Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSELING TRAUMATIK

TRAUMA KEHILANGAN DAN BERDUKA

Dosen Pengampu : R. Deceu Berlian Purama, M. Si

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

Alya Syahnan Aziz (12111612447)

Dupe Latu Sukma Ayu (12011627501)

Hafizah Zulfira (12011626259)

Nurul Zahrotunnisa’ (12011627657)

Pirda Amelia (12011627360)

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Trauma Kehilangan dan Berduka” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan
di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita, baik untuk penulis maupun pembaca. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

Sebelumnya kami, sebagai penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen


pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling Islam , Ibu R. Deceu Berlian Purama. M. Si,
kepada teman-teman yang sudah terlibat, serta kepada kedua orang tua kami yang sudah
banyak memberi saran dan dukungannya sehingga makalah kami dapat terselesaikan.

Pekanbaru, 29 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Pengertian Trauma.....................................................................................................................2
B. Kehilangan.................................................................................................................................3
C. Berduka.....................................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat
buruk seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam. Trauma adalah
reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu peristiwa,
kejadian atau pengalaman spontanitas atau secara mendadak (tiba-tiba),
yang membuat individu kaget, menakutkan

Trauma duka cita, duka cita dapat terjadi ketika seseorang merasa
kehilangan orang yang sangat berarti didalam hidupnya. Orang yang
sangat berarti tersebut bisa jadi istri, suami, anak, orangtua, kakak atau
adiknya. Peristiwa semacam ini kadang dapat mengakibatkan semacam
trauma psikologis. Rasa kehilangan yang dalam dapat membuat seseorang
suka mengurung diri sendiri dan menjadi sangat tertutup. Disisi lain
trauma psikologis ini juga membuat individu yang mengalaminya sering
membayangkan kehadiran orang yang berarti didalam hidupnya.
Terkadang kondisi ini juga membuat seorang individu suka berhalusinasi
dan berbicara seorang diri, seolah sedang berbicara dengan orang yang
hilang dalam hidupnya.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Apa pengertian dari Trauma Duka cita?
2. Apa pengertian dari Kehilangan?
3. Apa pengertian dari Berduka?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apa itu trauma Duka Cita


2. Untuk mengetahui gejala Trauma Duka Cita

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma
Trauma berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang
yang bersifat psikis hingga memberikan dampak yang negatif pada dirinya
untuk sekarang dan masa depan. Pengalaman kadang tidak selamanya
membawa dampak positif, adakala pengalaman pahit dan buruk juga dapat
menimpa seseorang baik itu yang disengaja ataupun tidak disengaja. Saat
pengalaman itu terjadi maka kondisi mental seseorang bisa saja tidak
berada pada keadaan siap sehingga akibat buruknya dapat menimbulkan
trauma psikologis.

Trauma psikologis yang terjadi mungkin akan terus membayang


selama hidup jika individu tersebut tidak menemukan dukungan.
Dukungan yang diperlukan biasanya berasal dari keluarga dan teman-
teman terdekatnya. Dengan adanya dukungan seseorang dapat mencoba
kembali membangun kepercayaan untuk meredakan trauman psikologi
yang dialaminya. Trauma seperti demikian memang memerlukan
dukungan bukan bertujuan untuk menyembuhkan secara total. Karena
trauma psikologis sulit disembuhkan untuk jangka panjang. Belum lagi
trauma tersebut telah ikut merubah sistem kerja otak dan fungsinya.
Namun dukungan tersebut bertujuan untuk merubah hidup masa depan
seorang individu menjadi lebih baik dalam menata hidup barunya. Dan
diharapkan dia tidak perlu merasa sedih akan trauma psikologi yang
dialaminya dahulu.

Trauma duka cita, duka cita dapat terjadi ketika seseorang merasa
kehilangan orang yang sangat berarti didalam hidupnya. Orang yang
sangat berarti tersebut bisa jadi istri, suami, anak, orangtua, kakak atau
adiknya. Peristiwa semacam ini kadang dapat mengakibatkan semacam
trauma psikologis. Rasa kehilangan yang dalam dapat membuat seseorang
suka mengurung diri sendiri dan menjadi sangat tertutup. Disisi lain
trauma psikologis ini juga membuat individu yang mengalaminya sering
membayangkan kehadiran orang yang berarti didalam hidupnya.
Terkadang kondisi ini juga membuat seorang individu suka berhalusinasi
dan berbicara seorang diri, seolah sedang berbicara dengan orang yang
hilang dalam hidupnya.

2
B. Kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari
kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah
atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut.
Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau tidak diharapkan diduga,
sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Kehilangan
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami sustis kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan, Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak
lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Faktor-
faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan/spiritual
4. Peran seks
5. Status sosial ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu
Kemampuan untuk meyelesaikan proses berduka bergantung pada
makna kehilangan dan situasi sekitarnya. Kemampuan untuk menerima
bantuan menerima bantuan mempengaruh apakah yang berduka akan
mampu mengatasi kehilangan. Visibilitas kehilangan mempengaruh
dukungan yang diterima. Durasi peubahan (mis. Apakah hal tersebut
bersifat sementara atau permanen) mempengaruhi jumlah waktu yang
dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik, psikologis, dan
sosial.
a. Bentuk-bentuk kehilangan

3
1. Kehilangan orang yang berarti
2. Kehilangan kesejahteraan
3. Kehilangan milik pribadi
b. Sifat kehilangan
1. Tiba-tiba (Tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan
tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang
lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bumah diri,
pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima
2. Berangsur-angsur (Dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat
menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan
mengalami keletihan emosional (Rando:1984). Penelitian
menunjukan bahwa yang ditinggalkan oleh khen yang mengalami
sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai kebutuhan yang lebih
besar terhadap ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri
mereka Jebih banyak, dan mempunyai peningkatan perasaan marah
dan bermusuhan. Kemampuan untuk meyelesaikan proses berduka
bergantung pada makna kehilangan dan situasi sekitarnya.
Kemampuan untuk menerima bantuan menerima bantuan
mempengaruh apakah yang berbuka akan mampu mengatasi
kehilangan. Visibilitas kehilangan mempengaruh dukungan yang
diterima. Durasi peubahan (mis. Apakah hal tersebut bersifat
serentur atau permanen) mempengaruhi jumlah waktu yang
dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik,
psikologis, dan social.
c. Tipe kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
sama dengan individu yang mengalami kehilangan
2. Perceived Loss ( Psikologis)
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal-hal yang tidak dapat
diraba atau dinyatakan secara jelas.
3. Anticipatory Loss

4
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yang akan berlangsung Sering terjadi pada keluarga
dengan klien (anggota) menderita sakit terminal. Tipe dari
kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan benda
mungkin tidak menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan
seseorang yang dekat dengan kita.
Namun demikian, setiap individu merespon terhadap kehilangan
secara berbeda.kematian seorang anggota keluarga mungkin
menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan
peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup sendiri kematian hewan
peliharaan menyebabkan disters emosional yang lebih besar
dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah bertemu
selama bertahun-tahun. Kehilangan dapat bersifat aktual atau
dirasakan, Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan mudah
diidentifikasi, misalnya seorang anak yang seman bermainya
pindah rumah. Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat
di salahatikan seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise.
d. Kategori kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang
telah menjadi usang berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena
bencana alam. Kodalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki
orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari
benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan
yang telah dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal selama
periode tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya
pindah ke kota baru atau perawatan diruma sakit. Kehilangan
melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal dapat terjadi

5
melalui situasi maturaasionol, misalnya ketika seorang lansia
pindah kerumah perawatan, atau situasi situsional, contohnya
mengalami cidera atau penyakit dan kehilangan rumah akibat
bencana alam.
3. Kehilangan Orang Terdekat
Kehilangan orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-
anak, saudara sekandung, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja.
Artis atau atlet terkenal mungkin menjadi orang terdekat bagi
orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap
hewan peliharaan schagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi
akibat perpisahan atau kematian.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis Kehilangan anggota tubuh dapat
mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau payudara,
Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan control kandung
kemih atau usus, mobilites, atau fungsi sensori. Kehilangan fungsi
fikologis termasuk kehilangan ingatan, harga diri, percaya diri atau
cinta.Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera,
atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan seperti ini
dapat menghilangkan sejahtera individu. Orang tersebut tidak
hanya mengalami kodukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat
mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep
5. Kehilangan Hidup
Kehilangan hidup dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-
detik dimana orang tersebut akan meninggal. Doka
menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup
kedalam empot fase, Fase presdiagnostik terjadi ketika diketahui
ada gejala klien atau faktor resiko penyakit. Fase akut berpusat
pada krisis diagnosis. Dalam fase kronis klien bertempur dengan
penyakit dan pengobatanya yang sering melibatkan serangkain
krisis yang diakibatkan Akhirnya terdapat pemulihan atau fase

6
terminal Klien yang mencapai fase terminal, ketika kematian bukan
hanya lagi kemungkinan, tetapi pasti terjadi Pada setiap hal dari
penyakit klien dan keluarga dihadapkan dengan kehilangan yang
beragam dan terus berubah Seseorsing dapat tumbuh dari
pengalaman kehilangan melalui keterbukaan, dorongan dari orang
lain, dan dukungan yang kuat.
e. Tahapan proses kehilangan
1. Stress internal atau eksternal - gangguan dan kehilangan individu
berfikir positif - kompensasi positif terhadap kegiatan yang
dilakukan - perbaikan - mampu beradaptasi dan nyaman
2. Stressor internal atau eksternal - gangguan dan kehilangan -
individu berfikir negatif - tidak berdaya marah dan berlaku agresif
diekspresikan ke dalam diri ( tidak diungkapkan) - muncul gejala
sakit fisik
3. Stressor internal atau eksternal-gangguan dan kehilangan -
individaberfikir negatif tidak berdaya-marah dan berlaku agresif -
diekspresikan ke luar diri individu berperilaku konstruktif-
perbaikan mampu beradaptasi dan merasa kenyamanan.
4. Stressor internal atau eksternal - gangguan dan kehilangan –
individu berfikir negatif tidak berdaya - marah dan berlaku agresif
- diekspresikan ke luar diri individu- berperilaku destruktif-
perasaan bersalah - ketidakberdayaan.
Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap
kehilangan adalah pemberian makna (personal meaning) yang baik
terhadap kehilangan (husnudzon) dan kompensasi yang positif
(konstruktif).

C. Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain lain. Berduka merupakan respon normal pada semua

7
kejadian kehilangan. Ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual
ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat
individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan / kekacauan. Teori dari proses berduka yaitu
tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga
rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka
dan mengatasinya. Peran konselor adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku
dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang
ajal.
a. Fase 1 (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara
finik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantang
cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyatakut dan
mungkin mengalami putus asa, kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitasi)

8
Berusaha mencoba untuk sepakat/ damai dengan perasaan yang
hampa/ kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat
menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk
mengalihkan kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang
kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui
disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat
menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross adalah berorientasi
pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti "Tidak, tidak mungkin seperti itu," atau "Tidak
akan terjadi pada saya!" umum dilontarkan klien.
b. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih
pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah
sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu
untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari
kecemasannya menghadapi kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang
halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien
sering kali mencari pendapat orang lain.
d. Depresi (Depression)

9
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan
untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan
masalah.
e. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-
Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi
kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi
respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan
biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin
berlanjut sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
a. Penghindaran dimana pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan
tidak percaya.
b. Konfrontasi pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi
ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka
dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan
kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan
sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup
dengan kehidupan mereka.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat


buruk seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam. Trauma adalah
reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu peristiwa,
kejadian atau pengalaman spontanitas atau secara mendadak (tiba-tiba),
yang membuat individu kaget, menakutkan.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan, Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak
lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap


kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak nafas, susah tidur, dan lain lain. Berduka merupakan respon normal
pada semua kejadian kehilangan.

B. Saran

Peran pembimbing sangatlah berpengaruh dalam penyelesaian masalah


yang dihadapi siswa di sekolah, di samping itu guru juga ikut andil dalam
hal tersebut. Diharapkan dengan makalah ini pembaca dapat melakukan
pendekatan-pendekatan kepada siswa sehingga masalah-masalah dapat
terselesaikan dengan solusi yang tepat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Parebong, R. E. (2021). Pendekatan Trauma Healing Untuk Mengatasi


Pathological Grief Pada Anak Usia Remaja Yang Ditinggal Mati Orang
Tuanya. Ra'ah: Journal of Pastoral Counseling, 1(2), 109-120.

Koli, E. D., & Takene, A. C. (2021). Pendampingan Pastoral Bagi Keluarga Duka
Pasien Covid 19. Ra'ah: Journal of Pastoral Counseling, 1(1), 47-57.

Gunawan, P. K., Agustiani, H., & Qodariah, L. (2021). Adaptasi Alat Ukur
Dukacita untuk Remaja Indonesia dengan Keluarga yang Meninggal
Mendadak. JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 7(1), 16-28.

12

Anda mungkin juga menyukai