Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM PENGGUNAAN SYRING PUMP, INFUSE PUMP DAN BEDSIDE

MONITOR
Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

A. SYRING PUMP

Satu cara untuk memberikan obat melalui pembuluh darah balik/ vena dengan alat
yang namanya syring pump. Syringe pump merupakan suatu alat yang digunakan untuk
memberikan cairan atau obat ke tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu dan jumlah
tertentu. Secara khusus alat ini menitikberatkan atau memfokuskan pada jumlah cairan
yang dimasukkan kedalam tubuh pasien dengan satuan millimeter perjam (ml/ jam).
Syringe pump didesain agar mempunyai ketepatan yang tinggi dan mudah digunakan.
Syringe pump dikendalikan dengan mikro computer/ mikro kontrolir dan dilengkapi
dengan system alarm yang menyeluruh. Alat ini menggunakan motor DC sebagai tenaga
pendorong syringe yang berisi cairan atau obat yang akan dimasukkan ke tubuh pasien.
Alat ini menggunakan system elektronik mikroprosesor yang berfungsi dalam
pengontrolan dalam pemberian jumlah cairan ke tubuh pasien, sensor dan alarm.
Penggunaan paling populer dari driver jarum suntik adalah dalam perawatan paliatif,
untuk terus mengelola analgesik (penghilang rasa sakit), antiemetik (obat untuk menekan
mual dan muntah) dan obat-obatan lainnya. Hal ini untuk mencegah periode dimana
tingkat obat dalam darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan menghindari
penggunaan beberapa tablet (terutama pada orang yang memiliki kesulitan menelan).
Driver jarum suntik juga berguna untuk memberikan obat IV selama beberapa menit,
dalam kasus obat yang harus perlahan-lahan didorong selama beberapa menit, perangkat
ini menghemat waktu staf dan mengurangi kesalahan.
Mengenai harga alat ini tergantung merk dan kemampuan alat. Ada jenis syringe
pump yang bisa melakukan titrasi dengan sendirinya, operator hanya cukup memasukkan
nama obat dan konsentrasi keseluruhan. Ada juga syringe pump yang memerlukan
penghitungan secara manual. Ukuran spuit yang bisa dipakai oleh syringe pump pun
beragam tergantung merk syringe pump. Syringe pump tempo dulu hanya bisa dipakai
untuk spuit ukuran 50 cc atau 20 cc. Namun sekarang ada syringe pump yang mampu
menggunakan spuit ukuran 5 cc.
1. PENGOPERASIAN SYRINGE PUMP
Ada 4 hal yang diperhatikan oleh sejawat nurse saat mengoperasikan syringe pump
yaitu :
a. Concentrate
Hal yang perlu diperhatikan dalam konsentrasi larutan adalah kandungan obat dalam
sediaan (ampul atau vial) yang dapat dilihat DI KEMASAN obat.
- Norepinefrin
- Dopamin
- Dobutamin
Setelah mengetahui kandungan obat dalam 1 AMPUL, maka langkah selanjutnya
adalah PENGENCERAN dan penentuan KONSENTRASI OBAT dalam syringe.
b. Dosis
Dosis obat pada tiap individu dapat berbeda bergantung pada berbagai faktor
misalnya segi penyebab (syok kardio, syok septik dsb).

c. SPEED
Ada beberapa alat yang menggunakan 2 angka di belakang koma atau hanya 1 angka
di belakang koma. Biasanya SPEED dinaikkan berhubungan dengan kenaikan
DOSIS tiap beberapa menit. Adapun rumus untuk penentuan speed adalah:
(DOSIS x kgBB x 60)/Konsentrasi
Contoh Soal:
Diketahui : Pasien berat badan 50kg dengan syok septik membutuhkan terapi
Norepinefrin menggunakan syringe pump mulai pukul 08.00. Dosis dinaikkan 0.01
tiap 15 menit dilanjutkan dengan pemeriksaan TTV hingga Mean Arterial Pressure
(MAP) pasien ≥ 70 mmHg
Ditanya : Bagaimana cara perawat mengoperasikan syringe pump sesuai kebutuhan
terapi?
Jawab :
Konsentrasi
1 SYRINGE = 0 – 50 cc
Jika mengencerkan 1 AMPUL dengan 40 cc maka: 40 cc atau 40 ml = 4.000meq
1ml = 100 meq
Dosis
Dosis awal pukul 08.00 = 0,05 dinaikkan 0.01/15menit
Speed
Syringe pump yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan titrasi memerlukan
keahlian perawat dalam melakukannya.

B. INFUSE PUMP
1. Pengertian Infus Pump
Infus pump adalah suatu perangkat medis atau alat kesehatan untuk mengatur
jumlah cairan infus yang masuk ke dalam tubuh pasien dan dapat pula digunakan untuk
memberikan nutrisi atau obat-obatan, seperti antibiotik, obat kemoterapi, insulin,
hingga penghilang rasa sakit dengan cara yang terkendali.
Alat ini berbasis wireless technology yang juga didukung oleh software sebagai
served based yang didesain khusus untuk menghubungkan data antara pusat informasi
obat dengan alat infus di rumah sakit untuk memonitor, mengontrol, dan menerima
laporan dari sistem ini pada semua level. Infus pump tidak juga digunakan pada seluruh
pasien rawat inap. Penggunaannya hanya dikhususkan pada pasien dengan penyakit
dengan resiko yang cukup berat.
Setelah memahami pengertian infus pump, ada baiknya diketahui pula fungsi dan
cara kerja dari infus pump yang sering digunakan di rumah sakit.Secara umum, fungsi
infus pumpadalah untuk mengkontrol jumlah cairan yang masuk melalui intravena atau
epidural untuk terapi dan keperluan diagnosa. Dengan cara ini, berbagai penelitian telah
membuktikan, bahwa penggunaan infus pump mampu melindungi dan menjaga jumlah
dosis, serta kesalahan dalam lau infus.
Blok diagram infus pump atau cara kerja infus pump sendiri adalah dimulai
ketika gerigi yang menekan selang infus berputar yang menyebabkan selang infus
mendapat tekanan dan mendapat dorongan ke satu arah. Sehingga, pada kondisi ini
cairan infus dalam selang akan mengalir. Aliran ini akan dikendalikan oleh motor
pengendali elektronik yang dapat diatur oleh petugas.
Petugas bisa mengatur laju aliran tetes yang diberikan. Alat ini juga dilengkapi
dengan sensor tetes yang digunakan untuk menghasilkan pulsa apabila terjadi tetesan
pada drip chamber. Pulsa ini sangat dibutuhkan oleh pengendali elektronik untuk
mengatur jumlah cairan. Jika cairan infus terlalu banyak atau kelebihan dosis, misalnya,
berarti masuknya cairan harus dihentikan melalui pengendali tersebut.
Sistem Kerja & Contoh Prosedur Penggunaan Infus Pump

Penggunaan infus pump tidak bisa diakukan sembarangan, melainkan harus


menggunakan prosedur khusus. Sebelum mengetahui cara menggunakan infus pump,
siapkan dulu alat-alat, seperti infus pump itu sendiri, tiang penyangga, cairan infus, dan
set infus yang sesuai dengan kebutuhan alat infus pump. Berikut ini kami berikan
informasi mengenai cara penggunaan infus pump:
a. Persiapkan alat dan taruh didekat pasien
b. Colokkan kabel infus pump ke sumber listrik hingga terlihat indikator berwarna
hijau pada tulisan “Charge”
c. Tekan tombol “POWER” pada infus pump. Mesin selanjutnya akan melakukan
self-checking, di mana semua alarm juga akan menyala. Pada display akan terbaca
JJJJ atau tttt
d. Jika display terbaca “JJJJ” , berarti yang digunakan adalah set infus khusus pump
TS*PM, namun jika yang terbaca pada display “tttt”, maka yang digunakan adalah
set infus biasa, yaitu TS*A atau TK*A
e. Selanjutnya, lakukan priming pada set infus yang sesuai. Pasang dan harus
dipastikan betul sudah tidak ada lagi udara pada selang
f. Pada saat pemasangan set infus, setelah membuka pintu pump, pasang set infus,
geser tuas yang terletak di bawah. Pastikan set infus dipasang dalam posisi lurus
dan posisi roller clamp berada lebih rendah dari infus pump dengan kondisi off.
Tutup kembali pintu infus pump.
g. Pasang drip sensor pada tempat tetesan set infus (drip chamber). Tepatnya pasang
dibagian yang berisi udara, jangan dipasang di bagian yang berisi cairan.
Tujuannya, untuk mendeteksi tetesan cairan yang jatuh.
h. Tekan tombol “infusion set” pada infus pump sesuai dengan set infus yang
digunakan (15 dr/cc, 19 dr/cc, 20 dr/cc, 60 dr/cc). Atur kecepatan aliran (delivery
rate) sesuai dengan yang dikehendaki dengan menekan tombol:
»Puluhan naik »Satuan naik
«Puluhan turun «Satuan turun
Kemudian untuk set infus 15 dr/cc, 19 dr/cc, 20 dr/cc, maksimal kecepatannya
adalah 300 ml/h atau 75 dr/mnt dan untuk set infus 60 dr/cc, maksimal
kecepatannya adalah 100 ml/h atau 100 dr/mnt
i. Tekan tombol “SELECT” untuk mengisi nilai D. Limit (delivery limit) untuk
mengatur jumlah cairan yang akan diberikan. Namun, jika tidak menginginkan
nilai limit, biarkan D. Limit pada posisi “—-“ pada display. Pastikan D. Limit tidak
berisi “0”, karena pump nantinya tidak dapat dioperasikan.
j. Buka roller clamp agar menjadi on
k. Tekan tombol START. Jika lampu indicator operation telah menyala hijau,
tandanya mesin muai beroperasi dan siap untuk digunakan
l. Jika ingin menghapus atau mengatur ulang jumlah cairan, pastikan menekan tombol
STOP terlebih dahulu, lalu tekan “ml CLEAR” selama 2 detik, maka display
jumlah cairanakan kembali lagi ke 0.
m. Untuk mengakhiri pemakaian infus pump, petugas tinggal menekan tombol
“STOP”, buka pintu pump, lepaskan infus dari mesin, dan matikan mesin dengan
menekan tombol “POWER”. Cabut kabel infus pump dari sumber lisrik.
Jika dalam pegoperasian infus pump terjadi kesalahan atau hal yang kurang tepat,
alat akan memberikan sinyal peringatan dengan alarm dan lampu indikator yang
menyala merah pada tulisan air, occlusion, flow err, empty, door, atau completion (jika
volume cairan mencapai limit). Jangan lupa pula untuk selalu mengevaluasi respon
pasien terhadap pemberian cairan.
2. Rumus Infus Pump dan Cara Menghitung Tetesannya
Meski terlihat sepele, sebenarnya pemberian cairan infus tidak boleh
sembarangan. Jika pasien diberikan infus dengan tetesan yang terlalu cepat atau terlalu
lambat, bisa jadi membahayakan pasien. Efeknya bahkan, bisa membuat pasien menjadi
keracunan hingga kejang. Karena itulah, petugas harus benar-benar teliti. Untuk lebih
memahaminya, ketahuilah rumus infus pump guna menghitung jumlah tetesan cairan
dalam hitungan waktu yang pas diberikan kepada pasien.
Rumus dasar dalam hitungan menit :

Rumus dasar dalam hitungan jam :

Misalnya, ada seorang pasien yang membutuhkan 500 ml cairan. Berapa infus
yang diperlukan jika kebutuhan cairan pasien harus dicapai dalam 100 menit? Faktor
tetes untuk orang dewasa biasanya 20 tetes. Maka, cara menghitung tetesan infus
pump-nya, yaitu:

3. Bedside monitor
Pasien monitor/ beside monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk
memonitor fisiologis pasien. Bedside Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk
memonitor vital sign pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur
bentuk pulsa jantung secara terus menerus (Jevon & Ewens, 2009). Parameter adalah
bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa melalui pasien monitor. Jika kita
ketahui ada sebuah beside monitor dengan 5 parameter, maka yang dimaksud dari lima
parameter tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh
pasien monitor tersebut (Rab, 2007).
Istilah pasien monitor didalamnya diketahui beberapa parameter yang diperiksa,
parameter itu antara lain adalah :
a. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan ECG ini
juga termasuk pemeriksaan “Heart Rate” atau detak jantung pasien dalam satu
menit.
b. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit
c. Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.
d. Tensi / NIBP (Non Invasive Blood Pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.
e. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa (Rab, 2007)
Nama lain dari bedside monitor antara lain Cardiorespiratory Monitors, Apnea
Alarms dan repiration monitor, Patient Monitor. Adapun komponen alat dalam bedside
monitor adalah preamplifier, modul elektrode dan pasien kabel, parameter sesuai
kebutuhan dan monitor. Jenis bedside monitor/ pasien monitor antara lain (Jevon &
Ewens, 2009):
a. Pasien monitor vital sign
Monitor ini bersifat pemeriksaan stándar, yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi,
Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2.
b. Pasien monitor 5 parameter
Pasien monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP, kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2, dan
Temperatur.
c. Pasien monitor 7 parameter
Pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan operasi, karena ada satu parameter
tambahan yang biasa dipakai pada saat operasi, yaitu “ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP (Non Invasive Blood Pressure) , kadar oksigen dalam darah /
Saturasi darah / SpO2, temperatur, dan sebagai tambahan adalah IBP (Invasive
Blood Pressure) pengukuran tekanan darah melalui pembuluh darah langsung,
EtCo2 (End Tidal Co2) yaitu pengukuran kadar karbondioksida dari sistem
pernafasan pasien (Kemp, et al., 2011).
Patient monitor juga digunakan pada ruangan resusitasi / recovery pasca operasi
untuk kasus post operasi berat, seperti operasi jantung, operasi transplantasi organ dan
operasi yang memakan waktu lama. Dengan demikian berarti pasien yang dipasangkan
alat Patient Monitor adalah pasien yang lebih serius kondisi kesehatannya malah
mungkin bukan pasien yang sadarkan diri (Rab, 2007). Sedangkan Vital sign monitor
digunakan untuk memonitor beberapa parameter kesehatan pasien yang membutuhkan
continuously monitoring atau round the clock monitoring. Vital sign monitor
mempunyai parameter: Tekanan darah, pulse, temperature dan saturasi oksigen yang
digunakan untuk kondisi pasien yang tidak terlalu serius, tapi memerlukan pemantauan
round the clock, seperti : Ruangan Hemodialisa, Ruangan emergency, Ruangan
resusitasi / recovery pasca operasi untuk kasus operasi yang tidak berat, Ruangan
Bersalin, Ambulance, Laboratorium, Klinik-klinik yang ada rawat inap, Puskesmas
yang DTP, Sentra Olahraga (UCDHS, 2009; Jevon & Ewens, 2009).
Manfaat vital sign monitor yaitu memungkinkan dokter dan para medis dapat
mengevaluasi pasien lebih cepat, karena makin tidak stabil vital sign pasien, berarti
makin sakit pasien tersebut. Bekerja lebih efektif sehingga menghemat waktu yang
pada akhirnya bermanfaat bagi pasien, karena dapat lebih cepat mengetahui tingkat
keseriusan pasien yang dirawat. Teknologi advance yang ada pada Vital Sign Monitor
membuatnya sangat optimal untuk rumah sakit, karena dengan pemeriksaan manual,
tingkat kesalahan dapat tinggi dan memberikan hasil/diagnosis yang salah bagi pasien.
Dengan menggunakan vital sign monitor kesalahan ini dapat ditekan. Dapat mengetahui
bagaimana tubuh bereaksi terhadap stres-stres fisik. Dengan teknologi yang sangat user
friendly dapat digunakan untuk orang yang tidak berlatar belakang medis. Mengurangi
beban kerja paramedis di bagian yang sibuk seperti ER, RR, dll. Di unit hemodialysis;
dapat membantu paramedis memantau pasien lebih efektif dan membuat pasien lebih
merasa nyaman dan aman (Rab, 2007).
Monitoring vitalsign sangat penting dilakukan untuk mengetahui fisiologis tubuh.
Tekanan Systolic menunjukkan puncak tekanan darah memberikan gambaran kondisi
pompa jantung. Tekanan Diastolic – menunjukkan tekanan darah terendah memberikan
kondisi “waktu istirahat” dari jantung. Dengan tekanan darah kita dapat gambaran
kondisi pembuluh darah dan organ seperti otak dan ginjal dan untuk menghitung angka
MAP (mean atrial pressure) yang menunjukkan kondisi perfusi darah ke organ dan
jaringan (Jevon & Ewens, 2009). Saturasi Oksigen dilakukan untuk mengevaluasi
sebaik apa kerja paru-paru dalam menyuplai oksigen melalui darah ke seluruh tubuh
dalam kondisi yang berbeda (istirahat, sedang sakit, dalam pengaruh obat, dll.). saturasi
juga untuk mengevaluasi oksigenisasi dan saturasi (kelarutannya) dalam hemoglobin.
Sedangkan suhu bertujuan untuk memantau kemampuan badan dalam menyimpan dan
melepas panas tubuh, mendeteksi suhu tubuh yang abnormal; rendah atau tinggi atau
memonitor efektifitas dari pengobatan yang diberikan (Rab, 2007).
4. Cara Kerja
Indikasi pemasangan pasien monitor/ beside monitor adalah pasien dengan krisis
atau kegagalan pada beberapa sistem, yaitu: sistem pernapasan, sistem hemodinamik,
sistem syaraf pusat, sistem endokrin dan metabolik, overdosis obat, reaksi obat dan
keracunan, sistem pembekuan darah, dan infeksi berat (sepsis).
Cara kerja pasien monitor/ beside monitor :
a. Lepaskan penutup debu
b. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan
c. Hubungkan alat ke terminal listrik (terminal pembumian)
d. Hubungkan alat ke catu daya
e. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF
f. Set rentang nilai (range) untuk temperature, pulse dan alarm
g. Perhatikan protap pelayanan
h. Beritahukan sien mengenai tindakan yang akan dilakukan
i. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode kepasien dan pastika sudah
terhubung dengan baik
j. Lakukan monitoring
k. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave, pulse, temperature,
saturasi oksigen, dan NiBP.
Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF :
a. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
b. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian
c. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan
d. Pastikan bahwa bedside monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi
e. Pasang penutup debu
INSTRUMEN PENILAIAN
SYRINGE PUMP

No Aspek Yang Dinilai Bobot YA TIDAK

MELAKUKAN TITRASI OBAT


Menuliskan rumus titrasi obat (rumus menghitung flow
1 15
rate atau speed)

2 Menghitung flow rate/ speed 15

FASE ORIENTASI

1 Memberi salam 2

2 Memperkenalkan diri 2

3 Menjelaskan tujuan tindakan 2

4 Menjelaskan langkah prosedur 2

5 Menanyakan kesiapan klien 2

FASE KERJA

1 Sambungkan syringe pump ke sumber listrik 7

Pasangkan spuit pada syringe pump dan hubungkan spuit 7


2 dengan akses intravena.

3 Tekan tombol "power" 7

Tekan tombol "rate/D.Limit/ml" (SELECT), sehingga


4 muncul "RATE" pada display, putar 7
dial setting yang berada di bagian samping pump

Setelah angka delivery rate atau flow rate di-set, tekan


7
5 tombol "START"

Lampu indikator menyala hijau (berputar), mesin 7


6 beroperasi

PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN

1 Ketenangan 2

2 Melakukan komunikasi terapeutik 2

3 Menjaga keamanan pasien 2

4 Menjaga keamanan perawat 2

TOTAL 100
INSTRUMEN PENILAIAN
INFUSE PUMP

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT YA TIDAK


A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/ menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 5
4 Menjelaskan langkah prosedur 5
5 Menanyakan persetujuan / kesiapan klien dan keluarga 5
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 5
2 Menekan tombol "on" 5
3 Memeriksa adanya udara di sepanjang selang 5
Membuka pintu pump, menggeser klem geser klem yang
4 terletak di bawah lalu pasang set infus dan pastikan posisi 5
set infus dalam posisi lurus, tutup kembali pintu pump.
5 Memasang drip sensor pada chamber infus set 6
6 Mengatur kecepatan aliran infus sesuai dengan indikasi 5
7 Membuka roller klem pada infus set 5
8 Menekan tombol Start 5
9 Merapikan klien 5
10 Menanyakan kenyamanan klien 5
11 Mencuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 5
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 5
3 Berpamitan dan berterimakasih atas kerja samanya 5
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL NILAI 100

Anda mungkin juga menyukai