Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING ISLAM

“ADAB PELAKSANAAN DAN KONSEP HUBUNGAN

DALAM KONSELING ISLAMI”

Dosen Pengampu : SUCI HABIBAH, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Aidi Subako ( 12011615967 )


2. Diana Septi Rahayu (12011625903)
3. Nurul Zahrotunnisa’ (12011627657)
4. Uswatun Hasanah (12011626149)

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
nikmat kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan “MAKALAH ADAB
PELAKSANAAN DAN KONSEP HUBUNGAN DALAM KONSELING ISLAMI” sesuai
dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah
satu syarat penilaian mata kuliah Bimbingan Konseling Islam. Yang meliputi tugas nilai
kelompok.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah ada. Namun,
hanya lebih pendekatan pada materi atau membandingkan beberapa materi yang sama dari
berbagai referensi. Yang bisa memberikan tambahan pada hal yang terkait dengan sumber
ajaran Islam. Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu
mengumpulkan dan mengkaji materi adab pelaksanaan dan konsep hubungan dalam
konseling Islami dari berbagai referensi. Kami menggunakan metode pengumpulan data ini,
agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang mudah dipahami.
Penyampaian perbandingan materi dan referensi yang satu dengan yang lain akan menyatu
dalam satu makalah.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon  maaf  atas segala kekurangannya.

Pekanbaru, 26 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Pengertian Konseling Islam................................................................................2

B. Konseling Menurut Al-Gazali............................................................................4

C. Adab dan Fungsi Penerapan Adab....................................................................6

D. Adab Konseling Menurut Al-Gazali..................................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

A. Kesimpulan........................................................................................................12

B. Saran..................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Adab menurut bahasa adalah kesopanan, tata krama atau etika. Adab biasanya
didapatkan sedari dini atau diwarisi secara turun temurun. Diajarkan dan dicontohkan oleh
kedua orang tua maupun lembaga pendidikan agar seseorang yang mendapatkan pengetahuan
tersebut mempunyai sikap baik sesuai adab saat dewasa. Adab atau etika ini biasanya
dijadikan contoh bagi orang lain, maka dari itu memiliki adab yang baik akan menjadikan
nilai tambah. Adapun adab dalam Islam yang berarti etika atau akhlak dalam agama Islam.
Menurut Habibah dalam jurnalnya mengemukakan bahwa pengertian akhlak berasal dari
bahasa Arab Jama’ yang dibentuk mufradatnya adalah “khuluqun” dengan artian budi pekerti,
perangai, tingkah laku maupun tabiatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konseling Islam?
2. Apa pengertian konseling Islam menurut ulama?
3. Bagaimana Adab dan Fungsi Penerapan Adab ?
4. Bagaimana Adab Konseling Menurut ulama?

C. Tujuan
Materi yang akan dijabarkan pada makalah ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan
mahasiswa/i dalam mempelajari Adab Pelaksanaan dan Konsep Hubungan dalam Konseling
Islami, di mana mahasiswa/i akan memiliki pemahaman yang efektif dalam pembelajaran
Bimbingan Konseling Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Islam

Dilihat dari segi perkembangan sejarah agama-agama besar di dunia, bimbingan dan
konseling agama sebenarnya telah dilakukan oleh para nabi dan rasul, sahabat nabi, para
ulama, pendeta, rahib dan juga para pendidik di lingkungan masyarakat dari zaman ke zaman.
Oleh karena itu masalah bimbingan dan konseling sudah dikenal oleh masyarakat beragama
hanya saja kegiatannya tidak berdasarkan teori yang berlaku saat ini karena pada zaman
dahulu teori konseling seperti sekarang belum ada.
Dalam Islam, praktik bimbingan dan konseling Islam sudah pernah dilakukan pada
zaman nabi Adam AS. Ketika itu nabi Adam dan Siti Hawa pernah melakukan kesalahan
karena tidak mentaati peraturan Allah SWT. Nabi Adam dan siti hawa merasa bersalah dan
menyesal, kemudian mereka memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT. Rasa
penyesalan terhadap kesalahan yang dilakukan merupakan bagian dari pembahasan
bimbingan dan konseling.
Dalam Islam, konseling didefinisikan sebagai proses bantuan yang diberikan kepada
konseli oleh seorang yang ahli di bidang konseling yang tujuannya untuk membantu konseli
memecahkan masalahnya sesuai dengan ajaran yang berdasarkan pada al-Quran dan Hadis.
Dalam konseling Islam, dikenal juga beberapa teori konseling. Teori konseling ini
berdasarkan firman Allah SWT. Dalam surat al-Nahl ayat 125. Hamdani Bakran az-Zaky
menjabarkan teori tersebut dalam tiga bentuk yaitu:
 Teori al-Hikmah, yaitu konselor mampu menyampaikan kata-kata yang
mengandung hikmah, kebijaksanaan dan kebenaran.
 Teori al-Mau‘izah al-Hasanah, yaitu konselo membimbing konseli dengan
cara mengambil pelajaran dari perjalanan hidup para nabi, rasul dan wali
Allah SWT.
 Teori Mujadalah yang baik, yaitu konselor membantu konseli yang sedang
dalam kebimbangan, keraguan dan kesulitan dalam mengambil keputusan.

2
Sama halnya dengan konseling menurut Barat, konseling Islam pun memiliki prinsip-
prinsip yang digunakan agar konseli dapat mengembangkan fitrah yang ia miliki. Willis
menyatakan ada lima prinsip dasar yang terdapat dalam konseling Islam yaitu:
a) Konseli adalah subjek dan hamba Allah yang menjadi amanah bagi konselor
dan harus diperlakukan dan dihargai secara baik berdasarkan nilai keagamaan.
Dengan kata lain, konseli di sini lebih aktif dalam mengungkapkan
permasalahnnya sehingga konselor dapat menggali potensi dan menganalisis
masalah yang dihadapi konseli.
b) Konselor menghargai konseli tanpa syarat, hal tersebut merupakan syarat
yang menjadikan hubungan konseling menjadi baik. Jika konseli sudah
merasa dihargai oleh konselor maka konseli akan gembira dan terbuka
terhadap permasalahannya.
c) Dalam hubungan konseling, konselor membuat situasi membuat konseli
gembira dengan tidak buru-buru mengungkap kelemahan dan kesulitan
konseli. Hal ini bertujuan untuk menarik konseli agar ia mau melibatkan
dirinya dalam kegiatan konseling dan bisa terbuka terhadap permasalahnnya
sendiri.
d) Dalam melaksanakan kegiatan konseling, konselor menggunakan pendekatan
agama untuk menyentuh hati konseli. Ketika hati konseli sudah terbuka,
konseli dengan jujur dan tulus akan mengungkapkan perasaannya kepada
konselor.
e) Konselor harus memperlihatkan perilaku yang dapat menjadi teladan bagi
konseli. Dengan demikian konseli akan tersugesti dengan keteladanan
konselor dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa antara prinsip dasar bimbingan dan
konseling baik menurut Barat maupun Islam hampir memiliki kesamaan yaitu berfokus pada
tujuan membantu konseli dalam menyelesaikan masalah. Namun di sini dapat dilihat
perbedaan yang mencolok dari kedua prinsip tersebut. Pelaksanaan kegiatan konseling
menurut Barat dikelola oleh seseorang yang ahli di bidang bimbingan dengan menggunakan
sumber yang relevan sehingga konselor dapat secara tepat memberikan solusi dari
permasalahan konseli.

3
Sedangkan menurut Islam dalam pelaksanaan konseling, konselor harus menganggap bahwa
konseli adalah amanah dari Allah SWT yang harus dibantu dalam menyelesaikan masalahnya
dengan berdasarkan pada al-Quran dan Hadis.
Lebih jelas lagi menurut konseling Islam, konselor yang menunjukan keteladanan
pada konseli akan memberikan sugesti yang baik bagi konseli untuk berubah ke arah yang
positif. Namun bukan berarti konselor tidak bisa berbuat salah, maka ada hal yang harus
diperhatikan oleh konselor dalam tugas bimbingannya. Misalnya saja ketika konselor
menghadapi konseli yang tidak dikenal, situasi ini tidak menuntut konselor berkepribadian
baik atau tidak karena pertemuan antara konselor dan konseli hanya terjadi pada setting
konseling. Berbeda halnya ketika konselor menghadapi konseli yang sudah mengenal dirinya.
Pada konteks ini selain dalam setting konseling, konselor juga dituntut untuk menjadi teladan
bagi konseli di mana pun dan kapan pun berada.
Menurut konseling Barat sendiri, konselor harus memiliki kepribadian yang baik.
Kepribadian tersebut tercermin dari kesadaran dirinya terhadap posisi nilai-nilai agama dan
budaya. Kesadaran diri konselor akan membantunya bersikap jujur dan menghindari
melakukan perbuatan yang tidak etis saat proses konseling dengan konseli.

B. Konseling Menurut Al-Gazali

Al-Gazali merupakan ulama yang dikenal dengan julukan Hujjat al-Islam. Ia


mengusai berbagai bidang keilmuan dan mengajarkannya kepada murid-muridnya. Tercatat
lebih dari tiga ratus murid yang sudah dibimbing oleh al-Gazali.
Selama hidupnya al-Gazali tidak pernah berhenti untuk belajar, hingga ia membuat
satu kitab yang dikhususkan untuk murid-muridnya. Kitab tersebut bernama Ayyua al-Walad.
Kitab ini berisi tentang nasihat-nasihat untuk murid-muridnya agar mereka dapat memperoleh
petunjuk dari setiap ilmu yang sudah dipelajari dan bisa memilah antara yang benar dan yang
salah.
Dalam istilah Arab, bimbingan disebut dengan kata irsyad atau tawjih dan
pembimbing disebut dengan kata mursyid.dalam kitab Bidayat al-Hidayah al-Gazali
menggunakan kata irsyad untuk menjelaskan nasihat dan memberikan petunjuk.

4
Salah satu kutipan al-Gazali yang berkaitan dengan irsyad: “Maka sesungguhnya
Allah menciptakan nikmat lidah untukmu agar engkau menggunakannya untuk berzikir
kepada Allah SWT, membaca al-Quran, dan memberikan petunjuk kepada makhluk Allah
kepada jalan yang yang diridai-Nya dan untuk menyampaikan maksud hatimu dalam urusan
agama dan urusan dunia.”
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kata irsyad yang terdapat dalam kitab
Bidayat al-Hidayah di atas mengandung pengertian memberikan petunjuk. Dalam melakukan
bimbingan kepada muridnya (konseli), al-Gazali menggunakan salah satu ragam teknik
konseling yaitu pemberian nasihat, seperti dalam kitab Bidayat al-Hidayah alGazali berkata:
“janganlah engkau kotori lidahmu dengan berdebat dan berbantah, karena hal itu
menyakitkan hati orang lain, menyebabkan pembodohan dan membawa penghinaan terhadap
orang lain dengan kata-katamu. Berdebat juga bisa menimbulkan rasa bangga pada diri
sendiri serta dapat membuatnya tersanjung dengan perasaan lebih berilmu dan lebih
cerdas.”
Nasihat yang disampaikan al-Gazali di atas berarti menjauhi perdebatan karena akan
berakibat menyakiti hati orang yang didebat dan akan menimbulkan seseorang menjadi
bangga diri. Al-Gazali juga berkata: “Engkau harus benar-benar sadar bahwa semua
gerakan dan diammu adalah kenikmatan yang agung dari Allah SWT. Oleh karena itu,
gunakanlah semua itu di dalam amal ketaatan kepada Allah SWT. dan janganlah engkau
sekali-kali menggunakannya di dalam kemaksiatan-Nya”
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa al-Gazali melakukan
kegiatan yang mengandung nilai konseling dengan muridnya, namun ia tidak secara langsung
menggunakan istilah konseling karena pada saat itu istilah konseling belum ada seperti
sekarang ini. Al-Gazali memberikan nasihat kepada setiap murid yang ia bimbing. Dengan
demikian bimbingan konseling Islam menurut al-Gazali adalah prosen pemberian bantuan
kepada konseli agar ia mampu mengendalikan diri dari perbuatan maksiat dan merugikan
dirinya dengan cara mengarahkan dan memberikan nasihat kepada konseli sesuai dengan
tuntunan al-Quran dan Hadis.

5
C. Adab dan Fungsi Penerapan Adab

Pengertian Adab adalah dari segi etimologi kata, arti kata adab merupakan sebuah
akhlak yang mulia dimana berbentuk dalam tingkah laku, tabiat maupun aturan yang didasari
oleh norma maupun agama. Kata adab sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti
pendidikan atau mendidik. Namun arti adab dalam bahasa Yunani adalah kebiasaan atau
etika.
Jadi substansi kata adab adalah perilaku yang menunjukkan kehalusan maupun
kebaikan budi pekerti baik itu kesopanan maupun akhlak untuk mendidik diri sendiri
sehingga menjadi orang yang paham akan aturan dan bertanggung jawab dalam segala hal.
 Fungsi Penting Penerapan Adab
Kehadiran adab sangatlah penting sebab adab merupakan salah satu bagian dari
akhlak mulia yang nantinya akan menuntut manusia untuk bisa menjadi pribadi yang lebih
baik dan bisa menempatkan diri pada tempat maupun waktu tertentu.
Tentunya maksud dari manusia beradab adalah seorang manusia yang mampu
bertanggung jawab pada hak maupun kewajiban yang dimilikinya. Nantinya para manusia
beradab akan menjadi pribadi yang adil sehingga bisa dijadikan sebagai seorang pemimpin,
ditambah lagi manusia beradab biasanya akan terus belajar termasuk mau memperbaiki diri
sehingga bisa menyempurnakan akhlaknya.
Tentunya adab sendiri juga merupakan salah satu hal yang dapat menumbuhkan
kecintaan seseorang terhadap sang Pencipta maupun kepada sesama manusia. Serta dengan
adanya adab maka dapat mengecegah manusia dalam melakukan perbuatan tercela atau keji.
Maka tidak heran apabila adab sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, untuk
membuat kehidupan kita menjadi lebih teratur dan ideal.
 Ayat AlQuran yang menjelaskan tentang Adab
a) Surat Albaqarah ayat 4
َ ِ‫ك َو َما ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبل‬
َ‫ك َوبِاآْل ِخ َر ِة هُ ْم يُوقِنُون‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي‬
“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat."

6
b) Surat Albaqarah ayat 183
َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”,
c) Surat Albaqarah ayat 187
‫ث ِإلَ ٰى نِ َساِئ ُك ْم ۚ ه َُّن لِبَاسٌ لَ ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم لِبَاسٌ لَه َُّن ۗ َعلِ َم هَّللا ُ َأنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم ت َْختَانُونَ َأ ْنفُ َس ُكم‬ ِّ ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ ال‬
ُ َ‫صيَ ِام ال َّرف‬
ُ‫َب هَّللا ُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْالخَ ْيط‬ َ ‫اشرُوه َُّن َوا ْبتَ ُغوا َما َكت‬ ِ َ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَا َع ْن ُك ْم ۖ فَاآْل نَ ب‬
َ ‫فَت‬
‫اشرُوه َُّن َوَأ ْنتُ ْم عَا ِكفُونَ فِي‬ ِ َ‫صيَا َم ِإلَى اللَّي ِْل ۚ َواَل تُب‬ ِّ ‫اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط اَأْل ْس َو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّموا ال‬
َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬ َ ِ‫ك ُحدُو ُد هَّللا ِ فَاَل تَ ْق َربُوهَا ۗ َك ٰ َذل‬
ِ َّ‫ك يُبَيِّنُ هَّللا ُ آيَاتِ ِه لِلن‬ َ ‫ْال َم َسا ِج ِد ۗ تِ ْل‬
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”

D. Adab Konseling Menurut Al-Gazali

Dalam kegiatan konseling ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satu hal
yang harus diperhatikan adalah adab konseling. Dalam dunia konseling, adab biasanya
diartikan sebagai etika.
Etika atau adab harus dimiliki oleh ‘alim maupun murid, hal tersebut bertujuan agar
kegiatan konseling bisa terlaksana dengan baik dan tidak ada kesalah pahaman antara kedua
belah pihak. Dalam kitab Bidayat al-Hidayah, al-Gazali menyebutkan ada etika yang harus
dimiliki oleh ‘alim dan murid.

7
1. Adab ‘alim Dalam Kitab Bidayat al-Hidayah, al-Gazali menyebutkan ada tujuh belas
adab bagi ‘alim di antaranya adalah a) bersabar dengan murid-muridnya, b) selalu
bermurah hati, c) duduk dengan berwibawa atau berkarisma, d) tidak menunjukan
kesombongan, e) mengutamakan tawadu’ dalam setiap pertemuan, f) tidak bersenda
gurau (bercanda dan mengolokolok), g) bersikap lemah lembut kepada murid dan
tidak terburuburu dalam menghadapi murid yang sombong, h) memberikan petunjuk
kepada murid dengan arahan yang baik, i) tidak memarahi murid yang sulit dalam
memahami materi, j) meninggalkan perkataan yang bernada sombong, k) memberikan
perhatian penuh terhadap penanya dan memahami pertanyaannya, l) menerima
argumen, m) mengakui kebenaran dan mengakui kekeliruan, n) mencegah murid
untuk mempelajari ilmu yang berbahaya, o) memotivasi murid agar mempunyai niat
belajar yang teguh karena Allah, p)mengarahkan murid untuk mempelajari ilmu-ilmu
yang bersifat fard}u ‘ayn sebelum ilmuilmu yang bersifat fard}u kifayah, dan q)
memberikan pemahaman kepada murid bahwa ilmu yang bersifat fardu ‘ayn bisa
memperbaiki lahiriyah dan batiniyahnya dengan takwa, membiasakan diri untuk
bertakwa agar dapat menjadi figur yang baik bagi murid-nya.
Etika tentang guru juga di bahas oleh al-Gazali dalam kitab ’Ihya ‘Ulum al-
Din. Dalam kitab ’Ihya, al-Gazali menjelaskan empat poin mengenai etika guru di
antaranya 1) menyayangi murid dan memperlakukannya seperti anak sendiri, 2)
meneladani Rasulullah, 3) memberikan nasihat yang baik dan menasihati murid dan
4) melarang mereka agar tidak memiliki akhlak yang tercela.

2. Adab murid Dalam kitab Bidayat al-Hidayah al-Gazali menerangkan bahwa ada tiga
belas adab yang harus di miliki oleh ‘alim terhadap murid di antaranya a) memberikan
salam dan penghormatan kepada ‘alim terlebih dahulu, b) tidak banyak bicara yang
tidak diperlukan (bermanfaat), c) tidak banyak berbicara, kecuali jika ‘alim yang
bertanya, d) memohon izin jika ingin mengajukan pertanyaan, e) tidak menentang
pendapat ‘alim dengan mengungkapkan argumen dari orang lain, f) tidak merasa lebih
pintar dengan cara menentang pendapat ‘alim, g) tidak boleh berdiskusi dengan teman
selama pelajaran berlangsung, h) fokuskan diri dalam pembelajaran, tidak boleh
menoleh kepada orang yang ada di samping, i) tidak boleh mempersulit ‘alim dengan
mengajukan banyak pertanyaan,
8
j) menghormati ‘alim, ktidak menyela perkataan‘alim, l) tidak bertanya kepada ‘alim
ketika berjalan sehingga ia sampai di rumah, m) percaya kepada ‘alim dan tidak
berburuk sangka kepadanya, dan n) tidak menyela perkataan ‘alim.
Al-Gazali juga menuliskan dalam ’Ihya ‘Ulum al-Din bahwa ada tujuh adab
yang harus dilakukan oleh seorang murid, yaitu 1) membersihkan jiwa dari kotoran
akhlak agar akal mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan hati akan diterangi dengan
cahaya ilmu, 2) bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam menerima masukan, 3) tidak
boleh menyombongkan diri, serta tidak boleh mengatur konselor, 4) melihat semua
manusia sama dan tidak ada yang dibedakan, 5) fokus terhadap satu cabang ilmu (satu
permasalahan), 6) engarahkan perhatian pada ilmu yang paling penting dan 7)
stiqomah terhadap tujuannya yaitu karena Allah SWT.
Dari penjelasan di atas, ada beberapa poin mengenai adab ‘alim dan murid
yang bisa dikaitkan dengan proses konseling antara konselor dan konseli. Beberapa
diantaranya adalah:
a. Hubungan yang baik antara konselor dan konseling, maksudnya adalah
konselor bertanggung jawab terhadap kenyamanan konseli sehingga
konseli bersedia secara terbuka mengungkapkan permasalahnnya.
b. Konselor harus menghormati perbedaan konseli dalam semua hal
seperti ras, budaya agama, jenis kelamin dan derajat. Dengan adanya
toleransi, konseli akan merasa dihormati dan konselor pun mendapat
penghargaan yang baik dari konseli mengenai sikap toleransinya
tersebut.
c. Menghormati hak-hak konseli. Agar konseli merasa nyaman selama
proses konseling, konselor harus terbuka terhadap konseli dan selalu
memberikan kebebasan kepada konseli untuk memilih. Dalam hal ini
konselor tidak boleh memaksakan kehendaknya. Keterbukaan dan
komunikasi yang baik dengan konseli sangat penting untuk dilakukan
karena hal tersebut akan menimbulkan rasa nyaman bagi konseli.

Dalam proses konseling, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tujuan
bimbingan dan konseling dapat terlaksana sesuai tepat sasaran dan layanan bantuan yang
diberikan konselor mengandung ibadah.

9
Untuk mencapai hasil tersebut, Munir menjelaskan bahwa ada beberapa kriteria yang
harus diperhatikan, di antaranya:
a) Konselor Islami hendaknya orang yang menguasai materi khususnya dalam
bidang agama Islam, sehingga dapat membantu dirinya dalam menangani
masalah-masalah keagamaan.
b) Konselor Islami adalah orang yang mengamalkan nilai-nilai agama Islam
secara konsisten. Hal tersebut dapat terlihat melalui keimanan, ketakwaan,
dan pengalaman keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Konselor Islami mampu menyampaikan kaidah Islam dalam menghadapi
masalah konseli secara relevan.
d) Konselor Islami hendaknya menguasai metode dan strategi bimbingan dan
konseling, sehingga konseli secara terbuka bisa menerima nasihat dari
konselor.
e) Konselor Islami hendaknya berkepribadian terpuji dan bisa menjadi teladan
bagi konseli.
f) Konselor Islami hendaknya menguasai bidang ilmu psikologi secara integral,
sehingga ia dapat dengan mudah menyampaikan nasihat kepada konseli
melalui pendekatan psikologi.
Menurut konseling Islam, adab atau lebih populer dengan sebutan etika (karakter)
adalah sesuatu yang merujuk suatu penilaian terhadap sikap dan perilaku yang baik atau
buruk, yang benar atau salah, serta bagaimana sesuatu harus diselenggarakan dan
dilaksanakan.
Effendi menyebutkan bahwa ada sepuluh etika atau adab bagi konselor yang menjadi
kontrol dan pengendalian diri dalam menjalankan tugas layanan konseling, yaitu 1)
mempunyai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2) memiliki nilainilai yang kuat yang
ditunjukan dengan perilaku dan sikap berbudaya, 3) memiliki kepribadian yang sehat,
dinamis dan harmonis, 4) memahami, menguasai dan mampu mempraktikan ilmu dan
pengetahuan tentang konseling, 5) memahami dan menguasai serta mempraktikan teori,
teknik dan keterampilan konseling, 6) berperilaku sesuai dengan ciri-ciri kompetensi
konselor, 7) berperilaku jujur, terbuka, simpati dan empati, 8) menjaga kerahasiaan konseli
dengan baik, 9) sabar dan bertoleransi dalam menjalankan tugas sebagai konselor,

10
dan 10) selalu berpikir positif dan yakin bahwa setiap kesulitan selalu ada jalan
pemecahannya.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dipahami bahwa beberapa poin tentang adab
‘alim memiliki kesamaan dengan adab konselor seperti pentingnya bersabar, lemah lembut
dan jujur. Hal yang mencolok dan membuat konseling Islam berbeda dengan konseling Barat
adalah adanya sifat keteladanan yang harus dimiliki oleh konselor Islam. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Munir yang mengatakan bahwa ‚konselor Islam harus menjadi cermin bagi
konseli.‛ Rasulullah pun memiliki kepribadian dan perilaku yang patut ditiru. Perilaku
baiknya bukan hanya dalam konteks mengaji bahkan di luar konteks mengaji pun
kepribadianya relatif tetap dan permanen.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kegiatan konseling ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satu hal
yang harus diperhatikan adalah adab konseling. Dalam dunia konseling, adab biasanya
diartikan sebagai etika. Etika atau adab harus dimiliki oleh ‘alim maupun murid, hal tersebut
bertujuan agar kegiatan konseling bisa terlaksana dengan baik dan tidak ada kesalah pahaman
antara kedua belah pihak.
Ada beberapa poin mengenai adab ‘alim dan murid yang bisa dikaitkan dengan proses
konseling antara konselor dan konseli. Beberapa diantaranya adalah:
a. Hubungan yang baik antara konselor dan konseling, maksudnya adalah konselor
bertanggung jawab terhadap kenyamanan konseli sehingga konseli bersedia secara terbuka
mengungkapkan permasalahnnya.
b. Konselor harus menghormati perbedaan konseli dalam semua hal seperti ras, budaya
agama, jenis kelamin dan derajat. Dengan adanya toleransi, konseli akan merasa dihormati
dan konselor pun mendapat penghargaan yang baik dari konseli mengenai sikap
toleransinya tersebut.
c. Menghormati hak-hak konseli. Agar konseli merasa nyaman selama proses konseling,
konselor harus terbuka terhadap konseli dan selalu memberikan kebebasan kepada konseli
untuk memilih. Dalam hal ini konselor tidak boleh memaksakan kehendaknya.
Keterbukaan dan komunikasi yang baik dengan konseli sangat penting untuk dilakukan
karena hal tersebut akan menimbulkan rasa nyaman bagi konseli.

B. Saran
Demikianlah makalah yang sederhana dan banyak kekurangan yang membawa
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agus Sukirno, Pengantar Bimbingan dan Konseling, h. 33.

Erhamwilda, Konseling Islami, h. 100

Hamdani Bakran az-Zaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
2006), cet. IV, p. 191-206

Imam Gazali, Mukhtashar ’Ihya ‘Ulum al-Din jalan menuju penyucian jiwa (Kairo: Dar al-
Salam), ter. Mujahidin Muhayan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 14-15.

Kusno Effendi, Proses Keterampilan Konseling (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 55 &
235

M. Amin Abdullah, Filsafat Etika Islam (Bandung: Mizan, 2002), cet II, h. 29.

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), cet. I, h.219.

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 17 & 269-271.

13

Anda mungkin juga menyukai