Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK KOHLBEG

PERKEMBANGAN MORAL DAN SPIRITUAL PADA

PESERTA DIDIK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I C22F

Faqih Nurasabila (220407552010)

Ashaoliya (220407551015)

Hajrah Risal (220407551065)

Multiani (220407552031)

Dosen Pengampu:

Usman, S.Pd., M.Pd., Ph.D.

Pendidikan Guru Sekolah

DasarFakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Makassar

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu’ alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa atas rahmat dan hidayah

nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Kohlbeg

Perkembangan Moral dan Spiritual Pada Peserta Didik” yang di dalamnya berisikan

tentang keterampilan dasar konseling attending dan keterampilan dasar eksplorasi,

dimana makalah ini dibuat untukmemenuhin tugas mata kuliahPerkembangan Peserta

Didik.

Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Usman, S.Pd., M.Pd., Ph.D.

sebagai dosen pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah banyak

membantu dan memberikan pengarahan sebagai petunjuk sehingga mempermudah

kami menyelesaikanmakalah ini tepat waktu.


Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurnah oleh karena itu kami
terbuka
untuk menerima masukan dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada program

studi pendidikanguru sekolah dasar.

Sidrap, 30 Oktober 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan masalah ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Definisi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik ............................ 3
2.1.1Definisi Moral dan Perkembangan Moral .............................................. 3
2.1.2Definisi Spiritual dan Perkembangan Spiritual ..................................... 3
2.2 Teori-Teori dari Perkembangan Moral Spiritual Peserta Didik ..................... 4
2.2.1Teori Perkembangan Moral ..................................................................... 4
2.2.2Teori Perkembangan Spiritual ................................................................ 5
2.3 Proses Perkembangan Moral dan Spiritual pada Peserta Didik .................. 8
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik
............................................................................................................................. 9
2.5 Dampak Perkembangan Moral dan Spiritual terhadap Pendidikan ............ 10
2.5.1Implikasi Perkembangan Moral .............................................................. 11
2.5.2Implikasi Perkembangan Spiritual ......................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia dalam perspektif merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang

memiliki masalah moral, spiritual, dan membutuhkan bantuan untuk dapat

memelihara, mempertahankan dan meningkatkan spiritualnya dalam kondisi

optimal. Sebagai seorang manusia memiliki beberapa peran dan fungsi seperti

sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan

hakikat tersebut, maka perkembangan memandang manusia sebagai mahluk yang

holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural, moral, dan

spiritual. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan

tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera.

Salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan yakni pendidikan,

dimana pendidikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun juga mendidik,

dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma hukum

dan agama bagi perserta didik. Dalam pendidikan dan pembelajaran diperlukan

suatu pengetahuan akan perkembangan-perkembangan yang terjadi pada peserta

didik. Dimana aspek-aspek perkembangan peserta didik cukup banyak seperti

perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan moral,

perkembangan spiritual atau kesadaran beragama dan lain sebagainya. Setiap

aspek-aspek tersebut dapat dikaji berdasarkan fase-fasenya untuk membantu

dalam memahami cara belajar dan tentunya sikap maupun tingkah laku peserta

didik. Selain itu, aspek pembelajaran yang diberikan kepada para peserta didik.

juga berupa pendidikan moral dan spiritual untuk membentuk pribadi-pribadi

yang sesuai dengan harapan bangsa yang dituliskan pada tujuan pendidikan

bangsa Indonesia.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari perkembangan moral dan spiritual peserta didik?
1
2. Apa saja teori dari perkembangan moral dan spiritual peserta didik?
3. Bagaimana proses perkembangan moral dan spiritual pada peserta didik?
4. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan moral dan spiritual

pesertadidik?

5. Bagaiamana dampak perkembangan moral dan spiritual peserta didik dalam

ruanglingkup pendidikan?

2
1.3Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui defenisi dari perkembangan moral dan spiritual peserta didik.
2. Untuk mengetahui saja teori dari perkembangan moral dan spiritual peserta didik.
3. Untuk memahami bagaimana proses perkembangan moral dan spiritual pada

pesertadidik.

4. Untuk mengetahuifaktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan

moral danspiritual peserta didik.

5. Untuk mengetahui bagaiamana dampak perkembangan moral dan spiritual

pesertadidik dalam ruang lingkup pendidikan.

1.4Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui defenisi dari perkembangan moral dan spiritual

pesertadidik.

2. Pembaca dapat mengetahui apa saja teori dari perkembangan moral dan

spiritualpeserta didik.

3. Pembaca dapat mengetahui proses perkembangan moral dan spiritual pada

pesertadidik.

4. Pembaca dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi

perkembangan moraldan spiritual peserta didik.

5. Pembaca dapat mengetahui bagaimana dampak perkembangan moral dan

spiritualpeserta didik dalam ruang lingkup pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik

2.1.1Definisi Moral dan perkembangan Moral

Istilah moral berasal dari kata Latin “ mos” (Morsis), yang berarti adat

istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai atau tata cara kehidupan.


Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilainilai atau prinsip-prinsip moral. Perkembangan Moral (Santrock,
1995) adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain..

Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi


dalam kehidupan anak berkenaan dengan tata cara, kebiasaan, adat, atau
standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial. Anak-anak ketika dilahirkan
tidak memiliki moral (imoral), tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang
siap dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan
orang lain, anak akan belajar memahami tentang perilaku atau tingkah laku
yang bermoral.

Tingkah laku yang bermoral merupakan tingkah laku yang sesuai dengan
nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat.
Nilainilai moral tersebut tidak sama tergantung dari faktor kebudayaan
setempat. Nilai moral merupakan sesuatu yang bukan diperoleh dari lahir
melainkan dari luar.

2.1.2Definisi Spiritual dan Perkembangan Spiritual

Spiritual berasal dari bahasa latin “ spiritus” yang berarti nafas atau udara,
spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Mempunyai kepercayaan atau
keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu
4
atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama
kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga
keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan
didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan denganKetuhanan, Kekuatan

tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasaa, sesuatu perasaan


yang memberikan alasan tentang keyakinan (believe) dan keyakinan
sepenuhnya (action), harapan (hope).

Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,


pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan.
Spiritualitas juga

5
memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal
(hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain
dengan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu
suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Jadi

spiritual merupakan kepercayaanpeserta didik terhadap suatu keyakinan yang


didasarkan pada adat istiadat maupun ketuhanan.

Perkembangan spiritual lebih spesifik membahas tentang kebutuhan


manusia terhadap agama. Agama adalah sebagai sistem organisasi
kepercayaan dan peribadatandimana seseorang bisa mengungkapkan dengan
jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Perkembangan spiritual
diartikan sebagai tahap dimana seseorang yang dalam hal ini adalah peserta
didik untuk membentuk kepercayaannya. Baik berupa kepercayaan yang
berhubungan dengan religi maupun adat.

2.2Teori-Teori dari Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik

2.2.1Teori perkembangan moral

Kohlberg mengembangkan gagasannya mengenai perkembangan moral

melaluipenelitian terhadap individu-individu dari berbagai usia. Terhadap setiap


orang, ia mengajukan ceritera dan disertai dengan pertanyaan-pertanyaan
terhadap ceritera tersebut. Mengenai perkembangan moral, dia yakin bahwa
perkembangan yang baik terjadi manakala perilaku manusia mengalami
perubahan-perubahan dari perilaku yangdikontrol secara internal oleh si pelaku
moral. Ketiga tingkatan tersebut adalah penalaran prakonvensional, penalaran
konvensional, dan penalaran postkonvensional.

Penalaran prakonvensional

Pada tingkatan terendah ini individu tidak menunjukkan adanya internalisasi


nilai- nilai moral-penalaran moral dikendalikan oleh faktor internal, yakni hadiah,
pujian, tepukan bahu, atau sebaliknya berupa cacian, makian, kritik, hukuman.
Pada tingkatanyang paling dasar ini dipilah menjadi dua tahap, yaitu:

6
Tahap 1: punishment and obedience orientation. Pada tahap orientasi
hukuman dan kepatuhan ini pemikiran moral didasarkan pada hukuman.
Contohnya, seorang menjadi berperilaku patuh karena takut kalau-kalau
hukuman menimpa dirinya.

Tahap 2: Individualism and purpose. Pada tahap ini perkembangan moral lebih
berdasar pada hadiah dan minat pribadi anak atau remaja. Anak atau remaja
menjadi patuh karena dia berharap akan mendapatkan sesuatu yang
menyenangkan setelah diamenjalankan perilaku patuh.

7
Penalaran konvensional

Pada tingkatan ini individu melakukan kepatuhan berdasarkan standar


pribadi yangdiperoleh atau yang diinternalisasi dari lingkungan ata orang lain.
Pada tingkatan keduaini dipilah menjadi dua tahap:

Tahap 3: Interpersonal norm. Pada tahap norma interpersonal ini, anak


beranggapan bahwa rasa percaya, rasa kasih sayang , dan kesetiaan kepada
orang lain sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap perilaku moral.
Agar anak dikatakan sebagai anak yang baik, maka anak mengambil standar
moral yang diberlakukan oleh orang tuanya.Dengan demikian, hubungan antara
anak dan orang tua tetap terjaga dalam suasana penuh kasih sayang.

Tahap 4: social system morality. Pada tahap keempat ini ukuran moralitas
didasarkan pada sistem sosial yang berlaku saat itu. Artinya, kehidupan
masyrakat didasarkan pada aturan hukum yang dibuat dengan maksud

melindungi semua warga di dalam komunitas tertentu. Jadi pada tahap


perkembangan moral didasrkan pada pemahaman terhadap aturan, hukum,
keadilan, dan tugas sosial kemasyarakatan.

Penalaran postkonvensional

Tingkatan tertinggi dari perkembangan moral adalah diinternalisasikannya


standar moral sepenuhnya dalam diri individu tanpa didasarkan pada standar
orang lain. Pada tingkatan tertinggi ini dibagi menjadi dua tahap:

Tahap 5: community rights vs individual rights. Pada tahap ini, perkembangan

moral mengarah ke pemahaman bahwa nilai dan hukum bersifat relatif.


Sementara itu nilai yang dimiliki orang satu berbeda dari orang yang lainnya.

Tahap 6: Universal ethical principles. Tahapan tertinggi dari perkembangan


moral adalah seseorang sudah mampu membentuk standar moral sendiri
berdasar pada hak- hak manusia yang bersifat universal. Walaupun
mengandung resiko, orang pada tahap ini berani mengambil suatu tindakan
berdasar kata hatinya sendiri, bahkan bertentangan dengan hukum sekalipun.

8
2.2.2Teori perkembangan spiritual.

a. Tahap perkembangan kepercayaan flower


James W. Folwer dalam buku Stages of Faith mengembangkan teori
tentang tahap perkembangan dalam keyakinan seseorang ( Stages of Faith
Development) sepanjang rentang kehidupan manusia. Menurut Fowler,
kepercayaan merupakan

9
orientasi holistik yang menunjukan hubungan antara individu dengan alam
semesta.
b. Tahap perkembangan spiritual sufistik
Menurut Islam, manusia yang lahir dengn jiwa yang suci (nafsi zakiya).
Namun, manusia juga lahir di dunia dengan memiliki eksistensi fisik yang
terdiri daridaging dan tulang. Keberadaan fisik manusia menimbulkan

keterkaitan dengan dunia tempat mereka tinggal, dan dapat memberikan


kegelapan dan menutupi keindahan dan kebijaksanaan yang tersimpan
dalam diri mereka. Pada asalnya, manusia dapat menjadi lupadan
terus-menerus hidup dalam kesombongan.
Tujuan dari Sufisme, seperti juga mistik lainnya adalah untuk
membersihkan hati, mendidik dan mentransformasikan jiwa untuk
menemukan tuhan.
1. Nafsh Ammarah ( The Commadinself)
Orang yang berada pada tahap ini adalah orang yang nafsunya
didominasi godaan yang mengajaknya kearah kejahatan.

2. Nafhs Lawwamah ( The Regretful Self )


Manusia memiliki keasadaran terhadap perilaku, ia dapat
membedakan yang baik dan yang buruk, dan menyesali kesalahannya.
Namun ia belum memiliki kemampuan untuk merubah gaya hidupnya
dengan cara signifikan.
3. Nafs mulhimah ( The Inspired Self)
Pada tahap ini orang mulaimerasakan ketulusan dari ibadahnya. Ia
benar benartermotivasi pada cinta kasih, pengabdian dan nilai-nilai moral.
Tahap ini awal dari praktek sufisme yang sesungguhnya. Perilaku yang

umum pada tahap ini adalah kelembutan, kasih sayang, kreativitas dan
tindakan moral. Secara keseluruhan, orang yang berada pada tahap ini
memiliki emosi yang matang, menghargai dan dihargai orang lain.
4. Nafs Muthma’ innah ( The contended Self)
Pada tahap ini orangmerasakan kedamaian. Pergolakan pada tahap
awal telal lewat. kebutuhan dan ikatan-ikatan lama tak lagi penting.

10
Kepentingan diri mulai lenyap, membuat orang lebih dekat dengan
Tuhannya. Tingkatan ini membuat seseorang menjadi berpikiran terbuka,
bersyukur, dapat di percaya, dan penuh kasih sayang.

5. Nafs Riyadhiyah ( The Pleased Self )


Pada tahap ini seseorang tidak hanya tenang dengan dirinya namun
juga tetap bahagia dalam keadaan sulit, musibah cobaan dalam
kehidupan. Ia menyadari bahwa kesulitan datang dari Allah untuk
memperkuat keimanan. Keadaan bahagia tidak bersifat hedonistik atau
materialistik, dan sangat berbeda dengan hal biasa dialami orang-orang
yang

11
beroreantasi pada hal yang bersifat duniawi, prinsip memenuhi
kesenanagan(pleasure principle) dan menghindari rasa sakit (pain
priciple).
6. Nafs Madhiyah (The self Pleasing to God)
Mereka yang telah mencapai tahap lanjutmenyadari bahwa segala
kekuatan berasal dari Allah, dan tidak dapatvterjadi begitu saja. Mereka
tidak lagi mengalami rasa takut dan tidak lagi meminta. Mereka yang
berada dalam tahapini telah mencapai kesatuan internal.
7. Nafs Safiyah ( The Pure Self )
Mereka yang telah mencapai tahap akhir telah mengalami trandensi
diri yang seutuhnya. Tidak ada nafs yang tersisa, pada pencapaian
dengan Allah di tahap ini, ia telah menyadari kebenaran sejati, “ Tidak

ada Tuhan selain Allah” . sekarang ia menyadari tidak ada apa-apa lagi
kecuali Allah dan setiap indra manusia atau keterpisahan adalah suatu
ilusi.

c. Perkembangan Spiritual pada Masa Infancy dan Early Childhood.

Perkembangan keagamaan anak dapat dipupuk oleh pendidikan anak


dirumah. Penekanan yang diberikan pada kepatuhan terhadap peraturan
agama dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dijadikan benih agar
anak-anak bisa memiliki spiritual yang bagus. Beberapa kepercayaan
anak-anak yang masih salah tetapi bisa menjadikan anak memiliki spiritual
yang baik

1. Tuhan adalah seseorang yang sangat besar, berpakaian putih,


berwajah angker atau ramah dan berjanggut putih. Dia membalas
mereka yang baik dan mengirimkan mereka ke Surga bila meninggal.
2. Surga adalah tempat kediaman Tuhan ditengah awan, tempat orang
memperolehsegala sesuatu yang mereka impikan.
3. Neraka merupakn tempat dibawah bumi, tempat penderitaan abadi dan
hukumanbagi mereka yang berkelakuan buruk semasa hidup.

4. Malaikat adalah orang yang baik hidupnya akan masuk Surga setelah
12
meninggaldan menjadi malaikat, berjubah putih.
5. Al-Qur’ an atau Alkitab. Sebuah buku yang ditulis Tuhan. Setiap kata
dalam Al-Qur’ an benar dan yang meragukan kebenarannya adalah dosa

Perkembangan spiritual didasarkan pada ayat-ayat alquran dan hadist


yangmenjelaskan tentang fitrah beragama. Dalam perkembangannya, firtrah
beragama ini

13
ada yang berjalan secara alamiah dan ada juga yang mendapat bimbingan dari
para rasul Allah SWT, sehingga fitrahnya itu berkembang sesuai kehendak
Allah SWT. Keyakinan bahwa manusia itu mempunyai fitrah atau kepercayaan
kepada Tuhan didasarkan pada firman Allah:

1. Surat Al-‘ araf ayat 172 yang artinya: “ dan ingatlah ketika tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘ bukankah
aku ini tuhanmu?’ mereka menjawab: ‘ betul (engkau tuhan kami). Kami
menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat tidak
mengatakan, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengahterhadap ini
(keesaan tuhan).

2. Surat ar-rum ayat 30, yang artinya: “ maka hadapkanlah wajahmu

dengan lurus kepada agama allah, (tetaplah atas) fitrah allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. Ituah agam lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

3. Surat Asy-syamsu ayat 8 yang artinya: “ maka allah mengilhamkan


kepada jiwa itukefasikan dan ketakwaannya.” Fitrah beragama ini merupakan
disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau

berpeluang untuk berkembang. Namun, mengenai arah dan kualitas


perkembangan beragama anak sangat bergantung kepada proses pendidikan
yang diterimanya. Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh nabi
Muhammad Saw: “ setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena
keadaan orangtuanyalah, anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi.” Hadis
ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan (terutama orangtua) sangat
berperan dalam mempengaruhi perkembangan fitrah keberagamaan anak.
Jiwa beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan
dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan

kepada-Nya, baik yang bersifat habluminallah danhablumminannas.

2.3Proses Perkembangan Moral dan Spiritual pada Peserta Didik

14
Setiap aspek perkembangan peserta didik memiliki tahapan atau proses hingga mencapai
suatu tahapan atau tingkatan yang matang. Perkembangan moral pada peserta didik dapat
berlangsung melaluibeberapa cara yaitu,

1. Pendidikan langsung, melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar
dan salah, ataubaik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu,
yang paling penting dalam pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orangtua, guru atau
orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.

15
2. Identifikasi, dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku
moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orang tua, guru, artis atau orang dewasa
lainnya).

3. Proses coba-coba (trial & error), dengan cara mengembangkan tingkah laku moral
secara coba-coba. Jika tingkah laku tersebut mendatangkan pujian atau penghargaan maka
akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan
maka akan dihentikan.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta

Didik

Berbagai aspek perkembangan pada peserta didik dipengaruhi oleh interaksi atau

gabungan dari pengruh internal dan faktor eksternal. Begitu pula dengan perkembangan moral
dan spiritual dari peserta didik. Meskipun kedua aspek perkembangan tersebut dipengaruhi
oleh faktor eksternal dan internal yang hampir sama tetapi kadar atau bentuk pengaruhnya
berbeda.

Pada perkembangan moral peserta didik faktor internal meliputi faktor genetis atau
pengaruh sifat- sifat bawaan yang ada pada diri peserta didik. Selanjutnya sifat-sifat yang

mendasari adanya perkembangan moral dikembangkan atau dibentuk oleh lingkungan.


Peserta didik akan mulai melihat dan memasukkan nilai-nilai yang ada di lingkubgan
sekitarnya baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang dapat meliputi para
tetua yang mungkin menjadi teladan di masyarakat, para tetangga, teman maupun guru yang
ada di lingkungan sekolah. Semua aspek di atas memiliki peran yang penting dalam
perkembangan moral peserta didik yang kadarnya tau besarnya pengaruh bergantung pada
usia atau kebiasaan dari peserta didik itu sendiri.

Meskipun faktor eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar pada perkembangan moral
peserta didik, peserta didik tetap mampu menentukan hal-hal atau nilai-nilai yang akan dianut

atau digunakan sebagai pembentuk jati diri. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh
pengetahuan peserta didik akan nilai-nilai moral yang tenyunya pertama kali akan dilihat dari
sosok atau jati diri orang tua. Meskipun terkadang orang tua tidak secara formal memberikan
nilai-nilai moral tersebut, peserta didik tetap mampu menginternalisasi atau memasukkan nilai-

16
nilai tersebut ke dalam jati dirinya yang diwujudkandengan sikap dan tingkah laku peserta
didik. Oleh karena itu, para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri mempunyai
peran penting dalam pembentukan moral. Dimana dalam usaha membentuk tingkah laku
sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya

diantaranya yaitu:

1. Tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.

2. Banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang


terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal.

17
3. Lingkungan meliputi segala segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang
tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung
dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.

4. Tingkat penalaran, dimana perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut


Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget.
Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap perkembangan piaget, makin
tinggi pula tingkat moral seseorang.

5. Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan
menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam
pergaulan dengan orang lain.

Perkembangan spiritual juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal pula. Faktor
internal padaperkembangan spiritual juga berupa faktor keturunan yaitu berupa pembawaan

dimana faktor ini merupakan karakteristik dari orang itu sendiri, dasar pemikiran dari individu
berdasarkan kepercayaan dan budaya yang dimilikinya. Faktor eksternal dapat berupa
keluarga yang sangat menentukan pula dalam perkembangan spiritual anak karena orang tua
memiliki peran yang sangat penting sebagai pendidik atau penentu keyakinan yang mendasari
anak. Kemudian pendidikan keagamaan yang diterapkan di sekolah juga dapat menjadi faktor
penentu perkembangan spiritual anak, karena dengan adanya pendidikan anak akan mulai
berpikir secara logika dan menentukan apa yang baik dan tidak bagi dirinya dan kelak akan
menjadi karakter dari peserta didik. Selain itu, adanya budaya yang berkembang di masyarakat
akan mempengaruhi perkembangan spiritual peserta didik pula. Baik perkembangan yang

menuju arah yang baik (positif) atau menuju ke arah yang buruk (negatif), itu semua
tergantung pada bagaimana cara anak berinteraksi dengan masyarakat tersebut.

2.5Dampak Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik pada Pendidikan

Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya. Ketika individu


memasukiusia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun, individu tersebut
disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam
suatu sistem pendidikan.
18
Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
yakni memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) programnya disusun secara fleksibel dan tidak
kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak; (2) tidak dilakukan secara monoton,
tetapi disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas; dan (3) melibatkan penggunaan

berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh
dengan menggunakan berbagai proses perkembangannya.

2.5.1 Implikasi Perkembangan Moral

Purwanto (2006) berpendapat bahwa moral bukan hanya memiliki arti bertingkah laku
sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan
lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta

bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara, berkemauan keras,
berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke dalam moral yang perlu dikembangkan
dan ditanamkan dalam hati sanubari anak-anak. Adapun perkembangan moral menurut
Santrock yaitu perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.

Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, salah satunya melalui
pendidikan langsung. Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang
tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk oleh orang tua dan gurunya. Selanjutnya pada
usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan

sosialnya. Pada akhir usia ini, anak dapat memahami alasan yang mendasari suatu bentuk
perilaku dengan konsep baik-buruk. Misalnya, dia memandang bahwa perbuatan nakal,
berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan
perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang baik.

Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi sarana yang kondusif bagi
pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat
berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam
pengembangan moral dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di
kelas hendaknya dihubungkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian,
19
pembinaan perkembangan moral peserta didik sangat penting karena percuma saja jika
mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan, tetapi jiwa dan
wataknya tidak dibangun dan dibina.

2.5.2 Implikasi Perkembangan Spiritual

Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual yang dibawanya


sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia yang ber-SQ tinggi dibutuhkan
pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ
dan SQ juga.

Zohar dan Marshall pertama kali meneliti secara ilmiah tentang kecerdasan spiritual, yaitu
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yang

menempatkanperilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.

Purwanto (2006) mengemukakan bahwa pendidikan yang dilakukan terhadap manusia


berbeda dengan “ pendidikan” yang dilakukan terhadap binatang. Menurutnya, pendidikan
pada manusia tidak terletak pada perkembangan biologis saja, yaitu yang berhubungan
dengan perkembangan jasmani. Akan tetapi, pendidikan pada manusia harus
diperhitungkan pula perkembangan rohaninya. Itulah kelebihan manusia yang diberikan oleh
Allah SWT sebagai tuhan semesta alam, yaitu dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan)

untuk mengenal penciptanya, yang membedakan antara manusia dengan binatang. Fitrah ini
berkaitan dengan aspek spiritual.

Perkembangan spiritual membawa banyak implikasi terhadap pendidikan dan diharapkan


muncul manusia yang benar-benar utuh dari lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu,
pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan sebagai bagian penting dari
program-program pendidikan yang diberikan di sekolah dasar. Tanpa melalui pendidikan
agama, mustahil SQ dapat berkembang baik dalam diri peserta didik.

20
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Moral merupakan tingkah laku manusia yang berdasarkan atas baik-buruk dengan
landasan nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Spiritual merupakan kepercayaan peserta didik
terhadap suatu keyakinan yang didasarkan pada adat istiadat maupun ketuhanan.
2. Teori perkembangan moral menurut Kohlberg terdapat tiga tingkatan yaitu penalaran

prakonvensional, konvensional, dan postkonvensional. Setiap tingkatan dibagi menjadi dua


tahap. Teori perkembangan spiritual didasarkan pada ayat-ayat alquran dan hadits yang
menjelaskan tentang fitrah beragama.
3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral dan spiritual meliputi faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat atau pembawaan dari diri sendiri, dalam
perkembangan moral berupa sifat-sifat yang diturunkan dan pada perkembangan spiritual
berupa keyakinan. Faktor eksternal meliput keluarga, masyarakat sekitar, sekolah, dan
tentunya budaya.

3.2Saran

Karakteristik perkembangan moral dan religi pada peserta didik sangat penting diterap dalam
lingkuppendidikan mengingat perkembangan zaman dan moderenisasi yang membuat moral
generasi muda semakin terperosok. Sebagai tenaga pendidik atau guru tidak hanya
memberikan pendidikan dalam bidang akademis saja namun juga mendidik dalam
membentuk kepribadian anak. Maka dari itu diperlukan metode mengajar yang tidak monoton.

21
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2009. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Desmita. 2010. PSikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

RosdakaryaHartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka

Cipta

Pengurus Besar Asosisi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). 2010. Jurnal
Bimbingan danKonseling ISSN 1411-5026. Bandung: AKBIN

Syamsuddin, Abin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya

Yusuf, Syamsu. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers

Hurlock, Elisabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Diterjemahan oleh Istiwidayanti, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ali, Mohammad., dkk. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik . Jakarta: PT.
BumiAksara.

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Diterjemahkan


oleh JudaDamanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga

Triyono, dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Malang: FIP UM

22

Anda mungkin juga menyukai