Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN VENTILATOR

Dosen : Bapak Arif Mulyadi, S.Kep., Ns., M.Kep Oleh : Kelompok 8

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2020
Kelompok 8
Suwiyarno NIM. P17212205026
Amirah Firdaus NIM. P17212205034
Fadhilah Kurniawati A NIM. P17212205038
Danang Widyanata A NIM. P17212205039
Amalia Fitri Rachmawati NIM. P17212205058
Syamsul Hadi NIM. P17212205070
Herin Fidela Roosyidah NIM. P17212205071
Berlyana Yosie Kartika S NIM. P17212205072
Catrina Dyan Ekayanti NIM. P17212205085

2020
Latar Belakang

Ventilasi mekanik (ventilator) memegang peranan penting bagi Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan
dunia keperawatan kritis, dimana perannya sebagai pengganti positif atau negatif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan
fungsi ventilasi bagi pasien dengan gangguan fungsi napas pasien, sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan
respiratorik (Sundana, 2014). pemberian oksigen dalam jangka waktu lama (Luh Pradnya &
dr. I Ketut Nada, 2017).
KONSEP DASAR

OLEH : KELOMPOK 8 2020


VENTILATOR
DEFINISI

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi.
VENTILATOR JENIS

Negative Pressure Tank Respiratory Support (Ventilasi Bertekanan Negatif)


Prinsip dari ventilator jenis ini adalah mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Digunakan terutama pada gagal napas kronik yang berhubungan dengan kondisi neovaskular

kekurangan dimana alat yang terlalu besar dan ventilator jenis ini tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau
pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.

Positive Pressure Ventilation (Ventilasi Bertekanan Positif)


Ventilator tipe ini akan memberikan tekanan positif di atas tekanan atmosfer, inflasi paru dicapai dengan secara
berkala menerapkan tekanan positif ke saluran napas bagian atas melalui masker ketat (ventilasi mekanik non-
invasif) atau melalui endotrakeal tube atau trakeostomi. Selanjutnya pada akhir inspirasi tekanan kembali sama
dengan tekanan atmosfer sehingga udara keluar secara pasif pada fase ekspirasi.
Kelemahan utama dari ventilasi bertekanan positif yakni mengubah rasio ventilasi-perfusi, efek pada peredaran
darah yang berpotensi merugikan, dan risiko barotrauma paru dan volutrauma.

Berdasar mekanisme kerjanya, Possitive Pressure Ventilation terbagi menjadi 4. NEXT


VENTILATOR MODE VENTILATOR BERDASAR CYCLING

1. Pressure limited/Pressure Cycled


Dalam aplikasinya alat ini lebih mudah dipacu oleh usaha napas pasien, namun pada peningkatan tahanan jalan napas atau
penurunan daya regang dada atau paru, akan terjadi penurunan volume tidal dan volume semenit.

2. Time Cycled
Time-cycled ventilator masuk ke fase ekspirasi setelah interval yang telah ditentukan yang dihitung dari awal
inspirasi.
Ventilator time-cycled biasanya digunakan untuk neonatus dan di ruang operasi.
3. Volume Cycled
Ventilator jenis ini dapat menghasilkan volume tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan penderita

4. Flow Cycled
Ventilator flow-cycle memiliki sensor tekanan dan aliran yang memungkinkan ventilator untuk memantau aliran inspirasi
pada tekanan inspirasi yang ditentukan sebelumnya; ketika aliran ini mencapai tingkat yang telah ditentukan
VENTILATOR INDIKASI

PARAMETER APLIKASI HARGA NORMAL


MEKANIK INDIKASI PENGGUNAAN
Frekuensi nafas > 35 10-20 x/menit
Indikasi utama penggunaan ventilasi mekanik adalah untuk
Volume tidal < 5 ml/kgBB 5-7 ml/kgBB mensuport pasien dengan gagal napas, termasuk kegagalan
dalam ventilasi (hiperkarbia), kegagalan oksigenasi
Kapasitas tidal < 15 ml/kgBB 65-75 ml/kgBB
(hipoksia) ataupun keduanya.
Kekuatan inspirasi
<25 75-100
max (cmH2O) Gagal Napas
OKSIGENASI - Hipoksemia akut atau tipe I
PaO2 (mmHg) <60 (FiO2 0,6) 75-100 (udara) - Hiperkarbia atau tipe II
P(A-aDO2) >350 25-65 (FiO2 1,0) - Gagal napas sekunder terhadap hipoperfusi atau syok
VENTILASI

PaCO2 (mmHg) >60 35-45

VD : VT >0,6 0,3
VENTILATOR EFEK SAMPING

Efek Samping Penggunaan Ventilator Mekanik :

Komplikasi Jalan Nafas


Masalah Selang Endotrakeal
Masalah Mekanis
Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
Atelektasis
Barotrauma
Hipotensi
Efek Pada Gastrointestinal
VENTILATOR MODE VENTILATOR

1. Controlled Mechanical Ventilation / CMV (Ventilasi Mekanik Terkontrol)


Dalam mode ini, siklus ventilator berubah dari ekspirsi ke inspirasi setelah interval waktu yang telah ditetapkan, karena
pasien tidak dapat memicu pernapasan sendiri.
2. Assist-Control (AC) Ventilasi
Dengan mode ini, tiap napas (pemicu waktu ataupun pasien) merupakan pernapasan yang diatur.

3. Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)


Mode ini mengkombinasikan periode ventilasi assist-control dengan periode pernapasan spontan pasien.

4. Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)


Dalam mode ini mengatur napas mekanik, kapanpun memungkinkan, agar bertepatan dengan awal dari upaya respirasi spontan.
sinkronisasi yang tepat mencegah tersisipnya napas mekanik di tengah napas spontan, menghasilkan VT yang sangat besar.

5. Mandatory Minute Ventilation (MMV)


Dalam mode ini, mesin kemudian terus menyesuaikan jumlah napas mekanik sehingga jumlah napas spontan
ditambah mekanik dikalikan dengan VT menghasilkan besar ventilasi semenit yang diinginkan.
VENTILATOR MODE VENTILATOR

6. Pressure Support Ventilation (PSV)


Metode ini digunakan untuk memperkuat penapasan spontan, tidak untuk memberikan bantuan napas secara
keseluruhan.
7. Pressure Control (PCV)
Ventilasi dengan PCV secara keseluruhan diatur oleh ventilator, tanpa peran serta pasien (sama dengan ventilasi
assist-control).

8. Positive End-Expiratory Pressure (PEEP) / Tekanan Positif Akhir Pernafasan


PEEP ini telah menjadi ukuran standar pada penatalaksanaan pasien dengan ketergantungan pada ventilator PEEP tidak
direkomendasikan pada pasien-pasien dengan penyakit paru-paru yang terlokalisasi seperti pneumonia karena tekanan
yang diberikan dapat didistribusikan ke daerah paru-paru yang normal dan hal ini dapat menyebabkan distensi yang
berlebihan sehingga menyebabkan rupture alveoli.
9. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) / Tekanan Positif Jalan Nafas Kontinyu
Pada mode ventilasi ini, pasien tidak perlu menghasilkan tekanan negatif untuk menerima gas yang diinhalasi. Hal ini dimungkinkan
oleh katup inhalasi khusus yang membuka bila tekanan udara di atas tekanan atmosfer.
SOP PEMASANGAN VENTILATOR

2020
SOP

PERALATAN
1. Resusitator manual dan face mask sesuai ukuran
2. EKG monitor
3. Alat pengukur oksimetri
4. Suction set
5. Intubasi set
6. Stetoskop
7. Oxygen analyzer
8. Pressure monitor
9. Volume monitor
10. Timepiece
11. Sistem pelembaban / humidification system
SOP PROSEDUR

1. Lakukan verifikasi
2. Kaji sesuai program dan set ventilator sesuai parameter. Mulai setting sesuai perubahan parameter ventilator harus
sesuai program
3. Pastikan  perlengkapan sesuai dengan fungsi test paru
4. Hubungkan pasien dengan perlengkapan. Kaji  pasien adanya toleransi dan sistem ventilator pasien untuk
memperbaiki koordinasi dan fungsi yang sesuai. Set semua aplikasi alarm meliputi :alarm untuk pengaturan suhu
sistem humidifikasi (pelelmbaban)
5. Lakukan pengkajian sistem ventilator pasien sesuai kebijakan yang telah ditentukan. Catat data ventilator  sesuai
order pada catatan ventilasi berkesinambungan
6. Monitor pasien secara berkesinambungan melalui monitor kardiopulmoner dan nadi oksimetri.
Lakukan pemeriksaan analisa gas darah dan atau kapnometri atau mpnitoring transkutaneus bila perlu atau sesuai
program
7. Buat rekomendasi adanya perubahan sesuai rencana keperawatan
8. Lakukan suction dan intervensi keperawatan lain sesuai indikasi klinis untuk memastikan manajemen pulmoner
pasien yang optimal
9. Lakukan pengaturan secara rutin dan perubahan perlengkapan yang berhubungan dengan ketentuan dan apabila
memerlukan untuk mempertahankan integritas circuit atau ketika circuit terlihat soiled
10. Pastikan bahwa data hasil bacaan dari  ventilator terisi sesuai ketentuan. 
SOP Dokumentasi
Pencatatan perawatan ventilator sebaiknya meliputi dokumentasi pada dua jam pertama sebagai berikut :
a) Setting ventilator yang digunakan sesuai program
b) Ventilator berfungsi sesuai kebutuhan dengan mencek ukuran volume, kecepatan, tekanan dan FiO2
c) Alarm sesuai setting
d) Mengukur  suhu gas yang diinspirasikan
e) Nilai SaO2 transkutaneus, karbondioksida, atau karbondioksida tidal akhir bila perlu.
f) Tanda tangan dan inisial perawat yang mencek sistem ventilator pasien dan kredensial orang yang mendokumentasikan pada
waktu mencek.
Pencatatan perawatan ventilator sebaiknya meliputi dokumentasi pada dua belas jam pertama sebagai berikut :
g) Alarm diaktifkan dan respon
h) Airway artifisial yang digunakan pasien dan posisi pasien
i) Resusitor manual dan ukuran face mask yang digunakan pasien
j) Parameter ventilator yang diprogramkan terbaru
k) Pengkajian fisik terhadap respon
Pencatatan perawatan ventilator sebaiknya mencakup :
l) Ventilator circuit dan atau perlengkapan resusitasi manual sesuai program atau needed when visibly soiled or leaky
m) Perubahan parameter ventilator ditulis pada waktu perubahan dan identifikasi pada awal perubahan.
n) Maneuver perawatan airway (mencakup suctioning) didokumentasikan bila dilakukan
o) Parameter transport, adverse events, parameter penyapihan, informasi rencana keperawatan didokumentasikan untuk
memastikan kelengkapan informasi pasien dan kesinambungan perawatan.
SOP HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Untuk mengoptimalkan penggunaan alat ventilasi mekanik diperlukan pemahaman tentang design komponen
ventilasi mekanik, patofisiologi sistem pernafasan, dan interaksi pasien – ventilator. Staf keperawatan yang
bertanggungjawab mengoperasikan ventilasi mekanik atau orang yang melakukan kalibrasi harus mempunyai
kompetensi sebagai berikut :
2. Teknik mengeset dan mengoperasikan ventilator
3. Ananotomi dan fisiologi kardiovaskuler
4. Interpretasi hasil analisa gas
5. Mengkaji pentingnya penggunaan ventilator mekanik, respon dan reaksi lain
6. Mampu merespon sesuai s\rekomendasi untuk meningkatkan rencana perawatan ventilator
7. Menerapkan universal precausion secara umum
8. Perlengkapan ventilasi mekanik sebaiknya tidak digunakan selain sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dari
pabriknya
9. Jika ada perlengkapan yang tidak sesuai dengan spesefikasi dari pabriknya sebaiknya tidak digunakan untuk
pasien. Rujuk ke tehnisinya.
10.Setelah prosedur :
a. Bersihkan ventilator sesuai dengan manual operatoor atau sesuai dengan muanual operator
b. Setelah desinfeksi dan kaji ulang, lakukan setting  perlengkapan sesuai dengan fungsinya.
SOP HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

Efek samping dan intervensi :


1. Jika ventilasi mekanik mengancam kehidupan terutama pada kardiopulmoner atau pada pasien-pasien yang
terpasang ventilasi mekanik menunnjukkan tanda-tanda fisik, dukungan hidup yang tepat harus diberikan pada
pasien, secara spesifik perawat harus :
a.Pastikan keadekuatan jalan nafas
b.Pastikan bahwa ventilasi didukung dengan menggunakan resusitasi manual
c.Pastikan oksigenasinya optimal
d.Pastikan langkah-langkah yang diambil untuk mempertahhankan fungsi jantung
e. Jika terjadi malfungsi pada ventilasi yang digunakan, lepaskan dari pasien dan pastikan  ketepatan oksigenasi
dan ventilasi. Jangan dipasang kembali ventilasi mekanik dengan suatu alat sampai maneuver yang untuk
mengatasi masalah menunjukkan fungsi yang tepat. Pastikan suatu perlengkapan ventilator alternatif jika
diperlukan.
f.Intervensi spesifik dari perlengkapan supaya tetap bisa eksis. Rujuk ke manual operator / prosedur
VENTILATOR

POTENSIAL KOMPLIKASI
1. Barotrauma pulmoner
2. Pneumonia, akibat ventilator
3. Kardiovaskuler compromise
4. Peningkatan TIK
VENTILATOR

PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN DAN MONITORING VENTILASI MEKANIK

a. INTUBASI ENDOTRAKEAL DAN TRAKEOSTOMI

b. PENATAAN AWAL VENTILATOR

c. PEMANTAUAN

d. KEBERSIHAN SALURAN NAFAS

e. PENDERITA MELAWAN MESIN/ FIGHTING


PRINSIP DAN SYARAT PENYAPIHAN VENTILATOR

Penyapihan dari ventilator mekanik dapat didefinisikan sebagai proses pelepasan ventilator baik secara langsung
maupun bertahap

Penyapihan bisa dimulai apabila seluruh kriteria berikut dapat dipenuhi, antara lain:
A. Penyakit primer sebagai penyebab telah membaik
B. Tonus otot pernapasan masih cukup kuat
C. Memenuhi kriteria yang berlawanan dengan kriteria untuk aplikasi ventilasi mekanik.
D. Kondisi faktor non respirasi, seperti kesadaran, status hemodinamik, metabolik dan suhu tubuh, keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa serta normalisasi sistem organ yang lain.

Proses penyapihan dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:


A. Memenuhi kriteria penyapihan
B. Pasien bebas dari pengaruh sisa obat pelumpuh otot, sedatif, atau narkotik.
C. Sebaiknya dimulai pada siang hari
D. Dipantau oleh dokter spesialis yang terkait
E. Disiapkan alat atau obat untuk mengantisipasi kegagalan proses penyapihan.
EKSTUBASI

Ekstubasi adalah tindakan mengeluarkan pipa endotrakeal dari posisinya

TUJUAN EKSTUBASI
a) Untuk menjaga agar pipa endotrakheal tidak menimbulkan trauma.
b) Untuk mengurangi reaksi jaringan laringeal dan menurunkan resiko setelah ekstubasi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTUBASI

Faktor fisiologi : stabilitas paru, kemampuan


membawa O2, stabilitas kardiovaskular,
stabilitas SSP, stabilitas metabolik
Teknik Ekstubasi

1. EKSTUBASI SADAR
Ekstubasi yang dilakukan dalam keadaan sadar tanpa sentuhan (no touch extubation) mempunyai kejadian
laringospasme yang lebih rendah dibandingkan dalam keadaan sadar dengan sentuhan pada operasi di jalan
nafas.
Syarat Ekstubasi Sadar :

a. Pasien sudah nafas adekuat


b. Hemodinamik stabil (TD, HR, RR, Suhu)
c. Efek MR (-)
d. Tidak ada indikasi intubasi sulit
e. Pasien dalam kondisi sadar dengan tanda-tanda: pasien ada reflek menelan, terdapat gejolak saat
dilakukan suction lewat ETT, reaksi membuka mata dan batuk-batuk.
Teknik Ekstubasi 2. EKSTUBASI DALAM

Syarat Ekstubasi Dalam :


a. Pasien sudah nafas adekuat
b. Hemodinamik stabil (TD, HR, RR, Suhu)
c. Efek MR (-)
d. Tidak ada indikasi intubasi sulit
e. Pasien dalam kondisi sadar dengan tanda-tanda: pasien ada reflek menelan, terdapat gejolak saat
dilakukan suction lewat ETT, reaksi membuka mata dan batuk-batuk.
f. Pasien dalam kondisi teranestesi dalam (dalamkan pasien dengan agen, opioid, propofol)
g. Banyak dilakukan pada pasien operasi mata, hipertensi, riwayat asma, membrane tympani,
craniotomy dimana gejolak ekstubasi dan reaksi batuk dihindari.
SOP TEKNIK EKSTUBASI

1. Kosongkan lambung dan keluarkan pipa nasogastrik


2. Lepaskan pengaman dan ikatan pipa endotrakeal
3. Bersihkan jalan nafas dengan penghisapan sekret yang berlebihan mulai dari trakea kemudian oro dan nasofaring
4. Berikan hiperventilasi manual dengan bag selama 5–10 nafas dalam saat pasien inspirasi dengan oksigen 100% atau
sama dengan nilai FiO2 yang tepat pada bayi prematur.
5. Cabut atau keluarkan pipa endotrakeal saat puncak inspirasi dan pertahankan tekanan positif melalui bag
6. Tindakan ini akan merangsang pasien untuk batuk sewaktu pipa dikeluarkan dan memaksa keluarnya sisa sekret di
jalan nafas.
7. Pada umumnya diberikan pada pasien konsentrasi oksigen inspirasi 0,05–0,1 lebih tinggi dari pada sebelum
ekstubasi atau saturasi 92-96%, saturasi yang melebihi 96% akan meningkatkan risiko terjadinya retinopathy of
prematurity (ROP)
8. Auskultasi pada kedua sisi dinding dada terdengar sama
9. Mulut dan hidung harus di bersihkan secara teratur, tetapi tindakan pembersihan pada trakea dalam yang akan
menyebabkan apne atau bradikardi harus dihindarkan.
10.Pasien harus diawasi ketat minimal 10-15 menit setelah ekstubasi
MONITORING SETELAH EKSTUBASI

1. Potensi jalan nafas harus dievaluasi segera setelah ekstubasi dan dilakukan dalam satu jam
2. Oksigenisasi dan ventilasi yang adekuat harus dievaluasi dengan pemeriksaan analisis gas
darah dalam waktu 30–60 menit setelah ekstubasi
3. Foto dada 12–24 jam setelah ekstubasi akan memperlihatkan adanya perubahan yang
akut seperti terjadinya atelektasis
4. Untuk mencegah terjadinya aspirasi pasien tidak boleh diberikan masukan peroral minimal 4
jam setelah ekstubasi
5. Masalah yang sering muncul dan memerlukan reintubasi adalah obstruksi, biasanya
sekunder karena edem laring, terutama pada subglotis, dan kadang-kadang karena sekret
yang kental
6. Masalah lain ialah kelelahan karena peningkatan usaha nafas yang berlanjut menjadi
hiperkarbia, gangguan kardiovaskular, fungsi paru yang tidak adekuat dan apnea
SOP KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat timbul setelah ekstubasi yaitu :

1. Hipoksemia
2. Hiperkapnea setelah ekstubasi
3. Kematian akan terjadi apabila kegagalan medis merupakan alas an untuk melakukan ekstubasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

OLEH : KELOMPOK 8 2020


PENGKAJIAN
Identitas pasien
Pengkajian sistem pernafasan perlu untuk setting ventilator yang meliputi:
Keluhan utama pasien a. Mode ventilator
(1) CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Riwayat penyakit Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
(2) SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
(3) ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
Sistem pernafasan (4) CPAP (Continous Possitive Air Presure)
(5) FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
(6) PEEP: Positive End Expiratory Pressure
Sistem kardiovaskuler (7) Frekwensi nafas
b. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
Sistem neurologi c. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
e. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
Sistem urogenital f. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
Status cairan & nutrisi i. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
j. Hasil foto thorax terakhir
Status psikososial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret

Gangguan pertukaran gas b.d sekresi tertahan, proses penyakitnya

Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal

Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian

Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang endotracheal

Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera b.d ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang endotracheal
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Kep Intervensi Keperawatan Rasional
Ketidakefektifan bersihan 1. Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam dan kalau 1. Mengevaluasi keefektifan jalan nafas
1
jalan nafas sehubungan diperlukan 2. a. Dengan mengertinya tujuan tindakan yang
dengan peningkatan 2. Lakukan pengisapan bila terdengar ronchi akan dilakukan pasien bisa berpartisipasi
produksi sekret dengan cara :
a. Jelaskan pada pasien tentang tujuan dari aktif
 
Tujuan: tindakan pengisapan b. Memberi cadangan O2 untuk menghindari
Meningkatkan dan b. Berikan O2 dengan )2 100% sebelum dilakukan hipoksia
mempertahankan pengisapan, minimal 4-5 kali c. Mencegah infeksi nosokomial
keefektifan jalan napas c. Perhatikan teknik aseptik,gunakan sarung d. Aspirasi lama dapat menimbulkan
dengan: tangan steril, kateter pengisap steril hipoksia, karena tindakan pengisapan akan
Kriteria hasil: d. Masukkan kateter ke dalam selang ET dalam mengeluarkan sekret dan O2
a. Bunyi napas keadaan tidak mengisap (ditekuk), lama
pengisapan tidak lebih dari 10 detik e. Tindakan negatif yang berlebihan dapat
terdengar bersih.
b. Ronchi tidak e. Atur tekanan isap tidak lebih dari 100- merusak mukosa jalan nafas
terdengar. 120mmHg 3. Mempertahankan kelembapan udara dalam
c. Tracheal tube bebas 3. Pertahankan suhu humidifier tetap hangat (35- kisaran normal
sumbatan. 37,8 derajat Celcius) 4. Mempertahankan status hidrasi dalam
4. Monitor status hidrasi pasien kebutuhan normal
5. Kaji suara nafas sebelum dan sesudah melakukan
tindakan pengisapan 5. Menilai adanya kelainan
6. Observasi TTV sebelum dan sesudah melakukan 6. Menilai adanya kelainan
tindakan
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Kep Intervensi Keperawatan Rasional
Gangguan pertukaran gas 1. Cek analisa gas darah setiap 10-30 menit atau 1. Evaluasi ketidakaktifan setting ventilator
2
b.d sekresi tertahan, saat diperlukan setelah perubahan setting yang diberikan
proses penyakitnya ventilator 2. Evaluasi kemampuan bernafas
  2. Monitor hasil analisa gas darah (blood gas) atau
oksimetri selama periode penyapihan 3. Sekresi menghambat kelancaran udara nafas
Tujuan:
Pertukaran gas kembali 3. Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi 4. Deteksi dini adanya kelainan
normal. 4. Monitor tanda dan gejala hipoksia
Kriteria hasil:
Hasil analisa gas darah
normal yang terdiri dari:
a. PH (7,35 - 7,45)
b. PO2 (80 - 100 mmHg)
c. PCO2 (35 - 45 mmHg)
d. BE (-2 - + 2)
e. Tidak sianosis
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Kep Intervensi Keperawatan Rasional


Ketidakefektifan pola 1. Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam 1. Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan
3 nafas b.d kelelahan, 2. Evaluasi semua alarm dan temukan penyebabnya fungsi ventilator
pengesetan ventilator 3. Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) 2. Bunyi alarm menunjukkan adanya gangguan
yang tidak tepat, pada posisi tempat tidur sepanjang waktu
obstruksi selang 4. Monitor selang/cubbing ventilator dari terlepas, fungsi ventilator
endotracheal terlipat, bocor atau tersumbat 3. Memudahkan melakukan pertolongan bila
  5. Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff sewaktu-waktu ada gangguan fungsi
Tujuan: 6. Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT ventilator
Pola nafas efektif lewat oral) 4. Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
Kriteria hasil: 7. Amankan selang ETT dengan fiksasi yang baik) 5. Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
a. Napas sesuai dengan 8. Monitor suara dan pergerakan dada secara 6. Mencegah tergigitnya selang ETT
irama ventilator. teratur
7. Mencegah terlepas/tercabutnya selang ETT
b. Volume napas
adekuat. 8. Evaluasi keefektifan jalan nafas
c. Alarm tidak berbunyi.
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Kep Intervensi Keperawatan Rasional


Cemas b.d penyakit kritis, 1. Lakukan komunikasi terapeutik 1. Membina hubungan saling percaya
4 takut terhadap kematian 2. Dorong pasien agar mampu mengekspresikan 2. Menggali perasaan dan permasalahan yang
  perasaannya sedang dihadapi klien
Tujuan: 3. Berikan support mental
4. Berikan informasi realistis pada tingkat 3. Mengurangi cemas
Cemas berkurang dan
hilang pemahaman klien 4. Memahami tujuan pemberian atau
Kriteria hasil: 5. Berikan kesempatan pada keluarga dan orang- pemasangan ventilator
Mampu mengekspresikan orang yang dekat dengan klien 5. Kehadiran orang-orang yang dicintai
kecemasan, tidak gelisah, 6. Monitor suara dan pergerakan dada secara meningkatkan semangat dan motivasi untuk
teratur sembuh
kooperatif
6. Evaluasi keefektifan jalan nafas
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Kep Intervensi Keperawatan Rasional


Resiko tinggi terjadinya 1. Evaluasi warna, jumlah, konsistensi sputum 1. Indikator untuk menilai adanya infeksi jalan
5 infeksi saluran nafas setiap kali pengisapan nafas
berhubungan dengan 2. Lakukan pemeriksaan kultur sputum dan test 2. Menentukan jenis kuman dan
pemasangan selang sensitivitas sesuai indikasi
endotracheal. 3. Pertahankan teknik aseptik pada saat melakukan sensitivitasnya terhadap antibiotik
Tujuan: pengisapan (suction) 3. Mencegah infeksi nosokomial
Tidak terjadi infeksi 4. Jaga kebersihan bag & mask 4. Lingkungan kotor merupakan media
saluran napas s/d 5. Lakukan pembersihan mulut, hidung dan rongga pertumbuhan kuman
pemasangan selang ETT / faring setiap shift 5. Lingkungan kotor merupakan media
ventilator 6. Ganti selang/tubing ventilator 24-72 jam pertumbuhan kuman
Kriteria hasil: 7. Monitor tanda-tanda vital yang menunjukkan 6. Menjamin selang ventilator tetap bersih dan
a. Suhu tubuh normal adanya infeksi
(36 - 37,5 C) 8. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika sesuai steril
b. Warna sputum jernih. program dokter 7. Deteksi dini
c. Kultur sputum negatif. 8. Antibiotika bersifat bacterycide
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Kep Intervensi Keperawatan Rasional


Resiko tinggi terjadinya 1. Monitor ventilator terhadap peningkatan secara 1. Peningkatan secara tajam dapat
6 trauma atau cedera tajam menimbulkan trauma jalan nafas
berhubungan dengan 2. Yakinkan nafas pasien sesuai dengan irama (barotrauma)
ventilasi mekanis, selang ventilator
endotracheal, ansietas, 3. Mencegah terjadinya fighting kalau perlu 2. Nafas yang berlawanan dengan mesin dapat
stress. kolaborasi dengan dokter untuk memberi sedasi menimbulkan trauma
4. Lakukan suction dengan hati-hati dan gunakan 3. Nafas yang berlawanan dengan mesin dpaat
Tujuan: kateter suction yang lunak dan ujungnya tidak menimbulkan trauma
Bebas dari cedera selama tajam 4. Mencegah iritasi mukosa jalan nafas
ventilasi mekanik. 5. Lakukan restrain/fiksasi bila pasien gelisah 5. Mencegah terekstubasinya ETT (ekstubasi
6. Atur posisi selang/tubing ventilator dengan cepat sendiri)
Kriteria hasil:
Tidak terjadi iritasi pada 6. Mencegah trauma akibat penekanan selang
hidung maupun jalan ETT
napas.
Tidak terjadi barotrauma.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Kep Intervensi Keperawatan Rasional
7 Gangguan rasa nyaman 1. Atur posisi selang ETT dan tubing ventilator 1. Mencegah penarikan dan penekanan
berhubungan dengan 2. Atur sensitivitas ventilator 2. Menurunkan upaya pasien melakukan
ventilasi mekanis, letak 3. Atur posisi tidur dengan menaikkan bagian pernafasan
selang endotracheal kepala tempat tidur, kecuali ada kontraindikasi
4. Kalau perlu kolaborasi dengan dokter untuk 3. Meningkatkan rasa nyaman
Tujuan: memberi analgesik dan sedasi 4. Mengurangi rasa nyeri
Merasa nyaman selama
dipasang ventilator.
 
Kriteria hasil:
a. Klien tidak gelisah.
b. Klien dapat istirahat
dan tidur dengan
tenang.
KESIMPULAN
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi
Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator Indikasi Pemasangan VM :
mekanik, yaitu: a. Pasien dengan gagal nafas Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu
a. Mengurangi kerja pernapasan b. Insufisiensi jantung. mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator)
b. Meningkatkan tingkat kenyamanan c. Disfungsi neurologist bila :
pasien d. Tindakan operasi a. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
c. Pemberian MV yang akurat b. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker
d. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi PaO2 kurang dari 70 mmHg.
dan perfusi c. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
e. Menjamin hantaran O2 ke jaringan a. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari
adekuat 350 mmHg.
b. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB

SARAN
Bagi mahasiswa keperawatan dan pembaca Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan
masyarakat khususnya mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat. Dari yang belum
tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi semakin mengerti.
TERIMA KASIH

OLEH : KELOMPOK 8 2020

Anda mungkin juga menyukai