Disusun Oleh:
Kelas IIA
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Kesadaran Agama”.
Dalam karya tulis ini, membahas mengenai definisi dari kesadaran beragama, tahapan-tahapan
perkembangan agama, faktor pembawaan yang mempengaruhi perkembangan beragama
seseorang, serta faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan beragama seseorang.
Makalah ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penulisan
serta penyajiannya. Oleh karena itu penulis memerlukan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini kedepannya.
Penulis
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesadaran beragama dalam pengalaman seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam
kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral. Dari kesadaran agama serta
pengalaman keagamaan tersebut akan muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan oleh
seseorang. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar
ketaatannya terhadap agama. Kehidupan keberagamaan tersebut mencakup beberapa aspek,
diantaranya adalah pemaknaan agama, ritual dan ibadah, sosialisasi agama dan menyangkut aspek
pengalaman keagamaan.
Pemahaman terhadap ajaran agama serta lingkungan sosial di mana seseorang tinggal
memiliki kontribusi besar dalam pembentukan kehidupan keberagamaannya. Sebagai contoh,
akhir-akhir ini banyak terjadi penyimpangan sikap keberagamaan, seperti berbohong kepada
orang tua dan guru, berkata yang tidak sopan, dan tidak mengerjakan tugas sekolah. Aktivitas
berkata-kata tersebut merupakan ekspresi dari apa yang ada dalam diri manusia, mulai dari akal
pikiran, hati, jiwa, dan bawah sadar yang melalui lisan atau lidahnya. Penyimpangan sikap
keberagamaan tersebut tentunya merupakan salah satu akibat dari pemahaman terhadap ajaran
agama yang kurang serta lingkungan sosial yang kurang peduli terhadap sikap keberagamaan.
Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan mempunyai tugas membantu keluarga
dan masyarakat dalam membimbing serta mengarahkan potensi yang dimiliki peserta didik,
agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan manusia seutuhnya, baik sebagai anggota
masyarakat, ataupun sebagai individual. Sekolah sejatinya memiliki cita-cita yang tidak hanya
sebatas pada mencetak generasi yang unggul secara intelektual saja, akan tetapi harus diiringi
dengan keberagamaan yang bagus bagi para peserta didiknya
Dalam pembentukan sikap keberagamaan, setiap sekolah memiliki berbagai cara untuk
mewujudkannya. Seperti melalui pengembangan pengamalan, pembiasaan, pencegahan,
perbaikan, penyesuaian mental, keteladanan, dan pengajaran.
1
2
1.3. Tujuan
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan, baik secarateoretis maupun
praktis :
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan yang positif bagi
pengembangan pendidikan karakter pada khususnya, terutama yang berkaitan
dalam usaha pengembangan sikap keberagamaan peserta didik.
2. Secara Praktis
a. Bagi peserta didik, menambah wawasan dan informasi tentang sikap
keberagamaan dengan berbagai dimensi religiusitasnya sehingga mereka lebih
termotivasi untuk memahami lebih mendalam tentang keagamaan.
3
b. Bagi guru atau pendidik selaku pemeran utama dalam proses pendidikan,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai acuan
pertimbangan dalam usahanya untuk mengembangkan sikap keberagamaan
peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
Kesadaran diri merupakan kondisi dari hasil proses mengenai motivasi, pilihan dan
kepribadian yang berpengaruh terhadap penilaian, keputusan, dan interaksi dengan orang lain.
Dalam Canbridge International Dictionary Of English (1995) ada sejumlah definisi tentang
kesadaran. Kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang
terjadi ( the condition of being awake or able to understand what is happening). Kesadaran
beragama dalam tulisan ini meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan , ke imanan,
sikap dan tingkah laku keagaman, yang terorganisasi dalam sistem mental darikepribadian.
Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa raga manusia, maka kesdaran beragamapun
mencapai aspek-aspek afektif, konatif, kognitif dan motorik.
Keterlibatan fungsi afektif dan konatif terlihat didalam pengalaman ke-Tuhanan, rasa
keagamaan dan rindu kepada tuhan. Aspek kognitif nampak dalam keimanan dan kepercayaan.
Sedangkan keterlibatan fungsi motorik nampak dalam perbuatan dan gerakan tingkah laku dan
keagamaan. Dalam kehidupan sehari-hari, aspek-aspek trsebut sukar di pisah-pisahkan karena
merupakan suatu sistem kesadaran beragama yang utuh dalam kepribadian seseorang.
Jalaludin (2007: 106) menyatakan bahwa kesadaran orang untuk beragama merupakan
kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran tentang bagaimana sikap
keberagamaan mereka. Pada kondisi ini, sikap keberagamaan orang sulit untuk diubah, karena
sudah berdasarkan pertimbangan dan pemikiran yang matang. Sedangkan menurut Abdul Aziz
Ahyadi (1988:45), kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan,
keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem mental dari
kepribadian. Keadaan ini dapat dilihat melalui sikap keberagamaan yang terdefernisasi yang
baik, motivasi kehidupan beragama yang dinamis, pandangan hiduup yang komprehansif,
semangat pencarian dan pengabdiannya kepada Tuhan, juga melalui pelaksanaan ajaran agama
yang konsisten, misalnya dalam melaksanakan shalat, puasa, dan sebagainya ( Abdul Aziz,
1988: 57).4
4
5
Agama mulai dikenalkan saat Tuhan meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika
terjadinya perjanjian manusia dan tuhannya.
2. Tahap Bayi
Pada fase ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak.
Namun isyarat memberikan nama yang baik bagi anak memberikan isyarat bahwa kebiasaan
berbuat baik telah dimulai pada masa bayi.
3. Tahap Anak-Anak
Pada fase ini anak mulai bergaul dengan dunia luar. Dalam pergaulan inilah anak
mengenal Tuhan melalui ucapan-ucapan, prilaku orang sekelilingnya yang mengungkapkan
kekaguman kepada Tuhan. Pada waktu lahir, anak-anak belum beragama. Ia baru memiliki
potensi atau fitrah untuk berkembang menjadi manusia beragama. Bayi belum mempunyai
kesadaran beragama, tetapi telah memiliki potensi kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan ber-
Tuhan. Selaras dengan perkembangan kepribadian, kesadaran beragama seseorang juga
menunjukkan adanya kontinuitas atau berlanjut dan tidak terputus-putus. Walaupun
perkembangan kesadaran itu berlanjut, namun setiap fase perkembangan menunjukkan adanya
ciri-ciri tertentu antara lain :
4. Tahap Remaja
Pada masa remaja, sikap beragama bukan lagi sekedar peniruan dan pembiasaan, tetapi
agama mulai berkembang menjadi identitas diri remaja. Kesadaran agama atau semangat pada
masa remaja itu, mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali
caranya beragama dimasa kecil dulu. Kepercayaan tanpa pengertian yang diterimanya waktu
kecil itu, tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan
tidak lagi menggembirakannya. Jika ia misalnya dilarang melakukan suatu karena agama, ia
tidak puas,kalau alasannya hanya dalil-dalil dan hukum-hukum mutlakyang diambilkan dari
ayat-ayat kitab suci atau hadis-hadis nabi. Mereka ingin menjadikan agama,sebagai suatu
lapangan baru untuk membuktikan pribadinya, karenanya ia tidak mau lagi beragama sekedar
ikut-ikutan saja. Ciri-ciri yang menonjol pada tahap remaja antara lain :
masalah ghaib, abstrak dan rohaniah, seperti kehidupan alam kubur, hari
kebangkitan dan lain-lain. Penggambaran anthropomorphik atau memanusiakan
Tuhan dan sifat-sifat-Nya,lambat laun di ganti dengan pemikiran yang lebih
sesuai dengan realitas.
c. Peribadatan mulai disertai penghayatan yang tulus
Pada masa ini remaja mulai mendidik dirinya sendiri. Ia berusaha
mendisiplinkan diri sesuai dengan norma dan ajaran yang dihayatinya sebagai
ikatan dari dalam diri pribadinya, karena norma itu telah diakui dan dirasakan
sebagai milik dan bagian pribadinya. Esensi agama adalah pengalaman
kehadiran Tuhan, kekuatan yang tertinggi. Dalam usaha mengharmoniskan
hidupnya dengan tuhan, manusia bertingkah laku sesuai dengan kehendak
Tuhan dan tingkah laku ini adalah tingkah laku bermoral.
5. Tahap Dewasa
Pada masa dewasa agama sudah menjadi kebutuhan hidup. Orang dewasa memiliki
sikap taat dan tidak taat beragama secara mandiri. Ciri-ciri yang menonjol pada masa dewasa
antara lain :
Kesadaran beragama merujuk pada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan
keyakinan dan keimanan kepada Allah.dan pengaktualisasiannya dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam berhubungan dengan sesama manusia atau yang berhubungan dengan Allah.
Keyakinan dan keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari
merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman dan kesadaran
seseorang terhadap agama. Proses ini akan terbentuk dengan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
sebagai berikut :
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, peranan
keluarga pun sangat dominan dalam pengembangan kesadaran beragama individu. Keluarga
mempunyai peran sebagai pusat latihan atau pembelajaran anak untuk memperoleh
pemahaman tentang nilai-nilai agama dan kemampuannya dalam mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat ini maksudnyaa adalah hubungan atau interaksi sosial dan
sosiokultural yangh potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah atau kesadaran
beragama seseorang.
Seseorang akan cenderung berinteraksi dengan orang lain, apabila orang tersebut
memiliki kepribadian yang baik, maka orang tersebut akan cenderung mengikuti kebaikannya,
sebaliknya ketika orang lain tersebut berkepribadian tidak baik, maka ia pun akan memiliki
kecederungan yang sama.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kesadaran beragama
selalu berkembang mulai anak-anak sampai remaja hingga tercapainya kematangan kesadaran
beragama. Kematangan kesadaran beragma akan menunjukkan kematangan sikap seseorang
dalam menghadapi berbagai masalah di masyarakat sehingga mempunyai arah tujuan hidup
yang jelas. Kesadaran beragama merupakan bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran
dan dapat di uji melalui intropeksi atau dapat dikatakanbahwa ia adalah aspek mental dan
aktifitas agama.
a. Faktor pembawaan
b. Faktor lingkungan
Kesadaran beragama dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi faktor internal
dan faktor eksternal. Dan faktor eksternal sendiri meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat, yang masing-masing mempunyai dampak tersendiri.
3.2. SARAN
Dari penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik
dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, Abdul aziz. 1995. Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru Al gensindo.
Daradjat, Zakiyah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
10