Kelompok 4 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Devi Julian S
Firdiana Destiawati
Muhimmatul Khafidah
Nurcita Qomariah
Nur Indah Ritonga
Puji Pertiwi Ilahi
Puji Rahma Pratami
Sri Emilia
Himmatul Kaira
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan
dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak dan
tidak nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat
dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu
yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhankeperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
yangmengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan
dandukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan
pribadiketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan
pengalaman pribadi mempengaruhiseberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dankematian (Potter & Perry, 2005).
Pemicu
2
Sudah 3 bulan yang lalu istrinya meninggal, Bpk.H (33th) masuk ke RSU karena 5
hari tidak pernah keluar kamar, menolak makan, & mengurung diri di kamar. Pada saat
pengkajian Bpk. H mengatakan dia tidak bisa menerima kenyataan istrinya meninggal, dia
merasa bersalah atas kematian istrinya karena dia tidak bisa menjaga istrinya, klien merasa
percuma saja dia hidup kalau sudah kehilangan istrinya.
Klien tampak menangis, sering menundukan pandangan, menolak berinteraksi dengan
siapapun, tatapan mata kosong, sering terdiam di tengah pembicaraan.
Learning Objective
1.
2.
3.
4.
Daftar Isi
3
Kehilangan..................................................................................................5
a. Respon dan Gejala Klien yang Berduka..........................................5
b. Faktor Resiko Individu.....................................................................6
c. Tipe kehilangan menurut hirarki kebutuhan maslow.......................7
Berduka.......................................................................................................8
a. Definisi Berduka..............................................................................8
b. Jenis-jenis berduka...........................................................................8
c. Fase berduka menurut teori Bowlby................................................8
d. John Harvey (1988)..........................................................................9
e. Redebaugh et al (1999)....................................................................9
f. Kubler-Ross......................................................................................9
Mekanisme Koping....................................................................................10
a. Intervensi Tentang Perilaku Koping yang Adekuat.........................11
b. Tugas berkabung menurut Worden..................................................12
Aspek Keislaman Tentang Berduka.........................................................12
Asuhan Keperawatan................................................................................14
a. Pengkajian........................................................................................14
b. Diagnosa Keperawatan....................................................................16
c. Strategi Pelaksanaan........................................................................18
Daftar Pustaka............................................................................................22
KEHILANGAN
4
Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba, didengar,
diketahui atau dialami. Tipe kehilangan mempengaruhi tingkat distress. Pada sumber lain
juga disebutkan kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau
situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat diartikan juga sebagai suatu
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan akan sesuatu yang sebelumnya ada,
misalnya kematian orang yang dicintai, PHK. Sedangkan berduka merupakan respon individu
terhadap kehilangan.
Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan. Kehilangan aktual dapat dengan mudah
diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman bermainnya pindah rumah. Kehilangan
dirasakan kurang nyata dan dapat disalahartikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau
prestise. Sedangkan dari segi situasinya, kehilangan dapat berupa kehilangan maturasional
yaitu kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk pertama kalinya
ataupun kehilangan situasional dimana kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
merespons kejadian eksternal spesifik seperti kematian mendadak dari orang yang dicintai.
Kehilangan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:
1
Respon emosional
Marah, sedih, cemas.
Kebencian.
Merasa bersalah.
Perasaan mati rasa.
Emosi yang berubah-ubah.
Penderitaan dan kesepian yang berat.
Keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang
hilang.
Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan.
Saat fase reorganisasi, muncul rasa percaya diri dan mandiri.
Respon spiritual
Kecewa dan marah pada Tuhan.
Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa di tinggalkan.
Tidak memiliki harapan, kehilangan makna.
Respon perilaku
Melakukan fungsi secara otomatis.
Menangis terisak atau tidak terkontrol.
Sangat gelisah, perilaku mencari.
Iritabilitas dan sikap bermusuhan.
Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang
yang telah meninggal.
Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya.
Kemungkiinan menyalahgunakan obat atau alcohol.
Kemungkinan melakukan upaya bunuh diri atau pembunuhan.
Mencari aktivitas dan refleks personal selama fase reorganisasi.
Respon fisiologis
Sakit kepala, insomnia.
Gangguan nafsu makan, penurunan berat badan.
Tidak bertenaga.
Palpitasi, gangguan pencernaan.
Perubahan sistem imun dan endokrin.
Referensi:
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Definisi berduka
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon emosional
yang normal. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada setiap individu
berdasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya dan keyakinan spiritual yang
dianutnya. Intensitas dan durasi respon berduka bergantung kepada persepsi kehilangan, usia,
keyakinan agama, perubahan kehilangan yang dibawa ke dalam kehidupannya, kemampuan
personal untuk mengatasi kehilangan dan system pendukung yang ada (Sanders, 1998 dalam
Bobak, 2005)
Jenis-jenis berduka
Berduka normal
Terdiri dari perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan seperti
kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktifitas untuk sementara.
Berduka antisipatif
yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan yang sesungguhnya terjadi.
Berduka yang rumit
Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan
normal. Masa berduka seolah - olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan
individu tersebut dengan oranglain. (Elliana,2011)
Berduka dapat dikelompokan kedalam dua golongan:
Berduka ringan (uncomplicated bereavement), yaitu merasakan kesedihan tetapi masih
dapat melakukan kegiatan sehari - hari yang biasa dilakukan meskipun tidak dengan
antusiasme dan energi sebesar sebelum kehilangan. Seseorang yang mengalami berduka
ringan tidak mengalami depresi dan merasa lebih baik seiring Waktu.
Berduka Berat (complicated bereavement), kesulitan yang dialami individu dalam berduka
atau eksaserbasi masalah - masalah sebelumnya yang menjadi semakin berat selama proses
berkabung, seperti:
Mengalami gejala cemas dan depresi yang mempengaruhi fungsi sosial/keluarga,
pekerjaan dan kesehatan fisik
Memiliki pikiran bunuh diri terus - menerus, yang hampir menjadi konstan atau
mengungkapkan keinginan yang serius untuk bunuh diri atau mengembangkan suatu
rencana untuk bunuh diri
Berhenti pada fase mencari dan merindukan yang terbukti oleh rasa marah yang
persisten, rasa bersalah atau pemikiran obsesif tentang kehilangan (bobak,2005).
Fase berduka menurut teori Bowlby
Bowlby mendeskripsikan proses berduka akibat suatu kehilangan memiliki empat fase:
1
2
3
4
Redebaugh et al (1999)
8
Memandang proses berduka cita sebagai suatu proses melalui empat tahap:
1
2
3
4
Kubler-Ross
Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, mengerti
atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar - benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi
pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah, dan seringkali individu tidak tahu harus berbuat apa.
Marah
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan
kepada orang lain atau diri sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga dapat
menunjukkan prilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan,
bahkan menuduh perawat atau dokter tidak kompeten. Respon fisik antara lain muka merah,
denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
Tawar menawar
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat
mencoba membuat kesepakatan secara halus atau terang - terangan seolah - olah kehilangan
itu dapat dicegah.Reaksi sering dinyatakan dengan kata - kata "seandainya saya hati - hati."
Tahap depresi
Pada tahap ini individu menunjukkan sikap menarik diri, kadang - kadang bersikap sangat
penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa
muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain menolak makan,
susah tidur, letih, turunya libido.
Penerimaan
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat
pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan
kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang objek atau
orang yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih pada
objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan
perasaan yang damai, maka dia dapat mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi
perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke tahap penerimaan akan
mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.(bobak,2005)
Referensi
Mekanisme Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial
(Menyangkal), Represi (menekan kealam bawah sadar/melupakan), Intelektual (penggunaan
logika), Regresi (bergantung pada orang lain/childish), Disosiasi, Supresi (menekan
kecemasan), dan Proyeksi (menyalahkan orang lain) yang digunakan untuk menghindari
intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan
pada pasien depresi yang dalam.Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering
dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.
Orang yang mengalami duka cita mencoba berbagai strategi untuk menghadapinya.
Worden (1991) mengidentifikasi tugas berduka sebagai kemampuan untuk:
Menerima kenyataan kehilangan
Mengalami sakitnya kehilangan
Menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kematian orang yang dialami
Melanjutkan hidup
Jika suatu kematian sudah diantisipasi dan keluarga sudah mengamati penurunan
kesehatan terhadap orang yang tengah sekarat. Rasa sakit yang diperlukan untuk
memfasilitasi pemulihan. Tahap tiga yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat orang
yang dicintai telah tiada. Pada akhirnya, orang yang berduka perlu melanjutkan hidupnya
kembali (Brooker, Chris, 2009).
Worden (1982) menggaris bawahi empat tugas duka cita yang memudahkan penyesuaian
yang sehat terhadap kehilangan, dan harper (1987) merancang tugas dalam akronim TEAR:
T- untuk menerima realitas dari kehilangan
E- mengalami kepedihan akibat kehilangan
A- menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang, benda, atau aspek diri
yang hilang
R- memberdayakan kembali energy emosional ke dalam hubungan yang baru.
Tugas ini tidak terjadi dalam urutan yang khusus. Pada kenyataanya, orang yang berduka
mungkin melewati kempat tugas tersebut secara bersamaan, atau hanya satu atau dua yang
menjadi prioritas. Perawatdapat membantu klien dan keluarganya dalam memahami dan
berupaya melewati tugas ini ketika tugas tersebut sesuia dengan situasi unik mereka (Potter &
Perry, 2005).
Tugas dalam proses berduka diuraikan oleh Rando (1984) sebagai berikut:
10
Memutus ikatan psikososial terhadap orang yang dicintai dan pada akhirnya
menciptakan ikatan baru.
Menambah peran, keterampilan, dan perilaku baru dan merevisi peran, keterampilan, dan
perilaku yang lama menjadi suatu identitas dan kesadaran diri yang baru
Mengikuti gaya hidup yang sehar, yang mencakup individu dan aktivitas
Mengintegrasikan kehilangan ke dalam kehidupan. Hal ini tidak berarti bahwa akhir
proses berduka telah tercapai, tetapi akomodasi terjadi saat realitas kehilangan
diintegrasikan ke dalam kehidupan (Videbeck, Sheila, 2008).
1
2
Menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana obyek yang hilang berada 3 bulan
pertama individu tidak merasa kesepian, namun setelah itu orang tidak lagi
mengunjungi dan menghubunginya sehingga ia merasa kesepian. Orang sekelilingnya
sebaiknya mengisi peran-peran yang biasa dilakukan seseorang yang hilang
(almarhum).
Mengenang almarhum sebagai bagian dari hidupnya: tugas perkembangan yang
terakhir adalah menjalin hubungan dengan orang lain, bukan berarti tidak mencintai
almarhum lagi.
Referensi :
Hidayat, Alimul A. (2007). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck, Sheila L. (2008). Bukur Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Ernawati dan Maftuhah. (2006). Modul Dasar Keperawatan. Jakarta: General Education
Brooker, Crhis. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
13
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan
apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu kematiannya.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, AlMunafiqun, 63:11)
"Tiap-tiap (tubuh) yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami
kamu dikembalikan." (QS.29:57)
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikitpun? (QS:4:78)
Referensi:
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kematian1.html (oleh Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Wawasan ALQURAN-Tafsir maudhu`I atas pelbagai persoalan umat. Bandung: Penerbit Mizan)
http://rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/3169-jangan-berputus-asa-terhadap-sesuatu-yang-luputdarimu.html
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Faktor ini mempengaruhi rentang respon kehilangan, antara lain sebagai berikut:
Faktor Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
Faktor Kesehatan Jasmani
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik.
Faktor Kesehatan Mental
Individu yang mengalami gaangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya atau pesimis, selalu
14
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi
situasai kehilangan.
Faktor Pengalaman
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa lalu (misalnya,
pada masa kanak-kanak) akan mempengaruhi individu dalam mengatasi atau
menghadapi kehilangan pada masa yang akan datang.
Faktor Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep diri yang negative, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah dan tidak objektif terhadap stress
yang akan dihadapi.
(Keliat, 2009)
b. Faktor presipitasi
Faktor pencetus perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata atau imajinasi individu
seperti kehilangan kesehatan, fungsi seksualitas, harga diri dan kehilangan pekerjaan
dan lain lain (Dalami, 2009).
c. Respon dan Prilaku
Perasaan
Berduka
Ketakutan
Marah
Rasa bersalah / menyalahkan diri
Ansietas
Kesendirian
Kelelahan
Ketidakberdayaan / keputusasaaan
Kerinduan
Kebebasan
Kesadaran (pola fikir)
Ketidakpercayaan
Kebingungan / masalah ingatan
Masalah dengan pembuatan keputusan
Ketidakmampuan berkonsentrasi
Perasaan akan kehadiran orang yang sudah meninggal
Sensasi Fisik
Sakit kepala
Mual dan gangguan selera makan
Kesesakan pada derah dada dan tenggorokan
Insomnia
Terlalu sensitive terhadap suara
Rasa depersonalisasi (Tidak ada yang nyata)
Napas yang dangkal, perasaan tersedak
Kelemahan otot
Kurang energy
Mulut Kering
15
Perilaku
Menangis dan sering mengeluh
Menjaga jarak dengan orang
Lingkungan
Memimpikan orang yang sudah meninggal
Menjaga Kamar orang yang sudah meninggal tetap utuh
Kehilangan ketertarikan pada kejadian kehidupan sehari hari
Menggunakan objek milik orang yang sudah meninggal
(Potter & Perry, 2010)
Referensi:
Keliat, Budi Anna. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Dalami, Ermawati. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: TIM
Potter & Perry . ( 2010 ) . Fundamental Keperawatan ed.7 Vol.2. Jakarta : Salemba Medika
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa: Dukacita
Batasan Karakteristik:
- Menyalahkan
- Berpisah / menarik diri
- Putus asa
- Kepedihan
- Distres psikologis
NOC
NIC
1. Psychosocial Adjustment: Life 1. Coping Enhancement
Change
Aktivitas:
Indikator:
- Nilai dampak situasi hidup pasien dalam peran
- Pasien dapat menetapkan
dan hubungan
tujuan yang realistis
- Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik
- Pasien dapat
relaksasi sesuai kebutuhan.
mempertahankan harga diri
- Ajarkan pasien untuk mengevaluasi perilakunya.
- Pasien dapat
- Coba untuk memahami perspektif pasien
mempertahankan
mengenai situasi yang membuat stress
produktivitas
- Hindari mengambil keputusan ketika pasien
- Pasien dapat melaporkan
dalam stress berat.
perasaan berguna
- Perkenalkan pasien kepada orang-orang atau
- Pasien dapat mengungkapkan
kelompok-kelompok yang sukses melewati
rasa optimis tentang masa
pengalaman yang sama.
depan
- Diskusikan konsekuensi dari tidak mau
- Pasien dapat
berhadapan dengan perasaan bersalah dan malu.
mengidentifikasi beberapa
- Nilai kebutuhan atau keinginan pasien untuk
strategi koping
support social.
16
2. Coping
Indikator:
- Pasien dapat
mengidentifikasi pola koping
- Pasien dapat melaporkan
berkurangnya stress
- Pasien dapat secara verbal
mengungkapkan rasa
penerimaan situasi
- Pasien dapat adaptasi
terhadap perubahan hidup
- Pasien dapat menggunakan
sikap kebiasaan yang baik
untuk mengurangi stress
- Pasien dapat melaporkan
perasaan negative
- Pasien dapat melaporkan
berkurangnya tanda gejala
stress
- Pasien dapat meningkatkan
kenyamana psikologis
i. Spiritual Support
Aktivitas:
- Gunakan
komunikasi
terapeutik
untuk
membangun kepercayaan dan rasa empati.
- Manfaatkan peralatan untuk memonitor dan
mengevaluasi kesejahteraan spiritual, dengan
tepat.
- Rawat individu dengan bermartabat dan rasa
hormat.
- Sediakan privasi dan waktu sendiri untuk
aktivitas spiritual.
- Berbagi kepercayaan mereka mengenai arti dan
alasan dengan tepat.
17
Referensi:
Johnson, Mario. (2006). NOC and NIC Linkages. Mosby Elseiver: USA
Sue, Moorhead dkk. (2008). Nursing Outcomes Classifications. Mosby Elseiver: USA
Wiley Blackwell. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses, Definitions and Clasifications. Mosby
Elseiver: USA
Bapak H (33 tahun) masuk ke RSU karena 5 hari tidak pernah keluar kamar,
menolak makan dan mengurung diri di kamar. Pada saat pengkajian, bapak H
mengatakan dia tidak bisa menerima kenyataan istrinya meninggal, dia merasa
bersalah atas kematian istrinya karena dia tidak bisa menjaga istrinya, klien
merasa percuma saja kalau dia hidup kalau sudah kehilangan istrinya. Klien
tampak menangis, sering menundukkan pandangan, menolak berinteraksi
dengan siapa pun, tatapan mata kosong, sering terdiam di tengah pembicaraan.
A Proses keperawatan
1 Kondisi klien
- Data Subjektif
18
klien
tidak
bisa
menerima
kenyataan
meninggal
Klien merasa bersalah atas kematian istrinya karena
istrinya
siapa
pun,
pembicaraan.
Diagnosa keperawatan
: Berduka cita
Tujuan tindakan :
- Tujuan Umum
: klien dapat berhasil melewati tahap-tahap
dalam proses kehilangan
Tujuan Khusus :
a Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
b Klien mampu berbagi rasa dengan orang disekitarnya
c Klien mampu menerima kenyataan kehilangan dengan damai
d Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda kesedihan
e Klien dapat berinteraksi dengan keluarga dan orang lain.
Tindakan Keperawatan:
a Berikan dorongan kepada klien untuk mengungkapkan pikiran
-
dan perasaannya
b Dengarkan dengan penuh perhatian dan memberi respon
c Tingkatkan kesadaran klien akan kenyataan secara bertahap
d Bantu pasien untuk mengidentifikasi support system
e Anjurkan klien untuk melakukan terapi spiritual
B Proses pelaksanaan tindakan
a Fase Orientasi
assalamualaikum bapak, selamat pagi. (sambil tersenyum dan
pandangan mata fokus) perkenalkan pak, saya perawat Cita
yang hari ini akan merawat bapak mulai dari jam 7 hingga jam 2
siang nanti . benar dengan bapak H ? Bapak lebih senang
dipanggil siapa ? bapak, bagaimana kabarnya hari ini ?
Alhamdulillah, baik ya pak. Bagaimana tidurnya tadi malam
pak, nyenyak ? Bapak, mengatakan jika tidur bapak tidak
nyenyak, adakah yang sedang bapak pikirkan ? Apakah bapak
bersedia untuk menceritakannya kepada saya sekarang ? Ok,
karena bapak bersedia, bagaimana jika kita berbincang-bincang
kurang lebih selama 20 menit ke depan pak ? baiklah, bapak
ingin
berbincang
dimana?
Di
kamar
bapak
saja
atau
19
jadwal ini
Fase Terminasi
Bagaimana perasaan yang bapak rasakan setelah kita
berbincang-bincang selama 20 menit ini? Alhamdulillah, baik ya
20
Daftar Pustaka
21
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tomb, David A. (2004). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: EGC.
Videbeck,Sheila L (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Bobak,M Irene (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed.4. Jakarta: EGC
Elliana,M(2011). Tinjauan pustaka avail at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24757/4/Chapter%20II.pdf accessed
at 9 oct 2014 17.00 wib
Hidayat, Alimul A. (2007). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika
Videbeck, Sheila L. (2008). Bukur Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Ernawati dan Maftuhah. (2006). Modul Dasar Keperawatan. Jakarta: General
Education
Brooker, Crhis. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kematian1.html (oleh Dr. M. Quraish
Shihab, M.A. Wawasan AL-QURAN-Tafsir maudhu`I atas pelbagai persoalan umat.
Bandung: Penerbit Mizan)
http://rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/3169-jangan-berputus-asa-terhadapsesuatu-yang-luput-darimu.html
22