Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah metode pengembangan moral dan nilai-nilai
agama.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. LatarBelakang.................................................................................. 1
B. TujuanPembuatan Makalah.............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A. Kesimpulan ..................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11
ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Makalah ini akan menguraikan hakikat ruang lingkup pengembangan nilai-
nilai keagamaan anak usia dini khususnya anak usia taman kanak-kanak. Apabila kita
mengkaji beberapa literatur tentang ruang lingkup pengembangan agama pada anak
usia dini, seperti yang terdapat pada acuab menu pembelajaran pada anak usia dini,
serta kurikulum berbasis kompetensi tentang pengembangan moral dan nilai-nilai
agama, ternyata pengembangan nilai-nilai agama untuk anak usia taman kanak-kanak
hanya berkisar pada kegiatan hidup anak sehari-hari, mulai dari kegiatan di
lingkungan sekolah, bersosialisasi dengan teman sebaya, dan pembiasaan pada
kegiatan rutin yang berhubungan dengan pembiasaan aturan agama bagi diri sendiri.
Anak usia TK, dalam pandangan psikologi, memiliki keunikan, karakter
khusus, dan kemampuan meniru yang luar biasa serta rasa ingin tahu yang tinggi. Hal
itu tentunya sangat perlu kita jadikan landasan utama pada saat kita akan
mengembangkan berbagai potensi anak, termasuk masalah pengembangan nila-nilai
agama. Dengan demikian, seyogianya kita menentukan/memberikan ruang lingkup
pengembangan nilai-nilai agama kepada anak taman kanak-kanak dimulai dari
kebutuhan anak tentang rutinitas kehidupan pribadi anak.
Jika kita kaitkan dengan tujuan pengembangan kehidupan beragama bagi
anak, hal tersebut dilakukan dalam menanamkan benih-benih keimanan dan
ketaqwaan sedini mungkin pada kepribadian anak didik sebagaimana terlihat dalam
perkembangan kehidupan jasmaniah dan rohaniah sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
MODUL 6
Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Dini
KEGIATAN BELAJAR 1
Ruang lingkup dan pokok-pokok pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak usia dini
2
peribadatan. Sikap tersebut muncul pada diri anak seiring dengan berfungsinya
pendengaran, penglihatan dan organ tubuh yang bisa mereka gerakan untuk
meniru apa yang mereka lihat dan ingin melakukan.
2. Perkembangan nilai-nilai keagamaan anak
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan nilai-nilai
keagamaan pada diri anak, yaitu faktor pembawaan (internal) dan faktor
lingkungan (eksternal).
a. Faktor pembawaan (internal)
Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah dimilikinya akal
pikiran yang merupakan potensi termahal dan tidak dimiliki oleh makhluk
lain sesama ciptaan Tuhan.akal pikiran itu diharapkan akan mampu
membimbing dan mengarahkan serta mendorong manusia ke jalan yang
benar, mampu membedakan yang baik dengan yang buruk,cerita
membentuk peradaban kehidupan yang sempurna sebagai insan mulia.
b. Faktor lingkungan (eksternal)
Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang
mempunyai kecenderungan untuk berkembang. faktor eksternal itu tiada
lain adalah lingkungan tempat individu itu hidup yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Pokok-pokok pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak usia TK
Dunia internasional yang dipelopori oleh UNESCO melalui the international
commission on education for the twenty first Century menyimpulkan, untuk
memasuki abad ke-21, pendidikan kita perlu berangkat dari empat pilar proses
pembelajaran:
a. Learning to know,
b. Learning to do,
c. Learning to be,
d. Learning to live together.
Menurut soedijarto (2000), penerapan 4 pilar proses pembelajaran ini pada
setiap jenjang, jenis dan jalur pendidikan sangat diperlukan bagi terlaksananya
fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
3
Materi lain yang berkaitan dengan sifat aplikatif adalah konseptual
pengetahuan agama, meliputi aturan setelah bangun tidur, masuk dan keluar
kamar mandi, selama mandi, saat berpakaian, saat bercermin, saat makan
bersama, sampai mereka mau tidur malam.
Pengetahuan nilai-nilai agama yang bersifat aplikatif dan berkategori praktik
di antaranya adalah aturan memberi salam kepada orang tua dan sesama
manusia, aturan masuk ke tempat ibadah.
2. Menyenangkan
Topi kegiatan inti dari pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak salah satunya adalah memberi kesempatan kepada
anak untuk bermain dan belajar tentang kehidupan religius (early childhood
education and development center, 2003:14).
Berdasarkan pernyataan tersebut,dapat kita pahami bahwa sifat-sifat
materi nilai-nilai agama yang harus disiapkan oleh pendidik adalah harus
bersifat menyenangkan bagi anak, membuat anak bahagia dan menjadikan
anak mencintai atau menyukai aktivitasnya. Dunia anak adalah bermain, ceria,
dan suka bersenang-senang. Pemilihan materi yang selektif adalah sesuatu hal
yang esensial keberadaannya.hindari pemberian materi yang sifatnya
menjenuhkan dan membosankan anak sehingga anak akan kurang berminat
untuk mengikutinya.adapun ruang lingkup dari hal tersebut adalah materi
pengembangan nilai-nilai agama yang bersifat sejarah atau cerita, sosiodrama
tentang kisah-kisah keagamaan,pesan-pesan ajaran agama yang disajikan
dengan bernyanyi atau lagu,praktik-praktik dengan bermain sebagai
pengantarnya dan sebagainya.
3. Mudah ditiru
Kualitas dan kuantitas materi pembelajaran nilai-nilai agama juga
harus menjadi salah satu pertimbangan pendidik agar materi yang disajikan
dapat dilakukan atau dipraktekkan sesuai kemampuan anak. Ruang lingkup
tentang hal tersebut dapat diberikan, seperti praktik peribadatan yang ringan.
KEGIATAN BELAJAR 2
4
dan sesudah mengerjakan sesuatu, dan untuk berbagai kegiatan harian, seperti
doa sebelum dan sesudah makan atau keluar kamar mandi.
2. Kegiatan terintegrasi
Kegiatan terintegrasi adalah kegiatan pengembangan materi nilai-nilai
agama yang disisipkan melalui pengembangan bidang kemampuan dasar
lainnya.dapat juga dikatakan sebagai suatu kegiatan pengembangan
kemampuan dasar lain yang dihubungkan dengan penyisipan materi nilai-nilai
keagamaan. Program ini meliputi pengembangan atau pengayaan materi nilai-
nilai agama yang disesuaikan dan dihubungkan pada saat menjelaskan
pengembangan dari bidang kemampuan dasar lainnya.
3. Kegiatan khusus
Kegiatan khusus ini merupakan program kegiatan belajar yang berisi
pengembangan kemampuan dasar nilai-nilai agama yang pelaksanaannya tidak
dimasukkan atau tidak harus dikaitkan dengan pengembangan bidang
kemampuan dasar lainnya sehingga membutuhkan waktu dan penanganan
khusus.
KEGIATAN BELAJAR 3
Metode dan pendekatan dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak usia dini
5
6. Refleksi (reflection)
7. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Latar belakang adanya keinginan untuk menerapkan pendekatan kontekstual
adalah kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.
pendekatan kontekstual membiasakan diri pada kecenderungan pemikiran tentang
belajar sebagai berikut:
1. belajar tidak hanya menghafal tetapi anak harus mengonstruksikan atau
membangun pengetahuan di benak mereka sendiri.
2. Anak belajar dari proses mengalami sendiri.
3. para ahli pendidikan sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu
persoalan.
4. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi
yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6. Anak perlu dibiasakan memecahkan masalah,menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide atau gagasan.
7. Proses belajar dapat mengubah struktur otak manusia.
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan pendekatan
kontekstual bagi anak di taman kanak-kanak:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri serta mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan seoptimal mungkin kegiatan inquiry untuk semua tema yang
sedang anda jelaskan pada anak.
3. Kembangkan sifat rasa ingin tahu anak dengan memancing mereka untuk
bertanya.
4. menciptakan masyarakat belajar dengan mendesain anak-anak dalam
kelompok-kelompok kegiatan belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir kegiatan belajar.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara yang anak pilih.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Mampu menciptakan kerjasama antara anak dalam mengikuti kegiatan belajar.
2. Memunculkan adanya sifat saling menunjang antara keberadaan anak dengan
anak lain dan antara satu bentuk kegiatan dengan kegiatan lainnya.
3. Pendekatan ini lebih mampu memberikan hal yang menyenangkan dan tidak
membosankan.
4. Mampu memotivasi belajar anak agar lebih bergairah.
5. Proses pendidikan akan lebih terpadu.
6. Dapat menggunakan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan.
7. Merangsang anak untuk aktif mengikuti kegiatan belajar.
6
8. Terjadinya sharing di antara anak.
9. Akan tercipta adanya anak yang kritis dan guru semakin kreatif.
10. lingkungan belajar kelas dapat dijadikan sebagai tempat display atau
memajang karya-karya anak.
11. laporan yang akan dikirim kepada para orang tua bukan hanya berupa nilai
angka pada buku rapor, tetapi juga hasil karya anak, laporan hasil praktikum
dan sebagainya.
7
b. pendekatan demontrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir
anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir
konvergen, dan berpikir evaluatif.
5. Pendekatan proyek
Pendekatan proyek adalah suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk menggunakan lingkungan dan alam sekitar
serta kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui serangkaian
kegiatan. Melalui pendekatan ini, anak-anak dihadapkan pada proses
kehidupan yang ada di lingkungan masyarakat sehingga memungkinkan anak
dapat belajar menjalani kehidupan yang sesungguhnya.
6. Bercerita
Cerita yang dibawakan hendaknya berhubungan dengan dunia anak-
anak sehingga akan lebih menarik minat mereka untuk mendengarkan,
mengikuti dan menyimak nya.isi cerita hendaknya juga memuat misi
pendidikan nilai-nilai agama.dengan demikian cerita tidak hanya hiburan dan
obat kantuk anak, melainkan juga sebagai bahan penanaman nilai-nilai agama.
7. Pemberian tugas
Tugas-tugas yang diberikan kepada anak disesuaikan dengan berbagai
program pengembangan. Untuk pengembangan nilai-nilai agama, seorang
guru dapat memberikan tugas, baik secara individual maupun kelompok.
Tugas yang diberikan kepada anak-anak hendaknya disampaikan dengan
jelas,baik yang berhubungan dengan tugas lisan maupun tugas dalam bentuk
gambar atau perilaku yang mesti diperankan anak.
8. Keteladanan
Melalui pendekatan keteladanan,dalam setiap kesempatan dan
pergaulan antara guru dan anak-anak, secara demonstratif atau tidak,
seyogianya guru mampu memberikan contoh perilaku yang terpuji dan teruji.
9. Bernyanyi
Bernyanyi adalah ekspresi perasaan senang seseorang yang
diungkapkan melalui nada dan syair. Untuk pengembangan nilai-nilai
agama,dapat dipilih lagu-lagu yang bersifat religius yang disesuaikan dengan
tema dan isi pesan yang hendak disampaikan.hindari pemilihan lagu-lagu yang
bertolak belakang dengan nilai-nilai agama sebab apapun adanya anak pasti
dengan mudah dapat menirukan bahkan dengan cepat mereka menghafalnya.
E. KAJIAN EMPIRIS
8
Kajian kurikulum untuk memadukan materi agama secara jelas dengan materi-
materi kemampuan dasar lainnya serta desain strateginya pun dapat menggunakan
pendekatan terpadu dalam satu rencana pembelajaran yang disebut dengan rencana
kegiatan harian (RKH).
F. INOVASI PENGEMBANGAN
Menurut arti kamus (John M. Ecols,1995), inovasi memiliki makna
pembaruan atau perubahan secara baru. Menurut M. Anshar et Al. (1993), inovasi
adalah gagasan,perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu dan
pada suatu jangka waktu tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan
pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan serta kekurangan
lengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membina potensi dalam diri anak adalah tugas pendidik secara nyata.
Di rumah,para orangtua mempunyai kewajiban bukan hanya memenuhi
kebutuhan jasmani belaka,tetapi pendidik pun dituntut mendidik dan
membimbing anak dengan nilai-nilai keagamaan yang harus diperhatikan
dalam rutinitas kehidupan anak sehari-hari. Di sekolah,nilai-nilai keagamaan
yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya diintegrasikan atau dipadukan
dalam kegiatan belajar mengajar dari pembukaan sampai penutup.
Strategi yang diperlukan dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan
pada anak usia dini adalah program kegiatan rutinitas, program kegiatan
terintegrasi dan program kegiatan khusus.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak, diperlukan
berbagai macam metode dan pendekatan.pendekatan yang dimaksud adalah
cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai
hasil yang baik seperti yang dikehendaki (Badudu Zain, 1996).
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi khalayak yang
membacanya. Penyusun tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, agar penyusun dapat
menyempurnakannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abd. Aziz A. (2003). Mendidik Anak Lewat Cerita. Jakarta: Mustaqim.
Soedijarto. (2000). Pendidikan Nasional sebagai Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan
Membangun Peradaban Negara – Bangsa. Jakarta:CINAPS.
Tim Penyusun. (2003). Early Childhood Education & Development Centre. Bandung: AL Mabrur.
Tim Penyusun. (2003). Menyelami Dunia Anak Membantu Anak Siap Belajar. Bandung: AL Mabrur.
Tim Penyusun. (2002). Pendekatan Contectual Teaching and Learning. Jakarta: Depdiknas.
Tim Penyusun. (1994). Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Tim Penyusun. (1994). Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak.
11
Soal dan jawaban persentasi kelompok 4
Kegiatan belajar 1
Kegiatan belajar 2
12
1. Soal dari ibu lisnawati kelompok 3
Jelaskan kegiatan terintegras!
Jawab
Kegiatan terintegrasi adalah kegiatan pengembangan matei nilai-nilai agama yang
disisipkan melalui perkembangan bidang kemampuan dasar lainya. Dapat juga
dikatakan sebagai suatu kegiatan pengembangan kemampuan dasar lain yang
dihybungkan dengan peyisipan materi nilai –nilai keagamaan .
2. Soal dari ibuk mentari kelompok 9
Sebutkan karakteristik pembelajaran gengan pendekatan kontekstual
Jawab
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini memiliki karakteristik sebagai
berikut
1. Mampu menciptakan kerja sama antaranak dalam mengikuti kegiatan anak belajar
2. Memunculkan adanya sifat saling menunjang antara keberadaan anak dengan anak
lain dan antara satu bentuk kegiatan dengan kegiatan lainya.
3. Pendekatan ini lebih mampu memberikan hal yang menyenangkan dan tidak
membosankan
4. Mampu memotivasi belajar anak agar lebih bergairah
5. Proses pendidikan akan lebih terpadu (terintegrasi dengan baik)
Kegiatan belajar 3
1. Soal dari ibuk jurni dari kelompok 7
Sebutkan langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan pendekatan konteksual
bagi anak di taman kanak-kanak.
Jawab
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri,menemukan sendiri, serta mengontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan seoptimal mungkin kegiatan inquiry untuk semua tema yang sedang
anda jelaskan kepada anak.
3. Kembangkan sifat rasa ingin tahu anak dengan memancing mereka untuk
bertanya.
13
4. Menciptakan masyarakat belajar dengan mendesain anak-anak dalam kelompok-
kelompok kegiatan belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
2. Soal dari ibuk fitri rohmawati dari kelompok 5
Apa yang dimaksud prinsip DAP dan enjoyable?
Jawab:
1. Prinsip DAP adalah pengambilan keputusan secara professional tentang
(pengakuan terhadap) keberadaan anak dan pendidiknya yang didasarkan atas
pengetahuan tentang perkembangan dan belajar anak, kekuatan, minat, dan
kebutuhan anak dalam kelompok dan konteks sosial budaya tempat anak hidup.
2. Prinsip enjoyable. Salah satu perhatian yang perlu kita berikan kepada anak didik
di PAUD adalah memberikan suatu lingkuhan hidup yang menyenangkan.
Sesungguhnya mereka, dilahirkan dengan potensi awal yang tidak banyak
mengetahui hakikat banyaknya masalah yang dihadapi manusia dewasa.
14