Disusun Oleh :
Ns.Gema Ryan Nuari S.Kep
Elang Rosmanda Bimasakti Amd. Kep
1
HALAMAN PENGESHAN
Menyetujui
Pembimbing Klinik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.2 Untuk mengetahui definisi SDH
1.2.2 Untuk mengetahui etiologi SDH
1.2.3 Anatomi dan Fisiologi Kepala
1.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi SDH
1.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinik SDH
1.2.6 Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien dengan SDH
1.2.7 Untuk mengetahui prosedur pembedahan trepanasi
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan subdural ialah perdarahan yang terjadi diantara duramater dan
araknoid. Perdarahan subdural dapat berasal dari: Ruptur Bridging vein yaitu vena
yang berjalan dari ruangan subaraknoid atau korteks serebri melintasi ruangan
subdural dan bermuara di dalam sinus venosus dura mater, Robekan pembuluh darah
kortikal, subaraknoid, atau araknoid (Meagher, 2013).
Hematoma subdural adalah penimbunan darah di dalam rongga subdural (di
antara duramater dan arakhnoid). Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya
vena-vena jembatan yang terletak antara kortek cerebri dan sinus venous tempat
vena tadi bermuara, namun dapat terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri
pada permukaan otak. Perdarahan subdural paling sering terjadi pada
permukaan lateral hemisferium dan sebagian di daerah temporal, sesuai dengan
distribusi bridging veins. Perdarahan subdural juga menutupi seluruh
permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak dibawahnya berat (Heller, 2012).
5
2.2 Etiologi
Keadaan ini timbul setelah cedera/trauma kepala hebat, seperti
perdarahan kontusional yang mengakibatkan ruptur vena yang terjadi dalam
ruangan subdural (Tom, et al 2011). Perdarahan subdural dapat terjadi pada:
A. Trauma
Trauma kapitis
6
1. Tengkorak
7
3. Otak
Menurut Price, (2005), otak terdiri dari 3 bagian, antara lain yaitu:
a. Cerebrum
9
Lapian Kulit Kepala jika diurut dari luar ke dalam biasa disingkat dengan SCALP,
yang merupakan singkatan dari :
a. Skin atau kulit;
b. Connective Tissue atau jaringan penyambung;
c. Aponeurosis atau galea aponeurotika, merupakan jaringan ikat yang
berhubungan langsung dengan tulang tengkorak;
d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar, Merupakan tempat yang
biasa terjadinya perdarahan subgaleal (hematom subgaleal) pada
trauma/benturan kepala;
e. Perikranium, merupakan lapisan yang membungkus dan berhubungan langsung
dengan permukaan luar tulang tengkorak.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan primer (primary survey)
yang mencakup jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan tekanan
darah atau nadi (circulation) yang dilanjutkan dengan resusitasi. Jalan nafas
harus dibersihkan apabila terjadi sumbatan atau obstruksi, bila perlu
dipasang orofaring tube atau endotrakeal tube lalu diikuti dengan pemberian
oksigen. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan perfusi dan oksigenasi
jaringan tubuh. Pemakaian pulse oksimetri sangat bermanfaat untuk
memonitor saturasi O2. Secara bersamaan juga diperiksa nadi dan tekanan
memantau apakah terjadi hipotensi, syok atau terjadinya peningkatan
tekanan intrakranial. Jika terjadi hipotensi atau syok harus segera dilakukan
pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan refleks Cushing yaitu
peningkatan tekanan darah, bradikardia dan bradipnea.
Pemeriksaan neurologik yang meliputkan kesadaran penderita
dengan menggunakan Skala Koma Glasgow, pemeriksaan diameter kedua
pupil , dan tanda-tanda defisit neurologis fokal. Pemeriksaan kesadaran
21
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium minimal meliputi, pemeriksaan
darah rutin, elektrolit, profil hemostasis/koagulasi.
b. Foto tengkorak. Pemeriksaan foto tengkorak tidak dapat dipakai untuk
memperkirakan adanya SDH. Fraktur tengkorak sering dipakai untuk
meramalkan kemungkinan adanya perdarahan intrakranial tetapi tidak ada
hubungan yang konsisten antara fraktur tengkorak dan SDH. Bahkan fraktur
sering didapatkan kontralateral terhadap SDH.
22
D. Tindakan Operasi
Baik pada kasus akut maupun kronik, apabila diketemukan adanya gejala-
gejala yang progresif, maka jelas diperlukan tindakan operasi untuk melakukan
pengeluaran hematoma. Tetapi sebelum diambil keputusan untuk dilakukan
tindakan operasi, yang tetap harus kita perhatikan adalah airway, breathing dan
circulation (ABCs) (Bullock, 2006). Tindakan operasi ditujukan kepada:
a. Evakuasi seluruh SDH
b. Merawat sumber perdarahan
c. Reseksi parenkim otak yang nonviable
d. Mengeluarkan ICH yang ada.
Kriteria penderita SDH dilakukan operasi adalah:
a. Pasien SDH tanpa melihat GCS, dengan ketebalan > 10 mm atau pergeseran
midline shift > 5 mm pada CT-scan
b. Semua pasien SDH dengan GCS < 9 harus dilakukan monitoring TIK
25
c. Pasien SDH dengan GCS < 9, dengan ketebalan perdarahan < 10 mm dan
pergeeran struktur midline shift. Jika mengalami penurunan GCS > 2 poin antara
saat kejadian sampai saat masuk rumah sakit
d. Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau didapatkan pupil dilatasi asimetris/fixed
e. Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau TIK > 20 mmHg.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama : Ny. I
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : kalisat jember
Nomor register : 280540
Diagnosis medis : SDH
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien tidak pernah operasi sebelumnya.
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak memiliki penyakit seperti darah tinggi, diabetes, dan
penyakit pernapasan.
4) Keluhan utama
Klien sakit pada kepala.
5) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit
seperti dirinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada dasarnya dalam pemeriksaan fisik menggunakan pendekatan secara
sistematik yaitu: inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
1) Keadaanumum
Tanda-tanda vital
Tekanan darah 110/70 mmhg, Nadi 90 x/menit, Respiratori rate 22
x/menit, suhu 36,5 °C
2) Kesadaran
GCS : 346
3) Pemeriksaan head totoe
a) Kepala dan rambut
Bentuk kepala lonjong, rambut panjang, terdapat lesi dikepala
28
bagian kanan.
b) Wajah
Warna kulit sawo matang, ekspresi wajah tegang, terdapat jejas pada
pipi kanan pasien.
c) Mata
Bentuk bola mata simetris,tidak ada gerakan kelainan pada bola
mata.
d) Hidung
Semetris, bersih.
e) Telinga
Simetris, bersih dan tidak ada kelainan fungsi pendengaran.
f) Mulut danbibir
Bibir simetrs, mukosa lembab, bersih.
g) Gigi
Jumlah gigi tidak lengkap, kurang bersih, tidak ada peradangan pada
gusi.
h) Leher
Posisitrakea tidak deviasi,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau
vena jugularis.
i) Integumen
Warna sawo matang, bersih, turgor kembali 1 detik, tekstur kulit
kenyal dan lembab.
j) Thorax
Semetris, perkusi sonor, ekspansi dada simetris, tidak ada suara
ronchi dan whezzing.
k) Abdomen
Tidak ada distensi abdomen, asites, nyeri tekan.
l) Ektremitas atas dan bawah
Semetris, tidak ada oedema, pergerakan normal dan tonus otot
4 0
4 0
29
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Intra Operasi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(trauma jaringan, kulit tidak utuh)
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan operasi (craniotomi)
3. Risiko hipotermia berhubungan dengan paparan lingkungan (pendingin
ruangan)
Post Operasi
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Resiko cedera berhubungan dengan trauma intracranial
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
30
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
Pre Operasi
1 Nyeri NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1 Mengurangi stressor
berhubungan Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
dengan prosedur mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 1. Berikan pereda nyeri memperparah nyeri
bedah penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun dengan manipulasi 2 Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima sampai tingkat yang lingkungan (misal 3 Meminimalkan nyeri
dapat diterima ruangan tenang, batasi 4 Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Berikan analgesia sesuai
ketentuan
3. Cegah adanya gerakan
yang mengejutkan
seperti membentur
tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
Intra Operasi
1 Resiko infeksi NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak Tidak menunjukkan tanda- 1. Pantau tanda / gejala infeksi
pertahan tubuh mengalami infeksi atau tanda infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
primer tidak tidak terdapat tanda-tanda 2. Rawat luka operasi mikroorganisme
adekuat infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Ganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap
31
2 Resiko NOC : Fluid balance Kriteria hasil : NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
kekurangan Tujuan : Pasien tidak a. Kulit dan membran 1. Catat intake dan output cairan
volume cairan mengalami dehidrasi atau mukosa lembab 2. Monitor status hidrasi 2. Antisipasi tanda
berhubungan cairan tubuh pasien adekuat. b. Tidak terjadi demam, seperti membran dehidrasi
dengan TTV normal mukosa, nadi, tekanan 3. Mengatur balance
kehilangan darah dengan cepat. cairan
cairan 3. Beri cairan yang sesuai
dengan terapi
Post Operasi
1 Nyeri NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
berhubungan Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
dengan prosedur mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 1. Berikan pereda nyeri memperparah nyeri
bedah penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 3. Meminimalkan nyeri
diterima ruangan tenang, batasi 4. Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Berikan analgesia sesuai
ketentuan
3. Cegah adanya gerakan
yang mengejutkan
seperti membentur
tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
2 Resiko tinggi NOC : Pengendalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Positioning 1. Menerikan posisi yang
cedera Tujuan : Pasien mengalami a. Stress minimal pada sisi 1. Konsul dengan ahli tepat sehingga
berhubungan stress minimal pada sisi operasi bedah mengenai mengurangi risiko
dengan trauma operasi b. Pasien tetap pada posisi pemberian posisi, cedera
intrakranial yang diinginkan termasuk derajat fleksi 2. Mengurangi
leher. peningkatan TIK
2. Posisikan pasien datar 3. Mencegah terjadinya
dan mirirng, bukan cedera
32
D. Implementasi
33
Pre Operasi
1 Nyeri NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
berhubungan Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
dengan prosedur mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 1. Memberikan pereda nyeri memperparah nyeri
bedah penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 3. Meminimalkan nyeri
diterima ruangan tenang, batasi 4. Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Memberikan analgesia
sesuai ketentuan
3. Mencegah adanya
gerakan yang
mengejutkan seperti
membentur tempat tidur
4. Mencegah peningkatan
TIK
Intra Operasi
1 Resiko infeksi NOC : Pengendalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak Tidak menunjukkan tanda- 1. Memantau tanda / gejala infeksi
pertahan tubuh mengalami infeksi atau tanda infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
primer tidak tidak terdapat tanda-tanda 2. Merawat luka operasi mikroorganisme
adekuat infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Menganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap
34
2 Resiko NOC : Fluid balance Kriteria hasil : NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
kekurangan Tujuan : Pasien tidak a. Kulit dan membran 1. Mencatat intake dan cairan
volume cairan mengalami dehidrasi atau mukosa lembab output 2. Antisipasi tanda
berhubungan cairan tubuh pasien adekuat. b. Tidak terjadi demam, 2. Memonitor status hidrasi dehidrasi
dengan TTV normal seperti membran mukosa, 3. Mengatur balance
kehilangan nadi, tekanan darah cairan
cairan dengan cepat.
3. Memberi cairan yang
sesuai dengan terapi
Post Operasi
1 Nyeri NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 5. Mengurangi stressor
berhubungan Tujuan : Pasien tidak c. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
dengan prosedur mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 5. Memberikan pereda nyeri memperparah nyeri
bedah penurunan nyeri pada d. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 6. Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 7. Meminimalkan nyeri
diterima ruangan tenang, batasi 8. Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
6. Memberikan analgesia
sesuai ketentuan
7. Mencegah adanya
gerakan yang
mengejutkan seperti
membentur tempat tidur
8. Mencegah peningkatan
TIK
2 Resiko tinggi NOC : Pengendalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Positioning 1. Menerikan posisi yang
cedera Tujuan : Pasien mengalami a. Stress minimal pada sisi 1. Berkonsultasidengan ahli tepat sehingga
berhubungan stress minimal pada sisi operasi bedah mengenai mengurangi risiko
dengan trauma operasi b. Pasien tetap pada posisi pemberian posisi, cedera
intrakranial yang diinginkan termasuk derajat fleksi 2. Mengurangi
leher. peningkatan TIK
35
E. Evaluasi
1. Pasien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien.
2. Pasien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh pasien adekuat.
3. Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat
diterima
4. Pasien mengalami stress minimal pada sisi operasi
37
BAB 4
INSTRUMENT TEKNIK DAN OPERATING TEKNIK CRANIOPLASTY
A. Persiapan Pasien
1) Klien diberi tahu bahwa operasi akan diawali dengan pembiusan general anastesi
5) Klien dilakukan fiksasi dengan tujuan menghindari supaya klien tidak jatuh.
B. TEAM OPERASI
Operator :
dr. Fathul Sp.BS
Asisten :
rudi
Instrument :
Fahiqi
Sirkulator Nurse :
1. Aris
2. amri
38
C. SET RUANGAN
SET RUANGAN JUMLAH
Meja mayo 1
Meja operasi 1
Meja besar/ back table 1
Suhu ruangan 18-220 c
Kelembapan ruangan 60%
Suction 1
ESU 1
Mesin Anastesi 1
Lampu operasi 1
Tempat sampah medis dan non medis 1
Tempat dekontaminasi 1
4.2 DESINFEKSI
DESINFEKSI JUMLAH
Povidone Iodine 30 cc
4.3 DRAPPING
DRAPPING JUMLAH/LEMBAR
Doek Steril :
1. Doek kecil 4
2. Doek besar 3
3. Opsite 1
4.4 GOWNING
BAHAN JUMLAH
Gowning 4
4.5 GLOVING
JENIS DAN UKURAN JUMLAH
1. Doble Glove 7/7,5 2/2
39
17 Sufratul 2
18 Hipavic 1
19 Kresek 2
20 Betadine/alkohol 1/1
21 Anti/ ceftriaxone 2 gr
22 Lina pen 1
23 Apron 3
24 EVD ukuran M 1
42
pasien
alcohol
- Memasang anderped
- Circulating nurse
membantu mengikat
meja mayo
- Gloving
menggunakan
18. Ras : 1
4. Desinfeksi - 1 desinfeksi Klem - Dilakukan
supinasi
- Spuit 10cc
Aris memperkenalkan
Konfirmasi
diri
Nama pasien : Ny. I
Diagnosa : SDH
Tindakan : Cranioplasty autograf
- Terhadap ahli bedah
Antibiotik profilaksis :
Ceftriaxone 2 gram
Keadaan kritis :
Ada
Antisipasi kehilangan darah :
300 cc
Terhadap anastesi :
Asa 2
Terhadap tim perawat
Semua peralatan sudah steril
sesuai indikator dalam dan luar
yaitu garis indikator hitam pekat
tidak ada masalah pada peralatan
foto yang perlu telah ditampilkan
Jumlah kassa yang disiapkan 60
lembar
operasi dimulai
bipolar untuk
menghentikan
pendarahan asisten
1 spuling
menggunakan spuit
membantu
47
operator membuka
pincet chirugis
- Asisten 2 diberi
klem pean
bengkok, kassa
merawat
perdarahan couter
bipolar serta
sepuling dengan
NS
pemotongan - Operator
memotong melalui
lubang yang dibor
menggunakan
pemotong
craniotomy
- Operator
melakukan
pembersihan
pendarahan
10 Hetting untuk - Needle holder - Berikan hacting set
yaitu needle holder
vikasasi - Benang vikril 3.0
serta vikkril 3.0
tulang - Headster
untuk
headster/gunting
dura.
- Suction
49
- Asisten 1 membantu
melakukan insisi
lokasi pemangan
drain
- Asisten 2 membantu
menarik ujung
selang drain
- Fiksasi dengan
dengan kulit
dilakukan oleh
operator
- Perawat instrumen
membantu
memvakum botol
drain dengan
suction, lalu
sambungkan dengan
botol
- Naldvouder 1 buah
50
benang
- Asisten 2 membantu
merawat perdarahan
basah
- Asisten 1 dan 2
membersihkan luka
dan sekitarnya
sampai bersih
hypavik
elastomoll
mengalir
51
darah
- Ambil
padding/bantalan
- Setelah dibersihkan
pasien dipindahkan
ke brankard
22. Sign out: - Operasi selesai jam 12.15 wib - Perawat instrumen
- Alat direndam
dalam cairan
dekontaminasi.
- Perawat instrumen
menyetting ulang
ruangan operasi
BAB 5
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
52
4.2 SARAN
Dengan memahami pembahasan dengan Trepanasi kita dapat memberikan asuhan
keperawatan yang benar dan berfikir kritis dalam menghadapi kasus SDH. Dan bagi
Instansi Rumah Sakit diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan perioperatif
yang optimal bagi klien.
53
DAFTAR PUSTAKA