Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODE PENGEMBANGAN MORAL & NILAI-NILAI


AGAMA
(PAUD4102)

Di Susun Oleh Kelompok 4:


 I Komang Widiyanti
Nim: 856725269
 Eka Nurhayati
Nim: 856725212

Nama Tutor: Hikmawati,S.Pd.I,S.Pd,M.Si

UPBJJ pokjar Babat Supat 2022.1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah metode pengembangan moral dan nilai-nilai
agama.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

BABAT SUPAT, 17 april 2022.

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................

Kata Pengantar...................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. LatarBelakang.................................................................................. 1

B. TujuanPembuatan Makalah.............................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2

Kegiatan belajar 1.................................................................................. 2

Kegiatan belajar 2.................................................................................. 4

Kegiatan belajar 3 ................................................................................. 5

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ..................................................................................... 10

B. Saran................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11

ii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Makalah ini akan menguraikan hakikat ruang lingkup pengembangan nilai-
nilai keagamaan anak usia dini khususnya anak usia taman kanak-kanak. Apabila kita
mengkaji beberapa literatur tentang ruang lingkup pengembangan agama pada anak
usia dini, seperti yang terdapat pada acuab menu pembelajaran pada anak usia dini,
serta kurikulum berbasis kompetensi tentang pengembangan moral dan nilai-nilai
agama, ternyata pengembangan nilai-nilai agama untuk anak usia taman kanak-kanak
hanya berkisar pada kegiatan hidup anak sehari-hari, mulai dari kegiatan di
lingkungan sekolah, bersosialisasi dengan teman sebaya, dan pembiasaan pada
kegiatan rutin yang berhubungan dengan pembiasaan aturan agama bagi diri sendiri.
Anak usia TK, dalam pandangan psikologi, memiliki keunikan, karakter
khusus, dan kemampuan meniru yang luar biasa serta rasa ingin tahu yang tinggi. Hal
itu tentunya sangat perlu kita jadikan landasan utama pada saat kita akan
mengembangkan berbagai potensi anak, termasuk masalah pengembangan nila-nilai
agama. Dengan demikian, seyogianya kita menentukan/memberikan ruang lingkup
pengembangan nilai-nilai agama kepada anak taman kanak-kanak dimulai dari
kebutuhan anak tentang rutinitas kehidupan pribadi anak.
Jika kita kaitkan dengan tujuan pengembangan kehidupan beragama bagi
anak, hal tersebut dilakukan dalam menanamkan benih-benih keimanan dan
ketaqwaan sedini mungkin pada kepribadian anak didik sebagaimana terlihat dalam
perkembangan kehidupan jasmaniah dan rohaniah sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

B. Tujuan Pembuatan makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk tugas mata kuliah Metode
Pengembangan Moral & Nilai-nilai Agama.

1
BAB II
PEMBAHASAN
MODUL 6
Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Dini

KEGIATAN BELAJAR 1

Ruang lingkup dan pokok-pokok pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak usia dini

A. RUANG LINGKUP PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA KEPADA ANAK


Peran orang tua tidak boleh asal dan kadarnya pada saat memulai pengenalan
pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak.agar anak memiliki
kualitas pondasi agama yang kokoh orang tua harus berperan secara berkualitas.
Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan pertama setelah ibu dan
bapak. anak-anak adalah manusia masih kecil yang belum dewasa dan memiliki
berbagai potensi laten untuk tumbuh dan berkembang.potensi tersebut adalah potensi
jasmani yang berkaitan dengan fisik serta potensi rohani yang berkaitan dengan
kemampuan intelektual ataupun spiritual dan termasuk juga didalamnya nilai-nilai
agama.
Membina potensi dalam diri anak adalah tugas pendidik secara nyata.di rumah
orang tua mempunyai kewajiban bukan hanya memenuhi kebutuhan jasmani belaka
tetapi mereka juga dituntut mendidik dan membimbing dengan nilai-nilai keagamaan
yang harus diperhatikan dalam rutinitas kehidupan sehari-hari anak.di sekolah nilai-
nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya diintegrasikan atau
dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar dari pembukaan sampai penutup.
Apabila nilai-nilai tersebut telah tertanam kuat pada diri anak mereka akan
tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampuan untuk mencegah dan
menangkal serta membentengi mereka dari berbagai pengaruh yang
negatif.sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan itu tidak ditanamkan secara maksimal
yang akan muncul adalah perilaku-perilaku kurang baik dan cenderung menyimpang
dari aturan agama.
1. Fenomena munculnya nilai keagamaan anak
Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang
pada diri anak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun
fisik anak itu sendiri. Ketika mereka telah menginjak usia selanjutnya, saat
mereka bisa berbicara, berikan tuntunan untuk mengenal kata-kata dalam istilah
agama.
Anak sejak usia dini perlu diperkenalkan dengan keberadaan Tuhan dalam
kehidupannya.anak menjadi mengenal Tuhan dari bahasa yang diucapkan oleh
orang dewasa yang ada disekelilingnya.perhatian anak terhadap nilai-nilai dan
pemahaman agama akan muncul manakala mereka sering melihat dan terlibat
dalam upacara-upacara keagamaan, dekorasi, keindahan rumah ibadah,serta
rutinitas ritual orang tua dan lingkungan sekitarnya ketika menjalankan

2
peribadatan. Sikap tersebut muncul pada diri anak seiring dengan berfungsinya
pendengaran, penglihatan dan organ tubuh yang bisa mereka gerakan untuk
meniru apa yang mereka lihat dan ingin melakukan.
2. Perkembangan nilai-nilai keagamaan anak
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan nilai-nilai
keagamaan pada diri anak, yaitu faktor pembawaan (internal) dan faktor
lingkungan (eksternal).
a. Faktor pembawaan (internal)
Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah dimilikinya akal
pikiran yang merupakan potensi termahal dan tidak dimiliki oleh makhluk
lain sesama ciptaan Tuhan.akal pikiran itu diharapkan akan mampu
membimbing dan mengarahkan serta mendorong manusia ke jalan yang
benar, mampu membedakan yang baik dengan yang buruk,cerita
membentuk peradaban kehidupan yang sempurna sebagai insan mulia.
b. Faktor lingkungan (eksternal)
Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang
mempunyai kecenderungan untuk berkembang. faktor eksternal itu tiada
lain adalah lingkungan tempat individu itu hidup yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Pokok-pokok pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak usia TK
Dunia internasional yang dipelopori oleh UNESCO melalui the international
commission on education for the twenty first Century menyimpulkan, untuk
memasuki abad ke-21, pendidikan kita perlu berangkat dari empat pilar proses
pembelajaran:
a. Learning to know,
b. Learning to do,
c. Learning to be,
d. Learning to live together.
Menurut soedijarto (2000), penerapan 4 pilar proses pembelajaran ini pada
setiap jenjang, jenis dan jalur pendidikan sangat diperlukan bagi terlaksananya
fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan nasional.

B. SIFAT-SIFAT MATERI PEMBELAJARAN


1. Aplikatif
Sifat yang pertama ini memiliki makna bahwa yang harus anak
dapatkan pada saat mereka mengikuti proses pembinaan dan pengembangan
nilai-nilai agama adalah materi pembelajaran terapan, materi yang berkaitan
dengan kegiatan rutin anak sehari-hari, dan materi yang memang sangat
dibutuhkan atau dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
Ruang lingkupnya adalah mulai dari kegiatan anak bangun tidur
sampai mereka akan tidur kembali. Dapat diperinci lebih lanjut, seperti doa
bangun tidur, doa masuk dan keluar kamar mandi, doa ketika mau
mengenakan pakaian, doa bercermin, doa sebelum dan sesudah makan, sampai
doa ketika mereka akan tidur malam.

3
Materi lain yang berkaitan dengan sifat aplikatif adalah konseptual
pengetahuan agama, meliputi aturan setelah bangun tidur, masuk dan keluar
kamar mandi, selama mandi, saat berpakaian, saat bercermin, saat makan
bersama, sampai mereka mau tidur malam.
Pengetahuan nilai-nilai agama yang bersifat aplikatif dan berkategori praktik
di antaranya adalah aturan memberi salam kepada orang tua dan sesama
manusia, aturan masuk ke tempat ibadah.
2. Menyenangkan
Topi kegiatan inti dari pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak salah satunya adalah memberi kesempatan kepada
anak untuk bermain dan belajar tentang kehidupan religius (early childhood
education and development center, 2003:14).
Berdasarkan pernyataan tersebut,dapat kita pahami bahwa sifat-sifat
materi nilai-nilai agama yang harus disiapkan oleh pendidik adalah harus
bersifat menyenangkan bagi anak, membuat anak bahagia dan menjadikan
anak mencintai atau menyukai aktivitasnya. Dunia anak adalah bermain, ceria,
dan suka bersenang-senang. Pemilihan materi yang selektif adalah sesuatu hal
yang esensial keberadaannya.hindari pemberian materi yang sifatnya
menjenuhkan dan membosankan anak sehingga anak akan kurang berminat
untuk mengikutinya.adapun ruang lingkup dari hal tersebut adalah materi
pengembangan nilai-nilai agama yang bersifat sejarah atau cerita, sosiodrama
tentang kisah-kisah keagamaan,pesan-pesan ajaran agama yang disajikan
dengan bernyanyi atau lagu,praktik-praktik dengan bermain sebagai
pengantarnya dan sebagainya.
3. Mudah ditiru
Kualitas dan kuantitas materi pembelajaran nilai-nilai agama juga
harus menjadi salah satu pertimbangan pendidik agar materi yang disajikan
dapat dilakukan atau dipraktekkan sesuai kemampuan anak. Ruang lingkup
tentang hal tersebut dapat diberikan, seperti praktik peribadatan yang ringan.

KEGIATAN BELAJAR 2

Strategi pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak usia dini

A. STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN


Strategi yang diperlukan untuk hal ini melalui program kegiatan rutinitas, program
kegiatan terintegrasi dan program kegiatan khusus.
1. Kegiatan rutinitas
Kegiatan rutinitas adalah kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan secara
terus-menerus, tetapi terprogram dengan pasti. Kegiatan rutin pengembangan
nilai-nilai agama ini meliputi memberi salam, mengucapkan dan menunjukkan
sikap berdoa, serta pembiasaan mengucapkan doa masuk kelas, doa sebelum

4
dan sesudah mengerjakan sesuatu, dan untuk berbagai kegiatan harian, seperti
doa sebelum dan sesudah makan atau keluar kamar mandi.
2. Kegiatan terintegrasi
Kegiatan terintegrasi adalah kegiatan pengembangan materi nilai-nilai
agama yang disisipkan melalui pengembangan bidang kemampuan dasar
lainnya.dapat juga dikatakan sebagai suatu kegiatan pengembangan
kemampuan dasar lain yang dihubungkan dengan penyisipan materi nilai-nilai
keagamaan. Program ini meliputi pengembangan atau pengayaan materi nilai-
nilai agama yang disesuaikan dan dihubungkan pada saat menjelaskan
pengembangan dari bidang kemampuan dasar lainnya.
3. Kegiatan khusus
Kegiatan khusus ini merupakan program kegiatan belajar yang berisi
pengembangan kemampuan dasar nilai-nilai agama yang pelaksanaannya tidak
dimasukkan atau tidak harus dikaitkan dengan pengembangan bidang
kemampuan dasar lainnya sehingga membutuhkan waktu dan penanganan
khusus.

KEGIATAN BELAJAR 3

Metode dan pendekatan dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak usia dini

A. METODE DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA


ANAK USIA DINI
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak, diperlukan berbagai
macam metode dan pendekatan.pendekatan yang dimaksud adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai hasil yang baik.
Pendekatan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Hal ini berlaku
untuk setiap kegiatan yang memiliki tujuan. Pada prinsipnya,pengembangan nilai-
nilai agama kepada anak dilakukan untuk menanamkan dasar-dasar nilai agama
sehingga kelak mereka menjadi anak yang terbiasa dengan kehidupan yang bernilai
agamis.

B. PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA NYATA (CONTEXTUAL LEARNING)


Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak serta mendorong anak
membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran karakteristik melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif (Depdiknas: 2002):
1. Konstruktivisme (construktivism)
2. Bertanya (questioning)
3. Menemukan (inquiry)
4. Masyarakat belajar (learning community)
5. Pemodelan (modeling)

5
6. Refleksi (reflection)
7. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Latar belakang adanya keinginan untuk menerapkan pendekatan kontekstual
adalah kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.
pendekatan kontekstual membiasakan diri pada kecenderungan pemikiran tentang
belajar sebagai berikut:
1. belajar tidak hanya menghafal tetapi anak harus mengonstruksikan atau
membangun pengetahuan di benak mereka sendiri.
2. Anak belajar dari proses mengalami sendiri.
3. para ahli pendidikan sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu
persoalan.
4. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi
yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6. Anak perlu dibiasakan memecahkan masalah,menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide atau gagasan.
7. Proses belajar dapat mengubah struktur otak manusia.
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan pendekatan
kontekstual bagi anak di taman kanak-kanak:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri serta mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan seoptimal mungkin kegiatan inquiry untuk semua tema yang
sedang anda jelaskan pada anak.
3. Kembangkan sifat rasa ingin tahu anak dengan memancing mereka untuk
bertanya.
4. menciptakan masyarakat belajar dengan mendesain anak-anak dalam
kelompok-kelompok kegiatan belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir kegiatan belajar.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara yang anak pilih.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Mampu menciptakan kerjasama antara anak dalam mengikuti kegiatan belajar.
2. Memunculkan adanya sifat saling menunjang antara keberadaan anak dengan
anak lain dan antara satu bentuk kegiatan dengan kegiatan lainnya.
3. Pendekatan ini lebih mampu memberikan hal yang menyenangkan dan tidak
membosankan.
4. Mampu memotivasi belajar anak agar lebih bergairah.
5. Proses pendidikan akan lebih terpadu.
6. Dapat menggunakan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan.
7. Merangsang anak untuk aktif mengikuti kegiatan belajar.

6
8. Terjadinya sharing di antara anak.
9. Akan tercipta adanya anak yang kritis dan guru semakin kreatif.
10. lingkungan belajar kelas dapat dijadikan sebagai tempat display atau
memajang karya-karya anak.
11. laporan yang akan dikirim kepada para orang tua bukan hanya berupa nilai
angka pada buku rapor, tetapi juga hasil karya anak, laporan hasil praktikum
dan sebagainya.

C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENUMBUHKAN


PENGALAMAN BELAJAR MENYENANGKAN
Sesuai dengan karakteristik dunia anak taman kanak-kanak, beberapa pendekatan
atau metode pembelajaran sebagai berikut:
1. Bermain peran.
Pendekatan atau metode Bermain peran adalah suatu kegiatan
permainan untuk memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di sekitar anak
sehingga dapat diperagakan atau dipakai oleh anak untuk mengembangkan
daya khayal atau imajinasi nya.melalui kegiatan bermain peran anak akan
mengekspresikan tuntutan dan kebutuhannya.Melalui bermain peran pula ia
mengekspresikan jiwanya.dengan demikian kegiatan bermain peran dapat
menumbuhkan dan mengembangkan potensi tersembunyi anak sehingga akan
muncul dalam kenyataan. Bermain peran juga dapat digunakan sebagai alat
untuk mengembangkan nilai-nilai agama.
2. Karya wisata
Karya wisata merupakan kunjungan langsung ke objek-objek wisata
yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan yang sedang dibahas di
lingkungan belajar anak. Dalam pengembangan nilai-nilai agama,karyawisata
dapat dijadikan alat untuk mengenalkan kebesaran Tuhan, mengenalkan
tempat ibadah, mengenalkan tempat bersejarah keagamaan dan sebagainya.
3. Bercakap-cakap
Bercakap-cakap adalah kegiatan percakapan antara guru dan anak atau
anak dan anak tentang suatu tema tertentu untuk mengembangkan kemampuan
mendengar, memahami dan kemampuan berbicara anak.kegiatan bercakap-
cakap dapat dijadikan alat yang berfungsi untuk mengembangkan atau
kemampuan kognitif, bahasa, social, konsep diri dan pengembangan nilai-nilai
agama.
4. Demonstrasi
Demonstrasi adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan cara
mempertunjukkan atau memperlihatkan suatu objek, benda atau suatu proses
dari suatu kejadian. pendekatan demonstrasi dilakukan untuk memperjelas
informasi atau materi pelajaran kepada anak-anak. Demontrasi dapat juga
dipergunakan untuk memenuhi 2 fungsi pembelajaran berikut:
a. Memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak.

7
b. pendekatan demontrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir
anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir
konvergen, dan berpikir evaluatif.
5. Pendekatan proyek
Pendekatan proyek adalah suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk menggunakan lingkungan dan alam sekitar
serta kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui serangkaian
kegiatan. Melalui pendekatan ini, anak-anak dihadapkan pada proses
kehidupan yang ada di lingkungan masyarakat sehingga memungkinkan anak
dapat belajar menjalani kehidupan yang sesungguhnya.
6. Bercerita
Cerita yang dibawakan hendaknya berhubungan dengan dunia anak-
anak sehingga akan lebih menarik minat mereka untuk mendengarkan,
mengikuti dan menyimak nya.isi cerita hendaknya juga memuat misi
pendidikan nilai-nilai agama.dengan demikian cerita tidak hanya hiburan dan
obat kantuk anak, melainkan juga sebagai bahan penanaman nilai-nilai agama.
7. Pemberian tugas
Tugas-tugas yang diberikan kepada anak disesuaikan dengan berbagai
program pengembangan. Untuk pengembangan nilai-nilai agama, seorang
guru dapat memberikan tugas, baik secara individual maupun kelompok.
Tugas yang diberikan kepada anak-anak hendaknya disampaikan dengan
jelas,baik yang berhubungan dengan tugas lisan maupun tugas dalam bentuk
gambar atau perilaku yang mesti diperankan anak.
8. Keteladanan
Melalui pendekatan keteladanan,dalam setiap kesempatan dan
pergaulan antara guru dan anak-anak, secara demonstratif atau tidak,
seyogianya guru mampu memberikan contoh perilaku yang terpuji dan teruji.
9. Bernyanyi
Bernyanyi adalah ekspresi perasaan senang seseorang yang
diungkapkan melalui nada dan syair. Untuk pengembangan nilai-nilai
agama,dapat dipilih lagu-lagu yang bersifat religius yang disesuaikan dengan
tema dan isi pesan yang hendak disampaikan.hindari pemilihan lagu-lagu yang
bertolak belakang dengan nilai-nilai agama sebab apapun adanya anak pasti
dengan mudah dapat menirukan bahkan dengan cepat mereka menghafalnya.

D. PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN


PADA ANAK USIA DINI
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan
program pembelajaran kemampuan dasar lainnya.pengembangan nilai-nilai agama di
PAUD berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap dan
keyakinan.oleh sebab itu diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang
komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik.

E. KAJIAN EMPIRIS

8
Kajian kurikulum untuk memadukan materi agama secara jelas dengan materi-
materi kemampuan dasar lainnya serta desain strateginya pun dapat menggunakan
pendekatan terpadu dalam satu rencana pembelajaran yang disebut dengan rencana
kegiatan harian (RKH).

F. INOVASI PENGEMBANGAN
Menurut arti kamus (John M. Ecols,1995), inovasi memiliki makna
pembaruan atau perubahan secara baru. Menurut M. Anshar et Al. (1993), inovasi
adalah gagasan,perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu dan
pada suatu jangka waktu tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan
pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan serta kekurangan
lengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan.

G. SUBTANSI INOVASI PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK


USIA DINI
Conny R. Semiawan (1995) memberi alternatif inovasi dalam meningkatkan
efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik. Dia memperkenalkan tiga hal
berikut:
1. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
2. Pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learning)
3. Hari terpadu (integrated day)

H. SUBTANSI PENGEMBANGAN INOVATIF


Ada beberapa inovasi dalam pendekatan pembelajaran, termasuk dalam
mengembangkan nilai-nilai agama bagi anak usia taman kanak-kanak. Inovasi yang
dimaksud meliputi:
1. Pengalaman belajar
2. Belajar aktif
3. Proses belajar.

I. ESENSI PENDEKATAN DAN PENGEMBANGAN INIVATIF


Peranan pendidik adalah mengupayakan mengembangkan cinta pada diri anak.
Upaya yg dapat dilakukan oleh pendidik dalam bentuk:
1. Kasih sayang, perlindungan dan perawatan.
2. Waktu yang diberikan kepada anak.
3. Lingkungan belajar yang positif atau kondusif.
4. Belajar bersikap adalah belajar nilai.
5. Belajar moral di usia dini.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Membina potensi dalam diri anak adalah tugas pendidik secara nyata.
Di rumah,para orangtua mempunyai kewajiban bukan hanya memenuhi
kebutuhan jasmani belaka,tetapi pendidik pun dituntut mendidik dan
membimbing anak dengan nilai-nilai keagamaan yang harus diperhatikan
dalam rutinitas kehidupan anak sehari-hari. Di sekolah,nilai-nilai keagamaan
yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya diintegrasikan atau dipadukan
dalam kegiatan belajar mengajar dari pembukaan sampai penutup.
Strategi yang diperlukan dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan
pada anak usia dini adalah program kegiatan rutinitas, program kegiatan
terintegrasi dan program kegiatan khusus.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak, diperlukan
berbagai macam metode dan pendekatan.pendekatan yang dimaksud adalah
cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai
hasil yang baik seperti yang dikehendaki (Badudu Zain, 1996).

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi khalayak yang
membacanya. Penyusun tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, agar penyusun dapat
menyempurnakannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Echol, John M, et al. (1995). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Majid, Abd. Aziz A. (2003). Mendidik Anak Lewat Cerita. Jakarta: Mustaqim.

Ssemiawan, Conny R. (2003). Pendidikan Keluarga dalam Era Global. Jakarta:Prenhallindo.

Soedijarto. (2000). Pendidikan Nasional sebagai Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan
Membangun Peradaban Negara – Bangsa. Jakarta:CINAPS.

Tim Penyusun. (2003). Developmentally Appropriate practice. Bandung: AL Mabrur.

Tim Penyusun. (2003). Early Childhood Education & Development Centre. Bandung: AL Mabrur.

Tim Penyusun. (2003). Menyelami Dunia Anak Membantu Anak Siap Belajar. Bandung: AL Mabrur.

Tim Penyusun. (2002). Pendekatan Contectual Teaching and Learning. Jakarta: Depdiknas.

Tim Penyusun. (1994). Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Tim Penyusun. (1994). Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak.

Tim Penyusun. (1995). Program Kegiatan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud.

11
Soal dan jawaban persentasi kelompok 4

Kegiatan belajar 1

1. Soal dari ibuk yusilawati kelompok 1


Apa saja sifat-sifat materi pembelajaran pada anak usia dini , jelaskan !
Jawab
 Aplikatif
Sifat yang pertama ini memiliki makna bahwa yang harus ank dapatkan pada
saat mereka mengikuti proses pembinaaan dan pengembangan nilai-nilai
agama adalah materi pembelajaran terapan,materi yang berkaitan dengan
kegiatan rutin anak sehari-hari, dan materi yang memang sangat dibutuhkan /
dapat dilakukan anak dalam kehidupanyan.
 Menyenangkan
Topik kegiatan inti dari pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak salah satunya adalah memberi kesempatan kepada anak
untuk bermain dan belajar tentang kehidupan religious.
 Mudah ditiru
Kualitas dan kuantitas materi pembelajaran nilai-nilai agama juga harus
menjadi salah satu pertimbangan pendidik agar materi yang disajikan dapat
dilakukan /dipratikkan sesuai kemampuan anak.
2. Soal dari ayudahlia kelompok 6
Sebutkan dan jelaskan .faktor pembawaan internal dan faktor lingkungan eksternal !
Jawab
Faktor pembawaan internal
Perbedaaan hakiki anatara manusia dan hewan adalah dimilikinya akal pikiran yang
merupakan potensi termahal dan tidak dimiliki oleh makhluk lain sesame ciptaan
tuhan
Faktor lingkungan eksternal adalah lingkungan tempat individu itu hidup, yaitu
lingkungan keluarga,sekolah, dan masyarakat.

Kegiatan belajar 2

12
1. Soal dari ibu lisnawati kelompok 3
Jelaskan kegiatan terintegras!
Jawab
Kegiatan terintegrasi adalah kegiatan pengembangan matei nilai-nilai agama yang
disisipkan melalui perkembangan bidang kemampuan dasar lainya. Dapat juga
dikatakan sebagai suatu kegiatan pengembangan kemampuan dasar lain yang
dihybungkan dengan peyisipan materi nilai –nilai keagamaan .
2. Soal dari ibuk mentari kelompok 9
Sebutkan karakteristik pembelajaran gengan pendekatan kontekstual
Jawab
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini memiliki karakteristik sebagai
berikut
1. Mampu menciptakan kerja sama antaranak dalam mengikuti kegiatan anak belajar
2. Memunculkan adanya sifat saling menunjang antara keberadaan anak dengan anak
lain dan antara satu bentuk kegiatan dengan kegiatan lainya.
3. Pendekatan ini lebih mampu memberikan hal yang menyenangkan dan tidak
membosankan
4. Mampu memotivasi belajar anak agar lebih bergairah
5. Proses pendidikan akan lebih terpadu (terintegrasi dengan baik)

Kegiatan belajar 3
1. Soal dari ibuk jurni dari kelompok 7
Sebutkan langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan pendekatan konteksual
bagi anak di taman kanak-kanak.
Jawab
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri,menemukan sendiri, serta mengontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan seoptimal mungkin kegiatan inquiry untuk semua tema yang sedang
anda jelaskan kepada anak.
3. Kembangkan sifat rasa ingin tahu anak dengan memancing mereka untuk
bertanya.

13
4. Menciptakan masyarakat belajar dengan mendesain anak-anak dalam kelompok-
kelompok kegiatan belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
2. Soal dari ibuk fitri rohmawati dari kelompok 5
Apa yang dimaksud prinsip DAP dan enjoyable?
Jawab:
1. Prinsip DAP adalah pengambilan keputusan secara professional tentang
(pengakuan terhadap) keberadaan anak dan pendidiknya yang didasarkan atas
pengetahuan tentang perkembangan dan belajar anak, kekuatan, minat, dan
kebutuhan anak dalam kelompok dan konteks sosial budaya tempat anak hidup.
2. Prinsip enjoyable. Salah satu perhatian yang perlu kita berikan kepada anak didik
di PAUD adalah memberikan suatu lingkuhan hidup yang menyenangkan.
Sesungguhnya mereka, dilahirkan dengan potensi awal yang tidak banyak
mengetahui hakikat banyaknya masalah yang dihadapi manusia dewasa.

14

Anda mungkin juga menyukai