Anda di halaman 1dari 1

Trend dan isu

Kegagalan program keluarga berencana

kegagalan penggunaan kontrasepsi pada peserta kb

Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu kebijakan kependudukan yang bertujuan untuk
mengendalikan kuantitas penduduk. Kebijakan KB bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk hingga tercapai keseimbangan antara kuantitas dan kualitas penduduk. Kebijakan tersebut
dianggap berhasil, terutama sebelum tahun 2000, karena telah mampu menekan tingkat kelahiran.
Selain itu, KB juga telah berhasil menggeser nilai anak dan norma dalam kehidupan keluarga dari
keluarga besar menjadi keluarga kecil atau dengan dua anak cukup. Keluarga Berencana berkembang
menjadi sebuah gerakan yang membutuhkan partisipasi masyarakat untuk menyelesaikan persoalan
kependudukan, utamanya pengendalian penduduk.

Pemerintah telah melakukan berbagai program untuk menekan laju pertambahan penduduk. Salah satu
upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang paling efektif adalah dengan penggunaan alat
kontrasepsi untuk menghindari “4 terlalu” seperti terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, dan
terlalu dekat jarak kelahiran (Budijanto, 2013). Pengendalian laju pertambahan jumlah penduduk perlu
dilakukan agar tidak terjadi ledakan penduduk (Asih dan Oesman, 2009).

Faktor penting dalam upaya program keluarga berencana adalah pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
Pemilihan kontrasepsi berdasarkan efektivitasnya dikategorikan menjadi dua pilihan metode kontrasepsi
seperti suntik, pil, dan kondom yang termasuk dalam katagori non metode kontrasepsi jangka panjang
(non MKJP) dan katagori metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) seperti IUD, implant, MOW, dan
MOP (Manuaba, 2010)

Kegagalan dapat terjadi pada awal penggantian metode ketika tidak menggunakan kontrasepsi secara
tepat. Alat kontrasepsi kurang efektif yang digunakan secara tepat dan sinambung lebih efektif
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Kontrasepsi secara spesifik bertujuan untuk mengatur
fertilitas dan membatasi kelahiran termasuk faktor demografi seperti jumlah anak hidup. Penggantian
metode kontrasepsi terjadi karena alasan masalah kesehatan atau tidak sesuai dengan keinginan.
Karakteristik individu memengaruhi pilihan metode dan keputusan menghentikan suatu metode
kontrasepsi. Seorang yang mengganti metode kontrasepsi berisiko tinggi mengalami konsepsi dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Pergantian metode kontrasepsi berpotensi meningkatkan risiko
kehamilan yang tidak diinginkan karena kegagalan kontrasepsi dapat terjadi pada waktu awal
penggantian metode kontrasepsi ketika tidak digunakan secara tepat.

Anda mungkin juga menyukai