan
pemeliharaan tertib sosial yang diakui sebagai satu satunya tertib sosial
yang ada.

Masa Masa Postkonvensional


Pada masa ketiga ini, terdapat usaha dalam diri individu untuk
menentukan norma norma dan prinsip prinsip moral yang memiliki validitas
yang diwujudkan tanpa harus mengaitkan dengan otoritas kelompok
maupun individu dan terlepas dari hubungan individu dengan kelompok.
Pada masa ketiga ini, di dalamnya mencakup dua masa perkembangan
moral, yaitu:

 Masa Social Contract, Legalistic Orientation

Masa ini merupakan masa kematangan moral yang cukup tinggi. Pada
masa ini perbuatan yang dianggap bermoral merupakan perbuatan perbuatan
yang mampu merefleksikan hak hak individu dan memenuhi ukuran ukuran
yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat luas.
Individu yang berada pada masa ini menyadari perbedaan individu dan
pendapat. Oleh karena itu, masa ini dianggap masa yang memungkinkan

6
tercapainya musyawarah mufakat. Masa ini sangat memungkinkan individu
melihat benar dan salah sebagai suatu hal yang berkaitan dengan norma
norma dan pendapat pribadi individu. Pada masa ini, hukum atau aturan
juga dapat dirubah jika dipandang hal tersebut lebih baik bagi masyarakat.

 Masa Orientation of Universal Ethical Principles

Pada masa yang tertinggi ini, moral dipandang benar tidak harus dibatasi
oleh hukum atau aturan dari kelompok sosial atau masyarakat. Tetapi, hal
tersebut lebih dibatasi oleh kesadaran individu dengan dilandasi prinsip
prinsip etis. Prinsip prinsip tersebut dianggap jauh lebih baik, lebih luas dan
abstrak dan bisa mencakup prinsip prinsip umum seperti keadilan,
persamaan HAM, dsb.

Tidak ada Karakter Tradisional


Dalam teorinya, Psikolog Kohlberg menolak konsep pendidikan norma/
karakter tradisional yang berdasarkan pada pemikiran bahwa ada
seperangkat kebajikan seperti kejujuran, kesabaran, dsb yang menjadi
landasan perilaku moral. Konsep tersebut dinorma tidak membimbing
individu untuk memahami kebajikan mana yang sungguh baik untuk diikuti.

Oleh karena itu, Psikolog Kohlberg mengajukan pendekatan pendidikan


norma dengan menggunakan pendekatan klasifikasi norma yang bertolak
dari asumsi bahwa tidak ada satu satunya jawaban yang benar terhadap
suatu persoalan moral, tetapi di dalamnya ada norma yang penting sebagai
dasar berpikir dan bertindak.

Terdapat Kriteria Moral


Psikolog Kohlberg mengklaim bahwa teorinya (tentang perkembangan
moral) tidak hanya menjadi psikologi tetapi juga “filsafat moral”. Teorinya
ini menyatakan tidak hanya bertindak dalam fakta “melebihkan masa
tertinggi dari pertimbangan (moral) mereka secara keseluruhan”, tetapi juga

7
bahwa masa ini adalah “secara objektif dapat lebih baik atau lebih
memadai” daripada masa sebelumnya “dengan kriteria moral yang pasti”.

2.3 Pengembangan moral


Pengembangan nilai nilai moral dan agama anak dapat dikembangkan
melalui metode sebagai berikut :
(i) Metode bercerita
Metode Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat
ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai
budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat
menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum
mampu berpikir secara abstrak (Zainab, 2012).
(ii) Metode bernyanyi
Metode Bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang
mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi
dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati
keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-
pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenal- kan kepada anak
tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak
dapat disamakan dengan orang dewasa (sabiati Amin 2016).
(iii) Metode bersyair
Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah
satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia
pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus
dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin
melaku- kan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui
metode sajak guru bisa menanamkan nilainilai moral kepada anak. Sajak
merupakan metode yang juga dapat membuat anak merasa senang, gembira
dan bahagia ( Arief Armai, 2011)

8
(iv) Metode karyawsata
Metode ini bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak
Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan berkarya
wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan
pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak- kanak. Tema yang
sesuai seperti: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan
pegunungan ( Mahyumi Natina, 2012)
(v) Metode pembiasaan
Metode Pembiasaan terkait dengan penanaman moral, lebih banyak
dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses
pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah
belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru
dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas
dan sebagainya ( Ayi Olim, 2010 )
(vi) Metode bermain
Metode Bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya
mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri dan menghormati
teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah
terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan.
Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan
atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini
( Rozalena, 2017).
(vii) Metode outbond
Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang me-mungkinkan anak
untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa akan dengan
leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah
yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang
diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas.
Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu
yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang

9
terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan
atau alam terbuka (Yunaida, Hana; Rosita, Tita, 2018 )
(viii) Metode bermain peran
Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan dlam
menanamkan nilai nilai moral ke pada anak TK. Dengan bermain peran
anak akan mempunyai ksadaran merasakana jika ia menjadi seseorang yang
dia perankan dalam kegiatan bermain peran ( Vivit Risnawati, 2012)
(ix) Metode diskusi
Metode ini adalah metode utuk mendiskusikan tentang suatu peristiwa.
Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan
sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdidskusi
tentang tayangan tersebut. Isi diskusinya antara lsin mengapa hal tersebut
dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyanyangi
dan sebaginya ( Sapendi, 2015).
(x) Metode keteladanan
Menurut Cheppy Cahyono, guru moral ideal adalah yang dapat
menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orangtua dan bahkan
tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orag lain dalam
melakukan refleksi ( Cahyatun Mchsunah, 2017)

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ruang lingkup tahapan/pola perkembangan moral anak di antaranya
adalah tahapan kejiwaan manusia dalam mengpengembangankan nilai moral
kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangkannya
dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam
mematuhi, menentukan pilihan, menyikapi, atau melakukan tindakan nilai
moral Menurut Piaget anak berpikir tentang moralitas dalam 2 cara, yaitu
cara heteronomous (usia 4-7 tahun ), di mana anak menganggap keadilan
dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan
lepas dari kendali manusia dan cara autonomous (usia 10 tahun keatas) di
mana anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum itu diciptakan
oleh manusia.
Berbicara tentang perkembangan moral itu sendiri, banyak metode
pengembangan yang bisa kita gunakan guna mendukung perkembangan
mereka. Metode tersebut diantaranya : metode keteladanan, bermain peran,
diskusi, outbond , bermain dan metode lainnya yang bisa mendukung
pengembangan moral.

3.2 Saran

Dalam proses perkembangan moral diharapkan agar orang tua dan juga para
pendidik bisa bersiffat koperatif dalam pemantauan proses dari perkembagan
moral setiap anak. Hal ini dihimbau agar kita bisa mengantisipasi terlebih
dahulu tentang hal-hal yang akan datang serta menyediakan stimulus yang
tepat dalam mendukung perkembangan moral setiap anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/28/26
http://nrskomes.blogspot.com/2017/01/makalah-perkembangan-
moral.html
https://dosenpsikologi.com/teori-perkembangan-moral-kohlberg
file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/1.%20Wardah%20Anggraini
%20Konsep%20Paper-2.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai