Anda di halaman 1dari 13

TINDAKAN YANG DILAKUKAN JIKA DIRI SENDIRI

MENGALAMI KEHILANGAN DAN BERDUKA

Dosen Pengampu : Bernita Silalahi,S.Pd.,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 11

1. Dian Padli Romadomu Rambe (2214201106)


2. Roma Aprilia Sihombing (2214201100)
3. Wardin Septriman Nazara (2214201104)
4. Arezna Zega (2214201071)

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


S1 KEPERAWATAN TINGKAT 2/C
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah yang berjudul “Tindakan Yang Dilakukan Jika Diri Sendiri Mengalami
Kehilangan Dan Berduka” ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dandorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-sebaiknya. Akan tetapi, makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Medan, Oktober 2023

Penulis

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kehilangan .............................................................................................................. 5

2.2 Berduka ................................................................................................................... 7

2.3 Tindakan Yang Dilakukan Jika Diri Sendiri

Mengalami Kehilangan Dan Berduka ..................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam siklus kehidupan, setiap individu pasti pernah mengalami perasaan
kehilangan dan berduka. Kehilangan adalah kondisi dimana seseorang mengalami
kekurangan atau ketidaklengkapan sesuatu yang sebelumnya ada. Contoh amputasi,
gangguan fungsi tubuh dan lain-lain. Berduka merupakan reaksi emosional terhadap
kehilangan.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau
disekitarnya. Perasaan kehilangan bisa mempengaruhi sikap dan perilaku individu yang
mengalaminya. Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut saat ditinggalkan atau dibiarkan
kesepian, kehilangan dapat juga menimbulkan disintegrasi dalam keluarga, dan menjadi
pukulan yg sangat berat serta menghilangkan semangat hidup individu yg ditinggalkan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana mengetahui tindakan yang dilakukan jika diri sendiri mengalami
kehilangan dan berduka?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan jika diri sendiri mengalami
kehilangan dan berduka.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kehilangan
1. Definisi kehilangan
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien
dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat
memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat
juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter&Perry,
2005).
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

2. Bentuk Kehilangan
Adapun bentuk dari kehilangan yaitu:
a. Kehilangan Maturasional
Kehilangan Maturasional merupakan kehilangan yang diakibatkan oleh
tranmisi kehidupan normal untuk pertama kalinya misal anak yang mulai
berjalan kehilangan citra tubuh semasa bayinya.

b. Kehilangan Situasional
Kehilangan situasional merupakan kehilangan yang terjadi secara tiba-
tiba dalam merespons kejadian eksternal spesifik misal kematian mendadak dari
orang yang dicintai.

3. Jenis-jenis Kehilangan
a. Kehilangan objek eksternal
Mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpindah
tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Misalnya kehilangan boneka pada
seorang anak atau kehilangan perhiasan bagi orang dewasa. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang
dimilikinya dan kegunaan dari benda tersebut

b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal


Bisa diartikan dengan perpisahan dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk lingkungan yang telah dikenal pada periode tertentu dalam waktu satu
periode tertentu atau bergantian secara permanen, misalnya berpindah rumah,
dirawat di rumah sakit atau berpindah pekerjaan. Perawatan dalam suatu tempat
tertentu mengakibatkan isolasi dari kejadian rutin. Kesepian akibat lingkungan
yang tidak dikenal dapat mengancam harga diri dan membuat berduka menjadi
lebih sulit

c. Kehilangan orang terdekat


Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara, guru,
teman, rekan kerja, dan lain-lain. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan,
pindah, melarikan diri, promosi ditempat kerja, dan kematian.

d. Kehilangan aspek diri


Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota
gerak, mata, rambut, gig, atau payudara, Kehilangan fungsi fisiologis mencakup
kehilangan kontrol kuntung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan, atau fungsi
sensoris. Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, harga diri,
percaya diri, kekuatan, respek dan cinta. Kehilangan aspek diri terjadi akibat
penyakit, cidera atau perubahan perkembangn atau situasi. Orang yang
mengalami kehilangan ini tidak hanya mengalami kedukaan tetapi juga
mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.

e. Kehilangan hidup
Dimana seseorang mengalami menghadapi mati baik secara perasaan,
pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya sampai pada kematian
yang sesungguhnya, misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri
sendiri atau orang yang hidup sendirian dan sudah menderita penyakit terminal
sekian lama dan kematian merupakan pembebasan dari penderitaan. .

4. Faktor-faktor Resiko yang Menyertai Kehilangan menurut Martocchio:


a. Status sosial ekonomi yang rendah
b. Kesehatan yang buruk
c. Kematian yang tiba-tiba atau sakit yang mendadak
d. Merasa tidak adanya dukungan sosial yang memadai.
e. Kurangnya dukungan dari kepercayaan keagamaan.
f. Kekurangan dukungan dari keluarga atau seseorang yang tidak dpat mengadapi
ekspresi berduka.
g. Kecendrungan yg kuat tentang keteguhan pada seseorang sebelum
kematian/kehidupan setelah mati dari seseorang yg sudah mati.
h. reaksi yg kuat tentang distress, kemarahan dan mencela diri sendiri

2.2 Berduka
1. Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman


individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini
diwujudkan dengan berbagai cara yang unik pada masing-masing individu
berdasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang
dianutnya. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh
kebudayaan atau kebiasaan.

2. Jenis-jenis Berduka
a. Berduka normal terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
b. kehilangan.
c. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sbelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.
d. Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya.
e. Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dpat diakui
secara terbuka.

4. Teori dari Proses Berduka


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan
dukungan dalam bentuk empati.
a. Teori Engel
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang
ajal.
• Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk
pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat,
insomnia dan kelelahan.
• Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi,
depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
• Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong. karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan
kehilangan seseorang
• Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
• Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

b. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
• Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-
apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti "Tidak, tidak mungkin seperti itu," atau "Tidak akan
terjadi pada saya!" umum dilontarkan klien.
• Kemarahan (Anger) Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin
"bertindak lebih" pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah
sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
• Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian
dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap
ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
• Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak
nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi
kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan
masalah.
• Penerimaan (Acceptance) Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial
berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang
mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.

c. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan
bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu
sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12
bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

d. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
✓ Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
✓ Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.

✓ Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana
klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

2.3 Tindakan Yang Dilakukan Jika Diri Sendiri Mengalami Kehilangan Dan Berduka
1. Izinkan diri sendiri merasakan emosi: Penting untuk merasakan dan mengungkapkan
emosi yang Anda alami, seperti kesedihan, kemarahan, atau kebingungan.
2. Carilah dukungan: Bicaralah dengan teman, keluarga, atau seorang profesional jika
perlu. Membagikan perasaan Anda dapat membantu mengurangi beban emosional.
3. Jaga kesehatan fisik: Perhatikan pola tidur, gizi, dan olahraga. Kondisi fisik yang
baik dapat membantu Anda mengatasi stres.
4. Berikan waktu: Duka tidak memiliki waktu yang ditentukan untuk sembuh. Berikan
diri Anda waktu yang diperlukan untuk meresapi proses berduka.
5. Temukan cara untuk mengenang dan merayakan kenangan dengan orang yang telah
meninggal. Ini dapat membantu dalam proses penyembuhan.
6. Pertimbangkan dukungan profesional: Jika duka Anda sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari atau Anda merasa kesulitan untuk mengatasi, pertimbangkan
untuk mencari bantuan dari seorang konselor atau psikolog.
7. Ingatlah bahwa setiap orang berduka dengan cara yang berbeda, jadi penting untuk
menghormati perasaan dan pengalaman Anda sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang.
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka.
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk
empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu: Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada
diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal. Respon berduka dalam lima
fase, yaitu: pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia dan Ramayani. 2016. Panduan Praktek Profesi. Keperawatan Dasar Profesi.
Bukittinggi: For de Kock Press
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawan Psikiatri, Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Stuart and Sundeen.
1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai