Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)

A. DEFINISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2010)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Manuaba, 2012)

B. ETIOLOGI
Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir,
tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin,
2002).

C. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan (Sarwono 2010).
Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman (Saifudin
2002).
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah.
Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus
uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas
usus (Mansjoer 2002).
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain
itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
D. Pathway SC

Faktor Predisposisi Tidak timbul HIS


1. Ketidakseimbanga sepalo pelvik
2. Kehamilan kembar
3. Distress janin
4. Presentasi janin Tidak ada perubahan serviks
5. Preeklamsi/eklamsi
6. Ketuban pecah dini

Kelahiran terlambat

Post date

PEMBEDAHAN

Kurangnya pengetahuan Adanya perobekan pada Adanya celah pintu


menyebabkan stresor meningkat pembuluh darah masuk kuman

Banyaknya darah yang Mudahnya kuman dan


ansietas
keluar bakteri masuk

Resiko perdarahan Resiko infeksi

Adaptasi post partum Luka insisi Suhu ruangan rendah

Rangsangan pada ujung saraf


Prolatin meningkat
Resiko Hipotermi

Substansi gelatinosa
Produksi ASI meningkat

Gangguan rasa nyaman Nyeri


Hisapan meningkat

Menyusui tidak efektif


E.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi hemoglobin, trombosit, leukosit dan hematokrit
c. Pemeriksaan elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. Tes golongan darah, lama perdarahan dan waktu pembekuan darah
 AGD
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah

F. KOMPLIKASI
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang
arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang
sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal
G. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
- Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
- Riwayat kesehatan keluarga:
- Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
- Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
- Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
- Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
- Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
- Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
- Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
- Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
- Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
- Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher : Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
c. Mata : Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
d. Telinga : Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung : Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada : Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
g. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua : Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus : Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j. Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau
ginjal.
k. Tanda-tanda vital : Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
b. Diagnosa Keperawatan Dengan SC
Diagnosa yang mungkin muncul:
Pre Operasi :
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Intra operasi
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
Post Operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang bernar.
3. Resiko Hipotermi berhubungan dengan suhu ruangan yang rendah
C. Intervensi Keperawatan
PRE OP

Diagnosa Definisi Penyebab Outcome Intervensi


Ansietas Kondisi emosi dan 1. Krisis situasional Tingka REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
pengalaman 2. Kebutuhan tidak t 1. Observasi
subyektif individu terpenuhi Ansieta a. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
terhadap objek 3. Krisis maturasional s stressor)
yang tidak jelas 4. Ancaman menuru b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
dan spesifik akibat
terhadap
n
c. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
konsep diri 2. Terapeutik
antisipasi bahaya
5. Ancaman terhadap a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
yang kematian b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
memungkinkan 6. Kekhawatiran c. Pahami situasi yang membuat anxietas
individu mengalami d. Dengarkan dengan penuh perhatian
melakukan kegagalan e. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
tindakan untuk 7. Disfungsi sistem f. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
menghadapi keluarga g. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
ancaman. 8. Hubungan 3. Edukasi
orang tua-anak
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
tidak
b. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
memuaskan
dan prognosis
9. Faktor keturunan
(temperamen
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
mudah teragitasi d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
sejak lahir) kebutuhan
10. Penyalahgunaan zat e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
11. Terpapar bahaya f. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
lingkungan (mis. g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
toksin, polutan, h. Latih teknik relaksasi
dan lain-lain) 4. Kolaborasi
12. Kurang terpapar a. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
informasi
INTRA OP

Diagnosa Definisi Penyebab Outcome Intervensi


Resiko Berisiko 1. Aneurisma Tingkat PENCEGAHAN PERDARAHAN (1.02067)
perdarahan mengalami 2. Gangguan perdarahan Observasi
kehilangan darah gastrointestinal(mis. menurun a. Monitor tanda dan gejala perdarahan
baik internal Ulkus lambung, (L.02017) b. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan
(terjadi di dalam polip, varises) darah
tubuh) maupun 3. Gangguan fungsi c. Monitor tanda tanda vital ortostatik
eksternal (terjadi hati (mis. Sirosis d. Monitor koagulasi(mis. Protombin time (PT), partial trombisite time
hingga keluar hepatis) (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan atau platelet)
tubuh). 4. Komplikasi
kehamilan (mis. Terapeutik
Ketuban pecah a. Pertahankan bedrest selama perdarahan
sebelum waktunya, b. Batasi tindakan invasive, jika perlu
plasenta previa/ c. Gunakan kasur pencegah dekubitus
abpsursio, kehamilan d. Hindari pengukuran suhu rectal
kembar) Edukasi
5. Komplikasi pasca a. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
partum (mis atoni
b. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
uterus, retensi
plasenta) c. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
6. Gangguan koagulasi konstipasi
(mis d. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
trombositopenia) e. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
7. Efek agen f. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
farmakologis Kolaborasi
8. Tindakan a. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
pembedahan b. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
9. Trauma c. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
10.Kurang terpaoar
informasi tentang
pencegahan
perdarahan
11.Proses keganasan
Resiko Berisiko 1.Penyakit kronis (mis. Tingkat MANAJEMEN IMUNISASI/VAKSIN (1.14508)
infeksi mengalami Diabetes militus) infeksi Observasi
peningkatan 2.Efek prosedur invasive menurun a. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
terserang organism 3.Malnutrisi b. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. Reaksi
patogenik 4.Peningkatan paparan (L.14137) anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya atau sakit parah atau tanpa
organism pathogen demam)
lingkungan c. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan kesehatan
5.Ketidakadekuatan Terapeutik
pertahanan tubuh a. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
primer : b. Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. Nama produsen, tanggal
1) Gangguan peristaltic kadaluarsa)
2) Kerusakan integritas c. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
kulit Edukasi
3) Perubahan sekresi a. Jelaskan tujuan , manfaat, reaksi yang terjadi , jadwal dan efek
ph samping
4) Penurunan kerja b. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. hepatitis,
siliaris BCG, Difteri, tetanus, portusis, influenza, polio, campak, measles,
5) Ketuban pecah lama rubela)
6) Ketuban pecah c. Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat
sebelum waktunya ini tidak diwajibkan pemerintah (mis. Influenza, pneumokokus)
7) Merokok d. Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. Rabies, tetanus)
8) Statis cairan tubuh e. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi kembali
6. Ketidakadekuatan
f. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
pertahanan tubuh
menyediakan vaksin gratis
skunder :
1) Penurunan
hemoglobin
2) Imunosupresi
3) Leucopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
adekuat
POST OP

Diagnosa Definisi Penyebab Outcome Intervensi


Nyeri Akut Pengalaman 1. Agen pencedera Tingkat MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
sensorik atau fisiologis (mis. Nyeri 1. Observasi
emosional yang Inflamasi, iskemia, Menurun a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
berkaitan dengan
kerusakan
neoplasma) (L.08066) b. Identifikasi skala nyeri
2. Agen pencedra kimiawi c. Identifikasi respon nyeri non verbal
jaringan aktual
atau fungsional, (mis. Terbakar, bahan d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
dengan onset kimia iritan)
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
mendadak atau f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Agen pencidra fisik g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
lambat dan
(mis. Abses, trauma, h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
berintensitas
ringan hingga amputasi, terbakar, i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
berat yang terpotong, mengangkat 2. Terapeutik
berlangsung berat,prosedur a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
kurang dari 3 operasi,trauma, latihan (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
bulan. fisik berlebihan terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3.Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4.Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Menyusui Komdisi dimana Fisiologis Status KONSELING LAKTASI (I. 03093)
tidak efektif ibu dan bayi 1. Ketidakadekuatan menyusui 1. Observasi
mengalami siplai ASI membaik a. Identifikasi permasalahan ibu selama menyusui
ketidakpuasan (L.03029) b. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
2. Hambatan pada
atau kesukaran 2. Terapeutik
pada proses neonates (mis. a. Gunakan teknik mendengarkan mengenai permasalahan yang
menyusui Prematuritas, ibu alami
sumbing) b. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
3. Anomaly payudara 3. Edukasi
ibu (mis. Putting a. Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu.
yang masuk ke
dalam)
4. Ketidak adekuatan
reflek menghisap
bayi
5. Payudara bengkak
6. Riwayat operasi
payudara
7. Kelahiran kembar
Situasional
1. Tidak rawat gabung
2. Krang
terpaparinformasi
mengenai
pentingnya
menyusui dan/atau
metode menyusui
3. Kurangnya
dukungan keluarga
4. Faktor budaya
Resiko Beresiko 1. Prosedur pembedahan Termoregu MANAJEMEN HIPOTERMI (1.14507)
hiotermia mengalami 2. Kombinasi anestesi lasi Observasi
perioperatif penurunan suhu regional dan umum membaik 1. Monitor suhu tubuh
tubuh dibawah 3. Skor American society of 2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis. Terpapar suhu lingkungan
( L.14134)
36C secara tiba anesthesiologist (ASA) rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
tiba yang terjadi lebih dari 1 metabolism, kekurangan lemak subkutan)
sebelum 4. Suhu pra operasi rendah 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
pembedahan (kurang dari 36 C) Terapeutik
hingga 24 jam 5. Berat badan rendah 1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan,
setelah 6. Neuropati diabetic inkubator)
pembedahan. 7. Komplikasi 2. Ganti pakaian dan linen yang basah
kardiovaskuler 3. Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala,
8. Suhu lingkungan rendah pakaian tebal)
9. Transfer panas (mis. 4. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol
Volume tinggi infuse hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru)
yang tidak dihangatkan, 5. Lakukan penghangatan aktif intertnal (mis infuse cairan hangat,
irigasi lebih dari 2 liter oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)
yang tidak dihangatkan Edukasi
1. Anjurkan makan atau minum hangat
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana, Jakarta : EGC

Ppni. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2nd Ed.). Jakarta: Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Ppni. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd Ed.). Jakarta: Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Ppni. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd Ed.). Jakarta: Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
: penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Sarwono Prawiroharjo. 2010. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
INSTRUMENTASI TEKNIK SECTIO CAESAREA

A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2010).
Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika
telah terjadi distres janin.Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.
Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat.

B. Persiapan Lingkungan

1. Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin cauter, lampu operasi, meja

mayo, dan meja instrument

2. Memasang underpad on steril

3. Memperiapkan tempat sampah agar mudah di jangkau

4. Mengatur suhu ruangan

C. Persiapan alat

1. Basic set

 Desinfeksi klem :1

 Doek klem :6

 Gunting matzembaum :1

 Gunting mayo :1

 Gunting benang :1

 Pinset chirugis :2

 Pinset anatomis :2

 Handle Mess no 4 :1

 Klem pean bengkok besar :4


 Klem kocher :4

 Needle holder :2

2. Extra Set

 Peritoneum klem :4

 Langenback :2

 Ricadson :1

3. Peralatan penunjang

 Cucing :2

 Baskom sedang :1

 Bengkok :1

4. Linen steril

b. Persiapan bahan habis pakai

 Hand scoon 6½/ 7/ 7½/ 8 : Sesuai kebutuhan

 Mess No 22 :1

 U – Pad steril/ on steril : 1/ 2

 NaCL 0,9% : Sesuai kebutuhan

 Couter :1

 Benang Cromic Catgut no 2 :1

 Benang Plain Catgut no 1.0/2.0 : 1/ 1

 Benang Polydixanone no 1.0/ 2.0 : 1/ 1

 Benang Glyconate 3-0 :1

 Biggkass/ Kassa/ Deppers : 5/ 20/ 10

 Cateter no 16/ Urobag/ Jelly : 1/ 1/ Secukupnya


 Spuit 10 cc :1

 Tulle :1

 Plester : Secukupnya

c. Persiapan pasien

 surat persetujuan opeasi ( Inform Consent).

 Pasien telah puasa, 6 – 8 jam sebelum operasi.

 Pasien memakai baju khusus masuk kamar operasi,

 Pasien tidak memakai perhiasan & lepas gigi palsu jika ada.

 Pasien di persiapkan secara psikis & fisik.

d. Pelaksanaan ( Teknik Instrumentasi )

1. Saat pasien berada di ruang premedikasi dilakukan serah terima dari perawat premedikasi

ke perawat anastesi dan perawat instrument.

2. Pasien dipindahkan dari ruang premedikasi ke kamar operasi oleh tim anastesi.

3. Saat pasien dikamar operasi, pasien dipindahkan ke meja operasi dengan meminta agar

bergeser/ di angkat oleh tim anastesi bersama perawat instrument.

4. Perawat sirkuler melakukan sign in, meliputi :

 Konfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi, dan lembar persetujuan

operasi.

 Penandaan area operasi

 Kesiapan mesin anastesi dan obat – obatannya.

 Kesiapan fungsi pulse oksimeter.

 Riwayat alergi pasien.

 Resiko penyulit airway atau resiko aspirasi.


 Resiko kehilangan darah.

5. Team anastesi melakukan pembiusan dengan spinal anastesi block

6. Perawat sirkuler memasang cateter no 16 pada pasien bila belum terpasang, memasang

arde, & melakukan pencucian lapangan operasi dengan cholerexidine dan dikeringkan

dengan doek kecil steril

7. Perawat instrument melakukan scrubbing, gowning & gloving, kemudian membantu

operator dan asisten memakai gown dan handscoon steril

8. Perawat instrument menyiapkan alat di meja mayo

9. Berikan desinfeksi klem dan kom berisi saflon dan deppers kepada asisten untuk

melakukan desinfeksi area operasi

10. Lakukan drapping:

 Pasang U – Pad steril di atas perut pasien

 Berikan doek sedang 2 untuk bagian atas dan bawah, doek besar 2 untuk bagian

kanan dan kiri lalu fiksasi dengan doek klem pada 4 sudut

 Tambahkan lagi doek kecil untuk lapisan atasnya, di atas sympisis

11. Dekatkan meja mayo dan meja instrument lalu Pasang selang suction dan cauter, ikat

dengan kassa dan fiksasi dengan doek klem

12. Perawat sirkuler membaca time out, meliputi :

 Konfirmasi semua tim operasi telah memperkenalkan nama dan tugas masing-masing

 Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan di operasi

 Antibiotik profilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit sebelum operasi

 Untuk operator :
- Apakah ada tindakan darurat atau prosedur diluar standart operasi yang akan

dilakukan.

- Berapa lama operasi

- Antisipasi kehilangan darah

 Untuk anestesi :

- apakah ada perhatian khusus mengenai pembiusan pada pasien ini

 Untuk instrument :

- Apakah peralatan sudah di sterilisasi

- Apakah ada perhatian khusus pada peralatan

 Apakah diperlukan radiologi

13. Operator memimpin do’a

14. Berikan pinset cirugis kepada operator untuk marking area operasi

15. Berikan mess 1 ( Handle no 4 dan mess no 22) ke operator untuk insisi kulit sampai lemak

dan berikan kassa kering dan klem pean ke asisten untuk rawat perdarahan

16. Berikan langenback untuk memperluas lapangan operasi

17. Tampak fasia, berikan double pinset cirugis ke operator dan asisten untuk memegang fasia

lalu berikan gunting jaringan ke operator untuk gunting fasia sampai tampak otor

18. Setelah tampak otot, berikan pinset anantomis pada operator untuk membuka otot secara

secara tumpul atau dengan kedua tangan sampai terlihat peritoneum

19. Berikan double pinset anatomis ke operator dan asisten untuk memegang peritoneum lalu

berikan gunting metzembaum pada operator untuk membuka peritoneum

20. Perawat instrument menyingkirkan semua alat instrument dan kassa di sekitar lapang

operasi sebelum bayi di keluarkan


21. Berikan hak sectio untuk memperlebar lebih luas ( tampak uterus gravidarum ). Berikan

biggkas untuk melindungi usus

22. Berikan gunting metzembaum dan pinset anatomis kepada operator untuk membuka

segmen bawah rahi

23. Berikan mess ke operator untuk insisi uterus dan suction perdarahan kemudian insisi

dilakukan sampai terligat kantong amnion yang masih utuh

24. Kemudian insisi diperlebar sampai ke lateral

25. Berikan kocher/ pinset curugis pada operator untuk membuka kantong amnion, kemudian

di pisahkan

26. Suction perdarahan dan cairan ketuban, kemudian operator meluklis bayi : kepala, badan,

kaki, lalu mengusapnya dengan biggkass

27. Berikan double klem kocher untuk mengklem tali pusat dan berikan gunting mayo untuk

memotong tali pusat ditengah – tengah klem

28. Berikan bayi ke petugas bayi ( perawat perinatolgi )

29. Operator melakukan peragangan tali pusat hingga plasenta dapat di keluarkan

30. Letakkan plasenta pada bengkok, dan pindahkan atau masukkan pada tempat plasenta

31. Suction sisa – sisa air ketuban dan perdarahan di uterus

32. Berikan needle holder dengan benang cromic 2 dan pinset anatomis untuk menjahit sudut

uterus, lalu penjahitan di lakukan denagn cara jelujur

33. Berikan still deppers pada asisten untuk rawat perdarahan

34. Jika sudah yakin uterus sudah tidak ada perdarahan, lakukan pencucian dengan menyiram

1 kom cairan NS pada abdomen lalu suction

35. Berikan 4 klem peritoneum pada operator untuk menjepit peritoneum agar mudah di jahit
36. Perawat sirkuler membacakan Sign out, meliputi :

 Konfirmasi jenis tindakan

 Kecocokan jumlah instrument, kassa, jarum sebelum dan sesudah operasi

 Label pada spesimen

 Apakah ada permasalahan pada alat yang digunakan

 Perhatian khusus pada masa recovery pasien

37. Berikan nald vouder dengan benang plain catgut 1 pinset anantomis untuk menjahit

peritoneum, kemudian di lanjutkan dengan menjahit otot

38. Berikan double kocher pada operator untuk menjepit fasia di bagian proximal dan distal

39. Berikan nedle holder dengan benang polidioxanone 1 dan pinset cirugiss untuk menjahit

fasia, kemudian dilanjutkan menjahit lemak dengan plain catgut 1

40. Berikan nedle holder dengan benang glyconate 3.0 dan pinset cirugiss untuk menjahit

subcutan

41. Bersihkan area operasi dengan kassa basah, kemudian keringkan dengan kassa kering

42. Tutup luka dengan sufratul dan lapisi dengan kassa kemudian fikasasi dengan hipafix

43. Operasi selesai, rapikan pasien dan kumpulkan alat dalam baskom

44. Pasien posisi lithotomy kemudian dilakukan VT. Cek pembukaan cervix lalu drainage

locher

e. Penyelesaian ( Dekontaminasi s/d Packing )

1. Setelah alat – alat di kumpulkan dalam baskom, kemudian bawa ke tempat pencucian

2. Alat – alat yang sudah terkontaminasi cairan tubuh pasien, di rendam dalam baskom yang

sudah di isi air 5L dan cairan cidezym 40 ml selama 10 – 15 menit


3. Lsakukan penyikatan pada alat dan bilas dengan aier bersih yang sudah ada di baskom

yang lain serta bilas dengan air mengalir dari kran air

4. Keringkan alat dengan handuk dan invetaris sesuai dengan jumlah

5. Lakukan packing pada alat dan baskom serta beri indicator lalu bawa ke tempat sterilisasi

Anda mungkin juga menyukai